You are on page 1of 7

IKAN BADUT

Apabila mendengar nama ikan badut, dalam ingatan orang akan cenderung terbayang
pada sosok ikan bernama latin Amphiprion ocellaris (Gambar 1). Meskipun demikian,
ikan badut sebenarnya terdiri tidak kurang dari 29 jenis (Tabel 1). Mereka seluruhnya
berpenampilan cantik dan lucu. Dua puluh delapan jenis ikan badut ini merupakan
spesies dari genus Amphiprion, sedangkan satu jenis merupakan spesies dari genus
Premnas (Gambar 2). Premnas mempunyai ciri khusus, yaitu berupa “duri”
preoperkularis yang dijumpai di bawah matanya.

Gambar 1. Amphiprion ocellaris Gambar 2.Premnas biaculeatus

Seluruh jenis ini merupakan famili dari Pomacentridae. Dengan demikian, apabila
ditelusuri mereka masih saudara dengan golongan damselfish seperti Chromis,
Chrysiptera, dan Dascyllus.

Tabel 1. Kerabat Ikan Badut


Amphiprion akallopisos Amphiprion mccullochi
Amphiprion akindynos Amphiprion melanopus
Amphiprion allardi Amphiprion nigrisep
Amphiprion bicinctus Amphiprion ocellaris
Amphiprion chagosensi Amphiprion omanensis
Amphiprion chrysogaster Amphiprion percula
Amphiprion chrysoptarus Amphiprion perideraion
Amphiprion clarkia Amphiprion polymnus
Amphiprion ephippium Amphiprion rubrocintus
Amphiprion frenatus Amphiprion sandraracinos
Amphiprion fuscocaudatus Amphiprion sebae
Amphiprion latezonatus Amphiprion thiellei
Amphiprion latifasciatus Amphiprion tricinctus
Amphiprion leukokranos Premnas biaculeatus

Secara umum ikan badut berukuran kecil. Maksimal mereka dapat mencapai ukuran 10
– 15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi), dan dilengkapi dengan mulut yang kecil.
Sisiknya relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering
dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka , disamping bentuk gigi, kepala dan
bentuk tubuh. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama; khususnya berkenaan
dengan lokasi sebarannya. Sebagai contoh A clarkii merupakan spesies yang
mempunyai penyebaran paling luas, sehingga spesies ini mempunyai variasi warna yang
paling banyak (tergantung pada tempat ditemukan) dibandingkan dengan spesies ikan
badut lainnya.

Ikan badut diketahui merupakan ikan yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas,
terutama di daerah seputar Indo Pasific. Satu jenis, yaitu A. bicinctus, diketahui
merupakan endemik Laut Merah. Mereka, pada umumnya, dijumpai pada laguna-laguna
berbatu di seputar terumbu karang, atau pada daerah koastal dengan kedalaman kurang
dari 50 meter dan berair jernih. Di perairan Papua New Guinea, bisa ditemukan ikan
badut tidak kurang dari 8 spesies.

Di alam, ikan badut mengkonsumsi zooplankton, udang-udangan dan algae yang


dijumpai di habitat mereka.

Hubungan Timbal Balik.

Popularitas ikan badut tidak lepas dari perilaku simbiosisnya dengan berbagai jenis
anemon. Anemon, yang bagi jenis ikan lain beracun, bagi ikan badut merupakan tempat
berlindung yang aman dan nyaman. Ikan badut kerap dijumpai bersembunyi, berselimut,
dan bercengkrama diantara tentakel-tentalel anemon yang beracun.

Di alam, kehadiran ikan badut pada anemon dapat melindunginya dari agresifitas
beberapa jenis ikan seperti ikan angle atau ikan butterfly yang akan memangsa
tentakelnya. Sebaliknya ikan badut memanfaatkan anemon tersebut sebagai tempat
berlindung dari musuh alaminya. Tanpa perlindungan dari anemon, ikan badut hanya
dapat bertahan hidup beberapa menit saja sebelum dimangsa oleh musuhnya.

Hidup bersama antara dua jenis mahluk yang jauh berbeda ini sering dijadikan contoh
keharmonisan hidup bertetangga

Ikan badut sering pula melakukan tugas bersih-bersih pada tubuh anemon yaitu dengan
memunguti remah-remah makanan, atau kotoran lainnya sehingga tubuh anemon bisa
terbebas dari berbagai jenis parasit. Sedangkan ikan badut sendiri sering membawakan
makanan bagi anemon.

Seperti halnya penghuni laut lainnya, ikan badut sebenarnya tidak memiliki kemampuan
untuk melawan racun dari anemon. Meskipun demikian mereka memilki taktik yang jitu
bagaimana mengatasi racun tersebut. Tentakel anemon dilapisi oleh lendir yang memiliki
kandungan tertentu untuk melindunginya dari sengatan tentakel yang lain atau tersengat
oleh tentakel sendiri. Lendir inilah yang dimanfaatkan oleh ikan badut untuk melindungi
badannya dari sengatan tentekal anemon. Ikan badut dapat bertahan beberapa saat
terhadap sengatan tentakel sebelum lumpuh. Degan cara menggosok-gosokkan badannya
secara cepat pada tentakel ikan badut dapat melumuri seluruh tubuhnya dengan lendir
antisengat tentakel. Dalam waktu satu jam seekor ikan badut akan bisa memenyelimuti
seluruh tubuhnya dengan lendir antisengat tersebut, sehingga pada akhirnya dia akan
kebal sama sekali terhadap sengatan tentakel. Dengan demikian, mereka akhirnya akan
aman beramain dan berada diantara tentakel-tentakel anemon. Pada malam hari mereka
sering tidur dengan berselimutkan tentakel-tentakel tersebut.

Apabila ikan badut dipisahkan dari anemon selama beberapa jam, mereka akan segera
kehilangan kekebalannya. Dan untuk menjadi kebal kembali mereka perlu beradaptasi
dan memerlukan waktu seperti disebutkan diatas.

Setiap jenis ikan badut memiliki kriteria tertentu dalam memilih anemon. Oleh karena
itu, pada waktu membeli ikan anemon alangkah baiknya diketahui terlebih dahulu jenis-
jenis anemon yang dikehendaki olah jenis ikan badut yang akan dibeli. Tabel 2
menunjukkan hubungan antara jenis ikan badut dengan anemon kesukaannya. Dengan
tabel ini diharapkan akan mempermudah dalam memilih jenis anemon yang sesuai
dengan ikanbadut yang ingin dimiliki.

Poliandri??

Berbeda dengan jenis ikan lainnya, perilaku kawin ikan badut menunjukkan sifat
kebalikan. Apabila ikan lain, diperlukan beberapa betina untuk satu jantan, pada ikan
badut justru satu betina memiliki beberapa jantan.

Ikan badut diketahui bisa berubah kelamin. Selain itu merekapun memiliki hierarki
sosial yang ketat. Dalam satu koloni ikan badut yang hidup dalam anemon, biasanya
terdiri dari satu betina dewasa yang dominan dan beberapa jantan yang berukuran lebih
kecil, serta beberapa ikan badut muda. Ikan-ikan muda ini semua berjenis kelamin
jantan.

Apabila si betina mati atau menghilang, jantan dewasa secara biologi akan berganti
kelamin menjadi betina. Perubahan kelamin akan berlangsungan selama dua minggu atau
lebih. Kemudian jantan terbesar dan tertua yang ada dikoloni tersebut akan menjadi
pasangannya. Startegi demikian diketahui mampu mempertahankan kelanjutan
keberadaan spesies ikan badut tersebut. Dalam hal ini si jantan yang ditinggal mati
betinanya tidak perlu mencari betina lain jauh-jauh. Seperti diketahui, di alam, ikan
badut tidak bisa meninggalklan anemonnya lebih dari beberapa meter hanya untuk
sekedar mencari betina lain.

Ikan badut dapat menghasilkan telur 300 – 700 butir. Telur tersebut diltekan pada batu-
batu dibawah mantel anemon. Telur tersebut akan dijaga oleh badut jantan hingga
menetas. Telur pada umumnya akan menetas setelah enam atau tujuh hari. Burayak
selanjutnya akan “menjadi” planton dan terbawa arus laut. Setelah 15 hari terapung-
apung, makan dan tumbuh, burayak akan berkmebang menjadi badut muda dan siap-siap
mencari anemon sebagai rumahnya. http://www.o-
fish.com/DirektoriIkanLaut/IkanBadut.htm
Pembenihan Clownfish
May 13, 2009 preety_woman | Uncategorized

About Clown fish


Klasifikasi dan Morfologi.
Clownfish (Amphiprion ocellaris) atau sering disebut juga dengan anemonefish (ikan
yang hidup diantara anemon) memiliki badan berwarna dasar kuning kecoklatan dengan
tiga belang berwarna putih (white band) dan sedikit warna hitam di bagian kepala, badan
dan pangkal ekor. Tulang di muka dan di bawah mata tidak berduri panjang, bergigi
pendek, jari-jari keras sirip punggungnya tidak sama panjang, memiliki 11 jari-jari pada
sirip dorsal dan 17 jari-jari pada pectoral, dan di alam dijumpai clownfish dapat mencapai
panjang 110 mm (Allen, 1997).

Famili Pomacentridae ini cenderung memiliki sisik berukuran besar dan stenoid, pipi dan
operculum bersisik dan gurat sisi memanjang sampai ke belakang dasar sirip punggung
dan berlanjut sampai dekat dasar ekor (Poernomo, 2004). Disamping itu, clownfish
dikenal sebagai ikan yang berenang lambat sehingga ikan ini cenderung mengandalkan
anemone sebagai tempat perlindungan dari ikan-ikan pemangsa.

Menurut Allen (1997), klasifikasi clownfish adalah sebagai berikut :


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion ocellaris

Gambar 2.1. Clownfish (Amphiprion ocellaris)


Sumber : hhtp/Amphprion ocellaris.com
Siklus Reproduksi
Clownfish bersifat hermaprodit protandri, yaitu pada perkembangan mencapai dewasa
(matang gonad) berjenis kelamin jantan dan akan berubah menjadi betina dan ketika
betina mati, yang jantan akan menggantikan yang betina (Myres, 1997). Untuk
membedakan antara jantan dan betina biasanya dilakukan dengan membedakan
ukurannya. Clownfish termasuk ikan monogoumus yaitu ikan yang cenderung tidak
berganti-ganti pasangan.
Clownfish biasanya bertelur setiap tahun pada purnama pada saat pagi hari (Thresher,
1984). Clownfish melakukan pembuahan diluar tubuh dan menempelkan telurnya pada
substrat. Di alam biasanya clowndfish menempelkan telurnya pada karang, namun secara
umum ikan ini menyukai tempat penempelan telur yang relative datar (flat) seperti pada
paralon, genteng, batu dan yang sejenisnya. Pada saat akan bertelur clownfish jantan akan
membersihkan substrat tempat menempel telur kemudian ikan betina menempelkan
telurnya, setelah itu clownfish jantan membuahi dan menjaga telur itu sampai menetas.
Telur tersebut akan menetas pada hari ke-7 sampai hari ke-8.
Habitat dan Penyebarannya
Menurut Allen (1997), lokasi penyebaran Clownfish berada di daerah perairan laut tropis
diantaranya samudera Hindia, Laut merah, Asia Tenggara (khususnya Indonesia),
Australia Utara dan di pulau Ryukyu (Jepang).
Clownfish dapat hidup pada kedalaman ± 15 meter, dimana tempat hidupnya berada di
antara tentakel-tentakel anemone. Anemon yang biasa bersimbiosis dengan clownfish
diantaranya adalah Heteractis magnifica, Stichodactyla gigantean, dan Stichodactyla
mertensii (Allen, 1997).Myers, 1999)

Ikan giru atau ikan badut adalah ikan dari anaksuku Amphiprioninae dalam suku
Pomacentridae. Sekitar dua puluh delapan spesies dikenali, salah satunya adalah genus
Premnas, sementara sisanya dalam genus Amphiprion. Di alam bebas mereka
bersimbiosis dengan anemon laut. Ikan giru berwarna kuning, jingga, kemerahan atau
kehitaman. Spesies terbesar mencapai panjang 18 cm, sementara yang terkecil hanya
mencapai 10 cm. Seluruh jenis ini merupakan famili dari Pomacentridae. Dengan
demikian, apabila ditelusuri mereka masih saudara dengan golongan damselfish seperti
Chromis, Chrysiptera, dan Dascyllus.

Apabila mendengar nama ikan badut, dalam ingatan orang akan cenderung terbayang
pada sosok ikan bernama latin Amphiprion ocellaris. Meskipun demikian, ikan badut
sebenarnya terdiri tidak kurang dari 29 jenis. Mereka seluruhnya berpenampilan cantik
dan lucu. Dua puluh delapan jenis ikan badut ini merupakan spesies dari genus
Amphiprion, sedangkan satu jenis merupakan spesies dari genus Premnas. Premnas
mempunyai ciri khusus, yaitu berupa “duri” preoperkularis yang dijumpai di bawah
matanya.

Secara umum ikan badut berukuran kecil. Maksimal mereka dapat mencapai ukuran 10–
15 cm. Berwarna cerah, tubuh lebar (tinggi), dan dilengkapi dengan mulut yang kecil.
Sisiknya relatif besar dengan sirip dorsal yang unik. Pola warna pada ikan ini sering
dijadikan dasar dalam proses identifikasi mereka, disamping bentuk gigi, kepala dan
bentuk tubuh. Variasi warna dapat terjadi pada spesies yang sama, khususnya berkenaan
dengan lokasi sebarannya. Sebagai contoh A clarkii merupakan spesies yang mempunyai
penyebaran paling luas, sehingga spesies ini mempunyai variasi warna yang paling
banyak (tergantung pada tempat ditemukan) dibandingkan dengan spesies ikan badut
lainnya.

Ikan badut diketahui merupakan ikan yang mempunyai daerah penyebaran relatif luas,
terutama di daerah seputar Indo Pasific. Satu jenis, yaitu A bicinctus, diketahui
merupakan endemik Laut Merah. Mereka, pada umumnya, dijumpai pada laguna-laguna
berbatu di seputar terumbu karang, atau pada daerah koastal dengan kedalaman kurang
dari 50 meter dan berair jernih. Di perairan Papua New Guinea, bisa ditemukan ikan
badut tidak kurang dari 8 spesies. Di alam, ikan badut mengkonsumsi zooplankton,
udang-udangan dan algae yang dijumpai di habitat mereka.
HUBUNGAN TIMBAL BALIK DARI IKAN BADUT
Popularitas ikan badut tidak lepas dari perilaku simbiosisnya dengan berbagai jenis
anemon. Anemon, yang bagi jenis ikan lain beracun, bagi ikan badut merupakan tempat
berlindung yang aman dan nyaman. Ikan badut kerap dijumpai bersembunyi, berselimut,
dan bercengkrama diantara tentakel-tentalel anemon yang beracun. Di alam, kehadiran
ikan badut pada anemon dapat melindunginya dari agresifitas beberapa jenis ikan seperti
ikan angle atau ikan butterfly yang akan memangsa tentakelnya. Sebaliknya ikan badut
memanfaatkan anemon tersebut sebagai tempat berlindung dari musuh alaminya.

Tanpa perlindungan dari anemon, ikan badut hanya dapat bertahan hidup beberapa menit
saja sebelum dimangsa oleh musuhnya. Hidup bersama antara dua jenis mahluk yang
jauh berbeda ini sering dijadikan contoh keharmonisan hidup bertetangga. Ikan badut
sering pula melakukan tugas bersih-bersih pada tubuh anemon yaitu dengan memunguti
remah-remah makanan, atau kotoran lainnya sehingga tubuh anemon bisa terbebas dari
berbagai jenis parasit. Sedangkan ikan badut sendiri sering membawakan makanan bagi
anemon.

Seperti halnya penghuni laut lainnya, ikan badut sebenarnya tidak memiliki kemampuan
untuk melawan racun dari anemon. Meskipun demikian mereka memilki taktik yang jitu
bagaimana mengatasi racun tersebut. Tentakel anemon dilapisi oleh lendir yang memiliki
kandungan tertentu untuk melindunginya dari sengatan tentakel yang lain atau tersengat
oleh tentakel sendiri. Lendir inilah yang dimanfaatkan oleh ikan badut untuk melindungi
badannya dari sengatan tentekal anemon.

Dengan demikian, mereka akhirnya akan aman bermain dan berada diantara tentakel-
tentakel anemon. Pada malam hari mereka sering tidur dengan berselimutkan tentakel-
tentakel tersebut. Apabila ikan badut dipisahkan dari anemon selama beberapa jam,
mereka akan segera kehilangan kekebalannya. Dan untuk menjadi kebal kembali mereka
perlu beradaptasi dan memerlukan waktu seperti disebutkan diatas.

IKAN BADUT POLIANDRI


Berbeda dengan jenis ikan lainnya, perilaku kawin ikan badut menunjukkan sifat
kebalikan. Apabila ikan lain, diperlukan beberapa betina untuk satu jantan, pada ikan
badut justru satu betina memiliki beberapa jantan. Ikan badut diketahui bisa berubah
kelamin. Selain itu merekapun memiliki hierarki sosial yang ketat. Dalam satu koloni
ikan badut yang hidup dalam anemon, biasanya terdiri dari satu betina dewasa yang
dominan dan beberapa jantan yang berukuran lebih kecil, serta beberapa ikan badut
muda. Ikan-ikan muda ini semua berjenis kelamin jantan.

Apabila si betina mati atau menghilang, jantan dewasa secara biologi akan berganti
kelamin menjadi betina. Perubahan kelamin akan berlangsungan selama dua minggu atau
lebih. Kemudian jantan terbesar dan tertua yang ada dikoloni tersebut akan menjadi
pasangannya. Startegi demikian diketahui mampu mempertahankan kelanjutan
keberadaan spesies ikan badut tersebut. Dalam hal ini si jantan yang ditinggal mati
betinanya tidak perlu mencari betina lain jauh-jauh. Seperti diketahui, di alam, ikan badut
tidak bisa meninggalkan anemonnya lebih dari beberapa meter hanya untuk sekedar
mencari betina lain.

Ikan badut dapat menghasilkan telur 300–700 butir. Telur tersebut diletakkan pada batu-
batu dibawah mantel anemon. Telur tersebut akan dijaga oleh badut jantan hingga
menetas. Telur pada umumnya akan menetas setelah enam atau tujuh hari.

You might also like