You are on page 1of 124

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI

Disusun oleh :

RISKA ASRI PUSPITA DEWI (250008110)

D III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

2011
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat iman

dan islam kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,

sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga akhir zaman.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengangkat permasalahan permasalahankesehatan


wanita dan dimensi sosial dan upaya mengatasinya . saya mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan mendukung makalah ini.

saya sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun

demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca,

khususnya bagi tenaga kesehatan dimasa kini.

Surabaya, 03 mei 2010

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan


masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai
penerima kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus
berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi
muda. Oleh sebab itu wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :
1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria
berkaitan dengan fungsi reproduksinya
2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang
dikandung dan dilahirkan.
3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas
namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah
penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional
diantaranya Indonesia menyepakati hasil-hasil Konferensi mengenai kesehatan
reproduksi dan kependudukan (Beijing dan Kairo).
5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling
penting disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu
pada wanita diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut
dirinya sesuai dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas
tubuhnya sendiri.

2. RUMUSAN MASALAH

1) Apa konsep kesehatan reproduksi?

2) Bagaimana cara mengenali masalah pada kesehatan reproduksi?

3) Bagaimana cara menangani masalah pada kesehatan reproduksi?

4) Bagaimana kesehatan reproduksi dalam prespektif gender?

3. TUJUAN PENULISAN

1) Untuk mengetahui teori dan konsep kesehatan reproduksi

2) Untuk mendalami masalah kesehatan reproduksi

3) Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan reproduksi dan cara mengatasinya

4) Untuk mengetahui seberapa besar peran gender dalam kesehatan reproduksi.


BAB II

PEMBAHASAN

1. KONSEP KESEHATAN REPRODUKSI

1.1 PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI


Sehat adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. (WHO, 1992)
Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. (UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992)
Kesehatan Reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. (Depkes, 2001)
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial
secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses dan
bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak,
bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa, spiritual memiliki hubungan yang serasi, selaras,
seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dan masyarakat dan lingkungan.
(BKKBN, 1996)

1.2 SEJARAH PERKEMBANGAN KESEHATAN REPRODUKSI

      a)   Konferensi di Wina, 1993


Mendiskusikan HAM dalam perspektif gender dan isu kontroversial mengenai hak reproduksi.
Mendeklarasikan “HAP dan anak perempuan adalah mutlak, terpadu dan merupakan bagian
dari HAM”

      b)    ICPD (International Conference on Population Development)


Disponsori oleh PBB yang dihadiri oleh 180 negara dan bertempat di Cairo Mesir, yang
menghasilkan kebijakan program kependudukan (Program Aksi 20 tahun) yang menyerukan
agar setiap negara meningkatkan status kesehatan , pendidikan dan hak individu khususnya
perempuan dan anak, mengintegrasikan program KB kedalam agenda kesehatan perempuan
yang lebih luas (Wallstam, 1977)

       c)   Konferensi perempuan sedunia ke 4 di Beijing (Fourth World Conference on Women) 1995

* Menghasilkan platform 12th Critical Area of concern yang dianggap sebagai penghambat
utama kemajuan kaum perempuan
12th Critical Area of Concern

1. Kemiskinan (jumlah perempuan dalam kemiskinan lebih banyak daripada pria)


2. Pendidikan dan pelatihan (merupakan sarana penting mencapai kesetaraan)
3. Kesehatan (mencakup fisik, mental dan psikososial)
4. Kekerasan (pada umumnya yang menjadi objek kekerasan adalah perempuan)
5. Konflik bersenjata (perkosaan sebagai upaya pemusnahan)
6. Ekonomi (perempuan jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehingga
cebderung dirugikan)
7. Mekanisme institusional (sering terpinggirkan dalam struktur pemerintahan, keterbatasan
SDM)
8. Hak Asasi Manusia
9. Media (terus menonjolkan gambaran yang merendahkan perempuan)
10. Lingkungan (dampak negatif kesehatan dan kesejahteraan)
11. Diskriminasi (dihadapi sejak awal kehidupannya, prilaku praktikyang berbahaya,
kurangnya perlindungan hukum, rentan kekerasan, konsekuensi hubungan seks yang tidak
aman usia dini)

* Telaah lima tahunan, ICPD+5, 1999


1. Membahas tentang kemajuan dan kegagalan pemerintah dalam program kependudukan
2. Isu kontroversial (isu seksualitas dan aborsi, kontrasepsi darurat/emergency
contaception)
3. Target baru 2015 untuk mengukur penerapan ICPD :
4. Akses terhadap pendidikan dasar, tahun 2015 meningkatkan peran anak laki-laki dan
perempuan 90% untuk SD sebelum 2010 menurunkan buta huruf sebagian pada tahun
2015
5. Semua fasilits KB menyediakan kontrasepsi yang aman dan efektif, pelayanan
kebidanan, PSIR, metode perlindungan mncegah infeksi secara langsung (rujukan)
6. Mengurangi kesenjangan anara proporsi individu pemakai alat kontrasepsi (alkom)
dengan individu ysng ingin membatasi jumlah anak tanpa target/kuota
7. Pelayanan pencegahan HIV untuk laki-laki dan perempuan usia 15-24 termasuk
penyediaan kondom, pemeriksaan secara sukarela, konseling dan tindak lanjut

1.3 RUANG LINGKUP KESEHATAN REPRODUKSI DALAM SIKLUS KEHIDUPAN


Secara luas, ruang lingkup kesehatan reproduksi meliputi :
a) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
b) Penceghan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi (ISR) termasuk HIV/AIDS
c) Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
d) Kesehatan reproduksi remaja
e) Pencegahan dan penganan infertilitas
f) Kanker pada usia lanjut dan osteoporosis
g) Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker serviks, mutilasi genital,
fistula dll.
h) Kesehatan reproduksi ibu dan bayi baru lahir meliputi perkembangan berbagai organ
reproduksi mulai dari sejak dalam kandungan, bayi, remaja, wanita usia subur,
klimakterium, menopause, hingga meninggal. kondisi kesehatan seorang ibu hamil
mempengaruhi kondisi bayi yang dilahirkannya, termasuk didalamnya kondisi kesehatan
organ-organ reproduksi bayinya. permasalahan kesehatan reproduksi remaja termasuk
pada saat pertama anak perempuan mengalami haid/menarche yang bisa berisiko
timbulnya anemia, perilaku seksual yang mana bila kurang pengetahuan dapat tertular
penyakit hubungan seksual, termasuk HIV/AIDS. selain itu juga menyangkut kehidupan
remaja memasuki masa perkawinan. remaja yang mengijnak masa dewasa bila kurang
pengetahuan dapat mengakibatkan risiko kehamilan usia muda yang mana mempunyai
risiko terhadap kesehatan ibu hamil dan janinnya. selain hal tersebut diatas ICPD juga
menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi juga mengimplikasikan seseorang berhak
atas kehidupan seksual yang memuaskan dan aman. seseorang berhak terbebas dari
kemungkinan tertulari penyakit menular seksual yang bisa berpengaruh pada fungsi
organ reproduksi, dan terbebas dari paksaan. hubungan seksual dilakukan dengan
memahami dan sesuai etika dan budaya yang berlaku.
i) Penerapan pelayanan kesehatan reproduksi oleh Depkes RI dilaksanakan secara
integratif memprioritaskan pada empat komponen kesehatan reproduksi yang menjadi
masalah pokok di Indonesia yang disebut paket Pelayanan Kesehatan Reproduksi
Esensial (PKRE) yaitu :
1) Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2) Keluarga berncana
3) Kesehatan reproduksi remaja
4) Pencegahan dan penanganan infeksi saluran reproduksi, termasuk
HIV/AIDS
5) Sedangkan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Komprehensif (PKRK) terdiri
dari PKRE ditambah kesehatan reproduksi pada usia lanjut.

1.4 HAK – HAK REPRODUKSI


Hak-hak reproduksi menurut kesehatan dalam Konferensi International Kependudukan
dan Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesehatan bagi individu secara utuh,
baik kesehatan jasmani maupun rohani, meliputi :
a) Hak mendapatkan informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi
b) Hak mendapatkan pelayanan dan perlindungan kesehatan reproduksi
c) Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
d) Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan
e) Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak
f) Hak atas kebebasan dan kamanan berkaitan dengan kehidupan reproduksinya
g) Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk termasuk perlindungan
dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan, dan pelecehan seksual.
h) Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
kesehatan reproduksi.
i) Hak atas pelayanan dan kehidupan reproduksi
j) Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga
k) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam kehidupan berkeluarga
dan kehidupan reproduksi.
l) Hak atas kebebasan berkumpul dan berpertisipasi dalam politik yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi.

Menurut BKKBN 2000, kebijakan teknis operasional di Indonesia, untuk mewujudkan


pemenuhan hak-hak reproduksi :
a) Promosi hak-hak reproduksi
Dilaksanakan dengan menganalisis perundang-undangan, peraturan dan
kebijakan yang saat ini berlaku apakah sudah seiring dan mendukung hak-hak
reproduksi dengan tidak melupakan kondisi lokal sosial budaya masyarakat.
Pelaksanaan upaya pemenuhan hak reproduksi memerlukan dukungan secara polotik,
dan legislatif sehingga bisa tercipta undang-undang hak reproduksi yang memuat aspek
pelanggaran hak-hak reproduksi.
b) Advokasi hak-hak reproduksi
Advokasi dimaksudkan agar mendapatkan dukungan komitmen dari para tokoh
politik, tokoh agama, tokoh masyarakat, LSM/LSOM, dan swasta. Dukungan swasta dan
LSM sangat dibutuhkan karena ruang gerakan pemerintah lebih terbatas. Dukungan
para tokoh sangat membantu memperlancar terciptanya pemenuhan hak-hak
reproduksi. LSM yang memperjuangkan hak-hak reproduksi sangat penting artinya
untuk terwujudnya pemenuhan hak-hak reproduksi.
c) KIE hak-hak reproduksi
d) Dengan KIE diharapkan masyarakat semakin mengerti hak-hak reproduksi sehingga
dapat bersama-sama mewujudkannya.
e) Sistem pelayanan hak-hak reproduksi

2. KESEHATAN REPRODUKSI WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN


1. SIKLUS KONSEPSI
PADA MASA KONSEPSI
Perkembangan biologis antara laki-laki dan perempuan ditentukan sejak masa konsepsi. Janin
perempuan mempunyai dua kromosom X dari setiap orang tua. Janin laki-laki mempunyai
kromosom X dan Y, kromosoms X dari ibu dan kromosom Y dari ayah. Sejak tujuh minggu masa
depan konsepsi, organ seksualitas laki-laki mulai terbentuk karena pengaruh hormon estrogen.
Dan pada waktu yang sama organ seksual perempuan mulai terbentuk karena kurangnya
testeteron, bukan karena adanya hormone esterogen. <Bahankuliahkesehatan>
1. Sel telur (Ovum)
Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genetalia ridge.
Menurut umur wanita, jumlah oorganisme adalah :
a. Bayi baru : 750.000
b. Umur 6-15 tahun : 439.000
c. Umur 16-25 tahun : 159.000
d. Umur 35-45 tahun: 34.000
e. Masa menaupose : semua hilang.
Urutan pembuahan ovum (oogenesis) :
a. Oogonia
b. Oosit pertama (Primary Oocyte)
c. Primary ovarian fillicel
d. Liquor folliculi
e. Pematangan pertama ovum
f. Pematangan kedua ovum pada waktu sperma mebuahi telur
2. Sel mani (Sperma)
Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala, berbentuk lonjong agak gepeng
berisi inti (nucleus), leher yang menghubungkan kepala dengan bagian tengah, dan ekor,
yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat. Panjang ekor
sperma kira-kira 10x bagian kepala. Jumlah sperma yang dikeluarkan sekali membuahi
berjuta-juta sel mani yang keluar.
Secara embrional, spermatogonium berasal darisel primitive tubilus testis. Setelah bayi
laki-laki lahir, jumlah spematogenium yang ada tidak mengalami perubahan sampai
masa akil baliq. Pada masa pubertas, dibawah pengaruh sel-sel interstisial leydig, sel-sel
spermatogenium ini mulai aktif mengadakan mitosis dan terjadilah spermatogenesis.
Urutan pertumbuhan sperma (spermatogenesis) :
a. Spermatogenium, membelah dua
b. Spermatosid pertama, membelah dua
c. Spermatosid kedua, membelah dua
d. Spermatid, kemudian tumbuh menjadi
e. Spermatozoon (sperma)
3. Pengertian Konsepsi
Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba falopi. Hanya
satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan
masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami perubahan sehingga tidak
dapat dilalui oleh sperma. Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di
penuhi :
1. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
2. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
3. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
4. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan
akhirnya membuahi ovum.
Konsepasi memiliki kemungkinan paling berhasil, jika hubungan seksual berlangsung
tepat sebelum ovula. Sperma dapat hidup selama 3-4 hari didalam saluran genetalia
wanita dan idealnya harus berada didalamtuba falopii saat ovulasi terjadi, karena ovum
hanya bisa hidup selam 12-24 jam. Wanita dapat memprediksi ovulasi dengan
memantau perubahan dalam tubuhnya. Misalnya, sekitar waktu ovulasi, serviks
memendek, melunak dan sedikit berdilatasi. Salah satu indicator ovulasi yang paling
kuat adalah status lender serviks yang menjadi transparan, licin, dan banyak (Flynn,
1992). Lendir tersebut juga dapat direnggangkan, suatu materi yang disebut
spinnbarkeit. Setelah ovulasi, lender kembali menjadi kental, lengket, dan jumlahnya
menurun (Norman, 1986). Tindakan lebih jauh yang dapat dilakukan wanita adalah
mengobservasi suhu tubuh basalnya, yang meningkat sebesar 0,2 derajat celcius segera
setelah ovulasi.
Sebelum sebuah sperma mampu mempenetrasi dan membuahi sebuah ovum, sperma
harus menjalani sebuah proses yang disebut kapasitasi (berlangsung kurang lebih 7
jam). Pada proses ini membrane sperma menjadi rapuh (fragile) dan melepaskan enzim
hidrolitik dari akrosom (lapisan seperti helm yang menutupi kepala sperma). Enzim ini
(hialuronidase dan proteinase) harus mencerna korona radiata dan zona pelusida
sebelum dapat mencapai membrane ovum. Walaupun banyak sperma terlibat dalam
proses cerna ini, hanya satu sperma yang dibiarkan mempenetrasi ovum. Segera setelah
satu sprema memasuki ovum, perubahan kimia terjadi. Perubahan kimia ini mula-mula
mencegah sperma lain berfusi lebih jauh dengan membrane ovum dan pada akhirnya
semua sperma yang tersisa dikeluar dari ovum.
Begitu sperma telah memasuki ovum, sperma sementara berada didalam sitoplasma
perifer, sementara nucleus wanita menjadi matur dan jumlah kromosom wanita
menurun dari 46 menjadi 23. Nucleus sperma menjadi membengkak dan saling
mendekat sebagai pronukleus pria dan wanita saat terbentuk suatu " kumparan "
diantara kedua nucleus tersebut membrane pronukleus kemudian rupture dan
kromosom yang dibebaskan berkombinasi membentuk zigot. Pada waktu inilah
fertilisasi (pembuahan) terjadi.
Waktu yang optimal untuk mulainya kehamilan adalah dalam 24 jam ovulasi. Koitus
(hubungan seksual) selama 24 jam sebelum ovulasi akan menyediakan spermatozoa
pada tuba falopii yang siap menerima kedatangan ovum. Dengan demikian penting bagi
wanita mencoba untuk mengerti bahwa ia mengetahui perkiraan hari ovulasinya.

Metode berikut dapat dipergunakan untuk menilai hari ovulasi :


1. Metode kalender
Pencatatan sebaiknya dilakukan terus dalam satu periode paling tidak 6 bulan, yang
mencatat hari pertama setiap periode menstruasi (hari ke 1 keduanya darah mentruasi)
dan dengan demikian menghitung waktu ovulasi selama 15 hari sebelum periode khusus
tersebut. Pada cara ini diperkirakan hari-hari pada bulan berikutnya kapan wanita akan
menstruasi dan dengan demikianjuga dapat diperkirakan hari-hari kapan wanita
tersebut berovulasi. Apabila mensttruasinya tidak teratur, maka penghitungan demikian
tidak mungkun dilakukan.
2. Metode suhu
Pelepasan progesterone telah menyebabkan peningkatan suhu tubuh sampai 0,5
derajat Celsius. Suhu tubuh tersebut akan sedikit turun tepat sebelum mulainya ovulasi
dan kemudian meningkat segera setelah ovulasi. System ini memerlukan pencetatan
suhu mulut segera pada setiap bangun tidur pagi. Peningkatan suhu tubuh tersebut
harus menetap dalam 24 jam untuk membuktikan bahwa telah terjadi ovulasi.
Pemakaian metode ini mungkin dapat keliru karena kenaikan suhu dapat menunjukan
adanya infeksi dan penurunan suhu tubuh kadang-kadang terjaid akibat dari pemberian
obat misalnya aspirin.
3. Perubahan mucus serviks
Peningkatan kadar estrogen tepat sebelum ovulasi menyebabkan peningkatan sekresi
serviks maupun pengurangan kekentalan (vikositas) sekresi tersebut. Karena sekresi
merupakan bagian dari sekresi vagina maka perubahan dapat dikenal oleh wanita yang
diharapkan dapat mengerti. Walaupun demikian, akan memerlukan waktu 2 atau 3
bulan lagi pasangan yang sebelumnya belum pernah mengetahui maknanya untuk
memperhatikan hal ini.
Perubahan-Perubahan yang Terjadi :
Tahap-Tahap Perkembangan Janin
 Tahap perkembangan janin minggu 1-4
Minggu pertama :
o Stadium 1 : sel telur yang dibuahi
o Stadium 2 : hari ke 2-3, pembentukan alur. Diferensiasi menjadi sel-sel luar dan
dalam pembelahan sel pertama langsung beralih kestadium kedua buah sel
sementara diangkut menjadi saluran telur.
o Stadium 3 : blastokista bebas menjadi senyawa sehingga jumlah sel menjadi 32-
58 buah dimulai pembentukan rongga blastokista. Hari ke 4-5 blatokista bebas.
Embrioblast dan trofoblast rongga blatokista dilanjutkan dengan nidasi yang
berlangsung selama kurang lebih satu minggu.
o Minggu kedua : Implantasi
o Stadium 4 : implantasi blatokista dan krucut implantasi dalam selpaut lendir
rahim.
o Stadium 5 : masuknya blatokista kedalam selaput lendir sampai awal peredaran
uteroplasenta.
Minggu ketiga : blatokista trilaminar
o Stadium 6 : pembentukan mesoderm ekstra embrional dan reorganisasi rongga-
rongga embrional dan terbentuk garis sederhana.
o Stadium 7 : timbauan korda
o Stadium 8 : terusan aksial
o Stadium 9 : lipatan kepala mulai terbentuk, jantung mulai berdenyut dan jonjot-
jonjot karion mulai terapung bebas dalam darah ibu.
Minggu keempat :
o Perkembagan bentuk badan, mencakup stadium 10-13 pada awal minggu ke 4
jantung berdenyut, peredaran darah berfungsi, bumbung saraf menutup. Embrio
melipatkan diri lepas dari kandung kuning telur.
o Diakhir minggu ke 4 gestasi, sel-sel embrio tumbuh dengan cepat tapi belum
menyerupai manusia sesungguhnya.
o Perkembangan minggu ke 4 gestasi mencakup yang berikut :
o Panjang 0,75-1 mm ; berat 400 mg
o Pembentukan korda spinalis dan mulai menyatu digaris tengah back bant (kepala
menyentuh ekor).
o Jantung mengalami rudimeter, tampak seperti gumpalan dipermukaan anterior.
o Gumpalan mirip lengan dan kaki
o Mata, telinga dan hidung mengalami rudimenten.
 Tahap perkembangan janin minggu ke 5-8 : organogenesis
o Stadium 14 : miotom-miotom
Panjang 5-7 mm, usia 31-35 hari, alur lensa menenggelamkan kedalam cawan
mata. Duktus endolimfatikus bertunas keluar dari gelembung telinga. Lengkung
kepala dan lengkung temgkuk sangat menonjol.
o Stadium 15 : topografi pembuluh-pembuluh darah
Panjang 7-9 mm, usia 35-38 hari, ectoderm menutup diatas gelembung lensa.
Tepek penghidu membenankan diri menjadi suatu alur kecil. Terbentuk tepek
telingga.
o Stadium 16 : tonjolan-tonjolan wajah
Panjang 8-11 mm, usia 37-42 hari. Pada embrio yang tidak difiksasi sudah
mengalami pigmentasi. Benjolan-benjolan telinga tampak jelas. Sinus serviklis
menutup. Telapak tangan amat jelas, telapak kaki samara-samar.
o Stadium 17 : gelembung-gelembung telenfesalon.
o Stadium 18-19 : bentuk yang kuboid.
o Stadium 20 : tangan pada sikap pronasi. Kerangka tulang rawan dan susunan
otot.
o Stadium 23 : histologi. Pengolahan bertahap pada kepala.
o Diakhir minggu ke 8 gestasi, organogenesis telah lengkap.
o Perkembangan pada minggu ke 8 gestasi mencekup yang berikut :
 Panjang 2,5 cm ; berat 20 gram
 Jantung mulai berdenyut disertai adanya katup dan septum.
 Gambaran wajah dapat dilihat.
 Ekstremitas terbentuk.
 Ekor mengalami retrogesi, abdomen kencang dan kantung gestasional
kelaminnya.
 Minggu ke 12 :
- Panjang 7-9 cm
- Berat 45 gram
- Terjadi gerakan janin spontan.
- Reflek babinski positif.
- Pembentukan lempeng osifikasi.
- Jenis kelamin bisa dibedakan dari tampilan luar.
- Sekresi ginjal dapat dimulai : urin belum terdapat di cairan amnion.
- Denyut jantung dapat di dengar melalui doppler
 Minggu ke 16 :
Diakhir minggu keenam belas gestasi janin menelan cairan amniotonic dengan aktif.
- Gestasi mencakup :
o Panjang 10 -17 cm.
o Berat 55-120 gram
o Quickening
o Antibody mulai di produksi
o Rambut mulai terbentuk
o Mekonium terdapat di usus bagian atas
o Terbentuk lemak coklat
o Pola tidur dan aktifitas dapat dibedakan.
 Minggu ke 24 :
Ketika janin mencapai usia 24 minggu, atau beratnya mencapai 601 gram, mereka telah
mencapai batas usia viabilitas jika kelahiran mereka ditangani di fasilitas pelayanan
modern.
- Gestasi mencakup yang berikut :
o Panjang 28-36 cm
o Berat 550 gram
o Antybody pasif ditransfer dari ibu kejanin
o Terdapat ferniks kaseosa
o Mekonium terdapat direktum
o Produksi surfaktan mulai aktif
o Kelopak dan bulu mata sudah dapat dibedakan
o Kelopak mata sudah mulai terbuka dan pupil raktif.
 Tahap perkembangan janin minggu ke 28 :
Pembuluh darah retina rentan terhadap kerusakan akibat konsentrasi oksigen, ini
menjadi pertimbangan penting pada saat merawat bayi dengan berat lahir rendah yang
memerlukan oksigen.
Perkembangan pada minggu ke 28 getasi mencakup yang berikut :
- Panjang 35-38 cm
- Berat 1200 gram
- Alfeolus paru matang
- Terbentuk surfaktan dicairan amnion
- Testis turun (pada pria)
 Tahap perkembangan janin minggu ke 32 :
Diakhir minggu ke 32 gesatasi janin mulai menetapkan diri pada posisi lahir.
Perkembangan pada minggu ke 32 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 38-43 cm
- Berat 1600 gram
- Terdapat simpanan lemak subkutan
- Reflek moro aktif
- Terbentuk cadangan zat besi
- Janin mulai peka terhadap suara-suara dari luar kandungan
- Kuku jari memenuhi ujung-ujung jari.
 Tahap perkembangan janin minggu ke 36 :
Diakhir minggu ke 36 janin berada pada posisi verteks atau kepala berada dibawah
Perkembangan pada minggu ke 36 gestasi mencakup sebagai berikut :
- Panjang 42-49 cm
- Berat 1900-2700 gram
- Terdapat simpanan glikogen, besi, karbohidrat dan kalsium
- Simpanan lemaksubkutan meningkat
- Lipatan plantar terbentuk 1-2
- Laguno menghilang
- Biasanya berada pada posisi verteks
 Tahap perkembangan janin pada minggu ke 40 :
Pada primipara, janin biasanya masuk kejalan lahir selama 2 minggu terakhir kehamilan
yang membuat ibu merasa bahwa bayi siap lahir. Ini merupakan peringatan bahwa
trimester ke 3 kehamilan sudah berakhir dan persalinan siap dimulai. Pada
perkembangan minggu ke 40 gestasi mencakup yang berikut :
- Panjang 48-52 cm
- Berat 3000 gram
- Ginjal janin aktif
- Verniks kaseosa terbentuk lengkap
- Plantar mulai banyak
- Kuku jari mulai panjang
Faktor-Faktor yang mempengaruhi :
1. Infertilitas pada wanita
Untuk menjadi hamil, wanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur, ovumnya harus
normal dan tidakboleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau amplantasi
ovum yang sudah di buahi. Oleh karena itu, penyebeb infertilitas pada wanita, yang
dapat disebabkan oleh faktor, psikologis, atau kombinasi keduanya, dapat dibagi
menjadi masalah ovulasi atau hambatan atau abnormalitas dalam saluran reproduksi.
2. Masalah ovulasi
Karena ovulasi normal berlangsung dibawah kendali hormone, gangguan tertentu dalam
system endokrin dapat mempengaruhi fertilisasi. Dengan menelusuri kembali peristiwa-
peristiwa yang menyebabkan ovulasi, area-area yangn terkait dengan sistem endokrin
menjadi jelas. Pertama hipotalamus perlu melepaskan faktor pelepasan gonadotropin
yang bekerja pada kelenjar hipofisis, menyebabkan pelepasan FSH dan LH. FSH
menstimulasi sebuah folikel menjadi matang dan menyebabkan produksi estrogen,
sedangkan LH menstimulasi pelepasan ovum dan produksi progesterone. Produksi
estrogen dan progesterone juga dipengaruhi oleh kadar prolaktine yang bersikulasi dari
kelenjar hipofisis.
Masalah ovulasi dapat disebabkan oleh difungsi hipotalamus, kelenjar hipofisis, atau
kelenjar tyroid (karena peningkatan kadar prolaktin dapat disebabkan baik oleh masalah
kelenjar hipofisis ataupun kelenjar tyroid). Dari perspektif psikologi, terdapat juga suatu
kolerasi antara hiperprolaktinemia dan tingginya tingkat stress (diantara pasangan
yangn mendatangi klinik infertilitas), walaupun efek stress pada fertilisasi memerlukan
penelitian lebih lanjut. Penyakit sistematik,yang meliputi DM, penyakit gagal ginjal yang
mempengaruhi fungsi endokrin dapat juga menggangu siklus normal.
Walaupun fungsi hormone dapat berada dalam keadaan normal, gangguan pada
ovarium dapat mempengaruhi ovulasi. Misalnya kista atau tumor ovarium, penyakit
ovarium polikistis atau kerusakan ovarium akibat endomestiotis atau riwayat
pembedahan dapat menggangu siklus ovarium sehingga mempengaruhi fertilitas. Lebih
lanjut lagi, dapat terjadi masalah pada produksi dan pelepasan ovum. Misalnya ovum
yang dihasilkan dapat dilepas sebelum ovum tersebut benar-benar matur, atau ovum
tersebut terus menerus mengalami defek.

1. Bayi dan Anak


 ASI Eksklusif dan penyapihan yang layak
 Tumbuh kembang anak, pemberian makanan dengan gizi seimbang
 Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
 Pencegahan dan penanggulangan kekerasan
 Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan
 Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini : pengutamaan jenis kelamin, sunat
perempuan, kurang gizi (malnutrisi), kesakitan dan kematian BBLR, penyakit lain
disemua usia dan kekerasan.
 Pendekatan yang dilakukan: pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan, pelayanan
kesehatan primer, imunisasi, pelayanan antenatal, persalinan, postnatal, menyusui serta
pemberian suplemen, dll.
Perubahan pada bayi lahir cukup bulan :
 Pembentukan genitalia interna telah sempurna
 Folikel pada kedua ovarium telah lengkap
 Genitalia eksterna telah terbentuk
 Minggu pertama dan kedua setelah lahir, bayi masih membawa pengaruh  estrogen
yang didapat saat dlm kandungan. Pengaruh ini seperti :
 Epitel vagina relative tebal dan pH vagina 5
 1/3 bayi perempuan endoserviksnya tidak terhenti pada ostium uteri eksternum tetapi
menutupi juga sebagian dari portio servisis uteri (pseudoerosio kongenitalis)
Asuhan yang diberikan
1. ASI Eksklusif
2. Tumbuh kembang anak dan pemberian makanan dengan gizi seimbang
3. Imunisasi dan manajemen terpadu balita sakit
4. Pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap perempuan (KtP)
5. Pendidikan dan kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.

1. Remaja
Masa remaja atau pubertas adalah usia antara 10 sampai 19 tahun dan merupakan
peralihan dari masa kanak-anak menjadi dewasa. Peristiwa terpenting yang terjadi pada
gadis remaja adalah datangnya haid pertama yang dinamakan menarche. Secara tradisi,
menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalaminya dianggap
sudah tiba waktunya untuk melakukan tugas-tugas sebagai wanita dewasa, dan siap
dinikahkan. Pada usia ini tubuh wanita mengalami perubahan dramatis, karena mulai
memproduksi hormon-hormon seksual yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sistem reproduksi
Tahapan pubertas/remaja
1. Masa remaja awal (10-12 tahun)
 Merasa lebih dekat dengan teman sebaya
 Merasa ingin bebas
 Lebih banyak memperhatikan keadan tubuhnya dan mulai suka berkhayal
1. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
 Ingin mencari identitas diri
 Ada keinginan untuk berkencan atau mulai tertarik dengan lawan jenis
 Timbul perasaan cinta yang mendalam
 Kemampuan berpikir abstrak makin berkembang
 Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual
1. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
 Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
 Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
 Memiliki citra terhadap dirinya
 Dapat mewujudkan perasaan cinta
 Memiliki kemampuan berpikir abstrak
Perubahan Kesehatan Wanita Pada Siklus Remaja
Tanda-tanda perubahan yang terjadi pada remaja wanita
1. Perubahan fisik
1. Tanda-tanda primer
Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya yang ditandai
dengan datangnya haid.Ovarium mulai berfungsi dengan matang dibawah
pengaruh hormone gonadotropin dan hipofisis, folikel mulai tumbuh meski
belum matang tetapi sudah dapat mengeluarkan estrogen. Korteks kelenjar
suprarenal membentuk androgen yang berperan pada pertumbuhan badan.
Selain pengaruh hormone somatotropin diduga kecepatan pertumbuhan wanita
dipengaruhi juga oleh estrogen.
2. Tanda-tanda sekunder
 Rambut
Tumbuhnya rambut pada kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkambang.
Bulu ketiak dan bulu pada wajah mulai tampak setelah datang haid. Rambut yang mula-mula
berwarna terang berubah menjadi lebih subur, gelap, kasar, keriting.
 Pinggul
Pinggul berubah menjadi lebih memebesar dan membulat. Hal ini disebabkan karena
membesranya tulang pinggul dan lemak dibawah kulit.
 Payudara
Bersamaan dengan membesarnya pinggul maka payudara juga membaesar dan puting susu ikut
menonjol. Disini makin membesarnya kelenjar susu maka payudara semakin besar dan bulat.
 Kulit
Kulit menjadi semakin kasar, lebih tebal dan pori-pori lebih membesar. Tetapi kulit wanita lebih
lembut daripada kulit pria.
 Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Pada masa ini sering timbul masalah jerawat
karena adanya sumbatan kelenjar keringat dan baunya menusuk pada saat sebelum dan
sesudah haid.
 Otot
Menjelang akkhir masa puber, otot menjadi semakin membesar dan kuat. Akibat akan
terbentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
 Suara
Suara berubah menjadi merdu.
1. Perubahan kejiwaan
1. Perubahan emosi
Remaja lebih peka atau sensitif sehingga lebih mudah menangis, cemas, frustasi,
bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Selain itu, mudah bereaksi bahkan agresif
terhadap gangguanatau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Pada masa ini
ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, lebih suka pergi sama teman,
tidak betah tinggal dirumah.
2. Perkembangan intelrgensia
Pada perkembangan ini remaja cenderung mengembangkan cara berpikir
abstrak dan ingin mengetahui hal-hal baru yang mendorong perilaku ingin coba-
coba.
Asuhan apa yang diberikan
1. Gizi seimbang
2. Informasi tentang kesehatan reproduksi
3. Pencegahan kekerasan seksual (perkosaan)
4. Pencegahan terhadap ketergantungan napza
5. Perkawinan pada usia yang wajar
6. Peningkatan pendidikan, ketrampilan, penghargaan diri dan pertahanan terhadap
godaan dan ancaman.
1. Siklus kesehatan wanita dewasa
Usia dewasa muda, yaitu antara 18 sampai 40 tahun, sering dihubungkan dengan masa
subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif
dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih
memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi
kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada
periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis
akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Kanker, kegemukan, depresi, dan penyakit
serius tertentu mulai menggerogoti tubuhnya. Gangguan yang sering muncul pada usia
ini, adalah endometriosis yang ditandai dengan gejala nyeri haid, kram haid, nyeri
pinggul saat berhubungan seks, sakit saat buang air besar atau buang air kecil. Penderita
kadang mengalami nyeri hebat, tetapi ada juga yang tidak mengalami gejala apa-apa.
1. Kehamilan dan persalinan yang aman
2. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan
3. bayi
Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB)
4. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
5. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
6. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi secara rasional
7. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
8. Pencegahan dan manajemen infertilitas.
9. Masalah yang mungkin ditemui: Kesakitan dan kematiani ibu yang disebabkan
berbagai kondisi, malnutrisi/anemia, kemandulan, pelecehan/kekerasan seksual,
komplikasi aborsi, ISR/IMS/HIV/AIDS dan pengaturan kesuburan.
10. Pendekatan yang dapat dilakukan : pendidikan kesehatan, suplemen, konseling,
pencegahan primer, pengobatan KB, pendidikan tentang perilaku seksual yang
bertanggungjawab, pencegahan dan pengobatan IMS, pelayanan antenatal,
persalinan, post partum pelayanan kebidanan darurat, imunisasi dan informasi-
informasi.
Asuhan yang diberikan
11. Kehamilan dan persalinan yang aman
12. Pencegahan kecacatan dan kematian akibat kehamilan pada ibu dan bayi
13. Menjaga jarak kelahiran dan jumlah kehamilan dengan penggunaan alat
kontrasepsi (KB)
14. Pencegahan terhadap PMS/HIV/AIDS
15. Pelayanan kesehatan reproduksi berkualitas
16. Pencegahan dan penanggulangan masalah aborsi
17. Deteksi dini kanker payudara dan leher rahim
18. Pencegahan dan manajemen infertilitas.

2. Usia Lanjut
Yang dianggap lanjut usia (lansia) adalah setelah mencapai usia 60 tahun. Inilah masa
yang paling rentan diserang berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berat lainnya.
Sangat penting bagi wanita untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya secara teratur.
Prioritas utamanya adalah menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur pola
makan yang benar, dan minum suplemen yang dibutuhkan tubuh. Selain itu olahraga
ringan dan tetap aktif secara intelektual.
1. Perhatian pada problem meno/andro-pause
2. Perhatian pada penyakit utama degeneratif, termasuk rabun, gangguan mobilitas
dan osteoporosis.
3. Deteksi dini kanker rahim dan kanker rahim
4. Masalah yang mungkin terjadi pada tahap ini: penyakit sistem sirkulasi,
kekerasan, prolaps/osteoporosis, kanker saluran reproduksi, payudara/kanker
prostat, ISR/IMS/HIV/AIDS.
5. Pendekatan yang dapat dilakukan: dipengaruhi oleh pengalaman reproduksi
sebelumnya, diagnosis, informasi dan pengobatan dini.
Asuhan apa yang diberikan
6. Perhatian pada problem menopause
7. Perhatian pada penyakit utama degenerative, termasuk rabun, gangguan
mobilitas dan osteoporosis.
Berkurangnya hormone estrogen pada wanita menopause mungkin
menyebabkan berbagai keluhan sebagai berikut :
8. Penyakit jantung koroner
9. Kadar estrogen yang cukup, mampu melindungi wanita dari penyakit jantung
koroner. Berkurangnya hormone estrogen dapat menurunkan kadar kolesterol
baik (HDL) dan meningkatnya kadar kolesterol tidak baik (LDL) yang
meningkatkan kejadian penyakit jantung koroner.
10. Osteoporosis
11. Adalah berkurangnya kepadatan tulang pada wanita akibat penurunan kadar
hormone estrogen, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah.
12. Gangguan mata
13. Mata terasa kering dan kadang terasa gatal karena produksi air mata berkurang.
14. Kepikunan (demensia tipe Alzeimer).
Kekurangan hormone estrogen juga mempengaruhi susunan saraf pusat dan
otak. Penurunan hormone estrogen menyebabkan kesulitan berkonsentrasi,
sukar tidur, gelisah, depresi sampai pada kepikunan tipe Alzeimer. Penyakit
kepikunan tipe Alzeimer dapat terjadi bilam kekurangan estrogen sudah
berlangsung cukup lama dan berat, yang dipengaruhi factor keturunan.
15. Deteksi dini kanker rahim.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Perempuan
16. Kemiskinan
Diperkirakan sekitar 40% penduduk Indonesia masih berada di bawah garis
kemiskinan sejak terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan. Hal ini
menghambat akses terhadap pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat
berakibat kesakitan, kecacatan dan kematian.
17. Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat
Kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat ditentukan oleh banyak
hal, misalnya keadaan sosial ekonomi, budaya dan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat di mana mereka menetap. Dewasa ini masih banyak ditemukan
diskriminasi terhadap perempuan, antara lain:
1. Perempuan dinomor-duakan dalam segala aspek kehidupan, misalnya
dalam pemberian makan sehari-hari, kesempatan memperoleh
pendidikan, kerja dan kedudukan.
2. Perempuan seringkali terpaksa menikah pada usia muda, karena tekanan
ekonomi atau orang tua mendorong untuk cepat menikah agar terlepas
dari beban ekonomi.
3. Keterbatasan perempuan dalam pengambilan keputusan untuk
kepantingan dirinya, misalnya dalam ber-KB, dalam memilih bidan
sebagai penolong persalinan atau dalam mendapat pertolongan segera di
RS ketika diperlukan, disamping kurangnya kesempatan mengendalikan
penghasilan keluarga.
d. Tingkat pendidikan perempuan yang belum merata dan masih rendah
menyebabkan informasi yang diterima tentang kesehatan reproduksi
sangat terbatas. Seperti diketahui, tingkat pendidikan yang meningkat
dapat meningkatkan rasa percaya diri, wawasan dan kemauan untuk
mengambil keputusan yang baik bagi diri dan keluarga, termasuk yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi.
18. Akses ke fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
1. Jarak ke fasilitas kesehatan yang cukup jauh dan sulit dicapai
2. Kurangnya informasi tentang kemampuan fasilitas kesehatan
3. Keterbatasan biaya
4. Tradisi yang menghambat pemanfaatan tenaga dan fasilitas kesehatan
19. Kualitas pelayanan kesehatan reproduksi yang kurang memadai, antara lain
karena:
1. Pelayanan kesehatan yang kurang memperhatikan kebutuhan klien
2. Kemampuan fasilitas kesehatan yang kurang memadai
20. Beban ganda, tanggung jawab tidak proporsional sehingga kesehatan anak
perempuan dan perempuan semakin buruk
21. Akses untuk pelayanan kespro rendah karena:
1. Pengetahuan tentang seksualitas dan informasi mengenai hak reproduksi
masih rendah.
2. Menonjolnya perilaku seksual resiko tinggi
3. Diskriminasi social
4. Sikap negatif terhadap perempuan dan anak perempuan
5. Rendahnya kemampuan dalam pengendalian kehidupan seksual pada
reproduksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita
22. Masa bayi
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa bayi :
1. Lingkungan
2. Kondisi ibu
3. Sikap orang tua
4. Aspek psikologi pada masa bayi
5. Sistem reproduksi
23. Masa kanak-kanak
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kehidupan wanita pada masa ini :
1. faktor dalam
1. Hal-hal yang diwariskan orang tua spt bentuk tubuh
2. Kemampuan intelektual
3. Keadaan hormonal tubuh
4. Emosi dan sifat
2. faktor luar
1. Keluarga
2. Gizi
3. Budaya setempat
4. kebiasaan anak dalam hal personal hygiene
24. Masa pubertas/remaja
Faktor yang berpengaruh :
 Status gizi
 Pendidikan
 Lingkungan dan pekerjaan
 Seks dan seksualitas
 Kesehatan reproduksi remaja itu sendiri
1. Masa  dewasa/reproduksi
Faktor yang berpengaruh yaitu :
 Perkembangan organ reproduksi
 Tanggapan seksual
 Kedewasaan psikologi
1. Masa usia lanjut (klimakterium, menopause, senium)
Faktor yang berpengaruh :
 Faktor hormonal
 Kejiwaan
 Lingkungan
 Pola makan
 Aktifitas fisik

3. ASPEK PENCEGAHANPENYAKIT DAN PROMOSI KESEHATAN

Asuhan kesehatan reproduksi pada remaja melibatkan wanita dalam pengambilan keputusan

Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan bahwa perilaku seks
remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943 di 24 negara dan
dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut, menunjukkan 13,2 % remaja
berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi.
Sementara 82% lainnya, menggunakan alat kontrasepsi.

3.1 Defenisi Remaja


a. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
b. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24
tahun.
c. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa
atau bukan lagi remaja.
d. Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity.
e. DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara
masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
f. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun.
g. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16
atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal
dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai
transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

3.2 Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap :
1. Perubahan Eksternal
Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah :
a. Tinggi Badan : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh
belas dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya.
b. Berat Badan: Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan perubahan tinggi
badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh
yang hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
c. Proporsi Tubuh : Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan yang tubuh
yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi
kelihatan terlalu pandang.
d. Organ Seks: Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada
akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
e. Ciri – ciri Seks Sekunder: Ciri – ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang
pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbunya
kumis dan jakun pada laki-laki sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.

2. Perubahan Internal:
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar.
Perubahan ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.

Perubahan yang terjadi..


1. Sistem Pencernaan: Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa,
usus bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding-dinding usus
menjadi lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas
atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah
matang.
3. Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh
belas tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.
4. Sistem Endokrin: Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak
seimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar
seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai
akhir masa remaja atau awal masa dewasa
5. Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun.
Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang
mencapai ukuran yang matang.

Perubahan kejiwaan
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya
mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b. Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba. Prilaku ini jika
didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah
dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi
kehamilan remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin, termasuk
HIV/AIDS.

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya :
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa
remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi
dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini
memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola
perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh,
minat dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta
keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit
diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua
menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari
kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam
usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa
mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa
perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

3.3 Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja


1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja)
2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan
agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
8. Hak-hak reproduksi
9. Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja sangat perlu
untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ reproduksi yang banyak
berkembang dalam fase ini.
10. Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ kewanitaannya
begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa remaja dan pubertas, organ
kewanitaan anak gadis mulai mengalami perubahan.
11. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan sehingga
kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun buang air besar. Cara
mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih
disarankan agar bakteri dan kotoran tidak kembali bersarang.
12. Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga kebersihannya terutama bagi yang
tinggal di negara tropis semcam Indonesia. Produksi keringat membuat daerah tersebut lembab
dan merupakan kondisi yang tepat untuk tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan
perubahan hormon juga dapat merubah ekosistem organ kewanitaan.
13. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan sangat
berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri.
14. Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria. Beberapa remaja
pria tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus penis pada masa kanak-kanak yang
sering dikenal dengan sunatan, nah remaja pria yang memiliki organ intim seperti ini harus
tetap rajin membersihan organ intimnya dengan membersihkan daerah di dalam lipatan kulit
tersebut, karena apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk
tumbuhnya jamur dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.
15. Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan keadaan sekitar
saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan organ intim mereka terantuk,
terjepit resleting ataupun terkena benda lain dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat
mengalami cedera, pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal dikemudian hari bahkan
sampai disfungsi ereksi.

3.4 Strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :


Pada tahun 1994, International Conference on Population and Development (ICPD) melakukan
upaya untuk mengembangkan program yang cocok untuk kebutuhan kesehatan reproduksi
remaja.
1. Melakukan pengembangan layanan-layanan yang ramah bagi generasi muda;
2. Melibatkan generasi muda dalam perancangan, pelaksaan, dan evaluasi program;
3. Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan (provider) untuk dapat melayani kebutuhan
dan memperhatikan kekhawatiran-kekhawatiran khusus para remaja;
4. Mendorong upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukung perkembangan generasi
muda dan mendorong munculnya perilaku kesehatan remaja yang positif;
5. Memadukan latihan-latihan membangun keterampilan ke dalam program-program yang
ditujukan untuk generasi muda agar dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka,
mengembangkan kemampuan mereka berkomunikasi mengenai seksualitas,dan memperkuat
kemampuan mereka dalam mengupayakan praktik-praktik seksual yang lebih aman.

3.5 Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun
terakhir ini karena beberapa alasan:
1. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul
ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja.
Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja
perempuan, pada kelompok usia 15-292.
2. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun menurun, jumlah
kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan populasi remaja. Diperkirakan bahwa
40% dari semua anak perempuan berusia 14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali
saat mereka berumur 20 tahun3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses
untuk mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang
dibutuhkan.
3. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur
yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi remaja.
4. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang sehat pada
tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada program kesehatan reproduksi
remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
5. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi dunia berusia di
bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.

2.6 Masalah-Masalah kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan


1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan
reproduksi remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang kontroversial di
banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong
munculnya kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat
difokuskan pada membuat perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan
menargetkan para stake holder yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan
kesehatan reproduksi bagi para remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk
membentuk persepsi publik dan program dapat dipusatkan dalam memperkuat dukungan
untuk pendanaan dan pelaksanaan program yang relevan sehingga meningkatkan kemungkinan
suksesnya program.

2. Komponen-komponen program yang berhasil


Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai keberhasilan
maksimal jika program-program tersebut:
a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan dilayani.
b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra anggapan para pemberi
layanan (provider)
e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk menghindari
risiko.
f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih aman menjadi
perilaku yang menarik.
h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang cukup panjang.

3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna


Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan para
remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka
dalam hal informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam
pengambilan keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau
pelayanan. Program-program yang menggunakan pendidik/edukator teman sebaya didasarkan
pada bukti bahwa para remaja memiliki hubungan baik dengan orang lain yang berusia hampir
sama, dengan ketertarikan dan latar belakang serupa.

4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja


Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja) merupakan salah
satu yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan,
kesulitan dan hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda dengan orang dewasa.
Pendekatan ini mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik,
termasuk bidan dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara biologis,
psikologis dan kebutuhan kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan
kerahasiaan remaja sebagai klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman,
pelayanan dengan harga yang masuk akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi
remaja, termasuk kelompok remaja pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk membuat
pelayanan menjadi ramah dan nyaman, bidan harus mempertimbangkan masukan-masukan
para remaja terhadap komponen-komponen klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang
tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-tempat remaja biasa berkumpul untuk belajar,
bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus dipastikan. Sikap-sikap menghakimi dan
kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi layanan dapat menciptakan hambatan kritis
dan bertahan lama terhadap pelayanan kesehatan reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi
dapat menghambat pelayanan kesehatan reproduksi pada remaja.

5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja


Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai perkembangan fisik dan
emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan
substansial, bagaimana mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan
pendidikan, kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan
interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi interpersonal. Media massa
hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi
biaya untuk mengomun ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap
dan perilaku.

6. Kontrasepsi bagi remaja


Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai
kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek samping, dan bagaimana menjangkau petugas
pelayanan kesehatan untuk menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang
sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai sangat penting
untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan potensi efek samping. Konseling harus
mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS (penyakit
menular seksual).

7. HIV dan PMS di kalangan Remaja


Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya
111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah
dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25
tahun, dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60% dari semua
infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun. Infeksi di kalangan
perempuan melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di
Tanzania memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV
lebih dari empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan lebih tidak
berpengalama seksual dan memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit dibanding pria
sebayanya.

8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan


Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun
sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko
kesehtan, tapi risiko persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun.
Remaja dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan. Perempuan muda
seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang percaya diri untuk mengakses pelayanan
kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan penting
terhadap terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat dibutuhkan,
sehingga menimbulkan kepercayaan diri remaja. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi
tinggi dalam kematian ibu di antara para remaja.

9. Pendidikan seks berbasis sekolah


Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara berkembang dan negara-
negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu
menunda hubungan seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para
remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian kontrasepsi
dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.

10. Masalah Gender Spesifik


Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan seksual, hubungan
seksual yang dipaksakan dan hubungan dengan kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa
budaya, perilaku pria berisiko ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap
gender ini telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan reproduksi
remaja, program harus secara langsung mengkonfrontasi masalah hubungan gender yang tidak
setara. Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil keputusan dan
tindakan yang merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti menolak
melakukan hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian kondom. Bidan harus membantu
para perempuan muda tersebut membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang
diperlukan untuk membantu mereka membuat keputusan-keputusan.

4. MASALAH GANGGUAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN UPAYA


PENANGGULANGANNYA
4.1 INFERTILITAS
Invfertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mencapai kehamilan
setelah selama 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak
menggunakan alat kontrasepsi.
Infertilitas primer
adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami istri sama sekali belum pernah
memiliki anak.
Infertilitas sekunder
Jika sebelumnya pasangan suami istri pernah memiliki anak (minimal 1 kali
kehamilan), tetapi kehamilan berikutnya belum berhasil dicapai,

4.2 Penyebab
a. faktor pria
1) Masalah pada sperma : Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di dalam
testis (buah zakar). Proses pembuatan sperma disebut spermatogenesis. Sel yang
belum terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72-74 hari untuk berkembang
menjadi sel sperma yang matang. Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke
dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak testis
menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis
sampai saat terjadinya ejakulasi. Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens
dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan
oleh vesikula seminalis ditambahkan pada sperma dan membentuk semen, yang
kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.
Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk mengantarkan
sejumlah sperma yang normal ke dalam vagina wanita.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut sehingga bisa terjadi
kemandulan:
a) Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat
panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma,
berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang
abnormal di dalam semen. Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada
suhu 33,5 (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu
tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar
rongga tubuh. Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian
marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan
nitrofurantoin).
b) Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens
(kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama
sekali.
Jika di dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula
seminalis) berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula
seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus ejakulatorius.
c) Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada
kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.
Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju
pembentukan sperma.
d) Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen
mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis. Kelainan ini lebih sering
ditemukan pada pria yang telah menjalani pembedahan panggul (terutama
pengangkatan prostat) dan pria yang menderita diabetes. Ejakulasi retrograd juga
bisa terjadi akibat kelainan fungsi saraf.
2. Impotensi 3. Kekurangan hormon 4. Polusi lingkungan. 5. Pembentukan
jaringan parut akibat penyakit menular seksual.

2) Faktor wanita:
a) Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis.
b) Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium/sel
telur).
Ovulasi adalah pelepasan sel telur dari ovarium (indung telur).
Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi hari pertama.
Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuahi oleh sperma yang berasal dari pria.
Jika seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak
mengalami menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebabnya lalu
dilakukan pengobatan untuk merangsang terjadinya ovulasi. Kadang ovulasi tidak
terjadi akibat tidak dilepaskannya GnRH (donadotropin-releasing hormone) oleh
hipotalamus.
c) Kelainan hormon.
d) Kekurangan gizi.
d) Kista ovarium.
e) Infeksi panggul.
f) Tumor.
g) Kelainan lendir servikal (lendir reher rahim). Lendir pada serviks bertindak
sebagai penyaring yang menghalangi masuknya bakteri dari vagina ke dalam
rahim. Lendir ini juga berfungsi memperpanjang kelangsungan hidup sperma.
Lendir pada serviks adalah kental dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali
pada fase folikuler dari siklus menstruasi. Selama fase folikuler, terjadi
peningkatan hormon estradiol sehingga lendir lebih jernih dan elastis dan bisa
ditembus oleh sperma. Selanjutnya sperma menuju ke rahim lalu ke tuba falopii
dan terjadilah pembuahan di tuba falopii.
h) Kelainan sistem pengangkutan dari leher rahim ke tuba falopii (saluran telur).
i) Kelainan pada tuba falopii. Bisa terjadi kelainan struktur maupun fungsi tuba
falopii.
Penyebab yang utama adalah:
Infeksi Endometriosis
Pengikatan tuba pada tindakan sterilisasi.
Selain faktor yang berhubungan dengan usia, risiko infertilitas juga meningkat
pada:
1. Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi penyakit
menular seksual)
2. Penyakit menular seksual
3. Pernah menderita penyakit peradangan panggul (setelah menderita penyakit
ini, 10-15% wanita menjadi mandul)
4. Pernah menderita orkitis atau epididimitis (pria)
5. Gondongan (pria)
6. Varikokel (pria)
7. Pemaparan DES (dietil stilbestrol) (pria maupun wanita)
8. Siklus menstruasi anovulatoir
9. Endometriosis
10. Kelainan pada rahim (mioma) atau penyumbatan leher rahim
11. Penyakit menahun (misalnya diabetes

Diagnosa Dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari


suami dan istri.

4.3 Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:


1. Analisa semen untuk menilai volume dan kekentalan semen serta menilai jumlah,
pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma. 2-3 hari sebelum
menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh melakukan ejakulasi.
2. Pengukuran suhu tubuh basal. Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat tidur,
dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,5-1O
Celsius berarti sedang terjadi ovulasi.
3. Memperhatikan perubahan pada lendir servikal. Pada fase ovulatoir, lendir
menjadi basah, elastis dan licin.
4. Postcoital test (PCT). PCT dilakukan untuk menilai interaksi antara sperma dan
lendir servikal dengan cara menganalisa lendir servikal yang dikumpulkan dalam
waktu 2-8 jam setelah melakukan hubungan seksual. Tes ini dilakukan pada
pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol mencapai kadar tertinggi
dan pada saat terjadi ovulasi. Dalam keadaan normal, lendir servikal adalah jernih
dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa terputus. Bila dilihat dengan
mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
5. Kadar progesteron serum.
6. Biopsi endometrium
7. Biopsi testis (jarang dilakukan)
8. Kadar LH (luteinizing hormon) untuk memperkirakan saat ovulasi dan
membantu menentukan waktu untuk melakukan hubungan seksual.
9. Progestin challenge
10. Kadar hormon pada suami dan istri.
11. Histerosalpingografi (HSG) untuk menilai sistem transport dari serviks melalui
rahim sampai ke tuba falopii.
12. Histeroskopi.
13. Laparoskopi untuk melihat rongga panggul.
14. Pemeriksaan panggul (pada wanita) untuk menentukan adanya kista atau
tidak.
Prognosis
Sekitar 85-90% kasus, kemungkinan penyebabnya bisa diketahui. Pengobatan yang
tepat (tidak termasuk teknik modern seperti fertilisasi in vitro) memungkinkan
terjadinya kehamilan pada 50-60% pasangan yang sebelumnya didiagnosis
mengalami kemandulan. Tanpa pengobatan, 15-20% kasus pada akhirnya akan
mengalami kehamilan.

4.4 Pencegahan
Infertilitas seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu
dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan resiko
kemandulan di masa yang akan datang. Penyakit menular seksual yang paling sering
menyebabkan kemandulan adalah gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada
awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadinya
penyakit peradangan panggul atau salpingitis. Peradangan menyebabkan
pembentukan jaringan parut pada tuba falopii lalu terjadi penurunan kesuburan,
kemandulan absolut atau kehamilan di luar kandungan.

Immunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan


komplikasinya pada pria (orkitis). Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah dengan
menjalani immunisasi gondongan. Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki risiko
kemandulan yang lebih tinggi (misalnya IUD). IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada
wanita yang belum pernah memiliki anak.
Beberapa jenis teknik perawatan untuk masalah ketidaksuburan atau infertilitas
yang memiliki tingkat keberhasilan cukup tinggi di antaranya yaitu:

Tekhnik reproduksi buatan


a. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan atau artificial insemination (sering disingkat sebagai AI) dilakukan
dengan memasukkan cairan semen yang mengandung sperma dari pria ke dalam
organ reproduksi wanita tanpa melalui hubungan seks atau bukan secara alami.
Cairan semen yang mengandung sperma diambil dengan alat tertentu dari seorang
suami kemudian disuntikkan ke dalam rahim isteri sehingga terjadi pembuahan dan
kehamilan. Biasanya dokter akan menganjurkan inseminasi buatan sebagai langkah
pertama sebelum menerapkan terapi atau perawatan jenis lainnya.

b. GIFT (Gamete Intrafallopian Transfer)


GIFT yang merupakan singkatan dari Gamete Intrafallopian Transfer merupakan
teknik yang mulai diperkenalkan sejak tahun 1984. Tujuannya untuk menciptakan
kehamilan. Prosesnya dilakukan dengan mengambil sel telur dari ovarium atau
indung telur wanita lalu dipertemukan dengan sel sperma pria yang sudah
dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan
sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan ke dalam tuba falopi atau
tabung falopi wanita melalui irisan kecil di bagian perut melalui operasi laparoskopik.
Sehingga diharapkan langsung terjadi pembuahan dan kehamilan.
c. IVF (In Vitro Fertilization)
IVF atau In Vitro Fertilization dikenal juga sebagai prosedur bayi tabung. Mula-mula
sel telur wanita dan sel sperma dibuahi di media pembuahan di luar tubuh wanita.
Lalu setelah terjadi pembuahan, hasilnya yang sudah berupa embrio dimasukkan ke
dalam rahim melalui serviks

d. ZIFT (Zygote Intrafallopian Transfer)


ZIFT atau Zygote Intrafallopian Transfer merupakan teknik pemindahan zigot atau sel
telur yang telah dibuahi. Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur
dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah sel
telur dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopi atau tabung falopi melalui
pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan
kombinasi antara teknik IVF dan GIFT.

e. ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection)


ICSI atau Intracytoplasmic Sperm Injection dilakukan dengan memasukkan sebuah sel
sperma langsung ke sel telur. Dengan teknik ini, sel sperma yang kurang aktif maupun
tidak matang dapat digunakan untuk membuahi sel telur.

4.2 SEKSUAL TRANSMITED DISEASE (STD) / PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

Penyakit kelamin sudah lama dikenal di beberapa negara, terutama yang paling populer
di antaranya adalah Sifilis dan Gonorrhoe. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, makin
banyak juga ditemukan jenis-jenis penyakit baru, sehingga istilah Penyakit Kelamin yang dulu
banyak disebut sudah dianggap tidak sesuai lagi dan diubah menjadi Seksually Transmited
Disease (STD) atau Penyakit Menular Seksual (PMS).

Karena pada kenyataanya penyakit-penyakit tersebut tidak hanya mengenai juga organ-
organ yang lain.Dari tahun ke tahun insiden PMS bisa dikatakan semakin meningkat, terbukti
dari data yang diperoleh terlihat setiap tahun tidak kurang dari 250 kasus baru ditemukan dan
dari jumlah tersebut 30-50% merupakan penyakit-penyakit yang tergolong PMS. Peningkatan
Insident tersebut secara tidak langsung juga terjadi karena semakin banyaknya kelompok
perilaku-perilaku berisiko tinggi, seperti : anak-anak usia remaja, PSK (Pekerja Seks Komersial),
pecandu narkotika, kaum homoseksual, dll.

4.2.1 Defenisi PMS


Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah : Suatu gangguan/ penyakit-penyakit yang ditularkan
dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pertama sekali penyakit ini
sering disebut ‘Penyakit Kelamin’ atau Veneral Disease, tetapi sekarang sebutan yang paling
tepat adalah Penyakit Hubungan Seksual/ Seksually Transmitted Disease atau secara umum
disebut Penyakit Menular Seksual (PMS).

4.2.2 Beberapa Penyakit Menular Seksual yang sering ditemukan di Indonesia antara lain:
a. Disebabkan oleh Bakteri : Gonorrhoe, Sifilis, Urethritis, Vaginosis Bakterial
b. Disebabkan Virus : AIDS, Herpes Genitalis, Hepatitis B, Kondiloma Akuminata
c. Disebabkan oleh Jamur : Kandidiasis Vaginosis
d. Disebabkan oleh Parasit : Scabies, Pedikulosis Pubis

4.2.3 Pencegahan PMS


Prinsip utama dari pengendalian Penyakit Menular Seksual secara prinsip ada dua, yaitu:
a. Memutuskan rantai penularan infeksi PMS
b. Mencegah berkembangnya PMS serta komplikasi-komplikasinya.

4.2.4 Gejala awal yang menjadi pertanda PMS, diantaranya :


1. benjolan atau lecet di sekitar alat kelamin
2. gatal atau sakit di sekitar alat kelamin
3. bengkak atau merah di sekitar alat kelamin
4. rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil
5. buang air kecil lebih sering dari biasanya
6. demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh
7. kehilangan berat badan, diare dan keringat malam hari
8. keluar cairan dari alat vital yang tidak biasa, berbau dan gatal
9. pada wanita keluar darah di luar masa menstruasi dll

4.2.5 Pencegahan yang bisa dilakukan antara lain :


a. Tidak melakukan hubungan seks, tidak berganti-ganti pasangan, menggunakan kondom
setiap hubungan seks
b. Menghindari transfusi darah dengan donor yang tidak jelas asal-usulnya
c. Kebiasaan menggunakan alat kedokteran maupun non medis yang steril

4.2.6 Komplikasi dari PMS (termasuk AIDS) antara lain :


1. Kemandulan baik pria atau wanita
2. Kanker leher rahim pada wanita
3. Kehamilan di luar rahim
4. Infeksi yang menyebar
5. Bayi lahir dengan kelahiran yang tidak seharusnya, seperti lahir sebelum cukup umur, berat
badan lahir rendah, atau terinfeksi PMS
Perempuan lebih rentan tertular PMS dibandingkan dengan laki-laki. Alasan
utamanya adalah:
1. Saat berhubungan seks, dinding vagina dan leher rahim langsung terpapar oleh cairan
sperma. Jika sperma terinfeksi oleh PMS, maka perempuan tsb pun bisa terinfeksi
2. Jika perempuan terinfeksi PMS, dia tidak selalu menunjukkan gejala. Tidak munculnya
gejala dapat menyebabkan infeksi meluas dan menimbulkan komplikasi
3. Banyak orang — khususnya perempuan dan remaja — enggan untuk mencari
pengobatan karena mereka tidak ingin keluarga atau masyarakat tahu mereka menderita
PMS.

4.2.7 Jenis-jenis PMS


a) GONORE Definisi
infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri doplococcus gram-negatif Neisseria
gonorrhoeae. Bakteri ini melekat dan menghancurkan membran sel epitel yang melapisi
selaput lendir terutama epitel yang melapisi kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstra
genital di faring, anus, dan rektum dapat dijum[pai pada kedua jenis kelamin. Untuk dapat
menular, harus terjadi kontak langsung mukosa ke mukosa. Penularan dari laki-laki ke
perempuan lebih sering terjadi dari pada penularan dari perempuan ke laki-laki karena
lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama di fagina.
Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesikula seminalis,
epydydymis, dan testis pada pria, uertra, tuba fallopi , endometrim, dan rongga peritonium
pada perempuan.

Epidemiologi
Angka infeksi paling tinggi pada kaum muda, dengan yang tertinggi pada perempuan
berusia 15-19 tahun dan laki-laki berusia 20-24 tahun, dan pada laki-laki yang berhubungan
seksual dengan sesama jenis.

Gejala dan tanda


Respon peradangan yang cepat disertai dekstruksi sel menyebabkan keluarnya sekret
purulen kuning kehijauan khasdari uretra pada pria dan ostium serviks pada perempuan.
Gejala dan tanda pada laki-laki dapat muncul 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan
uretritis, didikuti oleh sekret yang purulen, disuria, sering berkemih dan malaise, gatal-gatal
pada anus sedangkan pada perempuan, gejala dan tanda timbul dalam 7-21 hari yang
dimulai dengan sekret vagina, nyeri abdomen, nyeri rectum, gatal, dan tenesmus. Pada
pemeriksaan, serviks tampak edematous dan rapuh dan drainase mukopurulen dari ostium.
Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai karena
berubahnya paraktek-praktek seksual. Infeksi gonokokus di farinhg lebih sering
asimptomatik tapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan eksudat mukopurulen,
demam, dan limfodenopati leher.

Pemeriksaan diagnostik
Gonore dapat didiagnosis dengan cepat dengan pewarnaan gram terhadap apusan eksudat
yang diambil dari tempat infeksi. Apusan positif bila ditemukan diplokoccus gram negatif
intra sel. Untuk memastikan diagnosis harus dilakukan pembiakan dari semua
kemungkinan tempat infeksi. Uji-uji amplikasi DNA dengan metode reaksi berantai
polimerase (PCR) dan reaksi berantai ligase (LCR) lebih sensitif dibandingkan biakan bakteri
dan dapat digunakan sekret vagina atau serviks dan dapat digunakan urin . uji-uji non-
biakan misalnya deteksi antigen dengan antibodi imunofluerensensi lansung (DFA) dan
enzyme imunosorbent assay (EIA) kurang dikembangkan dan jarang digunakan.

Terapi
Gonorea dapat disembuhkan dengan penisilin mulai tahun 1940-an, namun sekarang
banyak brkembang galur-galur gonorea yang resisten panisilin. Terapi yang saat ini
direkomendasikan adalah golonga sefalosporin dan fluorokuinolon . Semua kontak seksual
pasien yang terinfeksi harus dievaluasi dan ditawarkan terapi profilaktik.

b) Sifilis Definisi
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.

Penyebab
Bakteri Treponema pallidum. Bakteri ini masuk kedalam tubuh manusia melalui selaput
lendir (misalnya di vagina atau mulut) atau melalui kulit. Dalam beberapa jam, bakteri akan
sampai ke kelenjar getah bening terdekat, kemudian menyebar ke seluruh tubuh melalui
aliran darah. Sifilis juga bisa menginfeksi janin selama dalam kandungan dan menyebabkan
cacat bawaan. Seseorang yang pernah terinfeksi oleh sifilis tidak akan menjadi kebal dan
bisa terinfeksi kembali.

Gejala
Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 1-13 minggu setelah terinfeksi; rata-rara 3-4
minggu. Infeksi bisa menetap selama bertahun-tahun dan jarang menyebabkan kerusakan
jantung, kerusakan otak maupun kematian.

Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:


1. Fase Primer. Terbentuk luka atau ulkus yang tidak nyeri (cangker) pada tempat yang
terinfeksi; yang tersering adalah pada penis, vulva atau vagina. Cangker juga bisa
ditemukan di anus, rektum, bibir, lidah, tenggorokan, leher rahim, jari-jari tangan atau
bagian tubuh lainnya. Biasanya penderita hanya memiliki1 ulkus, tetapi kadang-kadang
terbentuk beberapa ulkus. Cangker berawal sebagai suatu daerah penonjolan kecil yang
dengan segera akan berubah menjadi suatu ulkus (luka terbuka), tanpa disertai nyeri. Luka
tersebut tidak mengeluarkan darah, tetapi jika digaruk akan mengeluarkan cairan jernih
yang sangat menular. Kelenjar getah bening terdekat biasanya akan membesar, juga tanpa
disertai nyeri. Luka tersebut hanya menyebabkan sedikit gejala sehingga seringkali tidak
dihiraukan. Luka biasanya membaik dalam waktu 3-12 minggu dan sesudahnya penderita
tampak sehat secara keseluruhan.
2. Fase Sekunder. Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul
dalam waktu 6-12 minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar
atau selama beberapa bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi
beberapa minggu atau bulan kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder
sering ditemukan luka di mulut. Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah
bening di seluruh tubuhnya dan sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan
mata biasanya tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata
sehingga penglihatan menjadi kabur. Sekitar 10% penderita mengalami peradangan pada
tulang dan sendi yang disertai nyeri. Peradangan ginjal bisa menyebabkan bocornya
protein ke dalam air kemih.
Peradangan hati bisa menyebabkan sakit kuning (jaundice). Sejumlah kecil penderita
mengalami peradangan pada selaput otak (meningitis sifilitik akut), yang menyebabkan
sakit kepala, kaku kuduk dan ketulian. Di daerah perbatasan kulit dan selaput lendir serta di
daerah kulit yang lembab, bisa terbentuk daerah yang menonjol (kondiloma lata). Daerah
ini sangat infeksius (menular) dan bisa kembali mendatar serta berubah menjadi pink
kusam atau abu-abu.
Rambut mengalami kerontokan dengan pola tertentu, sehingga pada kulit kepala tampak
gambaran seperti digigit ngengat. Gejala lainnya adalah merasa tidak enak badan (malaise),
kehilangan nafsu makan, mual, lelah, demam dan anemia.

3. Fase Laten. Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase
laten dimana tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun
atau berpuluh-puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten
kadang luka yang infeksius kembali muncul .

4. Fase Tersier. Pada fase tersier penderita tidak lagi menularkan penyakitnya.
Gejala bervariasi mulai ringan sampai sangat parah. Gejala ini terbagi menjadi 3 kelompok
utama :

Sifilis tersier jinak.


Pada saat ini jarang ditemukan. Benjolan yang disebut gumma muncul di berbagai organ;
tumbuhnya perlahan, menyembuh secara bertahap dan meninggalkan jaringan parut.
Benjolan ini bisa ditemukan di hampir semua bagian tubuh, tetapi yang paling sering adalah
pada kaki dibawah lutut, batang tubuh bagian atas, wajah dan kulit kepala. Tulang juga bisa
terkena, menyebabkan nyeri menusuk yang sangat dalam yang biasanya semakin
memburuk di malam hari.

Sifilis kardiovaskuler.
Biasanya muncul 10-25 tahun setelah infeksi awal. Bisa terjadi aneurisma aorta atau
kebocoran katup aorta. Hal ini bisa menyebabkan nyeri dada, gagal jantung atau kematian.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriskaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:
1. Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR (rapid plasma
reagin). Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak mahal. Mungkin perlu dilakukan tes
ulang karena pada beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa negatif.
2. Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis. Pemeriksaan ini lebih akurat.
Salah satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTA-ABS (fluorescent treponemal antibody
absorption), yang digunakan untuk memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut. Bisa juga digunakan pemeriksaan
antibodi pada contoh darah. Untuk neurosifilis, dilakukan pungsi lumbal guna
mendapatkan contoh cairan serebrospinal. Pada fase tersier, diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala dan hasil pemeriksan antibodi.

Pengobatan
Penderita sifilis fase primer atau sekunder bisa menularkan penyakitnya, karena itu
penderita sebaiknya menghindari hubungan seksual sampai penderita dan mitra
seksualnya telah selesai menjalani pengobatan. Pada sifilis fase primer, semua mitra
seksualnya dalam 3 bulan terakhir terancam tertular. Pada sifilis fase sekunder, semua
mitra seksualnya dalam 1 tahun terakhir terancam tertular. Mereka harus menjalani tes
penyaringan antibodi dan jika hasilnya positif, mereka perlu menjalani pengobatan.
Antibiotik terbaik untuk semua fase sifilis biasanya adalah suntikan penisilin.

Prognosis
Setelah menjalani pengobatan, prognosis untuk sifilis fase primer, sekunder dan fase laten
adalah baik. Prognosis untuk sifulis fase tersier pada hati atau otak adalah buruk, karena
kerusakan yang telah terjadi biasanya tidak dapat diperbaiki.

3. Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di
sekeliling rektum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus herpes simpleks.

Etiologi:
Penyebabnya adalah virus herpes simpleks.
Ada 2 jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSV-2 biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes
simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan
(terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya
permukaan mata). Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa
penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara
seksual (misalnya sifilis atau cangkroid).

Gejala
Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya
berupa gatal, kesemutann dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang
diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung
membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan
membentuk keropeng. Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika
berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa
meninggalkan jaringan parut. Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak
membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan
gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan. Pada pria,
lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis
yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim.
Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa
terbentuk di sekitar anus atau di dalam rektum. Pada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh
lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan
dengan asiklovir.

Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya,


karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali
menginfeksi kulit. HSV-2 mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf panggul. HSV-1
mengalami pengaktivan kembali di dalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau
herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.
Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus
lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosa, diambil
apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan
adanya antibodi terhadap virus.

Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa
memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus
mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini
mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala. Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa
diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.
Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko
penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini
pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.

d) Uretritis Non-Gonokokus & Servisitis Klamidialis


Uretritis Non-Gonokokus dan Servisitis Klamidialis merupakan penyakit menular seksual
yang biasanya disebabkan oleh Chlamydia trachomatis atau Ureaplasma urealyticum (pada
laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau virus herpes
simpleks. Infeksi ini disebut non-gonokokus untuk menunjukkan bahwa infeksi ini bukan
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, bakteri yang menyebabkan gonore.

Penyebab
Chlamydia trachomatis menyebabkan sekitar 50% infeksi uretra yang bukan disebabkan
gonore pada laki-laki dan infeksi leher rahim (serviks) penghasil nanah yang bukan
disebabkan gonore pada wanita. Uretritis lainnya disebabkan oleh Ureaplasma
urealyticum, yang merupakan suatu bakteri yang menyerupai mikoplasma. Chlamydia
merupakan bakteri kecil yang hanya bisa berkembangbiak di dalam sel. Ureaplasma adalah
bakteri yang sangat kecil, dengan dinding sel yang tidak terlalu kuat, tetapi bisa
berkembang biak di luar sel.

Gejala
Biasanya antara 4-28 hari setelah berhubungan intim dengan penderita, seorang pria akan
mengalami perasaan terbakar yang ringan ketika berkemih. Biasanya akan keluar nanah
dari penis. Nanahnya bisa jernih atau agak keruh, tetapi lebih encer daripada nanah
gonore. Pada pagi hari, lubang penis sering tampak merah dan melekat satu sama lain
karena nanah yang mengering. Kadang-kadang penyakit ini dimulai lebih dramatis. Timbul
rasa sakit waktu berkemih, frekuensi berkemih menjadi lebih sering dan dari uretra keluar
nanah. Meskipun kebanyakan penderita wanita tidak menunjukkan gejala, beberapa
diantaranya mengalami urgensi (desakan) berkemih yang lebih sering, rasa nyeri ketika
berkemih, nyeri di perut bagian bawah, nyeri pada saat berhubungan intim dan keluarnya
lendir kekuningan dan nanah dari vagina. Hubungan seksual melalui mulut atau dubur
dengan penderita bisa menyebabkan infeksi tenggorokan atau infeksi dubur. Infeksi ini
menyebabkan rasa nyeri dan keluarnya lendir dan nanah yang berwarna kekuningan.

Komplikasi 1. Pria.
a. Epididimitis : infeksi pada epididimis, yang bisa menyebabkan nyeri pada buah zakar. b.
Striktur uretra : penyempitan uretra, yang bisa menyebabkan penyumbatan aliran air
kemih.
2. Wanita.
Infeksi saluran telur, bisa menyebabkan nyeri, kehamilan ektopik (di luar kandungan) dan
kemandulan. Infeksi pembungkus hati dan daerah di sekeliling hati, bisa menyebabkan
nyeri perut bagian atas
3. Pada pria dan wanita.
Konjungtivitis : infeksi pada bagian putih mata, bisa menyebakan nyeri mata dan belekan
4. Pada bayi baru lahir.
Konjungtivitis, bisa menyebabkan nyeri mata dan belekan. Pneumonia, bisa menyebabkan
demam dan batuk.

Diagnosa
Pada kebanyakan kasus, infeksi oleh Chlamydia trachomatis bisa didiagnosis berdasarkan
hasil pemeriksaan cairan dari penis atau leher rahim di laboratorium. Infeksi Ureaplasma
urealyticum tidak dapat didiagnosis secara spesifik dengan pemeriksaan medis yang biasa.
Karena pembiakannya sulit dan teknik diagnostik yang lainnya mahal, maka diagnosis
infeksi Chlamydia atau Ureaplasma sering ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas
disertai bukti yang menunjukkan tidak adanya gonore.

Pengobatan
Biasanya diberikan antibiotik tetrasiklin atau doksisiklin per-oral (melalui mulut), minimal
selama 7 hari atau diberikan azitromisin dosis tunggal. Tetrasiklin tidak boleh diberikan
kepada wanita hamil.

Prognosis
Pada sekitar 60-70% penderita, jika tidak diobati, infeksi Chlamydia trachomatis akan
membaik dalam waktu 4 minggu. Pada sekitar 20% penderita, infeksi kembali kambuh
setelah penderita menjalani pengobatan.

e) Infeksi HIV
Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah suatu infeksi virus yang secara
progresif menghancurkan sel-sel darah putih dan menyebabkan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome). Stadium akhir dari infeksi HIV adalah AIDS.
AIDS adalah suatu keadaan dimana penurunan sistem kekebalan tubuh yang didapat
menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh terhadap penyakit sehingga terjadi infeksi,
beberapa jenis kanker dan kemunduran sistem saraf. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV
mungkin tidak menderita AIDS; sedangkan yang lainnya baru menimbulkan gejala beberapa
tahun setelah terinfeksi. Infeksi HIV yang berakhir menjadi AIDS, telah menjadi penyebab
utama kematian pada anak-anak. Pada tahun 1995 CDC (Centers for Disease Control and
Prevention) telah menerima laporan tentang jumlah anak yang terinfeksi oleh HIV pada
saat lahir, yaitu sebanyak 5500 anak. Infeksi HIV dan AIDS terutama menyerang dewasa
muda, anak-anak atau remaja hanya sekitar 2%.

Penyebab
Penyebab terjadinya infeksi HIV adalah virus HIV-1 atau virus HIV-2 (lebih jarang).
3 cara penularan virus kepada anak-anak:
1. Ketika anak masih berada dalam kandungan
2. Pada saat proses persalinan berlangsung
3. Melalui ASI.

Gejala
Infeksi sebelum selama atau segera setelah lahir, tidak langsung menampakkan gejala.
Pada 10-20% kasus, gejala baru timbul pada saat anak berumur 1-2 tahun; sedangkan pada
80-90% kasus, gejalanya baru timbul beberapa tahun kemudian.
Sekitar 50% anak-anak yang terinfeksi HIV, terdiagnosis menderita AIDS pada usia 3 tahun.

Gejala awal yang biasa ditemukan pada anak yang terinfeksi HIV:
1. Pertumbuhan yang jelek, penurunan berat badan, demam yang berlangsung lama atau
berulang, diare yang menetap atau berulang, pembengkakan kelenjar getah bening,
pembesaran hati dan limpa, pembengkakan dan peradangan kelenjar liur di pipi
2. Infeksi jamur yang menetap atau berulang (thrush) di mulut atau daerah yang tertutup
popok
3. Infeksi bakteri berulang (misalnya infeksi telinga tengah, pneumonia dan meningitis)
4. Infeksi oportunistik virus, jamur dan parasit
5. Keterlambatan atau kemunduran perkembangan sistem saraf.

Sejumlah gejala dan komplikasi bisa timbul karena adanya penurunan sistem kekebalan.
Sekitar sepertiga anak-anak yang terinfeksi HIV, menderita peradangan paru-paru
(pneumonitis interstisial limfositik), biasanya pada tahun-tahun pertama. Gejalanya berupa
batuk atau pembengkakan ujung jari tangan (clubbing), tergantung kepada beratnya
penyakit. Pneumonia pneumokistik karena organisme Pneumocystis carinii merupakan
ancaman yang serius pada anak-anak. Anak-anak yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya
mengalami serangan pneumonia pneumokistik minimal 1 kali pada 15 bulan pertama.

Pneumonia pneumokistik merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak dan


orang dewasa yang menderita AIDS. Pada sejumlah anak-anak yang terinfeksi oleh HIV,
kerusakan otak yang progresif menyebabkan anak mengalami gangguan atau
keterlambatan perkembangan, misalnya berjalan dan berbicara. Mereka juga mengalami
gangguan kecerdasan serta memiliki kepala yang ukurannya relatif lebih kecil jika
dibandingkan dengan ukuran tubuhnya.

20% dari mereka mengalami penurunan kemampuan sosial dan berbahasa serta
penurunan pengendalian otot. Bisa terjadi kelumpuhan parsial atau langkahnya menjadi
goyah atau ototnya menjadi kaku. Beberapa anak menderita hepatitis (peradangan hati)
dan gagal ginjal atau gagal jantung. Kanker jarang terjadi pada anak-anak, tetapi kadang
ditemukan limfoma non-Hodgkin dan limfoma otak. Sarkoma Kaposi sangat jarang
menyerang anak-anak. Bayi yang terlahir dengan infeksi HIV biasanya memiliki berat badan
lahir yang rendah. Dalam waktu 2-3 bulan, penambahan berat badannya juga jelek.

Pada anak-anak yang terinfeksi oleh HIV, bisa terjadi infeksi oportunistik berikut;
a. Pneumonia pneumokistik
b. Pneumonia interstisial limfoid (pneumonia yang menjadi kronis dan kadang ditandai
dengan batuk serta sesak nafas)
c. Infeksi bakteri
d. Meningitis
e. Infeksi jamur
f. Esofagitis (peradangan kerongkongan)
g. Kandidiasis (infeksi jamur)
h. Infeksi virus
i. Herpes
j. Herpes zoster
k. Infeksi parasit.

Pada anak-anak jarang terjadi keganasan. 2 masalah utama yang sering ditemukan pada
anak-anak yang terinfeksi HIV atau menderita AIDS adalah wasting syndrome
(ketidakmampuan untuk mempertahankan berat badan akibat berkurangnya nafsu makan
sebagai respon terhadap infeksi HIV) dan ensefalopati HIV atau demensia AIDS (infeksi otak
yang dapat menyebabkan pembengkakan atau penciutan otak). Wasting syndrome kadang
dapat diatasi dengan menjalani konsultasi diet, sedangkan ensefalopati sulit untuk diobati.

Diagnosa
Pada bayi baru lahir, pemeriksaan darah standar untuk antibodi HIV tidak bersifat
diagnostik karena jika ibunya terinfeksi HIV, maka darah bayi hampir selalu mengandung
antibodi HIV. Antibodi ini akan tetap berada dalam darah bayi selama 12-18 bulan. Jika bayi
tidak terinfeksi, maka setelah berumur 18 bulan, antibodi ini akan menghilang; tetapi jika
bayi terinfeksi, maka antibodi HIV tetap ditemukan dalam darahnya. Karena itu untuk
mendiagnosis infeksi HIV pada bayi yang berumur kurang dari 18 bulan dilakukan
pemeriksaan darah khusus, yaitu reaksi rantai polimerase (PCR, polymerase chain
reaction), tes antigen p24 atau pembiakan virus HIV. Untuk bayi yang berumur lebih dari 18
bulan dilalukan pemeriksaan darah standar untuk infeksi HIV.

Pengobatan
Semua obat-obatan ditujukan untuk mencegah reproduksi virus sehingga memperlambat
progresivitas penyakit. HIV akan segera membentuk resistensi terhadap obat-obatan
tersebut bila digunakan secara tunggal. Pengobatan paling efektif adalah kombinasi antara
2 obat atau lebih, Kombinasi obat bisa memperlambat timbulnya AIDS pada penderita HIV
positif dan memperpanjang harapan hidup. Dokter kadang sulit menentukan kapan
dimulainya pemberian obat-obatan ini. Tapi penderita dengan kadar virus yang tinggi
dalam darah harus segera diobati walaupun kadar CD4+nya masih tinggi dan penderita
tidak menunjukkan gejala apapun. AZT, ddI, d4T dan ddC menyebabkan efek samping
seperti nyeri abdomen, mual dan sakit kepala (terutama AZT). Penggunaan AZT terus
menerus bisa merusak sumsum tulang dan menyebabkan anemia. ddI, ddC dan d4T bisa
merusak saraf-saraf perifer. ddI bisa merusak pankreas. Dalam kelompok nucleoside, 3TC
tampaknya mempunyai efek samping yang paling ringan. Ketiga protease inhibitor
menyebabkan efek samping mual dan muntah, diare dan gangguan perut. Indinavir
menyebabkan kenaikan ringan kadar enzim hati, bersifat reversibel dan tidak menimbulkan
gejala, juga menyebabkan nyeri punggung hebat (kolik renalis) yang serupa dengan nyeri
yang ditimbulkan batu ginjal. Ritonavir dengan pengaruhnya pada hati menyebabkan naik
atau turunnya kadar obat lain dalam darah. Kelompok protease inhibitor banyak
menyebabkan perubahan metabolisme tubuh seperti peningkatan kadar gula darah dan
kadar lemak, serta perubahan distribusi lemak tubuh (protease paunch).

Penderita AIDS diberi obat-obatan untuk mencegah infeksi ooportunistik. Penderita dengan
kadar limfosit CD4+ kurang dari 200 sel/mL darah mendapatkan kombinasi trimetoprim
dan sulfametoksazol untuk mencegah pneumonia pneumokistik dan infeksi toksoplasma ke
otak. Penderita dengan limfosit CD4+ kurang dari 100 sel/mL darah mendapatkan
azitromisin seminggu sekali atau klaritromisin atau rifabutin setiap hari untuk mencegah
infeksi Mycobacterium avium. Penderita yang bisa sembuh dari meningitis kriptokokal atau
terinfeksi candida mendapatkan flukonazol jangka panjang. Penderita dengan infeksi
herpes simpleks berulang mungkin memerlukan pengobatan asiklovir jangka panjang.

Prognosis
Pemaparan terhadap HIV tidak selalu mengakibatkan penularan, beberapa orang yang
terpapar HIV selama bertahun-tahun bisa tidak terinfeksi. Di sisi lain seseorang yang
terinfeksi bisa tidak menampakkan gejala selama lebih dari 10 tahun.
Tanpa pengobatan, infeksi HIV mempunyai resiko 1-2 % untuk menjdi AIDS pada beberapa
tahun pertama. Resiko ini meningkat 5% pada setiap tahun berikutnya.

Resiko terkena AIDS dalam 10-11 tahun setelah terinfeksi HIV mencapai 50%.
Sebelum diketemukan obat-obat terbaru, pada akhirnya semua kasus akan menjadi AIDS.
Pengobatan AIDS telah berhasil menurunkan angka infeksi oportunistik dan meningkatkan
angka harapan hidup penderita. Kombinasi beberapa jenis obat berhasil menurunkan
jumlah virus dalam darah sampai tidak dapat terdeteksi. Tapi belum ada penderita yang
terbukti sembuh. Teknik penghitungan jumlah virus HIV (plasma RNA) dalam darah seperti
polymerase chain reaction (PCR) dan branched deoxyribonucleid acid (bDNA) test
membantu dokter untuk memonitor efek pengobatan dan membantu penilaian prognosis
penderita. Kadar virus ini akan bervariasi mulai kurang dari beberapa ratus sampai lebih
dari sejuta virus RNA/mL plasma.
Pada awal penemuan virus HIV, penderita segera mengalami penurunan kualitas hidupnya
setelah dirawat di rumah sakit. Hampir semua penderita akan meninggal dalam 2 tahun
setelah terjangkit AIDS.

Dengan perkembangan obat-obat anti virus terbaru dan metode-metode pengobatan dan
pencegahan infeksi oportunistik yang terus diperbarui, penderita bisa mempertahankan
kemampuan fisik dan mentalnya sampai bertahun-tahun setelah terkena AIDS. Sehingga
pada saat ini bisa dikatakan bahwa AIDS sudah bisa ditangani walaupun belum bisa
disembuhkan.

Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu kepada bayinya dilakukan dengan cara memberikan
obat anti-HIV. Kepada ibu hamil yang diketahui terinfeksi HIV, pada trimester kedua dan
ketiga (6 bulan terakhir) diberikan AZT per-oral (melalui mulut), sedangkan pada saat
persalinan diberikan AZT melalui infus. Kepada bayi baru lahir diberikan AZT selama 6
minggu. Tindakan tersebut telah berhasil menurunkan angka penularan HIV dari ibu
kepada bayinya, dari 25% menjadi 8%. Pada persalinan normal, kemungkinan penularan
HIV lebih besar, karena itu pada ibu hamil yang terinfeksi HIV kadang dianjurkan untuk
menjalani operasi sesar.

Resiko penularan melalui ASI relatif rendah. Jika tersedia susu formula yang baik dan air
yang bersih, maka sebaiknya ibu yang terinfeksi HIV tidak memberikan ASI kepada bayinya.
Jika air yang tersedia tidak bersih sehingga besar kemungkinannya untuk terjadi diare atau
kekurangan gizi, maka sebaiknya ibu tetap memberikan ASI kepada bayinya karena
pemberian ASI lebih menguntungkan bagi kesehatan bayinya.

5. GANGGUAN HAID PRE


Tentang sindrom PMS, sebuah sumber mengatakan sekitar 85% wanita mengalami
gangguan fisik dan emosi menjelang masa ini. Gejala yang paling gampang dilihat dari sindrom
pra menstruasi ini adalah mudah marah, pusing, depresi, perasaan sensitif, lelah dan tubuh
agak membengkak. Selain itu, biasanya juga terjadi penumpukan cairan dengan payudara yang
agak membengkak, ukuran panggul bertambah besar, wajah terlihat sembab, sakit kepala, dan
nyeri di bagian perut. Perubahan perubahan mood, seperti mudah marah, meledak-ledak, dan
sering menangis juga kerap menandai munculnyapremenstrual syndrome (PMS) ini. Yang lebih
gawat adalah PMS pun dapat menimbulkan depresi, terkadang sampai memunculkan perasaan
ingin bunuh diri, dan bahkan keinginan melakukan kekerasan kepada diri sendiri ataupun ke
orang lain.

Gangguan kesehatan sebelum haid biasanya dianggap hal yang lumrah bagi wanita usia
produktif. Sekitar 40% wanita berusia 14 - 50 tahun, menurut suatu penelitian, mengalami
sindrom pra-menstruasi atau yang lebih dikenal dengan PMS (pre-menstruation syndrome).
Bahkan survai tahun 1982 di Amerika Serikat menunjukkan, PMS dialami 50% wanita dengan
sosio-ekonomi menengah yang datang ke klinik ginekologi. PMS memang kumpulan gejala
akibat perubahan hormonal yang berhubungan dengan siklus saat ovulasi (pelepasan sel telur
dari ovarium) dan haid. Sindrom itu akan menghilang pada saat menstruasi dimulai sampai
beberapa hari setelah selesai haid.

5.1 Etiologi
Penyebab munculnya sindrom ini memang belum jelas. Beberapa teori menyebutkan
antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan
progesteron. Teori lain bilang, karena hormon estrogen yang berlebihan. Para peneliti
melaporkan, salah satu kemungkinan yang kini sedang diselidiki adalah adanya perbedaan
genetik pada sensitivitas reseptor dan sistem pembawa pesan yang menyampaikan
pengeluaran hormon seks dalam sel. Kemungkinan lain, itu berhubungan dengan gangguan
perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita.

5.2 Tipe dan gejala haid pre


a) Tipe PMS bermacam-macam. Dr. Guy E. Abraham, ahli kandungan dan kebidanan dari
Fakultas Kedokteran UCLA, AS, membagi PMS menurut gejalanya yakni PMS tipe A, H, C,
dan D. Delapan puluh persen gangguan PMS termasuk tipe A. Penderita tipe H sekitar
60%, PMS C 40%, dan PMS D 20%. Kadang-kadang seorang wanita mengalami gejala
gabungan, misalnya tipe A dan D secara bersamaan.
b) Setiap tipe memiliki gejalanya sendiri. PMS tipe A (anxiety) ditandai dengan gejala
seperti rasa cemas, sensitif, saraf tegang, perasaan labil. Bahkan beberapa wanita
mengalami depresi ringan sampai sedang saat sebelum mendapat haid. Gejala ini timbul
akibat ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron: hormon estrogen terlalu
tinggi dibandingkan dengan hormon progesteron. Pemberian hormon progesteron
kadang dilakukan untuk mengurangi gejala, tetapi beberapa peneliti mengatakan, pada
penderita PMS bisa jadi kekurangan vitamin B6 dan magnesium. Penderita PMS A
sebaiknya banyak mengkonsumsi makanan berserat dan mengurangi atau membatasi
minum kopi.
c) PMS tipe H (hyperhydration) memiliki gejala edema(pembengkakan), perut kembung,
nyeri pada buah dada, pembengkakan tangan dan kaki, peningkatan berat badan
sebelum haid. Gejala tipe ini dapat juga dirasakan bersamaan dengan tipe PMS lain.
Pembengkakan itu terjadi akibat berkumpulnya air pada jaringan di luar sel (ekstrasel)
karena tingginya asupan garam atau gula pada diet penderita. Pemberian obat diuretika
untuk mengurangi retensi (penimbunan) air dan natrium pada tubuh hanya mengurangi
gejala yang ada. Untuk mencegah terjadinya gejala ini penderita dianjurkan mengurangi
asupan garam dan gula pada diet makanan serta membatasi minum sehari-hari.
d) PMS tipe C (craving) ditandai dengan rasa lapar ingin mengkonsumsi makanan yang
manis-manis (biasanya coklat) dan karbohidrat sederhana (biasanya gula). Pada
umumnya sekitar 20 menit setelah menyantap gula dalam jumlah banyak, timbul gejala
hipoglikemia seperti kelelahan, jantung berdebar, pusing kepala yang terkadang sampai
pingsan. Hipoglikemia timbul karena pengeluaran hormon insulin dalam tubuh
meningkat. Rasa ingin menyantap makanan manis dapat disebabkan oleh stres, tinggi
garam dalam diet makanan, tidak terpenuhinya asam lemak esensial (omega 6), atau
kurangnya magnesium.
e) PMS tipe D(depression) ditandai dengan gejala rasa depresi, ingin menangis, lemah,
gangguan tidur, pelupa, bingung, sulit dalam mengucapkan kata-kata (verbalisasi),
bahkan kadang-kadang muncul rasa ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri. Biasanya
PMS tipe D berlangsung bersamaan dengan PMS tipe A, hanya sekitar 3% dari selururh
tipe PMS benar-benar murni tipe D.

5.3 Pencegahan
a) Kurangi Stres
Perhatikan jadwal kerja Anda, apakah saat ini Anda dikejar tenggang waktu soal
pekerjaan Anda. Bila saja Anda perhatikan, adanya stres kerja ini dapat membuat
menstruasi Anda terlambat. 
Tidak sebanyak yang Anda pikirkan
Anda tidak perlu takut kehilangan jumlah darah terlalu banyak. Secara rata-rata, setiap
bulannya seorang wanita hanya kehilangan sekitar 3 ons darah.

Lama atau Sebentar itu Normal


Kebanyakan wanita akan mengeluarkan darah sekitar dua hari sampai tujuh hari. Bila
menstruasi Anda lebih dari delapan hari, itu belum tergolong masalah besar.
b) Terjadi Pembuahan?
Kebanyakan wanita hanya mengalami ovulasi sekali dalam sebulan, sekitar 14 hari
sebelum datang mensturasi. Pembuahan memang hanya berlangsung selama satu atau
dua hari saja, tetapi karena sperma dapat hidup sampai tujuh hari di dalam vagina, Anda
harus menggunakan pencegah kehamilan.
c) Menghitung Siklus
Saat Anda mendapatkan menstruasi di hari pertama, itu merupakan hari pertama Anda
memasuki siklus menstruasi. Jadikanlah hari itu sebagai patokan untuk siklus berikutnya.
Siklus yang normal berlangsung sekitar 21 hari hingga 35 hari.
d) PMS yang bukan PMS
Wanita yang mengalami sakit hebat saat menstruasi itu melebihi gejala umum sangat
mungkin terkena premenstrual dysphoric disorder (PMDD). Wanita yang menderita
PMDD juga memiliki gejala-gejala sama layaknya PMS, seperti sakit kepala, nyeri sendi
dan otot, tubuh dan payudara membengkak. Gejala-gejala yang secara umum terjadi,
akan menghilang saat berlangsungnya menstruasi.
e) Menurun di Usia 30 Tahun
Pada wanita yang lebih tua, biasanya akan mengalami pembengkakan tubuh, berat
badan bertambah, dan kecemasan yang lebih besar dibandingkan wanita yang lebih
muda. Namun, secara umum, sebenarnya gejalanya telah berkurang dibandingkan
wanita di bawah usia 30 tahun yang sering mengalami kejang, lelah, payudara sakit,
banyak makan, dan mood yang tidak menentu.

6. MASALAH GANGGUAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN UPAYA


PENANGGULANGANNYA.

6.1 PELVIS INFLAMANTORY DISEASES (PID)

6.1.1 DEFINISI
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu
peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan rahim).

Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif.
Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.

Bisasanya peradangan menyerang kedua tuba.


Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.

6.1.2 PENYEBAB
Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan
bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii.
90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular
seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus).

Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun
selama kehamilan.
Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke
dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan,
keguguran, aborsi dan biopsi endometrium).

Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:


1. Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2. Skistosomiasis (infeksi parasit)
3. Tuberkulosis.
4. Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

Faktor resiko terjadinya PID:


1. Aktivitas seksual pada masa remaja
2. Berganti-ganti pasangan seksual
3. Pernah menderita PID
4. Pernah menderita penyakit menular seksual
5. Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.

6.1.3. GEJALA
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi.
Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan
disertai oleh mual atau muntah.

Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak
dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi
yang tidak teratur dan kemandulan.
Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun.

Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).
Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan
penderita bisa mengalami syok.
Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:


 Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang
abnormal
 Demam
 Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak
kemerahan di celana dalam
 Kram karena menstruasi
 Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
 Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
 Nyeri punggung bagian bawah
 Kelelahan
 Nafsu makan berkurang
 Sering berkemih
 Nyeri ketika berkemih.

6.1.4 DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:


 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksan cairan dari serviks
 Kuldosentesis
 Laparoskopi
 USG panggul.

6.1.5 PENGOBATAN
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat.

Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah
sakit.
Antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral
(melalui mulut).
Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan.
Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan
selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita
sebaiknya menggunakan kondom.
6.2 UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI

Unwanted preagnancy atau di kenal sebagai kehamilan yang tidak diinginkan


merupakan suatu kondisi dimana pasangan tidak mengendaki adanya proses kelahira dari suatu
kehamilan .Kehamilan ini bisa merupakan akibat dari suatu perilaku seksual/hubungan seksual
baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja

6.2.1 Faktor-faktor penyebab Unwanted Pregnancy


Banyak faktor yang menyebabkan unwanted pregnancy,antara lain :
a. Penundaan dan peningkatan usia perkawinan, serta semakin dininya usia menstruasi
pertama (menarche )
b. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku seksual yang dapat
menyebabkan kehamilan
c. Kehamilan yang diakibatkan oleh pemerkosaan
d. Persoalan ekonomi (biaya untuk melahirkan dan membesarkan anak )
e. Alasan karir atau masih sekolah (karena kehamilan dan konsekuensi lainnya yang dianggap
dapat menghambat karir atau kegiatan belajar )
f. Kehamilan karena incest

6.2.2 Pencegahan unwanted pregnancy


Unwanted pregnancy dapat di cegah dengan beberapa langkah,yaitu :
1. Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2. Memanfaatkan waktu luang dengan melakukan kegiatan positif seperti berolah raga ,seni
dan keagamaan
3. Hindari perbuatan-perbuatan yang akan menimbulkan dorongan seksual, seperti meraba-
raba tubuh pasangannya dan menonton video porno.

Akibat unwanted pregnancy dan aborsi bagi remaja


Angka kejadian aborsi di indonesia di perkirakan mencapai 2,3 juta pertahun, sekitar 750.000
dilakukan oleh remaja. Program kesehatan reproduksi yang dikembangkan oleh pemerintah
tidak hanya untuk yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang terkait dengan
informasi seksualitas ,edukasi dan penyediaan pelayanan. Bermula dari hubungan seks pranikah
atau seks bebas adalah terjadi kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Ada 2 hal yang bisa
dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan kehamilan dan mengakhiri kehamilan
(aborsi).Semua tindakan tersebut membawa dampak baik fisik, psikis, sosial dan ekonomi.

6.2.3 Bila kehamilan diakhiri (aborsi)


Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila hamil. Jika di negara maju
yang melegalkan aborsi, bisa dilakukan secara aman oleh dokter atau bidan berpengalaman. Di
negara kita lebih sering dilakukan dengan cara yang tidak aman bahkan tidak lazim dan oleh
dukun aborsi mengakibatkan dampak negatif secara fisik, psikis, dan sosial terutama bila
dilakukan secara tidak aman.
1. Risiko fisik
Perdarahan dan konflikasi lain merupakan salah satu risiko aborsi.Aborsi yang berulang selain
bisa mengakibatkan kompilikasi juga bisa menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan
secara tidak aman bisa berakibat fatal yaitu kematian.
2. Risiko psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan-perasaan takut, panuk, tertekan atau setres,
trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah atau dosa
akibat aborsi bisa berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi itu juga sering kehilangan
kepercayaan diri.
3. Risiko sosial
Ketergantungan pada pasangan sering kali menjadi lebih besar karena perempuan merasa tidak
perawan, pernah mengalami KTD atau aborsi .Selanjutnya remaja perempuan lebih sulit
menolak ajakan seksual pasanganya. Resiko lain adalah pendidikan menjadi terputus atau masa
depan terganggu.
4. Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi bila terjadi komplikasi maka biaya akan semakin tinggi.

6.2.4 Penanganan kasus unwanted pregnancy (KTD) pada remaja


Saat menemukan kasus unwanted pregnancy pada remaja, sebagai petugas kesehatan harus
:
1. bersikap bersahabat dengan remaja
2. memberikan konseling pada remaja dan keluarganya
3. apabila ada masalah yang serius agar diberikan jalan keluar yang terbaik dan apabila belum
bisa terselesaikan supaya dikonsultasikan kepada dokter ahli
4. memberikan alternatif penyelesaian masalah apabila terjadi kehamilan pada remaja yaiti:
a. diselesaikan secara kekeluargaan
b. segera menikah
c. konseling kehamilan, persalinan, dan keluarga berencana
d. pemeriksaan kehamilan sesuai standar
e. bila ada gangguan kejiwaan, rujuk kepsikiater
f. bila ada risiko tinggi kehamilan, rujuk ke SpOG
g. bila tidak terselesaikan dengan menikah anjurkan pada keluarga supaya menerima dengan
baik
h. bila ingin melakukan aborsi berikan konseling risiko aborsi
6.2.5 Aborsi

Abortion dalam kamus Inggris-Indonesia diterjemahkan dengan pengguguran


kandungan. WHO memperkirakan ada 4,2 juta aborsi dilakukan per tahun, 750.000 – 1,5 juta
dilakukan di Indonesia. Macam-macam aborsi diantaranya spontaneus, inkompletus, iminen
dan sebagainya. Etika ditinjau dari segi Etika, Agama dan Hukum.

Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang tidak diinginkan yang dilakukan
oleh tenaga yang tidak terlatih, atau tidak mengikuti prosedur kesehatan atau kedua-duanya
(Definisi WHO). Dari 46 juta aborsi/tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita
diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 persen
kontribusi Angka Kematian Ibu Global.

Aborsi mungkin sudah menjadi kebutuhan karena alasan di atas, namun karena adanya
larangan baik hukum maupun atas nama agama, menimbulkan praktek aborsi tidak aman
meluas. Penelitian pada 10 kota besar dan 6 kabupaten memperlihatkan 53 % Jumlah aborsi
terjadi di kota, padahal penduduk kota 1,36 kali lebih kecil dari pedesaan, dan pelayan aborsi
dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih terdapat di 16 % titik pelayanan aborsi di kota oleh
dukun bayi dan 57 % di Kabupaten. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11 % di
kota dan 70 % di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 % di kota dan 85 % di
Kabupaten dilakukan oleh swasta/ pribadi (PPKLP-UI, 2001).

6.2.6 Defenisi Aborsi


Ensiklopedi Indonesia mermberikan penjelasan bahwa abortus diartikan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1.000 gram.

Menurut Eastmen abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum sanggup
hidup sendiri di luar uterus, karena masih dalam usia kehamilan kurang dari 28 minggu. Sama
halnya dengan Jefflot memberikan definisi abortus adalah pengeluaran dari hasil konsepsi
sebelum usia kehamilan 28 minggu, yaitu fetus belum viable by llaous.

Secara umum pengertian abortus provokatus kriminalis adalah suatu kelahiran dini sebelum
bayi itu pada waktunya dapat hidup sendiri di luar kandungan. Pada umumnya janin yang
keluar itu sudah tidak bernyawa lagi. Sedangkan secara yuridis abortus provokatus kriminalis
adalah setiap penghentian kehamilan sebelum hasil konsepsi dilahirkan, tanpa
memperhitungkan umur bayi dalam kandungan dan janin dilahirkan dalam keadaan mati atau
hidup.
6.2.7 Jenis-jenis Aborsi Abortus spontaneus
Adalah aborsi yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis ataupun medicinalis
semata-mata disebabkan oleh faktor alamiah. Rustam Mochtar dalam Muhdiono
menyebutkan macam-macam aborsi spontan:
a. Abortus completes (keguguran lengkap) artinya seluruh hasil konsepsi dikeluarkan sehingga
rongga rahim kosong.
b. Abortus inkompletus (keguguran bersisa) artinya hanya ada sebagian dari hasil konsepsi
yang dikeluarkan yang tertinggal adalah deci dua dan plasenta
c. Abortus iminen, yaitu keguguran yang membakat dan akan terjadi dalam hal ini keluarnya
fetus masih dapat dicegah dengan memberikan obat-obat hormonal dan anti pasmodica
d. Missed abortion, keadan di mana janin sudah mati tetapi tetap berada dalam rahim dan
tidak dikeluarkan selama dua bulan atau lebih.
e. Abortus habitualis atau keguguran berulang adalah keadaan dimana penderita mengalami
keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih.
f. Abortus infeksious dan abortus septic, adalah abortus yang disertai infeksi genital.

Kehilangan janin tidak disengaja biasanya terjadi pada kehamilan usia muda (satu sampai
dengan tiga bulan). Ini dapat terjadi karena penyakit antara lain: demam; panas tinggi; ginjal,
TBC, Sipilis atau karena kesalahan genetik. Pada aborsi spontan tidak jarang janin keluar dalam
keadaan utuh.

6.2.8 Abortus provokatus (indoset abortion)


Adalah aborsi yang disengaja baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat, ini terbagi
menjadi dua:
a. Abortus provocatus medicinalis adalah aborsi yang dilakukan oleh dokter atas dasar
indikasi medis, yaitu apabila tindakan aborsi tidak diambil akan membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus provocatus criminalis adalah aborsi yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan
yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis, sebagai contoh aborsi yang dilakukan
dalam rangka melenyapkan janin sebagai akibat hubungan seksual di luar perkawinan.

Alasan terjadinya Aborsi


1. Keluarga yang tidak siap menerima kehamilan, misal : karena tidak ber-KB atau gagal ber-
KB, membatasi jumlah anak, jarak kehamilan yang terlalu pendek.
2. Keluarga yang dikarenakan memiliki ekonomi pas-pasan sehingga cenderung bersikap
menolak kelahiran anak.
3. Masyarakat cenderung menyisihkan dan menyudutkan wanita yang hamil di luar nikah, baik
secara sengaja ataupun pada kasus perkosaan. Wanita selalu disalahkan, tidak ditolong atau
dibesarkan jiwanya tetapi malah ditekan dan disudutkan sehingga dalam reaksinya wanita
tersebut akan melakukan aborsi.
4. Ada aturan perusahaan yang tidak memperbolehkan karyawatinya hamil (meskipun punya
suami) selama dalam kontrak dan kalau ketahuan hamil akan dihentikan dari pekerjaannya.
5. Pergaulan yang sangat bebas bagi remaja yang masih duduk di bangku sekolah, misal SMA,
mengakibatkan kecelakaan dan membuahkan kehamilan. Karena merasa malu, dengan
teman-temannya, takut kalau kesempatan belajarnya terhenti dan barangkali masa depannya
pun menjadi buruk. Ditambah dengan tekanan masyarakat yang menyisihkan sehingga
akhirnya ia melakukan aborsi supaya tetap eksistensi di masyarakat dan dapat melanjutkan
sekolah.
6. Dari segi medis diketahui umur reproduksi sehat antara 20-35 tahun. Bila seorang wanita
hamil di luar batasan umur itu akan masuk dalam kriteria risiko tinggi. Batasan ini sering
menakutkan, sehingga perempuan yang mengalaminya lebih menjurus menolak kehamilannya
dan ujung-ujungnya akan melakukan aborsi.
7. Pandangan sebagian orang bahwa tanda-tanda kehidupan janin antara lain adanya detak
jantung yakni umur sekitar tiga bulan. Maka hal ini akan memicu seorang wanita yang
mengalami suatu masalah akan melakukan aborsi dengan alasan usia bayi belum sampai 3
bulan.

6.2.9 Aborsi dalam etika


Dalam masyarakat yang kompleks sebagai dampak modernisasi, terjadi pergeseran moral dan
etika ke arah keterpurukan. Untuk mencegah penurunan moral etik, diperlukan sikap etis yang
menunjukkan bahwa sikap tindakan moral terdiri atas hak dan kewajiban yang ditentukan
dengan peraturan yang bertujuan legalisasi dari moral dan moralisasi dari hukum ”legalism
and medical ethics”.

Suatu contoh konflik moral :


1. Aborsi
2. Bayi tabung
3. Sewa rahim
4. Bank sperma
5. Klonning
Untuk mengatasi konflik moral tersebut, semua pihak harus menyadari hak dan kewajibannya
serta mampu menempatkan diri dalam porsi yang tepat.

6.3 HORMON REPLACEMENT THERAPY (HRT)

Terapi penggantian hormon (HRT) adalah suatu sistem pengobatan medis untuk
operasi menopause, perimenopause dan tingkat yang lebih rendah postmenopause wanita.
Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa perawatan dapat mencegah ketidaknyamanan yang
disebabkan oleh sirkulasi berkurang estrogen dan progesteron hormon . Ini melibatkan
penggunaan satu atau lebih suatu kelompok obat yang dirancang untuk meningkatkan kadar
hormon buatan. Jenis utama dari hormon estrogen yang terlibat, progesteron atau progestin ,
dan kadang-kadang testosteron . Hal ini sering disebut sebagai "pengobatan" daripada terapi.

HRT tersedia dalam berbagai bentuk. Hal ini biasanya menyediakan dosis rendah satu
atau lebih estrogen, dan sering juga menyediakan baik progesteron atau analog kimia, yang
disebut progestin. Testosteron juga dapat dimasukkan. Pada wanita yang telah mengalami
histerektomi , suatu senyawa estrogen biasanya diberikan tanpa progesteron apapun, terapi
yang disebut sebagai "terapi estrogen terlindung". HRT dapat disampaikan ke tubuh melalui
patch, tablet, krim, troches, IUD , cincin vagina , gel atau, lebih jarang, dengan suntikan. Dosis
sering bervariasi siklis, dengan estrogen diambil harian dan progesteron atau progestin diambil
selama sekitar dua minggu setiap bulan atau dua metode yang disebut "berurutan gabungan
HRT" atau scHRT. Sebuah metode alternatif, dosis konstan dengan kedua jenis hormon
diminum setiap hari, disebut "HRT gabungan terus menerus" atau ccHRT, dan merupakan
inovasi yang lebih baru. Terkadang sebuah androgen , umumnya testosteron, ditambahkan
untuk mengobati berkurang libido . Ini juga mungkin memperlakukan energi dan membantu
mengurangi osteoporosis setelah menopause.

HRT sering diberikan sebagai bantuan jangka pendek (biasanya satu atau dua tahun,
biasanya kurang dari lima) dari gejala-gejala menopause ( hot flashes , haid tidak teratur,
redistribusi lemak dll). wanita muda dengan kegagalan ovarium prematur atau menopause
bedah dapat menggunakan terapi penggantian hormon selama bertahun-tahun, sampai usia yang
menopause alami akan diharapkan terjadi.

Sikap terhadap HRT berubah pada tahun 2002 setelah pengumuman oleh Women's
Health Initiative dari Institut Kesehatan Nasional bahwa mereka yang menerima perlakuan
(Prempro) di bagian utama dari studi mereka memiliki insiden yang lebih besar dari kanker
payudara , serangan jantung dan stroke . Temuan WHI itu menegaskan kembali dalam studi
nasional yang lebih besar dilakukan di Inggris, yang dikenal sebagai Studi Perempuan Juta .
Sebagai hasil dari temuan ini, jumlah wanita yang menggunakan terapi hormon turun drastis.
Sebagai hasil dari temuan ini, Women's Health Initiative merekomendasikan bahwa wanita
dengan normal ketimbang menopause pembedahan harus mengambil dosis layak terendah HRT
untuk waktu sesingkat mungkin untuk menghindari risiko tersebut.

7. SKRINING UNTUK KEGANASAN DAN PENYAKIT SISTEMIK


7.1 PENGERTIAN
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme
normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Kanker serviks adalah Infeksi HumanPapillomaVirus (HPV), menyebabkan metaplasi epitel
permukaan serviks, berupa proliferasi permukaan epidermal dan mukosa. Kanker payudara
(Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal
dari parenchyma. Penyakit ini oleh Word Health Organization (WHO) dimasukkan ke dalam
International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17. Kanker payudara adalah
kanker pada jaringan payudara. Ini adalah jenis kanker paling umum yang diderita kaum wanita.
Kaum pria juga dapat terserang kanker payudara, walaupun kemungkinannya lebih kecil dari 1
di antara 1000. Pengobatan yang paling lazim adalah dengan pembedahan dan jika perlu
dilanjutkan dengan kemoterapi maupun radiasi. Kanker endometrium adalah jaringan atau
selaput lender rahim yang tumbuh di luar rahim.
Skrining adalah:
(1) pemeriksaan terhadap sejumlah besar orang untuk mengungkap karakteristik tertentu atau
penyakit yang tidak diketahui seperti fenilketonuria atau hipotiroidisme pada neonatus
(2) Fluroskopi ( Kamus Kebidanan ).
Skrining sama artinya dengan deteksi dini atau pencegahan sekunder, mencakup pemeriksaan
(tes) pada orang-orang yang belum mempunyai simptom-simptom penyakit untuk menemukan
penyakit yang belum terlihat atau pada stadium praklinik (dr. H. K. Suheimi ).

7.2 FAKTOR-FAKTOR RESIKO PENYEBAB

7.2.1 KANKER SERVIKS


- perilaku seksual : risiko > 10 x pada wanita dengan mitra seks lebih dari 6 dan hubungan seks
pertama pada usia muda (kurang dari 15 tahun), riwayat PHS.
- riwayat kontrasepsi hormonal : pil KB lebih dari 4 tahun, risiko meningkat 1 - 1.5 x.
- multiparitas
- merokok : efek karsinogenik zat hidrokarbon aromatic polisiklik amin
- nutrisi : defisiensi antioksidan
7.2.2 KANKER PAYUDARA
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih belum diketahui,
tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
kanker payudara diantaranya:
1. Faktor reproduksi: Karakteristik reproduktif yang
berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada
umur muda, menopause pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko
utama kanker payudara adalah bertambahnya umur.
2. Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara.
3. Penyakit fibrokistik: Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara.
4. Obesitas : Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan
kanker payudara pada wanita pasca menopause.
5. Konsumsi lemak: Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya kanker
payudara.
6. Radias i: Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan
terjadinya risiko kanker payudara.
7. Riwayat keluarga dan faktor genetic ; ada 2 jenis gen (BRCA1 dan BRCA2) yang sangat
mungkin sebagai resiko : Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
8. Pemakaian obat-obatan.
Faktor lain yang diduga sebagai penyebab kanker payudara adalah
 tidak menikah
 menikah tapi tidak punya anak
 melahirkan anak pertama sesudah usia 35 tahun
 tidak pernah menyusui anak.
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa penyakit kanker payudara meningkat pada
orang yang sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa) dan juga bagi wanita yang
sebelumnya mengalami menstruasi dibawah usia 11 tahun.
7.2.3. KANKER ENDOMETRIUM
Terdapat beberapa faktor risiko yang dinyatakan berperan terhadap terjadinya kanker
endometrium :
a. Obesitas
b. Riwayat menstruasi
c. Diabetes mellitus (DM)
d. Hipertensi
e. Riwayat infertilitas
f. Pemakaian estrogen
g. Hiperplasia Endometrium
Faktor-faktor lain adalah yang mempengaruhi pemaparan terhadap estrogen atau
meningkatkan kadar progesteron, seperti penggunaan kontrasepsi oral dan merokok
merupakan faktor yang bersifat protektif.

Gambar hiperplasia endometrium


7.3 HUBUNGAN SKRINING UNTUK KEGANASAN PENYAKIT
7.3.1 DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI
Menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit dalam masyarakat melalui deteksi dini dan
pengobatan pada keadaan belum terdapat symptom/gejala. Skrining merupakan upaya untuk
meningkatkan kesehatan reproduksi wanita sepanjang daur kehidupannya meliputi sejarah,
perkembangan wanita dalam aspek biologis, psikososial dan sosial spiritual, kesehatan
reproduksi dalam perspektif gender, permasalahannya serta indikator status kesehatan wanita.
7.3.2 PERAN BIDAN SKRINING UNTUK KEGANASAN DAN PENYAKIT SISTEMIK
a. Memberikan motivasi pada para wanita untuk melakukan pentingnya melakukan langkah
skrining.
b. Membantu dalam mengidentifikasi orang-orang yang berisiko terkena penyakit atau masalah
kesehatan tertentu. Penegakan diagnosis pasti ditindak lanjuti di fasilitas kesehatan
c. Membantu mengidentifikasi penyakit pada stadium dini, sehingga terapi dapat dimulai
secepatnya dan prognosa penyakit dapat diperbaiki
d. Membantu melindungi kesehatan individual
e. Membantu dalam pengendalian penyakit infeksi melalui proses identifikasi carrier penyakit di
komunitas
f. Memberikan penyuluhan dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode barrier
(pelindung) seperti diafragma dan kondom karena dapat memberi perlindungan terhadap
kanker serviks.
g. Memberikan fasilitas skrining kanker serviks dengan metode pap smear kemudian membantu
dalam pengiriman hasil pemeriksaan ke laboratorium.
Tes Papanicolaou (PAP) smear : sitologi eksfoliasi serviks
Gambar Pap Smear

7.3.3 Bagaimana Pap Smear Dilakukan?


Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda berbaring di
atas meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara
perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter akan
mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk
pemeriksaan mikroskopis. Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang
cytotechnologist (orang yang terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya.
Teknisi ini bekerja dengan bantuan patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas sel).
Patologis bertanggung jawab untuk diagnosis akhir. Pendekatan terbaru dengan menggunakan
cairan untuk mentransfer sampel sel ke laboratorium. Dokter akan mengambil sel dengan
carayang sama, namun dokter akan mencuci alat dengan cairan khusus, yang dapat menyimpan
sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke laboratorium, teknisi menyiapkan
slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah diinterpretasikan dibanding slide yang disiapkan
dengan metode tradisional. Umumnya dokter akan melakukan Pap smear selama pemeriksaan
panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa genital eksternal, uterus, ovarium, organ
reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan panggul dapat mengetahui masalah
reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker serviks atau prakanker sejak dini.
Program pemeriksaan / skrining yang dianjurkan untuk kanker
serviks (WHO) yakni :
- skrining pada setiap wanita minimal satu kali pada usia 35-40 tahun
- kalau fasilitas tersedia, lakukan tiap 10 tahun pada wanita usia 35-55 tahun
- kalau fasilitas tersedia lebih, lakukan tiap 5 tahun pada wanita usia 35-55 tahun
- ideal atau optimal, lakukan tiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun
- Mensosialisasikan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) sebagai salah satu bentuk skrining
keganasan terhadap kankerpayudara.
Cara melakukan pemeriksaan payudara sendiri :
1. Pemeriksaan payudara dengan teliti di depan cermin guna melihat apakah bentuk dan
besarnya simetris dan memperhatikan adanya kerut pada kulit atau putting susu yang tertarik.
2. Lengan direntangkan di atas kepala guna memeriksa payudara di cermin

8. DIMENSI STATUS SOSIAL WANITA


8.1 Status Sosial
8.1.1 Pengertian
Status adalah kedudukan seseorang di dalam keluarga dan masyarakat. Jadi status
social wanita adalah kedudukan seorang wanita yang akan mempengaruhi
bagaimana seseorang wanita diperlakukan, bagaimana dia dihargai dan kegiatan apa
yang boleh dilakukan.
8.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Status Wanita
Status wanita dipengaruhi oleh :
a. Rendahnya kedudukan wanita dari pria
Walaupun separuh dari penghuni dunia adalah wanita namun sampai
abad yang lalu dunia seni, politik, ekonomi, perdagangan adalah dunia laki-
laki. Karena itu wanita hidupnya bagaikan mengambang dalam keremangan
senja, bergerak hanyut seperti bayangan dibelakang panggung pria dan tidak
berarti.
Hukum manusia dari dulu hingga sekarang adalah hukum laki-laki,
khususnya dibidang politik, pemerintah adalah pemerintahan pria dan Negara
adalah Negara pria. Terutama dibidang politik, wanita ditolak untuk
menduduki posisi kepemimpinan dan fungsi-fungsi kunci, karena dianggap
kurang mampu dan dilihat sebagai saingan kaum pria.
b. Rendahnya tingkat pendidikan wanita dibanding pria
Ketika orang tua akan memutuskan untuk membiayai pendidikan
anaknya umumnya kaum laki-laki yang mendapat prioritas utama untuk
memperoleh pendidikan yang tinggi untuk bekal menjadi kepala keluarga dan
pencari nafkah yang baik, sedangkan wanita kurang perlu mendapat
pendidikan tinggi karena nantinya juga harus bertugas menjadi ibu rumah
tangga, kembali mengurus keluarga.
Persepsi ini yang merugikan kaum wanita karena dianggap kurang
penting memperoleh pendidikan yang tinggi sehingga mengakibatkan banyak
wanita tetap terpuruk dalam kebodohan karena tingkat pendidikan yang
rendah.
c. Perlindungan hukum, hak dan kewajiban wanita serta peran ganda wanita
sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah
Di masyarakat seorang wanita tidak boleh memiliki / mewarisi hak milik
atau mencari penghasilan. Bila wanita dicerai maka dia tidak boleh merawat
anaknya lagi atau hak miliknya.
Meskipun wanita punya hak secara hokum tetapi tradisi tidak akan
mengijinkan untuk mengkontrol hidupnya sendiri. Selain itu karena ekonomi
keluarga yang kurang baik, meningkatkan wanita untuk berperan ganda
sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah.
8.1.3 Dampak Status Sosial Wanita
Dengan status wanita yang rendah akan berdampak pada :
a. Kehidupan social :
Ø Kehidupan wanita terbelenggu
Ø Potensi wanita terpendam karena harus sering mengalah
Ø Wanita lebih terbelakang pada setiap strata social ekonomi
Ø Suara dan kepentingan wanita kurang terwakili
Ø Hak asasi tertekan
Ø Kontribusi peran alamiah tidak tampak
b. Kesehatan :
Ø Ancaman infeksi tinggi
Ø Perlindungan terhadap trauma dan kecelakaan rendah
Ø Kebutuhan bio, psiko, social dan cultural kurang perhatian
Ø Ancaman kesehatan reproduksi tinggi
Ø Akses pelayanan kesehatan kurang
Ø Menginginkan anak laki-laki dari pada perempuan
Ø Tidak punya hak hokum dan kekuatan untuk memutuskan
Ø Terlalu banyak anak atau sering melahirkan
8.1.4 Masalah Yang Berhubungan Dengan Status Wanita
a. Kedudukan wanita di masyarakat yang rendah
Peran lelaki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah serta wanita
sebagai ibu rumah tangga, ternyata menempatkan wanita pada status yang
kurang menguntungkan yang menyebabkan wanita lebih rendah dari laki-
laki.Status wanita akan kurang menguntungkan dan semakin tidak
menguntungkan jika dia berperan ganda, dimana dia harus bersaing dengan
kaum pria yang dari segi pendidikan dan pencurahan waktu ke sector public.
Ketimpangan kelas berdasarkan jenis kelamin ini dikarenakan system
kemasyarakatan yang bersifat patriarchal membenarkan hal ini berlangsung.
Bahkan hal ini dianggap wajar Karen apembagian peran kedua jenis kelamin
ini memang dipersiapkan sesuai dengan nilai-nilai kodratnya masing-masing.
Selama structural masyarakat patriarchal ini masih bertahan, maka
selama itu pula wanita akan tetap menjadi warga “kelas dua” di dalam
kehidupan social ekonomi.
b. Wanita memperoleh perlakuan tidak layak
Kaum wanita biasanya diperlakukan tidak sama dengan kaum pria.
Kaum wanita biasanya mempunyai kekuasaan, sumber daya dan kedudukan
yang lebih lemah baik dikeluarga atau di masyarakat. Ketimpangan yang
mendasari ini menyebabkan :
Ø Kaum wanita tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan dan
informasi kesehatan yang penting.
Ø Kaum wanita banyak yang berpendidikan rendah dari kaum pria
Ø Kaum wanita banyak yang tidak mempunyai kendali atas hak
menerima pelayanan kesehatan yang mendasar.
8.1.5 Usaha perbaikan status social wanita baik dikeluarga maupun masyarakat
Tatanan masyarakat akan mendorong kaum wanita jatuh dalam kemiskinan
dan derajat kesehatan yang buruk. Tapi tatanan masyarakat bisa di ubah menjadi
pendorong kea rah kesehatan yang lebih baik, bukan justru mendatangkan
masalah kesehatan. Karena penyebab masalah kesehatan berawal dari lingkungan
keluarga, masyarakat dan Negara. Perubahan-perubahan akan memajukan derajat
kesehatan wanita terjadi pada setuiap jenjang tingkat tersebut diatas.
a. Usaha perbaikan dilingkungan keluarga
Ø Memperbaiki derajat kesehatan kita dengan cara mempelajari masalah
kesehatan wanita dan dengan merubah hidup kita sendiri dan lingkungan
keluarga.
Ø Bicarakan dengan pasangan hidup apa yang dibutuhkan oleh masing-masing
pihak untuk memajukan derajat kesehatan yang lebih baik, termasuk
melakukan cara hubungan suami-istri aman dan berbagi beban kerja yang
lebih adil.
Ø Berusaha untuk memajukan kesehatan dan masa depan anak-anak.
b. Usaha perbaikan dan perubahan di lingkungan masyarakat
Ø Berbagi informasi : temukan cara untuk menyebarkan informasi tentang
masalah kesehatan umum yang ada di masyarakat setempat, sehingga
setiap orang tahu masalah tersebut.
Ø Bentuk suatu kelompok pendukung : kaum wanita yang menderita masalah
yang sama seperti wanita korban pemerkosaan / pelecehan seksual.
Ø Berusaha menuju kemandirian : program yang bisa membantu wanita
mencari nafkah sendiri dan memperbaiki lingkungan kerja juga membantu
wanita untuk membuat keputusan sendiri dan menumbuhkan harga diri.
8.2 Peran Wanita
8.2.1 Pengertian
Peran wanita adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi social yang diberikan kepada wanita. Peran menerangkan pada apa yang
harus dilakukan wanita dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan mereka sendiri dn harapan orang lain.
8.2.2. Secara Sosial Wanita Selalu Memiliki Peran
a. Peran wanita dalam keluarga
Ø Sebagai istri dan pendamping suami
Seorang wanita memiliki peran sebagai pendamping pria, mencakup
sikap hidup yang mantap bisa mendampingi suami dalam situasi senang
atau sedih disetai rasa kasih sayang, kecintaan, loyalitas dan kesetiaan
pada partner hidupnya, juga mendorong suami untuk berkarir dengan cara-
cara yang sehat.
Ø Sebagai ibu dan pendidik bagi anak-anak
Setelah melahirkan wanita akan berperan sebagai ibu. Bila ibu
tersebut mampu menciptakan iklim psikis yang gembira, bahagia dan bebas
sehingga suasana rumah tangga menjadi semarak dan bisa membrikan rasa
aman, bebas, hangat, menyenagkan serta penuh kasih saying dengan
begitu suami akan betah tinggal dirumah.
Selain berperan sebagi ibu, wanita juga berperan dalam mendidik
dan menciptakan moralitas dan akhlak yang baik bagi anak-anaknya.
Ø Sebagai partner seks
Tujuan berumah tangga adalah meneruskan keturunan dengan itu
hubungan intim pasangan suami-istri sudah menjadi satu kesatuan, jadi
terdapatnya hubungan heteroseksual yang memuaskan tanpa disfungsi
(gangguan-gangguan fungsi) seks. Ada relasi seksual yang tidak berlebih-
lebihan, tidak hiperseksual dan tidak kurang, maka kehidupan seks yang
mapan terutama disebabkan oleh kehidupan psikis yang stabil, imbang
tanpa konflik-konflik batin yang serius. Ada kesedihan untuk memahami
partnernya serta rela berkorban.
Ø Sebagai pengatur/pengelola rumah tangga
Dalam hal ini terdapat relasi-relasi formal dan semacam pembagian
kerja (devision of labour), dimana suami bertindak sebagai pencari nafkah,
istri berfungsi sebagai pengurus rumah tangga tetapi seringkali juga
berperan sebagai pencari nafkah.
Dalam pengurusan rumah tangga ini yang sangat penting ialah factor
kemampuan membagi waktu dan tenaga untuk melakukan berbagai
macam tugas pekerjaan dirumah tangga dari pagi sampai larut malam.
b. Peran wanita dalam masyarakat
Peran wanita di masyarakat adalah segala kegiatan atau aktifitas yang
dilakukan wanita diluar lingkungan rumah tangga.
Tujuan agar wanita dapat ikut berperan aktif dalam pembangunan nasional
dan ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dengan kemampuan
yang dimilkinya.
Peran wanita dalam pembangunan dimana wanita ikut serta mensukseskan
program nasional bidang :
Ø Program Keluarga Berencana
Ø Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Ø Pendidikan kaum ibu dan kesejahteraan keluarga
c. Peran wanita dalam organisasi profesi
Selain berperan di keluarga dan masyarakat sudah banyak wanita-wanita
yang berperan dalam organisasi profesi seperti pemberdayaan perempuan
(KOMNAS PEREMPUAN) dan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang
wanita yang tujuannya untuk memperjuangkan hak-hak kaum wanita.
8.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Peran Wanita
Faktor yang mempengaruhi peran wanita antara lain adalah keinginan
wanita untuk memperoleh status dimasyarakat dan keinginan wanita untuk
menikah dan berkeluarga.
Setiap wanita normal menginginkan hidup berkeluarga, karena keluarga
merupakan arena peluang untuk memainkan fungsi-fungsi kewanitaannya.
8.2.4. Dampak Peran
Dampak yang ditimbulkan dari peran wanita baik dikeluarga maupun di
masyarakat :
a. Minimalnya waktu untuk privasi
Ø Kurangnya perawatan diri
Ø Kurangnya waktu untuk istirahat
Ø Kurangnya disiplin terhadap kebutuhan nutrisi
Ø Keterbatasan waktu menyebabkan wanita jarang makan dan kelelahan
menjadikan wanita kurang makan.
b. Ancaman kesehatan
Wanita sering mengalami gangguan kesehatan tertentu karena pekerjaaan
mereka, karena kurang gizi, atau karena kelelahan. Penyakit bisa menjadi
ancaman berbahaya yang berbeda pada wanita dari pada pria. Misalnya wanita
yang mengalami penyakit yang menyebabkan kecacatan / kelemahan biasanya
ditolak oleh suami.
Selain itu wanita mengalami resiko kesehatan setiap hari dari
pekerjaannya. Dirumah ancaman penykit paru karena asap dapur dan luka
bakar dari memasak sangat mudah terjadi sehingga dianggap sebagai masalah
kesehatan kerja utama bagi wanita.
Penyakit menular melalui air juga sering terjadi karena wanita
menghabiskan sebagian besar waktunya di air, mncuci pakaian, mengambil air
dan berdiri di air selama menanam padi.
Berjuta wanita nekerja diluar rumah mengalami gangguan kesehatan
karena lingkungan kerja yang tidak aman. Dan sewaktu pulang kerumah mereka
harus mendapatkan beban kerja dobel ini mengakibatkan kelelahan dan
meningkatkan resiko penyakit.
c. Krisis psikologi-
Seperti tubuh wanita bisa sehat atau tidak sehat, demikian juga dengan
daya penalaran dan jiwa seorang wanita. Bila penalaran dan jiwa wanita sehat,
maka dia mempunyai kekuatan emosional untuk merawat kebutuhan fisik dan
keluarga, untuk menemukan masalah-masalahnya dan berusaha mengatasinya,
merencanakan masa depan dan membina hubungan yang memuaskan dengan
orang lain.
Hampir setiap orang kadang-kadang mempunyai kesulitan untuk
melakukannya. Tetapi bila kesulitan berlangsung terus dan menghambat
kegiatan sehari-hari, maka ia akan menjadi tegang dan nervus sehingga ia
tidangak bisa merawat keluarganya dan mengalami gangguan kesehatan jiwa.
8.2.5. Masalah yang Berhubungan dengan Peran Wanita
a. Stres (Frustasi dalam peran)
Kegiatan dan kejadian sehari-hari sering memberikan tekanan pada wanita
sehingga menyebabkan ketegangan pada tubuh dan jiwanya (stress). Bila
seorang wanita mengalami tekanan yang bertubi-tubi setiap harinya dan dalam
jangka waktu yang lama dia akan merasa kewalahan dan tidak bisa
mengatasinya.
b. Konflik peran (harapan-harapan peran yang tidak sesuai)
Dibeberapa wilayah, wanita dipaksa untuk berubah secara cepat karena
perubahan dalam tingkat ekonomi atau karena konflik politik. Banyak
perubahan-perubahan ini membutuhkan perubahan yang menyeluruh pada
sendi-sendi keluarga dan masyarakat sehingga banyak wanita yang merasa
harapan untuk peran yang dia inginkan tidak sesuai.
c. Kurang memadainya ketrampilan untuk memecahkan masalah
Wanita sering tidak punya kesempatan khusus dalam kehidupan sehari-hari
yang sangat sibuk untuk melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri.
9   PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DAN DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA
9.1 Kekerasan terhadap perempuan
setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin
berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual atau psikologis,
termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang, baik yang terjadi di ranah publik atau dalam kehidupan pribadi.
KUHP  :
 Pasal 89-90          : kekerasan dan luka berat
 Pasal 351-356     : penganiayaan
 Pasal 285-301     : kejahatan susila
 Pasal 338-340     : pembunuhan
 Pasal 324-337     : penghilangan kemerdekaan
 Pasal 310-321     : penistaan
 Pada umumnya tidak membedakan korban laki-laki dan perempuan kecuali pada
kejahatan susila
9.1.1 BENTUK-BENTUK KEKERASAN
 Fisik
 Psikologis
 Seksual
 finansial
9.1.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1). FAKTOR MASYARAKAT
 kemiskinan
 urbanisasi
 keluarga ketergantungan obat
 lingkungan kekerasan dan kriminalitas
2). FAKTOR KELUARGA
 keluarga yang sakit kelainan mental
 keluarga yang kacau dan tidak bahagia
 keluarga yang kurang akrab
3). FAKTOR INDIVIDU
 wanita single, bercerai/ingin bercerai
 berumur 17-28 tahun
 ketergantungan obat
 wanita hamil
 pasangan yang cemburu berlebihan
9.1.3 PENATALAKSANAAN
Rehabilitasi :
 fisik
 psikologis
 sosial
 yuridis
9.2 Perkosaan
Hubungan seksual tanpa kehendak bersama, yang dipaksakan oleh satu pihak kepada
pihak lain, yang juga dapat merupakan tindak pseudo seksual yaitu perilaku seksual yang tidak
selalu di motivasi dorongan seksual sebagai motivasi primer, melainkan berhubungan dengan
penguasaan dan dominan, agresi dan perendahan pada satu pihak (korban) oleh pihak lainnya
(pelaku).
9.2.1 Persepsi masyarakat tentang perkosaan
 Biasanya korban yang memprovokasi/mengundang kejadian perkosaan dengan
menggunakan pakaian yang minim ataupun dandanan yang berlebihan
 Sebenarnya perempuan dapat menghindari terjadinya tindakan perkosaan
 Hanya perempuan tertentu yang akan diperkosa
 Perkosaan hanya terjadi di daerah asing pada malam hari
 Perkosaan hanya dilakukan oleh orang sakit/kriminal
 Pria baik-baik tidak akan memperkosa kecuali karena undangan/rayuan dari perempuan
 Perempuan sering mengaku diperkosa untuk balas dendam, mendapat santunan atau pun
karena ia mempunyai kepribadian mencari perhatian
 Perkosaan terjadi karena pelaku tidak dapat mengendalikan impuls seksualnya
9.2.2 Reaksi yang terjadi setelah kejadian perkosaan
 Fase akut (segera setelah serangan terjadi)
Korban mengalami syok dan rasa takut yang sangat kuat, kebingungan, disorganisasi, lemah,
lelah tidak dapat dijelaskan secara rinci/tepat apa yang terjadi (apa, siapa dan bagaimana ciri
penyerang)
 Fase kedua (adaptasi awal)
Individu menghayati berbagai emosi negatif seperti pemberontakan, ketakutan, terhina, malu,
mual, dan jijik yang pada berikutnya dapat ditanggapi dengan represi dan pengingkaran sebagai
upaya untuk mencoba menutup pengalaman ayng menyakitkan.
 Fase reorganisasi jangka panjang
Bertahun-tahun ditandai dengan upaya individu untuk keluar dari trauma yang dialami dan
sungguh-sungguh menerima apa yang terjadi sebagai sesuatu fakta yang memang terjadi. Pada
fase ini tidak jarang individu menampilkan ciri-ciri depresi, mengalami mimpi-mimpi buruk atau
kilas balik kejadian.
9.2.3 PERAN PETUGAS KESEHATAN
 Bersikap dengan santun dan jangan menyalahkan
 Merawat gangguan kesehatan korban
 Menulis semua hasil pemeriksaan sebagai bukti
 Merawat kebutuhan jiwa dan berusaha untuk menajdi sahabat yang bisa dipercaya
 Membantu dalam membuat keputusan
 Memberikan motivasi dan arahan untuk bangkit kembali menatap mas adepan
 Membantu untuk memberitahukan kepada orang tua/keluarga korban
9.3 Pelecehan seksual
perilaku atau tindakan yang mengganggu, melecehkan dan tidak diundang yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap pihak lain, yang berkaitan langsung
dengan jenis kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan menurunkan martabat dan harga
diri orang yang diganggunya.
9.3.1 Kategori pelecehan seksual
a.       Quid pro quo
Pelecehan seksual yang seperti ini adalah pelecehan seksual yang biasanya dilakukan oleh
seseorang yang memiliki kekuasaan otoritas terhadap korbannya, disertai iming-iming pekerjaan
atau kenaikan gaji atau promosi
b.      Hostile work environment
Pelecehan seksual yang terjadi tanpa janji atau iming-iming maupun ancaman
Kategori pelecehan seksual menurut Nichaus
1).    Blitz rape yaitu pelecehan seksual yang terjadi sangat cepat, sedangkan pelaku tidak saling
kenal
2).    Confidence rape yaitu pelecehan seksual dengan penipuan, hal ini jarang dilaporkan karena
malu
3).  Power rape yaitu pelecehan seksual yang saling tidak mengenal, pelaku bertindak cepat dan
menguasai korban, dilakukan oleh orang yang berpengalaman dan yakin korban akan menikmati
4). Anger rape, yaitu pelecehan seksual dimana korban menjadi marah dan balas dendam.
5). Sadistie rape yaitu pelecehan seksual dengan ciri kekejaman atau sampai pembunuhan
9.3.2 Macam-macam pelecehan seksual
1). Pelecehan seksual dengan orang yang kita kenal
 Pelecehan oleh suami/mantan suami
 Pelecehan yang dialami seorang wanita oleh pacar/mantan pacar
 Pelecehan seorang wanita oleh teman kerja atau atasan
 Pelecehan seksual pada anak-anak oleh anggota keluarga
2). Pelecehan seksual dengan orang yang tidak dikenal
 Pelecehan di penjara
 Pelecehan saat terjaid perang
3). Pelecehan seksual dengan ketakutan, dimana akan terjadi kekerasan jika korban menolak
4). Pelecehan dengan iming-iming atau paksa, dimana pelaku memiliki otoritas pada korban
5). Pelecehan seksual mental, dengan menyerang harga diri korban melalui kata-kata kasar,
mempermalukan dengan memperlihatkan pornografi
9.3.3 Penyebab terjadinya pelecehan seksual
 Dilihat dari si peleceh
 Dilihat dari si korban
 Dilihat dari tempat dan waktu kejadian
 
9.3.4 Respon korban pelecehan seksual
1. yang paling sering adalah ketidakberdayaan, kehilangan kontrol diri, takut, malu dan
perasaan bersalah
2. respon emosi korban terbagi menjadi dua, yaitu respon ekspresif  (ketakutan, kemarahan,
gelisah, tegang, menangis terisak-isak) dan respon terkontrol (menyembunyikan
perasaannya, tampil tenang, menunduk dan lembut)
3. respon lain yaitu: mandi sebersih-bersihnya, pindah rumah, menambah pengamanan,
membuang/menghancurkan benda yang berkaitan dengan pelecahan
4. beberapa hari kemudian akan timbu memar/lecet pada bagian tubuh, sakit kepala, lelah,
gangguan pola tidur, nyeri lambung, mual, muntah, nyeri pada daerah pacinela, gatal dan
keluar darah pada vagina, marah, merasa terhina, menyalahkan diri sendiri, ingin balas
dendam, takut akan penyiksaan diri dan kematian
5. respon atau dampak jangka panjang : gelisah, mimpi buruk, phobia sendirian, merasa
menjadi orang yang kotor dan menjijikkan, depresi, bahkan ada yang sampai
menggunakan obat-obatan terlarang maupun ingin bunuh diri.
9.3.5 Dampak psikologis pelecehan seksual
 Frekuensi terjadinya pelecehan
 Parah tidaknya (halus atau kasar)
 Mengancam keselamatan fisik ataukah hanya sebatas pelecehan verbal
 Apakah mengganggu kinerja pekerja
9.3.6 Hukum-hukum yang mengatur tentang pelecehan seksual
 Pasal 289-296 tentang pencabulan
 Pasal 295-298 dan 506 tentang penghubungan pencabulan
 Pasal 286-288 tentang persetubuhan dengan wanita dibawah umur
9.3.7 Hal-hal yang dilakukan ketika terjadi pelecehan seksual
 Katakan TIDAK dengan tegas tanpa senyum dan minta maaf
 Buat jurnal kejadian
 Cari informasi tentang si peleceh dan orang-orang sekitarnya
 Buat pernyataan tertulis kepada si peleceh, bahwa anda tidak suka dengan perilakunya
 Hubungi atasan atau pihak yang berwenang atau yang mempunyai kedudukan, seperti
polisi/bos/orang tua/tokoh agama/tokoh masyarakat dan jeaskan apa yang terjadi
 
9.4. Single Parent
Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah dan ibu)
seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya.
Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang menjadi Single Parent, diantaranya :
1. Tinggal terpisah karena pasangannya bekerja/belajar di kota/Negara lain.
2. Kematian pasangan
3. Perceraian

9.4.1 Masalah yang sering terjadi pada single parent:


• Single parent yang terpisah dengan pasangan karena bekerja/belajar di
kota/negara lain, memiliki beberapa masalah, seperti : merasa kesepian,
tidak terpenuhinya kebutuhan seks sementara ia seharusnya
bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan seks dari pasangannya. Saat
pasanganya berada jauh darinya, ia juga merasa berat membesarkan anak
sendiri.
• Seseorang yg menjadi single parent krn kematian juga mengalami masalah yg berat.
Namun jika mendapatkan pelayanan pendampingan/konseling yg tepat, ia dpt melalui
masa-masa gelapnya. Sehingga kedukaannya tdk berlarut-larut (tdk lebih dari 6 bulan).
single parent yg ditinggal mati pasangannya mengalami masalah keuangan dan merasa
kesepian.
• single parent yg berpisah dengan pasangannya karena perceraian, memiliki masalah yg
lebih serius lagi. Setidaknya ada 6 masalah besar,yaitu :
1.Masalah emosional
2.Masalah hukum (hak asuh, dll)
3.Menjalin hubungan baik dengan mantan suami/istri
4.Menghadapi anak
5.Masalah dengan lingkungan
6.Masalah keuangan
• Single parent pasca perceraian juga mengalami masalah dengan mantan pasangannya.
Krn pengalaman pahitnya, seorang single parent sering tdk menyadari bhw sejelek
apapun mantan suami/istri-nya, ia tetap ayah/ibu dari anak-anaknya. Sebelum single
parent mengampuni mantan pasangannya, ia cenderung ingin balas dendam. Beberapa
single parent bahkan melakukan usaha balas dendam kepada mantan pasangannya, dgn
memanfaatkan anak-anaknya.
• Kondisi emosional single parent pasca perceraian :
. Kecewa
. Marah
. Membenci mantan suami/istrinya
. Cemburu terhadap rivalnya
. Mudah marah kepada anak-anak
. Luka batin/trauma
. Kesepian
. Merasa tak berharga
. Merasa teraniaya oleh lingkungan
. Mengasihani dirinya sendiri
9.4.2 Hal yang dibutuhkan seorang single parent saat menghadapi situasi yg sulit pasca
perceraiannya adalah :
1.Single parent perlu menjalani konseling pribadi untuk membagi beban.
2.Jika diperlukan, single parent juga bisa menjalani terapi utk recovery dari traumanya.
3.Dukungan sosial/komunitas teman senasib (sesama single parent) juga dibutuhkan untuk
menguatkan hati seorang single parent.
4. Single parent membutuhkan pengetahuan/ ketrampilan single parenting yg memadai
supaya bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.
5.Seorang single parent juga perlu melatih diri untuk bersikap bijaksana terhadap
lingkungan.
6. Utk mengatasi masalah ekonomi, seorang single parent membutuhkan kesempatan utk
mengembangkan/memanfaatkan talentanya dlm kegiatan-kegiatan produktif. Namun kita
perlu hati-hati, pemberian bantuan cuma-cuma atau santunan social justru bisa merendahkan
martabat dan harga diri seorang single parent.
7. Perceraian dgn pasangan seringkali merusak harga diri seorang single parent. Bahkan tdk
sedikit single parent yg kehilangan makna hidupnya gara-gara ditinggalkan/bercerai dgn
pasangan.
9.4.3 Untuk mengatasi masalah yang timbul dalam berperan menjadi seorang single
parent:
1.Siapkan mental
2.Jaga kesehatan
3.Tahan banting
4.tegar
5. Luangkan waktu
6.Terbuka
7.Jangan gegabah
8. Silaturrahmi

9.5 Perkawinan Usia Muda Dan Tua Di Wanita Di Tempat Kerja


9.5 1. Perkawinan usia muda
Baru saja kita mendengar berita diberbagai media tentang kyai kaya yang menikahi anak
perempuan yang masih belia berumur 12 tahun. Berita ini menarik perhatian khalayak karena
merupakan peristiwa yang tidak lazim. Apapun alasannya, perkawinan tersebut dari tinjauan
berbagai aspek sangat merugikan kepentingan anak dan sangat membahayakan kesehatan anak
akibat dampak perkawinan dini atau perkawinan di bawah umur.
9.5.2 Dampak Pernikahan Dini (Perkawinan Dibawah Umur
a. Dampak thd hkum
1. UU No. 1 th 1974 ttg Perkawinan
2. UU No. 23 th 2002 ttg Perlindungan Anak
3. UU No. 21 th 2007 ttg Penjualan anak o/ ortu
Amanat Undang2 tsb di atas ber7an melindungi anak, agar anak tetap m’peroleh hakx u/
hdup, tumbuh & berkembang serta terlindungi dri perbuatan kekerasan, eksploitasi &
diskriminasi.
B. Dampak biologis
Scr biologis,alat2 reproduksi ank masih dlm proses menuju kematangan shg blm siap u/
melakukan hub. seks dg lawan jenisx, apalagi jika smpai hamil kemudian melahirkan. Jk
dipaksakan justru akn tjd trauma, perobekan yg luas & infeksi yg akan m’bahayakan organ
reproduksix & dpt m’bhykn jiwa anak.
c. Dampak psikologis
Scr psikis ank jg blm siap & mengerti ttg hub. seks, shg akn menimbulkan trauma psikis
b'kepanjangan dlm jiwa ank yg sulit disembuhkn. Ank akn murung & m’nyesali hidupx yg
b’akhr pd p’kawinn yg dy sndri tdk mengerti ats putusan hidupx. Selain itu, ikatan p’kawinan
akn m’hilangkan hak ank u/ m’peroleh pend, hak b’main & menikmati wktu luangx serta hak2
lainx yg melekat dlm diri ank.
d. Dampak sosial
Fenomena sosial ini b’kaitan dg faktor sosbud dlm masy patriarki yg menempatkan
perempuan pd posi2 yg rndah & hx dianggp pelengkap seks laki2 sj. Kondisi ni sgt b’tentangan
dgn ajran agma apapun t’msk agma Islam yg sgt m’hormati perempuan. Kondisi ni hx akn
melestarikan budaya patriarki yg akn melahirkan kekerasn thd perempuan.
e. Dampak prilaku seksual menyimpang
Adax prilaku seksual yg m’yimpang yaitu prilaku yg gemar b’hub seks dgn ank2 yg
dikenl dgn istilah pedofilia. P’buatan ni jls mrpkn tindkn ilegal, namun d’kemas dgn p’kwinan
se-akn2 m’jd legal. Hal ni b’tentangn dgn UU.No.23 th 2002 ttg P’lindungn Ank khususx psl 81,
ancamnx pidana penjara max 15 th min 3 th & pidana denda max 300 jt & min 60 jt rupiah.
Apabila tdk diambil tindkn hkm thd org yg m’gunakn seksualitas ank scr ilegal akn m’yebabkn
tdk ada efek jera dr pelaku bahkn akn m’jd cntoh bgi yg lain.
9.5.3 KERUGIAN KAWIN MUDA
• merintangi rencana-rencana pendidikan /masa dpn suami.
• menghalangi kemmpuannya dalam pendapatan. Dgn adanya suatu keluwarga yg
bergabung padanya ketika dia sedang berjuang u/ kemampuan & aktivitsx sehingga tdk
bisa memperoleh kemajuan.
• Kawlitas penting dri pasangan yag baik seringkali tdk dihargai hingga usia
pertengahan/akhir 20 th-an.
• Orang yg lebih tua cenderung lebih siap untuk bertggung jawab dalam kehidupan RT.
Studi2 ttg kbhagian perkawinan menunjukan adax swt hub. yag kuat antar pernikahan
terlalu muda dengan ketidak bahagiaan & diikuti oleh perceraian.
9.5.4 UPAYA MENGATASINYA
Pernikahan dini lebih banyak mudharat drpd manfaatnya. Oleh karena itu patut ditentang. Ortu
hrs disadarkan untuk tdk mengizinkan menikahkan anknya dlm usia dini & hrs memahami
peraturan perundang2an untuk mlindungi anak. Masyarakat yg peduli terhadap perlindungan
anak dpat mengajukn class-action kepada pelaku, (melaporkn kpd komisi perlindungan anak
indonesia), lslam peduli anak lainx & para penegak hukum harus melakukan peyelidikan &
peyidikan untuk melihat adanya pelanggaran terhadap perundang yg ada & bertindak terhadap
pelaku untuk dikenai pasal pidana dari peraturan perundangn yang ada.

9.6 PERKWINAN USIA TUA


9.6.1 Dampak perkwinan usia tua
• Melahirkan bayi dgn sindrom down
• kecenderungan untuk melahirkan dgn SC
• Masalah degnan DM & hipertensi
• Partus lebih sulit & lama

9.6.2 Upaya mengatasinya:


• Sering berkunjung ke klinik
• Lebih banyak melakukan pemeriksaan
• Konseling genetik
• Pemeriksaan skrining
10. PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA
MENGATASINYA
10.1 INCEST
10.1.1 Pengertian
a. Hubungan seksual yg dilakukan oleh saudara kandung atau masih ada hubungan
darah.
b. Akibatat seksual antara manusia yg demikian erat hubungannya shg perkawinan
antara mereka dilarang secara hokum atau kebudayaan
10.1.2 Penyebab Dan Faktor Pendorong
a. Faktor usia
b. Jenis kelamin
c. Terjadi diwilayah Rumah Tangga
d. Kurang iman
e. Kurang pendidikan agama
f. Kurang berkomunikasi dgn tetangga atau kurang pergaulan
g. Kurang perhatian dari orang tua
10.1.3 Pelaku dan Korban
a. Orang yg lebih berkuasa
b. Orang2 yang lebih lemah
10.1.4 Akibat Incest
a. Unwanted pregnancy
b. Kejiwaan atau truma
c. Pergaulan
d. Abortus
10.1.5. Pencegahan
a. Dengan memberikan pendidikan
b. Dengan melakukan incest
c. Sosialisasi incest
d. Meningkatkan kegiatn keagamaan
e. Perlu adanya perhatian, pengetahuan dan pendidikan
10.1.6 Penyelesaian
a. Empati dan penguatan terhadap korban
b. Tidak main hakim sendiri
c. Melaporkan kasus ke polisi
10.2 HOMELESS
10.2.1 Pengertian
a. Seseorang yg kehilangan rumah karena bencana alam , peperangan atau terusir oleh
keluarga atau dapat pula berarti bahwa seseorang melakukan pengungsian dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Pengungsi adalah sekumpulan orang yg melintasi perbatasan dr suatu Negara ke
Negara lain karena mereka takut akan keamanan mrk dirumah.
c. Orang-orng terusir (tanpa tempat tinggal tetap) adalah orang yang terpaksa
meninggalkan rumah mereka tapi tetap berada dalam wilayah negaranya sendiri.
10.2.2 Masalah Yang Timbul
a. Pelecehan seksual
b. Tindak kekerasan
c. Pemerkosaan
d. Paksaan untuk masuk dunia pelacuran
e. Wanita yang diperjual belikan
f. Perbudakan
g. Komplikasi berbagai penyakit
10.2.3 Pengungsian Dapat Terjadi Akibat
a. Peperangan untuk menyelamatkan diri, berharap mendapatkan perlindungan,
kehidupan yg lebih baik dan lebih aman.
b. Bencana alam dapat timbul penyakit : diare, ISPA, malaria dan campak namun penyakit
ini dapat menyebabkan kematian karena keadaan sanitasi yang buruk.
c. Keadaan wanita pengungsi yg bekerja sebagai pembantu RT
10.2.4 Penyebab Yang Menimbulkan Gangguan Jiwa
a. Kehilangn rumah
b. Kehilangan dukungan keluarga dan masyarakat
c. Menyaksikan/menjadi korban tindak kekerasan
d. Kehilangan kebebasan dan pekerjaan yg barguna bagi mereka
e. Lingkungan yg sangat padat
f. Kesuliyn mengungkapkan rasa duka
10.3 WANITA DIPUSAT REHABILITASI
10.3.1 Pengertian
a. Wanita pemakai atau pecandu narkoba biasanya terganggu atau menderita secara fisik
(penyakit), mental (perilaku salah), spiritual (kekacauan nilai2 luhur) dan social (rusak
komunikasi)
b. Pusat rehabilitasi : tempat atau sarana yg digunakan untuk proses pemulihan atau
perbaikan untuk kembali seperti semula missal ketergantungan narkoba, penyandang
cacat baik fisik atau mental dan masalah yg lain.
10.3.2 Subyek Rehabilitasi
a. Pribadi korban narkoba
b. Orang2 terdekat
c. Masyarakt sekitar dan umum
d. Gembong dan pengedar narkoba
10.3.3 Sarana Dan Prasarana Rehabilitasi
a. Tersedia dukungan , pertolongan dan harapan
b. Perpustakaan dan buku, bahan audiovisual dan alat peraga
c. Sarana2 peningkatan minat dan ketrampilan
d. Sarana rekreasi
e. Jadwal harian atau program kegiatan
f. Fasilitas angkutan dan komunikasi
g. Tenaga professional sprt dokter, psikiater, psikolog, sosiolog, ahli kerohanian, TOGA,
fisioterapi
10.3.4 Pola Dasar Rancangan Rehabilitasi
a. Tahap I : proses transisi awal (1-8minggu) melewati 3 titik penting :
Ø Informasi adanya masalah
Ø Informasi klinis dan keputusan untuk menempuh rehabilitasi
Ø Persiapan akhir lewat detoksifikasi dan stabilitasi awal
b. Tahap II : proses rehabilitasi intensif (3-18 bulan) melewati 3 titk penting yaitu :
Ø Tahap konsolidasi : secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai
penyakit dan akibat lain.
Ø Tahap pengakuan diri : menemukan jati diri, menguasai ketrampilan kerja,
dibina pengungkapan2 diri
Ø Tahap positif thinking and doing : secar sadar dan dengan inisiatif untuk
mencapai prestasi.
c. Tahap III : proses transisi akhir (1-6 tahun), melewati 3 titik penting :
Ø Terjadi perdamaian & penyasuain kembali dengan lingkungan
Ø Berdamai dengan dirinya, menatap kedepan dan membuat pilihan hidup
Ø Merasa puas menerima dirinya apa adanya lalu mempercayakan dirinya ke
orang lain.
d. Tahap IV : pemeliharaan lanjut (seumur hidup), melewati 3 titik penting :
Ø Mengubah dan menjauhi nostalgia kesenangan narkoba
Ø Setia mengikuti program-program dan acara affect care krg lebih 2 tahun
Ø Tidak ada salahnya untuk ikut terlibat dalam gerakan kelompok bersih narkoba.
10.3.5 Jenjang Proses Kesembuhan
a. Jenjang Transisi : gejala mulai kesadaran bahwa ia kehilangan sesuatu yg berharga :
kewarasan, hidup normal dalam hati kecil, mulai menakui bahwa ia sedang ketagihan,
ketergantungan dan sulit untuk meninggalkan narkoba.
b. Jenjang stabilisasi Dini : mulai membenahi diri denga cara sendiri, padahal selalu gagal
ia mulai menyadari bahwa itu sia-sia. Akhirnya memutuskan untuk minta bantuan
atau jasa orang lain. Cara menstabilkan diri :
Ø Mengakui perlunya jasa pendamping
Ø Melangkah mengatasi gejala putus asa
Ø Melangkah mengatasi masalah patologis
Ø Mempelajari metode mengatasi stress tanpa obat2an.
c. Jenjang kesembuhan awal : merubah seluruh system keyakinan menempuh arah baru,
kehidupan yg berlawanan dengan narkoba yaitu :
Ø Mengaku narkoba itu berbahaya dan banyak membawa masalah
Ø Bersedia menerima bantuan dari orang lain
Ø Berserah diri pada Tuhan
Ø Berusaha membangun hidup baru
Ø Bersedia berbuat untuk kekurangan diri/pribadi
Ø Yakin akan menerima keberanian, kekuatan dan harapan dr Tuhan.
d. Jenjang kesembuhan menengah : pola gaya hidup masih rancu, yang perlu dibenahi :
Ø Menanggulangi bahaya patah semangat
Ø Memperbaiki gangguan narkoba
Ø Mengusahakn peningkatan emosi diri
Ø Membangun gaya hidup yang seimbang
Ø Menata perubahan dan pertumbuhan diri
e. Jenjang akhir kesembuhan : dalam jenjang akhir ini perhatian dipusatkan pada masalah
yg berukuran pada pecandu seperti : masalah DNA, penularan, keyakinan dan
kepercayaan.
f. Jenjang Pemantapan : kesembuhan bukan sasaran tapi sarana menuju kesehatan, yang
dapat dilakukan :
Ø Memelihara program kesembuhan
Ø Mengubah pola hidup
Ø Bertambah dan berkembang
Ø Mampu menyesuaikan diri
10.4 PEKERJA SEKS KOMERSIAL
A. Pengertian Pekerja Seks Komersial
Pekerja seks komersial adalah seseorang yang menjual jasanya untuk
melakukan hubungan seksual untuk uang. Di Indonesia pelacur (pekerja seks
komersial) sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini
menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan
menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak
ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan
mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau
nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan
banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa. Sundal selain
meresahkan juga mematikan, karena merekalah yang ditengarai menyebarkan
penyakit AIDS akibat perilaku sex bebas tanpa pengaman bernama kondom.
Pelacur adalah profesi yang menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan
seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di
kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat.
Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat,
namun toh dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan
bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang
membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki); tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan
para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-
baik. Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah Augustinus
dari Hippo (354-430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu
ibarat "selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan
warga kotanya."
Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna
susila, istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Khusus laki-laki,
digunakan istilah gigolo. (http://id.wikipedia.org)
B. Pelacuran Menurut Agama
Pelacuran dalam pandangan islam
Pelacuran dalam pandangan Islam adalah haram hukumnya.
C. Faktor-faktor pendukung perilaku seks pada remaja
Pekerja seks komersial kebanyakan terjadi pada remaja yang diawali dengan
terjadinya pergaulan kearah seks bebas.dimana menurut para ahli, alasan seorang
remaja melakukan seks adalah sebagai berikut :
1) Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga
berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks,
bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannyaitu dirasakan lebih kuat dari
pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
2) Adanya tekanan dari pacar
karena kebutuhan seorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus
rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan resiko yang
akan dihadapinya. dalam hal ini yang berperan bukan saja nafsu seksual,
melainkan juga sikap memberontak terhadap orang tuanya. Remaja lebih
membutuhkan suatu hubungan, penerimaan, rasa aman, dan harga diri selayaknya
orang dewasa.
3) Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang tidak terkecuali
remaja, menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya
tersebut tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
4) Rasa penasaran
Pada usia remaja. keingintahuannya begitu besar terhadap seks, apalagi
jika teman-temannya mengatakan bahwa terasa nikmat, ditambah lagi adanya
infomasi yang tidak terbatas masuknya, maka rasa penasaran tersebut semakin
mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan
sesuai dengan apa yang diharapkan.
5) Pelampiasan diri
factor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena terlanjur
berbuat, seorang remaja perempuan biasanya berpendapat sudah tidak ada lagi
yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam pikirannya tersebut ia akan
merasa putus asa dan mencari pelampiasan yang akan menjerumuskannya dalam
pergaulan bebas.
Faktor lainnya datang dari lingkungan keluarga. bagi seorang remaja
mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat
berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak), akibatnya
remaja tersebut merasa tertekan sehingga ingin membebaskan diri dengan
menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks.
Untuk mencegah hal-hal yang tidak di kehendaki, perlu ada perhatian dari
kita bersama dengan cara memberikan informasi yang cukup mengenai
pendidikan seks dan Pendidikan agama,Kalau tidak ada informasi dan pendidikan
agama di khawatirkan remaja cendrung menyalah gunakan hasrat seksualnya
tanpa kendali dan tanpa pencegahan sama sekali. semua menyedihkan, dan
sekaligus berbahaya, hanya karena kurangnya tuntunan seksualitas yang
merupakan bagian dari kemanusiaan kita sendiri. Kalau dikaitkan dengan kondisi
saat ini maka sudah sewajarnyalah kita mendukung RUU APP.
(http://www.univrab.ac.id)
A. Faktor-faktor penyebab adanya PSK (pekerja seks komersial) adalah :
a. Kemiskinan
Diantara alasan penting yang melatarbelakangi adalah kemiskinan yang sering
bersifat structural. Struktur kebijakan tidak memihak kepada kaum yang lemah
sehingga yang miskin semakin miskin, sedangkan orang yang kaya semakin
menumpuk harta kekayaannya.
Kebutuhan yang semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk
mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan namun kadang dari
beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b. Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan menjadi PSK
diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh bapak kandung, paman, guru
dan sebagainya.
c. Penipuan
Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan berkedok agen penyalur
kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh orangtua sendiri pun juga kerap
ditemui.
d. Pornografi
Menurut definisi Undang-undang Anti Pornografi, pornografi adalah bentuk
ekspresi visual berupa gambar, tulisan, foto, film atau yang dipersamakan dengan
film, video, tayangan atau media komunikasi lainnya yang sengaja dibuat untuk
memperlihatkan secara terang-terangan atau tersamar kepada public alat vital dan
bagian – bagian tubuh serta gerakan-gerakan erotis yang menonjolkan sensualitan
dan seksualitas, serta segala bentuk perilaku seksual dan hubungan seks manusia
yang patut diduga menimbulkan rangsangan nafsu birahi pada orang lain.
B. Persoalan – persoalan psikologis
a. Akibat gaya hidup modern
Seseorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan tubuh dan
barang-barang yang dikenalakannya. Namun ada dari beberapa mereka yang
terpojok karena masalah keuangan untuk pemenuhan keinginan tersebut maka
mereka mengambil jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
b. Broken home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa seseorang remaja
untuk melakukan hala-hal yang kurang baik di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh
seseorang yang tidak bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.
c. Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang perempuan bahkan
adanya pemerkosaan pada anak kecil bisa menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.
C. Dampak yang ditimbulkan bia seseorang bekerja sebagai PSK (pekerja seks
komersial) :
a. Keluarga dan masyarakat tidak dapat lagi memandang nilainya sebagai seorang
perempuan.
b. Stabilitas sosial pada dirinya akan terhambat, karena masyarakat hanya akan selalu
mencemooh dirinya.
c. Memberikan citra buruk bagi keluarga.
d. Mempermudah penyebaran penyakit menular seksual, seperti gonore,
klamdia,herpes kelamin,sifilis, hepatitis B, dan HIV/AIDS.
D. Penanganan masalah PSK:
a. Keluarga
1. Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan pendidikan seks
secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
2. Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari perbuatan
dosa.
b. Masyarakat
Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap kehidupan PSK.
c. Pemerintah
1. Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.
2. Meregulasi undang-undang khusus tentang PSK.
3. Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi PSK untuk
dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.
a. Menurut jumlahnya, prostitusi dibagi dalam :
1. Individual
2. Bantuan organisasi dan sindikat
b. Menurut lokasinya :
1. Segregasi/lokalisasi
2. Rumah panggilan ‘call house”
3. Dibalik front organisasi/bisnis terhormat
c. Klasifikasi :
1. Sektor formal (kompleks lokalisasi, panti pijat, club malam, perempuan pendamping,
penyedia perempuan panggilan)
2. Sektor informal (berorientasi secara tidak tetap)
d. Penanggulangan prostitusi
1. Preventif
Penyempurnaan UU larangan/pengaturan penyelenggaraan pelacuran
Intensifikasi pendidikan keagamaan
Kesibukan untuk penyaluran energi yang positif
Memperluas lapangan kerja
Pendidikan seks
Koordinasi berbagai instansi untuk pencegahan/penyebaran pelacuran
Penyitaan buku, film dan gambar porno
Meningkatkan kesejahteraan rakyat
2. Represif dan kuratif (menekan, menghapuskan dan menyembuhkan wanita dari
ketunasusilaannya)
Melakukan pengawasan dan kontrol yang sangat ketat terhadap lokalisasi yang
sering ditafsirkan sebagai legalisasi
Aktivitas rehabilitasi dan resosialisasi
Penyempurnaan tempat penampungan dan pembinaan
Pemberian pengobatan
Membuka lapangan kerja baru
Pendekatan keluarga
Mencarikan pasangan hidup
Pemerataan penduduk dan perluasan lapangan kerja
A. Ciri khas pelacur
Ada beberapa cirri khas seorang pelacur / Pekerja seks komersial
1) Wanita, lawan pelacur adalah gigolo (pelacur pria)
2) Biasanya cantik, ayu, rupawan, manis, atraktif, menarik
3) Muda
4) Pakaian mencolok, beraneka warna, eksentrik
5) Teknik seksual mekanistik, cepat, tidak hadir secara psikis
6) Mobile
7) Berasal dari strata ekonomi rendah
8) 60-80 % intelektual normal
B. Kategori pelacuran
Beberapa kategori seorang PSK, antara lain :
1) Pergundikan
2) Tante girang
3) Gadis panggilan
4) Gadis bar
5) Gadis juvenile delinguent
6) Gadis binal
7) Gadis taksi
8) Penggali emas
9) Hostes atau pramuria
10) Promiskuitas
C. Motif yang melatarbelakangi
Motif-motif yang melatarbelakangi seseorang menjadi pelacur / PSK
1) Kesulitan hidup
2) Nafsu seks abnormal
3) Tekanan ekonomi
4) Aspirasi materiil tinggi
5) Kompensasi terhadap perasaan inferior
6) Ingin tahu pada masalah seks
7) Pemberontakan terhadap otoritas orang tua
8) Simbol keberanian dan kegagahan
9) Gadis dari daerah slums dengan lingkungan immoril
10) Bujuk rayu laki-laki dan/calo
11) Stimulasi seksual melalui film, gambar, bacaan
12) Pelayan dan pembantu RT
13) Penundaan perkawinan
14) Disorganisasi dan disintegrasi kehidupan keluarga
15) Mobilitas pekerjaan atau jabatan pria
16) Ambisi besar mendapatkan status sosial ekonomi tinggi
17) Mudah dilakukan
18) Pecandu narkoba
19) Traumatis cinta
20) Ajakan teman
21) Tidak dipuaskan pasangan/suami
D. Akibat menjadi pelacur / PSK
Pelacur pada umumnya cepat menjadi tua dan layu, karena:
1) Kebiasaan buruk
2) Badan lemas dan lelah
3) Badan dimanipulir dan di eksploitasi
4) PMS termasuk HIV/AIDS, kehamilan, infertil
5) Kekerasan
6) Penghasilan lambat laun menurun
7) Usia lebih dari 30 tahun biasanya mengalami konflik jiwa
E. Masalah-masalah yang timbul dari PSK
Beberapa masalah yang timbul karena menjadi PSK, antara lain :
1) Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti Gonorrhoe, HIV/AIDS, siphilis, Klamidia
2) Timbul kehamilan yang pada umumnya tidak diinginkan
3) Timbul Kekerasan
4) Mengganggu ketenangan lingkungan tempat tinggal
F. PSK Pekerjaan tak bermoral
Faktor-faktor yang menyebabkan PSK dianggap sebagai pekerjaan yang tidak bermoral :
1) Pekerjaan ini identik dengan perzinahan yang merupakan suatu kegiatan seks
yang dianggap tidak bermoral oleh banyak agama
2) Perilaku seksual oleh masyarakat dianggap sebagai kegiatan yang berkaitan
dengan tugas reproduksi yang tidak seharusnya digunakan secara bebas demi
untuk memperoleh uang.
3) Pelacuran dianggap sebagai ancaman terhadap kehidupan keluarga yang dibentuk
melalui perkawinan dan melecehkan nilai sakral perkawinan.
4) Kaum wanita membenci pelacuran karena dianggap sebagai pecuri cinta dari laki-
laki (suami) mereka sekaligus pencuri hartanya
G. Peran sebagai petugas kesehatan
Peran sebagai petugas kesehatan dalam masalah pekerja seks komersial yaitu :
1) Memberikan pelayanan secara sopan seperti melayani pasien-pasien yang lain
2) Belajar membuat diagnosa dan mengobati PMS
3) Mengenal berbagai jenis obat yang masih efektif, terbaru, murah dan cobalah
menjaga kelangsungan pengadaan obat
4) Cari pengadaan kondom yang cukup dan rutin bagi masyarakat.
5) Memastikan ketersediaan pelayanan kesehatan termasuk KB, perawatan PMS dan
obat yang terjangkau serta penanggulangan obat terlarang.

10.5 DRUG ABUSE

A. PENGERTIAN

a. Narkoba : pada dasarnya merupakan obat2an yang apabila pemakaiannya


disalhgunakan dapat menimbulkan ketergantungan

b. Narkotika : zat atau obat yang berasal dr tanaman atau bukan tanaman yg dapat
menyebabkan penurunan / perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan
c. Psikotropika : zat atau obat baik alamiah atau sintetik bukan narkotika yg berkhasiat
psikoaktif melalui susunan syaraf pusat yg menyebabkan perubahan khas pd
aktivitas mental dan prilaku.

d. Zat adiktif lainnya adalah ; minuman berakohol bersifat sedative (penenang),


hipnotik, depresan, rokok.

B. PENGGOLONGAN NARKOTIKA UU.NO.2 TAHUN 1997

a. Narkotika golongan I : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan


pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan Misal : heroin,
ganja, kokain

b. Narkotika golongan II : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan


pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan, missal ; morfin

c. Narkotika golingan III : narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan & tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan, missal : Codein

C. PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA UU. NO. 05 TAHUN 1995

a. Psikotopika golongan I : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan


ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi amat kuat mengakibatkan ketergantungan, missal : LSD

b. Psikotropika golongan II : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan


ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi kuat mengakibatkan ketergantungan, misal : ampetamiin, metilfenidad
c. Psikotropika golongan III : psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan tidak dapat digunakan dalam terapi, serta mempunyai
potensi sedang, mengakibatkan ketergantungan, misal : barbiturate

d. Psikotropika golongan IV : psikotropika yg berkhasiat pengobatan & dapat


digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan, misal : Diazepam

D. EFEK YANG DITIMBULKAN

a. Depresan : jenis zat berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
membuat pemakai merasa fly, bahkan tertidur, tidak sadar diri. Misal : opium,
morfin, heroin, codein, dan sedative

b. Stimulan : zat yg dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan


kerja (segar & bersemanagat) misal : ekstasi, kafein, kokain, amfetamin

c. Halusinogen : zat yg dapat menimbulkan efek halusinasi yg bersifat merubah


perasaan dan pikiran seringkali disertai halusinasi, misal : ganja, mescalin dan LSD.

E. FAKTOR2 PENYEBAB PENYALAHGUNAAN

a. Faktor Individu

Penyakit jasmaniah

Kepribadian dgn resiko tinggi : mudah kecewa, cenderung agresif,kurang


PD, selalu menuntut, sifat antisocial, memiliki gangguan jiwa (cemas,
depresi, apatis), kurang religious, penilaian diri negative.

Motivasi tertentu : menyatakan diri bebas, memuaskan rasa ingin tahu,


dan mendapat pengalaman baru, agar diterima kelompok ttn, melarikan
diri dr sesuatu, sebagai lambing kemoderan.
b. Factor Zat

Ketersediaan zata pada peredaran gelap

Kemudahan memperoleh zat

c. Faktor lingkungan

Lingkungan keluarga : tidak harmonis, komunikasi antara ortu dan ank krg
efektif, ortu otoriter, keluarga terlalu permisisf.

Lingkungan sekolah : sekolah kurang disiplin, adanya murid pengguna.

Lingkungan teman sebaya ; tekanan kelompok sebaya sgt kuat, ancaman


fisik sgt kuat, ancaman fisik dr teman pengedar.

Lingkungan masyarakat luas : situasi politik, ekonomi, social yg kurang


mendukung.

F. TINGKAT PEMAKAIAN

a. Eksperimen use : sekedar mencoba-coba dan memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian
akan berhenti tp ada juga yg meneruskan.

b. Recreation use : hanya untuk bersenang2, rekreasi atau santai.

c. Situasional use : memakai zat pada saat tertentu saja ( saat sedih, kecewa, tegang)
dan bertujuan menghilangkan perasaan.

d. Abuse ; pemakai sebagai pola penggunaan bersifat patologik yg ditandai untuk


mengendalikan, terus menggunakan walaupaun sakit fisiknya kambuh, yg akan
menimbulkan gangguan fungsional / okupasional.
e. Dependence use : telah terjadi toleransi dan gejala putus zat, bila pemakaian zat
dihentikan atau dikurangi dosisnya.

G. DAMPAK PENYALAHGUNAAN

a. KOmplikasi medic : akibat zat itu sendiri 9 kokain : anemia, malnutrisi, kehilangan
BB, opioida : kemandulan, gangguan haid, impotensi, Kafein : gastritis, sakit
jantung dan hipertensi, Nikotin : kanker paru, bronchitis, bronkiektosis), akibat
bahan campuran tau pelarut akibat cara pemakaian jarum suntik yg tidak steril,
akibat pertolongan yg salah, akibat cara hidup kurang bersih.

b. Akibat gangguan mental emosional

c. Memburuknya kehidupan sosial

H. UPAYA PENCEGAHAN

a. Melalui keluaga ; luangkan waktu bersama, ciptakan suasan yg hangat, menjadi


contoh yg baik, beri informasi yg benar, memperkuat kehidupan agama, sikap
positif ortu.

b. Melalui sekolah : lokasi sekolah tdk berada pada tempat rawan, hubungan guru
murid baik, disiplin, proses belajar mengajar bentuk siswa mandiri, konseling bagi
mahasiswa bermasalh, libatkan partisipasi siswa dalam program pencegahan
NAPZA melalui :

Lembaga keagamaan
LSM
Kawan bukan pengguna

10.6 UPAH
Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi
Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak
reproduksi tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal
pokok dalam reproduksi wanita yaitu :

1. Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)


2. Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making)
3. Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women)
4. Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)

Adapun definisi tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional
yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi. Selain itu juga disinggung hak
produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau
individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak,
penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.

10.6 UPAH

Upah yang diberikan oleh para pengusaha secara teoritis dianggap sebagai harga dari
tenaga yang dikorbankan pekerja untuk kepentingan produksi. Sehubungan dengan hal itu
maka upah yang diterima pekerja dapat dibedakan dua macam yaitu:

1. Upah Nominal, yaitu sejumlah upah yang dinyatakan dalam bentuk uang yang diterima
secara rutin oleh para pekerja.
2. Upah Riil , adalah kemampuan upah nominal yang diterima oleh para pekerja jika
ditukarkan dengan barang dan jasa, yang diukur berdasarkan banyaknya barang dan jasa
yang bisa didapatkan dari pertukaran tersebut.

Teori Upah Tenaga Kerja.


Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dalam hal upah dan pembentukan harga
uapah
tenaga kerja, berikut akan dikemukakan beberapa teori yang menerangkan tentang latar
belakang terbentuknya harga upah tenaga kerja.

Teori Upah Wajar (alami) dari David Ricardo.

Teori ini menerangkan:

Upah menurut kodrat adalah upah yang cukup untuk pemeliharaan hidup pekerja
dengan keluarganya.

Di pasar akan terdapat upah menurut harga pasar adalah upah yang terjadi di pasar
dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Upah harga pasar akan berubah di
sekitar upah menurut kodrat.

Oleh ahli-ahli ekonomi modern, upah kodrat dijadikan batas minimum dari upah kerja.

Teori Upah Besi

Teori upah ini dikemukakan oleh Ferdinand Lassalle. Penerapan sistem upah kodrat
menimbulkan tekanan terhadap kaum buruh, karena kita ketahui posisi kaum buruh dalam
posisi yang sulit untuk menembus kebijakan upah yang telah ditetapkan oleh para
produsen. Berhubungan dengan kondisi tersebut maka teori ini dikenal dengan istilah
“Teori Upah Besi”. Untuk itulah Lassalle menganjurkan untuk menghadapi kebijakan
para produsen terhadap upah agar dibentuk serikat pekerja.

Teori Dana Upah

Teori upah ini dikemukakan oleh John Stuart Mill. Menurut teori ini tinggi upah
tergantung kepada permintaan dan penawaran tenaga kerja. Sedangkan penawaran tenaga
kerja tergantung pada jumlah dana upah yaitu jumlah modal yang disediakan perusahaan
untuk pembayaran upah. Peningkatan jumlah penduduk akan mendorong tingkat upah yang
cenderung turun, karena tidak sebanding antara jumlah tenaga kerja dengan penawaran tenaga
kerja.

Teori Upah Etika

Menurut kaum Utopis (kaum yang memiliki idealis masyarakat yang ideal) tindakan para
pengusaha yang memberikan upah hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum,
merupakan suatu tindakan yang tidak “etis”. Oleh karena itu sebaiknya para pengusaha selain
dapat memberikan upah yang layak kepada pekerja dan keluarganya, juga harus memberikan
tunjangan keluarga. Pendapatan adalah nilai maksimal yang dapat dikonsumsi oleh seseorang
dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti
keadaan semula, pendapatan merupakan balas jasa yang diberikan kepada pekerja atau buruh
yang punya majikan tapi tidak tetap.

Hubungan Upah Dengan Konsep Pemikiran Tentang Kesehatan Reproduksi Wanita

Upah dalam Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan


masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima
kesehatan, anggota keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam
keluarga, supaya anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda. Oleh sebab itu
wanita, seyogyanya diberi perhatian sebab :

1. Wanita menghadapi masalah kesehatan khusus yang tidak dihadapi pria berkaitan
dengan fungsi reproduksinya

2. Kesehatan wanita secara langsung mempengaruhi kesehatan anak yang dikandung


dan dilahirkan.

3. Kesehatan wanita sering dilupakan dan ia hanya sebagai objek dengan mengatas
namakan “pembangunan” seperti program KB, dan pengendalian jumlah penduduk.
4. Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda Intemasional
diantaranya IndonesiaBeijing dan Kairo). menyepakati hasil-hasil Konferensi
mengenai kesehatan reproduksi dan kependudukan (

5. Berdasarkan pemikiran di atas kesehatan wanita merupakan aspek paling penting


disebabkan pengaruhnya pada kesehatan anak-anak. Oleh sebab itu pada wanita
diberi kebebasan dalam menentukan hal yang paling baik menurut dirinya sesuai
dengan kebutuhannya di mana ia sendiri yang memutuskan atas tubuhnya sendiri.

11. KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSFEKTIF GENDER


A. Pengertian Gender dan Seksualitas
1. Pengertian Gender
a. Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang kemudian di
adopsi dalam bahasa perancis dan inggris menjadi Gender
b. Gender adalah perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam peran, fungsi, hak,
tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat
istiadat (Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Gender adalah pera dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan
secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan
yang diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan
karena perbedaan biologis (WHO, 1998).
2. Pengertian Seksualitas
a. Seksualitas/jenis kelamin adalah karakteristik biologis-anatomis (khususnya system
reproduksi dan hormonal) diikuti dengan karakteristik fisiologis tubuh yang
menentukan seseorang adalah laki-laki atau perempuan (Depkes RI, 2002:2)
b. Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik biologis yang mudah dilihat
melalui cirri fisik primer dan secara sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan
perempuan(Badan Pemberdayaan Masyarakat, 2003)
c. Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan secara
biologis melekat pada jenis kelamin tertentu 9handayani, 2002 :4)
d. Seks adalah karakteritik genetic/fisiologis atau biologis seseorang yang menunjukkan
apakah dia seorang perempuan atau laki-laki (WHO, 1998)
B. Perbedaan Gender dan Seksualitas
No Karakteristik Gender Seks
1. Sumber pembeda Manusia (masyarakat) Tuhan
2. Visi, Misi Kebiasaan Kesetaraan
3. Unsur pembeda Kebudayaan (tingkah laku) Biologis (alat
reproduksi)
4. Sifat Harkat, martabat dapat Kodrat, tertentu
dipertukarkan tidak dapat
dipertukarkan
5. Dampak Terciptanya norma- Terciptanya nilai-nilai
norma/ketentuan tentang : kesempurnaan,
“pantas” atau “tidak pantas” laki- kenikmatan,
laki pantas menjadi pemimpin, kedamaian dll.
perempuan “pantas’ dipimpin dll. Sehingga
Sering merugikan salah satu pihak, menguntungkan
kebetulan adalah perempuan kedua belah pihak.
6. Ke-berlaku-an Dapat berubah, musiman dan Sepanjang masa
berbeda anra kelas dimana saja, tidak
mengenal
pembedaan kelas.
Menurut Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perbedaan antara Gender dan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Gender
Tidak dapat berubah, contohnya alat kelamin Dapat berubah, contohnya peran dalam
laki-laki dan perempuan kegiatan sehari-hari, seperti banyak
perempuan menjadi juru masak jika
dirumah, tetapi jika di restoran juru masak
lebih banyak laki-laki.
Tidak dapat dipertukarkan, contohnya jakun Dapat dipertukarkan
pada laki-laki dan payudara pada perempuan
Berlaku sepanjang masa, contohnya status Tergantung budaya dan kebiasaan,
sebagai laki-laki atau perempuan contohnya di jawa pada jaman penjajahan
belanda kaum perempuan tidak memperoleh
hak pendidikan. Setelah Indo merdeka
perempuan mempunyai kebebasan
mengikuti pendidikan
Berlaku dimana saja, contohnya di rumah, Tergantung budaya setempat, contohnya
dikantor dan dimanapun berada, seorang pembatasan kesempatan di bidang
laki-laki/perempuan tetap laki-laki dan pekerjaan terhadap perempuan dikarenakan
perempuan budaya setempat antara lain diutamakan
untuk menjadi perawat, guru TK, pengasuh
anak
Merupakan kodrat Tuhan, contohnya laki- Bukan merupakan budaya setempat,
laki mempunyai cirri-ciri utama yang berbeda contohnya pengaturan jumlah a nak dalam
dengan cirri-ciri utama perempuan yaitu satu keluarga
jakun.
Ciptaan Tuhan, contohnya perempuan bisa Buatan manusia, contohnya laki-laki dan
haid, hamil, melahirkan dan menyusui perempuan berhak menjadi calon ketua RT,
sedang laki-laki tidak. RW, dan kepala desa bahkan presiden.
C. Budaya yang Mempengaruhi Gender
1. Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah tentang apa arti
menjadi seorang wanita, dengan akibat yang berbahaya bagi kesehatan wanita.
2. Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir, berperasaan dan
bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alas an hanya karena mereka dilahirkan
sebagai wanita/pria. Contohnya wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan,
membawa air dan kayu bakar, merawat anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas
memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi keluarga dari
ancaman.
3. Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin tersebut, semuanya adalah
hasil rekayasa masyarakat. Beberapa kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat
anak adalah dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
4. Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh dunia, tergantung pada
kebiasaan, hokum dan agama yang dianut oleh masyarakat tersebut.
5. Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu masyarakat, tergantung pada
tingkat pendidikan, suku dan umurnya, contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita
dari suku tertentu biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain
mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa mereka pegang.
6. Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke anaknya. Sejak anak
berusia muda, orang tua telah memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda,
meskipun kadang tanpa mereka sadari
D. Pengertian Diskriminasi Gender
Diskriminasi gender adalah adanya perbedaan, pengecualian/pembatasan yang dibuat
berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksi secara social yang mencegah
seseorang untuk menikmati HAM secara penuh.
E. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender
1. Gender dan Marginalisasi Perempuan
Bentuk manifestasi ketidakadilan gender adalah proses marginalisasi/pemiskinan
terhadap kaum perempuan. Ada beberapa mekanisme proses marginalisasi kaum
perempuan karena perbedaan gender. Dari segi sumbernya bisa berasal dari kebijakan
pemerintah, keyakinan, tafsiran agama, keyakinan tradisi dan kebiasaan bahkan asumsi
ilmu pengetahuan, misalnya marginalisasi dibidang pertanian, contohnya revolusi hijau
yang memfokuskan pada laki-laki mengakibatkan banyak perempuan tergeser dan
menjadi miskin. Contoh lain adanya pekerjaan khusus perempuan seperti : guru anak2,
pekerja pabrik yang berakibat pada penggajian yang rendah. Contoh lain : upah wanita
lebih kecil, izin usaha wanita harus diketahui ayah (jika masih lajang) dan suami jika udah
menikah, permohonan kredit harus seijin suami, pembatasan kesempatan dibidang
pekerjaan terhadap wanita, kemajuan tehnologi industry meminggirkan peran serta
wanita
2. Gender dan Subordinasi Pekerjaan Perempuan
Subordinasi adalah anggapan tidak penting dalam keputusan politik. Perempuan
tersubordinasi oleh factor yang dikonstruksikan secara social. Hal ini disebabkan karena
belum terkoordinasi konsep gender dalam masyarakat yang mengakibatkan adanya
diskriminasi kerja bagi perempuan.Contoh ; wanita sebagai konco wingking, hak kawin
wanita dinomor duakan, bagian warisan wanita lebih sedikit, wanita dinomor duakan
dalam peluang bidang politik, jabatan, karir dan pendidikan.
3. Gender dan Sterotip atas Pekerjaan Perempuan
Stereotip adalah pelabelan terhadap suatu kelompok / jenis pekerjaan tertentu. Stereotip
adalah bentuk ketidakadilan. Secara umum stereotip merupakan pelabelan/penandaan
terhadap kelompok tertentu dan biasanya pelabelan ini selalu berakibat pada
ketidakadilan, sehingga dinamakan pelabelan negative. Hal ini disebabkan pelabelan yang
sudah melekat pada laki-laki misalnya manusia yang kuat, rasional, jantan, perkasa.
Sedangkan perempuan adalah mahkluk yang lembut, cantik dan keibuan.Contoh :
Wanita-sumur-dapur-kasur, Wanita macak-masak-manak, laki-laki tlang punggung
keluarga, kehebatan pada kemampuan seksualnya, Laki-laki mata keranjang, janda mudah
dirayu.
4. Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan
Kekerasan adalah suatu serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologi
seseorang. Kekerasan terhadap manusia sumbernya macam-macam namun ada satu jenis
kekerasan yang bersumber anggapan gender. Kekerasan terhadap perempuan
merupakan kekerasan yang disebabkan adanya keyakinan gender. Bentuk kekerasan ini
tidak selalu terjadi antara laki-laki terhadap perempuan akan tetapi antara perempuan
dengan perempuan atau erempuan dengan laki-laki. Meskipun demikian perempuan
menjadi lebih rentan karena posisinya yang pincang dimata masyarakat baik secara
ekonomi, social atau politik. Posisi perempuan dianggap lebih rendah dibandingkan
dengan laki-laki. Kekerasan fisik : perkosaan, pemukulan, dan penyiksaan. Non fisik :
pelecehan seksual, ancaman, dan paksaan. Contoh ; Eksploitsi terhadap wanita,
pelecehan terhadap wanita, perkosaan, wanita jadi obyek iklan, laki-laki sebagai pencari
nafkah,suami membatasi uang belanja dan memonitor pengeluarannya, istri
menghina/mencela kemampuan seksual.
5. Gender dan Beban kerja Lebih Berat
Dengan berkembangnya wawasan kemitrasejajaran berdasarkan pendekatan gender
dalam berbagai aspek kehidupan, maka peran perempuan mengalami perkembangan
yang cukup cepat. Namun perlu dicermati bahwa perkembangan perempuan tidaklah
“mengubah” peranannya yang “lama” yaitu peranan dalam lingkup rumah tangga (peran
reproduktif). Maka dari itu perkembangan peranan perempuan ini sifatnya menambah,
dan umumnya perempuan mengerjakan peranan sekaligus untuk memenuhi tuntutan
pembangunan, untuk itulah maka beban kerja perempuan terkesan berlebihan. Contoh :
wanita bekerja diluar rumah atau dirumah, wanita sebagai perawat, pendidik anak
sekaligus pendamping suami pencari nafkah kehidupan, laki-laki mencari nafkah utama
sekaligus sopir keluarga.
F. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender dalam Pelayanan Kesehatan
1. Ketidak-setaraan Gender
Ketidak-setaraan gender merupakan keadaan diskriminatif (sebagai akibat dari perbedaan
jenis kelamin) dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-sumber dan hasil
pembangunan serta kses terhadap pelayanan. Contonya sebagai berikut :
a. Bias gender dalam penelitian kesehatan
Ada indikasi bahwa penelitian kesehatan mempunyai tingkat bias gender nyata baik
dalam pemilihan topic, metode yang digunakan, atau analisa data. Gangguan
kesehatan biasa yang mengakibatkan gangguan berarti pada perempuan tidak
mendapat perhatian bila tidak mempengaruhi fungsi reproduksi.
b. Perbedaan gender dalam akses terhadap pelayanan kesehatan
Berbeda dengan Negara maju kaum perempuan dinegara berkembang pada umumnya
belum dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. Perempuan yang
mengalami depresi karena kekerasan domestic yang dilakukan oleh pasangannya
hanya diobati dengan antidepresan tanpa diberi dalam mengatasi masalah gender
yang melatarbelaknginya.
2. Ketidak-adilan Gender
Dalam berbagai aspek ketidak-setaraan gender tersebut sering ditemukan pula
ketidakadilan gender yaitu ketidakadilan berdasarkan norma dan standart yang belaku.
Ketidakadilan adalah ketidaksetaraan yang tidak pantas atau tidak adil.
Definisi “keadilan gender dalam kesehatan” menurut WHO mengandung 2 aspek :
a. Keadilan dalam status kesehatan yaitu tercapainya derajat kesehatan yang setinggi
mungkin (fisik, psikologi dan social).
b. Keadilan dalam pelayanan kesehatan yang berarti bahwa pelayanan diberikan sesuai
dengan kebutuhan tanpa tergntung pada kedudukan social dan diberikan sebagai
respon terhadap harapan yang pantas dari masyarakat dengan penarikan biaya
pelayanan yang sesuai dengan kemampuan.
Sebagai strategi operasional dalam mencapai kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
dianjurkan melakukan pengarus-utamaan gender (PUG).
G. Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan laki-laki dan
perempuan yaitu adanya kesenjangan antara kondisi yang dicita-citakan (normatif) dengan
kondisi sebagaimana adanya (obyektif).
1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (Safe Motherhood)
2. Keluarga Berencana
3. Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Infeksi Menular Seksual
H. Penanganan Isu Gender dalam Kesehatan Reproduksi
Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan perempuan.
Hal ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup kesehatan reproduksi antara lain karena hal
berikut :
1. Masalah kesehatan reproduksidapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia missal
masalah inses yang terjadi pada masa anak-anak dirumah, masalah pergaulan bebas ,
kehamilan remaja.
2. Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan reproduksi seperti
kehamilan, melahirkan, aborsi tidak aman dan pemakaian alat kontrasepsi. Karena
struktur alat reproduksi yang rentan secara social atau biologis terhadap penularan IMS
termasuk STD/HIV/AIDS.
3. Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki dan perempuan.
Namun keterlibatan , motivasi serta partisipasi laki-laki dalam kespro dewasa ini sangat
kurang.
4. Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi, khusunya berkaitan dengan IMS.
HIV, dan AIDS. Karena ini dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kespro harus
dipertimbangkan pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung jawab laki-laki.
5. Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga 9kekerasan domestic) atau
perlakuan kasar yang pada dasarnya bersumber gender yamg tidak setara.
6. Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan perempuan seperti KB<>
I. Upaya Promotif dan Preventif Menurut Leavel dan Clark
Dalam kesehatan masyarakat ada lima tingkatan pencegahan penyakit dari leavel dan
Clark yaitu :
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
2. Perlindungan umum dan khusus terhada penyakit tertentu (spesifik protection)
3. Menegkkan diagnose secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat ( early diagnosis
and promotion)
4. Pembatasan kecacatan ( disssability limitation)
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Peningkatan kesehatan dan perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-
penyakit tertentu adalah usaha yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis) dan disebut
pencegahan primer.
Penengakan diagnosis secara dini dan pengobatan yg cepat dan tepat, pembatasan
kecacatan dan pemulihan kesehatan adalah usaha-usaha yang dilakukan pada waktu sakit
(pathogenesis). Penengakan diagnosis secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
disebut pencegahan tersier. Agar mudah dipahami dapat dilihat pada skema dibawah ini :
Fase Prepatogenesis
§ Peningkatan kesehatan
Ø Perlindungan umum dan spesifik ---> pencegahan primer
Fase Patogenesis
§ Penengakan diagnose dini dan pengobatan yg cepat --- > pencegahan sekunder

Ø Pembatasan kecacatan
Pencegahan tersier
Ø Pemulihan kesehatan
Kegiatan pada masing-masing tingkat pencegahan :
1. Peningkatan Kesehatan (health promotion)
a. Perbaikan dan peningkatan gizi
b. Perbaikan dan pemeliharaan kesehatan perorangan
c. Perbaikan higiene & sanitasi lingkungan seperti : penyediaan air bersih, perbaikan dan
penyediaan tempat pembuangan sampah dan perumahan sehat
d. Pendidikan kesehatan terhadap masyarakat
e. Olah raga secara teratur
f. Kesempatan memperoleh hiburan yang sehat untuk kemungkinan perkembangan
kesehatan mental & sosial
g. Nasehat & perkawinan serta pendidikan seks yang bertanggung jawab
2. Perlindungan Umum dan Khusus Terhadap Penyakit2 Tertentu (spesifik protection)
a. Memberi perlindungan khusus terhadap suatu penyakit
Misal : penggunaan kondom untuk mencegah HIV/AIDS, penggunaan sarung tangan &
masker saat bekerja sebagai tenakes
b. Isolasi terhadap penyakit menular
c. Perlindungan terhadap kemungkinan kecelakaan di tempat umum & di tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan2 yg bersifat karsinogenik, bahan racun maupun alergi
e. Pengendalian sumber2 pencemaran
3. Menegakkan Diagnosa Secara Dini dan Pengobatan yang Cepat dan Tepat ( early
diagnosis and promotion)
a. Mencari kasus sedini mungkin (case finding)
b. Melakukan pemeriksaan kesehatan umum secara rutin
c. Pengawasan selektif terhadap penyakit tertentu sprt penyakit kusta, TBC
d. Meningkatakan keteraturan pengobatan terhadap penderita (case holding)I
e. Mencari orang2 yg pernah berhubungan dgn penderita penyakit menular (contact
person)
f. Pemberian pengobatan yg tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan Kecacatan (disability limitation)
a. Kurangnya kesadaran masy tentang kesehatan shg masy tidak melanjutkan pengobatan
scr tuntas shg dapat menyebabkan terjadi cacat atau ketidakmampuan.
Misal : penganan secara tuntas pd kasus infeksi organ reproduksi untuk mencegah
terjadinya infertilitas.
b. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan &
perawatan yang lebih intensif
c. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
5. Pemulihan Kesehatan (rehabilitation)
a. Penkes perlu bukan hanya untuk orang yang cacat tapi juga untuk masyarakat.
Misal ; Pusat rehabilitasi bagi korban kekerasan, rehabilitasi PSK, dan korban narkoba
b. Mengembangkan lembaga rehabilitasi dgn mengikutsertakan masyarakat
c. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dgn memberikan dukungan
moral tidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
d. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi social sehingga setiap penderita yang telah
cacat mampu mempertahankan diri.
e. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seorang setelah ia
sembuh dari suatu penyakit.
13. INDIKATOR STATUS KESEHATAN WANITA
13.1 USIA HARAPAN HIDUP
Pengertian Usia harapan Hidup
Usia harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup
perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia mengalami
peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980,
kemudian 64,7 tahun pada 1990, dan 70 tahun pada 2000.

Meningkatnya usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah
lansia. Berdasarkan data, wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini semakim
meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk
usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan masyarakat.

1. Hal-hal yang berpengaruh penting pada kelangsungan hidup yang lebih lama

Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor: (Prof.
Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor)
- Pola Makan
- Penyakit bawaan dari lahir: mereka yang diberi berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalani
hidup lebih panjang adalah orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif. Yaitu
penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker, jantung koroner,
diabetes dan stroke.
- Lingkungan Tempat Tinggal
- Strees Atau Tekanan

C. Faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhi dan berhubungan dengan usia harapan hidup.

1. Gizi
Melewati kehidupan di dunia hingga usia 100 tahun mungkin menjadi harapan sebagian manusia.
Mereka berpendapat bahwa dengan semakin panjang umur semakin banyak hal-hal yang dapat
dilakukan, terlepas itu perbuatan yang baik maupun buruk. Penyebab panjangnya umur manusia, diluar
soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa faktor. Tapi yang paling berpengaruh adalah pola makan.

Mereka yang mempunyai kesempatan untuk menikmati hidup lebih lama ini adalah orang-orang yang
sangat memperhatikan pola makannya. “Mereka mengurangi konsumsi kalori ke dalam tubuhnya.

Menurut Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor:
- Orang-orang lanjut usia ini mulai mengurangi konsumsi kalori dengan hanya memakan kacang-
kacangan (kedelai), makan ikan dan minum teh hijau maupun teh hitam.
- Melakukan puasa seperti yang dilakukan umat Islam pada bulan Ramadhan.
- Melakukan diet terhadap jenis makanan goreng-gorengan, selain juga mengurangi porsi makan sehari-
hari.
- Pada awal usia 50 tahunan, disaat proses metabolisme tubuh sudah mulai lambat, mereka banyak
makan makanan yang mengandung zat anti oksidan yang bermanfaat bagi tubuh.
- Makan ikan yang mengandung zat omega 3 yang sangat tinggi, yang dapat mengurangi kolesterol
dalam tubuh.

- Mereka juga memangkas konsumsi protein dan lemak dalam tubuh, dengan cara mengurangi makanan
yang mengandung lemak dan protein hewani, seperti telor, susu, daging, keju, dsb.

- Menyarankan agar para manula tersebut mulai kembali ke makanan ‘back to nature’ atau kembali ke
alam. Diantaranya degan cara mengkonsumsi makanan tanpa dimasak atau menjadi seorang vegetarian.

1. Merokok
Merokok mengurangi usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Atau kalau anda tidak merokok berarti
menambah usia harapan hidup rata-rata 10 tahun. Demikian antara lain hasil penelitian selama 50 tahun
di Inggris mengenai dampak merokok terhadap kesehatan. Hasil penelitian yang dimuat di Jurnal
Kesehatan Inggris ini menunjukkan, terdapat 20 penyakit yang terkait dengan kebiasaan merokok.

Penelitian terlama tentang dampak merokok terhadap kesehatan menunjukkan bahwa rata-rata
perokok meninggal dunia 10 tahun lebih cepat dibanding mereka yang tidak merokok. Penelitian ini
dimulai 50 tahun lalu ketika untuk pertama kalinya muncul kaitan antara merokok dan kanker paru-
paru. Temuan ini sangat penting untuk mendorong orang berhenti merokok. Penelitian ini melibatkan
sekitar 35 ribu dokter di Inggris yang lahir antara tahun 1900 dan 1930. Para ilmuwan memantau
kebiasaan merokok mereka selama lebih dari 50 tahun. Dan data paling akhir menunjukkan resiko yang
ada jauh lebih besar dari perkiraan awal.
Sir Richard Peto, yang terlibat dalam penelitian ini hampir selama 40 tahun mengatakan, temuan yang
ada menunjukkan berhenti merokok akan meningkatkan kuantitas dan kualitas hidup. “Bahkan setelah
20 tahun, bila anda berhenti merokok, anda bisa menghindari sembilan dari 10 resiko yang ada. Jika
anda berhenti merokok setelah 10 tahun, anda bisa terbebas dari hampir semua resiko yang ada.
Masalahnya adalah begitu orang merokok, susah untuk menghentikan kebiasaan itu. Banyak orang yang
mengaku tak bisa berhenti merokok,” katanya.

Mereka yang berhenti merokok pada usia 60 tahun, bisa meningkatkan harapan hidup selama tiga
tahun. Sementara bila seseorang berhenti merokok pada usia 30 tahun, berbagai dampak negatif
terhadap kesehatan bisa diminimalkan.

Ada sekitar 20 penyakit yang terkait dengan merokok ini, antara lain penyakit jantung, stroke, dan
berbagai macam kanker. Di negara berkembang dewasa ini, semakin banyak orang merokok. Sejak
penelitian ini dilakukan, diperkirakan 100 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat merokok.
“Kematian itu disebabkan merokok telah dibuktikan sebagai penyebab berbagai penyakit saluran
pernapasan seperti penyakit paru obstruktif menahun, kanker paru, dan diyakini merupakan faktor
resiko untuk penyakit jantung, stroke, dan berbagai penyakit kronis lain”.

1. Menapause
Keberhasilan pembangunan termasuk pembangunan kesehatan telah meningkatkan status kesehatan
dan gizi masyarakat antara lain meningkatnya umur harapan hidup (UHH) di Indonesia dari tahun ke
tahun. Disamping itu terjadi pula pergeseran umur menopause dari 46 tahun pada tahun 1980 menjadi
49 tahun pada tahun 2000.

Jumlah dan proporsi penduduk perempuan yang berusia diatas 50 tahun dan diperkirakan memasuki
usia menopause dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan
Sensus Penduduk tahun 2000 jumlah perempuan berusia diatas 50 tahun baru mencapai 15,5 juta orang
atau 7,6% dari total penduduk, sedangkan tahun 2020 jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi 30,0
juta atau 11,5% dari total penduduk.

Pada usia 50 tahun, perempuan memasuki masa menopause sehingga terjadi penurunan atau hilangnya
hormon estrogen yang menyebabkan perempuan mengalami keluhan atau gangguan yang seringkali
mengganggu aktivitas sehari-hari bahkan dapat menurunkan kualitas hidupnya. Padahal estrogen
tersebut mempunyai manfaat yang beragam, sehingga menurunnya produksi hormon akan berpengaruh
terhadap beberapa perubahan penting dalam tubuh.
Apa saja gejala-gejala awal yang menandakan kurangnnya kadar estrogen ?
- Wajah kemerahan
- Keringat pada malamm hari
- Rasa sakit dan nyeri (nyeri tulang dan sendi)
- Kekeringan didaerah vagina
- Masalah kandung kemih
- Hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri
- Kulit kering
- Gangguan tidur
- Emosi yang mudah berubah-rubah
- Perdarahan menstruasi yang tidak teratur
- Gejolak panas di dada dan muka (hot flushes)
- Sakit kepala
- Mudah pingsan
- Depresi
- Daya ingat menurun
- Sulit konsentrasi
- Penyakit jangka panjang seperti tulang keropos (osteoporosis), jantung koroner, stroke, kanker usus
besar.

Anda dapat mengukur kadar estrogen dengan berkonsultasi pada dokter yang akan melakukan
pemeriksaan darah sederhana. Bila anda telah mengetahui penyebab timbunya gejala-gejala tersebut,
anda dapat memulai usaha untuk mengatasinya.

Mengatasi menopause, degan Terapi penggantian hormon (TPH) bertujuan untuk mengganti hormon
yang mulai menghilang agar efek-efek menopause dapat diatasi. Berkonsultasi pada ahli kandungan
untuk membantu anda mempertimbangkan risiko TPH dan menemukan penanganan yang paling tepat
untuk anda. Walupun efek samping yang akan muncul telah diketahui, kini anda bias mendapatkan
pengobatan yang disesuaikan dengan keadaan anda untuk menghilangkan atau memperkecil efek
samping. Ingat bahwa setiap wanita adalah berbeda.
Olahraga merupakan hal yang penting, tidak saja untuk kesehatan umum anda, tetapi juga memperbaiki
densitas/kepadatan tulang anda dan menghilangkan gejala-gejala menopause.
- Diet tradisional Asia tampaknya memberi keuntungan yang penting. Diet Asia ini:
- mengandung kurang dari 20% kalori yang berasal dari lemak
- Membatasi masukan daging
- Kaya akan berbagai macam buah, sayur serta kacang-kacangan
- Memasukan menu dari tahu atau olahan kedelai paling tidak sekali sehari. (Produk olahan kedelai
mengandung fitoestrogen, yang merupakan sebuah tipe hormon tanaman yang diyakini bermanfaat
bagi menopause. Namun demikian, preparat tersebut belum terbukti keuntungannya untuk mengatasi
osteoporosis dan efek kardiovaskuler akibat menopause.
- Hindari fakor-faktor yang memicu gejala-gejala menopause anda.kemerahan pada wajah dapat di picu
oleh makanan nyang panas atau pedas. Alkohol, kafein dan gula juga dapat memicu kemerahan pada
wajah.
- Krim vagina dan jel dapat di gunakan untuk mengurangi kekeringan dan rasa gatal pada vagina..
Preparattersebut juga dapat di gunakan pada saat berhubungan seksual, untuk mengurangi rasa sakit

1. Osteorosis
Seiring meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia, masalah osteoporosis/tulang keropos perlu
mendapat perhatian serius. Semakin tua seseorang, semakin mudah terserang osteoporosis.
Orang lanjut usia merupakan sasaran paling rapuh untuk terkena osteoporosis. Ketika perempuan
mencapai usia 80 tahun, ia mengalami resiko 40% mengalami 1 atau lebih patah tulang belakang. Data
dunia juga menyebutkan satu dar tiga wanita beresiko terkena osteoporosis.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1.Kesehatan, morbiditas (gangguan kesehatan) dan kematian perempuan yang berkaitan


denga kehamilan. Termasuk didalamnya juga maslah gizi dan anemia dikalangan
perempuan, penyebab serta komplikasi dari kehamilan, masalah kemandulan dan
ketidaksuburan; Peranan atau kendali sosial budaya terhadap masalah reproduksi.
Maksudnya bagaimana pandan gan masyarakat terhadap kesuburan dan kemandulan, nilai
anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil;
2. Intervensi pemerintah dan negara terhadap masalah reproduksi. Misalnya program KB,
undang-undang yang berkaitan dengan masalah genetik, dan lain sebagainya.
3. Tersedianya pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana, serta
terjangkaunya secara ekonomi oleh kelompok perempuan dan anak-anak;
4. Kesehatan bayi dan anak-anak terutama bayi dibawah umur lima tahun;
5. Dampak pembangunan ekonomi, industrialisasi dan perubahan lingkungan terhadap
kesehatan reproduksi.
3.2 SARAN

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses reproduksi harus didahului oleh
hubungan seksual, tujuan utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan
ksesadaran kemandiriaan wanita dalam mengatur fungsi dan proses reproduksinya,
termasuk kehidupan seksualitasnya, sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang
pada akhirnya menuju penimgkatan kualitas hidupnya.
Daftar pustaka

1. Manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. EGC; Jakarta; 1998.


2. Kartono.Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Sinar Harapan;Jakarta; 1998.
3. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, PPK-UGM, dan Ford Foundation. Hak-hak
reproduksi dan kesehatan reproduksi, terjemahan bahasa Indonesia Implication of the ICPD
programme of actio; Yogyakarta; 1995.

4. Wahid, Abdurrahman, dkk. Seksualitas, Kesehatan Reproduksi dan Ketimpangan Gender,


Pustaka Sinar Harapan; Jakarta; 1996.
5. Wattie, Anna Marie. Kesehatan Reproduksi dasar pemikiran, pengertian dan implikasi, Pusat
Penelitian Kependudukan UGM; Yogyakarta; 1996.
6. Wattie, Anna Marie. Telaah Aspek-Aspek Sosial Dalam Persoalan Kesehatan Reproduksi”,
Pusat penelitian Kependudukan UGM; Yogyakarta; 1996.
7. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial,
Jakarta.

8. www. Midwiferysite.blogspot.com/Endah Purnasari, S.Si.T

9. www.kespro.info/hak-hakreproduksi

You might also like