You are on page 1of 19

Perawat Sebagai Profesi

Perawat adalah seseorang yang telah lulus dari suatu program pendidikan dasar
perawatan, memenuhi syarat di beri wewenang oleh pemerintah untuk memberikan pelayanan
yang bermutu dan bertanggung jawab. Perawat melakukan tindakan keperawatan kepada klien
atau pasien dengan memberikan tindakan yang di fungsikan untuk mengubah keadaan lahiriah
atau batiniah yang sakit menjadi lebih baik yang mana tindakan ini memiliki tujuan adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat luas, untuk mencegah perkembangan penyakit,
melakukan pengobatan/perawatan orang sakit dan untuk merehabilitasi seseorang yang sakit.

Realita keperawatan secara islami memberikan tolak ukur untuk pelayanan kesehatan
yang lebih baik. Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia,
akan tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan syariah
islam yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam. Seorang
perawat islam masa kini harus menyadari untuk mewujudkan perawat yang profesional itu
haruslah memiliki kualitas sehingga mampu bersaing. Hidup adalah sebuah persaingan
(fastabiqul khairat). Itulah sebabnya, untuk menjadikan diri yang berkualitas, perawat tak kenal
berhenti untuk terus belajar, belajar dan belajar. Perawatpun harus menyadari bahwa tiga potensi
dirinya, yaitu head, heart, dan hand, hanyalah sebuah khayalan bila tidak ditambah dengan sikap
yang mutlak diperlukan, yaitu hard working

.Kualitas bukan sekedar hasil, melainkan sebuah proses dari keterpanggilan hati. Kualitas
adalah gambaran yang menjadi obsesi bagi setiap pribadi muslim yang memiliki etos kerja.
Perawat muslim yang beretos kerja memiliki semacam semangat untuk memberikan pengaruh
positif kepada lingkungannya. Keberadaan dirinya diukur oleh sejauh mana potensi yang
dimilikinya memberikan makna dan pengaruh yang mendalam bagi orang lain. Perawat ada
karena banyak orang yang maemerlukan perawatan. Perawat ada karena perawat memberikan
makna bagi kehidupan.

Perawat muslim harus memiliki etos kerja islam yang baik dalam etos tersebut, ada
semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari segala kerusakan
(fasad) sehingga setiap pekerjaan diarahkan untuk mengurangi bahkan menghilangkan sama
sekali cacat dari hasil pekerjaannya (no single defect). Sikap seperti ini dikenal dengan ihsan,
sebagaimana Allah menciptakan manusia dalam bentuknya yang paling sempurna (fi ahsani
taqwin).

Senada dengan kata ihsan, di dalam Al-quran kita temukan pula kata itqan yang berarti
proses pekerjaan yang bersungguh-sungguh, akurat dan sempurna (an-Naml:88). Akibatnya,
seorang muslim yang mempunyai kepribadian qur’ani pastilah akan menunjukan etos kerja yang
bersikap dan berbuat serta menghasilkan segala sesuatu yang bersungguh-sungguh dan tidak
pernah mengerjakan sesuatu setengah hati (mediocre). Seorang perawat harus memiliki kualitas
hati (quality of your heart) berkaitan dengan kualitas moral seseorang atau dikenal dengan istilah
Spiritual intelligent

.Seorang perawat muslim yang professional harus bekerja dan pekerjaannya sebagai
aktivitas dinamis, mempunyai makna bahwa seluruh kegiatan yang dilakukan seorang muslim
harus penuh dengan tantangan (challenging), tidak monoton dan selalu berupaya untuk mencari
terobosan-terobosan baru (innovative) dalam melakukan perawatan kepada pasien, bagaimana
cara mengkolaborasi dari ilmu pengetahuan, ilmu keperawatan dan seni dalam merawat serta
tidak pernah merasa puas dalam berbuat kebaikan. Ada motivasi dalam hatinya untuk selalu
meningkatkan kualitas dirinya. Jiwanya gelisah jika berada dalam kondisi statis. Jiwanya
merintih apabila setiap waktu tidak ada perubahan yang bermanfaat. Inilah yang dimaksudkan
sebagai semangat perubahan (spirit of change).

Ibarat meneguk air laut, kian diteguk terasa kian haus pula rasanya. Islam adalah agama
yang dinamis dan penuh energy, tidak pernah mengenal kamus berhenti dalam berbuat kebaikan,
menggapai prestasi Ilahiah. Profesi keperawatan merupakan ladang ibadah kita, manakala kita
lakukan dengan penuh kesungguhan serta penuh keihklasan. Oleh karenanya untuk dapat
melaksanakan tugas profesi yang bernilai ibadah tentunya perlu dilandasasi oleh kaidah-kaidah
agama yang kita yakini bersama.

Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar, Syeikh Mahmoud Syaltout banyak sekali
petunjuk Nabi Muhammad SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi keperawatan.
Perintah untuk berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri
terhadap penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dll, menunjukkan
bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut hadirnya para perawat di
tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki kompetensi di bidang pengobatan dan
perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi beserta individu perawat yang mengabdi di
dalamnya. Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang ia
mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan orang mulia.
Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang membahas tentang
penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).

Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan


keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi Isa bin
Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu menyebut nama Allah
sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua aspek ilmu pengetahuan, ilmu
kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu Allah, karena Allah-lah yang
mengajarkan kepada manausia apa yang tidak diketahuinya. Allah berfirman: Iqra wa rabbukal
akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam ya’lam (Bacalah dan Tuhanmulah yang
paling mulia, yang mengajar manusia dengan perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia
mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak diketahuinya. QS al-Alaq: 3-5). Melalui ayat
ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap organisme dan anorganisme yang
ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian,
diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan
kesehatan, semakin terungkap tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.

Berkaitan dengan ini pengadaan praktik kedokteran dan perawatan adalah perintah agama
kepada masyarakat, yang disebut fardlu kifayah, yang diwakili oleh beberapa institusi untuk
melayani kebutuhan kesehatan dan pengobatan masyarakat dan dapat dinikmati oleh setiap orang
tanpa kecuali, tanpa melihat kepada perbedaan ras, agama dan status sosialnya. Kewajiban ini
merupakan tugas negara untuk menjamin kebutuhan bangsa akan para dokter dan perawat dalam
berbagai bidang spesialisiasi. Dalam Islam hal ini merupakan kewajiban negara terhadap
warganegaranya.

Kesehatan harus menjadi tujuan, dan keperawatan kedokteran sebagai cara, pasien adalah
tuan, dokter dan perawat sebagai pelayannya. Peraturan-peraturan, jadwal-jadwal, waktu dan
pelayanan harus dilaksanakan sedemikian rupa untuk menentukan keadaan pasien dan
ditempatkan paling atas dengan kesejahteraan dan kesenangan yang pantas.

Status istimewa harus diberikan kepada pasien selama ia menjadi pasien, tidak membedakan
siapa dan apa dia. Seorang pasien berada pada tempat perlindungan karena penyakitnya dan
bukan karena kedudukan sosialnya, kekuasaan atau hubungan pribadinya. Karena itu dokter dan
perawat mengemban tugas mulia, yang dalam sumpah jabatannya mereka sudah bersumpah
dengan namaTuhan, berjanji untuk mengingat Tuhan dalam profesinya, melindungi jiwa manusia
dalam semua tahap dan semua keadaan, melakukan semampu mungkin untuk
menyelamatkannya dari kematian, penyakit, rasa sakit dan kecemasan.

Allah berjanji akan menolong setiap orang di akhirat dan di hari pembalasan, siapa saja
yang menolong saudaranya di dunia. Walaupun kematian merupakan hak prerogatif Allah
menentukannya, namun manusia diberi kewenangan yang maksimal untuk mengatasi
penyakitnya dengan bantuan dokter dan perawat. Itu sebabnya terhadap penyakit yang parah
sekalipun, dokter dan perawat tetap melakukan usaha maksimal dan memberi semangat hidup
para pasien bersangkutan.

Ajaran-ajaran normatif agama tentang perawatan di atas, tidak hanya sebatas dasar
teoritis, melainkan sudah pula dipraktikkan dalam realitas kehidupan di masa lalu. Di masa-masa
awal perkembangan Islam dikenal sejumlah wanita yang mengabdikan dirinya di bidang
keperawatan, di antaranya Rufaidah, ia berjasa mendirikan rumah sakit pertama di zaman Nabi
Muhammad Saw guna menampung dan merawat orang-orang sakit, baik karena penyakit
maupun terluka dalam peperangan Kalau di Eropa dikenal nama Jean Henry Dunant, dokter
Swiss yang melalui Konferensi Jenewa l864 diakui sebagai Bapak Palang Merah Interasional,
diikuti oleh Florence Nightingale sebagai Ibu Perawat Dunia pertama, maka Rufaidah-lah yang
dianggap sebagai “Nightingale” dalam Islam.
Para Khalifah Abbasiyah juga banyak memiliki dokter dan perawat istana yang
mendapatkan kedudukan istimewa turun temurun. Jurjis ibnu Bakhti, Hunain bin Ishak dan
keturunannya merupakan para dokter dan perawat yang handal. Bazmi Alim, bukan saja aktif
dalam dunia keperawatan, tapi juga membangun rumah sakit Yamki Baghcha di Istanbul-Turki,
dan masih banyak lagi. Figuritas Ibnu Sina (Avicenna) dan Abubakar al-Razi (Razez) yang
dianggap pelopor ilmu kedokteran dengan karya-karya tulis monumentalnya di bidang
keperawatan medis, semakin memacu banyaknya masyarakat yang terjun dalam profesi
keperawatan, baik pria maupun wanita.

Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan
menyangkut ketrampilan intelaktual. Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai
suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan
diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional
merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah
suatu profesi.

 Karakteristik Profesi

1. Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik
professional sebagai berikut :

a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan

b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis

c. Kemampuan menyelesaikan masalah

d. Pengembangan diri secara berkesinambungan

e. Pendidikan formal

f. System pengesahan terhadap kompetensi

g. Penguatan secara legal terhadap standart professional

h. Praktik berdasarkan etik

i. Hukum terhadap malpraktik

j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat

k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan
praktik yang otonom.

2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger dan
Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam


tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif.
Sebagai suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan
banyak sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan
lain-lain. Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik
keperawatan yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok
bahasan pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.

b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.

Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan
kegiatan untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau universitas.

Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi memberikan


kesempatan kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual,
interpersonal dan tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu
dalam pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat
dituntut untuk mengembangkan Iptek keperawatan.

d. Pengendalian terhadap standart praktik.

Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik
keperawatan menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi
standart yang telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat
bekerja tidak dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.

e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.

Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan
kepada klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan
konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap
konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak
melakukan tindakan pada situasi tertentu.

f. Karir seumur hidup

Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat
bekerja sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi
pilihannya sendiri sepanjang hayat.

g. Fungsi mandiri

Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun


kegiatran kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan
kepada kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain.

 Kesiapan Mengabdi Masyarakat


Sekarang sejumlah akademi dan perguruan tinggi semakin banyak membina
mahasiswanya yang berorientasi kepada profesi keperawatan. Kondisi ini tentu patut disambut
gembira, sebab tenaga keperawatan di daerah kita, apalagi di perdesaan dan pedalaman masih
sangat kurang. Untuk lebih memberikan kesiapan fisik dan mental dalam menekuni profesi
keperawatan, kiranya penting digarisbawahi hal-hal mendasar berikut:

Pertama , hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai profesi yang
sebenarnya. Menurut pakar pendidikan, suatu pekerjaan dapat dipandang sebagai pekerjaan
profesional apabila:

1. Memiliki keahlian khusus untuk profesi tersebut, dilengkapi dengan kecakapan


diagnostik dan kompetensi aplikatif untuk membantu klien atau pasien. Ini berarti para
perawat harus terus meningkatkan ilmu, keahlian dan pengalamannya, baik melalui
pembelajaran teoritis maupun praktis. Di tengah semakin majunya dunia kedokteran dan
keperawatan, tentu menuntut setiap orang yang menggelutinya tidak boleh berhenti untuk
menambah ilmu dan skill-nya untuk disumbangkan kepada masyarakat.

2. Profesi dipilih karena panggilan hidup yang akan dijalani sepenuh waktu, jadi bukan
profesi terpaksa yang akan dijalani sambil lalu. Ketika sudah memantapkan hati menjadi
perawat, haruslah all out menggeluti bidang ini sampai akhir dengan motivasi yang tulus
ikhlas dan penuh pengabdian. Dengan motivasi dan dedikasi tinggi, tentu jenjang karier
dan prospeknya akan terus meningkat.

3. Profesi haruslah untuk kepentingan masyarakat, bukan individu dan golongan. Ini berarti
prinsip yang mendasari profesi keperawatan adalah kepentingan masyarakat yang
membutuhkan pertolongan, tanpa boleh membedakan status orang yang diberikan
pelayanan.

4. Profesi juga memiliki organisasi dan kode etik tertentu, ini berarti para perawat mestilah
merasakan bahwa dirinya merupakan bagian dari institusi dan organisasi yang
mewadahinya, sekaligus sadar untuk menaati kode etik yang berlaku.

5. Sebuah profesi pada dasarnya memiliki otonomi, tapi juga tetap terbuka menjalin
kerjasama dengan pihak lain yang terkait. Ini berarti para perawat, meskipun di satu sisi
yakin akan kemampuannya, tapi untuk efektivitas pekerjaannya, ia harus tertap terbuka
dan proaktif bekerjasama dengan para pihak yang dapat menunjang kesuksesan layanan
keperawatan. Jadi dalam profesi terkandung persyaratan pemilikan kompetensi personal
berupa kepribadian terpuji, kompetensi profesional berupa keahlian, serta kompetensi
sosial berupa semangat pengabdian yang tinggi untuk masyarakat.

Kedua,dalam menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi dengan kecermatan,


kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif yang mungkin timbul.
Seringnya mencuat kasus malapraktik akhir-akhir ini haruslah dijadikan pelajaran bagi segenap
insan keperawatan, dokter dan paramedis, untuk lebih hati-hati dan cermat dalam melakukan
pekerjaan. Agama menggariskan beberapa sikap waspada yang perlu direnungi bagi para
perawat. Sayyid Sabiq mengatakan, dalam memberikan perawatan medis, hendaknya paramedis
menjalankan tugas sesuai bidang keahliannya.

Para ulama sepakat, bahwa orang yang memberikan perawatan yang di luar keahliannya,
lalu menimbulkan kecacatan atau risiko yang menambah berat penyakit pasiennya, maka dia
harus bertanggung jawab sesuai kadar bahaya yang ditimbulkannya, dan risiko tersebut dapat
ditebus dengan ganti rugi dari hartanya sendiri, bukan harta negara atau institusi. Tetapi jika
paramedis berbuat kekeliruan, sedangkan ia seorang memiliki ilmu dan keahlian cukup, maka
risiko yang timbul, juga harus dibayarkan kepada korban. Dalam hal ini ada yang berpendapat
diambil dari hartanya, ada pula berpendapat diambil dari harta negara atau institusi tempatnya
bekerja. Imam Malik berpendapat, paramedis tidak perlu dituntut apa-apa, karena kesalahan itu
di luar kemauannya, dan perawatan yang diberikan beserta risikonya sudah seizin pasien sendiri
atau keluarganya.

Adanya keharusan bertanggung jawab tidak lain untuk melindungi jiwa manusia dan
mengingatkan paramedis atau perawat agar lebih cermat dan hati-hati dalam menjalankan
pekerjaannnya, sebab pekerjaannya berkaitan langsung dengan jiwa manusia. Ketika seorang
pasien meninggal, tidak hanya keluarga kehilangan anggotanya, tapi bisa pula kehilangan
pengasuh, pengayom dan pemimpin keluarga, penopang ekonomi keluarga, kehilangan orang
tercinta, kehilangan harapan hidupnya dan sebagainya.

Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya kepada
masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja. Kita semua
mengetahui bahwa UNDP setiap tahun mengukur peringkat kualitas hidup manusia, human
development index (HDI), di mana HDI rakyat Indonedia selalu yang terendah dibanding
bangsa-bangsa di dunia dan di Asia Tenggara. Rendahnya derajat kesehatan merupakan salah
satu indikator kriteria yang digunakan UNDP. Dipastikan masyarakat yang kualitas
kesehatannya rendah tersebut berada pada level ekonomi menengah ke bawah. Mereka ini baru
berobat atau terpaksa datang ke rumah sakit sesudah penyakitnya parah. Oleh karenanya, para
perawat hendaknya proaktif turun ke lapangan, sehingga potensi penyakit di masyarakat dapat
dihindari. Bukankah dalam pengobatan berlaku prinsip, lebih baik mencegah daripada
mengobati.

 Perkembangan Profesionalisme Keperawatan

Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang
diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu
adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga
tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada
penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada
tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya
tersebut prawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu
bidang keprofesian.

Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan


perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan
pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan.
Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula,
dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak
cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus
mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan
pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).

Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai


cara dan pendekatan antara lain :

1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui pnetapan criteria dari berbagai


aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi,
dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.

2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan


organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram
pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.

3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan


yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.

4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat


berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan
atau sector swasta.

5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri,


bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah
yang berpotensi untuk dikembangkan.

 Pohon Ilmu ( Body of Knowledge )

Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu
dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional
yang kokoh dan mantap.

Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu


keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu
keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu
biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan
ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian
masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan
meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.

Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang
melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar
tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat
individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang
juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional
sampai sub seluler atau molekuler.

 Cerminan Perawat Profesional

Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam


nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :

1. Nilai intelektual

Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari

a. Body of Knowledge

b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)

c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.

2. Nilai komitmen moral

Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience

Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan


yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)

b. Fair

Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan


ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan
dengan keunikan yang dimiliki.

c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha
menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan
kebutuhan spiritual klien.

Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Menurut Tuntutan Ajaran


Islam
Keperawatan menurut Abdellah, F.G. (1960) “Nursing is based upon art and science
which would the attitudes, intellectual competencies and technical skills of the individual nurse
into the desire and ability to help people sick or well cope with their health needs, and may be
carried out under general of specific medical direction”

Menurut keperawatan Indonesia “Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan


professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan didasarkan pada ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual yang komprehensif, ditunjukan
kepada individu keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup selurug
proses kehidupan manusia.

Menurut keislaman adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan
professional dan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada
keimanan, keilmuan dan amal.

Pengertian menurut keislaman nantinya dapat di kaitkan kepada komponen paradigma


keparawatan dalam Islam. Oleh karena itu perlu kita memahami pengertiannya paradigma
keperawatan dalam Islam

 Pengertian dan Komponen-Komponen Paradigma Keperawatan Dalam Islam

Paradigma keperawatan dalam Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai
dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang melaksanakan
sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam.

Oleh karena itu paradigma keperawatan dalam Islam memiliki empat komponen yang
dilandasi oleh prinsip dan ajaran islam Yaitu:

1. Manusia Dan Kemanusiaan.

Firman Allah SWT:

Artinya: “ Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
(QS. At-Tiin: 4)

Berdasarkan dalil diatas , maka manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik
bentuknya dan dimuliakan Allah, terdiri dari : Jasad, Ruh, dan Psikologis,

dimana makhluk lainnya yang ada dilangit dan dibumi ditundukan oleh Allah kepada manusia
kecuali Iblis.
Dalam Al-Quran manusia diistilahkan dengan sebutan : Al-Basyar dan An-Naas.

 Al-Basyar mengambarkan manusia dalam bentuk fisik : diciptakan dari tanah , dapat
dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan dan berusaha memenuhi kebutuhan
hidupnya.

 An-Naas. Mengindikasikan bahwa manusia adalah mahluk social.

Sebagaimana firman Allah SWT.

Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Manusia memiliki tiga komponen antara lain:

a. Jasad (fisik )

Artinya: ”Dan tidaklah kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan, dan
tidak (pula) mereka itu orang-orang yang kekal.” (QS. Al-Anbiyaa: 8 )

b. Ruh.

Artinya: ”Maka apabila Telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh
(ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS. Shaad: 72)

c. Nafs (jiwa)

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-
Ra’d: 28)

2. Lingkungan

 Lingkungan Internal:

Lingkungan yang berada dalam diri manusia, meliputi:

Genetik, struktur dan tubuh, psikologis dan internal spiritual.

 Lingkungan Eksternal:

Lingkungan sekitas yang berada diluar diri manusia yang secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kesehatan maupun perawatan, meliputi:

Lingkungan fisik, biologis, social, cultural dan spiritual

3. Sehat dan Kesehatan

Sehat adalah suatu keadaan sejahtera , penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek
jasmani, rohani dan social.
Dilandasi oleh Firman Allah SWT:

Artinya: ”(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-
Ra’d: 28)

Serta Hadist Tarmudzy dan Ibnu Majah ”Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya
dan punyamakanan untuk sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugrahkan
kepadanya“

Upaya kesehatan adalah sebagai berikut:

 Promotif

Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berbuat baik.”  (QS. Al-Baqarah: 195)

 Prefentif

Firman Allah SWT:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” ( QS. At-Tahrim : 6)

 Kuratif

Firman Allah SWT:

Artinya: “Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syuara: 80)

 Rehabilitatif.

Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’du: 11)

4. Keperawatan.

Adalah suatu manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan professional dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasari pada keimanan, keilmuan dan
amal.

 Prinsip-prinsip Islam dalam Kesehatan

Dalam ilmu kesehatan islam pun mengajarkan beberapa prinsip tentang kesehatan.
Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut:
 Agama Islam bertujuan memelihara agama, jiwa, akal, kesehatan dan harta benda umat
manusia

 Anggota badan dan jiwa manusia merupakan milik Allah

 Justice

 Mengutamakan peluang hidup yang lebih tinggi

Pendekatan Holistik Dalam Asuhan Keperawatan


Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang
meliputi dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi tersebut merupakan
suatu kesatuan yang utuh, apabila satu dimensi terganggu akan mempengaruhi dimensi lainnya.
Holistik terkait dengan kesejahteraan. Untuk mencapai kesejahteraan terdapat lima dimensi yang
saling mempengaruhi yaitu: fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Untuk mencapai
kesejahteraan tersebut, salah satu aspek yang harus dimiliki individu adalah kemampuan
beradaptasi terhadap stimulus. Teori adaptasi Sister Callista Roy dapat digunakan.

Teori ini menggunakan pendekatan yang dinamis, di mana peran perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan memfasilitasi kemampuan klien untuk melakukan
adaptasi dalam menghadapi perubahan kabutuhan dasarnya. Tindakan direncanakan dengan
tujuan mengubah stimulus dan difokuskan pada kemampuan individu dalam beradaptasi terhadap
stimulus. Sedangkan evaluasi yang dilakukan dengan melihat kemampuan klien dalam
beradaptasi dan mencegah timbulnya kembali masalah yang pernah dialami. Kemampuan
adaptasi ini meliputi seluruh aspek baik bio, psiko maupun sosial (holistik). Sebagai pemberi
asuhan keperawatan, konsep holistik dan adaptasi ini merupakan konsep yang harus di pahami
oleh perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas kepada klien

Bicara tentang konsep holistic dari dulu perawat telah lama mengenal. Dalam literatur
keperawatan dikatakan perawat memandang manusia sebagai makhluk yang utuh bio,psiko,
sosio, spiritual. Karena konsep yang dibahas cukup luas teman ada yang memplesetkan sebagai
“ipolesosbudhankamrata”nya perawat. Saking luasnya jangkauan yang “harus dijangkau” oleh
perawat bahkan ada yang bersikap skeptis.

Peran Perawat Membimbing Klien Yang Sakit

Sebagai seorang perawat islam perlu adanya peran terhadap ilmu keperawat tersebut.
Peran yang dapat lakukan antara lain:

 Mengintegrasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan

Islam mengajarkan beberapa aspek nilai-nilai yang dapat menjadikan manusia itu terlihat
baik disisi Allah SWT. Oleh karena itu nilai-nilai keislaman perlu di integrasikan terhadap ilmu
keperawatan yang berkembang pada saat ini. Adanya pengintegrasian ini dimaksudkan akan
terciptanya seorang perawat yang bercirikan agama Islam.

 Mengaplikasikan Nilai-nilai Keislaman dalam Ilmu Keperawatan

Setelah adanya pengintegrasian maka perlu adanya realisasi dari pada nilai-nilai tersebut
untuk diaplikasikan terhadap praktik keperawatan.Misalnya ketika seorang perawat mendapati
pasien yang beragama islam, dan pasien tersebut memiliki penyakit yang apabila terkena air
maka penyakit tersebut bertambah. Maka seorang perawat tersebut perlu untuk mengajarkan
bertayamum kepada pasien/klien agar klien tidak bertambah sakitnya, namun tidak pula
meninggalkan ibadahnya.

Di negara-negara timur tengah, konteks keperawatan sendiri banyak dipengaruhi oleh


sejarah keperawatan dalam Islam, budaya dan kepercayaan di Arab, keyakinan akan kesehatan
dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari
pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan akan
spiritual islam tercermin dalam budaya mereka.

Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam
dapat berkembang sejalan dalam harmoni percepatan tuntutan asuhan keperawatan, kompleksitas
penyakit, perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang
dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad.

Pada zaman Nabi perawat dapat diberi nama ”Al Asiyah “ dari kata Aasa yang berarti
mengobati luka, dengan tugas utama memberi makanan dan memberikan obat. Pelayanan
kesehatan telah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW dengan seorang perawat wanita
yang pertama yang bernama Rufaidah. Islam sangat menghargai seorang petugas kesehatan
karna petugas ini adalah petugas kemanusiaan yang sangat mulia.

Pelayanan kesehatan adalah memberi pelayanan kesehatan kepada orang yang


membutuhkan baik itu berupa asuhan keperawatan atau pelayanan kepada pasien. Hubungan
antara petugas kesehatan dan pasien adalah sebagai penjual jasa dan pemakai jasa.

Antara petugas kesehatan dan pasien terjadi akad Hijrah. Akad Hijrah adalah suatu akad
dimana satu pihak memanfaatkan Barang, Tenaga, Pikiran dan Keahlian.

Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan, baik kesehatan Fisik, Mental maupun
kesehatan lingkungan.Hak dan kewajiban antara perawat dengan pasien.

kewajiban petugas keperawatan

·       melaksanakan tugas sesuai dengan sumpah jabatan

·       memberikan pelayanan dengan baik

·       menetapkan tarip yang terjangkau oleh masyarakat


·       mengusahakan keringanan biaya

·       bertanggung jawab atas kematian /penderitaan dan kerugian pasien yang disebabkan oleh
kesalahan perawat

·        melimdungi pasien dari sasaran propaganda agama lain

·        menyampaikan wasiat pasien yang meninggal kapada keluarganya

·        membantu pemakaman jenazah secepat mungkin

·        menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan ajaran agama.

 
Hak – Hak petugas keperawatan

·        Mendapatkan Gaji dan Honorer

·        Mendapatkan penghargaan yang layak dari pemerintah

·        Mendapat perlindungan hukum

·        Melindungi pasien dari ancaman luar kehidupan keselamatan jiwanya.

·        Menolak pelanyanan kesehatan yang bertentangan dengan ajaran Agama

Profesi keperawatan dalam islam adalah dipandang sebagai profesi yang mulia.akan
tetapi hal itu berlaku apabila asuhan keprawatan yang dilakukan sesuai dengan syari’ah
islam,yaitu dengan memperhatikan kaidah-kaidah dan aturan-aturan dalam islam.dalam Al-
Qur’an disebutkan bahwa:

 ”bertolong-tolonglah kamun dalam hal kebaikan,dan janganlah kamu bertolong-tolong


dalam hal keburukan atau kejahatan”.
 Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an menganjurkan untuk
membantu orang orang yang sedang kesulitan dalam hal ini adalah pada keadaan sakit.seperti
yang dicontohkan oleh rufaidah di zaman Rasulullah Saw.sebagai perumpamaan dalam
penerapan asuhan keperawatan yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada dalam islam.misalnya
adalah bagaimana cara bersuci dan shalat bagi pasien yang sedang sakit.
 
Allah berfirman dalam surat Al-baqarah ayat 185:
 

“artinya : allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran


bagimu”(QS.Al-baqarah;185)

 Tata Cara Bersuci Bagi Orang Yang Sakit

 Diwajibkan bersuci dengan air, berwudhu jika berhadats kecil dan mandi jika berhadats
besar
 Jika tidak bisa dengan air karena dikhawtirkan dapat memperlambat kesembuhan, maka
boleh tayamum

 Bila tidak mampu bersuci sendiri maka dapat dibantu orang lain

 Jika pada tubuh terdapat luka yang digips atau dibalut maka cukup mengusap balutan tadi
dengan air

 Cara bertayamum ialah memukulkan dua tangannya ketanah yang suci sekali pukulan,
kemudian mengusap wajahnya lalu mengusap telapak tangannya

 Jika sebagian tubuh yang harus disucikan terluka, maka dibasuh dengan air jika
membahayakan cukup diusap sekali saja jika membahayakan juga maka bias bertayamum

 Dibolehkan bertayamum pada dinding yang mengandung debu yang suci

 Jika tidak mungkin bertayamum diatas tanah atau dinding atau tempat lain yang
mengandung debu maka boleh menggunakan sapu tangan

 Orang yang sakit juga wajib membersihkan tubuhnya dari najis, jika tidak mungkin maka
ia solat apa adanya, dan solatnya sah

 Orang yang sakit wajib menggunakan pakaian yang suci dalam melaksanakan solat jika
tidak memungkainkan maka solat apa adanya dan solatnya sah

 Orang yang sakit juga wajib solat ditempat yang suci jika tidak mungkin maka cara sholat
ditempat apa adanya dan sholatnya sah.

 Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit

 Diwajibkan berdiri meskipun tidak tegak atau bersandar pada dinding atau bertumpu pada
tongkat

 Bila tidak mampu berdiri maka hendaklah solat dengan duduk

 Bila tidak mampu duduk maka solat dengan berbaring miring dengan bertumpu pada sisi
tubuh sebelah kanan menghadap kiblat

 Jika tidak mampu berbaring maka dapat dengan telentang dan kaki menuju arah kiblat dan
kepala agak ditinggikan

 Jika tidak mampu juga maka solat dengan menggunakan isyarat tubuh seperti kepala jika
kepala tidak mampu maka dengan mata

 Jika memang semua itu tidak mampu maka dapat solat didalam hati

 Jika orang sakit merasa kesulitan mengerjakan solat pada waktunya, maka dibolehkan
menjamak

 Orang yang diperbolehkan tidak berpuasa dalam bulan suci rhamadan


 

 Orang yang sedang bepergian (musafir)

Selama bepergian tersebut tidak untuk maksiat dan sesuai dengan ketentuan ukum islam
maka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan dapat menggantinya dihari yang lain sesuai
dengan puasa yang ditinggalkannya.

 Orang yang sakit

Sakit yang diperbolehkan untuk tidak berpuasa adalah yang mengakibatkan bahaya bagi
jiwa, atau bertanmbahnya penyakit baginya, atau dikhawatirkan terlambatnya kesembuhan akibat
dari puasa tersebut dan dapat menggantinya dihari yang lain sesuai dengan puasa yang
ditinggalkannya.

 Wanita yang haid dan nifas

Wajib mengganti dihari yang lain dan jika wanita tersebut berpuasa maka puasanya tidak
sah.

 Orang yang sudah lanjut usia

Orang yang lanjut usia dan perempuan tua yang tidak mampu berpuasa hendaknya
memberi makanan setiap hari, satu orang miskin

 Wanita yang hamil dan menyusui

Allah meringankan bagi mereka untuk tidak berpuasa, dan termasuk dari golongan
hambanya yang lemah adalah wanita hamil dan menyusui.

  Para pemimpin rumah sakit-rumah tidak boleh menugaskan seorang perawat laki-laki dan
seorang perawat wanita untuk piket dan jaga malam bersama, ini suatu kesalahan dan
kemungkaran besar, dan ini artinya mengajak kepada perbuatan keji. Jika seorang laki-laki hanya
berduaan dengan seorang wanita di suatu tempat, tidak bisa dijamin aman dari godaan setan
untuk melakukan perbuatan keji dan sarana-sarananya.

Karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

” Tidaklah seorang laki-laki bersepi-sepian dengan seorang wanita (yang bukan


mahramnya) kecuali yang ketiganya setan"

 Menurut islam kesehatan yang bersifat (Prepentif) lebih diutamakan dari pada Kuratif
(pengobatan).

Hak dan kewajiban petugas kesehatan lebih besar dari pada hak dan kewajiban pasien
karna hak dan kewajiban petugas kesehatan bertanggung jawab atas jiwa dan raga pasien.

Menurut islam bahwasan orang sakit wajib melakukan berobat untuk mengobati penyakit
nya.sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
“berobatlah kamu, hai hamba – hamba Allah! Sebab sesungguhnya Allah SWT tidak
membuat penyakit kecuali membuat pula obat nya, selain itu penyakitnya, ialah sakit tua.”(Hadis
riwayat Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

  Menurut hukum islam, seseorang yang melakukan praktek kedokteran dan pengobatan,
sedangkan ia bukan ahlinya, misalnya, ia “Kunter” (dukun yang melakukan praktek dokter
seperti operasi), atau “Terkun “ (dokter yang melakukan praktek dukun)

Seperti ia tidak memberikan resep obat kepada pasiennya yang sesuai dengan disiplin
ilmu kedokteran yang ia pelajari, tetapi ia harus bertanggung jawab atas kerugian pasien nya,
jiwa/materialnya. Hal ini berdasarkan sabda Hadis Nabi :

“Barang siapa melakukan praktek kedokteran/pengobatan, sedangkan ia bukan ahlinya,


maka ia harus bertanggung jawab menggung kerugian”.

 Kemudian ketika memberikan pelayanan perawatan bagi pasien yang perempuan


hendaknya dirawat oleh perawat perempuan.begitu juga sebaliknya,pasien laki-laki dirawat oleh
perawat laki-laki pula.
 Ruang lingkup itu mencakup berbagai aspek dan keadaan yang sesuai dengan kaidah dan
aturan dalam islam.misalnya :
 Tata cara dan aturan tentang alat kontrasepsi atau KB
 Proses dan pasca melahirkan
 Transplantasi organ tubuh
 Tranfusi darah
 Aturan dan cara pengadopsian anak
 Dan lain sebagainya.
  Sebagai seorang praktisi keperawatan kita bertindak professional sesuai fungsi dan tujuan
dari asuhan keperawatan.dengan demikian dapat tercapai pelaksanaan asuhan keperawatan yan

You might also like