You are on page 1of 14

X

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai
bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian.
Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di sekolah, guru memberikan suatu
evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penguasaan materi yang telah dikuasai oleh
siswa selama proses belajar mengajar mengenai materi yang disampaikan.
Idealnya sebelum suatu tes dipergunakan maka tes tersebut harus memenuhi
syarat-syarat sebagi tes yang baik, maka tes yang bersangkutan perlu diuji cobakan.
Namun sebelum diuji cobakan tes tersebut harus memperlihatkan indokator-indikator
sebagai tes yang baik. Dalam hal ini dilakukan suatu analisis butir soal.
Analisis butir soal adalah pengkajian pertanyaan tes agar diperoleh perangkat
pertanyaan yang memiliki kualitas memadai. Analisis yang dilakukan atas dasar uji
coba dinamakan analisis empiris. Sedangkan analisis berdasarkan karakteristik yang
tampak pada tes tersebut tanpa uji coba dinamakan analisis rasional, karena semata-
mata dilakukan atas dasar pertimbangan rasio.
Ada beberapa analisis butir soal, yakni analisis tingkat kesukaran soal dan
analisis daya pembeda disamping validitas dan reabilitas adapun yang ingin kami
bahas dalam makalah ini yaitu Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengakaji
soal dari segi kesulitannya sehingga dapat diperoleh soal mana yang termasuk mudah,
sedang dan sukar

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

B. RUMUSAN MASALAH
1 Apa yang dimaksud tingkat kesukaran butir soal?
2 Apa fungsi dari tingkat kesukaran butir soal?
3 Apa saja kategori tingkat kesukaran butir soal?
4 Bagaimana cara menganalisis tingkat kesukaran butir soal?

C. TUJUAN
1 Untuk mengetahui pengertian tingkat kesukaran.
2 Untuk mengetahui fungsi dari tingkat kesukaran.
3 Untuk mengetahui apa saja kategori tingkat kesukaran.
4 Untuk mengetahui cara menganalisis butir soal.

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

BAB II
ISI
TINGKAT KESUKARAN DALAM MENGANALISIS BUTIR SOAL

A. Pengertian tingkat kesukaran


Tingkat kesukaran suatu butir soal merupakan salah satu yang dapat
menunjukkan kualitas butir soal tersebut (mudah, sedang, sukar). Suatu butir soal
dikatakan mudah jika sebagian besar siswa dapat menjawab dengan benar dan
dikatakan sukar jika sebagian besar siswa tidak dapat menjawab dengan benar.
Besarnya tingkat kesukaran butir soal dapat dihitung dengan memperhatikan proporsi
peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal, dalam hal ini dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
P=B/N
Keterangan:
P = adalah indeks tingkat kesukaran butir soal
B = adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar
N = adalah jumlah seluruh peserta tes
Contoh:
Jika butir soal nomor 1 yang Anda ujikan dapat dijawab dengan benar oleh 10 dari 40
siswa, maka indeks tingkat kesukaran butir soal tersebut adalah:
P = 10 / 40 = 0,25
Indeks tingkat kesukaran butir soal bergerak antara 0,00 sampai dengan 1,00.
Indeks tingkat kesukaran suatu butir soal (P) = 0,00 akan tercapai apabila seluruh
peserta tes tidak ada yang menjawab dengan benar dan indeks tingkat kesukaran suatu
butir soal (P) = 1,00 akan tercapai apabila seluruh peserta tes dapat menjawab dengan
benar. Jadi butir soal yang mudah akan mempunyai P mendekati 1,00 dan butir soal
yang sukar akan mempunyai P mendekati 0,00.
Menurut Fernandes (1984) kategori indeks tingkat kesukaran butir soal adalah sebagai
berikut:
P >= 0,76 : mudah
0,25 <= P <= 0,75 : sedang
P <= 0,24 : sukar

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

Butir soal yang dianggap sangat bermanfaat (useful) adalah butir soal yang
mempunyai indeks tingkat kesukaran dalam kategori sedang.
Tingkat kesukaran soal juga merupakan peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks.
Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang
besarnya berkisar 0,00 – 1,00 (Aiken (1994: 66). Semakin besar indeks tingkat
kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu
soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila
memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab benar. Perhitungan indeks tingkat
kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang
diperoleh peserta didik pada butir soal yang bersangkutan dinamakan tingkat
kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya
adalah seperti berikut ini).

B. Fungsi tingkat kesukaran


Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes.
Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran tinggi/sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal
yang memiliki tingkat kesukaran rendah/mudah.
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus
berikut ini.

Kemudian dilanjutkan dengan proses berikut:

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan tingkat


kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan seperti
berikut ini.

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

1). 0,00 – 0,30 soal tergolong sukar


2). 0,31 – 0,70 soal tergolong sedang
3). 0,71 – 1,00 soal tergolong mudah
Tingkat kesukaran butir soal dapat mempengaruhi bentuk distribusi total skor
tes. Untuk tes yang sangat sukar (TK<0,25) distribusinya berbentuk positif skewed,
sedangkan tes yang mudah (TK>0,80) distribusinya berbentuk negatif skewed.
Tingkat kesukaran butir soal memiliki 2 kegunaan, yaitu kegunaan bagi guru
dan kegunaan bagi pengujian dan pengajaran (Nitko, 1996: 310-313). Kegunaannya
bagi guru adalah: (1) sebagai pengenalan konsep terhadap pembelajaran ulang dan
memberi masukan kepada siswa tentang hasil belajar mereka, (2) memperoleh
informasi tentang penekanan kurikulum atau mencurigai terhadap butir soal yang
biasa. Adapun kegunaannya bagi pengujian dan pengajaran adalah: (a) pengenalan
konsep yang diperlukan untuk diajarkan ulang, (b) tanda-tanda terhadap kelebihan dan
kelemahan pada kurikulum sekolah, (c) memberi masukan kepada siswa, (d) tanda-
tanda kemungkinan adanya butir soal yang bias, (e) merakit tes yang memiliki
ketepatan data soal. Disamping kedua kegunaan di atas, dalam konstruksi tes, tingkat
kesukaran butir soal sangat penting karena tingkat kesukaran butir dapat: (1)
mempengaruhi karakteristik distribusi skor (mempengaruhi bentuk dan penyebaran
skor tes atau jumlah soal dan korelasi antarsoal), (2) berhubungan dengan reliabilitas.
Menurut koefisien alfa clan KR-20, semakin tinggi korelasi antarsoal, semakin tinggi
reliabilitas (Nunnally, 1981: 270-271).
Tingkat kesukaran butir soal juga dapat digunakan untuk memprediksi alat
ukur itu sendiri (soal) dan kemampuan peserta didik dalam memahami materi yang
diajarkan guru. Misalnya satu butir soal termasuk kategori mudah, maka prediksi
terhadap informasi ini adalah seperti berikut.

1. Pengecoh butir soal itu tidak berfungsi.


2. Sebagian besar siswa menjawab benar butir soal itu; artinya bahwa sebagian besar
siswa telah memahami materi yang ditanyakan.

Bila suatu butir soal termasuk kategori sukar, maka prediksi terhadap informasi
ini adalah seperti berikut.
1. Butir soal itu “mungkin” salah kunci jawaban.

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

2. Butir soal itu mempunyai 2 atau lebih jawaban yang benar.


3. Materi yang ditanyakan belum diajarkan atau belum tuntas pembelajarannya,
sehingga kompetensi minimum yang harus dikuasai siswa belum tercapai.
4. Materi yang diukur tidak cocok ditanyakan dengan menggunakan bentuk soal yang
diberikan (misalnya meringkas cerita atau mengarang ditanyakan dalam bentuk
pilihan ganda).
5. Pernyataan atau kalimat soal terlalu kompleks dan panjang.

Namun, analisis secara klasik ini memang memiliki keterbatasan, yaitu


bahwa tingkat kesukaran sangat sulit untuk mengestimasi secara tepat karena
estimasi tingkat kesukaran dibiaskan oleh sampel (Haladyna, 1994: 145). Jika
sampel berkemampuan tinggi, maka soal akan sangat mudah (TK= >0,90). Jika
sampel berkemampuan rendah, maka soal akan sangat sulit (TK = < 0,40). Oleh
karena itu memang merupakan kelebihan analisis secara IRT, karena 1RT dapat
mengestimasi tingkat kesukaran soal tanpa menentukan siapa peserta tesnya
(invariance). Dalam IRT, komposisi sampel dapat mengestimasi parameter dan
tingkat kesukaran soal tanpa biasa.

C. Kategori tingkat kesukaran


Ada beberapa alasan untuk menyatakan tingkat kesukaran soal. Bisa saja
tingkat kesukaran soal ditentukan oleh kedalaman soal, kompleksitas, atau hal-hal
lain yang berkaitan dengan kemampuan yang diukur oleh soal. Namun demikian,
ketika kita mengkaji lebih mendalam terhadap tingkat kesukaran soal, akan sulit
menentukan mengapa sebuah soal lebih sukar dibandingkan dengan soal yang lain.
Secara umum, menurut teori klasik, tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui
beberapa cara diantaranya (1) proporsi menjawab benar, (2) skala kesukaran linear,
(3) indeks Davis, dan (4) skala bivariat. Proporsi jawaban benar (p), yaitu jumlah
peserta tes yang menjawab benar pada butir soal yang dianalisis dibandingkan
dengan jumlah peserta tes seluruhnya merupakan tingkat kesukaran yang paling
umum digunakan.
Intinya, bermutu atau tidaknya butir-butir item tes hasil belajar pertama-
tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesukaran yang dimiliki oleh
masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes hasil belajar dapat

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak
terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item
itu adalah sedang atau cukup. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai
tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah difficulty index (angka indeks
kesukaran item), yang dalam dunia evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan
dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata proportion (proporsi = proporsa).
Kategori Tingkat Kesukaran
Nilai p Kategori
P < 0.3 Sukar
0.3 ≤ p ≤ 0.7 Sedang
P > 0.7 Mudah

 Tindak Lanjut Hasil Analisis


Interpretasi Item Tindak Lanjut
Butir item dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi
dalam tes-tes hasil belajar yang akan dating diteliti ulang,
dilacak, dan ditelusuri sehingga dapat diketahui faktor
yang menyebabkan butir item yang bersangkutan sulit
dijawab oleh testee, apakah kalimat soalnya kurang jelas,
apakah petunjuk cara mengerjakan soalnya sulit
Sukar
dipahami, ataukah dalam soal tersebut terdapat istilah-
istilah yang tidak jelas, dsb. Setelah dilakukan perbaikan,
butir-butir item tersebut dikeluarkan lagi dalam tes hasil
belajar yang akan datang. Butir-butir yang terlalu sulit
dapat digunakan kembali dalam tes (terutama tes seleksi)
yang sifatnya sangat ketat.
Butir item ini dapat dikeluarkan lagi dalam tes-tes hasil
Sedang
belajar pada waktu-waktu yang akan dating
Mudah Butir item dibuang atau didrop dan tidak dikeluarkan lagi
dalam tes-tes hasil belajar yang akan datang diteliti
ulang, dilacak, dan ditelusuri sehingga dapat diketahui
faktor yang menyebabkan butir item yang bersangkutan
sulit dijawab oleh testee, apakah kalimat soalnya kurang
jelas, apakah petunjuk cara mengerjakan solnya sulit

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

dipahami, ataukah dalam soal tersebut terdapat istilah-


istilah yang tidak jelas, dsb. Setelah dilakukan perbaikan,
butir-butir item tersebut dikeluarkan lagi dalam tes hasil
belajar yang akan datang. Butir-butir yang terlalu sulit
dapat digunakan kembali dalam test (terutama test
seleksi) yang sifatnya longgar.

D. Cara menganalisis butir soal.


Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu
sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkan. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi
putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar
jangkauannya.
Dalam menentukan kriteria soal, apakah soal tersebut termasuk mudah,
sedang, atau sukar adalah berdasarkan pertimbangan – pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut antara lain adalah:
a. Aspek yang di ukur dalam pernyataan tersebut.
b. Sifat materi yang di ujikan atau ditanyakan.
c. Isi bahan yang di tanyakan sesuai dengan bidang keilmuannya, baik luasnya
maupun kedalamannya.

Kriteria indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut.


Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin
sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh makin mudah soal
tersebut.
0,00-0,30 Soal sukar
0,31-0,70 Soal sedang
0,71-0,90 Soal mudah

E. CONTOH DATA EVALUASI SOAL

Siswa Nomor Soal Skor

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

Siswa
1 1 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 11 12 13 4 15 16 7 18 19 20
A 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 13
B 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11
C 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14
D 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9
E 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14
F 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 8
G 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
H 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 9
I 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
J 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13
K 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 10
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4
M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13
N 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16
O 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 12
P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10
Q 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 9
R 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 11
S 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 14
T 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10
Jumla 1 1 1 1
h 0 14 4 9 15 6 18 7 3 11 10 18 20 0 9 7 0 14 13 13

Contoh penggunaan

Misalnya jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang. Dari 40 orang siswa
tersebut 12 orang yang dapat mengerjakan soal no 1 dengan betul. Maka indeks
kesukaran adalah:

B 12
P= = =0,30
JS 40

Dari table yang disajikan tersebut, dapat ditafsirkan bahwa:

10
- Soal nomer 1 mempunyai taraf kesukaran = 0,5
20
- Soal nomer 9 adalah soal yang tersukar karena hanya dapat dijawab betul oleh
3
3 orang P = = 0,15
20

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

- Soal nomer 13 adalah yang paling mudah karena seluruh siswa peserta test,
dapat menjawab.

20
Indeks kesukarannya = = 1,0
20

Menerut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering


diklasifikasikan sebagai berikut:

- Soal dengan P 1,00 – 0,30 adalah soal sukar


- Soal dengan P 0,30 – 0,70 adalah soal sedang
- Soal dengan P 0,70 – 1,00 adalah soal mudah

Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap


baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran
0,30 – 0,70. Perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar,
tidak berarti tidak boleh digunakan. Hal ini tergantung dari penggunaanya.

Sebaliknya jika siswa yang mengikuti ujian sedikit maka kita memilih soal-soal
yang mudah. Selain itu, soal yang sukar akan menambah semangat belajar bagi
siswa yang pandai, sedangkan soal-soal yang terlalu mudah, maka akan menambah
semangat bagi siswa yang kemampuannya kurang.

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesukaran dalam menganalisis butir soal merupakan salah satu yang dapat
menunjukkan kualitas butir soal tersebut (mudah, sedang, sukar). Suatu butir soal dikatakan
mudah jika sebagian besar siswa dapat menjawab dengan benar dan dikatakan sukar jika
sebagian besar siswa tidak dapat menjawab dengan benar.
Untuk menghitung proporsi peserta tes yang menjawab benar terhadap setiap butir soal
tersebut dapat menggunakan rumus:

B
P=
N

Keterangan:
P = adalah indeks tingkat kesukaran butir soal
B = adalah jumlah peserta tes yang menjawab benar
N = adalah jumlah seluruh peserta test

3.2 Saran
Semoga makalah ini bisa dijadikan sebagai panduan belajar dalam menganalisis butir
soal dari tingkatan soal yang tersukar, sedang dan mudah.

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

DAFTAR PUSTAKA
- Arikunto, suharsimi. 1987. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Yogyakarta:
Bumi Aksara
- Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
- Asep, dkk. 2009. Evaluasi pembelajaran. Jakarta: Multi pressendo
- http://kesukarandalammenganalisisbutirsoal@yahoo.com
- Munthe, bermawi. 2009. Desain pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan
Mandani
- Purwanto, ngalim. 1984. Prinsip-prinsip dan evaluasi pembelajaran. Jakarta:
Rosdakarya
- www.tipetestkesukaran.com

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

TINGKAT KESUKARAN DALAM MENGANALISIS SOAL

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran

Dosen : Edy Chandra, S.Si., MA.

Di Susun Oleh :

Andy Wibowo

Anggi Fitriyani

Epa Puspiana

Nur laili Hidayati

Sinta Ulfiyani

Teti Sulbiyati

Zimzim Fauziah

BIOLOGI A / VI

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal


X

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI

CIREBON

2010

Kelompok I : Tingkat Kesukaran Soal

You might also like