You are on page 1of 14

MAKALAH SISTEM PERSEPSI SENSORI

PENYAKIT MATA

OLEH:

NAMA : IWAN DWI BASURINDRA

KELAS : IKP REGULER 4 C

STIKES SURYA MITRA HUSADA KEDIRI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2011
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENYAKIT MATA” dengan baik,

tanpa ada halangan suatu apapun.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Junjungan Nabi Agung

Muhammad SAW, yang kita nanti-nantikan syafaatnya dari dunia sampai akhirat.

Dan tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-

teman yang telah memberikan motivasi kepada saya untuk menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berisi tentang macam – macam penyakit mata dan perawatannya.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca

tentang penyakit mata dan dapat berguna dalam kemajuan ilmu keperawatan.

Kediri, 04 Mei 2011

IWAN DWI BASURINDRA


PENYAKIT MATA

Mata adalah Pelita Tubuh, Organ tubuh yang satu ini sangat penting dan menjadi pusat 
segala aktivitas kita, namun sering kita kurang memperhatikan dan merawat mata kita,
sehingga timbul berbagai macam penyakit, bahkan di zaman yang serba modern ini
membuat anak yang masih usia dini pun terserang penyakit mata bahkan sangat kronis,
apalagi orang dewasa bahkan yang lanjut usia.  Gangguan mata yang tidak segera diobati
secara dini dapat akan semakin parah bahkan bisa mengakibatkan kebutaan

Beberapa penyakit yang menyerang mata kita:


1. Miopi, yaitu seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak jauh.
2. Hipermetropi, yaitu seseroang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat dari
mata.
3. Astigmatisme, yaitu kelainan pada mata sehingga pancaran cahaya dari 1 titik tidak jatuh
pada 1 titik fokus, yang menyebabkan pandangan menjadi kabur.
4. Myodesopsia, yaitu adanya benda-benda yang “terbang” di sekitar mata mereka. Benda-
benda ini bervariasi bentuk dan ukurannya. Ada yang kecil sampai besar, ada yang
bening dan ada yang gelap sampai keruh.
5. Katarak, yaitu suatu penyakit mata di mana lensa mata menjadi buram karena penebalan
Lensa Mata dan terjadi pada orang lanjut usia (lansia).
6. Glaukoma, yaitu salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang
secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin
berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Ini biasanya terjadi pada penderita
kencing manis (diabetes) atau karena  kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya.
7. Degenerasi Makula, yaitu suatu keadaan dimana makula mengalami kemunduran
sehingga terjadi penurunan ketajaman penglihatan dan kemungkinan akan menyebabkan
hilangnya fungsi penglihatan sentral. Makula adalah pusat dari retina dan merupakan
bagian yang paling vital dari retina. Makula merupakan bagian dari retina yang
memungkinkan mata melihat detil-detil halus pada pusat lapang pandang.

Miopia

Miopia disebut rabun jauh karena berkurangnya kemampuan melihat jauh tapi dapat
melihat dekat dengan lebih baik. Miopia terjadi jika kornea (terlalu cembung) dan lensa
(kecembungan kuat) berkekuatan lebih atau bola mata terlalu panjang sehingga titik
fokus sinar yang dibiaskan akan terletak di depan retina.
Gbr : Mata Miopia

Miopia ditentukan dengan ukuran lensa negatif dalam Dioptri. Klasifikasi miopia antara
lain: ringan (3D), sedang (3 – 6D), berat (6 – 9D), dan sangat berat (>9D).

Gejala miopia antara lain penglihatan kabur melihat jauh dan hanya jelas pada jarak
tertentu/dekat, selalu ingin melihat dengan mendekatkan benda yang dilihat pada mata,
gangguan dalam pekerjaan, dan jarang sakit kepala.

Koreksi mata miopia dengan memakai lensa minus/negatif ukuran teringan yang sesuai
untuk mengurangi kekuatan daya pembiasan di dalam mata. Biasanya pengobatan dengan
kaca mata dan lensa kontak. Pemakaian kaca mata dapat terjadi pengecilan ukuran benda
yang dilihat, yaitu setiap -1D akan memberikan kesan pengecilan benda 2%. Pada
keadaan tertentu, miopia dapat diatasi dengan pembedahan pada kornea antara lain
keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar
Keratomilieusis (Lasik).

Hipermetropia

Hipermetropia adalah keadaan mata yang tidak berakomodasi memfokuskan bayangan di


belakang retina. Hipermetropia terjadi jika kekuatan yang tidak sesuai antara panjang
bola mata dan kekuatan pembiasan kornea dan lensa lemah sehingga titik fokus sinar
terletak di belakang retina. Hal ini dapat disebabkan oleh penurunan panjang sumbu bola
mata (hipermetropia aksial), seperti yang terjadi pada kelainan bawaan tertentu, atau
penurunan indeks bias refraktif (hipermetropia refraktif), seperti afakia (tidak mempunyai
lensa).
Gambar : Mata Hipermetropia

Pasien dengan hipermetropia mendapat kesukaran untuk melihat dekat akibat sukarnya
berakomodasi. Bila hipermetropia lebih dari + 3.00 D maka penglihatan jauh juga akan
terganggu. Pasien hipermetropia hingga + 2.00 D dengan usia muda atau 20 tahun masih
dapat melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata tanpa kesulitan, namun tidak demikian bila
usia sudah 60 tahun. Keluhan akan bertambah dengan bertambahnya umur yang
diakibatkan melemahnya otot siliar untuk akomodasi dan berkurangnya kekenyalan lensa.
Pada perubahan usia, lensa berangsur-angsur tidak dapat memfokuskan bayangan pada
retina sehingga akan lebih terletak di belakangnya. Sehingga diperlukan penambahan
lensa positif atau konveks dengan bertambahnya usia. Pada anak usia 0-3 tahun
hipermetropia akan bertambah sedikit yaitu 0-2.00 D.

Pada hipermetropia dirasakan sakit kepala terutama di dahi, silau, dan kadang juling atau
melihat ganda. Kemudian pasien juga mengeluh matanya lelah dan sakit karena terus-
menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak di
belakang retina. Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan
karena matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan
jelas. Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada
usia yang telah lanjut akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Keluhan
tersebut berupa sakit kepala, mata terasa pedas dan tertekan.

Mata dengan hipermetropia akan memerlukan lensa cembung atau konveks untuk
mematahkan sinar lebih kuat kedalam mata. Koreksi hipermetropia adalah diberikan
koreksi lensa positif maksimal yang memberikan tajam penglihatan normal. Pasien
dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata lensa positif terbesar yang masih
memberikan tajam penglihatan maksimal.

Astigmatisma

Astigmata terjadi jika kornea dan lensa mempunyai permukaan yang rata atau tidak rata
sehingga tidak memberikan satu fokus titik api. Variasi kelengkungan kornea atau lensa
mencegah sinar terfokus pada satu titik. Sebagian bayangan akan dapat terfokus pada
bagian depan retina sedang sebagian lain sinar difokuskan di belakang retina. Akibatnya
penglihatan akan terganggu. Mata dengan astigmatisme dapat dibandingkan dengan
melihat melalui gelas dengan air yang bening. Bayangan yang terlihat dapat menjadi
terlalu besar, kurus, terlalu lebar atau kabur.

Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan : melihat jauh kabur sedang
melihat dekat lebih baik, melihat ganda dengan satu atau kedua mata, melihat benda yang
bulat menjadi lonjong, penglihatan akan kabur untuk jauh ataupun dekat, bentuk benda
yang dilihat berubah, mengecilkan celah kelopak, sakit kepala, mata tegang dan pegal,
mata dan fisik lelah. Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan kedua
kekuatan yang berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kaca mata.

Katarak

Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
penambahan cairan di lensa, pemecahan protein lensa, atau kedua-duanya. Katarak
merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati di dunia pada saat ini. Sebagian
besar katarak timbul pada usia tua sebagai akibat pajanan terus menerus terhadap
pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi ultraviolet, dan
peningkatan kadar gula darah. Katarak ini disebut sebagai katarak senilis (katarak terkait
usia). Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata (glaukoma, ablasi, retinitis
pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata steroid, tumor
intraokular) atau penyakit sistemik spesifik (diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid
atau klorpromazin sistemik, rubela kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik,
sindrom Down, katarak turunan, radiasi sinar X).
Pasien dengan katarak mengeluh penglihatan seperti berasap dan tajam penglihatan
menurun. Secara umum, penurunan tajam penglihatan berhubungan langsung dengan
kepadatan katarak.

Gbr : Perbedaan Penglihatan benda


pada mata normal dan mata katarak

Gejala dan Tanda

Gejala utama yang dijumpai adalah penglihatan berkabut dan penglihatan yang semakin
kabur. Pada gejala awal dapat terjadi penglihatan jauh kabur sedangkan penglihatan dekat
sedikit membaik dibandingkan sebelumnya (second sight). Bila kualitas lensa memburuk
atau terjadi kelelahan maka second sight ini akan menghilang. Gejala lain yang dijumpai
pada katarak senilis adalah penigkatan rasa silau (glare). Pada lensa mata penderita
katarak akan tampak bayangan putih. Selain itu dapat pula terjadi pandangan ganda, rabun
senja dan terkadang membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.

Gbr :Mata tanpa katarak       Gbr : Mata dengan katarak


Tata laksana

Satu-satunya terapi untuk pasien katarak adalah bedah katarak dimana lensa diangkat dari
mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular :

 Ekstraksi intrakapsular (ICCE). Tehnik ini jarang dilakukan lagi sekarang.


 Ekstraksi ekstrakapsular (ECCE). Pada tehnik ini, bagian depan kapsul dipotong
dan diangkat, lensa dibuang dari mata, sehingga menyisakan kapsul bagian belakang.
Lensa intraokuler buatan dapat dimasukkan ke dalam kapsul tersebut.  Kejadian
komplikasi setelah operasi lebih kecil kalau kapsul bagian belakang utuh.
 Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi. Merupakan teknik ekstrakapsular yang
menggunakan getaran-getaran ultrasonik untuk mengangkat lensa melalui irisan yang
kecil (2-5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca-operasi. Teknik ini
kurang efektif pada katarak yang padat.

Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasien mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan.  Apabila diperlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada >90% kasus. Sisanya
mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasio retina, atau infeksi yang mengambat pemulihan daya
pandang. Adanya lensa intraokular dan lensa kontak kornea menyebabkan penyesuaian
penglihatan setelah operasi katarak menjadi lebih mudah dibandingkan sewaktu hanya
tersedia kacamata katarak yang tebal.

Epidemiologi

Penelitian-penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi adanya katarak pada sekitar


10% orang, dan angka kejadian ini meningkat hingga sekitar 50% untuk mereka yang
berusia antara 65 sampai 74 tahun, dan hingga sekitar 70% untuk mereka yang berusia
lebih dari 75 tahun.

Sperduto dan Hiller menyatakan bahwa katarak ditemukan lebih sering pada wanita
dibanding pria. Pada penelitian lain oleh Nishikori dan Yamomoto, rasio pria dan wanita
adalah 1:8 dengan dominasi pasien wanita yang berusia lebih dari 65 tahun dan menjalani
operasi katarak.

Pemeriksaan
Pada pasien katarak, dapat dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan. Tajam penglihatan
biasanya akan sangat berkurang.
Glaukoma

Definisi
Adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan dalam bola
mata (Tekanan Intra Okular = TIO) yang disertai pencekungan diskus optikus dan
pengecilan lapang pandang. Penyakit ini disebabkan:

 Bertambahnya produksi humor akueus (cairan mata) oleh badan siliar


 Berkurangnya pengeluaran humor akueus (cairan mata) di daerah sudut bilik mata
atau di celah pupil.

Aliran Humor Akueus (cairan mata)


Terdapat 2 rute dalam pengeluaran humor akueus

1. Melalui jaringan trabekular

Sekitar 90% humor akueus dikeluarkan melalui jalur ini. Dari sini akueus akan disalurkan
ke kanal schlemm kemudian berakir di vena episklera.

2. Melalui jaringan uveoskleral

Mempertanggung jawaban 10% dari pengeluaran akueus .

Klasifikasi
Terdapat beberapa pembagian glaukoma antara lain :

1. glaukoma sudut terbuka (glaukoma kronis)


2. glaukoma sudut tertutup (glaukoma akut)

Pemeriksaan penunjang untuk menilai glaukoma secara klinis

1. Tonometri. Alat ini berguna untuk menilai tekanan intraokular. Tekanan bola
mata normal berkisar antara 10-21 mmHg.
2. Gonioskopi. Sudut bilik mata depan merupakan tempat penyaluran keluar humor
akueus. Dengan gonioskopi kita berusaha menilai keadaan sudut tersebut, apakah terbuka,
sempit atau tertutup ataukah terdapat abnormalitas pada sudut tersebut.
3. Penilaian diskus optikus. Dengan menggunakan opthalmoskop kita bisa
mengukur rasio cekungan-diskus (cup per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan
jika ternyata melebihi 0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular
yang signifikan.
4. Pemeriksaan lapang pandang. Hal ini penting dilakukan untuk mendiagnosis dan
menindaklanjuti pasien glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang
karena peningkatan TIO akan merusakan papil saraf optikus.

Glaukoma Akut

Merupakan glaukoma yang terjadi secara tiba-tiba dengan sumbatan aliran humor akueus
yang lebih komplit. Nama lainnya adalah glaukoma sudut tertutup primer.

Epidemiologi
Terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun dengan angka kejadian yang
bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria pada penyakit ini adalah 4:1. sering
terjadi pada kedua mata.

Gejala
Gejala-gejala yang ada antara lain :

 Keluhan :
o penglihatan kabur  mendadak
o nyeri hebat
o mual
o muntah
o melihat halo (pelangi disekitar objek)
 Pemeriksaan Fisik :
o Visus sangat menurun
o TIO meninggi
o Mata merah
o Kornea suram
o Bilik mata depan dangkal
o Rincian iris tidak tampak
o Pupil sedikit memlebar, tidak bereaksi terhadap sinar
o Diskus optikus terlihat merah dan bengkak

Penatalaksanaan

 Terapi medikamentosa

Tujuannya adalah menurunkan TIO terutama dengan menggunakan obat sistemik (obat
yang mempengaruhi seluruh tubuh)

A. obat sistemik


o Inhibitor karbonik anhidrase. Pertama diberikan secara intravena (acetazolamide
500mg) kemudian diberikan dalam bentuk obat minum lepas lambat 250mg 2x
sehari
o Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat minum adalah
glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk intravena adalah manitol. Obat
ini diberikan jika TIO sangat tinggi atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif
lagi.
o Untuk gejala tambahan dapat diberikan anti nyeri dan anti muntah.

B. obat tetes mata lokal


o Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol, levobunolol,
carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna untuk menurunkan
TIO.
o Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai dekongestan mata.
Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi sistemik.
o Miotikum. Pilokarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x  dengan jarak 15 menit
kemudian diberikan 4x sehari. Pilokarpin 1% bisa digunakan sebagai pencegahan
pada mata yang lainnya 4x sehari sampai sebelum iridektomi pencegahan
dilakukan.
 Terapi Bedah
o Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata belakang
dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor akueus. Hal
ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup  sebanyak 50%.
o Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari
50% atau gagal dengan iridektomi.
Glaukoma Kronis

Merupakan glaukoma yang terjadi perlahan-lahan dengan ciri-ciri :

o Kerusakan seraf optikus glaukomatosa


o Kerusakan lapangan pandang glaukomatosa
o TIO beberapa kali berulang lebih tinggi dari 21 mmHg
o Usia dewasa
o Sudut bilik mata depan terbuka dan terkesan normal
o Tidak adanya penyebab sekunder lainnya

Umumnya terjadi pada kedua mata akan tetapi tidak terdapat kesamaan pada
perburukannya. Nama lainnya adalah glaukoma sudut terbuka primer.

Epidemiologi
Glaukoma kronis merupakan glaukoma yang tersering, mengenai sekitar 1 dari 200
seluruh populasi yang berusia lebih dari 40 tahun dan jumlahnya semakin meningkat
sesuai dengan usia. Pria dan wanita mempunyai angka kejadian yang sama dan lebih
sering mengenai kulit hitam dibandingkan kulit putih.

Faktor keturunan juga berperan terjadinya keadaan ini karena TIO, cara pengeluaran
akueus dan ukuran diskus optikus dipengaruhi oleh genetik. Secara umum risiko
terjadinya glaukoma pada saudara kandung sekitar 10% sedangkan pada keturunan
sebanyak 4%.

Gejala klinis

Dari keluhan pasien umumnya penglihatannya yang makin menurun. Bahkan jika
berlangsung cukup lama pasien akan mengeluhkan kehilangan penglihatan pada salah
satu mata sedangkan mata yang lainnya menurun penglihatannya. Hal ini sesuai dengan
teori dimana glaukoma kronik dimana umumnya kedua mata akan terkena meski
perburukan keduanya tidak sama. Selain itu karena TIO yang meningkat pasien juga akan
mengeluhkan adanya nyeri pada mata, sakit kepala dan perasaan seperti melihat halo
(pelangi di sekitar objek) karena pembengkakkan pada kornea.

Gejala

1. Penurunan lapang pandang


2. Peningkatan TIO. Terdapat perbedaan 5 mmHg antara kedua mata perlu dicurigai
adanya peningkatan yang abnormal.
3. Sudut bilik mata depan terbuka
4. Perubahan pada diskus optikus. Tampak kerusakan nervus optikus glaukomatosa atau
terdapat ketidaksamaan pada cekungan pada pemeriksaan rutin.
5. Tidak terdapat sebab lain yang dapat menyebabkan glaukoma kronik

Penatalaksanaan

 Terapi obat-obatan

Terapi ini tidak diberikan pada kasus yang sudah lanjut. Terapi awal yang diberikan
adalah penyekat beta (timolol, betaxolol, levobunolol, carteolol, dan metipranolol) atau
simpatomimetik (adrenalin dan depriverin). Untuk mencegah efek samping obat
diberikan dengan dosis terendah dan frekuensi pemberiannya tidak boleh terlalu sering.
Miotikum (pilocarpine dan carbachol) meski merupakan antiglaukoma yang baik tidak
boleh digunakan karena efek sampingnya.

Jika pengobatan belum efektif maka dapat dilakukan peningkatan konsentrasi obat,
mengganti jenis obat atau menambah dengan obat lain.

 Terapi bedah
o Trabekuloplasti jika TIO tetap tidak bisa terkontrol dengan pengobatan
medikamentosa yang maksimal.
o Trabekulotomi (bedah drainase) jika trabekuloplasti gagal, atau kontraindikasi
dengan trabekuloplasti atau diperlukan TIO yang lebih rendah lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal – Bedah : volume 2. Jakarta : EGC.

Carpenitto, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. EGC :

Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : edisi 3. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Jilid 1. Media

Aesculapius : Jakarta.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah. Vol. 3.

EGC : Jakarta.

You might also like