You are on page 1of 32

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Masalah
Peranan matematika sebagai ilmu pasti sangat erat kaitannya
dalam kehidupan sehari-hari. Matematika sebagai ilmu pasti baik yang
bersifat matematika murni maupun matematika terapan, mempunyai
peranan yang sangat dominan dalam berbagai aktivitas manusia. Oleh
karena itu matematika merupakan mata pelajaran utama di sekolah-
sekolah mulai dari tingkat dasar maupun tingkat atas. Tetapi kenyataan
yang ada di lapangan, banyak problematika yang di keluhkan para guru
sekolah dasar sehubungan dengan pelajaran matematika. Keluhan tersebut
pada umumnya sama, yaitu tentang rendahnya hasil belajar siswa baik
pada saat tes formatif, tes pada tengah semester maupun pada saat siswa
menempuh tes semester atau juga pada saat ujian.
Problematika di atas juga terjadi pada SD Negeri Sidowayah 1,
khususnya bagi siswa kelas III. Berdasar hasil analisis evaluasi, dari
sejumlah 21 siswa pada umumnya masih berada di bawah kriteria
ketuntasan minimal. Rendahnya hasil belajar tersebut adalah sebagai
akibat penalaran anak terhadap materi masih bersifat abstrak.
Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui pendekatan
kontekstual ini guru memberikan kesempatan secara luas kepada siswa
untuk berperan langsung secara aktif dalam pembelajaran dengan melalui
pengamatan, pemecahan masalah secara kelompok serta diskusi klasikal.
Pembelajaran matematika volume bangun ruang di kelas III pada
dasarnya merupakan mata pelajaran yang berkesinambungan. Tetapi pada
kenyataannya pembelajaran tentang menjumlah bilangan bulat positif dan
negatif yang selama ini dilaksanakan oleh guru ternyata belum
menunjukkan hasil sesuai dengan harapan. Hal tersebut dapat dilihat dari
hasil belajar siswa pada saat ulangan harian, banyak siswa kelas III SD
Negeri Sidowayah 1 yang mendapat nilai kurang dari 6 (enam).
2

Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan pada umumnya siswa masih


belum memahami konsep materi pelajaran yang sedang dipelajari. Oleh
karena itu guru perlu mengkaji latar belakang kurang berhasilnya guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, pengkajian tersebut dapat
berupa latar belakang siswa, situasi dan kondisi saat pembelajaran
berlangsung, metode dan strategi pembelajaran yang diterapkan guru saat
menyajikan materi. Dengan mengetahui berbagai masalah yang dijumpai
dalam pembelajara tersebut, sebagai guru yang profesional tentu akan
segera memperbaiki cara penyampaian materi pembelajaran dengan
mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran, memanfaatkan
alat peraga maupun sikap atau cara guru dalam menyampaikan
pembelajaran, memperbaiki strategi pembelajaran dengan berbagai
tindakan.
Sekarang figur yang bijaksana Guru dituntut untuk menepis
anggapan bahwa matematika merupakan suatu mata pelajaran yang sangat
rumit, sukar dan manakutkan. Hal tersebut dapat terlaksana bila dalam
proses pembelajaran guru menggunakan model dan strategi pembelajaran
yang selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif,
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena anak
dilibatkan secara langsung dan anak memahami materi yang sedang
dipelajarinya melalui proses yang dialami sendiri.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas maka beberapa permasalahan
secara khusus dapat kami identifikasi sebagai berikut :
a. Bahwa rata-rata siswa kurang menyenangi mata pelajaran matematika
b. Penanaman konsep pembelajaran tidak dapat tertanam secara kuat
pada siswa
3. Analisis Masalah
Faktor penyebab masalah di atas kemudian dianalisis untuk
bahan kajian selanjutnya yaitu sebagai berikut :
a. Pada saat proses pembelajaran siswa merasa tidak tertarik dan jenuh
karena siswa kurang menyenangi mata pelajaran matematika
3

b. Siswa merasa kesulitan untuk memahami materi pelajaran yang


disampaikan guru
c. Guru berusaha untuk memperbaiki pembelajaran agar siswa mampu
memahami materi pelajaran yang sedang dipelajarinya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah,
“Apakah dengan melalui penerapan metode diskusi dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika menjumlahkan dan membandingkan bilangan
pecahan bagi siswa kelas III SD Negeri Sidowayah 1, Kecamatan
Polanharjo Kabupaten Klaten Tahun 2010?”

C. TUJUAN PERBAIKAN PEMBALAJARAN


Tujuan dari perbaikan pembelajaran ini adalah :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar matematika-menjumlah bilangan bulat
positif dan negatif
2. untuk meningkatkan hasil belajar matematika menjumlahkan dan
membandingkan bilangan pecahan melalui penerapan metode diskusi bagi
siswa kelas III SD Negeri Sidowayah 1 pada tahun 2010.

D. MANFAAT PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Perbaikan pembelajaran 1 ini diharapkan bermanfaat khususnya :
1. Bagi siswa
a. Siswa memahami maksud dan tujuan proses pembelajaran yang sedang
diikutinya
b. Siswa berkesempatan untuk aktif dalam proses pembelajaran
c. Siswa berpengamatan secara langsung pada materi pelajaran yang sedang
dipelajarinya
d. Penanaman konsep pelajaran akan tertanam kuat karena kesan siswa
terhadap materi tidak bersifat abstrak
e. Siswa menyenangi mata pelajaran Matematika
f. Hasil Belajar meningkat
4

2. Bagi Guru
a. Guru mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang cara penyampaian
materi pelajaran matematika melalui penerapan metode diskusi.
b. Guru mampu meningkatkan hasil belajar siswa melalui proses
pembelajaran yang bersifat mengaktifkan siswa melalui kegiatan diskusi.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah termotivasi untuk lebih melengkapi media pembelajaran dan alat
peraga lainnya yang sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran
Matematika.
b. Mutu sekolah semakin meningkat
c. Sekolah semakin dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat untuk
menyekolahkan putra putrinya.
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Dalam pembahasan suatu masalah terlebih dahulu kita harus
memahami pengertian atau definisi masalah yang akan dibicarakan.
Pengertian masalah dari kejelasan pengertiana yang mementukan langkah
selanjutnya dalam membicarakan arti batasan masalahberikut ini diuraikan
tinjauan masalah berkenaan dengan upaya penigkatan hasil belajar
matematika pecahan sederhana.
1. Pengertian Pembelajaran
Beberapa pengertian pembelajaran secara luas menurut para ahli
pendidikan :
a. Wilbor Schramm (Modul UT, 2004) melihat alat peraga dalam
pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan, oleh
sebab itu dia mendifinisikan alat peraga menjadi “komponen sumber
dia mendifinisikan alat peraga komponen sumber belajar dilingkungan
siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar”. (hal. 7-3)
b. Yusuf Hadi Miarso (Modul UT, 2004) melihat alat peraga secara
makro dalam keseluruhan system pendidikan, sehingga difinisinya
berbunyi “Segala sesuatu yang dapat merangsang terjadinya proses
belajar”. (hal. 7-3)
2. Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika kelas III tahun pelajaran 2009/2010 telah
menggunakan Kurikulum 2007 yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan atau KTSP. Namun demikian karena matematika
merupakan ilmu yang bersifat pasti, maka pembelajaran matematika di
Kelas III untuk periode tahun 2009/2010 tidak jauh berbeda bila
menggunakan Kurikulum lama maupaun kurikulum baru yang telah
diterapkan saat ini.
Pelaksanaan proses pembelajaran matematika adalah untuk hasil
belajar yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran.
6

Secara umum proses belajar dan mengajar akan mendapatkan hasil secara
maksimal apabila guru memperhatikan beberapa aspek pendukung.
Pengelolaan waktu untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran perlu
diorganisasikan dengan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran berjalan
sesuai dengan rencan dan waktu dan jadwal pelajaran yang telah
ditentukan. Pengaturan waktu pembelajaran dikandung maksud juga agar
tidak merugikan antara lain mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Sedangkan faktor alat peraga dalam pelaksanaan pembelajaran juga
harus dihentikan. Dengan guru selalu memanfaatkan alat peraga, anak
berkesempatan untuk mengamati alat peraga yang memang disediakan dan
dipajang di kelas, sehingga pada akhirnya anak akan mencapai hasil
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

B. METODE DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Mata pelajaran matematik adalah merupakan mata pelajaran yang
bersifat rasional, artinya dapat dihitung, diukur dan diamati. Dalam Proyek
Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar (1992), dinyatakan bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran, guru dapat memilih, menentukan pendekatan dan
metode yang disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan, dengan tetap
berpedoman pada asas-asas pengembangan kurikukum dan asas didaktik.
Metode dan pendekatan yang sesuai dengan asas pengembangan
kurikulum dan asas didaktik.
Metode dan pendekatan yang sesuai dengan asas pengembangan kurikulum
dan asas didaktik tersebut antara lain adalah :
1. Pendekatan
Beberapa pendekatan pembelajaran matematika yang dapat
diterapkan antara lain adalah :
a. Pendekatan lingkungan
b. Pendekatan Penemuan (inkuiri)
c. Pendekatan Konsep
d. Pendekatan Keterampilan Proses
e. Pendekatan Pemecahan Masalah
7

f. Pendekatan Induktif-Deduktif
g. Pendekatan Sejarah
h. Pendekatan Nilai
i. Pendekatan Komunikatif
j. Pendekatan Tematik
2. Metode
Untuk dapat menentukan pembelajaran yang tepat sesai dengan
materi, maka pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini guru dapat
menerapkan lebih dari satu metode sesuai dengan tujuan pembelajaran,
kekhasan materi yang akan disampaikan, keadaan siswa, keadaan sarana
dan prasarana. Oleh karena itu guru dapat menentukan beberapa metode
untuk penyampaian materi. Beberapa metode yang dapat diterapkan antara
lain adalah :
a. Metode Penugasan
b. Metode Eksperimen
c. Metode Proyek
d. Metode Widyawisata
e. Metode demonstrasi
f. Metode Tanya jawab
g. Metode latihan
h. Metode Ceramah
i. Metode Permainan
j. Metode Diskusi
k. Metode Kerja Kelompok

C. PEMANFAATAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA
Berbagai ahli pendidikan memberikan definisi tentang alat peraga
dalam pembelajaran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa alat peraga sangat
besar pengaruhnya terhadap penanaman konsep pembelajran. Beberapa
pendapat para ahli tentang alat peraga antara lain adalah Achmad DS.
(1996:11), menyatakan bahwa alat peraga adalah sesuatu yang dapat
8

digunakan untuk menyampaikan sesuatu atau isi pelajaran, memperjelas dan


menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan hasil belajar.
Pengertian alat peraga atau media menurut Aristo Rahardi (2003:9)
kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna secara
umum adalah segala sesuatu yang dapat dalam menyalurkan informasi dari
sumber informasi kepada penerima informasi.
Sedangkan Briggs dalam Aristo Rahardi (2003:10), menyatakan bahwa
media adalah alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi
proses belajar mengajar. Bila dibandingkan antara media pembelajaran dengan
media pendidikan, maka media pendidikan adalah lebih bersifat umum. Sifat
media pembelajaran lebih mengkhusus. Oleh karena itu tidak semua media
pendidikan adalah media pembelajaran tetapi sebaliknya, setiap media
pembelajaran adalah termasuk media pendidikan. Dalam proses belajar dan
mengajar, kedudukan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar selalu
ditekankan dalam berbagai metodologi pembelajaran. Beberapa keuntungan
yang dapat dirasakan secara langsung dari penggunan media pembelajaran
antara lain adalah :
1. Dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam proses belajar yang
sedang berlangsung
2. pembelajaran akan berlangsung lebih menarik perhatian siswa sehingga
dapat menimbulkan motivasi belajar.
3. Bahan pembelajaran atau materi pelajaran akan lebih mudah dikuasai guru
4. metode mengajar dapat lebih variatif
5. siswa termotivasi lebih aktif
Aristo Rahardi dalam penjelasannya juga mengatakan bahwa
pengertian media pembelajaran hendaknya diasumsikan sebagai alat bantu
guru dala mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar (guru)
kepada penerima pesan belajar (peserta didik). Dengan demikian peran guru
akan lebih mengarah sebagai manager pembelajaran yang mempunyai
tanggung jawab utama menciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat
belajar dengan hasil maksimal dan fungsi guru baik sebagai penasehat,
9

pembimbing, motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran terlaksana


secara optimal.
Berbagai teori tentang manfaat dalam pembelajarandapat diuraikan
sebagai berikut :
a. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik
b. Proses pembelajaran lebih interaktif
c. Efisiensi waktu dan tenaga
d. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa
e. Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja kapan
saja
f. Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses
belajar
g. Media dapat mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif
Pemanfaatan dan penggunaan media pembelajaran sangat membantu
kesulitan belajar siswa, membantu pembentukan kepribadian serta membantu
memberikan motivasi belajar. Lebih dari itu perancangan. Pemilihan maupun
penggunaan media pembelajaran secara tepat akan sangat membantu kesulitan
guru dalam penyampaian materi belajar yang bersifat abstrak, menjadikan
suasana kelas menjadi lebih hidup.
1. Pemanfaatan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika Menjumlahkan
Bilangan Bulat Positif dan Negarif
Pembelajaran Matematika akan sangat terbantu bila dalam proses
pembelajaran Guru memanfaatkan alat peraga dalam upaya mencapai
tujuan pembelajaran. Berbagai bantuan alat peraga untuk sekolah maupun
penyediaan alat peraga oleh sekolah secara swadana memberikan
kemudahan guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada peserta
didik. Demikian pula halnya dengan pemanfaatan alat peraga Matematika.
Seperti telah diuraikan diatas, alat peraga mempunyai multi fungsi dan
salah satunya adalah untuk mempermudah penalaran siswa pada materi
pelajaran yang bersifat abstrak ke bentuk konkrit.
Bila kita pelajari lebih jauh, maka jenis alat peraga yang dapat
dimanfaatkan oleh guru sangat beragam, mulai dari bentuk alat peraga
10

gambar, benda tiruan maupun benda sesungguhnya. Penggunaan alat


peraga bagi guru sekolah dasar akan sangat membantu dalam proses
pembelajaran, karena kemampuan berpikir anak usia sekolah dasar pada
umumnya masih dalam taraf berfikir konkrit. Penggunaan alat peraga
kertas bergaris bilangan positif dan negatif dalam penyampaian materi
pembelajaran menjumlah bilangan bulat positif dan negatif dalam
penyampaian materi pembelajaran menjumlah bilangan positif dan negatif
dengan melibatkan siswa secara aktif untuk mengamati dan mengukur alat
peraga tersebut akan mempermudah siswa memahami konsep menentukan
letak dan nilai bilangan. Dalam penggunaan alat peraga ini anak akan
mampu mengembangkan kreativitasnya dengan mengukur panjang
masing-masing bilangan dari titik koordinat untuk menentukan nilai
bilangan tersebut.
Oleh karena itu dalam pembelajaran matematika khususnya pada
materi pelajaran menjumlah bilangan bulat positif dan negatif,
pemanfaatan alat peraga kertas bergaris bilangan bulat positif dan negatif
dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran akan
sangat membantu penyampaian materi dan penanaman konsep akan
tertanam kuat karena kesan anak yang mendalam terhadap materi yang
dipelajari.
2. Penerapan Metode Diskusi Dalam Pembelajaran Matematika
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran ini kami memilih
menerapkan metode diskusi dengan alasan sebagai berikut :
a. Metode diskusi dapat mempertinggi semangat belajar siswa dalam
proses belajar yang sedang berlangsung.
b. Melalui penerapan metode diskusi, pembelajaran akan berlangsung
lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menimbulkan motivasi
belajar
c. Bahan pembelajaran atau materi pelajaran lebih mudah dikuasai siswa.
d. Metode mengajar dapat lebih variatif
e. Siswa termotivasi lebih aktif
11

BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. SUBYEK PENELITIAN
Penelitian Tindakan kelas III ini kami laksanakan di SD Negeri
Sidowayah 1, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten pada tahun pelajaran
2009/2010. Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III yang
berjumlah 21 siswa. Selanjutnya, subyek penelitian kami tinjau dari segi jenis
kelamin, yaitu jumlah seluruh siswa kelas III pada SD Negeri Sidowayah 1
Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2009/2010 dalam
penelitian ini ada 21, yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa
perempuan.

B. LATAR BELAKANG SISWA


1. Latar Belakang Belajar Siswa
Pada umumnya siswa kurang mendapat perhatian belajar dari
orang tua. Hal tersebut sebagai akibat sepulang sekolah telah disibukkan
dengan kegiatan bermain di rumah atau melihat acara televisi, tanpa ada
batasan pembagian waktu antara waktu belajar, waktu bermain, waktu
makan, waktu tidur. Sedangkan pada malam hari, siswa kurang mendapat
perhatian dalam hal belajar karena orang tua jarang sekali membimbing
siswa untuk belajar.
2. Latar Belakang Pekerjaan Orang Tua Siswa
Dari sejumlah 21 siswa dengan latar belakang pekerjaan orang tua
adalah sebagai berikut :
a) 9 siswa dari keluarga petani
b) 4 siswa dari keluarga PNS
c) 3 siswa dari keluarga pamong desa
d) 2 siswa dari keluarga pedagang
e) 2 siswa dari keluarga swasta
f) 1 siswa dari keluarga buruh
3. Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
12

Dari sejumlah 21 siswa, latar belakang pendidikan orang tua


siswa adalah sebagai berikut :
a) 8 orang tua siswa adalah tamatan Sekolah Dasar/MI
b) 6 orang tua siswa adalah tamatan SMP/MTs
c) 4 orang tua siswa adalah tamatan SMU
d) 3 orang tua siswa adalah tamatan Perguruan Tinggi
Berdasarkan hasil kajian latar belakang siswa tersebut pada akhirnya
diketahui adanya beberapa faktor karakteristik yang mempengaruhi
rendahnya hasil belajar siswa, yang meliputi :
a. Minat siswa terhadap pelajaran Matematika masih rendah karena diangap
sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan
b. Pengaruh latar belakang pendidikan orang tua siswa yang rata-rata hanya
lulusan SD/MI dan SMP/Mts, kurang mendukung kegiatan belajar siswa
dirumah
c. Pengaruh latar belakang pekerjaan orang tua kurang menukung untuk
memperhatikan hasil belajar siswa
d. Pada umumnya orang tua siswa beranggapan bahwa pendidikan siswanya
merupakan tanggung jawab sekolah.

C. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian yang kami lakukan ini menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas, dilaksanakan dalam dua tahap atau 2 Siklus. Adapun
langkah-langkah yang digunakan untuk setiap siklus meliputi, perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi.

D. METODOLOGI
1. Sumber Data
Sumber data yang kami peroleh dalam penelitian ini berasal dari
dua sumber, yaitu data primer dan sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer berasal dari siswa yaitu berbentuk :
1) Nilai tes formatif pada kondisi awal
13

2) Nilai tes setelah pelaksanaan Siklus I


3) Nilai tes setelah pelaksanaan Siklus II
b. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder berasal dari catatan-catatan dan temuan selama
pelaksanaan penelitian tahap Siklus I dan tahap Siklus II.
2. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan teknik dan alat pengumpulan sebagai
berikut :
a. Teknik pengumpulan data meliputi teknik tes berupa tes tertulis
b. Alat pengumpulan data berbentuk materi tes tertulis
3. Validasi Data
Validasi data diperlukan guna terpenuhinya triangulasi sumber
yaitu pengumpulan data yang berasal dari beberapa sumber yang meliputi :
a. Proses pembelajaran
b. Instrumen tugas yang digunakan
c. Nilai hasil belajar pada akhir pembelajaran
4. Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian kami analisis dengan
menggunakan analisis diskriptif komparatif dan analisis deskripsi
kwalitatif :
a. Analisis data deskriptif komparatif yaitu membandingkan nilai pada
kondisi awal dengan nilai hasil Siklus I dan Siklus II
b. Analisis data deskriptif kwalitatif didasarkan pada hasil observasi dan
refleksi dari tiap-tiap siklus.

E. DESKRIPSI SETIAP SIKLUS


1. Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal pembelajaran, guru belum menerapkan metode
diskusi. Akibatnya yang terjadi pada siswa adalah :
a. Suasana proses pembelajaran menjadi kaku karena guru banyak
berceramah sehingga siswa menjadi bosan
b. Karena merasa bosan, siswa menjadi ramai sendiri
14

c. Konsep pembelajaran tidak dipahami siswa


d. Tujuan pembelajaran tidak tercapai
e. Hasil belajar siswa menjadi rendah khususnya pada materi pelajaran
Matematika.
2. Deskripsi Siklus I
Langkah – langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I
meliputi :
a. Perencanaan
1) Merumuskan permasalahan yang ada
2) Merancang model pembelajaran yang akan kami laksanakan
3) Menyusun alat observasi
4) Merancang alat evaluasi
b. Tindakan
Kegiatan selanjutnya adalah :
1) Guru membentuk kelompok belajar, dengan jumlah setiap kelompok
3 siswa
2) Guru membagi lembar tugas untuk tiap kelompok
3) Siswa bekerja secara kelompok
4) Guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok
5) Guru mengadakan tes tertulis
c. Observasi :
a) Guru mengamati cara kerja setiap kelompok
b) Guru memberikan bimbingan dan arahan yang diperlukan
d. Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat selaku kolaborator
selama pelaksanaan siklus I yang meliputi, pengamatan selama
berlangsungnya proses pembelajaran dan pengamatan hasil pelaksanaan
Siklus I. Pengamatan tersebut berupa temuan-temuan dan catatan
selama berlangsungnya pelaksanaan Siklus I.
e. Refleksi
15

Refleksi merupakan pembahasan hasil pelaksanaan Siklus I


dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif dan analisis
deskriptif kwalitatif.
1) Analisis data deskriptif komparatif untuk menganalisa perbandingan
hasil belajar pada kondisi awal dengan hasil belajar Siklus I.
2) Analisis data deskriptif kwalitatif untuk menganalisa hasil belajar
yang telah dicapai pada Siklus I berdasarkan pengamatan dan
refleksi.
3. Deskripsi Siklus II
Langkah – langkah yang digunakan dalam pelaksanaan Siklus II
adalah sama dengan langkah pelaksanaan siklus I. Sedangkan dasar
pelaksanaan siklus II adalah hasil belajar siklus I. Langkah-langkah
tersebut meliputi :
a. Perencanaan
Guru mengadakan persiapan untuk perbaikan pembelajaran siklus II
yang meliputi :
1) Persiapan langlah pembelajaran
2) Persiapan langkah penyusunan dan pengolahan data
3) Persiapan analisis data
b. Tindakan
Tindakan yang dimaksud adalah tindakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II berdasar analisis hasil pelaksanaan siklus I.
c. Pengamatan
Pengamatan oleh teman sejawat selama pelaksanaan siklus II
yaitu pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dan
pengamatan hasil pelaksanaan Siklus II. Pengamatan tersebut berupa
temuan-temuan dan catatan selama berlangsungnya Siklus II.
d. Refleksi
Refleksi merupakan pembahasan hasil pelaksanaan Siklus II
dengan menggunakan analisis deskriptif komparatif dan analisis
deskriptif kwalitatif.
16

1) Analisis data deskriptif komparatif untuk menganalisa hasil


pembelajaran siklus II dengan cara membandingkan hasil belajar
pada kondisi awal dengan hasil belajar setalah pelaksanaan Siklus I
dan Siklus II.
2) Analisis data deskriptif kwalitatif untuk menganalisa tingkat
keberhasilan pelaksanaan Siklus II yang didasarkan dari hasil
pengamatan dan refleksi.
4. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan didasarkan pada perbandingan antara hasil
belajar kondisi awal dengan hasil belajar Siklus I dan Hasil belajar Siklus
II. Indikator keberhasilan tersebut adalah hasil pengolahan data dalam
bentuk tabel perbandingan hasil belajar dan diagram.

F. JADWAL PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN


Agar pelaksanaan perbaikan pembelajaran dapat kami laksanakan
dengan teratur sesuai dengan jadwal dan waktu yang telah direncanakan,
maka perlu dibuat adanya rencana pelaksanaan kegiatan. Jadwal kegiatan
tersebut kami sesuaikan dengan jadwal pelajaran yang ada di kelas III SD
Negeri Sidowayah 1 Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Hal tersebut
adalah sesuai dengan tugas utama kami sebagai guru kelas III pada SD Negeri
Sidowayah 1.
Sesuai dengan program kegiatan maka penelitian yang terdiri dari
dua tahapan yaitu siklus I dan siklus II tersebut selanjutnya di susun dalam
alokasi waktu penelitian pada tabel, sebagai berikut :
Tabel 1 : Alokasi Waktu Penelitian
No Uraian Kegiatan Bulan
1 2 Maret April Mei Juni
1. Persiapan dan penyusunan instrumen √ √
penelitian
2. Mengumpulkan dan mengolah data √
untuk :
a. Siklus I
b. Siklus II
3. Analisis Data √
17

4. Pembahasan Hasil Analisis √


5. Menyusun Laporan √
G. TIM PENELITI
Penelitian tindakan kelas dalam rangka perbaikan pembelajaran ini
dilaksanakan oleh :
1. Nama : Ninik Sumartini
NIM : 816691367
Kedudukan : Peneliti
2. Nama : Suwarsiti, S.Pd
NIP : 19610613 198405 2003
Kedudukan : Teman sejawat selaku pengamat/observer

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
18

A. HASIL PENELITIAN
1. Kondisi Awal
Pada kondisi awal, dari sejumlah 21 siswa, sebelum pelaksanaan
perbaikan pembelajaran didapat data nilai sebagai berikut:
a. 5 siswa pada rentang nilai antara 40 – 49
b. 6 siswa pada rentang nilai antara 50 – 59
c. 4 siswa pada rentang nilai antara 60 – 69
d. 3 siswa pada rentang nilai antara 70 – 69
e. 3 siswa pada rentang nilai antara 80 – 89
f. Jumlah Nilai : 1130
g. Rata-rata : 54
h. KKM : 65
i. Nilai Tertinggi : 80
j. Nilai Terendah : 40
k. Jumlah Tuntas : 6 siswa
l. Jumlah Belum Tuntas : 15 siswa
m. Persentase Ketuntasan : 28%
Berdasar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal atau KKM mata
pelajaran Matematika kelas III yang ditentukan oleh SD Negeri Sidowayah
1 tahun pelajaran 2009/2010 adalah 65. Dengan demikian nilai ketuntasan
pada saat kondisi awal sebelum perbaikan pembelajaran hanya dicapai
oleh 6 siswa atau 28%, dari sejumlah 21 siswa, dengan nilai rata-rata kelas
hanya mencapai 65.
Rendahnya hasil belajar pada kondisi awal tersebut
mengidikasikan bahwa tujuan pembelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu
perlu dilaksanakan perbaikan pembelajaran. Tujuan dari perbaikan
pembelajaran ini adalah agar paling sedikit 75% jumlah siswa dapat
mencapai nilai tuntas klasikal.

2. Siklus I
a. Rencana
19

Dalam rangka perbaikan pembelajaran di kelas III tentang


menjumlahkan bilangan bulat positif dan negatif melalui penerapan
metode diskusi bagi siswa kelas III SD Negeri Sidowayah 1 Kecamatan
Polanharjo, Kabupaten Klaten peneliti menyusun rencana perbaikan
pembelajaran yang meliputi, tujuan perbaikan pembelajaran, materi
pembelajaran, saran penunjang, Rencana Perbaikan Pembelajaran
Siklus I. Pada Rencana Perbaikan yang peneliti susun dalam siklus I ini
menekankan pada penerapan metode diskusi.
b. Tindakan
Perbaikan pembelajaran Siklus I ini telah dilaksanakan telah
diketahui bahwa pelaksanaan perbaikan pembelajaran tentang
menjumlah bilangan bulat postif dan negatif melalui penerapan metode
diskusi pada siklus I ada peningkatan hasil belajar siswa. Hal tersebut
dibuktikan dengan rata-rata siswa mampu mengerjakan lembar kerja
serta mampu mengerjakan soal tes formatif di akhir pelajaran.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksakaan
Siklus I, perlu adanya perbandingan hasil belajar pada kondisi awal dan
sesudah pelaksaan perbaikan pembelajaran pada siklus I yaitu sebagai
berikut :
1) 0 siswa pada rentang nilai antara 40 – 49
2) 0 siswa pada rentang nilai antara 50 – 59
3) 9 siswa pada rentang nilai antara 60 – 69
4) 8 siswa pada rentang nilai antara 70 – 69
5) 4 siswa pada rentang nilai antara 80 – 89
6) Jumlah Nilai : 1420
7) Rata-rata : 67
8) KKM : 68
9) Nilai Tertinggi : 80
10) Nilai Terendah : 60
11) Jumlah Tuntas : 12 siswa
12) Jumlah Belum Tuntas : 9 siswa
13) Persentase Ketuntasan: 57%
20

Data di atas selanjutnya kami Selanjutnya kami olah secara


deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil belajar pada kondisi
awal dengan hasil belajar setelah pelaksanaan siklus I.

Tabel 2. Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Perbaikan Siklus I


Banyak Siswa
No Rentang Nilai
Sebelum Perbaikan Perbaikan Siklus I
1. 40 – 49 5 siswa 0 siswa
2. 50 – 59 6 siswa 0 siswa
3. 60 – 69 4 siswa 9 siswa
4. 70 – 79 3 siswa 8 siswa
5. 80 – 89 3 siswa 4 siswa
6. 90 – 99 0 siswa 0 siswa
7. 100 0 siswa 0 siswa
Jumlah Siswa 21 21
Jumlah Nilai 1130 1420
KKM 65 68
Nilai Tertinggi 80 80
Nilai Terendah 40 60
Jumlah Tuntas 6 12
Belum Tuntas 15 9
Persentase Tuntas 28% 57%

Perbandingan hasil belajar di atas selanjutnya kami olah kembali


dalam bentuk diagram batang di bawah ini :

Gambar 1. Diagram Batang Hasil Belajar Kondisi Awal dan


Siklus I
8
7
6
Kondisi Awal
5 Column1
4
3
2
1
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100

Ketarangan Gambar
21

1) Gambar diagram berwarna biru menunjukkan hasil belajar pada


kondisi awal.
2) Gambar diagaram berwarna merah menunjukkan hasil belajar Siklus
I.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan teman sejawat pada pelaksanaan Siklus I
adalah sebagai berikut :
Guru
1) Guru telah melaksanakan kegiatan persiapan pembelajaran melalui
penyusunan RPP dan kelengkapannya yang disusun secara
sistematis.
2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan
menggunakan metode dan strategi pembelajaran. Namun demikian
penyajian materi belum dilaksanakan secara urut.
3) Pelaksanaan pembelajaran juga menggunakan alat peraga belum
maksimal
4) Pemantauan guru terhadap pelaksanaan kerja kelompok belum
maksimal sehingga masih ada siswa yang kurang aktif tetapi luput
dari perbahatian guru.
5) Bimbingan oleh guru masih bersifat umum dan belum mengarah
pada masing-masing kelompok yang mengalami kesulitan
6) Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif
Siswa
1) Beberapa siswa pada saat kerja kelompok masih terlihat pasif
2) Ketrampilan siswa mengerjakan lembar tugas telah cukup baik
3) Aktivitas siswa pada saat diskusi kelas masih didominasi oleh
beberapa siswa saja.
4) Peningkatan hasil belajar siswa belum sesuai dengan tujuan
perbaikan pembelajaran
d. Refleksi
22

Setelah perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan, peneliti


berdiskusi dengan teman sejawat untuk mengetahui keberhasilan dan
kekurangan siklus I.
Adapun keberhasilan adalah berdasarkan pengamatan dan
analisis data hasil tes formatif, diketahui bahwa ada perbaikan
pembelajaran tentang menjumlah bilangan bulat positif dan negatif
melalui penerapan metode diskusi bagi siswa kelas III SD Negeri
Sidowayah 1 pada semester 2 tahun /2010, walau telah ada peningkatan
tetapi masih belum sesuai dengan tujuan perbaikan pembelajaran karena
belum mencapai target jumlah ketuntasan klasikal 75%.
Kekurangan pada siklus I, sesuai dengan hasil pengamatan
teman sejawat adalah teknik pembimbingan guru terhadap siswa masih
bersifat klasikal, beberapa siswa masih bersifat pasif, jumlah siswa
yang belum mencapai tuntas masih tinggi yaitu sebanyak 21 siswa. Hal
tersebut adalah karena guru belum menerapkan bimbingan secara
kelompok maupun individu.
Hasil diskusi tersebut menjadi bahan kajian dan pembahasan
sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan perbaikan pada tahap
berikutnya yaitu pada siklus II.
3. Siklus II
a. Rencana
Dalam rangka perbaikan masalah pembelajaran Siklus II ini
rencana pembelajaran disusun berdasar kekurangan pada siklus I yang
meliputi tujuan perbaikan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
dan strategi yang akan dilaksanakan, sarana penunjang, Rencana
Perbaikan Pembelajaran Siklus II yang peneliti susun sebagai upaya
untuk meningkatkan hasil belajar tentang menjumlah bilangan bulat
positif dan negatif melalui penerapan metode diskusi.
b. Tindakan
Pada Pelaksanaan Perbaikan pembelajaran Siklus II, diketahui
bahwa hasip belajar siswa mengalami kemajuan yang sangat baik. Dari
data yang terkumpul dapat dilihat perbandingan peningkatan hasil
23

belajar siswa yang mengalami peningkatan. Hasil perbaikan


pembalajaran pada siklus II secara lengkap adalah sebagai berikut :
1) 0 siswa pada rentang nilai antara 40 – 49
2) 0 siswa pada rentang nilai antara 50 – 59
3) 0 siswa pada rentang nilai antara 60 – 69
4) 0 siswa pada rentang nilai antara 70 – 69
5) 9 siswa pada rentang nilai antara 80 – 89
6) 6 siswa pada rentang nilai antara 90 – 99
7) 6 siswa pada nilai 100
8) Jumlah Nilai : 1690
9) Rata-rata : 80
10) KKM : 68
11) Nilai Tertinggi : 100
12) Nilai Terendah : 80
13) Jumlah Tuntas : 21 siswa
14) Jumlah Belum Tuntas : 0 siswa
15) Persentase Ketuntasan: 100%
Peningkatan hasil belajar siklus II tersebut dapat meningkatkan
ketuntasan tingkat klasikal seluruh siswa yang berjumlah 21 siswa dari
atau 100% dengan nilai rata-rata kelas 80. Peningkatan hasil belajar
yang sangat signifikan tersebut telah melampaui target perbaikan
pembelajaran yang semula hanya direncanakan 75%.
Peningkatan hasil belajar pada siklus II tersebut selanjutnya
peneliti sajikan dalam tabel 2 perbandingan hasil belajar di bawah ini :
Tabel 3. Hasil Belajar Sebelum dan Sesudah Perbaikan Siklus I dan
Siklus II
Banyak Siswa
No Rentang Nilai Sebelum Perbaikan Perbaikan
Perbaikan Siklus I Siklus I
1 40 – 49 5 siswa 0 siswa 0 siswa
2 50 – 59 6 siswa 0 siswa 0 siswa
3 60 – 69 4 siswa 9 siswa 0 siswa
4 70 – 79 3 siswa 8 siswa 0 siswa
5 80 – 89 3 siswa 4 siswa 9 siswa
6 90 – 99 0 siswa 0 siswa 6 siswa
24

7 100 0 siswa 0 siswa 6 siswa


Jumlah Siswa 21 21 21
Jumlah Nilai 1130 1420 1690
Rata – rata 54 68 80
KKM 65 68 68
Nilai Tertinggi 80 80 100
Nilai Terendah 40 60 80
Jumlah Tuntas 6 12 21
Belum Tuntas 15 9 0
Persentase Tuntas 28% 57% 100%

Selanjutnya untuk lebih memperjelas laporan, maka hasil beljar


tersebut dibuat dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Batang Hasil Belajar Sebelum dan


Sesudah Perbaikan Siklus I dan Siklus II
8
7
6
5
4
3
2
1
0
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-99 100

Kondisi Awal Siklus I Siklus II


Ketarangan Gambar
1) Gambar diagram berwarna biru menunjukkan hasil belajar pada
kondisi awal.
2) Gambar diagaram berwarna merah menunjukkan hasil belajar setelah
perbaikan pembelajaran siklus I.
3) Gambar diagaram berwarna hijau menunjukkan hasil belajar setelah
perbaikan pembelajaran siklus II.
Selanjutnya kami sajikan pula perbandingan persentase hasil
belajar sebelum perbaikan dan setelah perbaikan siklus I dan siklus II
dalam gambar 4 diagram batang di bawah ini:
25

Gambar 3. Diagram Batang Persentase Hasil Belajar Sebelum dan


Sesudah Perbaikan Siklus I dan Siklus II
100
100
90
80
70
57
60
50
40
28
30
20
10
0
Kondisi Awal Siklus I Siklus II

Ketarangan Gambar
1) Gambar diagram berwarna biru menunjukkan persentase Ketuntasan
hasil belajar pada kondisi awal yaitu 28%.
2) Gambar diagaram berwarna merah menunjukkan persentase
Ketuntasan hasil belajar setelah perbaikan pembelajaran Siklus I
yaitu 57%.
3) Gambar diagaram berwarna hijau menunjukkan persentase
Ketuntasan hasil belajar setelah perbaikan pembelajaran Siklus II
yaitu 100%.
c. Pengamatan
26

Hasil pengamatan teman sejawat pada pelaksanaan Siklus II


adalah sebagai berikut :
Guru
1) Guru telah melaksanakan kegiatan persiapan pembelajaran melalui
penyusunan RPP dan kelengkapannya yang disusun secara
sistematis.
2) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan
menggunakan metode dan strategi pembelajaran dengan penyajian
materi disampaikan secara urut.
3) Pelaksanaan pembelajaran juga menggunakan alat peraga
4) Pemantauan Guru terhadap pelaksanaan kerja kelompok secara
maksimal sehingga siswa termotivasi untuk aktif
5) Bimbingan oleh guru telah ditekankan pada masing-masing
kelompok yang mengalami kesulitan.
6) Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan pelaksanaan tes formatif
Siswa
1) Beberapa siswa pada saat kerja kelompok terlihat semakin aktif
2) Ketrampilan siswa mengerjakan lembar tugas semakin meningkat
3) Aktivitas siswa pada saat diskusi kelas masih menggambarkan
suasana kelas yang hidup.
4) Peningkatan hasil belajar siswa telah sesuai dengan tujuan perbaikan
pembelajaran
5) Hasil belajar meningkat sangat signifikan
6) Siswa menyenangi mata pelajaran matematika
d. Refleksi
Hasip pengamatan teman sejawat yang dapat disimpulkan
adalah bahwa secara umum, pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada
siklus II telah dapat dinyatakan berhasil dan sesuai dengan tujuan
perbaikan pembelajaran.
Selanjutnya, hasil pengumpulan dan pengolahan data, hasil
pengamatan dan temuan-temuan selama pelaksanaan siklus I dan siklus
27

II dijadikan dasar pembuatan laporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas


yang telah dilaksanakan.

B. PEMBAHASAN
1. Sebelum Perbaikan Pembelajaran
Sebelum perbaikan pembelajaran dilaksanakan, pada umumnya
siswa kurang memahami materi pelajaran yang disampaikan guru. Hal
tersebut karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi tidak
tercapainya tujuan pembelajaran. Beberapa faktor tersebut yaitu :
a. Minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Matematika masih rendah
b. Pada umumnya siswa kurang memahami konsep materi pelajaran
penjumlahan bilangan bulat positif dan negatif yang disampaikan guru
c. Pembelajaran kurang bermakna karena guru hanya terpancang
menerapkan satu metode saja, yaitu metode ceramah
d. Dalam penyampaikan materi pelajaran, Guru tidak menggunakan alat
peraga untuk mempermudah penelaahan materi yang bersifat abstrak
ke bentuk konkrit.
e. Proses pembelajaran terkesan monoton karena guru tidak
mengaktifkan siswa dan tidak memberikan kesempatan siswa untuk
bertanya.
2. Siklus I
Pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus I Guru hanya
menggunakan teori hakekat pembelajaran sehingga komunikasi antara
guru dengan siswa belum terjalin secara akrab. Dari hasil pelaksanaan
siklus I sebagaimana disajikan dalam diagram batang, dari 21 siswa
hanya 28% yang mencapai nilai tuntas tingkat klasikal. Oleh karena itu
perbaikan pembelajaran siklus I dinyatakan belum sesuai dengan tujuan
perbaikan atau dinyatakan belum berhasil walaupun hasil belajar siswa
telah mengalami peningkatan yaitu sejumlah 21 siswa. Tabel siklus I juga
menunjukkan sejumlah siswa belum mecapai tingkat tuntas klasikal
Belum berhasilnya pelaksanaan siklus I adalah karena teknik
pembimbingan guru terhadap siswa masih bersifat klasikal, beberapa
28

siswa masih bersifat pasif. Hal tersebut adalah karena guru belum
menerapkan bimbingan secara kelompok maupaun secara individu serta
penggunaan alat peraga yang kurang maksimal. Selanjutnya pelaksanaan
dan Hasil siklus I dijadikan bahan kajian untuk perbaikan pembelajaran
pada tahap berikutnya yaitu siklus II.
3. Siklus II
Pada siklus II, peneliti lebih menekankan pada pendekatan
pembelajaran yang menekankan pada ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Ranah kognitif tersebut dijadikan landasan untuk
menanamkan pengetahuan dan konsep pembelajaran kepada siswa. Hal
tersebut dikandung maksud untuk semakin meningkatkan hasil belajar
siswa, memotivasi siswa untuk rajin belajar dan berlatih.
Pendekatan strategi pembelajaran dengan tiga ranah tersebut
dalam pelaksanan perbaikan pembelajaran siklus II adalah merupakan
hasil pengkajian dari penggunaan teori tabularasa yang diterapkan pada
pelaksanaan siklus I yang belum memberikan hasil secara maksimal.
Penerapan metode diskusi pada perbaikan pembelajaran siklus II mampu
memotivasi belajar siswa sehingga hasil belajar meningkat dan tujuan
perbaikan pembelajaran mencapai hasil yang menggembirakan, yaitu
dengan naiknya ketuntasan klasikal sebesar 100% atau sejumlah 21 siswa
telah berhasil tuntas. Peningkatan hasil belajar yang sangat signifikan
tersebut karena guru telah melaksanakan pembimbingan secara kelompok
maupun secara individu, dalam pembelajaran siswa aktif memanfaatkan
alat peraga yang disediakan guru untuk setiap kelompok.
Dari pengamatan teman sejawat yang selalu mendampingi selama
perbaikan pembelajaran siklus II diketahui adanya temuan-temuan yang
bersifat mendukung peningkatan hasil belajar yang meliputi :
a. Pada saat pelaksanaan pembelajaran berlangsung siswa terlibat secara
aktif.
b. Siswa lebih bersemangat dalam mengerjakan lembar tugas dalam hal
pemecahan masalah melalui kerja kelompok
29

c. Sifat pembelajaran yang menggunakan alat peraga dan melibatkan


siswa secara aktif, mampu mengubah materi pelajaran yang bersifat
abstrak ke bentuk konkrit.
d. Karena anak mengalami secara langsung dalam hal pengamatan alat
peraga dan pemecahan masalah, dampaknya adalah memberikan
kesan bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang
menyenangkan.
yaitu pada teknik penyampaian materi masih kurang sistematik.

C. KESIMPULAN HASIL PENELITIAN


Penelitian tindakan kelas dalam rangka perbaikan pembelajaran
matematika menjumlah bilangan bulat positif dan negatif ini dilaksanakan
dalam dua tahap, yaitu Siklus I dan Siklus II. Pelaksanaan penelitian berdasar
kajian teori pembelajaran yang masih relevan. Kajian teori tersebut
disesuaikan dengan kondisi di lapangan melalui penerapan metode
pengamatan yang bersifat mengaktifkan siswa secara langsung dalam proses
pembelajaran. Dampak positif penerapan kajian teori dalam pelaksanaan
pembelajaran tersebut yaitu, proses pembelajaran lebih bervariatif, siswa
mampu memahami konsep materi pelajaran yang sedang dipelajari, siswa
mempunyai kesan mendalam terhadap proses pembelajaran dan pada
akhirnya mampu meningkatkan hasil belajar siswa, ditinjau secara kwalitas
maupaun secara kwantitas. Berdasar urutan tersebut diatas, secara teoritik
penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan.
Pelaksanaan penelitian ini juga dilakukan berdasar metodologi
penelitian dan telah sesuai dengan prosedur yaitu menggunakan metode
penelitian tindakan kelas yang meliputi dua tahap yaitu Siklus I dan Siklus II.
Teknik pengumpulan dan pengolahan data kami lakukan melalui prosedur
penelitian, yaitu secara deskriptif komparatif dan deskriptif kwalitatif yaitu
temuan-temuan selama pelaksanaan penelitian dilakukan pembahasan antara
penelitian dengan teman sejawat selaku pengamat, hasil pembahasan
30

ditindaklanjuti dengan pengkajian ulang untuk dapat menyimpulkan hasil


penelitian. Berdasar alasan tersebut diatas, ditinjau secara empirik
penelitian ini juga dapat dipertanggungjawabkan.
Selanjutnya hasil pengumpulan dan pengolahan data, hasil
pengamatan dan temuan-temuan selama pelaksanaan siklus I dan siklus II
dijadikan dasar pembuatan laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah
kami laksanakan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan selama 2 (dua) siklus
dengan subyek penelitian siswa kelas III SD Negeri Sidowayah 1 pada
semester 2 tahun 2010, dan telah dapat dilaksanakan dengan berdasar pada
kajian pustaka dan metodologi penelitian.
Berdasar data yang ada diketahui bahwa sebelum perbaikan
pembelajaran dilaksanakan, pada umumnya siswa kurang memahami materi
pelajaran yang disampaikan guru, hal tersebut adalah karena guru belum
menerapkan metode diskusi dan belum memanfaatkan alat peraga sehingga
hasil belajar rendah.
Dari pengolahan data dan pembahasan setelah pelaksanaan siklus I
walaupun hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan yaitu sejumlah 21
siswa tetapi 9 siswa belum mecapai nilai tingkat tuntas klasikal. Belum
berhasilnya pelaksanaan siklus I adalah karena teknik pembimbingan guru
terhadap siswa masih bersifat klasikal, beberapa siswa masih bersifat pasif.
Hal tersebut adalah karena guru belum menerapkan bimbingan secara
kelompok maupun secara individu serta penggunaan alat peraga yang kurang
maksimal.
31

Perbaikan pembelajaran pada siklus II, hasil belajar siswa meningkat


sangat signifikan. Peningkatan hasil belajar yaitu sebesar 100% atau 21 siswa
secara keseluruhan dinyatakan telah tuntas tingkat klasikal. Hal tersebut
adalah karena guru telah memanfaatkan alat peraga secara maksimal dan
dalam proses pembelajaran siswa menunjukkan aktifitas belajar yang tinggi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penanaman konsep pembelajaran
dengan melalui penggunaan alat peraga serta memberikan kesempatan siswa
untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran dengan melalui
penggunaan alat peraga serta memberikan kesempatan siswa untuk terlibat
langung dalam prose pembelajaran, dapat meningkatkan hasil belajar.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka hipotesis yang kami ajukan telah dapat
dibuktikan kebenarannya.

B. SARAN
Sebagai akhir dari laporan ini perkenankan peneliti menyampaikan saran dan
tindak lanjut :
1. Kepada Guru
Bahwasannya dalam menjalankan tugas seorang guru hendaknya tidak
terpancang ada penerapan satu metode pembelajaran. Demikian pula
halnya dalam pembelajaran guru hendaknya selalu menggunakan alat
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Penggunaan alat
peraga dalam proses pembelajaran akan sangat membantu siswa
memahami materi pelajaran yang bersifat abstrak menjadi bentuk
konkrit.
2. Kepada Siswa
Bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran membutuhkan media
pembelajaran maupun alat peraga sebagai pelengkap sekaligus
pendukung kegiatan. Untuk itu seyogyanya pihak sekolah melengkapi
media atau alat peraga yang sangat dibutuhkan untuk mendukung
keberhasilan pembelajaran.
3. Kepada Sidang Pembaca
32

Perlu kiranya dimaklumi bersama bahwa keberhasilan belajar anak tidak


hanya tergantung kepada sekolah saja. Peranan orang tua dalam
membimbing belajar anak di rumah sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan siswa dalam menempuh pelajaran di sekolah. Oleh karena
itu diharapkan orang tua menyadari tentang peran dan tanggung
jawabnya sebagai pendamping belajar anak di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad DS. 1996. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Sekolah Dasar.


Jakarta : Depdikbud

Aristo Rahardi. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdikbud

Muchtar SP. 2003. Matematika 4 B. Jakarta : Yudhistira

Nn. 1992. Proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta :


Depdikbud

Suprayekti, 2003. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdiknas

You might also like