Professional Documents
Culture Documents
OM SWASTYASTU,
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena pada akhirnya
saya dapat menyelesaikan makalah tentang ͞Dampak Pembakaran Bahan Bakar ͞yang telah
diberikan oleh Bapak Mertanadi selaku guru Kimia kelas X.
Melalui makalah ini saya berharap dapat membantu pembaca dalam mempermudah
pembelajaran sedikit banyaknya tentang Kimia terutama dalam sub bahasan minyak bumi .
Makalah ini ini juga sangat diperlukan dalam kegiatan sehari-hari karena isinya yang
menjelaskan dan memberikan solusi tentang penggunaan bahan bakar .
Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Banyak kekurangan yang
terkandung di dalamnya. Untuk itu, kritik dan saran yang konstruktif dari teman-teman,
bapak guru, maupun ibu guru sangat saya harapkan demi saya kedepannya.
Terimakasih
Penulis
c
½AFTAR ISI
Kata Pengantar
͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙ i
½aftar Isi
͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙.. ii
Pembahasan
A. Asap Buangan Kendaraan Bermotor ͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙... 3
½aftar Pustaka
͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙͙. 7
º
½ampak Pembakaran Bahan Bakar
Jumlah penduduk dunia terus meningkat setiap tahunnya, sehingga peningkatan kebutuhan energi
pun tak dapat dielakkan. Dewasa ini, hampir semua kebutuhan energi manusia diperoleh dari
konversi sumber energi fosil, misalnya pembangkitan listrik dan alat transportasi yang menggunakan
energi fosil sebagai sumber energinya. Secara langsung atau tidak langsung hal ini mengakibatkan
dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan makhluk hidup karena sisa pembakaran dari
energi fosil ini akan menghasilkan zat-zat pencemar yang berbahaya.Pencemaran udara terutama di
kota-kota besar telah menyebabkan turunnya kualitas udara sehingga mengganggu kenyamanan
lingkungan bahkan telah menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Menurunnya kualitas udara
tersebut terutama disebabkan oleh penggunaan bahan bakar fosil yang tidak terkendali dan tidak
efisien pada sarana transportasi dan industri yang umumnya terpusat di kota-kota besar, disamping
kegiatan rumah tangga dan kebakaran hutan. Hasil penelitian dibeberapa kota besar (Jakarta,
Bandung, Semarang dan Surabaya) menunjukan bahwa kendaraan bermotor merupakan sumber
utama pencemaran udara. Hasil penelitian di Jakarta menunjukan bahwa kendaraan bermotor
memberikan kontribusi pencemaran CO sebesar 98,80%, NOx sebesar 73,40% dan HC sebesar
88,90% (Bapedal, 1992).
Sebenarnya, gas karbon dioksida tidak berbahaya. Tetapi, gas karbon dioksida tergolong gas
rumah kaca, sehingga peningkatan kadar gas karbon dioksida di udara dapat mengakibatkan
peningkatan suhu permukaan bumi yang disebut pemanasan global.
Gas karbon monoksida tidak berwarna dan berbau, sehingga kehadirannya tidak diketahui. Gas
karbon monoksida bersifat racun, dapat menimbulkan rasa sakit pada mata, saluran pernapasan,
dan paru-paru. Bila masuk ke dalam darah melalui pernapasan, gas karbon monoksida bereaksi
dengan hemoglobin darah, membentuk karboksihemoglobin (COHb).
CO + Hb ї COHb
Hemoglobin seharusnya bereaksi dengan oksigen menjadi oksihemoglobin (O2Hb) dan dibawa
ke sel-sel jaringan tubuh yang memerlukan.
O2 + Hb ї O2Hb
Namun, afinitas gas karbon monoksida terhadap hemoglobin sekitar 300 kali lebih besar
daripada oksigen. Bahkan hemoglobin yang telah mengikat oksigen dapat diserang oleh gas
karbon monoksida.
CO + O2Hb ї COHb + O2
Jadi, gas karbon monoksida menghalangi fungsi vital hemoglobin untuk membawa oksigen bagi
tubuh.
-
Cara mencegah peningkatan gas karbon monoksida di udara adalah dengan mengurangi
penggunaan kendaraan bermotor dan pemasangan pengubah katalitik pada knalpot.
Belerang dioksida yang terhisap pernapasan bereaksi dengan air di dalam saluran pernapasan,
membentuk asam sulfit yang dapat merusak jaringan dan menimbulkan rasa sakit. Bila SO3
terhisap, yang terbentuk adalah asam sulfat (lebih berbahaya). Oksida belerang dapat larut
dalam air hujan dan menyebabkan terjadi hujan asam.
Campuran NO dan NO2 sebagai pencemar udara biasa ditandai dengan lambang NOx. Ambang
batas NOx di udara adalah 0,05 ppm. NOx di udara tidak beracun (secara langsung) pada
manusia, tetapi NOx ini bereaksi dengan bahan-bahan pencemar lain dan menimbulkan
fenomena asbut (asap-kabut). Asbut menyebabkan berkurangnya daya pandang, iritasi pada
mata dan saluran pernapasan, menjadikan tanaman layu, dan menurunkan kualitas materi.
Senyawa timbel dari udara dapat mengendap pada tanaman sehingga bahan makanan
terkontaminasi. Keracunan timbel yang ringan dapat menyebabkan gejala keracunan timbel,
seperti sakit kepala, mudah teriritasi, mudah lelah, dan depresi. Keracunan yang lebih hebat
menyebabkan kerusakan otak, ginjal, dan hati.
Menghasilkan asap yang mengandung gas karbon monoksida (CO), partikel karbon (jelaga),
dan sisa bahan bakar (hidroksida).
Bahan bakar fosil mengandung sedikit belerang yang akan menghasilkan oksida belerang (SO2
atau SO3).
Bensin yang ditambahi tetraethyllead (TEL) yang punya rumus molekul Pb(C2H5)4 akan
menghasilkan partikel timah hitam berupa PbBr2.
Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk memenuhi
kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan (misalnya udara
dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan beberapa dampak negatif penggunaan energi fosil
terhadap manusia dan lingkungan:
D
{ ½
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak bumi, batu bara)
juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2), nitrogen oksida (NOx),dan sulfur
dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global).
Emisi NOx (Nitrogen oksida) adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi
NOx berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk pembangkit listrik
dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami (misalnya kegiatan mikroorganisme yang
mengurai zat organik). Di udara, sebagian NOx tersebut berubah menjadi asam nitrat (HNO3) yang
dapat menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi SO2 (Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari pembakaran bahan
bakar fosil dan peleburan logam. Seperti kadar NOx di udara, setengah dari konsentrasi SO2 juga
berasal dari kegiatan manusia. Gas SO2 yang teremisi ke udara dapat membentuk asam sulfat
(H2SO4) yang menyebabkan terjadinya hujan asam.
Emisi gas NOx dan SO2 ke udara dapat bereaksi dengan uap air di awan dan membentuk asam nitrat
(HNO3) dan asam sulfat (H2SO4) yang merupakan asam kuat. Jika dari awan tersebut turun hujan,
air hujan tersebut bersifat asam (pH-nya lebih kecil dari 5,6 yang merupakan pH ͞hujan normal͟),
yang dikenal sebagai ͞hujan asam͟. Hujan asam menyebabkan tanah dan perairan (danau dan
sungai) menjadi asam. Untuk pertanian dan hutan, dengan asamnya tanah akan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman produksi. Untuk perairan, hujan asam akan menyebabkan terganggunya
makhluk hidup di dalamnya. Selain itu hujan asam secara langsung menyebabkan rusaknya
bangunan (karat, lapuk).
Smog merupakan pencemaran udara yang disebabkan oleh tingginya kadar gas NOx, SO2, O3 di
udara yang dilepaskan, antara lain oleh kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Smog dapat
menimbulkan batuk-batuk dan tentunya dapat menghalangi jangkauan mata dalam memandang.
Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke udara. Emisi CO2
tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan
efek rumah kaca dan pemanasan global. CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah)
yang dipantulkan oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat
mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Emisi CH4 (metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas bumi yang
tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana. Metana merupakan salah satu
gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan global.
Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga menghasilkan karbon
dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu bara menghasilkan sekitar 2,5 ton
karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas
oleh minyak akan mencapai 2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton
r
{½
Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak bumi yang tidak
layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain akan mengakibatkan tumpahnya
minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya
pencemaran tersebut disebabkan oleh kesalahan manusia.
Selain itu , secara tidak langsung, kegiatan transportasi akan memberikan dampak terhadap
lingkungan air terutama melalui air buangan dari jalan raya. Air yang terbuang dari jalan raya,
terutama terbawa oleh air hujan, akan mengandung bocoran bahan bakar dan juga larutan dari
pencemar udara yang tercampur dengan air tersebut.
{½
1. Global Warming
2. Efek Rumah Kaca
3. Hujan Asam
¬
c. Pengubah Katalitik
Salah satu cara untuk mengurangi bahan pencemar yang berasal dari asap kendaraan
bermotor adalah memasang pengubah katalitik pada knalpot kendaraan. Pengubah katalitik
berupa silinder dari baja tahan karat yang berisi suatu struktur berbentuk sarang lebah yang
dilapisi katalis (biasanya platina). Pada separuh bagian pertama dari pengubah katalitik,
karbon monoksida bereaksi dengan nitrogen monoksida membentuk karbon dioksida dan
gas nitrogen.
katalis
2CO(g) + 2NO(g) ї 2CO2(g) + N2(g)
Pada bagian berikutnya, hidrokarbon dan karbon monoksida (jika masih ada) dioksidasi
membentuk karbon dioksida dan uap air.
Pengubah katalitik hanya dapat berfungsi jika kendaraan menggunakan bensin tanpa timbel.
½aftar Pustaka
{ Http://Google.com/
{ Http://Yahoo.com/