You are on page 1of 34

STRATEGI INTEGRASI IMTAQ

DALAM PEMBELAJARAN

DISUSUN
DALAM RANGKA MEMENUHI
SALAH SATU PERSYARATAN KENAIKAN
PANGKAT JABATAN GURU

Oleh :
Nama : Drs. Nur Kholiq
NIP : 19630108 198703 1004

PEMERINTAH KABUPATEN JEPARA


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
SMA NEGRI 1 KEMBANG
Jl. Bangsri – Keling, Km 6 Kembang
 59453, Telp. (0291) 7730048
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu kenyataan bahwa kemerosotan akhlak akhir-akhir ini tidak hanya menimpa
kalangan orang dewasa tetapi telah merembet pada kalangan pelajar tunas-tunas
muda. Orang tua, pendidik, dan mereka yang berkecimpung dalam bidang agama
dan sosial banyak mengeluh terhadap perilaku mereka yang tidak baik. Perilaku
mereka yang nakal, keras kapala, mabuk-mabukan, tawuran, pergaulan bebas,
pesta obat-obatan terlarang, bergaya hidup mewah dan pendek kata perilaku
mereka tidak mencerminkan pelajar yang berpendidikan.
Melihat kenyataan tersebut, dunia pendidikan bertekad untuk berbenah diri dan
mencari solusi yang tepat dalam upaya mengatasi krisis akhlak yang melanda para
pelajar. Para pemikir pendidikan menyerukan agar kecerdasan akal diikuti
kecerdasan moral dan pendidikan agama. Kiranya tepatlah kurikulum peningkatan
keimanan dan ketaqwaan (imtaq) sebagai solusinya.
Alasan pemilihan judul penelitian ini adalah pentingnya iman dan taqwa sebagai
ruh dan jiwa ilmu pengetahuan bagi peserta didik. Pentingnya pengembangan
kurikulum berwawasan imtaq dapat dijelaskan melalui tiga hal, yaitu : (1) ditinjau
dari segi perundang-undangan ; (2) ditinjau dari segi kecerdasan emosional (EQ),
dan (3) ditinjau dari kecerdasan emosional spiritual (ESQ).

1. Pentingnya imtaq ditinjau dari segi perundang-undangan


Pengembangan imtaq di sekolah sangat penting sebagai upaya untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Sesuai dengan UU NO. 20 Tahum 2003 pasal
3 yang berbunyi, “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar manjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

32
bertanggung jawab.” Dalam pembukaan UUD 1945 dalam Diknas ( 2005 : 2 )
menyebutkan bahwa konsep mencerdaskan kehidupan bangsa harus dimaknai
secara luas, yakni meliputi (a) kecerdasan intelektual, (b) kecerdasan
emosional, dan (c) kecerdasan spiritual. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, pendidik hendaknya tidak hanya membina kecerdasan intelektual,
wawasan dan keterampilan semata, tetapi harus diimbangi dengan membina
kecerdasan emosional dan keagamaan. Dengan kata lain memberikan nilai-
nilai agama atau imtaq dalam ilmu penngetahuan atau memberikan moralitas
agama kepada ilmu.
Selaras dengan hal tersebut, dikatakan oleh Ahmad Djazuli dalam Diknas
( 2005 : 2 ) bahwa dalam tujuan pendidkan nasional, pembinaan imtaq
merupakan inti tujuan pendidikan nasional. Hal ini berarti bahwa pembinaan
imtaq bukan hanya tugas dari bidang studi pendidikan agama saja melainkan
tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya, sistem
pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai satu sistem yang
terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manusia yang
utuh, sebagai ciri pokoknya adalah manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, pasal 3
dikatakan bahwa manusia yang dicita-citakan ialah manusia yang berkembang
potensinya secara utuh yaitu manusia yang iman dan taqwa tehadap Tuhan
Yang Maha Esa dengan diimbangi pekerti yang mulia, memiliki ilmu
pengetahuan, cakap, sehat jasmani dan rohani, kreatif, mandiri, tanggung
jawab, serta memiliki sikap demokratis. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
pendidikan harus dirancang dan dilaksanakan secara terpadu dan harus
berpusat pada pendidikan keimanan dan ketaqwaan. Untuk mewujudkan
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa bukan
semata-mata tanggung jawab guru pendidikan agama akan tetapi merupakan
tanggung jawab semua guru bidang studi. Guru dalam menyusun program
pengajarannya harus terpadu. Keterpaduan yang dimaksud ialah keterpaduan
tujuan, keterpaduan materi, keterpaduan proses, dan keterpaduan lembaga
pendidikan.

32
Keterpaduan tujuan menjelaskan bahwa pencapaian tujuan pendidikan itu
merupakan tugas aparat pendidikan yang terkait, terutama kepala
sekolah,semua guru (termasuk guru agama), semua pegawai sekolah dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan sekolah. Karena keimanan dan ketaqwaan
menjadi inti tujuan, maka pendidikan keimanan dan ketaqwaan menjadi
tanggung jawab semua aparat tersebut.
Keterpaduan materi ialah keterpaduan materi pendidikan secara khas, hal ini
berkenaan dengan bahan ajar. Semua bahan ajar yang disampaikan hendaklah
dipadukan, tidak ada bahan ajar yang terpisah dengan bahan ajar yang lain.
Pengikat keterpaduan itu ialah tujuan pendidikan keimanan dan ketaqwaan.
Jadi selain tujuan mata pelajaran itu sendiri, hendaknya semua bahan ajar
mengarah kepada terbentuknya manusia beriman dan bertaqwa. Kurang bijak
kiranya jika ada bahan ajar yang bertentangan dengan ajaran agama, dan
merupakan suatu keharusan bahwa bahan ajar tersebut saling membantu.
Dalam keterpaduan proses para pendidik hendaklah menyadari bahwa semua
kegiatan pendidikan sekurang-kurangnya tidak berlawanan dengan tujuan
pendidikan keimanan dan ketaqwaan, bahkan dikehendaki semua kegiatan
pendidikan membantu tercapainya siswa yang beriman dan bertaqwa.
Keterpaduan lembaga pendidikan menghendaki agar semua lembaga
pendidikan , yaitu sekolah, keluarga, dan masyarakat bekerja sama secara
terpadu untuk mencapai lulusan yang beriman dan bertaqwa.
Melihat hal tersebut begitu pentingnya keterkaitan imtaq dengan semua aspek
yang melingkupi pendidikan. Jadi dalam konteks sebagai institusi, pendidikan
hendaknya dilaksanakan di lembaga formal (sekolah), informal (keluarga), dan
non formal (masyarakat), yang oleh Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar
Dewantara dalam Diknas ( 2005 : 7 ) disebut sebagai tripusat pendidikan.

2. Pentingnya wawasan imtaq ditinjau dari segi kecerdasan emosional (EQ).


Kecerdasan emosional disebut dalam bahasa Inggris Emosional Quotient (EQ).
Kecerdasan emosional oleh Peter Salovey dan Jack Mayer dalam Howard E
Book ( 2002 : 30 ) dikatakan sebagai kemampuan untuk mengenali perasaan,
meraih dan membangkitkan perasaan untuk membantu pikiran, memahami

32
perasaan dan maknanya, dan mengendalikan perasaan secara mendalam
sehingga membantu perkembangan emosi dan intelektual.
Berkaitan dengan kecerdasan emosional, Goleman dalam Abuddin Nata
(2000 : 47 ) mengatakan kecerdasan emosional sebagai kepiawaian,
kepandaian, dan ketepatan seseorang dalam mengelola diri sendiri yang
berhubungan dengan orang lain disekiling mereka dengan menggunakan
seluruh potensi psikologis yang dimilikinya seperti inisiatif dan empati,
adaptasi, komunikasi, kerja sama, dan kemampuan persuasi yang secara
keseluruhan telah mempribadi pada diri sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut, titik pokok kecerdasan emosional terletak
pada pengarahan perasaan atau pengendalian perasaan (diri, jiwa, pribadi)
dalam rangka memadukan emosi dan intelektual menjadi pribadi yang baik
atau cerdas. Sejalan dengan hal ini berkaitan dengan apa yang dikatan oleh
Toshihiko Izutsu (1993 : 246) tentang hubungan kata salih dan iman. Salih dan
iman itu seperti bayangan yang mengikuti bentuk bendanya, di mana pun ada
iman, maka terdapat salihat atau perbuatan baik. Jadi seseorang yang memiliki
iman dan taqwa yang tinggi, pasti dia memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi pula.
Menyikapi hal tersebut, begitu pentingnya wawasan imtaq diberikan pada
pendidikan di sekolah. Dengan memberikan wawasan imtaq pada pengetahuan
umum itu berarti memberikan nilai-nilai agama pada pengetahuan atau
kepandaian intelektual.
Begitu pentingnya hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Achmad
Djazuli dan kawan-kawan dalam Diknas ( 2005 : 92 ) dikatakan guru
diharapkan memberi nilai-nilai imtaq ke dalam materi pelajaran sehingga siswa
mengetahui dan menyadari bahwa imtaq dan IPTEK saling menjelaskan dan
memiliki sumber serta tujuan yang sama. Dengan diintegrasikanya imtaq dan
IPTEK diharapkan dapat menghilangkan pemikiran dikotomi antara agama dan
IPTEK yang telah lama berjalan di Indonesia. Hal ini juga sejalan dengan yang
dikatakan oleh Howard E Book ( 2002 : 100 ) bahwa IQ yang tinggi bisa
menjadi bumerang jika EQ tidak mengimbanginya. Jadi wawasan imtaq sangat
penting untuk memberikan dasar potensi psikologis seperti inisiatif dan empati,
adaptasi, komunikasi, kerjasama, dan kemampuan persuasi yang mempribadi.

32
Dasar inilah yang diharapkan membentuk pribadi yang cerdas dengan
kecerdasan intelektual dan emosional yang tinggi.

3. Pentingnya wawasan imtaq ditinjau dari kecerdasan emosional spiritual (ESQ)


ESQ adalah kecerdasan emosional yang berdasar agama. Dasar agama yang
dipadukan dengan kecerdasar emosi akan melahirkan akhlak yang
baik.Kecerdasan emosi seperti yang dikatakan Goleman dalam Abudin Nata
(2003 : 47) yang diartikan sebagai kepiawaian, kepandaian, dan ketepatan
seseorang dalam mengelola diri sendiri merupakan akhlak suatu pribadi. Ary
Ginanjar (2001: XlV) juga mengatakan bahwa agama Islam bisa dijadikan
sebagai landasan pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual, di mana suara
hati adalah suara Tuhan yang terdapat dalam 99 Asmaul Husna. Suara hati ini
terdapat dalam dasar agama Islam yaitu rukun iman dan rukun Islam. Jadi
wawasan imtaq sangat penting bagi ruh Iptek untuk membentuk pribadi siswa.
Penelitian ini juga berkaitan dengan penelitian Muhammad Samsul Arifin
(2000) dengan judul Respon Peserta Didik dan Orang Tua Terhadap Kegiatan
Pendidikan Agama ( Studi Kasus Pembinaan Ekstrakurikuler Agama di
Sekolah Menengah Umum Islam Malang ). Penelitian itu berisi tentang usaha-
usaha untuk menciptakan suasana yang Islami di lingkungan sekolah. Usaha ini
diciptakan dengan menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler PAI.
Ekstrakurikuler tersebut adalah pendidikan akhlak, baca tulis dan pemahaman
Qur’an, serta praktik sholat dan kuliah subuh. Penelitian itu merupakan bagian
dari strategi pengembangan Kurikulum Pendidikan berwawasan imtaq.
Penelitian Lina Hayati (2004) yang berjudul Manajemen Pendidikan Nilai Di
Sekolah Umum ( Kajian Tentang Internalisasi Nilai-Nilai ke- Islaman ) Studi
Pada Sekolah Menengah Umum Negeri 10 “Melati” Samarinda juga berkaitan
dengan nilai-nilai iman dan taqwa. Penelitian Lina Hayati isinya lebih
menekankan proses internalisasi nilai-nilai keislaman pada sekolah umum yang
dapat diinternalisasikan pada diri anak didik yang bernuansa pesantren. Dengan
kata lain penelitian Lina Hayati berusaha melihat keberhasilan upaya mendidik
anak dengan nilai-nilai keislaman yang dikondisikan seperti pesantren.
Dikatakan pula dalam penelitian itu bahwa keberhasilan internalisasi nilai-nilai

32
keislaman pada diri siswa ditentukan oleh upaya pelaku manajemen. Pelaku
manajemen yang dimaksud adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah, para
guru, dan pihak asrama. Upaya internalisasi nilai-nilai keislaman pada siswa
dalam bentuk moral knowing, moral feeling, dan moral action yang
pelaksanaannya melibatkan semua pihak dalam mengintegrasikan pada
manajemen pendidikan nilai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
dikatakan bahwa internalisasi nilai-nilai keislaman pada siswa masih dilakukan
terpisah dengan IPTEK, walaupun telah melibatkan semua pelaku manajemen
pendidikan. Berbeda dengan penelitian Pengembangan Kurikulum Pendidikan
berwawasan Imtaq Di SMA Negeri Kota Malang, penelitian ini ingin melihat
upaya integrasi imtaq IPTEK, optimalisasinya, dan hasilnya.
Selain dua penelitian di atas, penelitian ini juga berkaitan dengan yang diteliti
oleh Sunarto ( 2001 ) dengan judul Internalisasi Nilai-Nilai Agama Melalui
Penciptaan Suasana Keagamaan di Lingkungan MTsN Malang I. Sunarto
meneliti suasana keagamaan yang terjadi di MTsN I Malang. Penciptaan
suasana keagamaan di MTsN I Malang dibagi menjadi tiga, yaitu melalui: (1)
peningkatan kualitas pegawai , baik guru maupun karyawan melalui tartil
Qur’an, kultum, pengajian insidental, dan penataran, (2) pemberian peran bagi
para guru dan karyawan agar mereka berperan aktif dalam penciptaan suasana
keagamaan di MTsN I Malang, dan (3) penyempurnaan sarana yang terkait
dengan penciptaan suasana keagamaan di MTsN I Malang. Penelitian Sunarto
merupakan bagian dari penelitian ini yang merupakan optimalisasi nilai-nilai
iman dan taqwa dari lingkungan sekolah. Berbeda dengan penelitian ini,ia tidak
hanya optimalisasi nilai-nilai imtaq pada lingkungan sekolah tetapi lebih
mengarah pada integrasi imtaq dan IPTEK pada semua aspek pendidikan.
Jadi berdasarkan penelitian terdahulu, penelitian ini lebih mendalam. Kedalaman
penelitian ini tidak hanya pada lingkungaan pendidikan tetapi lebih pada integrasi
imtaq dan IPTEK yang diajarkan pada proses pendidikan.

B. Masalah
1. Jangkauan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dapat dikaji dari kebijakan sekolah, pelaksana
kurikulum, dan sasaran pendidikan.

32
Kajian dalam kebijakan sekolah dalam hal ini tertuju pada pengelola kebijakan
yaitu kepala sekolah. Bagaimana program kepala sekolah terhadap pengelolaan
kurikulum pendidikan dalam pengembangan imtaq di SMAN di Kabupaten
Jepara ?.
Program kepala sekolah dapat dikaji administrasi kegiatan, fasilitas, supervisi,
penilaian, dan pelaporan kegiatan.
Pada kajian pelaksana kurikulum, tertuju pada guru. Bagaimana guru
mengembangkan kurikulum pendidikan berwawasan imtaq ?
Pada kajian sasaran pendidikan jelas tertuju pada siswa. Dari siswa antara lain
dapat dikaji: (1) karya siswa hasil pengembangan kurikulum berwawasan
imtaq, (2) bentuk perilaku dalam hasil pengembangan kurikulum berwawasan
imtaq, dan (3) keterampilan siswa dalam menjawab tantangan hidup.

2. Batasan Masalah
Berdasarkan jangkauan masalah yang luas, penelitian ini perlu dibatasi agar
pembahasannya lebih khusus, lebih lengkap, dan lebih mendalam. Masalah
penelitian ini dibatasi pada kajian pelaksana kurikulum yaitu pengelola
kegiatan khususnya guru.

3. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Bagaimana strategi guru dalam mengembangkan kurikulum berwawasan imtaq
di SMA Negeri Kabupaten Jepara ?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seperti apa
pengembangan kurikulum pendidikan berwawasan imtaq di SMAN
Kabupaten Jepara dan berapa persen guru yang telah berhasil
mengembangkan kurikulum pendidikan berwawasan imtaq di SMAN
Kabupaten Jepara .

32
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk medeskripsikan tentang:
a. macam strategi pengembangan kurikulum pendidikan berwawasan imtaq;
b. cara-cara guru mengoptimalkan peningkatan imtaq terhadap siswa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ada dua, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penellitian ini berupa deskripsi tentang pengembangan
kurikulum pendidikan berwawasan imtaq. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan terhadap kajian ilmu bidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat yang
berkepentingan dengan pendidikan. Mereka yang dapat memanfaatkan hasil
penelitian ini adalah penentu kebijakan, pengajar, dan mereka yang terkait
dengan pendidikan.
Manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut ;
Bagi penentu kebijakan baik kepala sekolah maupun lembaga diatasnya, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan dorongan untuk mengembangkan
kurikulum pendidikan lebih baik dan memberikan gambaran pelaksanaan
pengembangan kurikulum pendidikan berwawasan imtaq.
Bagi pengajar, hasil penelitian ini diharapkan memberikan wawasan cara-cara
mengembangkan kurikulum pendidikan yang berwawasan imtaq. Bagi mereka
yang terkait dengan pendidikan, hasil penellitian ini diharapkan memberikan
wawasan tentang hasil pengembangan kurikulum pendidikan berwawasan
imtaq.

E. Penegasan Istilah
Istilah yang perlu ditegaskan maknanya dalam penelitian ini adalah sebagai
bertikut:
1. Kurikulum pendidikan adalah perangkat mengajar yang dijadikan sebagai
dasar untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang berlaku di Indonesia.

32
2. Iman dan taqwa. Iman adalah keyakinan yang dimiliki oleh seseorang yang
bersifat abstrak. Taqwa adalah sebagai perwujudan iman yang berbentuk
tingkah laku yang baik.
3. Pengembangan kurikulum yang dimaksud adalah strategi guru dalam
menyampaikan imtaq pada kegiatan belajar mengajar.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Iman dan Taqwa dalam Kurikulum


Iman adalah keyakinan dalam hati mengenai ke-Esa-an dan ke-Maha Kuasa-an Allah
yang diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan melalui amal perbuatan yang baik.
Taqwa adalah sikap batin dan perilaku seseorang untuk tetap konsisten
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. (Diknas. 2005: 2).
Berdasakan definisi di atas dapat dikatakan bahwa taqwa adalah perwujudan iman
kepada Allah dalam bentuk perilaku seseorang. Perihal iman, Rusjdi Hamka ( 1986 :
9 ) mengatakan dalam Hadits Nabi bahwa iman atau islam itu tersusun dari 69
tingkat. Tingkat tertinggi adalah mengakui ke-Esa-an Allah, mengakui ke-Rasulan
Muhammad, dan tingkat terendah menyingkirkan duri dari jalan lalu lintas manusia.
Berdasarkan tingkatan iman tersebut yang melahirkan kebudayaan Islam oleh Ibnu
Khaldun ( dalam Rusjdi. 1986:10) dijabarkan dalam 17 perbuatan yang menunjukkan
tanda-tanda seorang raja yang beriman. 17 perbuatan perwujudan iman tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Aktif menegakkan perbuatan baik dan menghidupkan sifat-sifat yang baik.
2) Suka menolong.
3) Memaafkan orang lain selagi bisa dimaafkan.
4) Melayani dan melindungi pihak yang lemah.
5) Murah hati terhadap tetamu.
6) Memelihara fakir miskin.
7) Sabar dalam kesusahan.
8) Jujur dalam kata dan tingkah laku.
9) Menghormati agama dan para alim ulama.
10) Menghormati guru dan orang yang lebih tua.
11) Tiada sombong dan takabbur.

32
12) Suka mendengarkan terhadap kritik yang lebih baik.
13) Memiliki semangat persatuan.
14) Menghargai dan menghormati lawan.
15) Menempatkan orang yang layak dalam pekerjaan yang layak.
16) Menjauhi hidup mewah yang cenderung kepada pemborosan.
17) Giat bekerja, tahan uji, tidak putus asa dan seterusnya.
Muhammad Nawawi ( 1996: 1) Menjelaskan bahwa iman memiliki 77
cabang iman. Tujuh puluh tujuh cabang iman itu adalah sebagai berikut:
1) Iman kepada Allah ;
2) Iman kepada Malaikat ;
3) Iman kepada kitab-kitab Allah ;
4) Iman kepada para nabi ;
5) Iman kepada hancurnya alam ;
6) Iman kepada kebangkitan manusia dari kematian ;
7) Iman kepada takdir ;
8) Iman kepada hasyr ;
9) Iman kepada surga dan neraka jahannam ;
10) Cinta kepada Allah ;
11) Takut kepada siksa Allah ;
12) Mengharap rahmat Allah ;
13) Tawakal ( pasrah ) kepada Allah ;
14) Cinta kepada nabi Muhammad Saw. ;
15) Mengagungkan derajat nabi Muhammad Saw. ;
16) Kikir dengan memegang teguh agama islam ( teguh pendirian ) ;
17) Mencari ilmu ;
18) Menyebarluaskan ilmu syariat ;
19) Mengagungkan dan memuliakan Al qur’an ;
20) Bersuci ;
21) Menjalankan sholat 5 waktu pada waktunya dengan sempurna ;
22) Membayar zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya ;
23) Berpuasa di bulan Ramadhan ;
24) I’tikaf ;
25) Haji ;

32
26) Berjuang melawan orang kafir untuk menolong agama islam ;
27) Mebentengi kaum muslim dari serangan orang kafir ;
28) Bertahan di dalam kancah perang dan tidak melarikan diri darinya ;
29) Menyerahkan harta jarahan perang kepada pemimpin atau pembantunya ;
30) Memerdekakan budak yang muslim ;
31) Bersedia membayar kifarah ( denda ) ;
32) Menepati janji ;
33) Bersyukur ;
34) Menjaga lisan dari hal-hal yang tidak layak ;
35) Menjaga kemaluan dari hal-hal yang dilarang Allah ;
36) Menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya ;
37) Tidak membunuh kepada sesama manusia muslim ;
38) Menghindari makan dan minuman yang haram ;
39) Menghindari dari harta yang haram ;
40) Menghindari pakaian, perhiasan, dan perabot yang haram ;
41) Menghindari permainan sia-sia yang dilarang ;
42) Sederhana dalam memberikan nafakah, tidak berlebihan dan tidak irit ;
43) Tidak menyimpan dendam dan kedengkian ;
44) Tidak mencela kaum muslimin dihadapan ;
45) Ikhlas dalam setiap amal perbuatan karena Allah ;
46) Merasa bahagia dengan ketaatan kepada Allah ;
47) Bertaubat ;
48) Melakukan penyembelihan qurban, aqiqah, dan hadiah ;
49) Taat kepada pemerintah ;
50) Berpegang teguh pada nilai yang dianut jamaah ;
51) Menjalankan hukum diantara manusia secara adil ;
52) Memerintahkan kepada kebaaikan dan mencegah dari kejahatan ;
53) Tolong menolong dalam hal kebaikan dan ketaqwaan ;
54) Malu kepada Allah ;
55) Bersikap baik kepada orang tua ;
56) Menyambung tali persaudaraan ;
57) Budi pekerti yang baik ;
58) Memperlakukan hamba sahaya dengan baik ;

32
59) Ketaatan seorang hamba kepada tuannya ;
60) Menjaga hak-hak istri dan anak-anak ;
61) Mencintai ahli agama ;
62) Menjawab salam dari orang islam ;
63) Menjenguk orang sakit ;
64) Melakukan shalat jenazah untuk orang yang islam ;
65) Mendoakan orang islam yang bersin ;
67) Menghormati tetangga ;
68) Menghormati tamu ;
69) Menyembunyikan cela orang lain ;
70) Sabar ;
71) Zuhud ;
72) Cemburu dan tidak membiarkan pria bergaul bebas denngan wanita lain ;
73) Berpaling diri dari percakapan yang tidak bermanfaat ;
74) Kedermawanan ;
75) Menghormati orang tua dan mngasihi anak kecil ;
76) Merukunkan antara orang islam ;
77) Mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya.

Berdasarkan 77 cabang iman dan 17 perbuatan sebagai wujud iman tersebut dapat
disimpulkan menjadi 85 perbuatan sebagai wujud taqwa. Ke 85 perbuatan tersebut
akan diungkap kembali dalam kerangka teori.

B. Strategi Integrasi Imtaq dalam Pembelajaran IPTEK


Strategi secara harfiah bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk
mencapai sasaran secara khusus. Strategi pada bahasan ini adalah cara yang
digunakan untuk menyampaikan wawasan imtaq dalam pengajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi. Adapun model-model pembelajaran imtaq adalah sebagai berikut.

1. Model Rusli Yunus dan Warnadi dalam Mata Pelajaran Geografi


Dalam pelajaran geografi, Rusli Yunus dan Warnadi (2003: 1) mengatakan bahwa
pelajaran geografi berfungsi untuk mengembangkan sikap rasional dan bertanggung
jawab dalam menghadapi gejala geosfir dan permasalahannya yang timbul sebagai

32
sunatullah maupun sebagai akibat intraksi manusia dengan lingkungannya. Al Qu’an
yang diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw. merupakan kitab yang sarat dengan
kajian geografi, silih bergantinya siang dan malam, diciptakan awan dan langit,
diturunkannya hujan, diciptakannya laut dengan berbagai potensinya, tentang gunung
dengan berbagai gejala geosfir lainya banyak diungkapkan dalam firman Allah SWT
Untuk memberikan dasar imtaq pada pengejaran geografi dapat dilihat tulisan Rusli
Yunus dan Warnadi ( 2003 : 3 – 58 ). Tulisan tersebut berisi tujuh pokok bahasan.
Berikut akan dijelaskan dua pokok bahasan, yaitu pengertian dasar pengetahuan
geografi dan keanekaan bentuk muka bumi dan sesuatu yang dilukiskan dalam
geografi yang meliputi atmosfir, hidrosfir, biosfir, dan lethosfir.
Bumi yang terbentuk berlapis-lapis dijelaskan di dalam Al Qur’an surat Al-Ankabut
ayat 44, yang artinya Allah menciptakan langit dan bumi dengan hak, sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang
beriman. Selain itu juga dijelaskan dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 22 yang
artinya Dia menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan
Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah-buahan sebagai rizqi untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui. Dari penjelasan tentang lapisan
penyusun bumi dan penjelasan dalam Al Qur’an tentang penyusunan bumi,
diharapakan dapat menambah keimanan tentang kekuasaan dan Maha Agung Allah
yang berhak disembah.
Pada pokok bahasan keanekaan bentuk muka bumi, dijelaskan tentang litosfir, gejala
vulakanisme, tektonik dan bentuk permukaan bumi, dan lahan potensial dan lahan
kritis. Sebagai contoh pembahasan tentang tektonik dan bentuk permukaan bumi
sebagai berikut. Peristiwa tektonik yang berupa gempa bumi, tanah longsor,
tenggelamnya suatu wilayah maupun terangkatnya suatu wilayah merupakan
peristiwa alam yang menunjukkan bahwa bumi bersifat dinamis atau selalu
mengalami perubahan. Gejala lain yang menunjukkan perubahan bumi adalah
berpindahnya aliran sungai, terbentuknya delta, tenggelamnya pulau, dan sebagainya.
Peristiwa tersebut berkaitan dengan bekerjanya gaya-gaya geologi yang
menyebabkan perubahan-perubahan pada bumi, baik bagian dalam maupun bagian
luar. Berkaitan dengan bumi yamg bersifat dinamis berkembang teori kontraksi, teori
laurasiagondutama, teori pergeseran benua dan teori lempeng tektonik. Teori tersebut

32
saling berbantah satu mengalahkan yang lain yang satu mengatakan bahwa bumi ini
statis sedang yang lain mengatakan bahwa bumi ini dinamis. Perkembangan teori
tersbut menunjukkan usaha manusia dalam mencari kebenaran. Pada dasarnya
tentang dinamika bumi telah dijelaskan dalam Al Qur’an jauh lebih dahulu sebelum
teori-teori tersebut ada. Firman Allah SWT. dalam QS. Ar Ra’du ayat 31 yang
artinya “Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan bacaan itu gunung
dapat digoncangkan atau bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang
sudah mati dapat berbicara (tentu Al Qur’an itu Dia) sebenarnya segala urusan itu
kepunyaan Allah SWT.”. Ayat diatas mengisyaratkan bahwa bumi ini dapat
terpecah-pecah dalam pecahan (lempeng). Dan dalam ayat lain dikemukakan tentang
adanya gerakan benua yang secara terus menerus dan perlahan. Ayat tersebut
terdapat dalam QS. An Naml ayat 88 yang artinya “Dan kamu lihat gunung-gunung
itu kamu sangka mereka tetap ditempatnya, padahal mereka berjalan seperti jalannya
awan”. Dengan dasar Al Qur’an yang telah ditunjukkan diharapkan pengetahuan
tentang dinamika bumi dapat memperteguh keimanan siswa tentang Qodrat dan
Iradat Allah SWT.

2. Model H M Husni dan Safril dalam Mata Pelajaran Ekonomi


a. Model I
H.M Husni dan Syafril (200 : 9-12 ) menjabarkan tentang harga keseimbangan dan
harga pasar. Tentang pengertian harga, kecenderungan pembeli ialah menginginkan
harga murah kualitas barang bagus, sedanmgkan penjual cenderung mendapatkan
keuntungan yang banyak. Dalam QS. An Nisa’ ayat 29 disebutkan Yang artinya ”Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan batil, kecuali dengan jalan perdagangan yang berlaku suka sama suka diantara
kamu”. Dengan prinsip ekonomi harga diatas yang didasari Al Qur’an diharapkan
pengertian siswa tentang harga dalam berusaha tetap mencari untung dengan jalan
yang diridai Allah SWT. Dengan pemaduan ini diharapkan keimanan dan
ketaqawaan akan tumbuh dalam berusaha. Berkaitan dengan harga pasar, yaitu harga
yang diperolah dari hasil tawar menawar antara pembeli dengan penjual, ternyata
sangat dipengaruhi oleh faktor produksi, faktor produksi yang berupa alam, tenaga
kerja, modal dan kewirausahaan yang dikehandaki dalam islam agar masiang-masing
faktor terbentuk secara adil. Adil dalam hal membayar faktor produksi yang

32
dilakukan oleh pemakai jasa. Berkaitan dengan harga pasar atau membayar harga
dengan adil, dijelaskan dalam QS. As- Syura ayat 183 yang artinya “Dan janganlah
kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan jannganlah kamu merajalela dimuka
bumi denngan membuat kerusakan.” Dan QS Hud ayat 85 disebutkan yang artinya
“Dan Syu’eb berkata : Hai kaumku cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil
dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka janganlah kamu
membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan”. Dengan pembatasan
dan penguatan harga pasar dan pembayaran harga yang adil yang dijelaskan oleh Al
Qur’an diharapkan dapat memupuk iman dan taqwa siswa sehingga mereka dalam
setiap berusaha selalu bertujuan untuk mencari rida Allah Swt.
b. Model II
Husni dan Syafril ( 2001: 44 ) menjelaskan materi kewirausahaan sebagai berikut.
Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam
menangani kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan
cara kerja, teknologi, dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka
memberikan pelajaran yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih
besar. Berkaitan dengan semangat, sikap, dan perilaku diatas sejalan dengan sabda
Rasul Saw. yang artinya “ Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seakan-akan kamu
akan hidup selama-lamannya, dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seakan-
akan kamu akan mati besuk hari”.
Kewirausahaan ini juga berdasarkan QS. Ar Ra’du ayat 11 yang artinya
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah apa yang ada pada suatu kaum sehingga
mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri”. Dengan dasar ini
diharapkan akan tumbuh semangat berwirausaha dari diri sendiri.
c. Model III
Husni dan Syafril (2001 : 31 ) menjelaskan materi koperasi sebagai berikut.
Koperasi dapat membantu meningkatkan kesejahteraan anggota bila dijalankan
dengan cakap, jujur, dan sesuai dengan ajaran agama. Allah berfirman dalam QS Al
Maidah :2 yang artinya betolong- tolonglah kamu dalam berbuat kebajikan dan
taqwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.
Dengan Firman Allah tersebut, diharapkan terwujud perilaku tolong menolong pada
sesama manusia. Dari penjelasan di atas, Hasan dan Syafril berusaha menjelaskan
imtaq dengan mewujudkannya dalam perilaku manusia pada sesamanya.

32
3. Model Muhsin Lubis dan Wiwik Widayana dalam Mata Pelajaran Fisika
Muhsin Lubis dan Wiwik Widayana ( 2001 : 3 ) menjelaskan pokok besaran dan
satuan sebagai berikut. Untuk mengaitkan konsep besaran dan satuan dalam fisika
dengan Al Qur’an guna meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa, guru agar
menghubungkan dengan surat Al Qomar ayat 49 yang artinya “Sesungguhnya Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. Kemudian dihubungkan dengan surat
Al Furqan ayat 2 yang artinya “Dia telah menciptakan segala sesuatu dan
menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi rapinya”. Kedua ayat tersebut memberi
isyarat bahwa kata ukuran yang terdapat di alam ini dapat dinyatakan dalam dua
peran. Peran pertama sebagai bilangan dengan sifat dan ketelitian yang terkandung di
dalamnya. Peran kedua sebagai hukum dan aturan.
Ukuran keduanya tersusun dalam suatu sistematika yang sangat rapi denngan
keterkaitannya satu sama lain. Telah teruji bahwa hukum-hukum fisika akan selalu
berlaku kapan dan dimanapun saja. Bahkan ada kecenderunngan tidak saja pada
benda mati atau disebut materi atau zat, namun juga pada perilaku makhluk hidup
termasuk manusia. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena dalam ilmu fisika sifat
atau gejala fisis dari suatu benda selalu dinyatakan dalam simbol yang mempunyai
nilai atau harga tertentu. Benda lain yang sejenis mempunyai simbol yang sama
namun diberi nilai yang lain. Sebagai contoh suatu kawat baja mempunyai perilaku
tertentu bila ditarik dinyatakan dengan sebutan elastisitas.
Kawat lain dari bahan yang lain akan mempunyai simbol elastisitas yang sama
namun harga yang berlainan pula. Jadi jelas bahwa segala sesuatu telah ditetapkan
Allah SWT dengan ukuran tertentu . Demikianlah yang dicontohkan dalam pokok
bahasan besaran dan satuan. Dengan contoh diatas diharapkan siswa dapat
menggunakan pengetahuannya untuk meningkatkan kecerdasan spiritualnya
sehingga mampu menjawab tantangan hidupnya.

4. Model Rosman Yunus dan Aceng dalam Mata Pelajaran Biologi


a. Model I
Rosman Yunus dan Aceng (2003 : 2 )menjelaskan pokok bahasan keanekaragaman
hayati sebagai berikut. Makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu
dunia hewan ( flora ) dan dunia tumbuhan ( fauna ). Makhluk hidup tersebut masin-

32
masing memiliki ciri yang spesifik ditinjau dari keaneragaman jenis. Ciri-ciri
tersebut meliputi variasi bentuk,jumlah, dan sifat lain yang terlihat pada tingkat yang
berbeda-beda, denngan menggunakan daya kemampuan akal pikiran manusia dalam
mengamati dan memahami keanekaragaman jenis. Tingkatan yang berbeda dapat
kita amati langsung dari obyek makhluk hidup yang ada di sekeliling kita. Contoh
yang kita kenal adalah jenis tumbuhan kelapa, siwalan/lontar, aren dan pinang.
Semua jenis tumbuhan itu memiliki persamaan ciri dan perbedaan ciri. Persamaan
dan perbedaan sifat atau ciri yang dimiliki makhluk hidup yang sejenis maupun tidak
sejenis ditentukan oleh keanekaragaman gen (plasma/nuthfah) yang dimiliki oleh
mkhluk hidup itu.
Penjelasan keanekaragaman makhluk hidup ini terdapat dalam QS. Al Faathir ayat
27 yang artinya “Tidakkah kamu melihat bahwasannya Allah menurunkan hujan dari
langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beranekaragam
jenisnya. Dan diantara gunung-gunung itu ada garis-garis patah dan merah yang
beraneka macam warnanya dan ada pula yang hitam pekat”. Dan disebutkan pula
pada surat yang sama pada ayat 28 yang artinya “Dan demikian pula diantara
manusia, binatang-binatang melata, dan banatang-binatang ternak ada bermacam-
macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hamba-hamba-Nya hanyalah ulama’(orang yang mengetahui kebesaran dan
kekuasaan Allah) sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”.
Kedua ayat tersebut dapat memperkuat keimanan dan ketaqwaan bagi setiap insan
yang memiliki budi dan akal untuk mempelajari dan memperhatikan ke-Esaan Allah
Swt. dan berbagai makhluk ciptaan-Nya. Ada dua kemungkinan sikap manusia
dalam mengkaji dan menghayati firman Allah dengan menggunakan ilmu yang
dilikinya itu, yaitu apakah mereka akan tunduk, takut, dan bersyukur kepada Yang
Maha Pencipta, atau manusia itu akan merasa bangga, takabbur, dan sombong
dengan penemuan-penemuan ilmu dengan kajian akal pikirannya itu.
Sikap yang pertamalah yang diharapkan dari pemaduan IPTEK dan imtaq sehingga
pendidikan betul-betul membuahkan hasil.
b. Model II
Rosman dan Aceng (2003 : 23-25 ) mencontohkan pada bahasan alat indra sebagai
berikut. Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, diberi kelebihan oleh
Allah dari pada makhluk lain. Kelebihan itu adalah manusia diberi akal sebagai alat

32
berfikir dan mengingat, menciptakan dan dilengkapi oleh organ koordinasi dan
komunikasi dengan lingkungannya. Organ tersebut adalah alat indra, yaitu mata alat
indra penglihatan, telinga alat indra mendengar, kulit alat indra peraba, hidung alat
indra pembau, dan lidah alat indra pengecap. Firman Allah yang berkenaan dengan
indra adalah QS. An Nahl ayat 78 yang artinya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari
perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui. Tetapi amat sedikit kamu bersyukur”.
QS. Al A’raf ayat 179 yang artinya “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi
neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi
tidak dipergunakannya memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah) dan
mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-
ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lalai”. Dengan dasar firman Allah tersebut
diharapkan siswa mewujudkan perilaku bersyukur atas nikmat Allah pada dirinya.
c. Model III
Sumber Daya Alam pada pelajaran biologi dijelaskan oleh Rosman dan Aceng (2003
: 18) sebagai berikut. Sumber daya alam digolongkan menjadi tiga, yaitu ;
Pertama, berdasarkan kegunaannya terdiri atas sumber daya alam penghasil bahan
baku dan sumber daya alam lingkungan hidup. Kedua, berdasrkan jenisnya meliputi
sumber daya alam biotik (hayati) dan sumber daya alam fisik (nonhayati). Ketiga,
berdasarkan sifatnya meliputi sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui dan
sumber daya alam kekal.
Pemanfaatan dan penggalian sumber daya alam yang merupakan anugerah dari
Tuhan Sang Pencipta yang diamanatkan pada makhluk-Nya untuk dikelola dengan
baik dan dipikul selama hidupnya. Makhluk yang menerima amanat Allah adalah
manusia. Allah berfirman dalam QS Al-Ahzab : 72 yang artinya sesungguhnya kami
telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia amat zalim dan amat bodoh. Berdasarkan firman Allah
tersebut diharapkan siswa dapat berperilaku menjaga amanat Allah terhadap sumber
daya alam.
d. Model IV

32
Rosman Yunus dan Aceng (2003 : 10) menguraikan pembahasan virus sebagai
berikut. Dalam kehidupan manusia, pada umumnya sebagian besar virus bersifat
merugikan atau menimbulkan penyakit pada tumbuh-tumbuhan, hewan, dan
manusia. Telah banyak jenis penyakit pada manusia yang penyebabnya virus yang
ditemukan oleh pakar biologi, antara lain influenza, polio, kanker, Aids.
Segala macam jenis penyakit yang penyebabnya virus maupun bukan, dicari cara
pengobatan untuk penyembuhan secara kimiawi dengan obat-obatan dan secara
biologi dengan cara vaksinasi. Banyak yang telah dapat ditanggulangi secara medis,
tetapi masih banyak yang belum dapat ditemukan terutama untuk penyakit yang
disebabkan virus.
Dari bahasan di atas perlu disampaikan wawasan imtaq tentang penyakit AIDS.
Golongan berisiko tinggi untuk tertular AIDS adalah orang yang sering berganti-
ganti pasangan baik homo maupun hetero seksual, penerima darah, dan bayi yang
menerima ASI penderita AIDS. Sikap disiplin, perilaku atau akhlak individu manusia
itulah yang menjadi landasan pokok dalam usaha menanggulangi penularan segala
jenis penyakit termasuk AIDS. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad Saw,
yaing artinya sesungguhnya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan akhlak.
Allah juga berfirman dalam QS Al-Hujurat : 13 yang artinya ... . sesungguhnya orang
yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa....QS Al-Isra ayat 32
juga menyebutkan yang artinya dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk. Dan, QS Al-A’raaf ayat 80
dan 81 menyebutkan yang artinya ... mengapa kamu mengerjakan perbuatan
faahiayah (homoseksualis) itu yang belum pernah dikerjakan.... “ Sesunguhnya kamu
mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka) bukan kepada wanita,
malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.

5. Model Syaeful Anwar dan Sri Setiono dalam Mata Pelajaran Kimia
a. Model I
Syaeful Anwar dan Sri Setiono (2001 : 11) dalam pokok bahasan persamaan reaksi
menjelaskan sebagai berikut. Dalam Al Qur’an surat Al Maidah ayat 1 yang artinya
“Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendakinya”.
Sebagai contoh reaksi antara air dengan gas karbondioksida menghasilkan glukosa
dan gas oksigen yang dituliskan dalam bentuk simbol : 6CO2 + 6H2O ----> C6H2O6

32
+ 6O2. Simbol-simbol tersebut mengungkapkan peryataan reaksi kimia diatas,
disebut juga persamaan reaksi kimia. Penulisan persamaan reaksi yang lengkap
mengikuti aturan sebagai berikut:
1) senyawa atau zat yang bereaksi dan zat hasil reaksi ditulis dalam bentuk simbul
kimia;
2) wujud zat atau keadaan zat pada saat reaksi dinyatakan dalam singkatan berikut : s
= padat, l = cair, g = gas, aq = larutandibelakang simbol kimia dalam tanda kurung;
3) zat-zat yang bereaksi (reaktan) ditulis lebih dahulu (ditulis sebelah kiri) dan
dipisahkan dengan tanda -----> dan zat-zat hasil reaksi ( produk ), ditulis sebelah
kanan tanda panah; dan
4) harus memenuhi hukum ketetapan massa, yang digambarkan dalam bentuk
koefisien reaksi, dan hukum ketetapan muatan.
Berbagai jenis reaksi kimia dapat dituliskan persamaan reaksinya dengan cara diatas,
namun dengan persamaan reaksi tidak dapat ditentukan produk yang dihasilkan suatu
reaksi. Hasil reaksi hanya dapat ditentukan dari eksperimen.
Dengan persamaan reaksi pernyataan suatu reaksi kimia menjadi lebih sederhana.
Perhitungan-perhitungan kuantitas zat yang terlibat dalam suatu reaksi mudah untuk
dilakukan.
Pentingnya persamaan reaksi dalam ilmu kimia terletak pada sifat keteraturan yang
berlaku pada zat-zat dalam reaksi. Ini merupakan hukum Allah SWT. (sunatullah)
yang tidak pernah akan berubah-ubah. Dengan sifat Rahman dan RahimNya,
sekaligus keMahakuasaan-Nya. Dia menetapkan hukum-hukum yang terjadi pada
suatu perubahan kimia. Hukum-hukum tersebut antara lain hukum ketetapan massa
yang pertama kali dicetuskan oleh A Lavoisier dalam hukum perbandingan tetap dari
proust.
Pengamatan dan eksperimen yang sungguh-sungguh oleh A Lavoisier, telah
membuka pintu hidayah ilmu untuknya, yakni menemukan suatu hukum Allah pada
alam semesta ini. Hukum itu disebut dengan hukum ketetapan massa (conservation
of mass) yang berbunyi massa zat-zat sebelum reaksi selalu sama dengnan massa
zat-zat hasil reaksi tersebut. Dalam peristiwa reaksi kimia tidak ada massa yang
hilang ataupun bertambah.
Keteraturan (sunatullah) lain ditemukan oleh J Proust, yakni didalan suatu senyawa
perbandingan massa unsur-unsur penyusun senyawa tersebut adalah tetap. Contoh

32
garam dapur atau NaCL yang memilih susunan unsur nstrium (Na) dan unsur clor
(Cl) memilih perbandingan 23 : 35,5. Contoh lain karbondioksida (CO2) memilih
perbandingan massa karbon dengan oksigen 3 : 8 . Dimanapun kita berada
menemukan senyawa-senyawa itu, selalu berbanding unsur-unsurnya tetap.
Demikianlah keteraturan hukum Allah yang menciptakan bumi seisinya. Dengan
dasar Al-Qur’an seperti di atas diharapkan menumbuhkan kecerdasan spiritual dalam
bersikap untuk menentukan jalan hidupnya.
b. Model II
Syaeful dan Sri Setiono (2001 : 39) menjelaskan pembahasan pencemaran
lingkungan sebagai berikut. Pencemaran adalah masuknya zat-zat baru ke dalam
lingkungan (udara, air, dan tanah) atau meningkatnya salah satu komponen zat dalam
lingkungan yang berakibat terganggunya proses kehidupan secara normal.
Contoh pencemaran oleh hujan asam. Hujan asam terjadi akibat reaksi SO3 atau
karbon trioksida dengan air. SO3 berasal dari reaksi SO2 dengan udara. SO2 adalah
zat yang dihasilkan oleh asap pabrik atau kendaraan bermotor. Pencemaran
lingkungan tidak hanya terjadi pada lingkungan udara. Lingkungan air dan tanah
juga telah terjadi pencemaran. Pemenuhan kebutuhan dan pola gaya hidup yang tidak
terkendali menjadi pendorong kuat pencemaran. Hidup tidak disiplin dan tidak peduli
terhadap lingkungan telah menjadi hal yang biasa. Buangan pabrik, sampah-sampah
plastik, logam dialirkan ke sungai yang berakibat pencemaran air. Penggunaan pupuk
yang berlebihan tanpa didasarkan ilmu yang benar telah menimbulkan kualitas tanah
menurun untuk pertanian. Pencegahan terhadap pencemaran telah banyak dilakukan
namun tidak berhasil. Kunci utama pencegahannya terletak pada ulah tangan ,
keinginan, dan nafsu manusia. Allah berfirman dalam QS Ar-Ruum : 41 yang artinya
telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sbagian dari akibat perbuatan
mereka, agar mereka kembali. Berdasarkan firman tesebut, diharapkan siswa dapat
mewujudkan perilaku memelihara lingkungan berdasarkan ilmu yang didapatnya
bukan malah merusak.

6. Model Zaidan Hendy dan Sunarno dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
a. Model I

32
Zaidan Hendy dan Sunarno (2001 : 27) mencontohkan penjelasan kaitan tema dan
amanat dalam novel Salah Asuhan dengan masalah sosial dan budaya sebagai
berikut. Dikatakannya tema cerita Salah Asuhan adalah salah didikan. Orang tua
Hanafi mengharap dia menjadi anak yang berpendidikan, ternyata Hanafi keliru
menyerap pendidikan yang didapatkannya. Hanafi menjadi angkuh, sombong
terhadap ibunya, pamannya, istrinya, masyarakat, dan budaya kampung halamannya.
Hanafi tergila-gila pada gadis barat bernama Corrie. Dia tergila-gila pada pergaulan
dan budaya barat dan hanya kulitnya saja yang didapatkannya.
Amanat cerita Salah Asuhan adalah agar kita hati-hati memberikan pendidikan
(menyekolahkan) anak-anak jangan sampai salah asuhan. Jangan sampai anak-anak
kita menjauhi budaya timur dan bersikap kurang ajar terhadap orang tua. Sikap
tersebut telah menyimpang dari ajaran Islam yang bersumber dari Allah.
Dari bahan pelajaran itu, selain diajarkan kaitan tema dan amanat novel dapat
diberikan pula wawasan imtaq bahwa seorang muslim hendaknya mengetahui dan
mengamalkan ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang sikap dan perbuatan yang
menyangkut hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan
manusia. Allah berfirman dalam QS Al-Israa’ : 23 yang artinya “Dan Tuhanmu
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah melainkan kepada-Nya, dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau dua-duanya telah berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan jangan engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Demikianlah hendaknya harapan dari cerita bahwa
seorang anak dapat bergaul dan menghormati orang tuanya.

b. Model II
Zaidan Hendy dan Sunarno memaparkan kompetensi dasar membaca dalam hati
bagian dari buku, surat kabar, atau majalah dengan tema tertentu, menemukan
gagasan atau pengalaman dalam bacaan sebagai berikut. Subtema bacaan dijabarkan
dalam judul Manusia sebagai Modal Dasar Kerja. Berikut petikan paragraf pertama .
Kahadiran manusia sebagai tenaga kerja sudah ada sejak ia mulai melibatkan dirinya
sebagai buruh atau karyawan suatu perusahaan. Modal usaha yang terbesar dan
terpenting di dalamnya adalah daya kerja dengan perkembangan lingkungan yang

32
sempat mempengaruhinya. Karena peranan yang menentukan itu, suatu penelitian
tentang sumber daya manusia dan upaya pemanfaatannya secara terus menerus,
selalu dilakukan oleh para ahli sesuai dengan arus kemajuan dan tuntutan manusia itu
sendiri.
.... (Drs A.R Artoyo, Tenaga Kerja Perusahaan Balai Pustaka, Jakarta).-
Dari bacaan di atas diketahui, sumber daya manusia yang berkualitas sangat
berharga. Menurut islam manusia berkualitas adalah manusia yang beriman, berilmu,
beramal, berdisiplin, ikhlas, dan ikhsan. Karena itu Islam mengajarkan agar kita
beriman, berilmu dan beramal, berdisiplin, ikhlas, dan ikhsan. Salah satu cara untuk
menjadikan manusia agar berilmu adalah banyak membaca dari berbagai sumber
intisari yang didapatkan dari bacaan dan dikembalikan kepada ajaran Al-Qur’an
untuk dijadikan sebagai pegangan, seperti dalam surat Al-Alaq ayat 1-5. Makna ayat
tersebut adalah “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah.Yang mengajari (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajari
manusia apa yang belum diketahuinya.

c. Model III
Zaidan Hendy dan Sunarno (2001 : 46 ) menjelaskan kompetensi dasar menyimak
gaghasan, pendapat, dan pesan yang disampaikan melalai pidato atau ceramah
sebagai berikut. Dalam pembelajaran menyimak gagasan melalui pidato, dapat
dilihat petikan pidato sebagai berikut ;
Hadirin yang berbahagia.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan pidato berjudul Proyek
Kali Bersih.
Saudara-saudara!
Kapan kita bisa melihat Kali Ciliwung bersih? Mungkin 100 tahun lalu atau cuma
dalam angan-angan. Atau mungkin 15 tahun lagi? Impian ini bukan mustahil
terwujud. Inilah yang setidakya diharapkan oleh Gerakan Kali Bersih (GKB).
Melengkapi gerakan itu, hari Minggu lalu sebuah kegiatan di jalan Penjernihan I,
Pejompongan, Jakarta Pusat, diresmikan Gubernur Soerjadi Soedirjo sebagai pusat

32
semua aktivitas pembersihan sungai yang membelah ibukota Republik Indonesia
ini....
Setelah menyimak pidato tersebut ternyata untuk membuat kali menjadi bersih,
memerlukan perencanaan yang matang, biaya yang tidak sedikit, penyadaran
masyarakat, dan waktu yang lama. Oleh karena itu, kebersihan dalam Islam
mempunyai kedudukan yang tinggi. Hadits Nabi menyatakan bahwa kebersihan
adalah setengah dari iman. Hadits riwayat Imam Dailami juga menyatakan
kebersihan yang artinya agama islam itu adalah agama yang besih maka, tidak akan
masuk surga kecuali orang yang selalu menjaga kebersihannya.
Sesungguhnya Allah amat cinta kepada orang-orang yang suci bersih. Setelah
menyimak pidato tersebut ternyata untuk membuat kali menjadi bersih, memerlukan
perencanaan yang matang, biaya yang tidak sedikit, penyadaran masyarakat, dan
waktu yang lama. Oleh karena itu, kebersihan dalam Islam mempunyai kedudukan
yang tinggi. Hadits Nabi menyatakan bahwa kebersihan adalah setengah dari iman.
Hadits riwayat Imam Dailami juga menyatakan kebersihan yang artinya agama islam
itu adalah agama yang bersih, maka tidak akan masuk surga kecuali orang yang
selalu menjaga kebersihannya. Sesungguhnya Allah amat cinta kepada orang-orang
yang suci bersih.

7. Model Hamzah Busroh dan Moh Enong dalam Mata Pelajaran Kesenian
Hamzah Busroh dan Muh Enong (2003:7) memberikan wawasan imtaq terhadap
kesenian sebagai berikut. Wawasan imtaq ini berkaitan dengan materi musik, tari,
dan teater daerah setempat. Hal penting dalam pembahasan ini adalah adanya upaya
untuk mengaitkan antara unsur yang ada dalam penciptaan dan penyajian musik, tari,
dan teater daerah setempat serta pengaruhnya terhadap pendengar dan penonton.
Masalah tersebut akan bernilai islami atau tidak bergantung pada proses
penciptaannya. Pada tahap penyajian musik, tari, dan teater, tidak menutup
kemungkinan terjadi penyalahgunaan. Suatu musik, tari, dan teater disusun dengan
niat dan pesan-pesan yang benar tetapi disajikan dengan ekspresi yang berlebihan,
hasilnya akan sangat buruk. Ada hal yang dapat disampaikan dari Hadits yang
diriwayatkan Bukhari, Tirmizi, Ibnu Majah, dan Rubayyi binti Muawwiz yang
mengatakan bahwa Rasulullah Saw datang ke rumah pada saat pesta pernikahannya,
lalu Nabi duduk. Tak lama kemudian beberapa orang jariah (wanita) menabuh rebana

32
sambil menyanyikan lagu-lagu yang memuji orang tua mereka yang syahid dalam
perang Badar. Tiba-tiba salah seorang wanita itu berkata, “Diantara kita ini ada Nabi
Saw yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok tetapi Rasulullah
Saw segera bersabda yang artinya tinggalkan omongan itu. Teruskanlah apa yang
kamu (nyanyikan) tadi. Dengan kata lain musik, tari, dan teater yang diperbolehkan
adalah yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.
Strategi ini juga terlihat dalam pembahasan materi Pameran dan Pergelaran. Pameran
merupakan kegiatan dalam memperkenalkan karya seni antara penciptanya dengan
orang lain. Pameran dilakukan pada karya-karya seni rupa yang dihasilkan oleh
siswa seperti seni lukis, karikatur, kolase, seni kriya, gambar-gambar dan kaligrafi.
Karya yang akan dipamerkan hendaknya mendapat seleksi, terutama karya-karya
yang bernuansa islam. Bentuk pergelaran dapat berupa karya seni tari, seni musik,
dan seni drama.
Pemberian wawasan imtaq dapat berupa batasan-batasan dalam pameran atau
pergelaran yang mengacu pada tuntunan Qur’an dan Hadits, walaupun bukan dalil
secara langsung. Karya-karya yang hendak digelar hendaknya dipilih sedemikian
rupa dengan memperhatikan kaidah-kaidah antara lain : (1) lirik lagu tidak sedih atau
putus asa, (2) gaya dan penampilan pelakunya sopan, (3) dalam tarian tidak
dilakukan berpasang-pasangan pria-wanita, (4) memakai busana muslim. Adapun
pelaksanaannya perlu memperhatikan persiapan : (1) pembentukan panitia, (2)
tempat dan waktu, (3) golongan masyarakat yang akan mengunjungi, (4) seleksi
karya, dan (5) antara pameran dan pergelaran diusahakan waktunya tidak bersamaan.

8. Model Abudin Nata dalam Kegiatan Belajar di luar Jam Pelajaran


Abudin Nata (2003 : 23) menawarkan solusi alternatif sebagai berikut ;
Pertama, dengan mengubah orientasi dan fokus pengajaran agama yang semula
bersifat subject matter oriented menjadi pengajaran agama yang berorientasi pada
pengalaman. Subject matter oriented adalah pengajaran yang berpusat pada
pemberian pengetahuan agama yang berupa memahami dan menghafal ajaran agama
sesuai kurikulum. Orientasi pengajaran pada pengalaman, yaitu pembentukan sikap
keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan agama. Pembiasaan hidup
seperti pengalaman agama dalam kehidupan sehari-hari. Contoh setiap kegiatan
selalu diawali dengan membaca basmallah.

32
Kedua, dengan memberikan kegiatan ekstrakurikuler pada penekanan pengalaman
agama dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ekstra ini antara lain shalat berjamaah,
pesantren kilat, qiyamul lail, berpuasa sunnah, memberikan santunan kepada fakir
miskin, dan kegiatan sosial keagamaan lainnya.
Ketiga, dengan cara meningkatkan perhatian, kasih sayang, bimbingan, dan
pengawasan yang diberikan oleh kedua orang tua di rumah. Ketika anak berada di
rumah kedua orang tuanya menanyakan tentang kemajuan dan berbagai masalah
yang dihadapi anak-anaknya. Misalnya menanyakan kegiatannya di sekolah,
program, dan agenda yang harus dicapai serta rencana-rencana lainnya.
Keempat, dengan cara melaksanakan tradisi keislaman yang didasarkan pada Al-
Qur’an dan Al-Sunnah yang disertai dengan penghayatan akan makna dan pesan
moral yang terkandung di dalamnya.Tradisi keislaman yang bernuansa sikap
keagamaan antara lain mengaqiqahi anak, mengajarkan sikap sopan santun pada
orang tua atau kepada yang lebih tua, mencium tangan orang tua, mengunjungi orang
sakit, dan mengajari shalat saat anak mulai berumur 7 tahun. Dengan melaksanakan
tradisi ini diharapkan akan membentuk karakter keislaman seseorang.
Kelima, pembinaan sikap keagamaan dengan memanfaatkan berbagai mas media
yang tersedia, seperti radio, surat kabar, buku bacaan, televisi, dan sebagainya.
Informasi dari mass media tersebut hendaknya diintegrasikan dengan pengajaran
yang ada di sekolah dan di rumah tangga. Oleh sebab itu kesungguhan untuk
memanfaatkan berbagai media tersebut harus masuk ke dalam kebijakan rumah
tangga sekolah.
Lima cara mensiasati kekurangan jam pelajaran agama di sekolah di atas dapat
dikatakan sebagai optimalisasi peningkatan imtaq terhadap siswa yang dapat
dilaksanakan di dalam maupun di luar jam pelajaran.

C. Kerangka Teori
Berdasarkan kajian pustaka dari berbagi sumber dapat dirumuskan dalam kerangka
teori penelitian sebagai berikut ;
1. Iman dan Taqwa
Ada 85 perbuatan sebagai wujud taqwa sebagai berikut.
1) Iman kepada Allah ;
2) Iman kepada Malaikat ;

32
3) Iman kepada kitab-kitab Allah ;
4) Iman kepada para nabi ;
5) Iman kepada hancurnya alam ;
6) Iman kepada kebangkitan manusia dari kematian ;
7) Iman kepada takdir ;
8) Iman kepada hasyr ;
9) Iman kepada surga dan neraka jahannam ;
10) Cinta kepada Allah ;
11) Takut kepada siksa Allah ;
12) Mengharap rahmat Allah ;
13) Tawakal ( pasrah ) kepada Allah ;
14) Cinta kepada nabi Muhammad Saw. ;
15) Mengagungkan derajat nabi Muhammad Saw. ;
16) Kikir dengan memegang teguh agama islam ( teguh pendirian ) ;
17) Mencari ilmu ;
18) Menyebarluaskan ilmu syariat ;
19) Mengagungkan dan memuliakan Al qur’an ;
20) Bersuci ;
21) Menjalankan sholat 5 waktu pada waktunya dengan sempurna ;
22) Membayar zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya ;
23) Berpuasa di bulan Ramadhan ;
24) I’tikaf ;
25) Haji ;
26) Berjuang melawan orang kafir untuk menolong agama islam ;
27) Mebentengi kaum muslim dari serangan orang kafir ;
28) Bertahan di dalam kancah perang dan tidak melarikan diri darinya ;
29) Menyerahkan harta jarahan perang kepada pemimpin atau pembantunya ;
30) Memerdekakan budak yang muslim ;
31) Bersedia membayar kifarah ( denda ) ;
32) Menepati janji ;
33) Bersyukur ;
34) Menjaga lisan dari hal-hal yang tidak layak ;
35) Menjaga kemaluan dari hal-hal yang dilarang Allah ;

32
36) Menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya ;
37) Tidak membunuh kepada sesama manusia muslim ;
38) Menghindari makan dan minuman yang haram ;
39) Menghindari dari harta yang haram ;
40) Menghindari pakaian, perhiasan, dan perabot yang haram ;
41) Menghindari permainan sia-sia yang dilarang ;
42) Sederhana dalam memberikan nafakah, tidak berlebihan dan tidak irit ;
43) Tidak menyimpan dendam dan kedengkian ;
44) Tidak mencela kaum muslimin dihadapan ;
45) Ikhlas dalam setiap amal perbuatan karena Allah ;
46) Merasa bahagia dengan ketaatan kepada Allah ;
47) Bertaubat ;
48) Melakukan penyembelihan qurban, aqiqah, dan hadiah ;
49) Taat kepada pemerintah ;
50) Berpegang teguh pada nilai yang dianut jamaah ;
51) Menjalankan hukum diantara manusia secara adil ;
52) Memerintahkan kepada kebaaikan dan mencegah dari kejahatan ;
53) Tolong menolong dalam hal kebaikan dan ketaqwaan ;
54) Malu kepada Allah ;
55) Bersikap baik kepada orang tua ;
56) Menyambung tali persaudaraan ;
57) Budi pekerti yang baik ;
58) Memperlakukan hamba sahaya dengan baik ;
59) Ketaatan seorang hamba kepada tuannya ;
60) Menjaga hak-hak istri dan anak-anak ;
61) Mencintai ahli agama ;
62) Menjawab salam dari orang islam ;
63) Menjenguk orang sakit ;
64) Melakukan shalat jenazah untuk orang yang islam ;
65) Mendoakan orang islam yang bersin ;
67) Menghormati tetangga ;
68) Menghormati tamu ;
69) Menyembunyikan cela orang lain ;

32
70) Sabar ;
71) Zuhud ;
72) Cemburu dan tidak membiarkan pria bergaul bebas denngan wanita lain ;
73) Berpaling diri dari percakapan yang tidak bermanfaat ;
74) Kedermawanan ;
75) Menghormati orang tua dan mngasihi anak kecil ;
76) Merukunkan antara orang islam ;
77) Mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya;
78) Melayani dan melindungi pihak yang lemah;
79) Tiada sombong dan takabur;
80) Suka mendengarkan terhadap kritik yang lebih baik;
81) Memiliki semangat persatuan;
82) Menghargai dan menghormati lawan;
83) Menempatkan orang yang layak dalam pekerjaan yang layak;
84) Menjauhi hidup mewah yang cenderung kepada pemborosan; dan
85) Giat bekerja, tahan uji, tidak putu asa .
2. Strategi Integrasi Imtaq dalam Pembelajaran IPTEK
Berdasarkan model-model pembelajaran Imtaq dalam beberapa mata pelajaran
seperti yang telah dijelaskan terdahulu, dapat disimpulkan menjadi 6 strategi.
Adapun strategi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Strategi Terjemah
Strategi ini cenderung bersifat menjelaskan ilmu dengan memberikan dasar
pengetahuan Al-Qur’an dan Hadits. Strategi ini terlihat dalam model Rusli
Yunus dan Warnadi dalam mata pelajaran geografi, model I H.M Husni dan
Syafril dalam mata pelajaran fisika, model I Rosman Yunus dan Aceng dalam
mata pelajaran biologi, dan model I Syaeful Anwar dan Sri Setiono dalam mata
pelajaran kimia.
b. Strategi Aktualisasi Imtaq dalam Perilaku Kehidupan Manusia
Strategi ini berusaha memberikan dasar Imtaq dalam pembelajaran yang
berhubungan dengan perilaku kehidupan manusia. Strategi ini dibedakan
menjadi 3, yaitu (1) aktualisasi Imtaq dalam perilaku manusia pada diri sendiri;
(2)aktualisasi Imtaq dalam perilaku manusia pada sesamanya; dan (3)
aktualisasi Imtaq dalam perilaku manusia pada lingkungan ala sekitar.

32
Strategi tersebut terlihat dalam model-model berikut. Strategi aktualisasi Imtaq
dalam perilaku manusia pada diri sendiri terlihat dalam model II H.M Husni
dan Syafril dalam mata pelajaran ekonomi dan model II Rosman Yunus dan
Aceng dalam mata pelajaran biologi. Strategi aktualisasi Imtaq dalam perilaku
manusia pada sesamanya terlihat dalam model III H.M Husni dan Syafril
dalam mata pelajaran ekonomi. Strategi aktualisasi Imtaq dalam perilaku
manusia pada lingkungan alam sekitar terlihat dalam model III Rosman Yunus
dan Aceng dalam mata pelajaran biologi.
c. Strategi Integrasi Imtaq
Integrasi berarti penyatuan. Dalam strategi ini ada dua integrasi, yaaitu (1)
integrasi dengan bahan pelajaran atau pelajaran dan (2) integrasi dengan
keterampilan berbahasa. Bahan pelajaran dalam hal ini adalah alat yang
digunakan untuk menyampaikan pelajaran atau kompetensi dasar yang
diajarkan. Pelajaran dalam hal ini adalah kompetensi dasar yang diajarkan.
Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah mendengarkan, berbicara,
membaca, dan menulis.
Strategi tersebut terlihat dalam model berikut. Strategi Integrasi Imtaq dengan
bahan pelajaran atau pelajaran terlihat dalam model I Zaidan Hendy dan
Sunarno. Dan, strategi integrasi Imtaq dengan keterampilan berbahasa terlihat
dalam model II Zaidan Hendy dan Sunanrno dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
d. Strategi Menyelipkan Materi Imtaq
Menyelipkan adalah memasukkan sesuatu yang tidak sama di antara dua
benda. Strategi menyelipkan materi Imtaq adalah memasukkan Imtaq dalam
pembelajaran tetapi di luar pokok pembicaraan. Strategi ini terlihat dalam
model III Zaidan Hendy dan Sunarno dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
e. Strategi Pengarahan Pengetahuan dengan Imtaq
Pengarahan pengetahuan dalam hal ini adalah memberi tempat atau wadah
terhadap pengetahuan. Jika pengetahuan diibaratkan air, maka ia akan berubah
sesuai tempat. Pengetahuan dalam hal ini cenderung pada bidang kesenian.
Stategi ini terlihat dalam model Hamzah Busroh dan Moh Enong dalam mata
pelajaran kesenian.
f. Strategi Optimalisasi Imtaq

32
Pemberian wawasan Imtaq terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi selain
diberikan di luar jam pelajaran di kelas juga dapat diberikan di luar jam
pelajaran. Strategi ini terlihat dalam model Abudin Nata dalam kegiatan di luar
jam pelajaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ada 12 macam strategi guru dalam mengembangkan kurikulum pendidikan
berwawasan imtaq , yaitu : 1) terjemah; 2) aktualisasi imtaq dalam perilaku manusia
pada diri sendiri dengan metode ceramah; 3) aktualisasi imtaq dalam perilaku
manusia dengan sesamanya menggunakan metode ceramah; 4) aktualisasi imtaq
dalam perilaku manusia terhadap lingkungan alam sekitar menggunakan metode
ceramah; 5) penggabungan strategi aktualisasi imtaq dalam perilaku manusia pada
diri sendiri dengan perilaku manusia pada sesamanya menggunakan metode
ceramah; 6) penggabungan strategi aktualisasi imtaq dalam perilaku manusia pada
diri sendiri dengan perilaku manusia pada lingkungan alam sekitar menggunakan
metode ceramah; 7) aktualisasi imtaq dalam perilaku manusia pada diri sendiri
menggunakan metode penugasan terstruktur; 8) integrai imtaq dengan bahan
pelajaran menggunakan metode ceramah; 9) integrasi imtaq dengan bahan pelajaran
menggunakan metode diskusi dan penugasan; 10 ) integrasi imtaq dengan bahan
pelajaran atau pengetahuan yang diajarkan menggunakan metode ceramah; 11)
menyelipkan materi imtaq dalam bahan pelajaran; dan 12) menyelipkan materi imtaq
dalam pelajaran atau pengetahuan yang diajarkan.
Adapun urutan frekuensi terbanyak sampai dengan paling sedikit yang dilakukan
oleh guru dalam mengembangkan kurikulum pendidikan berwawasan imtaq adalah
sebagai berikut. Pertama, aktualisasi imtaq dalam perilaku kehidupan manusia
sebanyak 56,8%. Kedua, integrasi imtaq sebanyak 14,9%. Ketiga,terjemah sebanyak
14,2%. Keempat menyelipkan materi imtaq sebanyak 8,5%.
B. Saran
Adapun saran –saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1) Kepada kepala sekolah hendaknya memberikan himbauan sesering mungkin
dengan melakukan evaluasi yang optimal.

32
2) Kepada bapak ibu guru pengajar hendaknya menyampaikan imtaq dengan
seoptimal mungkin dengan jalan meminta saran pada guru pendidikan agama.
3) Kepada peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang efektifitas kurikulum
pendidikan berwawasan imtaq terhadap anak didik dan perilaku yang muncul
dari pengembangan kurikulum tersebut.
DAFTAR RUJUKAN

Agustian, Ary Ginanjar.2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan


Spiritual ESQ. Jakarta: Arga.
Adisasmita, H.M. Yusuf dan Anwar Sugianto. 2001.Suplemen Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan Untuk Peningkatan Imtaq Siswa SLTA. Jakarta:
Depdiknas
Anwar, Sjaeful dan Sri Setiono. 2001. Suplemen Kimia Untuk Peningkatan Imtaq
Siswa SLTA. Jakarta: Depdiknas.
Arifin, Muhammad Samsul. 2000. Tesis Respon Peserta Didik dan Orang Tua
Terhadap Kegiatan Pendidikan Agama ( Studi Kasus Pembinaan
Ekstrakurikuler Agama di Sekolah Menengah Umum Islam Malang).
Asrori, A. Ma’ruf dan A. Labib Asrori. 1996. Qomi’uth Thughyan Mahligai 77
cabang iman. Surabaya : Al – Miftah .
Busrah, Hamzah dan Muh. Enong. 2003. Suplemen Kesenian Untuk Peningkatan
Imtaq Siswa SLTA. Jakarta: Depdikna.
Djazuli, Achmad dkk. 2005. Peningkatan Wawasan Keagamaan (Islam) Guru
Bukan Pendidikan Agama SLTP dan SLTA. Jakarta: Depdiknas.
Hamka, H Rusjdi. 1986. Etos Iman, Ilmu dan Amal dalam Gerakan Islam. Jakarta :
Pustaka Panjimas.
Hayati, Lina. 2004. Tesis Manajemen Pendidikan Nilai di Sekolah Umum Kajian
Tentang Internalisasi Nilai-Nilai Keislaman) Studi Pada Sekolah
Menengah Umum Negeri 10 “Melati” Samarinda.
Hasni, H.M dan Syafril. 2001. Suplemen Ekonomi Untuk Peningkatan Imtaq Siswa
SLTA. Jakarta: Depdiknas.
Hendy, Zaidan dan Sunarno. 2001. Suplemen Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra
Indonesia Untuk Peningkatan Imtaq Siswa SLTA . Jakarta: Depdiknas.
Muhaimin, dkk. 2004. Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam di Sekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nata, Abuddin. 2003. Manajemen Pendidikan (Mengatasi Kelemahan Pendidikan
Islam Di Indonesia). Bogor: Kencana.
Stein, Steven J. dan Howard E. Book. 2002 Ledakan EQ 15 Prinsip Dasar
Kecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung: Kaifa.
Sunarto. 2001. Tesis Internalisasi Nilai-Nilai Agama Melalui Penciptaan Suasana
Keagamaan di Lingkungan MTsN Malang I.

32
Yunus, M. Rusli dan Warnadi.2001. Suplemen Geografi Untuk Peningkatan Imtaq
Siswa SLTA. Jakarta: Depdiknas.
Yunus, Rosman dan Aceng Mahmud Fasha.2003. Suplemen Biologi Untuk
Peningkatan Imtaq Siswa SLTA. Jakarta: Depdiknas.
------------.2005. Pedoman Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan Siswa
SMP/SMA/SMK. Jakarta: Depdiknas.

32

You might also like