Professional Documents
Culture Documents
BAB I
Dari pembahasan di atas maka, kata-kata yang sering diucapkan oleh ahli hukum
seperti (Das Sain, Das Sollen, Das Sullen) yang berarti :
Das Sain= sebab/hukum kemarin
Das Sollen= akibat/hukum sekarang
Das Sullen= Cita-cita hukum/hukum yang akan datang
yang mempunyai arti dalam membuat suatu peraturan segala aspek hukum
haruslah dicermati dengan seksama
BAB II
SISTEM HUKUM KUHPerdata/BW.
KUHPerdata atau biasa di sebut juga dengan BW (Burgerlijk Wetboek) adalah suatu
Kitab Undang-undang yang berisi ketentuan yang mengatur hubungan hukum
antara orang (person) atau Badan Hukum (rechtspersoon) dengan orang atau
Badan Hukum lainnya .
Dalam hal ini hubungan hukum (rechtsbetrekking) yang terjadi itu pada umumnya
berkaitan dengan suatu kepentingan perseorangan (privtas/sipil). Sehungga
KUHPerdata/BW merupakan undang-undang yang mengatur tentang hubungan
hukum perseorangan, berbeda dengan KUHPidana yang bersifat Publik
(KepentinganUmum).
Sistematika KUHPerdata/BW terdiri dari 4 Buku yaitu :
Buku : I Mengatur tentang Orang dan keluarga (Van Persoon)
a. Subyek Hukum atau Hukum Orang
b. Perkawinan dan Hak Suami Istri
c. Kekayaan Perkawinan
d. Kekuasaan Orang Tua
e. Perwalian dan pengampuan
II Mengatur tentang Perihal Benda (Van Zaken)
a. Berit (Hak Punya)
b. Eigendom (Hak Milik Mutlak)
c. Opstal (Hak Pemilikan benda tidak bergerak)
d. Erfpacht (Hak mengusahakan tanah pertanian, perkebunan)
e. Hipotik (Pengalihan Benda Tidak Bergerak)
f. Gadai (Pengalihan Benda Bergerak)
III Mengatur tentang “Perikatan (Van Verbintenissen)
a. Jual Beli
b. Tukar menukar
c. Sewa menyewa
d. Perjanjian perburuhan
e. Badan Usaha
f. Borgtoch (perjanjian terikat pihak ketiga)
g. Perbuatan melanggar Hukum
IV. Mengatur tentang “Pembuktian dan Kadaluarsa” (Van Bewijs en Verjaring).
a. Macam-macam pembuktian seperti
- Surat;
- Saksi;
- Persangkaan;
- Pengakuan;
- Sumpah.
b. Lewat waktu (Daluarsa).
Sehubungan dengan KUHPerdata adalah merupakan hukum yang mengatur tentang
hubungan orang atau badan, maka sudah pasti akan terjadi suatu perjanjian atau
perikatan, maka dalam hal ini sesuai dengan Buku III KUHPerdata.
Pengertian Perikatan
adalah Hubungan hukum antara dua oargn atau lebih yang menimbulkan hak pada
satu pihak dan kewajiban pada pihak lainnya.
Pengertian perjanjian /persetujuan sesuai dengan Pasal 1313 KUHPerdata :
Perbuatan Hukum yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang saling mengikatkan
diri.
Dalam sistem KUHPerdata Buku III adalah dengan sistem Terbuka dan mempunyai
azas-azas yang dikenal dalam Buku III yaitu :
Azas Konsensual (Pasal 1332)
Azas Kebebasan berkontrak (Pasal 1338 (1))
Azas Itikad Baik (Pasal 1338 (3))
Causa dimaksud adalah isi perjanjian/ tujuan diperjanjian Dalam perjanjian tersebut.
Maka bila dalam perjanjian/perikatan ada komponen dalam pasal 1320 KUHPerdata
tersebut tidak terpenuhi atau kurang, maka perjanjian tersebut tidak syah.
BAB III
Pranata hukum bisnis berlaku di dunia
Menurut Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja, SH.LLM, bahwa anggapan bahwa hukum
bersifat statis yaitu menganggap hukum itu tidak dapat memainkan suatu peranan
yang berarti dalam proses pembaharuan itu sangatlah “SALAH” bahwa hukum itu
sangat mempunyai peranan dalam pembaharuan itu dapat kita lihat pada Amerika
Serikat (1930) dimana AS mempergunakan hukum sebagai dasar/alat untuk
mewujudkan perubahan-perubahan dibidang sosial. Jadi adigum bahwa “hukum
tidak dapat mengkaper perubahan sosial berkaitan dengan perubahan yang sangat
cepat dimayarakat” tidaklah terbukti, malah hukum memberikan motivasi
terjadinya perubahan-perubahan dalam tatanan kehidupan sosial.
Tetapi dalam kegiatan bisnis itu sendiri dapat kita klasifikasikan menjadi 3 bagian
yaitu :
1. Bisnis dalam arti kegiatan perdagangan (Commerce)Yaitu “keseluruhan kegiatan
jual beli yang dilakukan oleh orang-orang dan badan-badan hukum , baik di dalam
negeri maupun di luar negeri dalam rangka mendapatkan keuntungan” Contoh :
Produsen, Dealer, agen, grosir toko dll.
2. Bisnis dalam arti kegiatan industri (Industry) yaitu : “kegiatan memproduksi atau
menghasilkan barang-barang yang nilainya lebih berguna dari asalnya”contoh
Industri pertambambangan, perhutanan, perkebunan dll.
3. Bisnis dalam arti kegiatan jasa-jasa (Service) yaitu “kegiatan yang menyediakan
jasa-jasa yang dilakukan oleh orang maupun badan” contoh jasa perhotelan,
konsultan, asuransi Pengacara, dll.
Dalam bisnis yang dilakukan lazimnya bisa dilakukan oleh perseorangan dan juga
dengan suatu perkumpulan dalam arti perkumpulan yang berbentuk badan hukum,
maupun yang tidak berbadan hukum. Sedangkan dasar Hukum Badan Hukum
adalah:
a. BW (Burgeljk Wet Book) KUHPerdata Pasal 1818 – 1952
b. KUHD (Kitab Undang-undang Hukum Perdata) Pasal 16 – 19
c. UU No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan terbatas (PT)
(*)Semua UU di atas masih Sistem PT. Klasik
Menurut Undang-undang nomor I/1995 tentang PT yang mulai berlaku pada tanggal
7 Maret 1995, disebutkan dengan jelas definisi PT yaitu :Badan Hukum yang
didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar
yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya. Dengan keluarnya UU No.
1 Tahun 1995, maka otomatis Pasal 26 s/d 56 KUHDagang tentang PT tidak berlaku
lagi.
Jenis Perusahaan
Bentuk / atau sistem PT tersebut merupakan suatu sistem yang baku yang berlaku
di dunia baik itu RI dengan dasar hukum KUHP, KUD, UU No.1/95, atau Asean +
Yuridiksi (Wilayah kekuasaann hukumnya) maupun Dunia dengan WTO (isu
perdagangan dunia = HAM, Lingkungan, Buruh, dan Upah). Ini semua merupakan
sistem Perseroan terbatas yang Modern
Sistem PT Klasik
Sistem PT Modern
Karakteristik PT
Dalam PT modal dapat sejumlah orang atau satu orang . Dalam hal ini Asosiasi
Modal = menghimpun modal yang sangat besar dari sejumlah orang yang banyak
(lebih dari 1 orang), tetapi perkembangan selanjutnya PT dapat saja didirikan oleh
satu orang /satu kelompok.
Maksudnya : Mengambil manfaat dari karakteristik PT di belanda
- Bescaten Venndorbach (BV)
- Naarloze Vennoatschap (NV)
¨ Tanggung jawab terbatas
¨ Modal dapat dialihkan
¨ Keperluan Join Venture
¨ Delication of Autrority
BAB V
pa itu Hukum :
b. Secara Empiris
· Kenyataan Lapangan (Hasil baru)
· Kebiasaan
· Tuntutan: Luar Negeri,Dlm.Negeri. Perkembangan
c. Hukum sbg. Alat penyelesaian masalah / kasus, dimana pada biasanya saat
timbulnya perjanjian bisnis, orang hukum tidaklah dilibatkan, tetapi bila dalam
bisnis tersebut timbul masalah, baru ahli hukum dilibatkan untuk menyelesaikan
masalah tersebut seperti : Arbitrase, Pengadilan. dll
Untuk apa perlu Hukum
Oleh karena itu walaupun para pakar hukum memberikan beberapa definis yang
belum memuaskan semua pihak, akan tetapi tidaklah salah bila kita mengetahui
beberapa definisi para pakar hukum yaitu :
Ciri-ciri Hukum
· Adanya perintah dan / atau larangan
· Perintah dan/atau larangan itu harus patuh ditaati setiap orang.
Sifat Hukum
· Memaksa dan mengatur.
Sumber –sumber Hukum formil adalah :
· Undang-undang
· Kebiasaan
· Keputusan2 Hakim (Yurisprudensi= Hukum baru)
· Tratktat (perjanjian)
BAB VI
UKUM PERBURUHAN/KETENAGAKERJAAN
Dalam pasal ini menghendaki agar tiap orang yang ingin bekerja dapat memperoleh
penghasilan yang cukup dan layak bagi diri dan keluarganya. Oleh karena itu kata
kerja mempunyai makna menurut hukum Islam adalah bekerja mencari nafkah
yang halal adalah kewajiban pokok manusia setelah kewajiban beribadah sholat
lima waktu.
Paham Marxisme
menempatkan kepentingan masyarakat dari pada individu tidak mempunyai
kebebasan mutlak individu, pertentangan kelas buruh/pengusaha sangat tajam oleh
karena itu doktrinini selalu mempersoalkan konflik buruh dengan pengusaha. Buruh
menganggap pengusaha adalah orang yang menekan dan buruh orang yang
ditekan. Kadang kala unjuk rasa dan pemogokan merupakan senjata untuk
menekan pengusaha.
Dari kedua paham tersebut Indonesia mempunyai paham sendiri tentang
perburuhan yaitu Hubungan Industrial Pancasil, dimana Dalam Hubungan kerja,
sangat erat hubungan perburuhan yang di dalamnya ada 3 partied yaitu :
1. Buruh
2. Pengusaha
3. Pemerintah
Dalam hubungan industrial pancasila 3 azas yang mempengaruhi yaitu ;
1. Mintra dalam berproduksi/partner in production , buruh,pengusaha mempunyai
kepentingan sama yaitu mensejahterakan buruh.
2. Mitra dalam mencapai keuntungan/partner in profit. Hasil yang dicapai dari
produksi semata-mata tidak untuk pengusaha, buruh juga menikmati keuntungan.
3. Mitra dalam tanggung jawab / Partner in responsibility, tanggung jawab tidak
untuk kepentingan pengusaha dan buruh saja, tapi juga masyarakat sekeliling
dalam penyerapan tenaga kerja.
b. Pengertian buruh/ tenaga kerja :
Pengertian buruh/ tenaga kerja oleh banyak pakar didefinisikan sebagai berikut :
Molennar :
Adalah bagian dari hukum yang berlaku pada pokoknya mengatur hubungan buruh
dengan majikan, atau buruh dengan buruh, buruh dengan penguasa.
Mr. Neh Van Esveld
Suatu pekerjaan dilakukan di bawah pimpinan yang meliputi pula pekerjaan yang
dilakukan oleh Swa pekerja yang melakukan pekerjaan atas tanggung jawab dan
resiko sendiri
Mr. MG. Levenbach
Suatu yang meliputi hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di
bawah pimpinan dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bersangkutan
paut dengan hubungan kerja.
Mr. S. Mok
Hukum yang berkenaan dengan pekerjaan yang dilakukan di bawah pimpinan orang
lain dan dengan keadaan penghidupan yang langsung bergandengan dengan
pekerjaan itu.
Prof. Imam Soepomo, SH.
Himpunan peraturan baik tertulis/ tidak tertulis yang berkenaan dengan kejadian
dimana seseorang bekerja pada orang lain dengan menerima upah.
“Kejadian atau kenyataan dimana seseorang biasanya disebut buruh, bekerja pada
orang lain, biasanya disebut majikan dengan memberi upah dengan
mengeyampingkan pekerjaan bebas (diluar hubungan kerja) dan pekerjaan yang
dilakukan di bawah pimpinan (bekerja pada orang lain yang mengeyampingkan
pula persoalan antara pekerjaan (arbeit) dan pekerja (arbrider).
Bagi seorang tenaga kerja (buruh), yang menjadi tujuan utamanya adalah untuk
mendapatkan upah, agar dapat meneruskan kehidupan baik untuk dirinya maupun
untuk keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, maka sering kali permasalahan
upah menjadi hal yang rumit (seperti upah minimum di daerah bekasi yang
ditetapkan oleh Pemerintah /UMR, sangatlah tidak mencukupi untuk membiayai
kehidupannya, hal ini berkaitan dengan tingginya biaya hidup di daerah bekasi
yang sudah menjadi daerah berkembang). Maka dalam hal ini para pakar
memberikan beberapa definisi tentang upah yaitu :
Oleh karena itu yang tidak termasuk dalam ruang lingkup Hukum Perburuhan
adalah :
1. Melakukan pekerjaan atas dasar resiko sendiri tanpa ada yang perintah (atasan)
2. Melakukan pekerjaan atas sukarela untuk kepentingan orang lain atau
masyarakat
3. Melakukan pekerjaan karena melakukan suatu kewajiban atau sanksi (kerja
paksa).
d. Penyelesaian Kasus
Dalam penyelesaian kasus-kasus perburuhan , sudah ada lembaganya yaitu :
Dalam Negeri :
¨ P-4/PD = Panitia Penyelesaian perselisihan perburuhan (daerah atau Pusat (D,P).
¨ Damai
¨ Bani (badan khusus di luar peradilan yang ada)
¨ Peradilan (Umum (UU No.14/70 Jo UU No. 30/98, Tinggi, PTUN (UU No. 5/85), MA)
Luar Negeri :Damai (Mediasi, negoisasi, Konsiliasi)Lembaga Arbitrase (UU No.
30/99)
BAB VIII
ISTEM HUKUM PAJAK
Dalam pembahasan masalah pajak ini, kita bukanlah mempelajari bagaimana cara
menghitung pajak, tetapi kita mempelajari tentang bagaimana sistem hukum pajak
itu dan untuk apa diambil pajak oleh negara dan apakah ada dasar hukumnya.
Oleh karena itu dalam sistem hukum pajak Indonesia mengenal dua landasan
hukumnya yaitu secara :
Normatif yang berisikan :
- Politik Hukum
- Budaya Hukum
- Konstitusi
- GBHN
- Teori
- Azas
- Peraturan /Perundang-undangan :
UU No. 22/99 tentang Otonomi daerah
UU No. 25/99 tentang Perimbangan keuangan daerah
UU No. 18/99 tentang Pajak Daerah & Restitusi Daerah
UU No. 6/82 Yo UU No. 6/92 Ketentuan Pokok Pajak
UU No. 7/82 Yo UU No.7/92 Ketentuan Pokok Pajak
UU No. 8/82 Yo UU No.12/92 Ketentuan Pokok Pajak
UU No. 12/82 Yo UU No. 12/92 Pajak Bumi Bangunan
Empirik :
- Tuntutan
- Luar Negeri Seperti Investor, Globalisasi, GAAT, WTO, Apec
Dalam Negeri Seperti UU No. 22/99 tentang Otonomi daerah
UU No. 25/99 tentang Perimbangan keuangan daerah
UU No. 18/99 tentang Pajak Daerah & Restitusi Daerah
- Kebutuhan Negara. Sesuai dengan kondisi
Pengertian Hukum Pajak dari beberapa pakar adalah sbb:
Dr. Soeparman Soemahamidjaya :
Iuran wajib berupa uang/barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-
norma hukum guna menutup biaya barang-barang dan jasa kolektif dalam
mencapai kesejahteraan umum.
Leroy Beanliev
Bantuan baik secara langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh kekuasaan dari
penduduk/ dari barang untuk menutup belanja negara.
Prof. Dr. H. Rachmat Soemitro, SH.
Iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa tambah (kontra prestasi) yang langsung dapat
ditujukan dan dipergunakan untuk membayar pengeluaran umum.
Prof. R. Santosa Brotodihardjo, SH.
Peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan surplusnya digunakan untuk publik yang merupakan sumber utama untuk
membiayai publik invesment.
Pajak pertama kali dilakukan berdasarkan undang-undang yaitu mulai tahun 1982,
dimana unsur pajak yaitu :
- Undang-undang
- Lembaga negara (Budget-anggaran)
- Pengeluaran negara
Sedangkan dalam penyelesaian kasus pajak dapat dilakukan dengan didasari oleh
UU sbb;
- Pasal 23 (2) UUD 1945
- UU No. 14/70 Yo UU No. 33/99 tentang ketentuan pokok kehakiman ( PA, PM,
PTUN, PU)
- UU No. 5/86 tentang Peradilan Tata Usaha Negara
- UU No. 17/99 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP).
(Yang perlu diperhatikan bahwa dana yang masuk (pajak) tidak boleh dipergunakan
untuk hal-hal lain seperti di Depositokan dan mendapatkan bunganya.)
Teori kepentingan:
Beban pembagian pajak yang harus dipungut dari penduduk yang harus di
dasarkan atas kepentingan orang masing-masing dalam tugas pemerintahan
(bermanfaat) baginya, termasuk perlindungan atas jiwa atas orang berseta harta
bendanya.
Teori Gaya Pikul
Dasar pungutan pajak yang dirasa adil terletak pada jasa-jasa yang diberikan oleh
negara kepada warganya yaitu perlindungan atas jiwa dan harta benda wajib pajak.
Dari teori-teori di atas dapat kita simpulkan bahwa dalam pemungutan pajak harus
mempunyai beberapa aspek yaitu
Aspek Adil
Aspek Efektif
Aspek Kepentingan Pembangunan
Aspek Manfaat.
Asas Yuridis
Pasal 23 (2) UUD 1945 yang berpengaruh sangat dalam, yaitu syarat menentukan
nasib rakyat secara final harus dipungut berdasarkan UU.
Tercapainya keadilan seperti :
(1) Hak Fiksus (Dirjen Pajak) dalam pembuatan ketentuan perundang-undangan
lancar diketahui oleh umum, meyempurnakan UU Pajak lengkap dengan sanksi-
sanksinya.
(2) Wajib pajak harus mendapat jaminan hukum supaya tidak diperlakukan
sewenang-wenang oleh fiskus dengan aparaturnya.
(3) Jaminan terhadap tersimpan rahasia menjalani kebenaran mengenai diti / atau
pemeriksaan wajib pajak yang telah ditentukan bagian institusi pajak dan tidak
sisalahgunakan oleh aparat pajak
Azas Financial
Sesuai dengan fungsinya budgeting, maka sudut tertentu biaya yang digunakan
untuk pemungutan pajak harus sekecil-kecilnya dari perbandingan pendapatannya.
(1) Azas tempat tinggal : didasarkan atas tempat tinggal para wajib pajak.
(2) Azas kebangsaan : dikenakan pada wni sebagai wajib pajak termasuk wajib
pajak asing yang melakukan usaha yang sudah berbadan hukum di Indonesia.
(3) Azas Sumber : penarikan pajak penghasilan, pendapatan berdasarkan atas
sumber objek pajak berasal dari wilayah Indonesia.
1. Falsafah Hukum, yaitu harus mengabdi kepada keadilan baik dalam UU dan
pelaksanaanya, Dalam Pembuatan harus memperhatikan teori-teori bakti, asuransi,
kepentingan, gaya pikul, gaya beli.
2. Yuridis, yaitu dapat memberikan jaminan hukum yang perlu untuk menyatakan
keadilan bagi negara dan rakyatnya berdasarkan UU dan ada kepastian hukum
3. Ekonimis, yaitu Kebijakan pemungutan pajak harus diusahakan jangan sampai
menghambat lancarnya produksi dan perdagangan (dijaga keseimbangan roda
ekonomi)
4. Finacial, yaitu Sesuai dengan Budgeter, maka biaya dalam pemungutan pajak
harus seminimal mungkin, dan hasil mencukupi untuk menutupi pengeluaran
negara serta pengenaan pajak harus sedekat mungkin dengan terjadinya perbuatan
peristiwa, keadaan yang menjadi dasar pengenaan pajak
Bermula dengan ditetapkan Ordonansi Pajak Rumah Tangga tahun 1908, ordonansi
vervending 1923, ordonansi pajak jalan 1942 Ps. 14 huruf j, k dan UU darurat
No.11/1957 huruf 1 tentang Peraturan Umum Pajak daerah, IPEDA (Iuran
pembangunan Daerah)
Tahun 1980
BAB VIII
Dalam sistem pertanahan (agraria) di Indonesia diatur beberapa hak yaitu seperti :
- Hak Milik (Pasal 20) yaitu pemilikan tanah oleh warga negara yang bersifat terkuat
dan terpenuhi dengan pengelolaan hak eigendom dengan fungsi sosial.
- Hak Guna Usaha (Ps. 28) yaitu Pemakian tanah bukan miliknya sendiri yang
digunakan dalam usaha pertanian, peternakan, dengan luas minimal 5 Hektar dan
mempunyai batas waktu dan dapat diperpanjang.
- Hak Guna Bangun (Pasal 35 ) yaitu Pemakaian tanah secara perorangan bebas
menetukan dan meletakkan bangunan di atas tanah dengan berstatus tanah milik.
- Hak Guna Pakai (Pasa. 41), yaitu Pemakaian tanah yang dilakukan oleh Warga
negara RI maupun Orang asing (WNA) dalam jangka waktu tertentu seperti
Kedutaan, Join venture dll.
- Hak Sewa (Pasal 16 jo. Psl 53) yaitu Pemakaian tanah kepada warga negara RI
manapun bukan warga negara Indonesia (WNA) yang ada hubungan dengan
perdagangan, hanya untuk hak sewa pertanian. Dalam hal ini negara tidak dapat
menyewakan tanah, karena negara bukan pemilik tanah.
Dalam pemilikan tanah, maka tanah negara menurut UUPA adalah :
- Tanah yang dikuasai oleh negara.
- Tanah yang dikuasai oleh negara ialah tanah yang sudah ada sesuatu hak di
atasnya, seperti Hak yang disebutkan sebelumnya.
Sedangkan Penguasaan negara (Pasal 4 UUPA) mengenai wewenang negara yaitu :
- Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan tanah.
- Menetukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum atara orang dengan tanah
- Menentukan dan mengatur hubungan hukum atanar orang-orang, perbuatan
hukum yang mengenai tanah.
BAB IX
SISTEM PENANAMAN MODAL
Transaksi
Membeli Menjual
Tujuan dari Pendirian Pasar Modal adalah :
§ Menciptakan Fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan perusahaan dalam
memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Peranan Pasar Modal itu sendiri adalah :
§ Memberi Informasi secara lengkap tentang Surat berharga (SB).
§ Kemudahan untuk menentukan harga saham.
§ Memberi kesempatan kepada investor untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
§ Memberi kesempatan investor menjual kembali surat berharga yang dimilikinya.
§ Memberi kesempatan kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam
pembangunan industri.
Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Sejarah Pasar Modal di Indonesia terdiri dari 5 (lima ) Periode yaitu :
(I) Periode Penjajahan Belanda (1912),
Indonesia (Hindia Belanda) dalam cengkraman penjajah Belanda, dan Penguasa
Belanda pada saat itu mendirikan Bursa Efek (Vereniging Voor de Effect en handel)
§ Sebagai usaha penarikan modal untuk mendirikan perusahaan perkebunan di
Hindia Belanda.
§ Berkiblat pada Pasar Modal di Belanda
§ Efek yang diperdagangkan Saham dan Obligasi.
§ Tahun 1925 dibuka Bursa Efek Jakarta (11-01-1925)
§ Pada tahun yang sama di buka Bursa Efek di Semarang (01-08-1925)
§ Kegiatan Bursa Efek (Pasar Modal) terhenti karena terjadi perang dunia II.
(II) Periode Awal Kemerdekaan Indonesia
§ Tahun 1950 Pemerintah RI menerbitkan Obligasi Pemerintah
§ RI mengeluarkan UU Darurat No. 13 /1951 tentang Bursa dan disempurnakan
dengan UU No. 15/1952 “ BURSA”
§ Tahun 1966 Perdagangan Bursa mengalami kelesuan dan mati sendiri
(III) Periode Orde Baru
§ Pemerintah RI Pada Tahun 1976 mengeluarkan KEPPRES No. 52/1976
§ Tahun 1977 Presiden Soeharto memberi keringanan untuk Pasar Modal sbb:
§ Fasilitas perpajakan
§ Paket Keringanan Fiskal
§ Bebas Bea Materai
§ Bebas Pajak Perseroan
§ Dll.
§ Tahun 1983 Fasilitas Perpajakan dan Paket Keringanan Fiskal dihapuskan dengan
adanya UU perpajakan
§ Tahun 1984 dengan hilangnya Fasilitas perpajakan, maka perdagangan di bursa
menurun dan berakhir dengan MATI SURI
(IV) Periode Konsolidasi (1984-1988)
§ Paket 6 Mei 1986 pemberian status sama PMDN/PMA yang 51 % sahamnya dapat
dijual di Pasar Modal dapat dimiliki swasta nasional.
(V) Periode Perkembangan dan Pertumbuhan
§ Tahun 1989 merupakan tahun yang sangat menakjubkan, karena pada tahun
tersebut kondisi Pasar Modal mengalami “BOOMING”
Bila kita ingin mengetahui apa itu Pasar Modal, maka sudah sepatutnya kita juga
harus tahu institusi yang terlibat dalam Pasar Modal tersebut. Adapun hal tersebut
adalah sbb:
BAB X
ERLINDUNGAN ONSUMEN (UU No. 8 Tahun 1999).
Landasan Hukum
YURIDIS
- Pancasila
- UUD 1945
- GBHN
- UU No. 8/99, PP, Kepmen, DLL
NORMATIF
- Teori
- Azas
- Manfaat
- Keadilan
- Keseimbangan
- Keamanan
- Keselamatan Konsumen
- Kepastian Hukum
erlindungan Konsumen :
adalah segala usaha yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen.
Konsumen adalah :
Setiap orang yang memakai barang dan /atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga atau orang lain maupun
mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Pelaku Usaha :
Setiap orang atau Badan Usaha, baik yang berbentuk Badan Hukum maupun bukan
Badan Hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam
wilayah hukum Negara RI, baik berdiri sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.
Barang
Setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan. Dapat untuk
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen
Jasa
Setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
Promosi
Kegiatan pengenalan/ penyebaran informasi suatu barang dan atau jasa untuk
menarik minat beli konsumen terhadap barang dan atau jasa yang akan atau
sedang diperdagangkan.
Hak Konsumen
- Hak atas keyamanan, keamanan, keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau
jasa.
- Hak untuk memilih barang atau jasa serta mendapatkan barang sesuai dengan
nilai tukar dan kondisi serta jaminan.
- Hak untuk informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi barang atau jasa.
- Hak untuk didengar pendapat dan keluhan atas barang yang digunakannnya.
- Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian
sengketa perlindungan konsumen secara patut.
- Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi, penggantian apabila barang atau
jasa tidak sesuai perjanjian atau kesepakatan.
Kewajiban Konsumen
- Pidana
- Penjara paling lama 5 tahun
- Pidana dengan denda paling banyak Rp. 500.000.000 (juta).
- Beban Pembuktian sesuai Pasal 19 UUPK merupakan Beban Pelaku Usaha untuk
membuktikan benar atau tidak
§ Pasal 65 UUPK tersebut mulai berlaku setelah 1 (satu) tahun sejak diundangkan
yaitu baru berlaku efektif tanggal 20-4-2000.
§ UU yang mengatur tentang Perlindungan Konsumen
§ Lebih banyak mengatur tentang prilaku Pelaku Usaha.
§ Sejarah manusia dalam kerugian yang dialami konsumen barang/ jasa acapkali
merupakan akibat dari prilaku Pelaku Usaha.
BAB XI
1. Pembentukan AD/ART.
2. Nama Perusahaan
3. Operasional dan objek perusahaan
4. Modal dasar/awal perusahaan
5. Posisi modal keseluruhan
6. Cara Transper
7. Posisi pimpinan Direktur
8. Eksistensi pemegang saham
9. Direksi penentu dalam setiap keputusan.
10. Keuntungan dan peran acounting
11. Bonafide para deviden
12. Cara-cara pertolongan kontrak
13. Siapa penguasa perusahaan
14. Siapa penjamin perusahan
15. Klausula – klausula dalamkotrak/perjanjian
16. Tingkat kepercayaan
17. Kemampuan menghadai goncangan/transisi
18. Penyelesaian perselisihan (arbitrase dagang)
19. Pemutus secara sepihak dalam kontrak
20. Penetapanpenyerahan barang
21. Analogi hukum (pengertian Hukum secara Universal)
22. Perubahan kontrak atas dasar kegentingan
23. Pembayaran Dolar AS (US $)
24. Peringatan/ pemberitahuan jatuh tempo kredit.
25. Tempat penyerahan kredit atas permintaan pimpinan penentu keputusan
perusahaan.
26. Keseriusan/ ketaatan kesepakatan/ perjanjian/ persetujuan secara sah/legitimit.
BAB XII
Bila Penegak Hukum tidak terwujud/ berjalan dengan baik, Maka Menurut Prof. Dr.
Wirjono Prodjodikoro, SH dan Prof. Daniel S.Lev, Phil, maka yang dilakukan adalah
sbb:
1. Penguasa wajib ganti kerugian
2. Terjadi kekotoran dalam tubuh manusia, masyarakat
3. Terjadi kegoncangan stabilitas suatu negara
4. Terjadinya keganjilan neraca ekonomi negara termasuk sektor usaha lainnya.
Peraturan yang tidak memenuhi 5 aspek hukum di atas, maka akan menghadapi
sbb:
1. Direvisi/disempurnakan
2. Di tunda berlakunya
3. Di batalkan
4. Tidak perlu ditaati bila tetap diberlakukan.
BAB XIII
Dengan terjadinya Repormasi yang digerakkan oleh para mahasiswa, maka jatuhlah
Pemerintahan Orde Baru menjadi Pemerintahan era Reformasi, dimana pada era
tersebut mendendangkan lagu Otonomi Daerah hampir sama dengan Orde Baru
( UU No. 5/1974 tentang Pemerintahan daerah dan UU No. 5/1979 tentang
Pemerintahan Desa)
Landasan Hukum Pemda adalah
Yuridis Normatif yaitu
§ Pancasila (Pasal 3, 5 )
§ Konstitus (UUD 1945 Pasal 18)
§ TAP MPR/GBHN
§ Peraturan perundang-undangan
§ UU No. 5/1974 tentang Pemerintahan Daerah
§ UU No. 5/1979 tentang Pemerintahan Desa
§ Kedua UU tersebut direvisi dengan :
§ UU No. 22/1999 tentang PemDa (Otoda)
§ UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah
§ Yurisprudensi (Keputusan yang dilakukan oleh Hakim)
§ Keppres
§ Kepmen
§ Perda
§ SK.Gubernur
Yuridis Empirif
§ Teori
§ Azas Integralistik (Pemerintahan yang jujuhr),
§ Doktrin Trias Politika (Pemisahan kekuasaan)
Operarional
Sistem Kenegaraan Otoriter (Militer)
Monarchi (Jepang, Inggris)
Agama (Roma)
Sosialis (China, Kuba)
Demokrasi
Tingkat I Sentralistik
Gubernur Propsional
Kanwil
Menteri
Kabupaten Bupati
Camat
Desa Kapung
Desa
Kodya Walikodya
Camat
Kelurahan RW.
RT
Kotif Walikotif
Camat
Desa Kampung
Dusun
BAB XIV
UU No. 14/1970 tentang Undang-Undang Pokok kehakiman dan direvisi dengan UU
No. 38/1999 tentang hal yang sama. Dalam UU tersebut menyebutkan bahwa pada
prinsipnya TIDAK BOLEH setiap perkara/masalah diselesaikan di luar lembaga
pengadilan resmi (PN,PT,MA)
Pasal 3 (2) UU No. 14/1970 :
Hanya Badan peradilan Negara yang berwenang menetapkan dan menegakkan
hukum dan peradilan di Negara Indodnesia”
Tetapi penjelasan Pasal 3 UU No. 14/1970 memberikan kemungkinan dilakukan di
luar pengadilan seperti :
“ …Penyelesaian perkara di luar pengadilan atas dasar perdamaian atau melalui
wasit (arbitrase0 tetap diperbolehkan”.
Maka melihat isi dari penjelasan Pasal 3 tersebut, maka merupakan jalan keluar
hukum untuk melakukan perjanjian arbitrase, tetapi dengan syarat :
Ada Kata Sepakat (Mutual Consent) /Kesepakatan Bersama (1320 KUHperdata).
Bersifat tertulis bila perjanjian Arbitrase bersifat lisan, maka dianggap tidak pernah
ada (never existed) Pasal 618 Rv.
Landasan Hukum Arbitrase adalah Pasal 377 HIR atau 705 RBG yang berbunyi :
“Jika orang Indonesia dan orang timur asing menghendaki perselisihan mereka
diputuskan oleh juru pisah, maka mereka wajib menuruti peraturan pengadilan
perkara yang berlaku bagi bangsa eropah”
Klausula Arbitrase pada prinsipnya tidak boleh melampau isi perjanjian Pokok.
Dalam hal ini haraus mengenai masalah penyelesaian perselisihan yang relevan
dengan pokok perjanjian.
(Bila perjanjian Pokoknya adalah mengatur tentang textil, maka perjanjian arbitrase
hanya mengatur tentang textil tidak lain.
1. Az. Nasution, SH. Konsumen dan Hukum, Penerbit Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1995.
2. C.S.T. Kansil, Drs, SH. Hukum Perusahaan Indonesia, Penerbit PT. Pradnya
Paramita, Jakarta, 1994.
3. Muhamad Djumhana, Drs, SH. Hukum Perbankan di Indonesia, Penerbit Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1996.
4. Munir Fuady, SH.MH.LLM, Hukum Bisnis, Penerbit Alumni, Bandung, 1986
5. Sudargo Gautama, Prof. Mr. Dr. Arbitrase Dagang Internasional, Penerbit Alumni,
Bandung, 1986
6. __________________, Perdagangan, perjanjian Hukum Perdata Internasional dan
Hak Milik Intelektual, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.
7. Yose Rizal Sidi Marajo, Aneka Konsep Surat perjanjian dan Kontrak, Penerbit
Pustaka Setia , Jakarta 1996.
8. Undang-undang Perseroan terbatas, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta, 1998
9. R. Subekti, Prof. SH, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW),
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta 1958
10. Rozali Abdullah, SH, Pancasila sebagai dasar negara dan Pandangan Hidup
bangsa, Penerbit PT. Raja Grafika Persada, Jakarta, 1993
11. M. Yahya Harahap, SH. Arbitrase, Penerbit Pustaka Kartini, Jakarta, 1991