Professional Documents
Culture Documents
Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari suatu program pendidikan dasar
perawatan, memenuhi syarat di beri wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan
yang bermutu dan bertanggung jawab. Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada klien
atau pasien dengan memberikan tindakan yang di fungsikan untuk mengubah keadaan lahiriah
atau batiniah yang sakit menjadi lebih baik yang mana tindakan ini memiliki tujuan adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat luas, untuk mencegah perkembangan penyakit,
melakukan pengobatan/perawatan orang sakit dan untuk merehabilitasi seseorang yang sakit.
Realita keperawatan secara islami memberikan tolak ukur untuk pelayanan kesehatan
yang lebih baik. Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia,
akan tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan syariah
islam yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam. Seorang
perawat islam masa kini harus menyadari untuk mewujudkan perawat yang profesional itu
haruslah memiliki kualitas sehingga mampu bersaing. Hidup adalah sebuah persaingan
(fastabiqul khairat). Itulah sebabnya, untuk menjadikan diri yang berkualitas, perawat tak kenal
berhenti untuk terus belajar, belajar dan belajar. Perawatpun harus menyadari bahwa tiga potensi
dirinya, yaitu head, heart, dan hand, hanyalah sebuah khayalan bila tidak ditambah dengan sikap
yang mutlak diperlukan, yaitu hard working
.Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas
adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi setiap pribadi muslim yang memiliki etos kerja.
Perawat muslim yang beretos kerja memiliki semacam semangat untuk memberikan pengaruh
positif kepada lingkungannya. Keberadaan dirinya diukur oleh sejauh mana potensi yang
dimilikinya memberikan makna dan pengaruh yang mendalam bagi orang lain. Perawat ada
karena banyak orang yang maemerlukan perawatan. Perawat ada karena perawat memberikan
makna bagi kehidupan.
Perawat muslim harus memiliki etos kerja islam yang baik dalam etos tersebut, ada
semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan
(fasad) sehingga setiap pekerjaan diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama
sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single defect). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan,
sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani
taqwin).
Senada dengan kata ihsan, di dalam Al-quran kita temukan pula kata itqan yang berarti
proses pekerjaan yang bersungguh-sungguh, akurat dan sempurna (an-Naml:88). Akibatnya,
seorang muslim yang mempunyai kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukan etos kerja yang
bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu yang bersungguh-sungguh dan tidak
pernah mengerjakan sesuatu setengah hati (mediocre). Seorang perawat harus memiliki kualitas
hati (quality of your heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal dengan istilah
Spiritual intelligent
.Seorang perawat muslim yang professional harus bekerja dan pekerjaannya sebagai
aktivitas dinamis, mempunyai makna bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan seorang muslim
harus penuh dengan tantangan (challenging), tidak monoton dan selalu berupaya untuk mencari
terobosan-terobosan baru (innovative) dalam melakukan perawatan kepada pasien, bagaimana
cara mengkolaborasi dari ilmu pengetahuan, ilmu keperawatan dan seni dalam merawat serta
tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan. Ada motivasi dalam hatinya untuk selalu
meningkatkan kualitas dirinya. Jiwanya gelisah jika berada dalam kondisi statis. Jiwanya
merintih apabila setiap waktu tidak ada perubahan yang bermanfaat. Inilah yang dimaksudkan
sebagai semangat perubahan (spirit of change).
Ibarat meneguk air laut, kian diteguk terasa kian haus pula rasanya. Islam adalah agama
yang dinamis dan penuh energy, tidak pernah mengenal kamus berhenti dalam berbuat kebaikan,
menggapai prestasi Ilahiah. Profesi keperawatan merupakan ladang ibadah kita, manakala kita
lakukan dengan penuh kesungguhan serta penuh keihklasan. Oleh karenanya untuk dapat
melaksanakan tugas profesi yang bernilai ibadah tentunya perlu dilandasasi oleh kaidah-kaidah
agama yang kita yakini bersama.
Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout banyak sekali
petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi keperawatan.
Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri
terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan
bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di
tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan
perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di
dalamnya. Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia
mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia.
Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang
penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).
Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama
kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk
melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang
tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini
merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam
berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap
warganegaranya.
Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah
tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan
pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan
ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan kesenangan yang pantas.
Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan
siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan
bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itu dokter dan
perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah
dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia
dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk
menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.
Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja
yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah
menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi
penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah
sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup
para pasien bersangkutan.
Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar
teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa
awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang
keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi
Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit
maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter
Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional,
diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang
dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.
Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki dokter dan perawat istana yang
mendapatkan kedudukan istimewa turun temurun. Jurjis ibnu Bakhti, Hunain bin Ishak dan
keturunannya merupakan para dokter dan perawat yang handal. Bazmi Alim, bukan saja aktif
dalam dunia keperawatan, tapi juga membangun rumah sakit Yamki Baghcha di Istanbul-Turki,
dan masih banyak lagi. Figuritas Ibnu Sina (Avicenna) dan Abubakar al-Razi (Razez) yang
dianggap pelopor ilmu kedokteran dengan karya-karya tulis monumentalnya di bidang
keperawatan medis, semakin memacu banyaknya masyarakat yang terjun dalam profesi
keperawatan, baik pria maupun wanita.
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan
menyangkut ketrampilan intelaktual. Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai
suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan
diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional
merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah
suatu profesi.
Karakteristik Profesi
1. Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik
professional sebagai berikut :
e. Pendidikan formal
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan
praktik yang otonom.
2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger dan
Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik sebagai berikut :
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan
kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau universitas.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik
keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi
standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat
bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan
kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan
konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap
konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak
melakukan tindakan pada situasi tertentu.
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat
bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi
pilihannya sendiri sepanjang hayat.
g. Fungsi mandiri
Pertama , hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi yang
sebenarnya. Menurut pakar pendidikan, suatu pekerjaan dapat dipandang sebagai pekerjaan
profesional apabila:
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup yang akan dijalani sepenuh waktu, jadi bukan
profesi terpaksa yang akan dijalani sambil lalu. Ketika sudah memantapkan hati menjadi
perawat, haruslah all out menggeluti bidang ini sampai akhir dengan motivasi yang tulus
ikhlas dan penuh pengabdian. Dengan motivasi dan dedikasi tinggi, tentu jenjang karier
dan prospeknya akan terus meningkat.
3. Profesi haruslah untuk kepentingan masyarakat, bukan individu dan golongan. Ini berarti
prinsip yang mendasari profesi keperawatan adalah kepentingan masyarakat yang
membutuhkan pertolongan, tanpa boleh membedakan status orang yang diberikan
pelayanan.
4. Profesi juga memiliki organisasi dan kode etik tertentu, ini berarti para perawat mestilah
merasakan bahwa dirinya merupakan bagian dari institusi dan organisasi yang
mewadahinya, sekaligus sadar untuk menaati kode etik yang berlaku.
5. Sebuah profesi pada dasarnya memiliki otonomi, tapi juga tetap terbuka menjalin
kerjasama dengan pihak lain yang terkait. Ini berarti para perawat, meskipun di satu sisi
yakin akan kemampuannya, tapi untuk efektivitas pekerjaannya, ia harus tertap terbuka
dan proaktif bekerjasama dengan para pihak yang dapat menunjang kesuksesan layanan
keperawatan. Jadi dalam profesi terkandung persyaratan pemilikan kompetensi personal
berupa kepribadian terpuji, kompetensi profesional berupa keahlian, serta kompetensi
sosial berupa semangat pengabdian yang tinggi untuk masyarakat.
Para ulama sepakat, bahwa orang yang memberikan perawatan yang di luar keahliannya,
lalu menimbulkan kecacatan atau risiko yang menambah berat penyakit pasiennya, maka dia
harus bertanggung jawab sesuai kadar bahaya yang ditimbulkannya, dan risiko tersebut dapat
ditebus dengan ganti rugi dari hartanya sendiri, bukan harta negara atau institusi. Tetapi jika
paramedis berbuat kekeliruan, sedangkan ia seorang memiliki ilmu dan keahlian cukup, maka
risiko yang timbul, juga harus dibayarkan kepada korban. Dalam hal ini ada yang berpendapat
diambil dari hartanya, ada pula berpendapat diambil dari harta negara atau institusi tempatnya
bekerja. Imam Malik berpendapat, paramedis tidak perlu dituntut apa-apa, karena kesalahan itu
di luar kemauannya, dan perawatan yang diberikan beserta risikonya sudah seizin pasien sendiri
atau keluarganya.
Adanya keharusan bertanggung jawab tidak lain untuk melindungi jiwa manusia dan
mengingatkan paramedis atau perawat agar lebih cermat dan hati-hati dalam menjalankan
pekerjaannnya, sebab pekerjaannya berkaitan langsung dengan jiwa manusia. Ketika seorang
pasien meninggal, tidak hanya keluarga kehilangan anggotanya, tapi bisa pula kehilangan
pengasuh, pengayom dan pemimpin keluarga, penopang ekonomi keluarga, kehilangan orang
tercinta, kehilangan harapan hidupnya dan sebagainya.
Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada
masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua
mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia, human
development index (HDI), di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding
bangsa-bangsa di dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah
satu indikator kriteria yang digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas
kesehatannya rendah tersebut berada pada level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini baru
berobat atau terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh karenanya, para
perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di masyarakat dapat
dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik mencegah daripada
mengobati.
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang
diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu
adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada
penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada
tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya
tersebut prawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu
bidang keprofesian.
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional
yang kokoh dan mantap.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang
melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar
tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat
individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang
juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional
sampai sub seluler atau molekuler.
1. Nilai intelektual
a. Body of Knowledge
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
b. Fair
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha
menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan
kebutuhan spiritual klien.
Menurut keislaman adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan
professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada
keimanan, keilmuan dan amal.
Paradigma keperawatan dalam Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai
dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan
sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam.
Oleh karena itu paradigma keperawatan dalam Islam memiliki empat komponen yang
dilandasi oleh prinsip dan ajaran islam Yaitu:
Artinya: “ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(QS. At-Tiin: 4)
Berdasarkan dalil diatas , maka manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik
bentuknya dan dimuliakan Allah, terdiri dari : Jasad, Ruh, dan Psikologis,
dimana makhluk lainnya yang ada dilangit dan dibumi ditundukan oleh Allah kepada manusia
kecuali Iblis.
Dalam Al-Quran manusia diistilahkan dengan sebutan : Al-Basyar dan An-Naas.
Al-Basyar mengambarkan manusia dalam bentuk fisik : diciptakan dari tanah , dapat
dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan dan berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)
a. Jasad (fisik )
Artinya: ”Dan tidaklah kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan
tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal.” (QS. Al-Anbiyaa: 8 )
b. Ruh.
Artinya: ”Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS. Shaad: 72)
c. Nafs (jiwa)
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-
Ra’d: 28)
2. Lingkungan
Lingkungan Internal:
Lingkungan Eksternal:
Lingkungan sekitas yang berada diluar diri manusia yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kesehatan maupun perawatan, meliputi:
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera , penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek
jasmani, rohani dan social.
Dilandasi oleh Firman Allah SWT:
Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-
Ra’d: 28)
Serta Hadist Tarmudzy dan Ibnu Majah ”Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya
dan punyamakanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugrahkan
kepadanya“
Promotif
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)
Prefentif
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” ( QS. At-Tahrim : 6)
Kuratif
Artinya: “Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syuara: 80)
Rehabilitatif.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du: 11)
4. Keperawatan.
Adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan
amal.
Dalam ilmu kesehatan islam pun mengajarkan beberapa prinsip tentang kesehatan.
Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut:
Agama Islam bertujuan memelihara agama, jiwa, akal, kesehatan dan harta benda umat
manusia
Justice
Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan
adaptasi dalam menghadapi perubahan kabutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan
tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap
stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam
beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan
adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik bio, psiko maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi
asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami
oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien
Bicara tentang konsep holistic dari dulu perawat telah lama mengenal. Dalam literatur
keperawatan dikatakan perawat memandang manusia sebagai makhluk yang utuh bio,psiko,
sosio, spiritual. Karena konsep yang dibahas cukup luas teman ada yang memplesetkan sebagai
“ipolesosbudhankamrata”nya perawat. Saking luasnya jangkauan yang “harus dijangkau” oleh
perawat bahkan ada yang bersikap skeptis.
Sebagai seorang perawat islam perlu adanya peran terhadap ilmu keperawat tersebut.
Peran yang dapat lakukan antara lain:
Islam mengajarkan beberapa aspek nilai-nilai yang dapat menjadikan manusia itu terlihat
baik disisi Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai keislaman perlu di integrasikan terhadap ilmu
keperawatan yang berkembang pada saat ini. Adanya pengintegrasian ini dimaksudkan akan
terciptanya seorang perawat yang bercirikan agama Islam.
Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi dari pada nilai-nilai tersebut
untuk diaplikasikan terhadap praktik keperawatan.Misalnya ketika seorang perawat mendapati
pasien yang beragama islam, dan pasien tersebut memiliki penyakit yang apabila terkena air
maka penyakit tersebut bertambah. Maka seorang perawat tersebut perlu untuk mengajarkan
bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak bertambah sakitnya, namun tidak pula
meninggalkan ibadahnya.
Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam
dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas
penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang
dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.
Pada zaman Nabi perawat dapat diberi nama ”Al Asiyah “ dari kata Aasa yang berarti
mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan memberikan obat. Pelayanan
kesehatan telah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat wanita
yang pertama yang bernama Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas kesehatan
karna petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.
Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad Hijrah. Akad Hijrah adalah suatu akad
dimana satu pihak memanfaatkan Barang, Tenaga, Pikiran dan Keahlian.
Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan Fisik, Mental maupun
kesehatan lingkungan.Hak dan kewajiban antara perawat dengan pasien.
· bertanggung jawab atas kematian /penderitaan dan kerugian pasien yang disebabkan oleh
kesalahan perawat
Hak – Hak petugas keperawatan
Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia.akan
tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keprawatan yang dilakukan sesuai dengan syari’ah
islam,yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam.dalam Al-
Qur’an disebutkan bahwa:
Diwajibkan bersuci dengan air, berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika berhadats
besar
Jika tidak bisa dengan air karena dikhawtirkan dapat memperlambat kesembuhan, maka
boleh tayamum
Bila tidak mampu bersuci sendiri maka dapat dibantu orang lain
Jika pada tubuh terdapat luka yang digips atau dibalut maka cukup mengusap balutan tadi
dengan air
Cara bertayamum ialah memukulkan dua tangannya ketanah yang suci sekali pukulan,
kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya
Jika sebagian tubuh yang harus disucikan terluka, maka dibasuh dengan air jika
membahayakan cukup diusap sekali saja jika membahayakan juga maka bias bertayamum
Jika tidak mungkin bertayamum diatas tanah atau dinding atau tempat lain yang
mengandung debu maka boleh menggunakan sapu tangan
Orang yang sakit juga wajib membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak mungkin maka
ia solat apa adanya, dan solatnya sah
Orang yang sakit wajib menggunakan pakaian yang suci dalam melaksanakan solat jika
tidak memungkainkan maka solat apa adanya dan solatnya sah
Orang yang sakit juga wajib solat ditempat yang suci jika tidak mungkin maka cara sholat
ditempat apa adanya dan sholatnya sah.
Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada
tongkat
Bila tidak mampu duduk maka solat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi
tubuh sebelah kanan menghadap kiblat
Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat dan
kepala agak ditinggikan
Jika tidak mampu juga maka solat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika
kepala tidak mampu maka dengan mata
Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat solat didalam hati
Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan solat pada waktunya, maka dibolehkan
menjamak
Selama bepergian tersebut tidak untuk maksiat dan sesuai dengan ketentuan ukum islam
maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan dapat menggantinya dihari yang lain sesuai
dengan puasa yang ditinggalkannya.
Sakit yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa adalah yang mengakibatkan bahaya bagi
jiwa, atau bertanmbahnya penyakit baginya, atau dikhawatirkan terlambatnya kesembuhan akibat
dari puasa tersebut dan dapat menggantinya dihari yang lain sesuai dengan puasa yang
ditinggalkannya.
Wajib mengganti dihari yang lain dan jika wanita tersebut berpuasa maka puasanya tidak
sah.
Orang yang lanjut usia dan perempuan tua yang tidak mampu berpuasa hendaknya
memberi makanan setiap hari, satu orang miskin
Allah meringankan bagi mereka untuk tidak berpuasa, dan termasuk dari golongan
hambanya yang lemah adalah wanita hamil dan menyusui.
Para pemimpin rumah sakit-rumah tidak boleh menugaskan seorang perawat laki-laki dan
seorang perawat wanita untuk piket dan jaga malam bersama, ini suatu kesalahan dan
kemungkaran besar, dan ini artinya mengajak kepada perbuatan keji. Jika seorang laki-laki hanya
berduaan dengan seorang wanita di suatu tempat, tidak bisa dijamin aman dari godaan setan
untuk melakukan perbuatan keji dan sarana-sarananya.
Menurut islam kesehatan yang bersifat (Prepentif) lebih diutamakan dari pada Kuratif
(pengobatan).
Hak dan kewajiban petugas kesehatan lebih besar dari pada hak dan kewajiban pasien
karna hak dan kewajiban petugas kesehatan bertanggung jawab atas jiwa dan raga pasien.
Menurut islam bahwasan orang sakit wajib melakukan berobat untuk mengobati penyakit
nya.sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
“berobatlah kamu, hai hamba – hamba Allah! Sebab sesungguhnya Allah SWT tidak
membuat penyakit kecuali membuat pula obat nya, selain itu penyakitnya, ialah sakit tua.”(Hadis
riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)
Menurut hukum islam, seseorang yang melakukan praktek kedokteran dan pengobatan,
sedangkan ia bukan ahlinya, misalnya, ia “Kunter” (dukun yang melakukan praktek dokter
seperti operasi), atau “Terkun “ (dokter yang melakukan praktek dukun)
Seperti ia tidak memberikan resep obat kepada pasiennya yang sesuai dengan disiplin
ilmu kedokteran yang ia pelajari, tetapi ia harus bertanggung jawab atas kerugian pasien nya,
jiwa/materialnya. Hal ini berdasarkan sabda Hadis Nabi :