You are on page 1of 3

MELESTARIKAN 

PERNIKAHAN

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. (Qs An Nisaa  : 34)  

        Segala puji bagi Nya di langit dan di bumi dan di waktu kamu berada
pada petang hari di waktu kamu berada di waktu zuhur. Semoga shalawat
dan salam  kepada nabi  Muhammad Saw, juga kepada seluruh keluarga, para
sahabatnya  dan para pengikutnya.

       Saudaraku yang seiman. Kusampaikan nasehat tentang bagaimana


melestarikan pernikahan dalam upaya  mewujudkan rumah tangga yang
bahagia di ridhai Allah. Mungkin  nasehat akan  dibaca  oleh orang tua yang
sudah lama menikah, mungkin yang baru menikah  dan  bukan tidak
mungkin yang akan menikah. Apapun kondisi pembaca akan bermanfaat
karena tidak ada nasehat yang tidak berguna bila  direnungkan.

       Pernikahan adalah sesuatu yang suci, pernikahan adalah sesuatu yang
anggun dan mulya. Oleh karenanya lewatilah kehidupan rumah tangga
dengan nilai-nilai yang agung, jangan dikotori dengan perilaku yang nista.
Jagalah keharmonisannya dengan saling menghormati dan menghargai antara
suami isteri.

        Pernikahan harus ditempuh secara  legal.  Karena  pernikahan secara


Islami menghalalkan yang haram dan dan mengharamkan yang halal.
Eratkan silaturahmi dngan merajut dua keluarga besar tidak terbatas seisi
rumah namun segenap sanak famili kedua belah pihak yang luas dan
tersebar.

          Pernikahan dalam Islam pada dasarnya ada unsur kesetaraan antara
suami isteri dalam tanggung ja-wabnya di hadapan Allah Yang Maha
Rahman. Suami sebagai pemegang kendali atas sebuah rumah tangga, sedang
isteri pengatur rumah tangga yang bertanggung jawab atas urusan rumah
tangga suaminya dan mendidik anak-anaknya. Dalam ha-dits Rasulullah Saw
menyatakan ”bahwa isteri punya tanggung jawab terhadap rumah tangga dan
anak-anak”. Sebaliknya suami juga punya tanggung jawab,  Rasulullah Saw
bersabda. ”Tidaklah seorang laki-laki disebut mulia kecuali (laki-laki) yang
memuliakan (perempuan). Dan tidaklah ia disebut hina kecuali ia menghina
perempuan.

             Hal ini menunjukan seorang suami tidak boleh meremehkan


kedudukan seorang perempuan. Seba-liknya juga perempuan menghormati
suami dan  menjadi idola suami. Bagaimanakah isteri yang menjadi idola
menurut ajaran Islam. Maka jawab-nya seperti yang diterangkan oleh sebuah
hadits, ”Dunia adalah merupakan kesenangan (kenikmatan) dan sebaik-baik
kesenangan dunia  ialah seorang wanita yang sholihah.

Menurut tuntunan Rasulullah Saw terdapat 3 (tiga) kriteria wanita


sholihah :

1.      Jika engkau pandang, menggembirakan (tidak cemberut)

2.      Jika engkau perintah (di jalan Allah) maka ia menuruti perintah.

3.      Jika engkau tinggalkan (di balik pengawasan) maka ia menjaga


hartamu dan menjaga diri (kehormatannya)

          Tanggung jawab suami yang utama dan pertama adalah sebagai 
kepala rumah tangga dan penang-gung jawab keluarga dan keamanannya.
Hal ini berdasarkan Hadits Nabi yang menyatakan : ” Orang mukmin yang
sempurna imannya adalah siapa yang terbaik akhlaknya dan sebaik-baik  dari
mereka  adalah siapa yang terbaik di dalam memperlakukan isterinya.

          Selanjutnya Al Qur’an lebih tegas lagi tentang peraturan hidup


bersuami isteri, Allah Swt ber-firman dalam Al Qur’an 

” Kaum laki-laki itu adalah pemimpin ba-gi kaum wanita, oleh karena
Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian
yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan
sebagian dari harta mereka. (Qs An Nisaa  : 34)

Tentang nafkah.

             Pada dasarnya  yang berkewajiban mencari nafkah adalah suaminya,


namun bila isteri ikut serta membantu mencari tambahan harus seizin
suaminya, maka penghasilan yang diterima oleh isteri adalah milik isteri
sepenuhnya. Maka konsekuensi logis bahwa suami juga ikut mem-bantu
menyelenggarakan dan menga-tur rumah tangga, disaat isteri bekerja diluar
rumah. Jika suami yang mencari nafkah, manakala isteri me-nanyakan
penghasilan  cara menda-patkannya secara halal atau tidak, maka suami tidak
boleh membentak. Seharusnya bersyukur kalau isteri menanyakan, itu berarti
seorang isteri yang berhati suci, berjiwa besar, sadar akan larangan Allah. Ia
tidak ingin uang yang masuk kedalam rumah tangganya bercampur aduk
antara yang  halal dan yang haram.

             Manakala pada saat isterinya ada tanda-tanda kehamilan maka sang
suami harus lebih berhati-hati dalam mencari nafkah, sebab serupiah uang
yang diberikan kepada isteri, sesuap nasi dan seteguk air untuk isteri harus
dari hasil yang halal. Bilamana kecampuran barang yang haram, berarti sang
suami menanam titik noda pada janin dalam kandungan isterinya.
Sebaliknya, isteri makin mendekatkan diri kepada Allah, shalat fardhu
dilakukan  lebih tekun, Ditambah lagi sholat dhuha, sholat qobliyah, ba’diyah
dan tahajud dilaksanakan dengan penuh khid-mat dan ajeg. Dengan
mengharapkan semoga janin yang sedang dikandungnya dapat lahir dengan
selamat, sempurna lahir dan bathin.

            Saudaraku kaum muslimin, untuk melestarikan pernikahan upaya


yang harus dilakukan antara lain :

1.      Memupuk rasa cinta kasih dengan mewujudkan saling mengorbankan


kepentingan diri demi untuk kepentingan  bersama.

2.      Berusaha untuk mendampingi pihak isteri yang tengah gundah gulana
agar segera dapat terusir kesedihannya dengan cara yang mesra dan
keikhlasan.

3.      Merasakan kesedihan yang te-ngah disandang oleh suami agar ikut
membagi rasa dalam duka dan bahagia.

4.      Berupaya menekan emosi ketika menghadapi kesulitan sehingga dapat


mengatasinya dengan cara kepala dingin, hati lega dan mengharap ridha  dan
pertolongan Allah  semata.

5.       Liku-liku
kehidupan dan halang rintangan dalam rumah tangga
hadapilah dengan jiwa besar dan hati tabah penuh kesabaran. Inilah seni dan
romantikanya setiap rumah tangga

           Semoga bermanfaat


           Wallahu ‘alamu bishowab

You might also like