You are on page 1of 7

Tomorrow’s Medicine Today

Bagi para penderita di Indonesia

TER API OZON:


TEKNOLOGI BARU MENANGANI DIABETES

Apa yang dialami penderita diabetes?


Penderita diabetes mengalami gangguan metabolisme, akibat terganggunya fungsi
pankreasnya yang memproduksi insulin. Padahal insulin berfungsi sebagai
pengatur, agar apa yang dimakan bisa diubah menjadi energi.

Selama proses pencernaan, tubuh dengan bantuan insulin mengubah makanan


menjadi gula sederhana yang disebut glukosa (gula darah). Glukosa kemudian oleh
darah diangkut ke sel, ke otot, dan ke hati. Glukosa yang masuk ke dalam sel akan
memberi energi bagi proses seluler. Di dalam otot, glukosa disimpan sebagai
glikogen (senyawa lemak) untuk memberi tenaga gerak bagi seluruh tubuh. Sedang
di hati juga disimpan sebagai glikogen, sebagai cadangan untuk bagian-bagian lain
yang membutuhkan. Tugas pengaturan pengiriman glukosa dilakukan hormon
insulin, yang diproduksi oleh kelenjar pankreas.

Jika pankreas berhenti memproduksi insulin (Diabetes tipe 1) atau insulin yang
dikeluarkan tidak bekerja sebagaimana mestinya (Diabetes tipe 2) maka distribusi
glukosa akan terganggu. Glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan tertimbun
dalam aliran darah. Kelebihan gula dalam darah yang kronis (hiperglikemia) ini
membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat, sehingga mengganggu
fungsinya sebagai pengangkut oksigen. Padahal agar bisa bekerja dengan optimal,
tubuh butuh oksigen yang cukup, untuk membakar gula menjadi energi.

Akibatnya tubuh kehilangan tenaga dan muncul gejala kelelahan, perubahan


suasana hati, sakit kepala, dan berdebar-debar karena jantung si penderita harus
bekerja lebih keras. Gangguan insulin ini juga berakibat berlebihnya kadar lemak
di pembuluh darah. Ini yang membawa resiko lanjutan seperti pengerasan
pembuluh darah arteri, dengan komplikasi stroke dan gagal ginjal.

1
Kiat hidup normal dengan diabetes

Tindakan pertama yang dilakukan dokter adalah menentukan status diabetes si


penderita : apakah masih bisa diatasi dengan obat-obatan saja, atau sudah harus
menggunakan suntikan insulin. Kondisi selanjutnya akan sangat tergantung pada
kedisiplinan si penderita dalam menjaga kesehatannya. Berikut adalah petunjuk
umum agar bisa hidup normal dengan diabetes.
ƒ Lakukan pemeriksaan gula darah secara rutin. Patuhi semua petunjuk
dokter, dan minum obat yang diberikan dengan disiplin penuh. Taati dosis
serta aturan minumnya.
ƒ Diet adalah langkah awal usaha pengendalian diabetes. Ikuti diet rendah
gula, pilih asupan karbohidrat yang kompleks, disertai serat yang cukup.
ƒ Pangkas kalori, terutama untuk mengurangi kelebihan berat badan.
Kurangi makan lemak, hindari ngemil yang manis-manis, dan rajinlah
berolah raga.
ƒ Dapatkan informasi mengenai segala sesuatu yang menyangkut diabetes,
agar lebih menyadari apa yang sedang dialami. Ikuti perkembangan
pengobatan yang terbaru. Ubah gaya hidup dan jaga disiplin untuk
mengontrol diabetes.

Kabar baik untuk penderita diabetes : Terapi Ozon

Berbicara perihal informasi bagi penderita, kabar terbaru adalah mengenai potensi
Terapi Ozon untuk menangani diabetes. Bagi penderita diabetes, Terapi Ozon
dapat menjadi pendukung yang efektif bagi pengobatan konvensional yang sedang
dijalankan, terutama dengan sistem Terapi Ozon yang paling mutakhir, yakni
Polyatomic Oxygen Apheresis Therapy, karena dengan cara ini dosis Ozon yang
dibutuhkan untuk pengobatan yang efektif bisa tercapai.

Terapi Ozon berpotensi menghambat dan mengatasi perkembangan gejala-gejala


diabetes, dengan menurunkan kadar glukosa dalam darah, dan meningkatkan
suplai oksigen ke dalam jaringan.

2
Untuk menurunkan kadar glukosa, Ozon berperan dalam dua cara. Pertama,
dengan menstimulasi terjadinya proses enzimatik dalam tubuh, yakni pentosa
phosphate cycle dan glicolysis aerobic, dimana kedua proses ini tidak terjadi pada
penderita diabetes. Kedua, dengan memicu produksi glutation, yang merupakan
hasil tambahan dari kedua proses yang disebut di muka. Glutation ini berfungsi
membentuk glikogen (cadangan tenaga) dan lemak dari glukose. Sedangkan proses
pembentukan glukosa dari protein dan pemecahan glikogen sendiri dihambat,
sehingga seluruh proses ini menurunkan kadar glukosa darah. Dapat dikatakan,
bahwa fungsi Ozon dalam hal ini memiliki kesamaan karakter dengan fungsi
insulin.

Pada penderita diabetes, di dalam darahnya terjadi ikatan yang kuat dan stabil
antara hemoglobin dengan oksigen. Hal inilah yang menyebabkan jaringan dalam
tubuhnya kekurangan oksigen. Keadaan ini selanjutnya makin memperparah
diabetesnya. Ozon bekerja dalam sel darah merah / eritrosit dengan meningkatkan
produksi 2,3 – Diphosphoglycerate (2,3 – DPG). 2,3 - DPG ini akan memutuskan
ikatan hemoglobin dengan oksigen, sehingga oksigen yang dilepas ke jaringan
meningkat.

Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah, selain menurunkan kadar glukosa


dalam darah, Terapi Ozon juga menghambat dan mengatasi gejala-gejala diabetes
yang berkaitan dengan minimnya suplai oksigen seperti cepat lelah, loyo, adanya
akumulasi gula di jaringan yang berakibat katarak, kelainan syaraf, aterosklerosis,
kelainan sistem kardiovaskular seperti penyakit jantung, sumbatan pembuluh
darah, dan gangguan sirkulasi darah di otak.

Tabel: Hasil terapi pasien Diabetes Melitus


Bentuk Jumlah Hasil pengobatan dengan terapi ozon
diabetes pasien Perbaikan nyata Perbaikan Memuaskan Tidak memuaskan
Tipe 1 26 - 87% 13% -
Tipe 2 64 17% 74% 3% 6%

3
Dari data di tabel menunjukkan efek yang positif dicapai pada pengobatan
terhadap diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Efek positif ini dalam bentuk penurunan
glukosa darah, hilangnya rasa sering haus, perbaikan poliuria (banyak kencing
terutama malam hari), hilangnya gatal-gatal pada kulit dan badan lemas/loyo (Dr.
E.E Pavlovskaya). Pasien-pasien yang menuntaskan terapi ozon dapat menurunkan
20-25% penggunaan obat anti diabetik, dan efek positif terapi ozon dapat bertahan
hingga 3-6 bulan.

Di mana bisa memperoleh Terapi Ozon sistem


Polyatomic Oxygen Apheresis Therapy?

Hingga saat ini, pemberian Ozon kepada pasien dengan sistem Polyatomic Oxygen
Apheresis Therapy baru bisa didapat di Stanford Medical Centre. Menurut
pendirinya Abidin Siman MBA, Stanford bekerja sama dengan Russian
Association of Ozone Therapy yang mempunyai Russian School of Ozone Therapy,
dan menggunakan teknologi dari negara itu. Selain dengan cara infus, Stanford
juga memberikan layanan perawatan dan penyembuhan luka diabetes dengan
metode bagging, dimana luka dibungkus dengan plastik yang sebelumnya sudah
diisi air steril lalu dialiri Polyatomic Oxygen Ozone. Di banyak negara cara ini
telah tercatat memberikan hasil yang memuaskan.

Sebuah penelitian di National Institute of Angiology and Vascular Surgery di


Havana dengan jumlah sampel 47 pasien yang menderita diabetes dengan
komplikasi kaki diabetik dan amputasi dapat diperlukan bila pasien tidak
menunjukkan perbaikan. Pasien pada penelitian ini sudah menderita diabetes
selama 9-19 tahun yang dibagi dalam 3 grup dan diterapi dengan ozon selama 10
hari.
Grup 1 (16 pasien) diberikan terapi ozon yang dikombinasikan dengan
pembersihan kaki diabetik dengan air yang sudah mengandung ozon kemudian
kaki dibungkus dengan plastik dan diberikan ozon kedalam plastik tersebut
(bagging). Grup 2 (16 pasien) diobati dengan gula dalam bentuk sirup, cara
tradisional ini diaplikasikan pada luka. Grup 3 (15 pasien) menerima obat anti
diabetik minum, suntikan dan antibiotik untuk infeksi luka. Hasil digolongkan ke

4
dalam baik atau buruk. Baik berarti amputasi terhindari, buruk berarti memerlukan
tindakan operasi untuk membuang daerah yang terinfeksi.

Baik Buruk
Grup 1 (terapi ozon) 15 (93,8%) 1 (6,2%)
Grup 2 (gula) 13 (81,3%) 3 (18,7%)
Grup 3 (antibiotik) 10 (66,7%) 5 (33,3%)

Dari hasil ini terbukti terapi ozon adalah cara yang paling efektif dalam mengatasi
diabetes dengan komplikasi kaki diabetik.

Box
Untuk informasi lebih lanjut hubungi Dr. Inggriani, Ozone Therapist, di
STANFORD MEDICAL CENTER, Jl. Transmigran Kp. Bandan no. 7
Jakarta Utara telp. (021) 690- 4886 dan (021) 692- 4210. Jam praktek Senin-
Jumat 08.30-17.00 dan Sabtu 08.30-15.00

Box
Sekilas Terapi Ozon
The Silent Healer yang telah dimanfaatkan ratusan ribu orang di banyak negara,
namun kita di Indonesia belum banyak mengetahuinya…

Ozon adalah komponen udara segar yang terjadi secara alami, sebagai hasil reaksi
antara sinar ultra violet matahari dengan lapisan atas atmosfir bumi, dan
membentuk lapisan pelindung bagi bumi. Ozon untuk pengobatan dibuat dengan
cara mengaktifkan Oksigen berstandar mutu medis dengan menggunakan listrik
(alatnya disebut Ozon Generator)

Sebagai senyawa kimia, Ozon terdiri dari tiga atom Oksigen (O3), dan merupakan
suatu bentuk yang sangat energetik dari oksigen atmosferik biasa (O2). Sebagai
gas, Ozon sangat reaktif dan tidak stabil, dengan masa hidup yang sangat pendek.
Dalam waktu 20 – 30 menit, Ozon akan memecah diri menjadi dua atom Oksigen
biasa, dengan meninggalkan satu atom Oksigen tunggal (O). Oksigen tunggal ini
adalah bahan oksidasi yang sangat ampuh. Jika Ozon dimasukkan ke aliran darah

5
dan memecah diri menjadi O2 dan O, sel-sel yang sehat yang bermuatan
antioksidan akan menyerap O2 dari Ozon tersebut, dan menyingkirkan O. O ini
selanjutnya akan mencari sel-sel yang sakit dan menetralisirnya. Dengan demikian,
dalam satu gebrakan Ozon akan memberi makan sel-sel yang sehat sambil
menghancurkan sel-sel yang tidak normal. Dengan kemampuan tersebut Ozon
adalah bahan oksidan yang paling ampuh dan paling cepat daya kerjanya, yang
bisa dihasilkan manusia, dengan sifat germisidal, bakterisidal dan fungisidal.

Ozon dalam dunia medis

Dengan sifat-sifat yang disebut di muka, Ozon banyak dimanfaatkan kalangan


medis untuk menangani berbagai penyakit, yang bisa dibagi dalam empat
kelompok:
Pertama, untuk menangani berbagai masalah yang berhubungan dengan
sirkulasi darah, seperti jantung, paska stroke, migrain, vertigo.
Kedua, untuk menangani pelbagai penyakit yang disebabkan oleh virus,
seperti hepatitis dan herpes.
Ketiga, untuk menangani luka, infeksi dan peradangan seperti ulcerus cruris
(luka terbuka di kaki), kondisi peradangan di saluran pencernaan (Colitis,
Proktitis), luka bakar, luka yang terinfeksi, infeksi jamur.
Keempat, sebagai pengobatan komplementer untuk menangani pelbagai jenis
kanker, meningkatkan sistem imunitas tubuh.

Ozon untuk kesehatan sudah digunakan sejak 1915 oleh Dr. Albert Wolff di
Jerman. Pada akhir 1990 diperkirakan 8000 dokter, Ahli Naturopati dan ahli
Homeopati di Jerman menggunakan Ozon dalam praktik mereka. Sejak 1998 para
praktisi kesehatan di 11 negara bagian Amerika (termasuk New York dan
Washington) mengikuti jejak rekan mereka di Eropa dalam memanfaatkan Ozon
untuk penyembuhan.

Polyatomic Oxygen – Ozon Apheresis Therapy

Dunia medis mengenal pelbagai cara aplikasi Ozon. Mulai dari diminum, (sebagai
air Ozon), secara topikal sebagai salep Ozon, dengan kantung Ozon untuk merawat

6
luka, dengan cara insuflasi (menggunakan kateter) melalui rektum, vagina atau
telinga, dengan suntikan IV ke nadi, sistem Autohemoterapi (infus) dan dengan
cairan NaCl yang diberi ozon (Ozonated Saline Infusion). Tapi cara yang paling
mutakhir dan menjadi crem de la creme dari Terapi Ozon adalah Polyatomic
Oxygen Ozon Apheresis Therapy. Darah sang pasien ditarik melalui satu lengan,
diproses Ozonisasi dan difilter di luar tubuh, kemudian dikembalikan lagi melalui
lengan yang satunya.

Dengan cara ini dosis optimal yang lebih efektif bisa dicapai, karena selama 1 jam
terapi total jumlah darah yang diberi masukan Oksigen-Ozon bisa mencapai 3-4
liter. Bandingkan dengan cara sebelumnya (Autohemoterapi), yang paling banter
hanya memproses sekitar 300 cc darah sang pasien.

You might also like