Professional Documents
Culture Documents
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam
Pengampu : Drs. H. Kuswadi, M.Ag.
Disusun Oleh :
NINGTIAS
NIM : K1209047
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................36
BAB I
ORIENTASI DAN PENGANTAR KULIAH
5. Diskusi Al-Fatehah
Surah Al-Fatihah adalah keseluruhan isi Al-Quran atau kesimpulan dari seluruh
Kitab-Kitab Suci, atau kesimpulan dari seluruh ajaran-ajaran Nabi-Nabi dan Rasul-
Rasul,atau kesimpulan dari ajaran semua agama yang di bawa oleh para Nabi dan
Rasul. Karena itulah surah ini dinamai dengan AL-Fatihah (Pembuka), atau “ummul
kitab” (induk kitab), dll.
Beberapa keistimewaan surah Al-Fatihah :
a. Paling besar (a’zam)
b. Tidak ada samanya dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.
c. Hanya kepada Nabi Muhammad,saw. Diturunkan.
d. Langsung mendapat jawaban dari Allah.
e. Aman dari segala bahaya.
f. Langsung dari arasy.
g. Sebagai obat.
BAB II
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM
1. Filsafat Ketuhanan
Ketuhanan dalam Islam adalah tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, dalam
bahasa Arab disebut dengan Allahu Ahad. Membicarakan pemikiran Ketuhanan di
dalam ajaran Islamatau di luar agama Islam pada dasarnya membicarakan masalah
keimanan dan filsafat.Filsafat adalah usaha menemukan dan menggali kebenaran
secara radikal, menerangkan sesuatu yang benar, baik dan indah.Untuk mencapai
kebenaran itu filsafat menggunakan sarana akal dengan berbagai mekanismenya,
sedang iman diperolah melalui hati atau keyakinan.Perbadaan keduanya terletak pada
instrumen yang digunakan tetapi sama-sama ingin mencari kebenaran.
Aspek Ketuhanan (al ilm al rububiyah) di dalam filsafat Islam sudah dibahas oleh
banyak filosuf muslim, antara lain : Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali, dan
Ibnu Rusyd.
Tuhan dalam pandangan Al Kindi adalah wujud yang hak (benar) yang bukan
asalnya tidak ada kemudian menjadi ada.Ia selalu ada dan selalu ada.Tuhan adalah
wujud yang sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain, tidak berakhir wujud-
Nya dan tidak da wujud kecuali dengan-Nya.(Ahmad Hanafi,1990:171)
Secara substansial pengertian Tuhan menurut Al Kindi sama halnya dengan Al
Farabi, ia mengatakan bahwa Tuhan adalah Allah SWT. Dia adalah wujud yang
sempurna dan yang ada tanpa suatu sebab. Ia adalah wujud yang paling mulia dan
yang paling dahulu adanya. Karena itu Tuhan adalah zat yang azali tanpa permulaan)
dan yang selalu ada. Wujud Tuhan itu sempurna, maka wujud Tuhan tidak mungkin
terdapat pada makhluk-Nya. Karena Tuhan itu Esadan tidak ada sekutu bagi-Nya.
2. Hakekat Tuhan
Tuhan adalah penguasa tertinggi di jagad raya ini, Tuhan adalah Zat yang Maha
Tinggi dan Esa, Pencipta yang Maha Kuat dan Maha Tahu, yang abadi, penentu
takdir, dan hakim bagi semesta alam.
Menurut Alquran terdapat 99 asma’ul husna yang menunjukkan sifat-sifat Tuhan
yang berbeda.
5. Tuhan Allah
Konsep mengenai Illah dan Allah dapat dilihat dalam ucapan syahadat, yang artinya
tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhhammad adalh utusan-Nya. Dari kalimat ini
dapat diketahui dari awal manusia sudah ditanamkan keyakinan bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah, Allah adalah zat yang Esa dan ridak ada sekutu bagi-Nya.
Tuhan yang diartikan sesuatu yang dipentingkan, dijelaskan dalam Alquransurat Al-
Jatsiyah (45) ayat 23.
“Maka pernahakah kamu melihat orang-orang yang menjadikan hawa nafsu-Nya
sebagai Tuhannyadan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinyadan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberikan petunjukseudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Dalam surat Al-Qashas (28) ayat 38, kata Illah dgunakan Fir’aun untuk menyebut
dirinya sendiri.
Dan berkata Fir’aun : “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selaain aku. Maka bakarlah hai Hamanuntukku tanah liat kemudian buatkanlah
untukku bangunan yang tinngi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan
sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia termasuk orang-orang yang
pendusta.”
Dalam Immmanudin, 1989:56 pengertian al-Illah adalah yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri, takut dan mengharapkan-Nya,
padaNya tempat berpasrah ketika dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal kepada-
Nya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari-Nya dan menimbulkan
ketenangan disaat mengingat dan terpaut cinta kepada-Nya.
Tauhid adalah ajaran Islam yang menjelaskan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya
tempat bergantung semua kehidupan.
Di dalam Alquran dijelaskan dalam beberapa surat mengenai Tuhan Allah.
“Sesungguhnya Akulah allah, tidak ada Illah melainkan Aku, oleh karena itu
sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatku.”(QS.Thaha:14)
”...Maka ketahuilah sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan...”(QS Muhammad :19)
Syuaib,ia berkata : Hai kaumku, sembalah Allah sekali-kali tidak ada tuhan bagimu
selain-Nya sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.
BAB III
KEIMANAN DAN KETAKWAAN
1. Pengertian Iman dan Takwa
Iman secara bahasa berarti percaya, yaitu meyakini adanya esuatu yang gaib,
sedangkan orang yang beriman disebut mukmin. Menurut sebagian ulama iman
diartikan, membenarkan secara pasti, meyakini dengan jujur dan murni asma’, sifat,
janji,dan ancaman yang diberikan Allah SWT, kemudian menyatakan bahwa Dia
Maha Suci dan sama sekali tidak menciptakan manusia debgan senda gurau,
melainkan dengan suatu tujuan yang sangat agung(Majdi al Hilali,2000:21)
Beberapa hadits nabi juga menyebutkan masalah iman, misalnya hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, “Iman itu bercabang menjadi enam puluh lebih,
dan rasa malu (untuk berbuat maksiat) adalah salah satu cabang iman.”(Imam Al
Zabidi, 2000:12-27)
Sedang takwa memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
Iman dan takwa dapat dijabarkan dengan meyakini dalam hati, mengucapkan dengan
lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
2. Wujud/Keberadaan Allah
Keberadaan Allah didukung dengan dalil-dalil yang kuat yaitu :
a. Bukti yang didasarkan dan dibenarkan oleh akal (dalil aqli)
Ustadz Hasan Al-Banna rahimahullah pernah mendapat sanggahan bahwa alam
ini tercipta dengan sendirinya. Sedangkan Allah atau apapun yang menciptakan
alam itu tidak ada. Beliau dengan tenang menjawab, “ Jika Anda meletakkan
sebuah buku di atas meja kemudian Anda keluar dari kamar dan tak lama
kemudian Anda mendapati buku tersebut ada di dalam laci, maka secara logis
Anda akan berpendapat bahwa pasti ada orang yang memindahkannya karena
Anda tahu sifat-sifat buku yang tidak mungkin berpindah dengan sendirinya.
Jadi, sifat alam semesta ini sebagaimana sifat buku yang saya gambarkan tadi,
tidak mungkin terjadi dengan sendirinya.Sedang sifat Allah adalah Ia pasti ada
dengan sendirinya, karena demikianlah sifat-Nya, Ia tidak membutuhkan sesuatu
yang lain diluar diri-Nya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”(QS Al-Imran,190)
b. Bukti yang berasal dari Alquran (dalil Naqli)
Misal seperti yang tertera dalam QS Al-Imran 190-191.
c. Bukti fitrah (dalil fitri)
Fitrah, artinya hati nurani, nurani adalah bisikan hati yang paling dalam.
Ketenangan-ketenangan yang dirasakan ketika mmendengarkan tilawah, adzan,
tauziyah adalah bukti bahwa hati kita meyakini adanya Allah.
Berangkat dari faktor keimanan dan keterbatasan ilmu manusia, Allah melarang
untuk memikirkan zat-Nya tetapi sebaliknya justru Allah menyuruh memikirkan
ciptaan-ciptaan-Nya. Dari pemikiran itu manusia dituntut untuk selalu meningkatkan
kecerdasan potensialnya yaitu menemukan kebenaran (al Haq), kebaikan (al Husn),
dan keindahan (al Jamil/ al Badi’)
Untuk membuktikan wujud Tuhan salah seorang filosuf muslim, yaitu Al Kindi
menggunkan tiga jalan, baharunya alam, keanekaragaman dalam wujud (katsrah fil
maujudat) dan kerapian alam.
Sedangkan menurut Ibnu Rusyd dallam hal ini mengemukakan dalilnya yang dikenal
dengan “Dalil Nidham” atau “Dalil Inayah wa Al Ikhtira”.
a. Dalil Inayah
Dalil Inayah adalah teori yang mengarahkan manusia agar mampu menhayati
wujud Allah melalui penghayatan dan pemahaman alam untuk manusia, karena
alam ini terjadi bukan dengan kebetulan, tetapi diciptakan dengan rapi dan teratur
atas ilmudan kebijaksanaan sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan
modern.
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang dilangit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang
membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa kitab yang memberi penerangan. (QS. Lukman,20)
b. Dalil Ikhtira
Dalil ini berisi teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud
Allah melalui penghayatan dan pemahaman keserasian atau keharmonisan aneka
ragam ciptaan Tuhan yang ada di alam raya.
c. Dalil Logika/ilmu kalam
Dalil ini menyebutkan bahwa tidak ada yang tidak ada, karena tidak ada.itu ada.
Artinya tidak ada itu keadaan yang ada, pembuat ada mestinya ada dan mustahil
pembuat ada itu tidak ada. Pembuat pertama dari pada yang ada dan tidak ada itu
adalah wajibul Wujud atau mutlak adanya, yang pasti ada dengan sendirinya.
d. Ma’rifatullah melalui fikr dan zikr
Metode ini merupakan langkah praktis yang dapat dilakukan oleh seseorang lewat
kesadaran hati dan akalnya, yaitu dengan jalan merenungi ayat-ayat kauniyah dan
kauliyah secara terus-menerus sehingga ditemukan adanya kesadaran akan Tuhan.
Langkah itu dapat dilakukan dengan cara membaca, melakukan hipotesis,
penyelidikan, eksperimen, penyusunan, teori-teori tentang alam dan lingkungan
sesuai dengan klasifikasi bidang-bidang dalam Ilmu Pengetahuan atau juga dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagaimana hal ini dilakukan di dalam praktek-
praktek sufisme.
3. Proses Terbentuknya Keimanan
Benih iman dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih
iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman seseorang,
baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan,maupun
lingkungan yang termasuk benda mati.
Pada dasarnya proses pembentukan iman, diawali dengan perkenalan, kemudian
meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal
dalam mencapai iman kepada Allah.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin, maka ajaran Allah harus
dikenalkan sejak dini.Selain diperkenalkan anak juga dibimbing untuk melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Berikut adalh beberapa prinsip yang mendukung proses terbentuknya iman:
a. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menerus, dan
tidak berkesudahan. Belajar adalh suatu proses yang memungkinkan orang
semakin lamasemakin mampu bersikap selektif.
b. Prinsip internalisasi dan individualisasi
Iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila
anak didik diberi kesempatan untuk menghayati (yakni usaha menerima nilai
sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individualisasi (yakni usaha
menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya.
c. Prisip sosialisasi
Iman yang ada harus diterapkan dalam interaksi sosial, sebagai kelengkapan
proses individualisasi, karenanilai iman diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu
memiliki dimensi sosial.
d. Prisip konsistensi dan koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu
tanpa mengandung pertentangan sntsrs nilai yang satu dengan nilai yang lain.
e. Prinsip integrasi
Hakekat keehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada
problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh.
Oleh karena itu, tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat
dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap
kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang
berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari.
4. Ciri-ciri Beriman
Alquran menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :
a. Jika disebut nama Allah, maka bergetar hatinya dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat Alquran, maka
bergejolak hatinya untuk segara melaksanakannya.(Al-Anfal,2)
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul.
(al-Imran:120, al-Maidah:12, al-Anfal:2, at-Taubah:52, Ibrahim:11,
Mujadalah:10, dan at-Taghabun:13)
c. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal:3, al-Mukminun:2,7)
d. Menafkahkan rizki yang diterimanya (al-Anfal:3, al-Mukminun:4)
e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mukminun:3,5)
f. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun:6)
g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal 74)
h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur:62)
Akidah Islam sebagai sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan menyebutkan tanda
orang beriman sebagai berikut :
a.. menjauhkan diri dari pandangan yang sempit
b. mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
c. mempunyai sifat rendah hati dan khidmat
d. senantasa jujur dan adil
e. ttidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoaalan dan
situasi
f. mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme
g mempunyai sifat kesatria, semangat dan dan berani, tidak gentar menghadapi
risiko, bahkan tidak takut terhadap maut
BAB IV
IMPLEMENTASI IMAN DAN TAKWA
1. Pengetian
Implementasi iman dan takwa adalah mengaplikasikan kayakinan dan ajaran-ajaran
atau ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari-hari.
2. Problematika Kehidupan
Di antara problematika kehidupan modern adalah masalah sosial budaya yang sudah
esteblished, sehingga sulit sekali memperbaikinya.
Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam
pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah
majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama
orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.
Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat yang
antara satu dengan yang lainnya bermusuhan. Hal ini digambarkan oleh Al-Imran
103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud yang saling berrmusuhan ( idz
kuntum a’daa’an ), yaitu suatu wujud kehidupan yang berada pada ancaman
kehancuran.
Adopsi modernisme ( westernisme ), kendatipun tidak secara total, yang dilakukan
bangsa Indoneesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang semi naturalis.
Di sisi lain diadopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi
pengkhayal. Adanya daya tarik-menarik antara idealisme dan naturalisme
menjadikan bangsa Indonesia manjadi tidak menentu dan terombang-ambing.
Dari segi ekonomi, bangsa indonesia semakin terpuruk karena diadopsinya sistem
kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-basaran.
Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin
jauhnya anggota parlemen dengan nilai Qur’ani, karena pragmatis dan
oportunitis.Masalah di bidang sosial diantaranya, banyaknya kriminalitas dan
pelanggaran norma-norma.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas, perlu diadakan revolusi pandangan.
3. Tantangan Kehidupan
Segala bentuk problematika yang ada di atas merupakan tantangan yang sangat berat
hingga bisa menimbulkan tekanan. Bertambah majunya sebuah zaman, membuat
manusia yang meenghuninya harus memutar otak agar dapat mempertahankan
hidupnya. Bagi umat Islam disinilah tantangannya. Akankah syariat Islam akan
dipertahankan atau diabaikan. Demi mencapai keinginannya, seseorang tidak akan
sungkan mengorbankan orang lain. Dengan banyaknya godaan, baik dari segi materi
atau yang lain akan membuat manusia lupa. Dalam mencapai tujuan apapun dalam
hidupnya, manusia membutuhkan peran iman dan takwa untuk menuntun
langkahnya.
4. Resiko Modernisasi
Adanya internet, adanya pasar bebas, ternyata tidak hanya membawa pengaruh
positif tetapi juga negatif. Misal seperti majunya jaringan komunikasi saat ini, selain
bisa memberi kemudahan untuk berhubungan dengan orang yang jauh tempatnya,
juga memberikan dampak negatif yakni, pemanfaatan jaringan komunikasi untuk
meneror orang lain. Resiko terhadap dampak modernisasi akan semakin besar jika
pengetahuan, serta iman dan takwa yang dimilki sangat kurang.
BAB V
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
1. Konsepsi Manusia
Manusia dengan binatang tidak begitu berbeda terutama dari susunan jism-nya dan
asupan yang diterima untuk kebutuhan biologisnya. Para ahli filsafat memandang
manusia tidak mendapatkan kesimpulan akhir yang sama, tidak menghasilkan suatu
pemahaman yang kaffah, karena manusia tidak mampu untuk melihat dirinys
sendirisecara objektif.
Manusia dalam kepemilikan kodrat dan tujuan pada hakikatnya sama dengan
makhluk lainnya. Makhluk hidup berjuang untuk tetap eksis dengan kesadaran dan
pengetahuannya sesuai deengan kapasitas yang dimilikinya. Yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya adalah kesadaran manusia untuk bebas memilih
dan daya kreatifitasnya. Inilah manusia yang menjadi menuju kesempurnaannya
bukan hanya sekedar ada.
Manusia adalah satu-satunya makhluk di dalam alam yang telah meraih kesadaran.
Kesadaran itu adalah pengalamannya tentang kualitas dan esensi dirinya maupun
dunia, serta hubungan antara dirinya dengan alam. Makin mendalam kesadarannya
terhadap tiga unsur ini,makin cepat manusia bergerak ke arah tahap-tahap yang lebih
tinggi dalam proses kemajuannya.
Ciri manusia kedua adalah bahwa manusia bebas untuk memilih bagi dirinya sendiri
yang kadang bertentangan dengan instingnya, alam dan masyarakat atau juga
bertentangan dengan dorongan-dorongan fisiologisnya. Kemampuan iradah inilah
yang akan menghantarkan manusia mencapai taraf yang tertinggi. Dan ciri yang
ketiga adalah, manusia memiliki daya cipta (kreatif), ia dapat menciptakan barang-
barang dengan berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan proses yang tidak sebentar. Penciptaan
manusia ini dijelaskan dalam QS Al Hajj, ayat 5
“Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
ketahuilah makka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang
diwaafatkan dan ada pula yang ada dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya
dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulu diketahuinya. Dan kamu lihat bumi
ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hidup dan
suburlah bumi itu dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah.”
“...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah..”(Az-Zumar,6)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpsl darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging.
Lalu Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suculah Allah,
Pencipta yang paling baik.”(QS Al-Mukminun, 12-14)
Manusia diciptakan dengan tiga unsur, yakni ruh, jasad, dan akal. Dengan memiliki
potensi fujur dan takwa.
Fujur adalah representasi dari segala bentuk keburukan dari manusia. Sedang takwa
adalah representasi semua bentuk kebaikan yang dimiliki manusia.
5. Tugas Kekhalifahan
Ketika Allah SWT. memberitahukan kepada malaikat, bahwa diri-Nya berkehendak
menciptakan manusia untuk dijadikan khalifah di muka bumi, berarti Dia telah
berkehendak memberikan amanah kepada manusia untuk menjadi pemimpin,
pengelola, dan pemakmur di bumi.
Sayid Quthb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an pada QS. Al-Baqarah ayat 30-30,
menyimpulkan bahwa ada dua prinsip utama tentang konspsi dan realias tentang
manusia, yaitu yang pertama, manusia adalah tuan (penguasa) di muka bumi. Artinya
semua yang ada di muka bumi diciptakan untuk kepentingan hidup manusia. Kedua,
manusia memiliki peranan utama dalam mengelola dan memelihara bumi. Dalam
menjalankan peranannya manusia dituntut mampu mentarbiyah diri. Selain itu
manusia juga dituntut untuk mengajarkan dan menyebarkan ilmu yang dimiliki
kepada orang lain.
Kesempurnaan penciptaan manusia didasari dengan kepemilikan sumber-sumber
ilmu dan amal perbuatan yang diberikan oleh Allah berupa hati, akal, telinga, dan
organ tubuh lainnya. Dengan perangkat tersebut, manusia diserahi tanggung jawab
sebagai khalifah dan ‘abdun.
BAB VI
HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM
1. Pengertian
Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah
laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat maupun perraturan atau norma yang dibuat dengan
sengaja.
Sedangkan hukum Islam adalah adalh hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama Islam.
HAM adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir
sebagai anugerah Tuhan.
Demokrasi adalah sitem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lam
berakar, yaitu musyawarah (syuro), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretatif
yang mandiri (ijtihad).
2. Karakteristik
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum Islam, yaiut :
a. Bidimensional : mengandung segi kemanusiaan dan segi Ketuhanaan (Illahi). Di
samping itu sifat bidimensional juga berhubungan erat dengan sifatnya yang luas
atau komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan
saja, tetapi seeluruh aspek kehidupan. Sifat bidimensional merupakan fitrah (sifat
asli) hukum Islam.
b. Adil, di dalam hukum Islam keadilan bukan sajaj merupakan tujuan, tetapi
merupakan sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah dalam syariah ditetapkan.
Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia.
c. Individualistik dan kemasyarakatan yang diikat oleh nilai-nilai transendental yaitu
wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad,saw.
Sedangkan dalam HAM aspek khas yang dimiliki adalah tidak adanya orang lain
yang dapat memaafkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi atas
seseorang yang harus dipenuhi haknya. Bahkan Negerapun haarus terikat
memberikan hukuman kepada pelnggar HAM, kecuali pihak yang dilanggar HAM-
nya telah memaafkan.
Prinsip yang ada dalam Uiversal Declaraton of Human Right dilukiskan dalam
berbagai ayat, dalam AL-Quran dan As-Sunnah akan dijumpai prinsip-prinsip
human right diantaranya sebagai berikut :
a. Martabat manusia. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa manusia memiliki
kedudukan yang tertinggi (Al-Quran surat 17 : 70, 5 : 33, dll)
b. Prinsip persamaan. Semua manusia pada dasarnya adalah sama, yang
memebedakan adalah takwanya . (al-Quran surat 49:13)
c. Prinsip kebebasan menyatakan pendapat.
d. Prinsip kebebasan beragama (Al-Quran surat 88 : 22, 50 :45)
e. Hak atas jaminan sosial.
f. Hak atas harta benda.
Sedangkan demojrasi dalam Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan
konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura’),
persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretatif yang mandiri (ijtihad).
3. Perbedaannya dengan Barat
HAM dalam pandangan Barat cenderung berkarakter antroposentris (berorientasi
penuh kepada manusia), sedangkan dalam pandangan Islam HAM lebih bersifat
teosentris (berorientasi kepada Tuhan).
Secara ontologis, materi yang dicakup dalam deklarasi HAM Barat menggambarkan
kumpulan hak-hak dan kepentingan-kepentingan manusia serta hubungannya
manusia dengan manusia semata. Sedang, dalam pandangan Islam, HAM merupakan
sekumpulan hak yang berlaku bukan hanya untuk kepentingan manusia dengan
manusia, tetapi juga manusia dengan Tuhan. Hal ini akan berimplikasi pada sanksi
yang ditimbulkan, pada masyarakat Barat sanksi diberikan oleh manusia dalam
kehidupan dunia, sedang dalam islam sanksi di berikan di dunia dan di akhirat.
Secara epistemologis, di Barat HAM bersumber dari kepentingan yang didasarkan
atas kesadaran masyarakat dan penguasa, sedang dalam Islam HAM telah ditetapkan
hukumnya oleh Allah. Implikasinya, HAM di Barat hanya didasarkan atas kesadaran
hukum manusia yang dapat berubah, sedang dalam Islam selain bertumpu pada
kesadaran manusia juga pada kesadaran ketaatan dan ketakwaan kepada Tuhan.
Sedangkan secara aksiologis pemikiran HAM Barat diarahkan semata-mata untuk
menghormati dan meninngkatkan harkat dan martabat manusia, namun dalam
pandangan Islam hal itu bertujuan ganda, selain dapat meningkatkan harkat dan
martabat,juga dapat meningkatkan ketakwaanya kepada Tuhan.
Bagi umat Islam, manusia mengakui hak-hak asasi orang lain atas dasar kewajiban
asasi atau kewajiban dasar sebagai umat Tuhan. Sedang, sudut pandang Barat
menempatkan manusia sebagai tolok ukur segala sesuatu, berbeda dengan Islam yang
menjadikan firman Allah sebagai tolok ukur.
4. Musyawarah
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia.
Masalah musyawarah ini dengan jelas disebutkan dalam Al-Quran surat 42:28, yang
isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun untuk
menyelesaikan urusan mereka dengan menggunakan musyawarah. Sehingga tidak
terjadi tindakan yang sewenang-wenang.
Di samping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam masalah demokrasi,
yakni konsesus atau ijma’.
Dalam pengertian yang lebih luas, konsensus dan musyawarah dipandang sebagai
landasan yang efektif bagi demokrasi islam modern. Konsep konsensus memberikan
dasar bagi penerimaan sistem yang mengkakui suara mayoritas. Beberapa
cendekiawan kontemporer menyatakan bahwa dalam sejarah Islam, karena tidak ada
rumusan yang pasti mengenai struktur Negara dalam Al-Quran, legitimasi Negara
bergantung pada seejauhmana organisasi dan kekuasaan Negara mencerminkan
kehendak umat. Sebab seperti yang pernah ditekankan oleh para ahli hukum klasik,
legitimasi pranata-pranata negara tidak berasal dari sumber tekstual, tetapi
didasarkan pada prinsip ijma’. Atas dasar inilah konsensus dapat menjadi legitimasi
sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam ( John Esposito & O Voll,1999:34 )
Konsep lain yang sama pentingnya, yaitu ijtihad. Dalam konteks modern, ijtihad
dapat berbentuk seruan untuk pembaharuan radikal.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban
manusia sebagai khlaifah-Nya.
Hukum HAM, dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan
hukum dan perlindungan HAM. Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap
waarga tidak dapat terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akann
terwujud apabila hukum ditegakkan.
BAB VII
HUKUM ISLAM DI INDONESIA DAN
KONTRIBUSI UMAT ISLAM
1. Pengertian
Etika : ajaran yang membahas kebaikan dan berdasarkan ukuran akal.
Moral : ajaran kebaikan dan keburukan dengan ukuran tradisi yang berlaku di
suatu masyarakat tertentu.
Akhlak : ajaran yang membahas kebaikan dan keburukan, terpuji dan tercela, baik
perkataan maupun perbuatan manusia lahir dan batin berdasarkan Al-Quran dan
sunnah.
Tasawuf : ajaran tentang proses mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
menyucikan hatii.
Sufi : orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyusikan hati.
2. Karakteristik
Moral dan etika memiliki karakter dapat berkembang di dalam masyarakat,
berbeda dengan akhlak, karena akhlak memiliki karakteristiksebagai berikut:
a. Akhlak Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada perilaku yang baik
dan menjauhkan dari perilaku buruk melalui Rasulullah,saw. Islam datang
untuk meemperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia. Nabi Muhammad
bersabda :
“Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.”
Rasulullah diutus kepada umatnya pada saat peradaban manusia pada level
kenistaan, tidak hanya di jazirah Arab juga di seluruh dunia. Manusia tidak
dijunjung sebagai manusia, tetapi lebih dekat dengan binatang. Perilaku
mereka jauh dari peradaban mulia. Melalui dakwah dan tarbiyah Rasuulullah
melakukan proses iqro’, takziyah dan ta’iim selama 23 tahun. Proses ini
dilakukan secara masif sampai kemudian muncul suatu generasi yang unggul,
karena itu Allah memberikan julukan kepada mereka Khoiru Ummah. Padahal
sebelumnya mereka berkubang dalam kesesatan.
Inilah proses ta’dib yang dilakukan oleh Rasulullah, yang senantiasa
menanamkan akhlak Islami, sehingga jati diri para sahabat merupakan
syakhsiyah (pribadi) yang selalu memperjuangkan kebaikan dan menolak
keburukan bagi dirinya dan orang lain.
b. Akhlak Islam memetapkan bahwa yang menjadi sumber moral , ukuran baik
dan buruknya perbuatan.
c. Akhlak bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman seluruh umat manusia.
d. Akhlak Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak
yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia.
3. Landasan Ideal, Formal, dan Aktual
Betapa penting kedudukan akhlak dalam Islam, Al-Quran bukan hanya memuat
ayat-ayat yang secara spsifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat yang
berbicara hukum sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selalu
dikaitkan dengan akhlak atau ajaran moral.
Sebagai contoh dalam QS Al-Baqarah, 183 Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan puasa kepada kamu se[erti
halnya diwajibkan puasa kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi
manusia yang bertakwa”
Landasan formal yang mendasari masalah akhlak adalah hukum dan komponen-
komponen yang ada di dalamnya.
Namun lebih lengkap lagi semua terangkum dalam Al-Quran yang selalu fleksibel
di segala zaman. Jadi Al-Quran bisa dijadikan landan baik secara ideal, formal,
dan aktual.
4. Akhlak dan Tasawuf
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan hati
(tashfiat al-qalbi). Menurut Zun Nun al-Misri, ada tiga macam pengetahuan
tentang Tuhan.
a. Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan perantaraan ucapan ssyahadat.
b. Pengetahuan ulama : Tuhan satu menurut logika akal.
c. Pengetahuan kaum sufi : Tuhan satu dengan perantaraann hati sanubari.
Menurut Harun Nasution, pengetahuan yang pertama dan kedua bekum
merupakan pengetahuan yang hakiki. Pengetahuan yang ketigalah yang
merupakan pengethuan hakiki tentang Tuhan (ma’rifah). Telah dijelaskan bahwa
akhlakm adalah gambaran hati yang daripadanya menimbulkan perbuatan-
perbuatan.
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan man yang buruk, juga
bagaiman mengubah yang buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni dengan
cara yang nampak, seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan dan lain-lain.
Maka, ilmu tasawuf menerangkan bagaimana cara menyucikan hati, sehingga
dapat mengaplikasikan akhlak al-karimah.
Perbaikan akhlak dimulai dengan penyucian hati. Metode yang dapat digunakan
diantaranya, “ tasfiat al-qalb“, dalam pendapat para sufi adalah dengan ijtinab al-
manhiyya((menjauhi larangn Tuhan), adaa al-wajibat (melaksanakan kewajiban-
kewajiban Tuhan), adaa al-naafilat (melakukan hal-hal yang disunnatkan), al-
riyadhah.(latihan spiritual, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah)
5. Kesempurnaan akhlak kepada Allah, Rasul, seseorang, diri sendiri, dan orang tua
a. Kesempurnaan akhlak terhadap Allah dapat dicapai dengan cara :
- Selalu kembali hanya kepada Allah
- Mengabdi hanya kepada Allah
- Bergetar hatinya bila disebutkan nama Alah
- Istiqamah dalam menjalankan syari’at Islam, dll.
b. Kesempurnaan akhlak kepada Rasul dapat dicapai dengan cara :
- Menauladani perialaku Rasul
- Menjalankan sunnah Rasul
- Selalu mengucapkan salawat kepadanya, dll.
c. Kesempurnaan akhlak terhadap seseorang dapat dilihat dari :
- Caranya menghargai orang lain
- Kontribusinya terhadap orang lain
- Tinggi tidaknya solidaritas, dll.
d. Kesempurnaan akhlak terhdap diri sendiri dapat diukur melalui :
- Bagaimana dia memanagemen dirinya sendiri
- Akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari
- Jujur tidaknya terhadap diri sendiri, dll.
e. Kesempurnaan akhlak terhadap orang tua dilihat dari :
- Berbakti atau tidaknya terhadap rang tua
- Selalu mendoakan orang tua demi kebaikan
- Tidak menyusahkan orang tua, dll.
BAB IX
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM
1. Konsepsi
Sains di Indonesiakan menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang
filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi,
dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disitematisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran
objektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara
etimologos kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya memiliki akar kejelasan.
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Kata ini
digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuandan objek pengetahuan
sehingga memperoleh kejelasan.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan
praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak
negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan yang berakibat
menghancurkan.
Seni adalah hasil ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni identik
dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-nilai
Ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal budi.
2. Karakteristik
Karakter dari ilmu objektif dan netral, sama halnya dengan teknologi. Sedangkan
seni lebih dekat dengan perasaan, jadi lebih subjektif.
Ilmu pengetahuan dalam Islam bertumpu pada nilai dan norma Ketuhanan, teknologi
bertumpu pada ilmu alam yang bersandar pada proses tertentu , sedangkan seni
bersandar pada akal budi manusia.Semuanya berakar dari ilmu yang kemudian
dikembangkan dengan teknologi, dan diimbangi dengan seni.
3. Landasan
Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Manusia diberi
kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan Quran dan sunnah.
Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran Islam ada yang abadi, tingkat kebenarannya
bersifat mutlak karena bersumber dari wahyu Allah, dan ilmu yang bersifat
perolehan, tingkat kebenarannya nisbi karena bersunber dari akal pikiran manusia.
Dalam perspektif Islam, IPTEKS merupakan hasil pengembangan potensi manusia
yang diberikan Allah yaitu berupaakal budi. Prestasi yang gemilang dalam
pengembangan IPTEKS, pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menemukan
bagaimana proses sunatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau
menciptakan hukum baru diluar sunatullah
4. Iman, Ilmu, Amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem
yaitu dinul Islam. Di dalamnya, terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah,
dan akhlak (iman, islam, ikhsan).
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh
(menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap musim dengan seizin Tuhanny. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat”.(QS Ibrahim, 24-25)
Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu, dan amal (aqidah),
syari’ah dan akhlak dengan menganalogikan bangunan dinul Islam bagaikan pohon
yang baik. Iman diidentikkan dengan akar yang menopang tegaknya ajaran Islam,
ilmu ibaratkan batang yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Dan amal ibaratkan buah, yang berupa teknologi dan seni.
Barang-barang
2 Hasil Karya ilmiah Karya seni
teknologi
Seniman pencipta
3 Lingkungan seni dan
masyarakat
Fenomena
kehidupan yang
Filsafat dan
4 Sumber Ilmu pengetahuan ada di tengah
agama
masyarakat dan
alam
Kreatifitas dan
5 Aktivitas
produktivitas
Berdasarkan
umpan balik
6 Kontrol
pemahaman etik
dan estetik.
DAFTAR PUSTAKA