Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Masalah
Peranan matematika sebagai ilmu pasti sangat erat kaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai ilmu pasti baik yang
bersifat matematika murni maupun matematika terapan, mempunyai
peranan yang sangat dominan dalam berbagai aktivitas manusia. Oleh
karena itu matematika merupakan mata pelajaran utama di sekolah-
sekolah mulai dari tingkat dasar maupun tingkat atas. Tetapi kenyataan
yang ada di lapangan, banyak problematika yang di keluhkan para guru
sekolah dasar sehubungan dengan pelajaran matematika. Keluhan tersebut
pada umumnya sama, yaitu tentang rendahnya hasil belajar siswa baik
pada saat tes formatif, tes pada tengah semester maupun pada saat siswa
menempuh tes semester atau juga pada saat ujian.
Problematika di atas juga terjadi pada SD Negeri Sidowayah 1,
khususnya bagi siswa kelas III. Berdasar hasil analisis evaluasi, dari
sejumlah 21 siswa pada umumnya masih berada di bawah kriteria
ketuntasan minimal. Rendahnya hasil belajar tersebut adalah sebagai
akibat penalaran anak terhadap materi masih bersifat abstrak.
Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual ini guru memberikan kesempatan secara luas kepada siswa
untuk berperan langsung secara aktif dalam pembelajaran dengan melalui
pengamatan, pemecahan masalah secara kelompok serta diskusi klasikal.
Pembelajaran matematika volume bangun ruang di kelas III pada
dasarnya merupakan mata pelajaran yang berkesinambungan. Tetapi pada
kenyataannya pembelajaran tentang menjumlah bilangan bulat positif dan
negatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru ternyata belum
menunjukkan hasil sesuai dengan harapan. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil belajar siswa pada saat ulangan harian, banyak siswa kelas III SD
Negeri Sidowayah 1 yang mendapat nilai kurang dari 6 (enam).
2
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah,
“Apakah dengan melalui penerapan metode diskusi dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika menjumlahkan dan membandingkan bilangan
pecahan bagi siswa kelas III SD Negeri Sidowayah 1, Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten Tahun 2010?”
2. Bagi Guru
a. Guru mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang cara penyampaian
materi pelajaran matematika melalui penerapan metode diskusi.
b. Guru mampu meningkatkan hasil belajar siswa melalui proses
pembelajaran yang bersifat mengaktifkan siswa melalui kegiatan diskusi.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah termotivasi untuk lebih melengkapi media pembelajaran dan alat
peraga lainnya yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
Matematika.
b. Mutu sekolah semakin meningkat
c. Sekolah semakin dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk
menyekolahkan putra putrinya.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Secara umum proses belajar dan mengajar akan mendapatkan hasil secara
maksimal apabila guru memperhatikan beberapa aspek pendukung.
Pengelolaan waktu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu
diorganisasikan dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan rencan dan waktu dan jadwal pelajaran yang telah
ditentukan. Pengaturan waktu pembelajaran dikandung maksud juga agar
tidak merugikan antara lain mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Sedangkan faktor alat peraga dalam pelaksanaan pembelajaran juga
harus dihentikan. Dengan guru selalu memanfaatkan alat peraga, anak
berkesempatan untuk mengamati alat peraga yang memang disediakan dan
dipajang di kelas, sehingga pada akhirnya anak akan mencapai hasil
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
f. Pendekatan Induktif-Deduktif
g. Pendekatan Sejarah
h. Pendekatan Nilai
i. Pendekatan Komunikatif
j. Pendekatan Tematik
2. Metode
Untuk dapat menentukan pembelajaran yang tepat sesai dengan
materi, maka pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini guru dapat
menerapkan lebih dari satu metode sesuai dengan tujuan pembelajaran,
kekhasan materi yang akan disampaikan, keadaan siswa, keadaan sarana
dan prasarana. Oleh karena itu guru dapat menentukan beberapa metode
untuk penyampaian materi. Beberapa metode yang dapat diterapkan antara
lain adalah :
a. Metode Penugasan
b. Metode Eksperimen
c. Metode Proyek
d. Metode Widyawisata
e. Metode demonstrasi
f. Metode Tanya jawab
g. Metode latihan
h. Metode Ceramah
i. Metode Permainan
j. Metode Diskusi
k. Metode Kerja Kelompok
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. SUBYEK PENELITIAN
Penelitian Tindakan kelas III ini kami laksanakan di SD Negeri
Sidowayah 1, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten pada tahun pelajaran
2009/2010. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III yang
berjumlah 21 siswa. Selanjutnya, subyek penelitian kami tinjau dari segi jenis
kelamin, yaitu jumlah seluruh siswa kelas III pada SD Negeri Sidowayah 1
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010 dalam
penelitian ini ada 21, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa
perempuan.
C. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian yang kami lakukan ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas, dilaksanakan dalam dua tahap atau 2 Siklus. Adapun
langkah-langkah yang digunakan untuk setiap siklus meliputi, perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.
D. METODOLOGI
1. Sumber Data
Sumber data yang kami peroleh dalam penelitian ini berasal dari
dua sumber, yaitu data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer berasal dari siswa yaitu berbentuk :
1) Nilai tes formatif pada kondisi awal
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
18
A. HASIL PENELITIAN
1. Kondisi Awal
Pada kondisi awal, dari sejumlah 21 siswa, sebelum pelaksanaan
perbaikan pembelajaran didapat data nilai sebagai berikut:
a. 5 siswa pada rentang nilai antara 40 – 49
b. 6 siswa pada rentang nilai antara 50 – 59
c. 4 siswa pada rentang nilai antara 60 – 69
d. 3 siswa pada rentang nilai antara 70 – 69
e. 3 siswa pada rentang nilai antara 80 – 89
f. Jumlah Nilai : 1130
g. Rata-rata : 54
h. KKM : 65
i. Nilai Tertinggi : 80
j. Nilai Terendah : 40
k. Jumlah Tuntas : 6 siswa
l. Jumlah Belum Tuntas : 15 siswa
m. Persentase Ketuntasan : 28%
Berdasar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM mata
pelajaran Matematika kelas III yang ditentukan oleh SD Negeri Sidowayah
1 tahun pelajaran 2009/2010 adalah 65. Dengan demikian nilai ketuntasan
pada saat kondisi awal sebelum perbaikan pembelajaran hanya dicapai
oleh 6 siswa atau 28%, dari sejumlah 21 siswa, dengan nilai rata-rata kelas
hanya mencapai 65.
Rendahnya hasil belajar pada kondisi awal tersebut
mengidikasikan bahwa tujuan pembelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu
perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran. Tujuan dari perbaikan
pembelajaran ini adalah agar paling sedikit 75% jumlah siswa dapat
mencapai nilai tuntas klasikal.
2. Siklus I
a. Rencana
19
Ketarangan Gambar
21
Ketarangan Gambar
1) Gambar diagram berwarna biru menunjukkan persentase Ketuntasan
hasil belajar pada kondisi awal yaitu 28%.
2) Gambar diagaram berwarna merah menunjukkan persentase
Ketuntasan hasil belajar setelah perbaikan pembelajaran Siklus I
yaitu 57%.
3) Gambar diagaram berwarna hijau menunjukkan persentase
Ketuntasan hasil belajar setelah perbaikan pembelajaran Siklus II
yaitu 100%.
c. Pengamatan
26
B. PEMBAHASAN
1. Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Sebelum perbaikan pembelajaran dilaksanakan, pada umumnya
siswa kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Hal
tersebut karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi tidak
tercapainya tujuan pembelajaran. Beberapa faktor tersebut yaitu :
a. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika masih rendah
b. Pada umumnya siswa kurang memahami konsep materi pelajaran
penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif yang disampaikan guru
c. Pembelajaran kurang bermakna karena guru hanya terpancang
menerapkan satu metode saja, yaitu metode ceramah
d. Dalam penyampaikan materi pelajaran, Guru tidak menggunakan alat
peraga untuk mempermudah penelaahan materi yang bersifat abstrak
ke bentuk konkrit.
e. Proses pembelajaran terkesan monoton karena guru tidak
mengaktifkan siswa dan tidak memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
2. Siklus I
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I Guru hanya
menggunakan teori hakekat pembelajaran sehingga komunikasi antara
guru dengan siswa belum terjalin secara akrab. Dari hasil pelaksanaan
siklus I sebagaimana disajikan dalam diagram batang, dari 21 siswa
hanya 28% yang mencapai nilai tuntas tingkat klasikal. Oleh karena itu
perbaikan pembelajaran siklus I dinyatakan belum sesuai dengan tujuan
perbaikan atau dinyatakan belum berhasil walaupun hasil belajar siswa
telah mengalami peningkatan yaitu sejumlah 21 siswa. Tabel siklus I juga
menunjukkan sejumlah siswa belum mecapai tingkat tuntas klasikal
Belum berhasilnya pelaksanaan siklus I adalah karena teknik
pembimbingan guru terhadap siswa masih bersifat klasikal, beberapa
28
siswa masih bersifat pasif. Hal tersebut adalah karena guru belum
menerapkan bimbingan secara kelompok maupaun secara individu serta
penggunaan alat peraga yang kurang maksimal. Selanjutnya pelaksanaan
dan Hasil siklus I dijadikan bahan kajian untuk perbaikan pembelajaran
pada tahap berikutnya yaitu siklus II.
3. Siklus II
Pada siklus II, peneliti lebih menekankan pada pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif tersebut dijadikan landasan untuk
menanamkan pengetahuan dan konsep pembelajaran kepada siswa. Hal
tersebut dikandung maksud untuk semakin meningkatkan hasil belajar
siswa, memotivasi siswa untuk rajin belajar dan berlatih.
Pendekatan strategi pembelajaran dengan tiga ranah tersebut
dalam pelaksanan perbaikan pembelajaran siklus II adalah merupakan
hasil pengkajian dari penggunaan teori tabularasa yang diterapkan pada
pelaksanaan siklus I yang belum memberikan hasil secara maksimal.
Penerapan metode diskusi pada perbaikan pembelajaran siklus II mampu
memotivasi belajar siswa sehingga hasil belajar meningkat dan tujuan
perbaikan pembelajaran mencapai hasil yang menggembirakan, yaitu
dengan naiknya ketuntasan klasikal sebesar 100% atau sejumlah 21 siswa
telah berhasil tuntas. Peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan
tersebut karena guru telah melaksanakan pembimbingan secara kelompok
maupun secara individu, dalam pembelajaran siswa aktif memanfaatkan
alat peraga yang disediakan guru untuk setiap kelompok.
Dari pengamatan teman sejawat yang selalu mendampingi selama
perbaikan pembelajaran siklus II diketahui adanya temuan-temuan yang
bersifat mendukung peningkatan hasil belajar yang meliputi :
a. Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung siswa terlibat secara
aktif.
b. Siswa lebih bersemangat dalam mengerjakan lembar tugas dalam hal
pemecahan masalah melalui kerja kelompok
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan selama 2 (dua) siklus
dengan subyek penelitian siswa kelas III SD Negeri Sidowayah 1 pada
semester 2 tahun 2010, dan telah dapat dilaksanakan dengan berdasar pada
kajian pustaka dan metodologi penelitian.
Berdasar data yang ada diketahui bahwa sebelum perbaikan
pembelajaran dilaksanakan, pada umumnya siswa kurang memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru, hal tersebut adalah karena guru belum
menerapkan metode diskusi dan belum memanfaatkan alat peraga sehingga
hasil belajar rendah.
Dari pengolahan data dan pembahasan setelah pelaksanaan siklus I
walaupun hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan yaitu sejumlah 21
siswa tetapi 9 siswa belum mecapai nilai tingkat tuntas klasikal. Belum
berhasilnya pelaksanaan siklus I adalah karena teknik pembimbingan guru
terhadap siswa masih bersifat klasikal, beberapa siswa masih bersifat pasif.
Hal tersebut adalah karena guru belum menerapkan bimbingan secara
kelompok maupun secara individu serta penggunaan alat peraga yang kurang
maksimal.
31
B. SARAN
Sebagai akhir dari laporan ini perkenankan peneliti menyampaikan saran dan
tindak lanjut :
1. Kepada Guru
Bahwasannya dalam menjalankan tugas seorang guru hendaknya tidak
terpancang ada penerapan satu metode pembelajaran. Demikian pula
halnya dalam pembelajaran guru hendaknya selalu menggunakan alat
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Penggunaan alat
peraga dalam proses pembelajaran akan sangat membantu siswa
memahami materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi bentuk
konkrit.
2. Kepada Siswa
Bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran membutuhkan media
pembelajaran maupun alat peraga sebagai pelengkap sekaligus
pendukung kegiatan. Untuk itu seyogyanya pihak sekolah melengkapi
media atau alat peraga yang sangat dibutuhkan untuk mendukung
keberhasilan pembelajaran.
3. Kepada Sidang Pembaca
32
DAFTAR PUSTAKA