You are on page 1of 40

PENGETAHUAN

BAHAN TEKNIK
IWAN SUSANTO, M.T.
Sifat-Sifat Bahan Teknik
1. Sifat-sifat Mekanik
2. Sifat Thermal
3. Sifat kelistrikan
1.1 Sifat-sifat Mekanik
 Kekuatan (strength)
 Elastisitas (elasticity)
 Kekakuan (stiffness)
 Keuletan (ductility)
 Kerapuhan (Brittleness)
 Kemamputempaan (malleability)
 Kekerasan (Hardness)
 Daya lenting (resilience)
 Keuletan (taughness)
 Kemuluran (creep)
 Mampu mesin (machinability)
Kekuatan (strength)
 Kemampaun bahan untuk menahan tegangan
tanpa kerusakan
 Beberapa bahan seperti baja struktur, besi tempa,
alumunium dan tembaga, mempunyai kekuatan
tarik dan tekan yang hampir sama
 Sementara kekuatan gesernya adalah kira-kira
dua-pertiga kekuatan tariknya
 Ukuran dari kekuatan bahan adalah tegangan
maksimumnya atau gaya terbesar persatuan luas
yang dapat ditahan bahan tanpa patah.
Elastisitas (elasticity)
 Sifat kemampuan bahan untuk kembali
ke ukuran dan bentuk asalnya, setelah
gaya luar dilepas
 Sifat ini penting pada semua struktur
yang mengalami beban yang berubah-
ubah, terlebih-lebih pada alat-alat dan
mesin-mesin presisi.
Kekakuan (stiffness)
 Sifat yang didasarkan pada sejauh mana bahan
mampu menahan perubahan bentuk
 Sifat ini sangat penting pada bahan yang digunakan
sebagai balok, kolom, mesin dan alat-alat mesin
 Ukuran kekakuan suatu bahan adalah modulus
elastisitasnya, yang diperoleh dengan membagi
tegangan satuan dengan perubahan bentuk satuan-
satuan yang disebabkan oleh tegangan tesebut.
Keuletan (ductility)
 Sifat dari suatu bahan yang memungkinkannya
bisa dibentuk secara permanen melalui
perubahan bentuk yang besar tanpa kerusakan,
misalnya tembaga yang dibentuk menjadi kawat
 Keuletan diperlukan pada batang atau bagian
yang mungkin mengalami beban yang besar
secara tiba-tiba, karena perubahan bentuk yang
berlebihan akan memberikan tanda-tanda
ancaman kerusakan.
Kerapuhan (Brittleness)
 Lawan dari keuletan
 Bahan-bahan yang rapuh dapat rapuh
secara tiba-tiba, tanpa tanda-tanda, bila
tegangan melampaui kekuatannya.
Kemamputempaan (malleability)
 Sifat suatu bahan yang bentuknya bisa
diubah dengan memberikan tegangan-
tegangan tekan tanpa kerusakan
 Seperti tembaga, alumunium, atau besi
tempa yang dipukul menjadi berbagai
bentuk atau baja yang dirol menjadi
bentuk struktur atau lembaran.
Kekerasan (Hardness)
 Kemampaun suatu bahan untuk menahan
takik dan kikisan
 Kekerasan umumnya diukur dengan uji
brinell di mana suatu bola baja yang
dikerasakan dengan diameter 10 mm di
tekan pada permukaan datar suatu
spesimen uji dengan gaya 29,420 N.
Daya lenting (resilience)
 Sifat bahan yang mampu meyerap energi yang
terjadi akibat beban benturan atau pukulan
secara tiba-tiba tanpa menyebabkan
perubahan bentuk yang permanen
 Sifat ini pada paja digunakan pada pegas,
pegas mobil, kreta api, jam dan sebagainya
dimana energi harus cepat diserap tanpa
terjadi perubahan bentuk permanen.
Keuletan (taughness)
 Sifat suatu abahan yang memungkinkan
meyerap energi pada tegangan yang
tinggi tanpa patah, yang biasanya diatas
batas elastis
 Besi tempa misalnya adalah ulet, oleh
karena itu dapat dibengkokan tanpa
mengalami kerusakan.
Kemuluran (creep)
 Sifat yang menyebabkan beberapa bahan
pada tegangan konstan mengalami
perubahan bentuk dengan perlahan, tetapi
makin lama makin bertambah dalam suatu
selang waktu
 Pada perancangan ketel, turbin dan motor
bakar serta mesin-mesin yang bekerja
diatas 600 oF, sifat kemuluran ini adalah
sangat penting.
Mampu mesin (machinability)
 Kesiapan suatu bahan dibentuk menjadi
bentuk tertentu dengan alat-alat
pemotong.
Pengujian bahan untuk mengetahui
sifat mekniknya
 Pengujian Tarik
 Pengujian Tekan
 Pengujian Puntir
 Pengujian Kekerasan
 Pengujian Impac
 Pengujian Kelelahan(fatique)
 Pengujian Perambatan(Creep)
Pengujian Tarik
 Pada uji tarik benda uji diberi beban gaya
tarik sesumbu yang bertambah besar
secara kontinu, bersamaan itu dilakukan
pengamatan mengenai perpajangan yang
dialami benda uji.
 S=F/A= E x e
Pengujian Tekan
 Uji tekan mirip dengan uji tarik,
perbedaannya adalah arah gaya/beban
yang diberikan berlawanan dengan arah
beban pada uji tarik
 Tegangan dan regangan yang terjadi
bertanda negatif.
Pengujian Puntir
 Puntiran adalah suatu pembebanan yang
penting
 Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi
permasalahan pada poros-poros
 Pengujian ini digunakan untuk menetukan
keliatan dan kegetasan suatu bahan.
Pengujian Kekerasan
 Uji Kekerasan Brinell
 Uji Kekerasan Vickers
Uji Kekerasan Brinell
 Uji kekerasan Brinell berupa pembentukan lekukan
pada permukaan logam dengan menggunakan bola
baja
 Untuk menghindarkan jejak yang dalam dan untuk
bahan yang sangat keras digunakan paduan karbida
tungsten, untuk memperkecil terjadinya distorsi
indentor
 Beban diterapkan selama waktu tertentu, biasanya 30
detik dan diameter lekukan diukur dengan mikroskop
daya rendah, setelah beban tersebut dihilangkan
 Kemudian dicari harga rata-rata dari 2 buah pengukuran
diameter pada jejak yang berarah tegak lurus
 Besarnya angka kekerasan Brinell adalah:
BHN = P/(π D) ( D – ( D² – d² )½)
= P/(π D t) ( kg/mm²)
Dimana :
P = beban yang diterapkan, kg
D = diameter bola, mm
d = diameter lekukan, mm
t = kedalaman jejak, mm
Uji Kekerasan Vickers
 Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk
piramida intan yang dasarnya berbentuk bujur sangkar
 Besarnya sudut antara permukaan-permukaan yang
saling berhadapan adalah 136º
 Angka kekerasan Vickers adalah :
VHN= 1,854 P / L²
Dimana :
P = beban yang diterapkan, kg
L = panjang diagonal rata-rata, mm
Pengujian Impac
 Uji impac dilakukan karena kemungkinan
besar bahan akan rusak karena:
1. Deformasi pada termperatur rendah
2. Laju regangan yang tinggi
3. Keadaan tegangan tiga sumbu
4. Untuk melihat kerapuhan dan kelihatan
bahan
Pengujian Kelelahan(fatique)
 Pengujian ini digunakan untuk mengetahui sifat
lelah bahan(batas kelelahan bahan/endurance
limit) di lakukan pengujian dengan cara, benda
uji dijepit pada kedua ujungnya, kemudian
dikenakan ”STRESS” dan diputar sampai
putaran tertentu dan dilihat hasilnya
 Apakah terjadi retak atau tidak. Putaran akan
terus dilanjutkan hingga bahan putus.
Pengujian Perambatan(Creep)
 Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui kekuatan bahan yang bekerja
pada temperatur tinggi dengan beban statis
 Creep terjadi pada logam jika kenaikan
suhu lebih besar dari 0,4 suhu cairnya
 Bahan-bahan amorphous seperti polimer,
plastik dan karet juga peka terhadap
terjadinya creep.
 Deformasi terjadi bila bahan mengalami
gaya
 Sedangkan regangan (strain), e adalah
besar deformasi persatuan panjang (ΔL/L)
 Tegangan (stress), s, adalah gaya
persatuan luas ( N/m²)
 Selama deformasi, bahan menyerap
energi sebagai akibat adanya gaya yang
bekerja sepanjang jarak deformasi.
 Modulus Elastisitas ( Modulus Young), E,
adalah perbandingan antara tegangan S
dan regangan elastis, e, (MPa).
 1 pascal (Pa) = 1 newton / m² = 0,145 x
10-3 psi
 1000 psi = 6,894 MPa
 1 kg = 9,8 newton
 Contoh soal:
1.Batang alumunium berukuran 24,6 mm x 30,7
mm. Beban yang diberikan 7640 kg. Berapakah
tegangan yang dialami bahan batang tersebut.
Jawab:
S=F/A
= (7640 kg) (9,8 m/det²)/(0,0246 m) (0,0307 m)
= 100 MPa
2. Batang baja berdiameter 12,8 mm dengan
beban 5000 kg. Berapakah tegangan yang
yang dialami bahan tersebut.
Jawab:
S=F/A
= (5000 kg) (9,8 m/det²)/(π/4) (0,0128 m)²
= 380 MPa
3. Batang tembaga dengan panjang 50
mm. Batang tersebut ditarik hingga
mempunyai panjang 59 mm. Hitunglah
regangannya.
Jawab :
e =(ΔL/L)=(59 m – 50 m)/50 m
= 0,18 mm/mm (atau 18 %)
4. Modulus Elastisitas baja 205.000 MPa.
Berapakah regangan dan perpanjangan kawat
berdiameter 2,5 mm dengan panjang mula-
mula 3 meter bila dibebani 500 kg (=4900 N)
Jawab :
e=(ΔL/L) = S/E
S= 4900 N/(π/4) (0,0025 m)² Pa
e= 0,005 m/m
E= 205.000 x 1000000 Pa
Perpanjangan = (0,005 m/m) ( 3 m )
= 15 mm
1.2 Sifat Thermal
 Suhu atau Temperatur adalah level aktivitas termal
sedangkan kandungan kalor adalah energi termal
 Keduanya berkaitan dengan kapasitas kalor
 Bila tidak ada perubahan isi maka kapasitas kalor
sama dengan perubahan kandungan kalor per ºC
atau (kal/g.ºC)
 Dalam tabel teknik sering kali tercatat panas jenis
sebagai pengganti kapasitas kalor.
 Panas jenis suatu bahan adalah panas yang
diperlukan untuk pergerakan termal dari moleku-
molekul dalam strukturnya
 atau perbandingan antara kapasitas kalor dari
bahan tersebut dengan kapasitas kalor air
 Kapasitas panas air adalah 1 kal/g.ºC (= 4,184
joule/g. ºC = 1 Btu/lb ºF)
 Panas peleburan dan panas penguapan adalah
kalor yang diperlukan untuk mencairkan atau
menguapakan suatu bahan. Keduanya
melibatkan struktur atom atau molekul.
Muai panas (thermal expansion)
 Pemuaian yang lazim dialami oleh bahan
yang dipanaskan ditimbulkan oleh
peningatan getaran termal atom-atom
 Pendekatan pertama menghasilkan
hubungan pertambahan panjang:
ΔL/L=αL ΔT
Koefisien muai volume αV
 Mempunyai hubungan yang serupa
dengan pertambahan panjang
 Dengan perubahan volume ΔV/V dan
kenaikan suhu ΔT
 Nilai αV adalah tiga kali nilai αL
Daya hantar panas (Thermal
conductivity)
 Aliran panas pada benda padat biasanya terjadi
oleh konduksi
 Koefisien daya hantar panas k adalah konstanta
yang menghubungkan aliran panas Q dengan
gradien suhu, ΔT /Δxi
Q=k ( T1-T2)/(x1-x2)
 Koefisien daya hantar panas juga tergantung pada
suhu. Koefisien ini akan berkurang nilainya dengan
naiknya suhu. Jadi satuan daya hantar panas
adalah (J/(mm².s)/(ºC/mm) atau (W/mm²)/(ºC/mm)
 Contoh :
Suatu plat baja tahan karat setebal 0,4 cm, dialiri
air panas pada satu sisinya dan aliran udara
cepat pada sisi satunya sehingga suhu kedua
permukaan plat itu masing-masing 90ºC dan
20ºC. Berapa joule dialihkan melalui pelat
tersebut setiap menitnya?
Jawab :
Q = [ 0,015 (J/(mm².s)/(ºC/mm)]/(70 ºC / 4 mm) (60 s/min)
= 15,75 J/mm².min
1.3 Sifat kelistrikan
 Tahanan jenis ρ adalah sifat bahan, oleh karena itu tidak
tergantung pada bentuk. Untuk bentuk yang uniform, tahanan
bahan dapat di hitung dengan persamaan:
R=ρL/A
Dimana:
L = Panjang bahan (m)
A = Luas penampang (m²)
ρ = Tahanan jenis (ohm . m)
 Dengan mengetahui R, ahli teknik dapat menggunakan
persamaan dasar fisika untuk menghitung arus (I) dalam amper
dan daya (P) dalam watt, yaitu I=E/R dan P=E I = I² R = E² /R =
J/s
Contoh :
Kawat tembaga berdiameter 0,9 mm
(a) Berapakah tahanan permeternya?
(b) Berapa watt akan dihasilkan sekiranya terdapat tegangan
sebesar 1,5 Volt pada jarak 30 meter.
Jawab :
ρ = 17 ohm, nm
(a) R = (17 x 10-9 ohm. m) (0,305 m)/ (π/4) (9x10-4 m)²
= 0,008 ohm
(b) P = E²/R = E² A / ρ L
= (1,5 V)² (π/4) (9x10-4 m)² /(17x10-9ohm.m)(30m)
= 2,8 watt
Selesai

You might also like