You are on page 1of 8

1

BAB I
PENAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam era global, teknologi telah menyentuh segala aspek pendidikan
sehingga, informasi lebih mudah diperloleh, hendaknya siswa aktif berpartisipasi
sedemikian sehingga melibatkan intelektual dan emosional siswa didalam proses
belajar. Keaktifan disini berarti keaktifan mental walaupun untuk maksud ini
sedapat mungkin dipersyaratkan keterlibatan langsung keaktifan fisik dan tidak
nya berfokus pada satu sumber informasi yaitu guru yang hanya mengandalakan
satu sumber komunikasi. Seringnya rasa malu siswa yang muncul untuk
melakukan komunikasi dengan guru, membuat kondisi kelas yang tidak aktif
sehingga berpulang pada rendahnya prestasi belajar siswa. Maka perlu adanya
usaha untuk menimbulkan keaktifan dengan mengadakan komunikasi yaitu guru
dengan siswa dan siswa dengan rekannya. Salah satu pembelajaran yang
ditawarkan adalah kooperatif tipe jigsaw.

B. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini maliputi:
- Apa definisi model pembelajaran Jigsaw?
- Bagaimana penerapan model pembelajaran Jigsaw?
- Kelebihan model pembelajaran Jigsaw?
- Kekurangan model pembelajaran Jigsaw?

C. TUJUAN
Tujuan pembeuatan makalah ini memiliki beberapa tujauan, diantaranya adalah:
1. Tujuan umum
Tujaun umum pada pembuatan makalah ini adalah: untuk mengetahui model
pembelajaran Jigsaw dan bagai mana cara penerapannya dalam pembelajaran.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui definisi model pembelajaran Jigsaw
b. Mengetahui penerapan model pembelajaran Jigsaw
c. Mengetaui kelebihan model pembelajaran Jigsaw
2

d. Mengetahui kekurangan model pembelajaran Jigsaw

D. MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah bahwa sebagai calon guru dapat lebih
memperdalam pengetahuan mengenai salah satu model pembelajarn dan dapat
menerapkannya dalam pembelajaran sehingga pembelajaran dapat lebih
bervariasu dalam pemilihan model yang cocok sesuai dengan materi
pembelajarannya.
3

BAB II
HAKIKAT MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

A. DEFINISI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW


Model pembelajaran jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.
Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli
dan kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari
berapa anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman
dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar
terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan kelompok
ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok
asal) yang ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah mefasilitasi
dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi
yang diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian
kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa
yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok
ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di dapatkan saat melakuakn
diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh setiap
anggota pada kelompok asal.  
4

B. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW


Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju
mundur seperti gergaji. Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan
model pembelajaran Jigsaw dalam matematika, yaitu:
1. Membentuk kelompok beranggotakan 4 – 6 orang
2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk
membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli
3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling
membantu untuk menguasai topik tersebut
4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok
masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya
5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang
telah didiskusikan
Kunci pembelajaran ini adalah interpedensi setiap siswa terhadap anggota
kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan tes dengan baik.
Fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
a. Pengelompokkan Homogen
Instruksi: Kelompokkan para peserta yang memiliki kartu nomor yang sama.
Misalnya, para peserta akan diorganisir ke dalam kelompok diskusi berdasarkan
apa yang mereka baca. Oleh karena itu, semua peserta yang membaca Bab 1, Bab
2, dst, akan ditempatkan di kelompok yang sama.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi
papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di atas meja.
Kelebihan: Pengelompokan semacam ini memungkinkan peserta berbagi
perspektif yang berbeda tantang bacaan yang sama, yang secara potensial
diakibatkan oleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap salah satu bab.
Potensi yang lebih besar untuk memunculkan proses analisis daripada hanya
sekedar narasi sederhana.
Kelemahan: fokusnya sempit (satu bab) dan kemungkinan akan berlebihan.

b. Pengelompokkan Hiterogen
Instruksi: Tempatkan para peserta yang memiliki nomor yang berbeda-beda
untuk duduk bersama. Misalnya, setiap kelompok diskusi kemungkinan akan
5

terdiri atas 4 individu: satu yang telah membaca Bab 1, satu yang telah membaca
Bab 2, dsb.
Sediakanlah empat kertas lipat, lipatlah masing-masing menjadi dua menjadi
papan nama, berilah nomor 1 sampai 4 dan letakkanlah di setiap meja. Biarkan
para peserta mencari tempatnya sendiri sesuai bab yang telah mereka baca
berdasarkan “siapa cepat ia dapat”.
Kelebihan: Memungkinkan “peer instruction” dan pengumpulan pengetahuan,
memberikan peserta informasi dari bab-bab yang tidak mereka baca.
Kelemahan: Apabila satu peserta tidak membaca tugasnya, informasi tersebut
tidak dapat dibagi/ didiskusikan. Potensi untuk pembelajaran yang naratif (bukan
interpretatif) dalam berbagi informasi.

C. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW


Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model
pembelajaran Jigsaw memiliki beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada
kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih
singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam
berbicara dan berpendapat.

D. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW


Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung
mengontrol jalannya diskusi. Untuk mengantisipasi masalah ini guru
harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru harus
menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu
penjelasan dari tenaga ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan
apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai
tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus memilih tenaga ahli
6

secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan


materi, agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana
kelas yang menggairahkan agar siswa yang cerdas tertantang untuk
mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti
proses pembelajaran.
7

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Model pembelajaran jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran ini didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut kepada kelompoknya.
Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur
seperti gergaji. Menurut Arends (1997),
Fasilitator dapat mengatur strategi jigsaw dengan dua cara:
Pengelompokkan Homogen
Pengelompokkan Hiterogen

B. SARAN
Dengan adanya peraturan yang perlunya seorang guru menjadi seorang
profesionalisme di bidang pendidikan maka sudah sepantasnya guru tersebut
menggunakan segala cara untuk menyampaikan pembelajaran secara optimal.
Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menerapkan berbagai model
pembelajaran agar pembelajarn dapat berjalan efektif dan lebih bervariatif.
8

DAFTAR PUSTAKA

http//www.scribd.com/05-03-2012/08.30
http//www.wikipedia.com/05-03-2012/08.30

You might also like