Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
NIM : G2A007002
2011
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan salah satu topik yang selalu menarik untuk dikaji dan diteliti,
karena paling banyak diamati sekaligus fenomena yang paling sedikit dipahami. Fenomena
kepemimpinan di negara Indonesia juga telah membuktikan bagaimana kepemimpinan telah
berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan berpolitik dan bernegara. Dalam dunia bisnis,
kepemimpinan berpengaruh sangat kuat terhadap jalannya organisasi dan kelangsungan
hidupnya.
Pada era globalisasi dan pasar bebas hanya perusahaan yang mampu melakukan perbaikan
terus-menerus (continuous improvement) dalam pembentukan keunggulan kompetitif yang
mampu untuk berkembang. Organisasi sekarang harus dilandasi oleh keluwesan, team kerja
yang baik, kepercayaan, dan penyebaran informasi yang memadai. Sebaliknya, organisasi
yang merasa puas dengan dirinya dan mempertahankan status quo akan tenggelam dan
selanjutnya tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Kepemimpinan sebagai salah satu
penentu arah dan tujuan organisasi harus mampu mensikapi perkembangan zaman ini.
Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya
tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan organisasinya dalam situasi
stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan.
Bertolak dari arti pentingnya kepemimpinan bagi suatu organisasi telah dilakukan penelitian
terhadap manajer-manajer penjualan di Amerika Serikat oleh Alan J. Dubinsky (Metropolitan
State University), Francis J. Yammarino (State University of New York at Binghamton),
Marvin A. Jolson (University of Maryland) pada tahun 1995 dengan judul asli "An
Examination Linkages Between Personal Characteristics and Dimension of Transformasional
Leadership". Oleh karena itu penulis mencoba melakukan penelitian replikasi terhadap
manajer-manajer tingkat menengah di Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang terdiri dari
dekan, direktur program pasca sarjana, kepala lembaga, kepala biro, kepala unit, kepala pusat
bahasa di UAJY, dan para kepala bagian di lingkungan unit-unit tersebut. Dalam penelitian
ini penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana hubungan dan keeratan hubungan antara
variabel karakteristik personal dan dimensi kepemimpinan transformasional.
Landasan Teoritis Pengertian dan Definisi Kepemimpinan Setiap penulis literatur
kepemimpinan pada umumnya mengajukan pengertian tersendiri tentang kepemimpinan.
Locke (1997) melukiskan kepemimpinan sebagai suatu proses membujuk (inducing) orang-
orang lain menuju sasaran bersama. Definisi tersebut mencakup tiga elemen berikut:
Sejak Thorndike dan Watson sampai sekarang, kaum Behaviorist berpendirian, organisasi
dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan
perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan
mengurangi penderitaan. Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi, pengalaman tidak
selalu lewat proses belajar formal, pengalaman kita juga bertambah lewat proses dan
rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi (Rakhmat, 1996).
Tingkat Pendidikan Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat pendidikan akan menentukan pola
pikir dan wawasan seseorang, termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya tentang
kepemimpinan. Selain itu tingkat pendidikan juga merupakan bagian dari pengalaman kerja
(Rakhmat, 1996).
Lama bekerja di organisasi Lama bekerja merupakan pengalaman individu yang akan
menentukan pertumbuhan dalam pekerjaan dan jabatan. Seperti diungkapkan oleh Andi
Mapiare, pertumbuhan jabatan dalam pekerjaan dapat dialami oleh seorang hanya apabila
dijalani proses belajar dan berpengalaman, dan diharapkan orang yang bersangkutan
memiliki sikap kerja yang bertambah maju kearah positif, memiliki kecakapan (pengetahuan)
kerja yang bertambah baik serta memiliki ketrampilan kerja yang bertambah dalam kualitas
dan kuantitas (Rakhmat, 1996).
Lama menjabat pada Jabatan sekarang Seperti halnya dengan lama bekerja di organisasi,
lama menjabat pada jabatan sekarang juga berkaitan dengan penyesuaian jabatan. Seperti
diungkapkan oleh Andi Mapiare, penyesuaian di sini berkaitan dengan penyesuaian-
penyesuaian diri sendiri terhadap pekerjaan atau jabatan itu sendiri, terhadap jam kerja,
terhadap personal yang lain terutama terhadap bawahannya (Rakhmat, 1996).
Hipotesis penelitian Penelitian Dubisky, Yammarino, dan Jolson (1995) dengan zero order
correlation menunjukkan bahwa variabel pengalaman, organization tenure, job tenure, dan
educational level tidak berhubungan (berkorelasi negatif) dengan kepemimpinan
transformasional. Walaupun demikian, peneliti tersebut menyatakan bahwa dalam teori
perilaku organisasional ditemukan pengaruh pengalaman terhadap kepemimpinan
transformasional. Teori perilaku organisasional tersebut menyatakan bahwa pribadi yang
berinteraksi dalam kerja akan membentuk pengalaman yang akan mempengaruhi gaya
kepemimpinannya.
Graen (1976) dan Graen dan Cashman (1975) dikutip dalam Dubisky, Yammarino, dan
Jolson (1995) mendudukkan kepemimpinan sebagai suatu proses di mana individu belajar
tentang posisinya dari waktu ke waktu dan beradaptasi serta memperoleh pengetahuan pada
pekerjaan sebagai suatu pengalaman. Fakta juga menasihatkan bahwa tingkat pendidikan dan
kedewasaan (sebagai pengganti pengalaman kerja) berkorelasi positif dengan kepemimpinan.
Avolio dan Gibbons (1988) dikutip dalam Dubisky, Yammarino, dan Jolson (1995)
mengusulkan pengembangan kepemimpinan transformasional adalah proses yang
memerlukan jangka waktu panjang, dan pada setiap bagiannya melibatkan masa lalu dan
masa sekarang.
Pemimpin transformasional cenderung untuk menciptakan kesempatan pada
pengalaman kepemimpinannya, sehingga membantu dirinya dalam posisi yang sedang
dijalankan.
Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan
transformasional dan transaksional dapat dipilah secara tegas dan keduanya merupakan gaya
kepemimpinan yang saling bertentangan. Kepemimpinan transformasional dan transaksional
sangat penting dan dibutuhkan setiap organisasi. Selanjutnya Burn (dalam Pawar dan
Eastman, 1997; Keller, 1992) mengembangkan konsep kepemimpinan transformasional dan
transaksional dengan berlandaskan pada pendapat Maslow mengenai hirarki kebutuhan
manusia. Menurut Burn (dalam Pawar dan Eastman, 1997) keterkaitan tersebut dapat
dipahami dengan gagasan bahwa kebutuhan karyawan yang lebih rendah, seperti kebutuhan
fisiologis dan rasa aman hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya kepemimpinan
transaksional. Sebaliknya, Keller (1992) mengemukakan bahwa kebutuhan yang lebih tinggi,
seperti harga diri dan aktualisasi diri, hanya dapat dipenuhi melalui praktik gaya
kepemimpinan transformasional.
1. Karakteristik Pemimpin Transformasional
1. mendorong karyawan untuk lebih menyadari arti penting hasil usaha;
3. meningkatkan kebutuhan karyawan yang lebih tinggi seperti harga diri dan
aktualisasi diri.
1) karisma,
2) inspirasional,
4) perhatian individual.
Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), kepemimpinan transaksional
adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada
transaksi interpersonal antara pemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan
pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran,
standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.
Pendapat ini didukung oleh Nanus (1992) yang mengemukakan bahwa alasan utama
karyawan meninggalkan organisasi disebabkan karena pemimpin gagal memahami karyawan
dan pemimpin tidak memperhatikan kebutuhan-kebutuhan karyawan. Pada dasarnya,
kepemimpinan merupakan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi karyawan dalam
sebuah organisasi, sehingga mereka termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam
memberikan penilaian terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin, karyawan
melakukan proses kognitif untuk menerima, mengorganisasikan, dan memberi penafsiran
terhadap pemimpin (Solso, 1998). Penelitian yang dilakukan oleh Popper dan Zakkai (1994)
menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan transformasional terhadap organisasi sangat
besar.
Studi yang dilakukan pada decade 1990-an ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan mengadaptasi kuesioner MLQ 5X-R dari Bass dan Avolio (1991) yang telah
dimodifikasi. Responden penelitian tersebut adalah 570 responden dari 10 bank pemerintah
dan swasta nasional. Hasil penelitian seperti tersebut di atas, yaitu tidak ada perbedaan yang
signifikan yang nyata ada dan seharusnya ada menurut persepsi karyawan dalam simpulan
kiranya tidak memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana keempat cirri
kepemimpinan transformasional di bank dan sinyalemen tentang adanya pengaruh misi
politik seperti yang disarankan kiranya perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lanjut.
Qualitative Quantitative
Phenomenological Positivistic
Inductive Hypothetico/deductive
Holistic Particularistic
Subjective/insider centered Objective/outsider centered
Process oriented Outcome oriented
Anthropological worldview Natural science worldview
Relative lack of control Attempt to control variables
Goal: understand actor’s view Goal: find fact and causes
Dynamic reality assumed Static reality assumed
Discovery oriented Verification oriented
Explanatory Confirmatory
2) Sangat menghargai hubungan sosial antarpribadi dan toleransi yang tinggi,
3) Menerima adanya jarak kekuasaan antara berbagai posisi manajerial, dan
4) Merasa ada kepastian dilindungi atasan, dan atasan bertanggungjawab melindungi
bawahan.
Melacak penelitian terdahulu membuat penulis tertarik untuk melakukan pendekatan yang
menggabungkan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini tentu lebih menimbulkan keingintahuan
dan diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan karena konteks yang diteliti adalah
generasi Y.
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Singgih, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, Jakarta, Elex
Media Komputindo, 1999.
Yulk, G., Leadership In Organization, Third Edition, New Jersey, Prentice-Hall, Inc.,
1981.
Saya Th. Agung M. Harsiwi setuju jika bahan yang dikirim dapat dipasang dan
digunakan di Homepage Pendidikan Network dan saya menjamin bahwa bahan ini hasil
karya saya sendiri dan sah (tidak ada copyright). .
[1]Misalnya Bass, 1990; Berry dan Houston, 1993; Burn dalam Pawar dan Eastman, 1997;
Eisenbach dkk., 1999; Keller, 1992