You are on page 1of 8

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

PENENTUAN KADAR FORMALIN DENGAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

Oleh :
Kelompok 1, Golongan I

Ni Made Ary Sukmawati (0908505002)


A.A.Ayu Putri Kusuma Dewi (0908505003)
Ida Ayu Gede Astiti (0908505004)
Nyoman Darpita Wijaya (0908505005)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
PENENTUAN KADAR FORMALIN
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBLE

I. TUJUAN
Menetapkan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visibel

II. DASAR TEORI


Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang
memakai sumber radiasi elektromagnetik UV dekat (190-380 nm) dan sinar tampak
(380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Radiasi UV jauh (100-190
nm) tidak dipakai, sebab pada daerah radiasi tersebut diabsorpsi oleh udara.
Adakalanya spektrofotometer UV-Vis yang beredar memberikan rentang pengukuran
panjang gelombang 190-1100 nm. Hal ini perlu diperhatikan sebab di atas panjang
gelombang 780 nm merupakan daerah radiasi infra merah. Karenanya, pengukuran di
atas panjang gelombang 780 nm harus menggunakan detektor dengan kualitas sensitif
terhadap radiasi inframerah (Mulja dan Suharman, 1995).
Spektrofotometri UV-VIS termasuk salah satu metode analisis instrumental yang
frekuensi penggunaannya paling banyak dalam laboratorium analisis. Spektrofotometri
UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis,
sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif
dibandingkan kualitatif ( Widjaja dkk, 2008).
Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorbsi oleh molekul organik aromatik,
molekul yang mengandung elektron π (phi) terkonyugasi dan atau atom yang
mengandung elekron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari tingkat
energi elektron dasar ke tingkat energi tereksitasi tinggi, Besarnya serapan radiasi
tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, 2004)
Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum
Lambert-Beer, yaitu:
A = - log T = - log It / Io = ε . b . C
Dimana :
A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur
T = Transmitansi
I0 = Intensitas sinar masuk
It = Intensitas sinar yang diteruskan
ε = Koefisien ekstingsi
b = Tebal kuvet yang digunakan
C = Konsentrasi dari sampel (Gandjar dan Rohman, 2010).
Spektrofotometri UV-Vis merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan
hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi
dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia
dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik
untuk sampel berwarna juga untuk sampel tak berwarna (Riyadi, 2009).
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan spektrofotometri
UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis
dengan spektrofotometri visible karena senyawa tersebut harus diubah terlebih dahulu
menjadi senyawa yang berwarna (Gandjar dan Rohman, 2010). Beberapa tahapan yang
harus diperhatikan meliputi:
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis
Hal ini diperlukan bila senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah
tersebut. Senyawa harus diubah atau direaksikan dengan pereaksi tertentu dengan
syarat reaksinya selektif dan sensitive, reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusibel,
serta hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama. Keselektifan dapat dinaikkan
dengan mengatur pH, pemakaian masking agent, atau penggunaan teknik ekstraksi
(Gandjar dan Rohman, 2010).
2. Waktu operasional
Cara ini biasanya digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil (Gandjar
dan Rohman, 2010).
3. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Alasan digunakannya panjang
gelombang maksimal adalah pada panjang gelombang ini kepekaannya maksimal,
bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum Lambert-Beer akan
terpenuhi, serta juka dilakukan pengukuran ulang maka kesalahan yang disebabkan
oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan sangat kecil (Gandjar dan Rohman,
2010).
4. Pembuatan kurva baku
Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi.
Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian
dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi
(x). Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi, maka kurva baku berupa garis lurus
(Gandjar dan Rohman, 2010).
5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,8 atau
15% sampai 70% jika dibaca sebagai transmitan. Anjuran ini berdasarkan anggapan
bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5% (kesalahan fotometrik)
(Gandjar dan Rohman, 2010).
Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis menggunakan
spektrofotometer adalah:
a) Serapan oleh pelarut
Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi
matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b) Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa memberikan kualitas
yang lebih baik, namun tentu saja harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh kuvet ini
diatasi dengan penggunaan jenis, ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat
blangko dan sampel. (Tahir, 2008)
c) Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi sangat rendah atau
sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan. (melalui pengenceran atau pemekatan).
Sama seperti pHmeter, untuk mengatasi kesalahan pada pemakaian spektrofotometer
UV-Vis maka perlu dilakukan kalibrasi. Kalibrasi dalam spektrofotometer UV-Vis
dilakukan dengan menggunakan blangko:
Setting nilai absorbansi = 0
Setting nilai transmitansi = 100 %
Penentuan kalibrasi dilakukan dengan mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Dilakukan dengan larutan blangko (berisi pelarut murni yang digunakan dalam
sampel) dengan kuvet yang sama.
b. Setiap perubahan panjang gelombang diusahakan dilakukan proses kalibrasi.
c. Proses kalibrasi pada pengukuran dalam waktu yang lama untuk satu macam
panjang gelombang, dilakukan secara periodik selang waktu per 30 menit.
Dengan adanya proses kalibrasi pada spektrofotometer UV-Vis ini maka akan
membantu pemakai untuk memperoleh hasil yang akurat dan presisi (Tahir. 2008).
Formalin atau larutan formaldehida mengandung formaldehida dan methanol
sebagai stabilisator. Kadar formaldehida (CH2O) tidak kurang dari 34,0% dan tidak
lebih dari 38,0%. Pemeriannya berupa cairan jernih, tidak berwarna atau hampir tidak
berwarna; bau menusuk, uap merangsang selaput lender hidung dan tenggorokan. Jika
disimpan di tempat dingin dapat menjadi keruh. Formalin dapat dicampur dengan air
dan dengan etanol (95%) P (Anonim, 1979).
Menurut Dolaria, dkk (2007), formalin merupakan larutan yang terdiri atas 37%
formaldehide dalam air. Kesalahan yang sering terjadi adalah menyebutkan formalin
sebagai formaldehide. Formaldehide ini merupakan senyawa dalam bentuk gas, oleh
karena itu, formalin (bentuk cair) bukan merupakan formaldehid. Formalin merupakan
bentuk hidratasi hampir sempurna dari formaldehide, sehingga terjadi reaksi
kesetimbangan bolak-balik antara formaldehide dan metanadiol (hidratasi
formaldehide) Formalin dapat bereaksi membentuk warna dengan pereaksi Nash pada
metode analisis formalin. Oleh karenanya, analisis spektrofotometer visible dapat
dijadikan sebagai metode standar untuk pengujian formalin.
Pada penentuan kadar formalin dengan metode spektrofotometri visible, formalin
direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk menghasilkan larutan berwarna yang bisa
diukur di daerah visibel pada panjang gelombang 412 nm. Beberapa pereaksi yang
dapat digunakan antara lain asam kromotropat Purpold, MBTH-N
ethylbenzothiazinonhydrazone dan Nash (Susanti, 2011).
Formalin diidentifikasi dengan menggunakan pereaksi asam kromatropat, sampel
dinyatakan positif apabila memberikan warna violet. Penetapan kadar dilakukan secara
spektofotometri sinar tampak berdasarkan terbentuknya kompleks formalin dengan
pereaksi Nash yang menghasilkan larutan berwarna kuning, kemudian serapannya
diukur pada panjang gelombang maksimum 412nm (Dolaria, dkk, 2007).
III. ALAT DAN BAHAN
III.1. Alat
1. Pipet tetes
2. Pipet volume
3. Labu ukur
4. Vial
5. Beaker glass
6. Spektrofotometer UV-Visible
III.2. Bahan
1. Larutan Formalin 20%
2. Aquadest
3. Amonium Asetat
4. Asam Asetat
5. Asetil Aseton

IV. CARA KERJA


I.1. Pembuatan Larutan Stok Formalin 200 µg/ml
Diambil 0,5 ml larutan formalin 20% ditambahkan aquadest hingga 500 ml.
I.2. Pembuatan Pereaksi Nash
15 gram Ammonium Asetat (NH4CH3COO) ditambah 0,3 ml Asam Asetat
(CH3COOH) dan 0,2 ml Asetil Aseton lalu diencerkan dengan Aquadest hingga 100
ml.
I.3. Pembuatan Larutan Standar
Dibuat 5 variasi kadar larutan standar, yaitu diambil 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 ml larutan
stok baku ditambahkan dengan aquadest hingga 50 ml. diukur absorbansi salah satu
larutan standar pada rentang panjang gelombang 350-450 nm, ditentukan panjang
gelombang maksimumnya. lalu dibuat kurva kalibrasinya.
I.4. Penentuan Kadar Formalin
Sampel formalin ditetapkan kadarnya, dengan mangukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimumnya. Lalu ditetapkan kadar formalin dengan
memanfaatkan persamaan linear dari 5 variasi larutan standar.
LAMPIRAN

DIAGRAM ALIR

Pembuatan Larutan Stok Formalin 200 µg/ml

Diambil 0,5 ml larutan formalin 20%

+ aquadest hingga 500 ml.

Pembuatan Pereaksi Nash

15 gram Ammonium Asetat (NH4CH3COO)

+ 0,3 ml Asam Asetat (CH3COOH) dan 0,2 ml Asetil Aseton

ad Aquadest hingga 100 ml.

Pembuatan Larutan Standar

Dibuat 5 variasi kadar larutan standar:


diambil 0,5; 1; 1,5; 2; 2,5 ml larutan stok baku

ad aquadest hingga 50 ml.

diukur absorbansi salah satu larutan standar pada rentang λ 350-450 nm

ditentukan panjang gelombang maksimumnya

dibuat kurva kalibrasinya.

Penentuan Kadar Formalin

diukur absorbansi formalin pada panjang gelombang maksimumnya

ditetapkan kadarnya dengan memanfaatkan persamaan linear dari 5 variasi


larutan standar.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Dolaria, Nanik, dkk. 2007. Uji Validasi Pada Analisis Formalin Menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis. Bandung : Bul. Tek. Lit. Akuakultur.
Available at : isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/61076167.pdf
Opened at : 16 April 2011.
Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul, Rochman. 2009. Kimia Farmasi Analisis . Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Mulja, Muhammad dan Suharman. 1995. Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga
University Press
Riyadi, Wahyu. 2009. Macam Spektrofotometri dan Perbedaanya. (Cited 2011 March, 6).
Available from: http://www.wahyuriyadi.blogspot.com//
Satiadarma, Kosasih, dkk. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis Cetakan I.
Surabaya: Airlangga University Press.
Susanti, Ni Made Pitri., dkk. 2011. Petunjuk Praktikum Kimia Analis. Bukit-Jimbaran :
Jurusan Farmasi F.MIPA UNUD.
Tahir, Iqmal. 2008. Arti Penting Kalibrasi Pada Proses Pengukuran Analitik : Aplikasi Pada
Penggunaan pHmeter dan Spektrofotometer UV-Vis.
Available at : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14303/1/09E02476.pdf.
Opened at : 15 April 2011.
Widjaja, dkk. 2008. Buku Ajar Analisis Fisiko Kimia. Jimbaran : Jurusan Farmasi FMIPA
UNUD.

You might also like