Professional Documents
Culture Documents
Daftar isi...........................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN
1.3. Tujuan.......................................................................................................3
1
3.1 Kesimpulan...............................................................................................28
3.2 Saran........................................................................................................28
Daftar Referensi.............................................................................................29
BAB I
2
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk individu yang tidak dapat melepaskan diri dari
hubungan dengan manusia lain. Sebagai akibat dari hubungan yang terjadi di antara
individu-individu (manusia) kemudian lahirlah kelompok-kelompok sosial (social
group) yang dilandasi oleh kesamaan-kesamaan kepentingan bersama. Namun
bukan berarti semua himpunan manusia dapat dikatakan kelompok sosial. Untuk
dikatakan kelompok sosial terdapat persyaratan-persyaratan tertentu. Dalam
kelompok social yang telah tersusun terdapat aturan-aturan yang harus dipatuhi
bersama demi terciptanya kelancaran dan kesejahteraan.
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk:
• Untuk mengetahui macam-macam definisi dari lembaga sosial dari
masyarakat.
• Untuk mengetahui tipe-tipe deri lembaga sosial dari masyarakat.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Leopold Von Weise dan Becker, lembaga social adalah jaringan
proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara
hubungan itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu
dan kelompoknya.
Menurut Robert Mac Iver dan C.H. Pag, lembaga social adalah prosedur atau
tatacara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang
tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.
Istilah lain yang digunakan adalah bangunan sosial yang diambil dari
bahasa Jerman sozialegebilde dimana menggambarkan
dan susunan institusi tersebut.
4
Terbentuknya lembaga sosial bermula dari
kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan bersama. Sebagaimana
diungkapkan oleh Soerjono Soekanto lembaga sosial tumbuh karena manusiadalam
hidupnya memerlukan keteraturan. Untuk mendapatkan keteraturan hidup bersama
dirumuskan norma-norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.
5
Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya menggunakan istilah lembaga
kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah lembaga sosial, dengan
menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan sekaligus abstrak. Pada
tulisan ini, akan digunakan istilah lembaga sosial dengan tujuan untuk
mempermudah tingkat pemahaman dan sekaligus merujuk pada kurikulum sosiologi
yang berlaku saat ini.
• Diketahui
• Ditaati
• Dihargai
Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur
hubungan antar manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi.
Lembaga dengan Asosiasi memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki
pengartian yang berbeda. Lembaga yangg tidak mempunyai anggota tetap
mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi
merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan,
tatatertib, anggota dan tujuan yang jelas.
Dalam hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga
sosial, karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga
mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dalam lembaga
tersebut. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, mengartikan lembaga
kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk
mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan
Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya.
6
Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari
proses- proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi
untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola- polanya, sesuai dengan
kepentingan-kepentingan manusia dan sekelompoknya.
7
2.5. LEMBAGA DAN ASOSIASI
Dalam buku beberapa ahli atau pengarang dapat dijumpai berbagai definisi
tentang lembaga sosial,di antaranya:
Dari berbagai pendapat ahli diatas dapat kita simpulkan lembaga adalah
suatu kelompok,nilai-nilai,norma-norma,peraturan-peraturandan peranan-peranan
sosial. Jadi lembaga ada seginya yang kulturil yang berupa norma-norma dan nilai-
nilai yang ada segi kulturilnya yang berupa bebagai peranan sosial.Kedua segi itu
berantar hubungan erat satu dengan yang lainnya.
9
dipertahankan dan diteruskan terapi dengan isi baru. Pembentukan undang-undang
merupakan sebagian dari proses institusionalisasi,de-institusionalisasi dan re-
institusionalisasi.
Kebutuhan lain yang amat penting ialah utuk mengatur, menjaga, melindungi
dan memajukan kesejahteraan dan ketertiban kehidupan. Yaitu kebutuhanuntuk
diadakannya suatu pemerintahan / kebutuhan pemerintah. Dalam proses
perkembangan negara, peranan penting dipegang oleh fungsi melakukan perang
dan menaklukan pihak yang kalah.
Keempat jenis lembaga yang disebut diatas tadi terdapat dalam tiap-tiap
kebudayaan. Semua kebudayaan mengenal keluarga, mengenal suatu jenis
10
kepercayaan tertentu kepad tuhan, memerlukan lembaga ekonomi dan
membutuhkan suatu pemerintahan.
Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum Lembaga
Sosial" (General Features of Social Institution) menguraikan sebagai berikut:
• Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh
karena lembaga sosial merupakan himpunan norma-norma yang berkisar
pada kebutuhan pokok, maka sudah sewajarnya apabila terus dipelihara dan
dibakukan.
• Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan
tujuan, tata tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan hukum
perkawinan untuk lembaga perkawinan.
Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula
mengemukakan karakteristik dari lembaga sosial. Menurutnya terdapat sembilan ciri
khas (karakteristik) lembaga sosial sebagai berikut:
12
• Setiap lembaga sosial mempunyai nilai pokok yang bersumber dari
anggotanya.
Ada juga yang menyatakan bahwa lembaga sosial, memiliki beberapa ciri lain
yang behubungan dengan keberadaan lembaga itu. Diantaranya ádalah:
13
• Rumusan batas-batas operasionalnya (lembaga) jelas. Seperti yang telah
dibicarakan diatas, lembaga akan mengutamakan pencapaian tujuan-tujuan
berdasarkan keputusan yang telah disepakati bersama. Dalam hal ini,
kegiatan operasional sebuah lembaga dibatasi oleh ketetapan yang mengikat
berdasarkan kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi
anggotanya.
• Memiliki identitas yang jelas. Lembaga akan cepat diakui oleh masyarakat
sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas. Identitas berkaitan dengan
informasi mengenai lembaga, tujuan pembentukan lembaga, maupun tempat
lembaga itu berdiri, dan lain sebagainya.
• Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan adat
istiadat yang hidup dalam ingatan maupun tertulis.
• Lembaga Formal
Lembaga formal memiliki suatu struktur yang terumuskan dengan baik, yang
menerangkan hubungan-hubungan otoritasnya, kekuasaan, akuntabilitas dan
14
tanggung jawabnya. Struktur yang ada juga menerangkan bagaimana bentuk
saluran-saluran melalui apa komunikasi berlangsung. Kemudian menunjukkan
tugas-tugas terspesifikasi bagi masing-masing anggotanya. Hierarki sasaran
lembaga formal dinyatakan secara eksplisit. Status, prestise, imbalan, pangkat dan
jabatan, serta prasarat lainya terurutkan dengan baik dan terkendali. Selain itu
lembaga formal tahan lama dan mereka terencana dan mengingat bahwa
ditekankan mereka beraturan, maka mereka relatif bersifat tidak fleksibel. Contoh
lembaga formal ádalah perusahaan besar, badan-badan pemerintah, dan
universitas-universitas (J Winardi, 2003:9).
• Lembaga informal
Selain itu, lembaga juga dibedakan menjadi lembaga primer dan lembaga
sekunder menurut Hicks:
15
maupun pada kliennya. Selain itu siap membantu orang tanpa menuntut
pembayaran penuh dari penerima servis.
1. Lembaga Keluarga
a. Hukum Agama
Pada dasarnya agama menganjurkan dan sekaligus mengatur
pembentukan keluarga melalui proses perkawinan. Dengan demikian,
agama memiliki norma-norma dan aturanaturan tentang tata cara
perkawinan dan sekaligus tata cara membina keluarga yang bahagia
dan sejahtera. Sebuah keluarga dianggap sah jika telah melalui proses
perkawinan sesuai dengan syarat-syarat dan tata tertib yang diatur
berdasarkan ajaran agama.
b. Hukum Negara
Untuk menjaga ketertiban dalam sendi-sendi kehidupan
masyarakat, negara membentuk undang-undang perkawinan yang
harus dipatuhi oleh setiap warga negara. Kehidupan bersama yang
dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis belum dapat disebut
sebagai sebuah keluarga sebelum memenuhi undang-undang
perkawinan sebagaimana yang telah ditetapkan oleh negara.
Dibentuknya undang-undang perkawinan tersebut sekaligus
16
menandakan bahwa masalah perkawinan merupakan suatu jenjang
yang sangat penting dalam peri kehidupan masyarakat. Pernyataan
seperti bisa dimengerti karena melalui perkawinanlah sebuah keluarga
dapat dibentuk, sedangkan keluarga yang telah terbentuk sangat
berperan dalam memelihara dan mempertahankan ketertiban dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan.
c. Hukum Adat
Pada dasarnya proses perkawinan memerlukan keterlibatan
orang lain yang akan bertindak sebagai saksi. Beberapa masyarakat
tertentu memiliki caranya masing-masing dalam menganggap bahwa
sebuah perkawinan dianggap absah atau tidak. Di sinilah letak arti
penting hukum adat dalam sebuah perkawinan. Adat istiadat telah
memiliki tata cara dalam penyelenggaraan perkawinan, seperti ada
perkawinan Jawa, adat perkawinan Sunda, adat perkawinan Minang,
adat perkawinan Bali, dan sebagainya. Keanggotaan keluarga pada
awalnya hanya terdiri dari bapak dan ibu saja. Akan tetapi lambat laun
keanggotaan sebuah keluarga terdiri dari bapak, ibu, anak yang
dikenal dengan istilah keluarga inti (nuclear family). Keluarga inti
tersebut akan terus mengalami perkembangan menjadi keluarga luas
(extended family), setelah anak-anak telah mencapai jenjang
kedewasaan dan melakukan perkawinan. Akhirnya terbentuklah suatu
jaringan keluarga besar yang terdiri dari kakek, nenek, para menantu,
anak, cucu, kemenakan, paman, bibi, dan lain sebagainya.
Dilihat dari jumlah suami dan jumlah istri yang terikat dalam sebuah tali
perkawinan dan membentuk sebuah keluarga, maka dalam sosiologi dibedakan dua
bentuk perkawinan, yaitu: monogami dan poligami. Poligami itu sendiri terdiri dari
tiga bentuk, yaitu: piliandri, poligini, dan group marriage. Dari keempat bentuk
perkawinan tersebut monogami merupakan bentuk perkawinan yang paling populer
dalam kehidupan masyarakat. Monogami merupakan perkawinan yang dilakukan
oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Bentuk perkawinan seperti inilah
yang lebih banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat.
2. Lembaga Agama
Selain fungsi manifest (fungsi yang tampak secara nyata) agama juga
menyimpan fungsi laten, yakni fungsi yang bersifat tersembunyi. Fungsi laten atau
fungsi tersembunyi dari agama dapat diperhatikan pada beberapa hal sebagai
berikut :
19
○ Semangat untuk mengembangkan ajaran agama telah memacu
pula semangat untuk mengembangkan strategi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seperti:
melakukan kegiatan dakwah melalui internet, radio, televisi, dan
lain sebagainya.
3. Lembaga Pendidikan
Pada dasarnya setiap anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya sehingga membutuhkan bantuan orang lain yang lebih dewasa agar dapat
menjalani proses kehidupannya. Bantuan utama yang perlu diberikan kepada setiap
anak adalah berupa pendidikan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha
sadar yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang terhadap seseorang
atau sekelompok orang agar mencapai taraf kedewasaan sebagaimana yang
diinginkan. Tolak ukur kedewasaan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah
keadaan dimana seseorang telah mampu berdiri sendiri, terlepas dari
ketergantungan terhadap orang lain.
20
1. Diselenggarakan secara rapi, terencana, teratur, dan sistematis dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2. Materi pelajaran disiapkan sesuai dengan kurikulum atau silabus yang ada.
6. Proses pendidikan dipandu oleh seorang pendidik yang dikenal dengan istilah
guru atau dosen terhadap para pelajar, baik siswa maupun mahasiswa.
Adapun lembaga pendidikan yang dimaksudkan dalam uraian kali ini mengacu
pada proses pendidikan yang diselenggarakan secara terencana, terprogram,
teratur, dan sistematis di sekolah-sekolah, baik yang bersifat formal maupun
nonformal. Lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah sebagaimana yang dimaksud
mulai berkembang ketika kehidupan manusia semakin kompleks. Kompleksnya
21
kehidupan manusia tersebut disebabkan oleh adanya penemuan-penemuan baru
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga suatu keluarga tidak
mungkin lagi dapat melakukan proses pendidikan yang sesuai dengan tuntutan
zaman.
22
Uraian di atas semakin menegaskan bahwa lembaga pendidikan memegang
fungsi dan peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia. Secara umum
fungsi pendidikan, menurut Harton dan Hunt, dibedakan atas dua bagian, yaitu: (1)
fungsi manifest, yakni fungsi yang jelas-jelas tampak dan dapat dirasakan
manfaatnya secara langsung oleh manusia, dan (2) fungsi laten, yakni fungsi yang
tidak tampak (tersembunyi) dari pendidikan. Fungsi manifest pendidikan di
antaranya adalah sebagai berikut:
➢ Membantu manusia dalam mengembangkan potensi (bakat dan minat)
sehingga dapat bermanfaat terhadap dirinya pribadi dan masyarakat secara
luas.
➢ Memberikan bekal kepada manusia dalam usaha mencari dan memenuhi
kebutuhan hidup.
➢ Mewariskan kebudayaan kepada generasi muda sehingga terjaga
kelestariannya.
➢ Meningkatkan kualitas kehidupan dengan membentuk kepribadian yang
mantap melalui proses pendidikan.
4. Lembaga Ekonomi
Berdasarkan atas uraian di atas, maka lembaga ekonomi dapat diartikan sebagai
lembaga sosial yang menangani masalah pemenuhan kebutuhan material dengan
cara mengatur pengadaan barang atau jasa, menyalurkan barang atau jasa, dan
mengatur pemakaian barang atau jasa yang diperlukan bagi kelangsungan hidup
masyarakat sehingga semua lapisan masyarakat mendapatkan barang atau jasa
sebagaimana yang diperlukan.
24
yang diproduksi, penentuan harga barang dan jasa, penentuan
besaran gaji pegawai, dan lain sebagainya ditentukan oleh sebuah
badan yang berfungsi sebagai pesat perencanaan. Sebelum terjadi
revolusi di Rusia, Uni Sovyet merupakan negara komunis terbesar.
Tetapi pada akhirnya negara ini hancur oleh sebuah revolusi yang
digelorakan oleh rakyat. Beberapa negara yang masih menggunakan
sistem ekonomi komunis adalah RRC, Korea Utara, Kuba, dan lain
sebagainya.
○ Sistem Ekonomi Pancasila. Negara Indonesia menerapkan sistem
ekonomi yang khas yang disebut dengan sistem ekonomi pancasila.
Sistem ekonomi pancasila merupakan sistem perekonomian yang
bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur
material dan spiritual. Untuk tujuan tersebut sistem ekonomi pancasila
berlandaskan pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu :
Ayat 1 :
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan
atas asas kekeluargaan.
Ayat 2 :
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Ayat 3 :
Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Pasal 33 UUD ’45 di atas sesungguhnya
merupakan suatu sistem demokrasi ekonomi yang
mengutamakan kemakmuran rakyat, bukan kemakmuran
perorangan atau golongan tertentu. Itulah sebabnya sistem
ekonomi pancasila disusun sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Lembaga ekonomi yang
sesuai dengan sistem ekonomi pancasila adalah koperasi.
5. Lembaga Politik
25
○ Terdapat asosiasi politik yang secara aktif menjalankan fungsi-fungsi
pemerintahan untuk kepentingan bersama.
○ Adanya kewenangan yang diberikan kepada penguasa untuk menjalankan
fungsi pemerintahan sesuai dengan wilayah kekuasaannya.
.
(d) Berdasarkan popularitasnya
26
○ General Institution : dikenal dunia secara luas. contohnya lembaga
agama.
○ Restricted Institution : dikenal hanya oleh kalangan tertentu saja.
contohnya lembaga agama Islam, Kristen, Hindu dll.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Lembaga sosial merupakan seperangkat aturan berisi nilai-nilai dan norma
untuk mengatur kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Lembaga social
(institutation) bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang,
dan bukan sebuah lembaga tanpa aturan dan tujuan.
Keberadaan lembaga sosial tidak lepas dari adanya nilai dan norma dalam
masyarakat. Di mana nilai merupakan sesuatu yang baik, dicita- citakan, dan
dianggap penting oleh masyarakat. Oleh karenanya, untuk mewujudkan nilai sosial,
masyarakat menciptakan aturan-aturan yang tegas yang disebut norma sosial. Nilai
dan norma inilah yang membatasi setiap perilaku manusia dalam kehidupan
bersama. Sekumpulan norma akan membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya
lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai dan norma yang telah mengalami
proses institutionalization yang menghasilkan lembaga sosial.
27
3.2. Saran
Untuk mendapatkan masyarakat yang adil dan makmur, hendaknya pemerintah
melaksanakan program rutin untuk memeriksa dan membuat badan khusus yang
mengawasi tiap-tiap lembaga sosial yang ada dalam masyarakat, dan hendaknya setiap
masyarakat harus menyadari betul-betul setiap lembaga sosial yang ada apakah lembaga
tersebut telah terlegitimasi atau belum serta legal dan ilegalnya suatu lembaga
DAFTAR PUSTAKA
http://archmichael.blogspot.com/2009/04/sosiologi-lembaga-sosial.html
http://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/03/pengertian-lembaga-sosial.html
http://gurumuda.com/bse/bentuk-dan-fungsi-lembaga-sosial
http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial
http://mrpams.multiply.com/journal/item/15
28