Professional Documents
Culture Documents
a. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian di Indonesia dewasa ini sangat memberikan kontribusi yang besar
dalam pelaksanaan perekonomian dunia. Indonesia yang dahulu hanyalah menjadi pemain kecil dalam
arus perdagangan dunia, kini telah berevolusi secara bertahap menjadi salah satu pemain kunci dalam
perekonomian Internasional. Hal ini terbukti dari berhasilnya Indonesia menjadi macan Asia Tenggara
serta terbentuknya sebuah pengakuan dimana indonesia kini menjadi pasar potensial dalam
perdagangan.
Pertumbuhan tersebut nampaknya dapat kita perjelas dengan menggunakan Produk domestik
bruto, dimana hal tersebut merupakan sebuah indikator yang sangat penting didalam suatu negara,
karena PDB dapat mengukur kesejahteraan suatu bangsa. Oleh karena itu penting rasanya untuk
mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhinya. Menurut teori terdapat empat faktor yang
mempengaruhi PDB, yaitu konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan net export. Selain itu
terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi keempat faktor diatas, seperti tingkat harga, tingkat
Dalam hal ini, kami selaku team penyusun mencoba untuk mencari tahu apakah terdapat
sebuah hubungan yang crusial antara konsumsi dan investasi terhadap PDB. Penggunaan data BPS dan
sumber-sumber terkait dari internet sepanjang tahun 2005 hingga 2010 pada akhirnya mampu
memberikan sebuah jawaban jika ternyata memang terdapat sebuah hubungan yang crusial konsumsi
3. Memberikan gambaran mengenai perkembangan GDP Indonesia dari tahun 2006 hingga
2010
4. Meningkatkan pengetahuan kita dalam menganalisa sebuah kajian mengenai PDB yang
6. Pengenalan terhadap faktor-faktor penunjang lain dari GDP selain dari Investasi
8. Permasalahan yang sering muncul ketika investasi itu dijalankan dan cara penyelesaian
1. Sebagai sebuah sarana pembelajaran bagi kami dalam membuat sebuah hasil karya
sebelumnya mengenai PDB dan hubungannya dengan Investasi, baik dengan metode
yang sama dengan yang dilakukan oleh penulis maupun dengan metode lainnya
4. Sebagai bahan belajar bagi kami selaku mahasiswa Universitas Tujuh Belas Agustus 1945
Gross Domestic Product (GDP) merupakan sebuah mekanisme yang digunakan oleh
sebuah negara sebagai tolok ukur utama dalam menganalisa aktivitas tingkat perkembangan
ekonomi negaranya, namun pada hakikatnya GDP hanya mengukur semua jumlah produksi dari
Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari
barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara
selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga bisa digunakan untuk
membandingkan dan mempersandingkan perkembangan yang dicapai oleh sebuah negara dari
periode waktu ke periode waktu tertentu. Hal ini karena GDP memang didesain untuk mampu
menghitung jumlah produksi sebuah negara secara annual atau tahunan, sehingga terlihat
Dalam mekanismenya Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir,
yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Sedangkan untuk barang dan
jasa yang dibeli namun akan diproses kembali (Barang dan jasa intermediate) tidak termasuk
dalam hitungan GDP. Hal ini dikarenakan untuk mencegah adanya kesalahan berupa
1) GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun
tersebut.
2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan
suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu
yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun
lain.
Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan harga (P), kalau
harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi
belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP
hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.
Perhitungan GDP
Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam
kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen yaitu konsumsi, investasi,
pembelian pemerintah, dan ekspor netto. Kita akan membahasnya satu per satu.
1. Konsumsi, atau yang lebih dikenal sebagai pengeluaran terhadap pembelian suatu
barang, penggunaan suatu jasa oleh seseorang selama satu tahun. Contohnya : pembelian
2. Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja
pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan. Contohnya : bangunan dan mesin
3. Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto
pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari
pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai
upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan
pemerintah.
dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai
penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai
ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M). Penjumlahan komponen tersebut
GDP: C + I + G + (X-M)
pendaptan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya
digunakan dalam proses produksi). Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa
nilai output agregat sama dengan pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya
yang digunakan dalam produksi output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan laba dari
produksi.
Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya
menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong
oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat
meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari
akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari
setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada
tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan
nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah
GDP = I + P + R + W
Menurut Wikipedia, GDP (Gross Domestic Product) atau yang biasa disebut PDB (Produk
Domestik Bruto) adalah nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam
wilayah dalam suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun). PDB berbeda
dari produk nasional bruto karena memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri
yang bekerja di negara tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu
negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor
Pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung GDP dalam sebuah negara adalah
sebagai berikut:
Pengeluaran agregat yang dimaksud dalam definisi diatas adalah empat komponen
utama pembentuk GDP sendiri, yaitu Investasi, Export-Import, Consumption, dan Expenditure.
konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X,
dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M). Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan
pengeluaran agregat.
pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendaptan yang diterima pemilik
sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi).
Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat sama dengan
pendapatan agregat yang dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi
output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan laba dari produksi
GDP: I + P + R + W
Pengertian investasi
Menurut Sunariyah (2003:4): “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau
lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang.” Dewasa ini banyak negara-negara yang
ataupun modal asing. Hal ini dilakukan oleh pemerintah sebab kegiatan investasi akan
mendorong pula kegiatan ekonomi suatu negara, penyerapan tenaga kerja, peningkatan
rencana untuk menginvestasikan sumber-sumber daya, baik proyek raksasa ataupun proyek
kecil untuk memperoleh manfaat pada masa yang akan datang.” Pada umumnya manfaat
ini dalam bentuk nilai uang. Sedang modal, bisa saja berbentuk bukan uang, misalnya tanah,
mesin, bangunan dan lain-lain. Namun baik sisi pengeluaran investasi ataupun manfaat
Suatu rencana investasi perlu dianalisis secara seksama. Analisis rencana investasi
pada dasarmya merupakan penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (baik besar atau
kecil) dapat dilaksanakan dengan berhasil, atau suatu metode penjajakkan dari suatu
akan mempengaruhi perusahaan dalam jangka panjang. Oleh karena itu dilakukan
perencanaan investasi yang lebih teliti agar tidak terlanjur menanamkan investasi pada
Investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi tersebut, investasi
pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika
menunjukkan keadaan yang menggembirakan. Pada tahun 2007, total investasi di Indonesia
mencapai Rp 983,9 trilyun (atas dasar harga berlaku). Angka ini hampir tujuh belas kali lipat
Meskipun demikian, peranan investasi pemerintah relatif kecil. Dari total investasi pada tahun
2007, hanya 12,75 persen (Rp 125,4 trilyun) yang merupakan investasi pemerintah, sedangkan
sebagian besar lainnya (87,25 persen atau Rp 858,5 trilyun) merupakan investasi masyarakat.
Selain itu, jika dilihat selama periode 1990 – 2007, perkembangan investasi pemerintah juga
2007 hampir dua puluh dua kali lipat dibandingkan investasi masyarakat pada tahun 1990,
sedangkan investasi pemerintah tahun 2007 hanya sekitar enam kali lipat dibandingkan
selama periode 1990 – 2007, baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat
pemerintah maupun masyarakat relatif berlanjut, meskipun pada tahun 1997, Indonesia
sebagaimana negara-negara Asia lainnya mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Hal ini
terlihat dari rata-rata investasi yang tetap lebih tinggi pada periode setelah krisis (1998 – 2007)
krisis lebih berfluktuasi dibandingkan periode sebelum krisis. Fakta lebih tingginya fluktuasi
investasi ini terutama terlihat pada investasi masyarakat. Namun, karena proporsi investasi
pemerintah terhadap investasi total relatif kecil, kondisi ini hampir tidak mempengaruh
bahwa selama periode 1990-2007, rata-rata persentase investasi terhadap PDB adalah 25,7
persen, dengan persentase investasi pemerintah terhadap PDB sebesar 5,6 persen dan investasi
masyarakat terhadap PDB sebesar 20,1 persen. Membandingkan kondisi sebelum dan sesudah
krisis menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan rata-rata persentase investasi terhadap PDB
baik pada investasi pemerintah maupun masyarakat. Secara total, persentase investasi
terhadap PDB menurun dari 29,6 persen pada periode sebelum krisis menjadi 22,6 persen pada
periode setelah krisis. Investasi pemerintah turun dari 7,9 persen menjadi 3,8 persen,
sedangkan investasi masyarakat turun dari 21,8 persen menjadi 18,8 persen.
Selain penurunan persentase investasi terhadap PDB, fluktuasi setelah krisis juga
menunjukkan peningkatan, yang terlihat dari peningkatan nilai koefisien variasi volatilitas.
Bahkan dalam kasus investasi pemerintah, meskipun secara nilai menunjukkan penurunan
volatilitas, tetapi sebagai persentase dari PDB, terjadi peningkatan dalam nilai volatilitasnya.
Gambaran secara rinci mengenai perkembangan investasi sebagai persentase dari PDB di
Dari data yang di paparkan pada section di atas menunjukkan jika terjadi sebuah
relation yang sangat besar antara investasi yang dilakukan di Indonesia dengan pertumbuhan
GDP dari Indonesia sendiri. Dapat digambarkan secara koseptual jika perjalanan sebuah
15
GDP
UNIVERSITAS TUJUH BELAS AGUSTUS 1945 SEMARANG
Pada dasarnya dari keempat komponen yang ada, semua memiliki kontribusi yang luas
dan crusial untuk setiap perkembangan dan kemajuan GDP dari sebuah negara. Namun, yang
memiliki nilai lebih dalam sektor riil, hanyalah investasi dimana hal tersebut mampu untuk
memberikan dampak tambahan terdahap kontribusi langsung kepada pasar sebuah negara
yang secara tidak langsung juga akan meningkatkan dan mengangkat 3 komponen lainnya.
Secara garis besar peningkatan dan pengangkatan dari ketiga komponen tersebut dapat
Investasi yang naik akan meningkatkan proses produksi dalam negeri dimana hal
tersebut mampu untuk meningkatkan kapasitas eksport (export-import) kita. Berbanding lurus
dengan investasi, pendapatan dan kinerja dari masyarakat turut berkembang sehingga tercapai
sebuah tahapan dimana pendapatan masyarakat menjadi lebih baik dengan berkembangnya
kegiatan perekonomian negara. Efek selanjutnya yang bisa langsung dirasakan secara tidak
yang pesat pada tahun 1980-an,yaitu setelah pemerintah mengeluarkan sejumlah paket
ekonomi.Pada tahun 1970 –an bagian terbesar investigasi berasal dari sektor pemerintah
,namun pada tahun 1990 – an kondisinya membaik ,yaitu sebagian besar investasi domestik
berasal dari dunia usaha dan masyarakat .Namun demikian ,investasi yang dilakukan oleh
pemerintah tetap bertambah sesuai dengan meningkatnya kebutuhan akan sarana dan
prasarana ,serta pelayanan umum lainnya .Dalam pembiayaan pembangunan sepanjang PJP 1
telah terjadi peningkatan investasi yang pesat .Apabila pada awal pembangunan ( PJP 1 ) nilai
investasi total baru mencapai 3,7 triliun ( harga konstan tahun 1983 ),pada tahun 1992
meningkat menjadi 34,7 triliun ,sedangkan pada tahun 2002 telah mencapai 186,79 triliun . Hal
ini berarti setiap tahun ada peningkatan investasi rata –rata 10 % pada kurun waktu 1983 –
1992, dan 4,23 % pad kurun waktu 1998 – 2002 ( masa reformasi ).Perkembangan investasi di
indonesia mengalami fluktuasi dari waktu kewaktu mulai dari tahun ketahun ,yang disebabkan
Lingkungan eksternal ,dalam lingkungan eksternal upaya untuk menarik investasi asing
2. Tumpang tindihnya kebijakan pusat dan daerah dibidang investasi serta kebijakan
untuk berinvestasi .
penanaman modal dan lemahnya penegakan hukum yang berkaitan dengan kinerja
pengadilan niaga .
diindonesia.
s
b
m
k
ti
g
y
h
r
d
ie
n
a
lo
1. Ketidak pastian ekonomi global. Kecenderungan menurunnya arus masuk penanaman
modal Domestik (PMD) adalah dengan menigkatnya ketidak pastian global yang
mempengaruhi rasa aman dalam kegiatan penanaman modal. Trend ini cenderung
menarik penanam modal lokal untuk menanamkan modalnya di luar negeri daripada
2. Kalahnya daya marketing dari pasar lokal untuk mencoba menggaet ataupun
menggandeng para investor lokal untuk menanmkan modalnya kepada para pengusaha
di Indonesia
FAKTOR EKSTERNAL
Kesimpulan
Dari semua hal yang telah kita bahas di atas, Investasi memang mempunyai dampak
sistemik yang mampu untuk menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan GDP suatu
negara. Dengan mulplier impact yang bisa dilakukan dalam tahapan tersebut membuat
Investasi menjadi salah satu cara yang bisa diimplementasikan dalam program-program
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa iklim investasi mencerminkan sejumlah faktor
yang berkaitan dengan lokasi tertentu yang membentuk kesempatan dan insentif bagi pemilik
modal untuk melakukan usaha atau investasi secara produktif dan berkembang. Lebih
konkritnya lagi, iklim usaha atau investasi yang kondusif adalah iklim yang mendorong
seseorang melakukan investasi dengan biaya dan resiko serendah mungkin di satu sisi, dan bisa
menghasilkan keuntungan jangka panjang setinggi mungkin, di sisi lain (Stern, 2002).
http://id.wikipedia.org/wiki/Produk_domestik_bruto
www.vivanews.com
www.investorwords.com/2153/GDP.html