You are on page 1of 5

Kebijakan proteksi

Ada dua alasan kuat yang mendorong lahirnya kebijakan proteksionisme, yaitu
melindungi perekonomian domestik dari tindakan negara atau perusahaan asing
yang tidak adil, dan melindungi industri-industri domestik yang baru berdiri
(infant industry). Industri-industri domestik yang baru berdiri biasanya memiliki
struktur biaya yang masih tinggi, sehingga sulit bersaing dengan industri asing
yang memiliki struktur biaya rendah (karena sudah memiliki skala ekonomi yang
besar).

Proteksi bertujuan untuk melindungi industri domestik yang sedang berada dalam
tahap perkembangan. Proteksi ini memberi kesempatan kepada industri domestik
untuk belajar lebih efisien dan memberi kesempatan kepada tenaga kerjanya utnuk
memperoleh keterampilan. Kebijakan proteksi biasanya bersifat sementara. Jika
suatu saat industri domestik dirasakan sudah cukup besar dan mampu bersaing
dengan industri asing, maka proteksi akan dicabut.

Tujuan kebijakan proteksi adalah:

a. memaksimalkan produksi dalam negeri;


b. memperluas lapangan kerja;
c. memelihara tradisi nasional;
d. menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya
menggantungkan diri pada satu komoditi andalan;
e. menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika
bergantung pada negara lain.

Proteksionisme merupakan kebijakan ekonomi yang membatasi perdagangan


antarnegara. Caranya, antara lain, adalah pemberlakuan tarif tinggi pada barang
impor, pembatasan kuota, dan berbagai upaya menekan impor.
Proteksi dimaksudkan untuk mempertahankan lapangan kerja bagi penduduk
lokal. Di sisi lain, kondisi ini dapat memperparah resesi global jika membuat
negara lain tidak dapat menjual produknya ke luar negeri. Pada tahun 1930-an,
negara-negara menutup pasar mereka dan Depresi Besar semakin dalam.

Selain Jepang dan Brasil, Kelompok 15 negara ini meliputi Korea Selatan,
Taiwan, Turki, Cile, Kolombia, Kosta Rika, Hongkong, Israel, Meksiko,
Norwegia, Singapura, Swiss, dan Thailand. Kelompok 15 negara ini merupakan
mitra antidumping. Mereka menekan AS agar mengubah cara penghitungan biaya
antidumpingnya karena hal tersebut adalah langkah proteksi terhadap produk
domestik.

Ada banyak hambatan yang digunakan sebagai instrument kebijakan proteksionis.


Hambatan itu bertujuan utnuk melindungi industri dalam negeri terhadap
persaingan luar negeri. Bentuk hambatan proteksionis dalam perdagangan luar
negeri tersebut, yaitu:

1.Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang diperdagangkan. Efek
kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Tarif yang paling
umum adalah tarif atas barang-barang impor atau yang biasa disebut bea impor.
Tujuan dari bea impor adalah membatasi permintaan konsumen terhadap produk-
produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk domestik.
Semakin tinggi tingkat proteksi suatu negara terhadap produk domestiknya,
semakin tinggi pula tarif pajak yang dikenakan. Perbedaan utama antara tarif dan
proteksi lainnya adalah bahwa tarif memberikan pemasuka kepada pemerintah
sedangkan kuota tidak.

 Tarif atau Bea Masuk adalah salah satu cara untuk melindungi produksi dalam
negeri dari serbuan produk impor. Misalnya, indonesia mampu memproduksi ban
mobil. Namun, biaya produksinya lebih tinggi dari produk impor sehingga harga
produk tersebut kalah saing dengan produk impor.
Kebijakan tarif terdiri 2 (dua), yaitu :
1. Kebijakan Tarif Barrier
2. Kebijakan Nontarif Barrier
Adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat
menimbulkan distorsi sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan
internasional.
Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu:

1. bea ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang diangkut menuju negara lain (di luar costum area);
2. bea transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir
barang tersebut negara lain;
3. bea impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-
barang yang masuk dalam suatu negara (tom area).

2. Kuota
Kuota adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diperdagangkan. Ada tiga
macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota ekspor. Kuota impor
adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota produksi adalah
pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor adalah
pembatasan jumlah barang yang diekspor. Tindakan untuk membatasi atau
mengurangi jumlah barang impor ada yang diakukan secara sukarela yang disebut
sebagai pembatasan ekspor sukarela (Voluntary Export Restriction = VER). VER
adalah kesepakatan antara negara pengekspor untuk membatasi jumlah barang
yang dijualnya ke negara pengimpor.
Tujuan dari kuota ekspor adalah untuk keuntungan negara pengekspor, agar dapat
memperoleh harga yang lebih tinggi. Kuota produksi bertujuan untuk mengurangi
jumlah ekspor. Dengan demikian, diharapkan harga di pasaran dunia dapat
ditingkatkan.
Tujuan utama pelaksanaan kuota adalah untuk melindungi produksi dalam negeri
dari serbuan-serbuan luar negeri.

Kuota terdiri dari :


1. Absolut Quota
Mengizinkan pemasukan komoditas tertentu dalam jumlah yang
ditetapkan selama jangka waktu tertentu.
2. Tarif Rate Quota
Mengizinkan pemasukan barang dalam jumlah tertentu kesuatu negara
dengan tarif yang diturunkan selama jangka waktu tertentu.

Dampak kebijakan kuota bagi negara importir:


a. Harga barang melambung tinggi,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi berkurang,
c. Meningktanya produksi di dalam negeri.

Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:


a. mencegah barang-barang yang penting berada di tangan negara lain;
b. untuk menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam
proporsi yang cukup;
c. untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna
mencapai stabilitas harga di dalam negeri.

Dampak kebijakan kuota bagi negara eksportir:


a. Harga barang turun,
b. Konsumsi terhadap barang tersebut menjadi bertambah,

c. Produksi di dalam negeri berkurang.

3. Dumping dan Diskriminasi harga


Praktik diskriminasi harga secara internasional disebut dumping, yaitu menjual
barang di luar negeri dengan harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau
bahkan di bawah biaya produksi. Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume
perdagangan dan menguntungkan negara pengimpor, terutama menguntungkan
konsumen mereka. Namun, negara pengimpor kadang mempunyai industri yang
sejenis sehingga persaingan dari luar negeri ini dapat mendorong pemerintah
negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti dumping (dengan tarif impor
yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties. Hal ini dilakukan
untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara lain.

Kebijakan ini hanya berlaku sementara, haraga produk akan dinaikkan sesuai
dengan harga pasar setelah berhasil merebut dan menguasai pasar internasional.
Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar
negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan
dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.
Ada tiga tipe dumping, yaitu sebagai berikut :
1. Persistent dumping.
2. Predatory dumping.
3. Sporadic dumping.

Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:


1. kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga
kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan
di luar negeri.
2. terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak
dapat membeli barang dari luar negeri.

You might also like