You are on page 1of 25

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN

JAMINAN PERJANJIAN FIDUSIA DI KOPERASI


SYARIAH “ALFA DINAR” SURAKARTA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Manusia sebagai makhluk sosial dan bermasyarakat memerlukan kebutuhan hidup yang harus
dipenuhi dan berusaha dengan bermacam-macam cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
antara lain dengan menjalin hubungan kerjasama dengan manusia lain. Salah satu upaya
dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat diperlukan suatu badan perekonomian
seperti koperasi. Pemerintah mununjuk koperasi sebagai salah satu organisasi ekonomi rakyat
yang perlu dikembangkan peran sertanya dalam membantu masyarakat ekonomi lemah agar
dapat meningkatkan taraf hidupnya. Oleh karena itu pemerintah memberikan landasan hukum
yang dijelaskan dalam UU No 25 tahun 1992 yang menyatakan bahwa koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang perorangan atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan pada asas kekeluargaan.
Begitu besar peranannya dan harapan yang diemban dan dibebankan kepada koperasi, maka
wajar bila pembangunan perkoperasian diarahkan untuk mengembangkan koperasi menjadi
makin maju, makin mandiri, dan makin berakar dalam masyarakat serta menjadi badan usaha
yang sehat dan mampu berperan disemua bidang usaha, terutama dalam kehidupan ekonomi
rakyat dalam upaya mewujudkan demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
Salah satu keistimewaan koperasi antara lain kredit uang dalam koperasi dilakukan dengan
jalan bersatu dan bekerja sama untuk dapat memperoleh kredit yang dibutuhkan dan memberi
manfaat dengan syarat-syarat yang mudah serta bunga yang rendah atas dasar kepercayaan
para pihak yang bekerja sama dalam meringankan beban hidupnya. Dalam pelaksanaan
pemberian kredit sangat diperlukan jaminan. Hal ini dimaksudkan agar pihak debitur akan
benar-benar melunasi utang. Selain itu apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya
(wanprestasi) dalam jangka waktu yang telah ditentukan, maka kreditur dapat melakukan
penuntutan. Adapun dasar dari penuntutan adalah Pasal 1266 KUHPerdata, yang menyatakan
bahwa bila salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, maka pihak yang lain berhak
menuntut pembatalan dimuka hakim. Sedang mengenai apa yang dapat dituntut ditentukan
oleh Pasal 1267 KUHPerdata. Dengan demikian, wanprestasi ini tidak membebaskan debitur
dari tanggung jawabnya.
Adapun sifat hukum dari fidusia sebagaimana halnya dengan bentuk-bentuk jaminan yang
lain adalah bersifat accessoir (tambahan) karena fidusia mengikuti perikatan pokok yang
telah ada antara kreditur dan debitur, yaitu utang-piutang. Pada fidusia, sebagai jaminan
kepada kreditur adalah hak milik sedang barangnya tetap dikuasai oleh debitur. Dalam hal ini
dapat kita ketahui bahwa fidusia lebih menguntungkan pihak debitur dimana selain
mendapatkan kredit, debitur juga masih dapat menguasai barangnya.
Pengaturan mengenai lebaga jaminan fidusia di Indonesia sudah dimulai sejak jaman Belanda
dari hasil adopsi yurisprudensi di Negara Belanda yang tidak diatur dalam KUHPerdata.
Jaminan fidusia ini merupakan perkembangan dari kebutuhan kredit dari masyarakat yang
tidak tertampung pada lembaga jaminan yang ada pada waktu itu yaitu gadai dan hipotek
(sekarang Hak Tanggungan). Karena pengaturan mengenai lembaga jaminan fidusia yang
berdasarkan yurisprudensi dirasa kurang memberikan kepastian hukum bagi para pihak, oleh
karena itu untuk memberikan kepastian hukum dalam lembaga fidusia, maka dikeluarkan UU
No.42 Tahun 1999 tentang fidusia. Dan untuk memberikan perlindungan kepada para pihak,
maka perjanjian fidusia ini harus dibuatkan dalam akta notaris dan didaftarkan pada kantor
pendaftaran fidusia sesuai dangan Pasal 5 UU No.42 Tahun 1999.
Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mengetahui perjanjian fidusia lebih lanjut, penulis
mengambil judul : “ PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN
PERJANJIAN FIDUSIA DI KOPERASI SYARIAH “ALFA DINAR” SURAKARTA”.

B. Pembatasan Masalah
Keterbatasan penulis dari segi waktu, biaya, dan tenaga tidak memungkinkan penulis
menjelaskan semuanya, maka perlu kiranya ditentukan batasan dan ruang lingkup yang akan
diteliti, agar sesuai dengan arah dan tujuan penulisannya yaitu tentang pemberian kredit
dengan jaminan fidusia yang berupa BPKB Mobil di Koperasi Syariah ‘Alfa
Dinar”Surakarta.

C. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis menitik beratkan permasalahan dan
memberikan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan fidusia sebagai jaminan kredit di Koperasi Syariah “Alfa
Dinar”Surakarta?
2. Kelemahan apa yang ada pada perjanjian fidusia sebagai jaminan kredit di Koperasi
Syariah “Alfa Dinar” Surakarta?
3. Bagaimanakah cara penyelesaian dari perjanjian fidusia sebagai jaminan kredit di Koperasi
Syariah “Alfa Dinar” Surakarta?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini berdasarkan atas masalah-masalah yang timbul dalam kenyataannya di
lapangan untuk mencari dan mendapatkan alternatif penyelesaian baik secara teoritis maupun
praktis. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah
1. Tujuan Obyektif :
a) Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian fidusia sebagai jaminan pemberian kredit di
Koperasi Syariah “Alfa Dinar”Surakarta.
b) Untuk mengetahui hambatan-hambatan dan kelemahan-kelemahan yang dihadapi dalam
pelaksanaan perjanjian fidusia di Koperasi Syariah “Alfa Dinar”Surakarta.
c) Untuk mengetahui cara penyelesain dari perjanjian fidusia di Koperasi Syariah “Alfa
Dinar”Surakarta.
2. Tujuan Subyektif :
a) Memperoleh data yang penulis perlukan sebagai bahan penyusunan skripsi.
b) Melengkapi persyaratan guna mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu hukum
Fakultas Hukum Universitas Slamet Riyadi Surakarta.

E. Manfaat Penelitian
Ada dua macam manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, antara lain manfaat secara
teoritis dan manfaat secara praktis dengan uraiannya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah Ilmu Pengetahuan dalam praktek dibidang
Hukum Perdata pada umumnya, terutama masalah hukum jaminan yang berhubungan dengan
fidusia pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat guna mengetahui proses dan ketentuan-ketentuan
fidusia dalam prakteknya serta perannya dalam melindungi kepentingan kreditur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian


1. Pengertian Perjanjian
Mengenai pengertian perjanjian, dapat dilihat pada Pasal 1313 KUHPerdata, dimana
perjanjian merupakan “Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”. Selain itu ada beberapa tanggapan dari para
sarjana hukum kita antara lain:
Menurut Prof. Subekti, SH memberikan pengertian bahwa perjanjian adalah”Suatu peristiwa
dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.”(Subekti, 1987 : 1)
Menurut Purnadi Purbacaraka, SH memberikan pengertian bahwa perjanjain adalah “Suatu
sikap tindak beberapa pihak tertentu ( yang mengadakan perjanjian).”(Purbacaraka, 1987 :
47).
Selain itu, menurut Prof. Abdulkadir Muhammad, SH memberikan rumusan bahwa perjanjian
adalah” Suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk
melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan”.(Abdulkadir, 2000 : 225)
Dari beberapa perumusan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa Perjanjian pada
hakekatnya mengikat para pihak berdasar pada kesepakatan diantara mereka.
2. Syarat Sahnya Perjanjian
Pasal 1320 KUHPerdata merumuskan empat syarat sahnya perjanjian. Keempat syarat
tersebut adalah :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan diri;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.

Syarat pertama dan kedua disebut syarat subjektif, karena berhubungan dengan subjek
perjanjian, sedangkan syarat yang ketiga dan keempat disebut syarat objektif, karena
berhubungan dengan objek perjanjiannya.
a. Sepakat
Sepakat diartikan sebagai persetujuan kehendak, seia sekata pihak-pihak mengenai pokok-
pokok perjanjian, apa yang dikehendaki oleh pihak yag satu dikehendaki pula oleh pihak
yang yang lainnya. Persetujuan itu sifatnya sudah mantap, dan tidak lagi dalam perundingan.
Persetujuan kehendak itu sifatnya bebas, artinya tidak ada paksaan, tekanan dari pihak
manapun juga, betul-betul atas kemauan sukarela pihak-pihak. Dalam pengertian persetujuan
kehendak termasuk juga tidak ada kehilafan dan tidak ada penipuan. Dikatakan tidak ada
paksaan apabila orang yang melakukan perbuatan itu tidak berada dibawah ancaman baik
dengan kekerasan jasmani maupun dengan upaya menakut-nakuti. Dikatakan tidak ada
kehilafan atau kekeliruan atau kesesatan apabila salah satu pihak tidak hilaf atau tidak keliru
mengenai pokok perjanjian atau sifat-sifat penting objek perjanjian atau mengenai orang
dengan siapa diadakan perjanjian itu.
b. Cakap
Pada umumnya orang dikatakan cakap melakukan perbuatan hukum apabila ia sudah dewasa.
Dewasa (Abdulkadir, 1993 : 231) artinya mereka yang:
1) Sudah mencapai umur 21 tahun
2) Sudah kawin walaupun belum berumur 21 tahun.
Menurut ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata, dikatakan tidak cakap membuat perjanjian
ialah :
1) Orang-orang yang belum dewasa;
2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan;
3) Orang-orang perempuan, dalam hal yang ditetapkan oleh undang-undang, dan pada
umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat perjanjian-
perjanjian tertentu.

Akibat hukum ketidakcakapan membuat perjanjian ialah bahwa perjanjian yang telah dibuat
itu dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim. Jika pembatalan tidak dimintakan oleh
pihak yang berkepentingan, sepanjang tidak dimungkiri oleh pihak yang berkepentingan,
perjanjian itu tetap berlaku bagi pihak-pihak.
c. Suatu hal tertentu
Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian, objek perjanjian, prestasi yang wajib
dipenuhi. Prestasi itu harus tertentu atau sekurang-kurangnya dapat ditentukan. Kejelasan
mengenai pokok perjanjian atau objek perjanjian ialah untuk memungkinkan pelaksanaan hak
dan kewajiban pihak-pihak. Jika pokok perjanjian, atau objek perjanjian, atau prestasi itu
kabur, tidak jelas, sulit, bahkan tidak mungkin dilaksanakan, maka perjanjian itu batal.
d. Sebab yang halal
Sebab adalah suatu yang menyebabkan orang membuat perjanjian, yang mendorong orang
membuat perjanjian. Selain itu, perlu diperhatikan pula bahwa sebab yang halal merupakan
sebab yang tidak bertentangan dengan Undang-undang.
Undang-undang tidak mempedulikan apa yang menjadi sebab orang mengadakan perjanjian,
yang diperhatikan atau diawasi oleh Undang-undang ialah “isi perjanjian itu”, yang
menggambarkan tujuan yang hendak dicapai oleh pihak-pihak, apakah dilarang oleh Undang-
undang atau tidak, dan apakah bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan atau
tidak ( Pasal 1337 KUHPerdata).

3. Asas – Asas Perjanjian


Hukum perjanjian mengenal beberapa asas penting yang merupakan dasar kehendak pihak-
pihak dalam mencapai tujuan. Beberapa asas tersebut antara lain :
a. Asas kebebasan berkontrak
Setiap orang bebas mengadakan perjanjian apa saja, baik yang sudah diatur atau belum diatur
dalam Undang-undang. Tetapi kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu :
1) Tidak dilarang oleh Undang-undang.
2) Tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
3) Tidak bertentangan dengan kesusilaan.
b. Asas pelengkap
Asas ini mengandung arti bahwa ketentuan Undang-undang boleh tidak diikuti apabila pihak-
pihak menghendaki dan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari
ketentuan Undang-undang. Tetapi apabila dalam perjanjian yang mereka buat tidak
ditentukan lain, maka berlakulah ketentuan Undang-undang. Asas ini hanya mengenai hak
dan kewajiban saja.
c. Asas konsensual
Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian itu terjadi sejak saat tercapainya kata sepakat
(konsessus) antara pihak-pihak mengenai pokok perjanjian. Sejak saat itu perjanjian mengikat
dan mempunyai akibat hukum.
d. Asas obligator
Asas ini mengandung arti bahwa perjanjian yang dibuat oleh pihak-pihak itu baru dalam taraf
menimbulkan hak dan kewajiban saja, belum memindahkan hak milik. Hak milik baru
berpindah apabila dilakukan dengan perjanjian yang bersifat kebendaan yaitu melalui
penyerahan (livering).
e. Asas pacta sun servanda (asas kekuatan mengikat)
Asas kekuatan mengikat adalah suatu asas yang menentukan bahwa suatu perjanjian yang
dibuat secara sah akan mengikat parapihak dalam perjanjian yang bersangkutan sebagaimana
mengikatnya Undang-undang.
Dalam Pasal 1338 ayat 1 dan 2 KUHPerdata, memberikan rumusan mengenai asas kekuatan
mengikat, yang berbunyi sebagai berikut :
“Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi yang
membuatnya”.
“Persetujuan-persetuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah
pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh Undang-undang dinyatakan cukup untuk itu”.

4. Berakhirnya perjanjian
Mengenai hapusnya perjanjian, dapat kita temukan dalam Pasal 1381 KUHPerdata, antara
lain sebagai berikut :
a) Karena pembayaran ;
b) Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan ;
c) Karena pembaharuan utang ;
d) Karena perjumpaan utang atau konpensasi ;
e) Karena percampuran tangan ;
f) Karena pembebasan utang ;
g) Karena musnahnya barang yang terutang ;
h) Karena kebatalan atau pembatalan ;
i) Karena berlakunya syarat-batal, yang diatur dalam Bab I buku ini ;
j) Karena lewatnya waktu, hal mana akan diatur suatu bab tersendiri.

B. Tinjauan Umum Tentang Jaminan


1. Pengertian Jaminan
Mengenai pengertian jaminan, dapat dilihat pada Pasal 1131, yang berbunyi :
“Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala
perikatannya perorangan”.

2. Macam-Macam Jaminan
Menurut Prof. R. Subekti, SH, ada dua macam jaminan, (Subekti,1989 :15) yaitu :
a) Jaminan perorangan
Jaminan perorangan adalah selalu suatu perjanjian antara seseorang berpiutang(kreditur)
dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhi kewajiban-kewajiban siberutang (debitur). Ia
dapat diadakan diluar (tanpa) pengetahuan siberutang tersebut.
Yang termasuk jaminan perorangan adalah :
1) Penanggung (borg) adalah orang lain yang dapat dapat ditagih.
2) Tanggung menanggung, yang serupa dengan tanggung renteng.
3) Perjanjiamn garansi.
b) Jaminan kebendaan
Jaminan kebendaan dapat diadakan antara kreditur dengan debiturnya, tetapi juga dapat
diadakan antara kreditur dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-
kewajiban siberutang (debitur).
Yang termasuk jaminan kebendaan adalah:
1) Gadai (pand)
a. Pengertian
Mengenai pengertian gadai, dapat dilihat dalam Pasal 1150 KUHPerdata yang berbunyi :
“Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan
kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan
dari pada orang-orang berpiutang lainnya ; dengan kekecualian biaya untuk melelang barang
tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu
digadaikan, biay-biaya mana harus didahulukan”.
b. Sifat Gadai
Gadai adalah untuk benda bergerak . benda yang menjadi obyek gadai adalah benda bergerak
baik berwujud maupun tidak berwujud.
Bersifat Kebendaan. Tujuan sifat kebendaan adalah untuk memberikan jaminan bagi
pemegang gadai bahwa dikemudian hari piutangnya pasti dibayar dari nilai barang jaminan.
Benda gadai dikuasai pemegang gadai ( inbezitstelling). Benda gadai harus diserahkan oleh
pemberi gadai pada Pemegang gadai.
Hak menjual sendiri benda gadai. Pemegang gadai berhak menjual sendiri benda gadai dalam
hal si berutang wanprestasi. Dari hasil penjualan ini pemegang gadai berhak untuk
mengambil pelunasan piutangnya beserta bunga dan biaya dari penjualan itu.
c. Subyek Gadai
Pemberi Gadai adalah pihak yang menggadaikan yaitu debitur. Debitur bisa terdiri dari orang
perorangan dan badan hukum.
Penerima Gadai atau Pemegang Gadai adalah pihak yang menerima atau memegang gadai
yaitu kreditur.
2) Hak Tanggungan
Didalam Pasal 1 ayat 1 UU No.4 Tahun 1996, yang dimaksud Hak Tanggungan adalah “Hak
jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagai mana yang dimaksud dalam UU No.5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut benda-
benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lainnya
Dari pengertian hak tanggungan tersebut, maka dapat dilihat ciri-ciri hak tanggungan antara
lain sebagai berikut :
Memberikan kedudukan yang diutamakan atau mendahului kepada pemegangnya.
Droit de suite yaitu selalu mengikutio obyek yang dijaminkan dalam tangan siapapun benda
itu berada
Memenuhi asas spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan
memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Mudah dan pasti melakukan eksekusi
Tidak dapat dibagi-bagi artinya bahwa hak tanggungan memebebani dan setiap bagiannya.
Bersifat Accesoir (tambahan).
3) Jaminan Fidusia
Dalam pasal 1 ayat 1 UU No.42 Tahun 1999, merumuskan bahwa fidusia adalah”pengalihan
hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang
hak kepemilikannya diadakan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu”.
3. Jaminan Yang Baik (ideal)
Adapun jaminan yang baik (Subekti, 1989 : 19) adalah:
a) Yang dapat secara mudah membantu memperoleh kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya.
b) Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan
(meneruskan) usahanya.
c) Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang jaminan
setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah diuangkan untuk
melunasi utangnya si penerima (pengambil) kredit.

C. Tinjauan Umum Tentang Fidusia


1. Pengertian Fidusia
Dalam pasal 1 ayat 1 UU No.42 Tahun 1999, merumuskan bahwa fidusia adalah”pengalihan
hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang
hak kepemilikannya diadakan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu”.
Menurut Oey Hoey Tiong.SH, fidusia merupakan suatu bentuk jaminan atas benda-benda
bergerak disamping gadai yang dikembangkan oleh yurisprudensi.(Oey Hoey, 1984: 21)
2. Sifat Jaminan Fidusia
a) Bersifat Accesoir
Yaitu berupa perjanjian tambahan atau ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan
kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi
b) Droit de Preferenca atau Hak mendahului
Hak mendahului adalah hak penerima fidusia untuk mengambil pelunasan piutangnya atas
hasil eksekusi benda yang menjadi obyek Jaminan fidusia. Hak yang didahulukan dari
penerima fidusia ini tidak hapus karena adanya kepailitan dan atau likuidasi pemberi fidusia.
Apabila benda yang sama menjadi obyek jaminan fidusia, maka hak yang didahulukan
tersebut diberikan kepada hak yang lebih dahulu pendaftarannya pada kantor pendaftaran
fidusia.
c) Droit de suite
Jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam tangan
siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan atas benda persediaan yang menjadi
obyek jaminan fidusia. Pemberi jaminan fidusia yang telah mengalihkan obyek jaminan atas
benda persediaan, wajib mengganti obyek yang setara.
d) Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya
3. Objek dan Subjek Jaminan Fidusia
Sebelum berlakunya UU No. 42 Tahun 1999 yang menjadi objek jaminan fidusia adalah
benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan, benda dagangan, piutang, peralatan
mesin dan kendaraan bermotor,. Akan tetapi setelah berlakunya UU No.42 Tahun 1999, maka
objek jaminan fidusia diperluas dan dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Benda bergerak, baik berwujud maupun tidak berwujud
b. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani Hak Tanggungan.
Sedangkan yang menjadi subjek dari jaminan fidusia adalah pemberi dan penerima fidusia.
Pemberi fidusia adalah orang-perorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek
jaminan fidusia, sedangkan penerima fidusia adalah orang perorangan atau korporasi yang
mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan jaminan fidusia.
4. Pendaftaran Jaminan Fidusia
Pendaftaran jaminan fidusia diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 18 UU No.42 Tahun
1999 tentang fidusia. Benda yang dibebani jaminan fidusia wajib didaftarkan. Pendaftaran
dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Untuk pertama kalinya Kantor Pendaftaran
Fidusia didirikan di Jakarta dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah RI. Kantor
Pendaftaran Fidusia berada dalam lingkup tugas Departemen Hukum dan Perundang-
undangan. Adapun prosedur dalam pendaftaran jaminan fidusia, antara lain sebagai berikut :
a) Penerima fidusia, kuasa atau wakilnya mengajukan permohonan pendaftaran fidusia pada
Kantor Pendaftaran Fidusia, dengan melampirkan pernyataan pendaftaran fidusia.
b) Kantor Pendaftaran Fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia pada
tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran.
c) Membayar biaya pendaftaran fidusia.
d) Kantor Pendaftaran Fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada penerima fidusia
sertifikat jaminan fidusia pada tangal yang sama dengan penerimaan permohonan
pendaftaran.
e) Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia
dalam Buku Daftar Fidusia.
5. Hapusnya Jaminan Fidusia
Yang dimaksud dengan hapusnya jaminan fidusia adalah tidak berlakunya lagi jaminan
fidusia. Ada tiga sebab hapusnya perjanjian fidusia, yaitu:
a) Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia antara lain karena pelunasan dan bukti bukti
hapusnya utang berupa keterangan yang dibuat kreditur.
b) Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia.
c) Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia ( Pasal 25 UU No.42 Tahun 1999).
6. Eksekusi Jaminan Fidusia
Eksekusi jaminan diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 34 UU No.42 Tahun1999
tentang Jaminan Fidusia yang memberi rumusan bahwa eksekusi jaminan fidusia adalah
penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia, karena debitur tidak
memenuhi prestasinya.
Ada tiga cara eksekusi benda jaminan fidusia, antara lain sebagai berikut :
a) Pelaksanaan titel eksekutorial oleh penerima fidusia. Yang dimaksud dengan titel
eksekutorial adalah kekuatan eksekusi yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
b) Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia
sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.
c) Penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima
fidusia, jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tinggi yang menguntungkan para
pihak.

D. Tinjauan Umum Tentang Kredit


1. Pengertian Kredit
Kredit berasal dari bahasa Romawi “Credere” yang berarti percaya .
(Badrulzaman, 1991 : 23 ).
Menurut Drs. Muhammad Djumhana memberikan pengertian kredit adalah “ Penundaan
pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang, maupun
jasa”.(Djumhana, 1996 : 229).
Sedangkan menurut Pasal 1 Butir 11 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan
bahwa kredit adalah
“penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

2. Syarat-syarat Kredit
Syarat-syarat kredit mengacu pada asas 5C, yaitu:
a. Carakter ( kepribadian, watak)
Kepribadian , moral dan kejujuran dari calon nasabah perlu diperhatikan sehubungan untuk
mengetahui apakah ia dapat memenuhi kewajibannya dengan baik, yang timbul dari
persetujuan kredit yang akan diadakan.
b. Capacity (kemampuan, kesanggupan)
Kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan mengendalikan usahanya serta
kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan.
c. Capital (modal, kekayaan)
Modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia/telah ada sebelum mendapatkan fasilitas
kredit. Keadaan struktur dan sifat permodalan tersebut akan menentukan seberapa besar
fasilitas kredit bank yang akan menentukan seberapa besar fasilitas kredit bank yang akan
diberikan sebagai tambahan modal.
d. Collateral (agunan, jaminan)
Agunan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan kredit karena sebagai jaminan kredit.
Dengan adanya jaminan, bank mendapat kepastian bahwa kredit yang diberikan dapat
diberikan dapat diterima kembali pada suatu saat yang telah ditentukan.
e. Conditional of Economic (kondisi ekonomi)
Seorang kreditur dalam memberikan kredit harus memandang prospek usaha debitur karena
mempengaruhi dalam pengembalian kredit.
3. Macam-macam Kredit
Ada lima macam penggolongan dari kredit, yaitu :
a. Kredit dilihat dari tujuannya:
1) Kredit Konsumtif
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang kebutuhan lainnya yang
bersifat konsumtif.
2) Kredit Produktif
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar proses produksi.
b. Kredit dilihat dari jangka waktunya:
1) Kredit Jangka Pendek
Kredit yang berjangka waktu maksimal satu tahun dan kredit ini termasuk untuk tanaman
musiman yang jangka waktu lebih dari satu tahun.
2) Kredit Jangka Menengah
Kredit yang berjangka waktu antara satu sampai tiga tahun kecuali kredit tanaman musiman.
3) Kredit Jangka Panjang
Kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
c. Kredit dilihat dari jaminannya:
1) Kredit Tanpa Jaminan
Kredit ini jarang digunakan karena mengandung resiko yang besar bagi bank.
2) Kredit Dengan Jaminan
Kredit ini diberikan kepada nasabah yang sanggup menyediakan benda yang dapat dijadikan
jaminan.
d. Kredit dilihat dari cara pemakaiannya
1) Kredit dengan uang muka (persekot)
Pada kredit dengan uang muka ini, penarikan kredit dilakukan sekaligus, dalam arti kata
maksimum kredit pada waktu penarikan pertama, sepenuhnya dipergunakan oleh nasabah
untuk usahanya.
2) Kredit rekening Koran
Dalam sistem ini debitur menerima seluruh kreditnya dalam bentuk rekening koran dan
kepadanya diberikan blanko cek.
e. Kredit dilihat dari penggunaannya
1) Kredit Eksploitasi
Kredit jangka pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk pembiayaan
kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat berjalan lancar.
2) Kredit Investasi
Kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan bank kepada perusahaan untuk
melakukan investasi penanaman modal.
3) Kredit Perdagangan
Kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-brang untuk dijual kembali.
4. Hapusnya Perjanjian Kredit
Dalam prakteknya, perjanjian kredit bank hapus karena (Tje’Aman, 1989 :36):
a) Ditentukan oleh para pihak didalam perjanjian.
b) Adanya pembatalan oleh salah satu pihak terhadap perjanjiannya.
c) Adanya pernyataan penghentian perjanjian secara sepihak.

E. Tinjauan Umum Tentang Koperasi


1. Pengertian Koperasi
Menurut Drs. Muhammad Djumhana, SH memberikan pengertian bahwa koperasi adalah “
Bagian integral dari perekonomian baik sebagai badan usaha maupun sebagai gerakan
ekonomi rakyat.”(Djumhana,1994 : 227).
Menurut Revrisor Baswir, yang dimaksud dengan koperasi adalah “Suatu bentuk perusahaan
yang didirikan oleh orang-orang tertentu untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu
berdasarkan aturan-aturan dan tujuan tertentu pula”.(Baswir, 1997 : 3).
Sedangkan menurut Pasal 1 UU No.25 Tahun 1992, memberikan rumusan bahwa
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum
Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”.
2. Prinsip Koperasi
Koperasi dalam menjalankan fungsi dan peranannya melaksanakan prinsip-prinsipnya,
seperti yang tercantum dalam pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yaitu :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
Sifat sukarela dalam keanggotaan koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota
koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun, selain itu seorang anggota dapat
mengundurkan diri dari Koperasinya sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Anggaran
Dasar Koperasi. Sedangkan sifat terbuka mengandung arti bahwa dalam keanggotaan tidak
dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
Prinsip demokrasi menunjukkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan
keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan
tertinggi dalam koperasi.
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota.
Pembagian sisa hasil usaha kepada anggota dilakukan tidak semata-mata berdasarkan modal
yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan perimbagan jasa usaha
anggota terhadap koperasi. Ketentuan yang demikian ini merupakan wujud dari nilai
kekeluargaan dan keadilan.
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota, dan bukan
untuk sekedar mencari keuntungan. Oleh karena itu, balas jasa terhadap modal yang
diberikan kepada para anggota juga terbatas dan tidak didasarkan semata-mata atas besarnya
modal yang diberikan.

e. Kemandirian.
Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada pihak lain
yang dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan dan usaha
sendiri.
4. Bentuk Koperasi
Menurut Revrisond Baswir (Baswir,1997 : 97), bentuk-bentuk koperasi digolongkan kedalam
kelompok-kelompok tertentu berdasarkan criteria dan karakteristik-karakteristik yang tertentu
pula, penggolongan-penggolongan tersebut antara lain :
a. Berdasarkan Bidang Usaha
1) Koperasi Konsumsi
Koperasi Konsumsi adalah koperasi yang berusahabidang penyediaan barang-barang
konsumsi yang dibutuhkan para anggotanya
2) Koperasi Produksi
Koperasi Produksi adalah Koperasi yang kegiatan utamanya melakukan pemrosesan bahan
baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
3) Koperasi Pemasaran
Koperasi Pemasaran adalah Koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para
anggotanya dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkannya.
4) Koperasi Kredit
Koperasi Kredit atau Koperasi Simpan pinjam adalah Koperasi yang bergerak dalam bidang
pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian dipinjamkan kembali kepada
anggota-anggotanya yang memerlukan bantuan modal.
b. Berdasarkan Jenis Komoditi
1) Koperasi Ekstratif
Koperasi Ekstratif adalah Koperasi yang melakukan usaha dengan menggali atau
memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa atau dengan sedikit mengubah
bentuk dan sifat sumber-sumber alam tersebut.
2) Koperasi Pertanian dan Peternakan
Koperasi Pertanian adalah Koperasi yang melakukan usaha sehubungan dengan komoditi
pertanian tertentu. Sedangkan Koperasi Peternakan adalahKoperasi yang usahanya
berhubungan dengan komoditi peternakan tertentu.
3) Koperasi Industri dan Kerajinan
Koperasi Industri dan Kerajinan adalah jenis koperasi yang melakukan usahanya dalam
bidang usaha industri atau kerajinan tertentu.
4) Koperasi Jasa-Jasa
Koperasi Jasa-jasa adalah Koperasi yang mengkhususkan usahanya dalam memproduksi dan
memasarkan kegiatan jasa tertentu.
c. Berdasarkan Profesi Anggota
1) Koperasi Karyawan (Kopkar)
2) Koperasi Pegawai (KP)
3) Koperasi Angkatan Darat (Kopad)
4) Koperasi Mahasiswa (Kopma)
5) Koperasi Pedagang Pasar (Koppas)
6) Koperasi Veteran Republik Indonesia (Koveri)
7) Koperasi Nelayan dan sebagainya
d. Berdasarkan Daerah Kerja
1) Koperasi Primer
Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh, dan beranggotakan orang-seorang.
2) Koperasi Sekunder
Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi.
3) Koperasi Pusat
Koperasi Pusat adalah Koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi primer, yang
biasanyaq didirikan sebagai pemusatan dari beberapa koperasi primer dalam lingkup suatu
wilayah tertentu.
4) Koperasi Gabungan
Koperasi Gabungan adalah Koperasi yang beranggotakan koperasi-koperasi pusat
5) Koperasi Induk
Koperasi induk adalah Koperasi yang beranggotakan koperasi pusat atau koperasi gabungan,
yang berkedudukan di ibu kota negara.
5. Fungsi Koperasi
Koperasi dalam menjalankan usahana sebagai gerakan ekonomi rakyat mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
a) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
b) Berperan secara aktif dalam upaya mempertinngi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
c) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian
nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
d) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

BAB III
METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakan untuk mengumpulkan data dari
objek yang menjadi sasaran penelitian. Adapun metode penelitian dalam rangka penulisan
skripsi ini diuraikan sebagai berikut:
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Syariah “Alfa Dinar”Surakarta yang beralamat di Jl.
Slamet Riyadi No.572 Surakarta

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian yuridis sosiologis yaitu
pendekatan secara kenyataan dalam praktek. Metode ini mengaitkan hukum kepada usaha
untuk mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan kongkrit dalam masyarakat. Oleh karena
itu, metode ini memusatkan perhatiannya pada pengamatan mengenai efektifitas dari hukum.

C. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang merupakan prosedur pemecahan masalah yang
diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian
pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak.

D. Bahan/Materi Penelitian
Adapun bahan dalam penelitian ini adalah
1. Bahan Hukum Primer
b) KUHPerdata.
c) UU No. 42 Tahun 1999 tentang Fidusia.
d) UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
e) UU No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.
2. Bahan Hukum Sekunder
Meliputi buku-buku atau literatur ilmiah yang berkaitan dengan materi yang dibahas yaitu
tentang Perjanjian, Hukum Jaminan terutama Fidusia dan karangan sarjana terkemuka dalam
bentuk buku teks ilmiah maupun artikel-artikel.
3. Bahan Hukum Tersier
Meliputi bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder yang diperoleh dari Kamus Hukum, Kamus Bahasa
Indonesia.

E. Sumber Data
1. Data primer
Merupakan data pokok berupa data-data yang diperoleh dari lokasi penelitian. Dalam hai ini
adalah data yang diperoleh dari Koperasi Syariah “Alfa Dinar”Surakarta.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang terlebih dahulu dikumpulkan atau dilaporkan oleh orang diluar
penulisan sebagai keterangan pendukung dan penunjang kelengkapan data primer, meliputi
perundang-undangan, dokumen-dokumen, tulisan-tulisan dalam buku yang membahas
masalah hukum.

F. Cara Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini akan diupayakan dengan cara sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan
Metode ini merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dari
literatur dan peraturan perundang-undangan, buku-buku yang berkaitan baik secara langsung
dan tidak langsung dengan objek yang diteliti. Cara ini dimaksudkan untuk mencari konsep-
konsep, teori-teori, pendapat ataupun penemuan yang berhubungan erat dengan pokok
permasalahan.

2. Penelitian Lapangan
a. Wawancara (Interview)
Yaitu metode pengumpulan data dengan jalan mengadakan tanya jawab secara langsung pada
pihak yang bersangkutan. Tipe wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan agar hasil
wawancara sesuai dengan yang diteliti dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan.
b. Pengamatan (Observasi)
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara meneliti dan mengamati secara langsung objek
yang diteliti.

G. Metode Analisis
Setelah data terkumpul, maka metode analisis data. Metode analisis data yang dipakai adalah
analisis kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik secara
lisan maupun tertulis dan perilakunya yang nyata diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang
utuh.(Soekanto,1986:250)

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Gambaran Umum Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “Alfa Dinar” Surakarta.
1. Identitas Kelembagaan
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) “Alfa Dinar” Surakarta yang beralamat di Jalan Slamet
Riyadi No.572 Jajar, Surakarta merupakan salah satu kantor cabang dari Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) Syariah BMT “Alfa Dinar” Karanganyar yang beralamat di Jalan Lawu No.95
Karanganyar dengan ijin usaha No.444/BH/285.1/VII/2003, tanggal 22 juli 2003 Akta
Perubahan No. 01/BH/PAD/KOK.II/I/2004, tertanggal 19 januari 2004 .
NPWP : 02.305.006.5-526.000
SIUP : 503/646/11.34/SIUP-PK/IX/2008.
TDP :113426500310
Selain itu, kantor pusat operasional yang berada di Karanganyar tersebut juga memiliki
beberapa anak cabang lagi, antara lain sebagai berikut :
a. Kantor Cabang Alfa Dinar yang beralamat di Jalan Perintis Kemerdekaan No.58 Laweyan,
Solo.
b. Kantor Cabang Alfa Dinar yang beralamat di Jalan Raya Solo-Purwodadi km.12 Gondang
Rejo.
c. Kantor Cabang Alfa Dinar yang beralamat di Suroboyo, Munggut, Mojogedang.
d. Kantor Cabang Alfa Dinar yang beralamat di Jalan Raya Solo-Tawangmangu km.30
Karangpandan
e. Kantor Cabang Alfa Dinar yang beralamat di Depan PTP IX Kerjo Arum, Kerjo.
f. Kantor Cabang Dinar Mulia yang beralamat di Jalan Raya Solo-Tawangmangu km.11
Papahan Tasikmadu.
g. Kantor Cabang Dinar AL-Musanni yang beralamat di Jalan Raya Gemolong-Sragen km.1
Gemolong Sragen.
h. Kantor Cabang Dinar Nur Ummah yang beralamat di Jalan Samratulangi No.58 Manahan
Banjarsari.
Adapun beberapa sistem penunjang dalam Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Alfa Dinar antara
lain sebagai berikut :
1). Performa semua Kantor Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Alfa Dinar (8 Kantor ) sudah
terstandar dan representative (memadai).
2) Telah menerapkan teknologi komputerisasi di semua kantor untuk seluruh transaksi dan
layanannya.
3) Telah memiliki Job Description (Gambaran Kerja) dan Job Decission (Keputusan Kerja).
4) Telah memiliki SOP (Standard Operational Procedure).
5) Sistem pembinaan Sumber Daya Manusia yang terintegrasi.
6) Kwalitas Sumber Daya Manusia yang amanah dan professional.
2. Struktur Kelembagaan
Dalam suatu badan usaha diperlukan organ-organ usaha untuk menjalankan kegiatan
usahanya. Adapun stuktur organisasi Koperasi Simpan Pinjam (KPS) Syariah Alfa Dinar
meliputi : Rapat Anggota Tahunan, Dewan Pengurus, Dewan Pengawas Syariah, Direktur
Utama yang membawahi Direktur, Direktur membawahi Manager Area, Manager Area
membawahi Kepala Kantor, Kepala Kantor membawahi marketing Finance, acconting, teller,
marketing funding.dari organ-organ tersebut, dapat digambarkan seperti dibawah ini :

Keterangan :
1) Dewan Pengurus
Ketua : Drs. Joelarso
Sekretaris : Bambang Haryanto, SE
Bendahara : Murdadi, S.Ag
2) Pengawas Syariah
Ketua/Anggota : Ustadz. H. Mustaqim LC
Anggota : Ustadz Kasori Mujahid
3) Pengelola
Pengelola Kantor Pusat :
a) Direktur Utama : Drs. Joelarso
b) Manager Area :
Area I : Bawa Setyanta, SP ( Area Solo dan Simo Boyolali)
Area II : Ali Mahfut, S. Sas (Area Gondangrejo dan Area
Gemolong Sragen)
Area III : Sri Yono, SH.(Area mojogedang dan Area Kerjo)
Area IV : Nanang Hari Nugroho, SE.Akt.(Area Karanganyar,
Area Karangpandan dan Area Tasikmadu )
4) Kepala Kantor
Solo I : Supri Hartono
Solo II : Slamet Riyadi, SE
Gondangrejo : Safari Muh. Abdul Ghafur, A.Md
Simo : Mustaqim, SE
Karanganyar : N. Hari Nugroho, SE.Akt
Tasikmadu : Daru Kartiko
Karangpandan : Sriyono
Mojogedang : Dwi Setyo Nugroho, SH.
Kerjo : Sunarno
Sedangkan stuktur organisasi dari kelembagaan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah Alfa
Dinar Surakarta terdiri dari :
a. Kepala Kantor
b. Marketing Finance
c. Accounting
d. Teller
e. Marketing Funding
Adapun tugas dari masing-masing organ Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah Alfa Dinar
Surakarta adalah sebagai berikut :
a. Tugas Kepala Kantor
1) Sebagai panutan, berprakarsa, bersikap tanggung jawab, adil dan tegas.
2) Melaksanakan rencana baik harian, mingguan, bulanan, maupun tahunan.
3) Melaksanakan fungsi enterpreneurship ditingkat cabang.
4) Menandatangani dan mendisposisi surat menyurat perjanjian atau kontrak ataupun akad
memvalidasi pewenangan (otorisasi) laporan keuangan.
5) Menjalin hubungan dengan masyarakat nasabah koperasi.
6) Memberikan arahan, saran, motivasi, nasehat, penilaian dan pengawasan kepada staf
bawahannya.
b. Tugas Marketing Finance
1) Melaksanakan kegiatan survey bagi calon nasabah debitur yang mengajukan pembiayaan
atas tugas atau rekomendasi dari kepala kantor.
2) Melaksanakan kegiatan penarikan angsuran ataupun pengembalian pembiayaan yang
diberikan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah Alfa Dinar.
c. Tugas Accounting
1) Melaksanakan kegiatan teknis administrasi korespondensi, inventaris personalia dan
kearsipan kantor cabang.
2) Melakukan ferivikasi dan validasi data-data dan bukti-bukti transaksi dengan kebenaran
faktual.
3) Melakukan pembukuan akuntatif dan membuat laporan keuangan serta laporan lainnya
yang diperlukan oleh lembaga.
4) Melayani atau memberikan data laporan kepada petugas dari kantor pusat baik dalam
rangka pelaporan rutin, pengawasan rutin, maupun keperluan audit dan investigasi.
5) Bersama kepala kantor cabang senantiasa melakukan koordinasi untuk mengendalikan dan
menjaga kesehatan rasio-rasio keuangan.
d. Tugas Teller
1) Melayani dan memberikan informasi tentang produk-produk Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Syariah Alfa Dinar kepada customer.
2) Melayani transaksi funding maupun financing
3) Meneliti secara cermat alat dan bukti transaksi tentang kelengkapannya, keabsahannya,
kebenarannya, dan legalitasnya.
4) Membuat laporan funding, financing, kas, dan lainnya serta rekapannya kepada bagian
accounting.
5) Mengajukan otorisasi dan aprovement pencairan kas dan peneriamaan kas yang diluar
kewenangannya kepada pejabat yang berwenang memiliki otoritas itu.
e. Tugas Marketing Funding
1) Melaksanakan kegiatan keagenan atau mewakili Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah
Alfa Dinar dilapangan dalam melayani nasabah yang membutuhkan transaksi dengan
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah Alfa Dinar seperti setoran atau penarikan simpanan
atau tabungan ataupun deposito sesuai dengan syarat, prosedur yang telah ditetapkan dan
berlaku serta sesuai dengan kewenangannya.
2) Melaksanakan kegiatan pemasaran atas produk-produk Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Syariah Alfa Dinar kepada masyarakat sesuai dengan target sasaran dan stegtement yang
telah ditentukan atau telah diprogramka.
3. Visi dan Misi dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “Alfa Dinar”Surakarta
a) Visi
Kami harus menjadi lembaga keuangan syariah yang sehat melalui layanan terbaik serta
terdepan dalam inovasi produk oleh sumber daya islam professional dan diridhoi Alaah SWT.
b) Misi
1) Kami harus mengedepankan akhlakul karimah.
2) Kami harus mengutamakan kejujuran dan kedisiplinan.
3) Kami harus menciptakan produk-produk berkualitas.
4) Kami harus menjalin kemitraan jangka panjang.
5) Kami harus meningkatkan produktivitas.
6) Kami harus meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
Selain visi dan misi, terdapat pula budaya perusahaan (corporate culture) dan nilai dasar
(corporate value) yaitu
Budaya perusahaan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “Alfa Dinar” adalah “Kami
senantiasa mengutamakan kerja ikhlas, kerja keras, kerja cerdas, serta kerja
tuntas”.sedangkan nilai dasarnya adalah
a). Tujuan utama kami adalah beribadah kepada Allah SWT.
b). Fungsi utama kami adalah menjadi khalifatullah
c) Tugas utama kami adalah dakwah amar ma’ruf nahi munkar.
d) Kewajiban kami adalah meningkatkan kesejahteraan hidup.
4. Jenis Kegiatan
Setiap badan usaha pasti memiliki kegiatan usahanya, adapun kegiatan usaha yang dilakukan
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “Alfa Dinar” Ada dua jenis, yaitu :
a. Kegiatan Simpanan
Kegiatan simpanan ini terdiri dari tiga, antara lain sebagai berikut :
1) Simpanan Dinar
Simpanan Dinar adalah jenis simpanan yang flexibel sehingga dapat diambil sesuai
kebutuhan dan nasabah yang akan memperoleh bagi hasil dari saldo rata-rata harian simpanan
tersebut tiap bulan.
2) Simpanan Isy Karima
Simpanan Isy Karima adalah suatu simpanan dimana jumlah nominal yang disetor setiap
bulan ditentukan besarnya dan hanya dapat diambil apabila sudah jatuh tempo pengambilan
sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati.
3) Simpanan Berjangka
Simpanan Berjangka adalah simpanan akan produktif dengan cara dibiayakan secara
professional. Laba dari pembiayaan ini dibagi antara nasabah dengan Koperasi dalam bentuk
bagi hasil yang kompetitif.
b. Kegiatan Pembiayaan (Kredit)
Kegiatan pembiayaan ini juga terdiri dari empat, antara lain sebagai berikut :
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara koperasi dengan anggota
dimana pihak pertama (shohibul mal) menyediakan seluruh modal sedangkan anggota
menjadi pengelola usaha. Hasil usaha ini dibagi sesuai dengan kesepakatan pada waktu akad
pembiayaan ditandatangani yang dituangkan dalam bentuk nisbah misalnya 50 : 50.
2) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah akad jual beli barang antara Koperasi dengan anggota pada
harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati.
3) Pembiayaan Ijaroh
Pembiayaan Ijaroh adalah akad pemindahan hak guna antara Koperasi dengan anggota atas
barang ataupun jasa melalui pembayaran upah sewa atau jasa.

4) Pembiayaan Qard
Pembiayaan Qard adalah akad peminjaman uang atas dasar kebajikan antara Koperasi dengan
kaum dhu’afa potensial untuk membantu permodalan usaha ataupun kebutuhan yang sangat
penting dan mendesak.
5. Permodalan
Permodalan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “Alfa Dinar” berasal dari beberapa hal,
antara lain :
a. Simpanan Pokok
Simpanan Pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya yang dibayarkan oleh anggota
kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil
kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anngota.
b. Simpanan Pokok Khusus
Simpanan Pokok Khusus adalah sejumlah uang yang dimiliki oleh para pendiri koperasi dan
selanjutnya dijadikan modal usaha dari koperasi tersebut.
c. Simpanan Wajib
Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang harus
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan
wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih menjadi anggota.
d. Cadangan Umum
Cadangan Umum adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha yang
dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi jika
diperlukan.
e. Cadangan Resiko
Cadangan Resiko adalah dana yang sifatnya sekunder ataupun dana tambahan yang
digunakan pada waktu koperasi benar-benar membutuhkan dana selain simpanan pokok dan
simpanan wajib.
f. Laba/ SHU Ditahan
Laba/SHU Ditahan adalah keuntungan usaha dari koperasi yang masih belum cair ataupun
masih dipegang oleh debitur maupun nasabah.
g. Laba/SHU Tahun Berjalan
Laba/SHU Tahun Berjalan adalah keuntungan usaha dari koperasi selama satu tahun
melakukan kegiatan usahanya.

Tabel Permodalan
No Modal Jumlah
1 Simpanan Pokok 125.190.000
2 Simpanan Wajib 24.885.000
3 Simpanan Pokok Khusus 1.450.000.000
4 Cadangan Umum 95.230.410
5 Cadangan Resiko 160.286.676
6 Laba/SHU Ditahan 0
7 Laba/SHU Tahun Berjalan 760.024.589

B. Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Fidusia di Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
“Alfa Dinar” Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, ditemukan beberapa perbedaan antara prosedur
pemberian kredit dengan praktek dilapangan. Dalam praktek dilapangan, pelaksanaan
pemberian kredit dengan jaminan fidusia di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA
DINAR” sangatlah sederhana, sedangkan dalam prosedurnya, pemberian kredit dengan
jaminan fidusia harus melewati proses yang panjang. Adapun tahapan-tahapan dalam
prakteknya antara lain :
1. Nasabah ataupun debitur datang sendiri ke koperasi, kemudian mengisi formulis
permohonan dengan dilampiri fotokopi identitas (KTP) yang selanjutnya diserahkan ke
manager.
2. Manager menganalisa permohonan dan mewawancarai calon nasabah kemudian
dilanjutkan dengan registrasi permohonan pembiayaan.
3. Tahap selanjutnya adalah manager menyetujui atau menolak pembiayaan. Apabila ditolak,
pihak koperasi memanggil nasabah dan menjelaskan alasan penolakan, sedangkan apabila
disetujui, manager menandatangani surat persetujuan pembiayaan dan diserahkan ke bagian
accounting.
4. Bagian Accounting membuatkan akad, kemudian meminta tanda tangan kepada debitur.
Selain itu, bagian accounting membuat kartu pembiayaan, buku angsuran dan kwitansi tanda
terima yang selanjutnya diserahkan ke bagian teller.
5. Bagian teller melakukan pemeriksaan keabsahan dokumen dan melakukan pembayaran
kepada nasabah, kemudian menyerahkan buku angsuran.
Berdasarkan uraian tersebut, maka pelaksanaan pemberian kredit dalam prakteknya dapat
digambarkan seperti bagan pada lampiran.

Sedangkan menurut prosedur, pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan fidusia


seharusnya melalui beberapa tahapan. Tahapan-tahapan itu antara lain sebagai berikut :
1. Tahap Permohonan
Pemohon yang akan mengajukan permohonan pembiayaan harus datang sendiri ke Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Syariah“ALFA DINAR” untuk mengisi formulir surat permohonan
pembiayaan yang telah disediakan. Pada saat pemohon datang, pemohon diberikan penjelasan
(sosialisasi) tentang Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR” sehingga
meluruskan pemahaman-pemahaman yang mungkin masih salah pengertian mengenai
jalannya KSP atau BMT banyak masyarakat yang belum tahu. Formulir diserahkan kembali
setelah diisi dan ditandatangani serta dilengkapi dengan persyaratan-persyaratan yang telah
ditetapkan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR”. Data-data yang
harus dilampirkan pemohon antara lain :
a. Calon nasabah adalah perorangan
1) Surat permohonan pembiayaan.
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon nasabah dan istri sebanyak 2 buah
3) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan surat nikah.
4) Proposal pengajuan pembiayaan.
5) Surat persetujuan suami-istri diatas materai.
6) Data penghasilan nasabah.
7) Data jaminan dan objek pembiayaan.
b. Calon nasabah adalah badan hukum
1) Surat permohonan pembiayaan.
2) Proposal pengajuan pembiayaan.
3) Akta pendirian usaha berikut perubahannya yang sesuai dengan ketentuan pemerintah dan
company profile.
4) Fotokopi Surat Ijin Usaha perdagangan (SIUP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
5) Laporan keuangan minimal 2 tahun terakhir.
6) Data objek pembiayaan.
7) Data jaminan. Legalitas usaha nasabah.
Berdasarkan prektek dilapangan, data-data yang dilampirkan dalam permohonan pembiayaan
hanyalah fotokopi KTP, penghasilan nasabah ataupun debitur dan barang yang dijadikan
jaminan, sedangkan data-data yana lainnya tidak dilampirkan. Selain itu, jarang sekali badan
hukum yang mengambil kredit dengan jaminan fidusia (BPKB mobil), kebanyakan adalah
perseorangan. Adapun isi dari permohonan kredit adalah identitas nasabah, kegunaan dari
kredit tersebut, jumlah pembiayaan, cara pembayaran, jangka waktu, besarnya , agunan
ataupun jaminan yang dipakai.
2. Tahap Penilaian dan Ferifikasi
Setelah data-data dan persyaratan-persyaratan tersebut telah dilengkapi dan sudah diserahkan
kembali kepada KSP, maka pemohon menunggu konfirmasi dari Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Syariah “ALFA DINAR” untuk melaksanakan penilaian serta ferifikasi ke lapangan
dan rapat pengurus. Kegiatan penilaian dan ferifikasi ini untuk menyesuaikan data-data yang
telah diajukan oleh pemohon dalam formulir permohonan pembiayaan dengan kondisi usaha
yang sebenarnya maupun untuk memperoleh data-data lain yang relevan, yang diperlukan
untuk mendukung data-data awal. Menurut hasil penelitian dilapangan, dalam pelaksanaan
penilaian terhadap barang jaminan ditaksir berapa harga jualnya, kemudian pihak Koperasi
melihat seberapa besar jumlah pembiayaan yang diajukan oleh debitur. Proses penaksiran ini
tidak mengacu pada harga pasaran dari mobil yang dijadikan jaminan, biasanya penaksiran
dari Koperasi itu tergantung dari kondisi mobil dan tahun pembuatan dari mobil itu sendiri.
Semakin baru tahun pembuatannya dan semakin bagus kondisi mobil, maka semakin tinggi
pula taksiran harga dari mobil tersebut, begitu pula sebaliknya, semakin lama tahun
pembuatannya dan semakin tidak bagus kondisinya, semakin kecil taksiran harga mobil
tersebut. Dalam proses pemberian kredit, batas maksimalnya adalah 70% dari harga jual yang
telah ditaksirkan oleh Koperasi, hal ini dikarenakan apabila lebih dari pada itu, pihak kreditur
dalam hal ini Koperasi tidak mendapatkan untung, maka dalam pemberian kredit di Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR” membatasi besarnya kredit sesuai
permohonan asalkan tidak melebihi 70% dari harga jual yang ditaksirkan oleh Koperasi.
misalnya harga jual dari mobil yang telah ditaksirkan adalah Rp. 15.000.000,-, maka batas
maksimal pembiayaan yang diterima adalah 70% X Rp.15.000.000,- = Rp. 10.500.000,-
3. Tahap Analisis Pembiayaan
Berdasarkan surat permohonan pembiayaan yang telah diisi dan dilengkapi persyaratan
lainnya serta data hasil penilaian dan ferifikasi yang dilakukan oleh bagian pemasaran
pembiayaan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR”, maka bagian
pemasaran melakukan rapat untuk menganalisis apakah calon nasabah itu :
a) Pemilik usaha dan menguasai bidang usahanya dengan baik.
b) Nasabah mempunyai kemampuan return of investment atau mampu mengembalikan uang
dengan baik.
c) Pribadi pemilik usaha harus memenuhi prinsip dasar yang dikenal dengan istilah “5C”,
yaitu :
1. Carakter ( kepribadian, watak)
Kepribadian , moral dan kejujuran dari calon nasabah perlu diperhatikan sehubungan untuk
mengetahui apakah ia dapat memenuhi kewajibannya dengan baik, yang timbul dari
persetujuan kredit yang akan diadakan.
2. Capacity (kemampuan, kesanggupan)
Kemampuan calon nasabah dalam mengembangkan dan mengendalikan usahanya serta
kesanggupannya dalam menggunakan fasilitas kredit yang diberikan.
3. Capital (modal, kekayaan)
Modal usaha dari calon nasabah yang telah tersedia/telah ada sebelum mendapatkan fasilitas
kredit. Keadaan struktur dan sifat permodalan tersebut akan menentukan seberapa besar
fasilitas kredit bank yang akan menentukan seberapa besar fasilitas kredit bank yang akan
diberikan sebagai tambahan modal.
4. Collateral (agunan, jaminan)
Agunan merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan kredit karena sebagai jaminan kredit.
Dengan adanya jaminan, bank mendapat kepastian bahwa kredit yang diberikan dapat
diberikan dapat diterima kembali pada suatu saat yang telah ditentukan.
5. Conditional of Economic (kondisi ekonomi)
Seorang kreditur dalam memberikan kredit harus memandang prospek usaha debitur karena
mempengaruhi dalam pengembalian kredit.
Dari hasil analisis tersebut kalau memungkinkan dapat dilakukan pembiayaan, maka
dilakukan pembiayaan. Akan tetapi, sebelum dilakukan pembiayaan terlebih dahulu diadakan
rapat umum antara bagian keuangan, bagian accounting, bagian marketing. Untuk
memperhitungkan keuangan yang ada dengan penyaluran dana pada pemohon dan
penyaluran dana tersebut akan mempengaruhi kondisi perusahaan atau tidak. Akan tetapi
kalau permohonan dana melebihi dari batas kemampuan Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Syariah “ ALFA DINAR”, maka rapat tersebut mengundang manager untuk pemutusannya.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai jenis usaha, prospek
usaha, pembukuan (pencatatan), pemasaran produk. Kemudian data hasil penilaian dan
ferifikasi ini akan dibuat analisis perhitungan besarnya pinjaman, analisis proyeksi, laba rugi
dan alur kas untuk diajukan ke manager. Dalam hal analisis pembiayaan ini sudah sesuai
dengan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang berbunyi :
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Umum wajib
mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad baik dan kemampuan
serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan
pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”

Dalam Pasal 8 tersebut dijelaskan bahwasanya kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank
harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah dalam arti keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah Debitur untuk
melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan factor penting yang
harus diperhatikan oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan
kredit bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal,
agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur.
Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, prosedur analisis seperti ini tidak dijalankan. Dalam
prakteknya, yang menjadi dasar pertimbangan analisis hanyalah Collateral (jaminan) dan
Conditional of Economic (keadaan ekonomi) saja, karena dalam kedua hal ini dirasa sudah
cukup mewakili semua data yang dibutuhkan untuk menganalisa calon debitur.
4. Tahap Persetujuan Permohonan dan Realisasi Pembiayaan
Proses persetujuan adalah proses penentuan disetujui atau tidaknya sebuah pembiayaan
usaha. Proses persetujuan ini juga tergantung kepada pihak Koperasi Simpan Pinjam Syariah
“ALFA DINAR”yang biasanya disebut dengan Komite Pembiayaan.
Komite Pembiayaan merupakan tingkat paling akhir persetujuan sebuah proposal
pembiayaan. Oleh karena itu hasil akhir dari Komite Pembiayaan adalah penolakan atau
penundaan ataupun persetujuan pembiayaan. Apabila hasil dari Komite Pembiayaan diterima,
maka akan diberikan surat persetujuan. Sebaliknya jika hasilnya ditolak, maka akan diberikan
surat penolakan. Dalam persetujuan pembiayaan berisi bahwa pihak Koperasi menyetujui
permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah atau debitur dan biaya-biaya
seperti administrasi, materai, asuransi ditanggung oleh debitur. Selain itu debitur harus
memenuhi persyaratan lainnya yang telah ditentukan oleh pihak koperasi sebelum melakukan
akad. Setelah itu, persetujuan pembiayaan dari manager diserahkan kepada bagian
Accounting untuk selanjutnya menandatangani kolom persetujuan pada permohonan dan
membuat akad perjanjian serta membuatkan kartu pembiayaan, buku angsuran dan kwitansi
tanda terima.
5. Tahap Akad atau Perjanjian dan Penyerahan Barang Jaminan (BPKB Mobil)
Apabila hasil disetujui, maka nasabah datang ke Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah
“ALFA DINAR” untuk diberi surat persetujuan. Dalam tahap ini, calon nasabah membawa
barang jaminan yang akan digunakan sebagai jaminan pembiayaan. Setelah itu baru terjadi
akad atau perjanjian. Proses akad pembiayaan ini bisa dilakukan manager operasional atau
marketing finance. Adapun kegiatan dalam akad ini antara lain :
a) Melakukan akad pembiayaan kepada nasabah
b) Ijab qobul
Dalam ijab qobul ini, isi dari perjanjian kredit dengan jaminan fidusia dibacakan oleh
manager operasional atau bisa juga dibacakan oleh marketing finance. Dalam proses ijab
qobul ada dua saksi yaitu suami ataupun istri dari debitur bagi debitur yang sudah menikah
dan bagian administrasi dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR”.
Setelah pembacaan isi perjanjian selesai dibacakan, maka pihak pihak yang bersangkutan
yang ikut dalam akad tersebut menandatangani isi perjanjian diatas meterai Rp. 6.000,-. Akan
tetapi di dalam prakteknya pembacaan perjanjian ini tidak dilakukan, hanya dilakukan
penandatangan dari akad tersebut.
c) Doa dan penutup.
Setelah proses akad selesai, kemudian dilanjutkan penyerahan barang yang dijadikan jaminan
( BPKB Mobil), kemudian pihak debitur dan kreditur menandatangani surat tanda terima
agunan dan surat kuasa menjual. Isi dari surat kuasa ini adalah dimana pihak debitur
memberikan kuasa menjual kepada pihak Alfa Dinar yang diwakili oleh manager, untuk
menjual barangnya apabila debitur wanprestasi. Akan tetapi hal ini bertentangan ataupun
tidak sesuai dengan Pasal 5 dan dan Pasal 11 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia, dimana seharusnya jaminan fidusia dibuatkan akta Jaminan Fidusia
yang memuat identitas pihak pemberi dan penerima fidusia, data perjanjian pokok yang
dijamin fidusia, uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia, nilai penjaminan
dan nilai benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Selain itu, dalam praktek dilapangan
jaminan fidusia juga tidak didaftarkan dan pihak koperasi hanya membuat surat kuasa
menjual saja yang telah ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Berdasarkan praktek di lapangan, pada tahap akad ini debitur disuruh datang sendiri ke
koperasi, kemudian dibawa keruang akad dan diminta untuk menandatangani akad tersebut.
Sedangkan pembacaan akad tersebut terkadang tidak dilakukan.
6. Tahap Pencairan
Proses selanjutnya setelah akad adalah tahap pencairan fasilitas. Sebelum melakukan proses
pencairan, harus dilakukan pemeriksaan kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi.
Apabila semua persyaratan telah dilengkapi, maka proses pencairan dana dapat dilakukan.
Dalam praktek di lapangan, tahap pencairan ini dilakukan oleh bagian teller dimana teller
memberikan kwitansi tanda terima kepada nasabah ataupun debitur dan memeriksa
keabsahan dokumen serta melakukan pembayaran kepeda debitur, setelah itu, barulah debitur
diberi buku angsuran.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelaksanaan pemberian
kredit dalam praktek dengan prosedur koperasi sendiri maupun ketentuan perundang-
undangan sangat berbeda. Adapun perbedaan itu dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
No Tahapan Prosedur Praktek

1.

2.

3.

4.

5.
Permohonan

Penilaian dan Ferifikasi

Analisis pembi-ayaan

Persetujuan pembiayaan

Akad atau Per-janjian


Data yang dilampirkan:
Surat permohonan pembiayaan, fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) calon nasabah dan
istri sebanyak 2 buah, fotokopi Kartu Keluarga (KK) dan surat nikah, proposal pengajuan
pembia-yaan, surat persetujuan suami-istri diatas materai, data penghasilan nasabah.
Data jaminan dan objek pembiayaan.
Dilakukan oleh marketing finance.

Sebagai dasar pertimbangan analisis adalah 5 C (Caracter, Capacity, Collateral, Capital


dan Conditional of Economic.
Ditolak ataupun disetujui pembiayaan ini tergantung Komite Pembiayaan.
Isi perjanjian dibacakan semua.
Setelah akad dibuatkan akta notaris dan didaftarkan

Data yang dilampirkan :


Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).
Dilakukan oleh manager dan dibantu oleh marketing finance.
Sebagai dasar pertimba-
ngan adalah Collateral dan
Conditional of Economic saja.

Ditolak ataupun disetujui pembiayaan ini tergantung manager.


Isi perjanjian hanya dibacakan sebagian, bahkan terkadang tidak dibacakan.
Setelah akad, pihak koperasi meminta debitur untuk menandatangani surat kuasa menjual.

C. Kelemahan-Kelemahan dari Pemberian Kredit dengan Jaminan Fidusia di Koperasi


Simpan Pinjam (KSP) Syariah “Alfa Dinar” Surakarta.
Dalam perjanjian kredit dengan jaminan perjanjian fidusia di Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Syariah “ALFA DINAR” Surakarta dalam praktek dilapangan berbeda ataupun tidak sama
dengan apa yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan Fidusia
seperti tidak didaftarkannya jaminan fidusia di Kantor Pendaftaran Fidusia, sehingga dalam
pelaksanaannya terdapat kelemahan-kelemahan terhadap barang jaminan ataupun terhadap
kreditur.
Kelemahan-kelemahan yang ada pada perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Koperasi
Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR” adalah sebagai berikut:
1. Kelemahan terhadap jaminan
Dalam kelemahan terhadap jaminan ada dua kelemahan, yaitu :
a) Debitur terkadang menggunakan bukti kepemilikan barang orang lain, dimana pihak
kreditur tidak mengetahuinya, dengan kata lain debitur tidak menguasai barang yang
dijaminkan dan barang tersebut dikuasai oleh pemilik barang, dimana pemilik barang dapat
memindahkan barang yang dijadikan jaminan kepada orang lain tanpa sepengetahuan debitur
maupun kreditur, sehingga pada saat debitur wanprestasi, pihak kreditur akan kesulitan
menyita barang karena barang yang dijaminkan sudah berpindah tangan.
b) Kreditur sulit membuktikan apakah barang yang dijadikan jaminan masih dikuasai oleh
debitur. Walaupun barang yang dijadikan jaminan tersebut merupakan barangnya sendiri,
akan tetapi debitur bisa saja mengalihkan barangnya kepada orang lain tanpa sepengetahuan
kreditur dimana kreditur tidak mungkin mengawasi barang yang dijadikan jaminan sehingga
hal ini berakibat debitur mengalami kesulitan dalam penguasaan barang karena harus mancari
barang yang telah dijaminkan tersebut.
2. Kelemahan terhadap perlindungan kreditur
Dalam kelemahan terhadap kreditur ini diakibatkan oleh kesalahan kreditur sendiri dimana
seharusnya menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia, yang
menjelaskan bahwasanya jaminan fidusia harus didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia
yang mengeluarkan sertifikat jaminan fidusia. Dengan tidak adanya sertifikat jaminan fidusia
sehinnga membawa konsekuensi apabila debitur wanprestasi, pihak kreditur tidak
mempunyai kekuatan hukum yang kuat untuk mengeksekusi barang yang dijadikan jaminan,
walaupun pihak kreditur memegang ataupun mempunyai surat kuasa menjual yang disetujui
ataupun ditandatangani oleh pihak debitur dan kreditur.

D. Penyelesaian dari Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fidusia di Koperasi Simpan Pinjam
(KSP) Syariah “Alfa Dinar” Surakarta.
Dalam proses perjanjian kredit dengan jaminan fidusia di Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
Syariah “ALFA DINAR” Surakarta tidak selalu berjalan lancar sesuai yang diinginkan,
dalam prakteknya ada sekitar 2,5 % per-tahun terjadi kredit macet. Oleh karena itu, pihak
Koperasi melakukan beberapa cara untuk mengatasinya, adapun cara-cara tersebut adalah :
1. Dengan jalan perdamaian ataupun pendekatan terhadap debitur
Penyelesaian dengan jalan perdamaian ini dilakukan dengan musyawarah untuk mufakat
yaitu dengan cara mendatangi rumah debitur dan membicarakan pokok-pokok permasalahan
ataupun menanyakan mengapa debitur wanprestasi serta kesanggupan pihak debitur untuk
melunasi hutangnya. Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali.
2. Dengan jalan pemberian surat teguran ataupun surat peringatan.
Penyelesaian dengan jalan pemberian surat teguran ataupun surat peringatan dikarenakan
pihak debitur dengan jalan musyawarah tidak menemukan titik temu. Dalam pemberian surat
teguran ataupun surat peringatan, dilakukan pihak Koperasi sebanyak tiga kali.
3. Dengan jalan penyitaan barang dan menjual barang yang dijadikan jaminan untuk melunasi
hutang debitur.
Apabila penyelesaian dengan jalan perdamaian tidak membuahkan hasil, maka dengan
terpaksa pihak menyita barang dan menjual barang yang dijadikan jaminan, hal ini
dikarenakan pihak debitur tidak mengindahkan ataupun mengabaikan teguran dari pihak
kreditur. Karena pihak debitur tidak mau rugi, maka barang jaminan disita dari debitur
kemudian dijual dipelelangan untuk menutup hutang dan biaya-biaya administrasi maupun
denda-denda selama debitur wanprestasi.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pelaksanaan pemberian kredit
dengan jaminan fidusia, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan fidusia.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit, ada beberapa tahapan yang ditempuh, antara lain :
a. Tahap Permohonan dengan mengisi formulir permohonan kredit dan melengkapi ataupun
melampirkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Koperasi Simpan Pinjam (KSP)
“ALFA DINAR”.
b. Tahap penilaian dan ferifikasi yaitu setelah data-data dan persyaratan-persyaratan tersebut
telah dilengkapi dan sudah diserahkan kembali kepada KSP, maka pemohon menunggu
konfirmasi dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR” untuk
melaksanakan penilaian serta ferifikasi dan rapat pengurus.
c. Tahap Analisis Pembiayaan yaitu setelah data dari hasil penilaian dan ferifikasi didapat,
maka pihak Koperasi melakukan analisis dari semua data-data yang baik pada proses
permohonan maupun data-data dari tahap penilaian dan ferifikasi. Dari hasil analisis tersebut
kalau memungkinkan, dapat dilakukan pembiayaan. Sebelum dilakukan pembiayaan terlebih
dahulu diadakan rapat umum antara bagian keuangan, bagian accounting, bagian marketing.
d. Tahap Persetujuan Permohonan dan Realisasi Permohonan yaitu proses penentuan
disetujui atau tidaknya sebuah pembiayaan usaha. Proses persetujuan ini juga tergantung
kepada pihak Koperasi Simpan Pinjam Syariah “ALFA DINAR”yang disebut dengan Komite
Pembiayaan.
e. Tahap Akad atau Perjanjian dan penyerahan barang jaminan yaitu Apabila hasil disetujui,
maka nasabah datang ke Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Syariah “ALFA DINAR” untuk
diberi surat persetujuan. Dalam tahap ini, calon nasabah membawa barang jaminan yang akan
digunakan sebagai jaminan pembiayaan. Setelah itu baru terjadi akad atau perjanjian. Setelah
proses akad selesai, kemudian dilanjutkan penyerahan barang yang dijadikan jaminan
( BPKB Mobil), kemudian pihak debitur dan kreditur menandatangani surat tanda terima
agunan dan surat kuasa menjual.
f. Tahap Pencairan Dana.
Sebelum melakukan proses pencairan, maka harus dilakukan pemeriksaan kembali semua
kelengkapan yang harus dipenuhi. Apabila semua persyaratan telah dilengkapi, maka proses
pencairan fasilitas dapat diberikan.
2. Kelemahan-kelemahan perjanjian kredit dengan jaminan fidusia.
Ada dua kelemahan dari perjanjian kredit dengan jaminan fidusia, yaitu :
a. Kelemahan terhadap jaminan
b. Kelemahan terhadap perlindungan kreditur.
3. Cara penyelesaian jika debitur wanprestasi.
Dalam proses penyelesaian, ada beberapa cara yang dapat ditempuh, yaitu
a. Dengan jalan perdamaian ataupun pendekatan terhadap debitur
b. Dengan jalan pemberian surat teguran atau surat peringatan.
c. Dengan jalan penyitaan barang dan menjual barang yang dijadikan jaminan untuk melunasi
hutang debitur.

B. Saran-Saran
1. Dalam pelaksanaan pemberian kredit dengan jaminan perjanjian fidusia, disarankan supaya
dibuatkan akta notaris dan didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia agar memberikan
kepastian hukum bagi para pihak
2. Bagi pihak kreditur, janganlah terlalu merugikan dan memberatkan debitur dalam
pembuatan perjanjian dan dalam memberikan kredit hendaknya memberikan kredit itu sesuai
dengan barang yang dijadikan jaminan
3. Bagi pihak debitur, janganlah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh kreditur
karena barang yang dijadikan jaminan tetap dikuasai oleh debitur.

You might also like