You are on page 1of 39

MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Agama
Islam
Pengampu : Drs. H. Kuswadi, M.Ag.

Disusun Oleh :
NINGTIAS
NIM : K1209047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
DAFTAR ISI

BAB I KEIMANAN DAN KETAKWAAN


Deskripsi Mata Kuliah........................................................1
Visi dan Misi......................................................................1
Proses Pemebelajaran.........................................................1
Pokok Ajaran Islam............................................................2
Diskusi Al-Fatihah.............................................................2

BAB II KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


Filsafat Ketuhanan..............................................................3
Hakekat Tuhan...................................................................3
Pemikiran tentang Tuhan....................................................3
Tuhan dalam Agama-agama...............................................4
Tuhan Allah........................................................................4

BAB III KEIMANAN DAN KETAKWAAN


Pengertian...........................................................................6
Wujud Keberadaan Allah...................................................6
Proses Terbentuknya Keimanan.........................................8
Ciri-ciri Beriman................................................................9
Korelasi Iman dan Bakwa................................................10

BAB IV IMPLEMENTASI IMAN DAN TAKWA


Pengertian.........................................................................11
Problematika Kehidupan..................................................11
Tantangan Kehidupan......................................................11
Resiko Modernisasi..........................................................12
Peran Iman dan Takwa.....................................................12

BAB V HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM


Konsepsi Manusia............................................................15
Tujuan Penciptaan Manusia.............................................16
Fungsi Peran Manusia......................................................16
Tanggung Jawab Manusia...............................................17
Tugas Kekhaalifahan.......................................................17

BAB VI HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM


Pengertian........................................................................19
Karakteristik....................................................................19
Perbedaannya dengan Barat.............................................20
Musyawarah.....................................................................20

BAB VII HUKUM ISLAM DI INDONESIA DAN KONTRIBUSI


UMAT ISLAM
Sumber Hukum Islam Qur’an dan Hadits.......................22
Fungsi Hhukum Islam......................................................22
Hukum Islam dalam Hukum Indonesia...........................23
Kontribusi Umat Islam....................................................24
Keadilan dan Kesejahteraan............................................24

BAB VIII ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK


Pengertian........................................................................26
Karakterristik...................................................................26
Landasan Ideal, Formal, dan Aktual...............................27
Akhlak dan Tasawuf........................................................27
Kesempurnaan Akhlak kepada Allah, Rasul, Seseorang,
Diri sendiri, dan Orang Tua............................................. 28

BAB IX IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM


Konsepsi..........................................................................29
Karakteristik....................................................................29
Landasan..........................................................................29
Iman, Ilmu, daan Amal....................................................30
Ilmu, Teknologi, dan Seni...............................................30
Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu........................31
Tanggung Jawab Ilmuwan...............................................31

BAB X SISTEM POLITIK ISLAM


Pengertian Politik Islam...................................................33
Prinsip-prinsipp Dasar Politik Islam................................33
Prinsip-prinsip Luar Negeri dalam Islam........................33
Kontribusi dalam Perpolitikan Nasional..........................34

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................36
BAB I
ORIENTASI DAN PENGANTAR KULIAH

1. Deskripsi Mata Kuliah


Modul Pendidikan Agama Islam disusun secara sistematis dan masing-masing materi
mempunyai peranan dan kesatuan di dalam mencapai tujuan belajar bagi mahasiswa.
Peranan tiap-tiap materi tersebut dapat dirangkum dalam butir-butir berikut ini :
a. Orientasi dan Pengantar Kuliah : Menjelaskan mengenai orientasi dan pengantar
kuliah serta mendiskusikan Al-Fatihah.
b. Konsep Ketuhanan dalam Islam : Menberikan landasan utama dalam pelaksanaan
ajaran Islam secara utuh.
c. Keimanan dan ketakwaan : Memberikan penjelasan-penjelasan mengenai iman
dan takwa.
d. Implementasi iman dan takwa : Memberikan penjelasan mengenai aplikasi iman
dan takwa dalam kehidupan.
e. Hakekat manusia menurut Islam : memberikan wawasan dan menumbuhkan
kesadaran tentang eksistensi dan tanggung jawab manusia.
f. Hukum, HAM, dan Demokrasi dalam Islam : Memberikan wawasan dan
pemahaman mengenai Hukum, HAM, dan demokrasi dalam Islam.
g. Hukum Islam di Indonesia dan kontribusi umat Islam : Menberikan penjelasan
mengenai hukum Islam yang diterapkan di Indonesia dan menjelaskan
kontribusinya sehari-hari.
h. Etika, Moral, dan Akhlak : Memberikan pemahaman yang benar tentang etika,
moral, dan akhlak serta aktualisasinya dalam kehidupan sehari-hari.
i. IPTEK dan Seni dalam Islam : memberikan wawasan tentang integrasi antara
iman, IPTEKS, dan amal.
j. Sistem Politik Islam : Memberikan penjelasan tentang konsep politik Islam dan
kontribusinya dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.

2. Visi dan Misi


Visi dan Misi yang ingin dicapai dengan penyajian materi di atas adalah :
a. Membentuk kepribadian yang mapan dan matang sesuai dengan syari’ah.
b. Menguasai ilmu dan ketrampilan.
c. Memahami kaidah berkehidupan bermasyarkat, berbangsa, dan bernegara.
d. Mampu mewujudkan nilai dasar agama dan kebudayaan serta kesadaran
berbangsa dan bernegaradalam menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
yang dikuasai dengan rasa tanggung jawab kemanusiaan.
3. Proses Pembelajaran
Strategi pembelajaran PAI adalah melakukan pembahasan materi instruksional
secara kritis, analitis, induktif, deduktif, dan reflektif melalui dialog kreatif yang
bersifat partisipatoris untuk meyakini kebenaran substansi dasar kajian Agama Islam.
Diharapkan agar para Dosen PAI menggunakan metode pembelajaran berupa :
a. Kuliah yang dilengkapi responsi, tugas baca, dan telaah kasus.
b. Diskusi kelompok dengan arahan dan tuntunan Dosen.
c. Studi kasus.
d. Seminar kecil.
e. Penguuasaan, kuliah kerja maupun pemagangan, dan
f. Observasi lapangan.

4. Pokok Ajaran Islam


Islam adalah sebuah kesatuan yang terangkum dalam rukun Islam. Dan beberapa
aspek akan di jelakan dalam materi ini.
Yakni, mengenai beberapa bab yang telah di sebutkan di atas.

5. Diskusi Al-Fatehah
Surah Al-Fatihah adalah keseluruhan isi Al-Quran atau kesimpulan dari seluruh
Kitab-Kitab Suci, atau kesimpulan dari seluruh ajaran-ajaran Nabi-Nabi dan Rasul-
Rasul,atau kesimpulan dari ajaran semua agama yang di bawa oleh para Nabi dan
Rasul. Karena itulah surah ini dinamai dengan AL-Fatihah (Pembuka), atau “ummul
kitab” (induk kitab), dll.
Beberapa keistimewaan surah Al-Fatihah :
a. Paling besar (a’zam)
b. Tidak ada samanya dalam Taurat, Injil, Zabur dan Al-Quran.
c. Hanya kepada Nabi Muhammad,saw. Diturunkan.
d. Langsung mendapat jawaban dari Allah.
e. Aman dari segala bahaya.
f. Langsung dari arasy.
g. Sebagai obat.
BAB II
KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

1. Filsafat Ketuhanan
Ketuhanan dalam Islam adalah tidak ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa, dalam
bahasa Arab disebut dengan Allahu Ahad. Membicarakan pemikiran Ketuhanan di
dalam ajaran Islamatau di luar agama Islam pada dasarnya membicarakan masalah
keimanan dan filsafat.Filsafat adalah usaha menemukan dan menggali kebenaran
secara radikal, menerangkan sesuatu yang benar, baik dan indah.Untuk mencapai
kebenaran itu filsafat menggunakan sarana akal dengan berbagai mekanismenya,
sedang iman diperolah melalui hati atau keyakinan.Perbadaan keduanya terletak pada
instrumen yang digunakan tetapi sama-sama ingin mencari kebenaran.
Aspek Ketuhanan (al ilm al rububiyah) di dalam filsafat Islam sudah dibahas oleh
banyak filosuf muslim, antara lain : Al Kindi, Al Farabi, Ibnu Sina, Al Ghazali, dan
Ibnu Rusyd.
Tuhan dalam pandangan Al Kindi adalah wujud yang hak (benar) yang bukan
asalnya tidak ada kemudian menjadi ada.Ia selalu ada dan selalu ada.Tuhan adalah
wujud yang sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain, tidak berakhir wujud-
Nya dan tidak da wujud kecuali dengan-Nya.(Ahmad Hanafi,1990:171)
Secara substansial pengertian Tuhan menurut Al Kindi sama halnya dengan Al
Farabi, ia mengatakan bahwa Tuhan adalah Allah SWT. Dia adalah wujud yang
sempurna dan yang ada tanpa suatu sebab. Ia adalah wujud yang paling mulia dan
yang paling dahulu adanya. Karena itu Tuhan adalah zat yang azali tanpa permulaan)
dan yang selalu ada. Wujud Tuhan itu sempurna, maka wujud Tuhan tidak mungkin
terdapat pada makhluk-Nya. Karena Tuhan itu Esadan tidak ada sekutu bagi-Nya.

2. Hakekat Tuhan
Tuhan adalah penguasa tertinggi di jagad raya ini, Tuhan adalah Zat yang Maha
Tinggi dan Esa, Pencipta yang Maha Kuat dan Maha Tahu, yang abadi, penentu
takdir, dan hakim bagi semesta alam.
Menurut Alquran terdapat 99 asma’ul husna yang menunjukkan sifat-sifat Tuhan
yang berbeda.

3. Pemikiran Tentang Tuhan


Di dalam sejarah pemikiran manusia, Tuhan dikonsepsikan oleh berbagai keyakinan
dengan istilah yang berbeda-beda sehingga melahirkan berbagai macam agama dan
ajaran, ada agama langit (samawi), agama bumi (ardli), kepercayaan atau keyakinan
tentang segala yang menguasai keadaan dan sebagainya. Keyakinan itu bisa saja
ditanamkan dalam hati dengan melihat segala hal yang ada di bumi. Misal, dengan
merenungkan siapakah yang menciptakan laut dan gunung-gunung yang indah ?

4. Tuhan dalam Ajaran Agama-agama


Keyakinan tentang Tuhan dalam agama-agama yang ada di dunia diwujudkan
dengan berbagai macam hal yang berbeda.
Tuhan adalah sesuatu yang dianggap tinggi, dijunjung, diagungkan. Dalam
realitanya, Tuhan direferinsikan ke dalam berbagai hal. Mereka orang yahudi
menuhankan berhala, ada pula yang menuhankan hawa nafsu, harta benda, atau
bahkan manusia.

5. Tuhan Allah
Konsep mengenai Illah dan Allah dapat dilihat dalam ucapan syahadat, yang artinya
tidak ada Tuhan selain Allah, dan Muhhammad adalh utusan-Nya. Dari kalimat ini
dapat diketahui dari awal manusia sudah ditanamkan keyakinan bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah, Allah adalah zat yang Esa dan ridak ada sekutu bagi-Nya.
Tuhan yang diartikan sesuatu yang dipentingkan, dijelaskan dalam Alquransurat Al-
Jatsiyah (45) ayat 23.
“Maka pernahakah kamu melihat orang-orang yang menjadikan hawa nafsu-Nya
sebagai Tuhannyadan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah
mengunci mati pendengaran dan hatinyadan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberikan petunjukseudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”
Dalam surat Al-Qashas (28) ayat 38, kata Illah dgunakan Fir’aun untuk menyebut
dirinya sendiri.
Dan berkata Fir’aun : “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu
selaain aku. Maka bakarlah hai Hamanuntukku tanah liat kemudian buatkanlah
untukku bangunan yang tinngi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan
sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa Dia termasuk orang-orang yang
pendusta.”
Dalam Immmanudin, 1989:56 pengertian al-Illah adalah yang dipuja dengan penuh
kecintaan hati, tunduk kepada-Nya, merendahkan diri, takut dan mengharapkan-Nya,
padaNya tempat berpasrah ketika dalam kesulitan, berdoa dan bertawakal kepada-
Nya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari-Nya dan menimbulkan
ketenangan disaat mengingat dan terpaut cinta kepada-Nya.
Tauhid adalah ajaran Islam yang menjelaskan bahwa Allah SWT adalah satu-satunya
tempat bergantung semua kehidupan.
Di dalam Alquran dijelaskan dalam beberapa surat mengenai Tuhan Allah.
“Sesungguhnya Akulah allah, tidak ada Illah melainkan Aku, oleh karena itu
sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatku.”(QS.Thaha:14)
”...Maka ketahuilah sesungguhnya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan
perempuan...”(QS Muhammad :19)
Syuaib,ia berkata : Hai kaumku, sembalah Allah sekali-kali tidak ada tuhan bagimu
selain-Nya sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu.

BAB III
KEIMANAN DAN KETAKWAAN
1. Pengertian Iman dan Takwa
Iman secara bahasa berarti percaya, yaitu meyakini adanya esuatu yang gaib,
sedangkan orang yang beriman disebut mukmin. Menurut sebagian ulama iman
diartikan, membenarkan secara pasti, meyakini dengan jujur dan murni asma’, sifat,
janji,dan ancaman yang diberikan Allah SWT, kemudian menyatakan bahwa Dia
Maha Suci dan sama sekali tidak menciptakan manusia debgan senda gurau,
melainkan dengan suatu tujuan yang sangat agung(Majdi al Hilali,2000:21)
Beberapa hadits nabi juga menyebutkan masalah iman, misalnya hadits yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, “Iman itu bercabang menjadi enam puluh lebih,
dan rasa malu (untuk berbuat maksiat) adalah salah satu cabang iman.”(Imam Al
Zabidi, 2000:12-27)
Sedang takwa memiliki pengertian melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangan-Nya.
Iman dan takwa dapat dijabarkan dengan meyakini dalam hati, mengucapkan dengan
lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.

2. Wujud/Keberadaan Allah
Keberadaan Allah didukung dengan dalil-dalil yang kuat yaitu :
a. Bukti yang didasarkan dan dibenarkan oleh akal (dalil aqli)
Ustadz Hasan Al-Banna rahimahullah pernah mendapat sanggahan bahwa alam
ini tercipta dengan sendirinya. Sedangkan Allah atau apapun yang menciptakan
alam itu tidak ada. Beliau dengan tenang menjawab, “ Jika Anda meletakkan
sebuah buku di atas meja kemudian Anda keluar dari kamar dan tak lama
kemudian Anda mendapati buku tersebut ada di dalam laci, maka secara logis
Anda akan berpendapat bahwa pasti ada orang yang memindahkannya karena
Anda tahu sifat-sifat buku yang tidak mungkin berpindah dengan sendirinya.
Jadi, sifat alam semesta ini sebagaimana sifat buku yang saya gambarkan tadi,
tidak mungkin terjadi dengan sendirinya.Sedang sifat Allah adalah Ia pasti ada
dengan sendirinya, karena demikianlah sifat-Nya, Ia tidak membutuhkan sesuatu
yang lain diluar diri-Nya.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal”(QS Al-Imran,190)
b. Bukti yang berasal dari Alquran (dalil Naqli)
Misal seperti yang tertera dalam QS Al-Imran 190-191.
c. Bukti fitrah (dalil fitri)
Fitrah, artinya hati nurani, nurani adalah bisikan hati yang paling dalam.
Ketenangan-ketenangan yang dirasakan ketika mmendengarkan tilawah, adzan,
tauziyah adalah bukti bahwa hati kita meyakini adanya Allah.
Berangkat dari faktor keimanan dan keterbatasan ilmu manusia, Allah melarang
untuk memikirkan zat-Nya tetapi sebaliknya justru Allah menyuruh memikirkan
ciptaan-ciptaan-Nya. Dari pemikiran itu manusia dituntut untuk selalu meningkatkan
kecerdasan potensialnya yaitu menemukan kebenaran (al Haq), kebaikan (al Husn),
dan keindahan (al Jamil/ al Badi’)
Untuk membuktikan wujud Tuhan salah seorang filosuf muslim, yaitu Al Kindi
menggunkan tiga jalan, baharunya alam, keanekaragaman dalam wujud (katsrah fil
maujudat) dan kerapian alam.
Sedangkan menurut Ibnu Rusyd dallam hal ini mengemukakan dalilnya yang dikenal
dengan “Dalil Nidham” atau “Dalil Inayah wa Al Ikhtira”.
a. Dalil Inayah
Dalil Inayah adalah teori yang mengarahkan manusia agar mampu menhayati
wujud Allah melalui penghayatan dan pemahaman alam untuk manusia, karena
alam ini terjadi bukan dengan kebetulan, tetapi diciptakan dengan rapi dan teratur
atas ilmudan kebijaksanaan sebagaimana ditunjukkan oleh ilmu pengetahuan
modern.
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang dilangit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. Dan diantara manusia ada yang
membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan
tanpa kitab yang memberi penerangan. (QS. Lukman,20)
b. Dalil Ikhtira
Dalil ini berisi teori yang mengarahkan manusia agar mampu menghayati wujud
Allah melalui penghayatan dan pemahaman keserasian atau keharmonisan aneka
ragam ciptaan Tuhan yang ada di alam raya.
c. Dalil Logika/ilmu kalam
Dalil ini menyebutkan bahwa tidak ada yang tidak ada, karena tidak ada.itu ada.
Artinya tidak ada itu keadaan yang ada, pembuat ada mestinya ada dan mustahil
pembuat ada itu tidak ada. Pembuat pertama dari pada yang ada dan tidak ada itu
adalah wajibul Wujud atau mutlak adanya, yang pasti ada dengan sendirinya.
d. Ma’rifatullah melalui fikr dan zikr
Metode ini merupakan langkah praktis yang dapat dilakukan oleh seseorang lewat
kesadaran hati dan akalnya, yaitu dengan jalan merenungi ayat-ayat kauniyah dan
kauliyah secara terus-menerus sehingga ditemukan adanya kesadaran akan Tuhan.
Langkah itu dapat dilakukan dengan cara membaca, melakukan hipotesis,
penyelidikan, eksperimen, penyusunan, teori-teori tentang alam dan lingkungan
sesuai dengan klasifikasi bidang-bidang dalam Ilmu Pengetahuan atau juga dapat
dilakukan dengan cara-cara sebagaimana hal ini dilakukan di dalam praktek-
praktek sufisme.
3. Proses Terbentuknya Keimanan
Benih iman dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan benih
iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman seseorang,
baik yang datang dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan,maupun
lingkungan yang termasuk benda mati.
Pada dasarnya proses pembentukan iman, diawali dengan perkenalan, kemudian
meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal
dalam mencapai iman kepada Allah.
Seseorang yang menghendaki anaknya menjadi mukmin, maka ajaran Allah harus
dikenalkan sejak dini.Selain diperkenalkan anak juga dibimbing untuk melaksanakan
segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Berikut adalh beberapa prinsip yang mendukung proses terbentuknya iman:
a. Prinsip pembinaan berkesinambungan
Proses pembentukan iman adalah suatu proses yang panjang, terus menerus, dan
tidak berkesudahan. Belajar adalh suatu proses yang memungkinkan orang
semakin lamasemakin mampu bersikap selektif.
b. Prinsip internalisasi dan individualisasi
Iman dapat lebih mantap terjelma dalam bentuk tingkah laku tertentu, apabila
anak didik diberi kesempatan untuk menghayati (yakni usaha menerima nilai
sebagai bagian dari sikap mentalnya) dan individualisasi (yakni usaha
menempatkan nilai serasi dengan sifat kepribadiannya.
c. Prisip sosialisasi
Iman yang ada harus diterapkan dalam interaksi sosial, sebagai kelengkapan
proses individualisasi, karenanilai iman diwujudkan ke dalam tingkah laku selalu
memiliki dimensi sosial.
d. Prisip konsistensi dan koherensi
Nilai iman lebih mudah tumbuh terakselerasi, apabila sejak semula ditangani
secara konsisten yaitu secara tetap dan konsekuen, serta secara koheren, yaitu
tanpa mengandung pertentangan sntsrs nilai yang satu dengan nilai yang lain.
e. Prinsip integrasi
Hakekat keehidupan sebagai totalitas, senantiasa menghadapkan setiap orang pada
problematika kehidupan yang menuntut pendekatan yang luas dan menyeluruh.
Oleh karena itu, tingkah laku yang dihubungkan dengan nilai iman tidak dapat
dibentuk terpisah-pisah. Makin integral pendekatan seseorang terhadap
kehidupan, makin fungsional pula hubungan setiap bentuk tingkah laku yang
berhubungan dengan nilai iman yang dipelajari.
4. Ciri-ciri Beriman
Alquran menjelaskan tanda-tanda orang beriman sebagai berikut :
a. Jika disebut nama Allah, maka bergetar hatinya dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat Alquran, maka
bergejolak hatinya untuk segara melaksanakannya.(Al-Anfal,2)
b. Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan ilmu Allah, diiringi dengan
doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut sunnah rasul.
(al-Imran:120, al-Maidah:12, al-Anfal:2, at-Taubah:52, Ibrahim:11,
Mujadalah:10, dan at-Taghabun:13)
c. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-
Anfal:3, al-Mukminun:2,7)
d. Menafkahkan rizki yang diterimanya (al-Anfal:3, al-Mukminun:4)
e. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-
Mukminun:3,5)
f. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun:6)
g. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal 74)
h. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur:62)
Akidah Islam sebagai sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi
kehidupan seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan menyebutkan tanda
orang beriman sebagai berikut :
a.. menjauhkan diri dari pandangan yang sempit
b. mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
c. mempunyai sifat rendah hati dan khidmat
d. senantasa jujur dan adil
e. ttidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoaalan dan
situasi
f. mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme
g mempunyai sifat kesatria, semangat dan dan berani, tidak gentar menghadapi
risiko, bahkan tidak takut terhadap maut

5. Korelasi Iman dan Takwa


Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman kepada
Allah, mempercayai saja keesaan zat, sifat, dan perbuatan Tuhan, tanpa
mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan, tidak dapat
seseorang dikatakan seseorang sudah bertauhid secara sempurna. Dalam pandangan
islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin
dalam ibadah dan dalam perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menegakkan tauhid seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian
bertauhid adalah mengesakan Allah dalam pengertian yakin dan percaya melalui
fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan
dengan perbuatan.

BAB IV
IMPLEMENTASI IMAN DAN TAKWA

1. Pengetian
Implementasi iman dan takwa adalah mengaplikasikan kayakinan dan ajaran-ajaran
atau ilmu yang diterima dalam kehidupan sehari-hari.

2. Problematika Kehidupan
Di antara problematika kehidupan modern adalah masalah sosial budaya yang sudah
esteblished, sehingga sulit sekali memperbaikinya.
Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah alam
pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah
majemuk, sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik baik sesama
orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.
Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai masyarakat yang
antara satu dengan yang lainnya bermusuhan. Hal ini digambarkan oleh Al-Imran
103, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud yang saling berrmusuhan ( idz
kuntum a’daa’an ), yaitu suatu wujud kehidupan yang berada pada ancaman
kehancuran.
Adopsi modernisme ( westernisme ), kendatipun tidak secara total, yang dilakukan
bangsa Indoneesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia menjadi bangsa
yang semi naturalis.
Di sisi lain diadopsinya idealisme juga telah menjadikan bangsa Indonesia menjadi
pengkhayal. Adanya daya tarik-menarik antara idealisme dan naturalisme
menjadikan bangsa Indonesia manjadi tidak menentu dan terombang-ambing.
Dari segi ekonomi, bangsa indonesia semakin terpuruk karena diadopsinya sistem
kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-basaran.
Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin
jauhnya anggota parlemen dengan nilai Qur’ani, karena pragmatis dan
oportunitis.Masalah di bidang sosial diantaranya, banyaknya kriminalitas dan
pelanggaran norma-norma.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah di atas, perlu diadakan revolusi pandangan.

3. Tantangan Kehidupan
Segala bentuk problematika yang ada di atas merupakan tantangan yang sangat berat
hingga bisa menimbulkan tekanan. Bertambah majunya sebuah zaman, membuat
manusia yang meenghuninya harus memutar otak agar dapat mempertahankan
hidupnya. Bagi umat Islam disinilah tantangannya. Akankah syariat Islam akan
dipertahankan atau diabaikan. Demi mencapai keinginannya, seseorang tidak akan
sungkan mengorbankan orang lain. Dengan banyaknya godaan, baik dari segi materi
atau yang lain akan membuat manusia lupa. Dalam mencapai tujuan apapun dalam
hidupnya, manusia membutuhkan peran iman dan takwa untuk menuntun
langkahnya.
4. Resiko Modernisasi
Adanya internet, adanya pasar bebas, ternyata tidak hanya membawa pengaruh
positif tetapi juga negatif. Misal seperti majunya jaringan komunikasi saat ini, selain
bisa memberi kemudahan untuk berhubungan dengan orang yang jauh tempatnya,
juga memberikan dampak negatif yakni, pemanfaatan jaringan komunikasi untuk
meneror orang lain. Resiko terhadap dampak modernisasi akan semakin besar jika
pengetahuan, serta iman dan takwa yang dimilki sangat kurang.

5. Peran Iman dan Takwa


Beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
a. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman hanya percaya kepada kekuatan dan kekkuasaan Allah.
Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun
yang dapat mencegahnya.
Pegangan orang yang beriman adalah QS Al-Fatihah 1-7.
b. Iman menanamkan semangat berani dalam menghadapi maut
Orang yang beriman, yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah.
Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah Allah dalam QS
An-Nisa’ 78 :
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu kendatipun kamu
di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh”
c. Iman menanamkan sikap “self help” dalam kehidupan
Rezeki atau mata pencaharian memiliki peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah QS
Hud, 6 :
“Dan tidak ada satu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezekinya, dan dia mengetahui tempat berdiam binatang dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata.”
d. Iman memberikan ketentraman jiwa
Orang yang beriman memiliki keseimbangan, hatinya tentram dan jiwanya tenang
(sakinah), seperti yang dijelaskan dalam firman Allah dalam QS Ar- Ra’du, 28 :
“...(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi
tentram.”
e. Iman mewujudkan kehidupaan yang baik (hayatan tayyibah)
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan yang selalu melakukan kebaikan
dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam QS An-
Nahl, 97 :
“ Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan berima, maka sesungguhnya, akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”
f. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa
pamrih, kecuali dengan keridaan Allah. Senantiasa konsekuen dengan apa yang
diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Pedomannya pada
firman Allah QS Al-An’am, 162 :
Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah
untuk Allah, Tuhan semesta alam.”
g. Iman memberikan keberuntungan
Orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan firnman Allah dalam QS Al-Baqarah, 5 :
“Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah
orang-orang yang beruntung”.
h. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh
manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu dikarenakan, semua gerak dan
perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, maupun yang
tidak dipengaruhi oleh kemauan, tidal lebih dari proses atau reaksi kimia yang
terjadi di dalam tubuh.
Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh
kelenjar hipofise yang terletak disamping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan
kelenjar hipofise ditentukan oleh gen yang dibawa manusia semenjak masih
berbentuk zygot. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya
membentuk gerak, tingkah laku dan akhlak manusia.
Jika karena pengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjaadi perubahan
fisiologis tubuh, seperti marah, takut, putus asa, dan lemah, maka keadaan ini
dapat dinormalisir kembali dengan iman. Oleh karena itu, orang-orang yang
dikontrol oleh iman tidak akan terkena penyakit modern, seperti darah tinggi,
diabetes, dan kanker.
Sebaliknya jika seseorang jauh dari prinsip iman, hidupnya akan dikuasai loeh
kepanikan dan ketekutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin
dan senyawa lainnya. Selanjutnya berpengaruh negatif terhadap biologi tubuh
serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseeimbangan hormon dan kimiawi
akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme tubuh.
Sehingga, timbullah penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta
hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.

BAB V
HAKEKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

1. Konsepsi Manusia
Manusia dengan binatang tidak begitu berbeda terutama dari susunan jism-nya dan
asupan yang diterima untuk kebutuhan biologisnya. Para ahli filsafat memandang
manusia tidak mendapatkan kesimpulan akhir yang sama, tidak menghasilkan suatu
pemahaman yang kaffah, karena manusia tidak mampu untuk melihat dirinys
sendirisecara objektif.
Manusia dalam kepemilikan kodrat dan tujuan pada hakikatnya sama dengan
makhluk lainnya. Makhluk hidup berjuang untuk tetap eksis dengan kesadaran dan
pengetahuannya sesuai deengan kapasitas yang dimilikinya. Yang membedakan
manusia dengan makhluk lainnya adalah kesadaran manusia untuk bebas memilih
dan daya kreatifitasnya. Inilah manusia yang menjadi menuju kesempurnaannya
bukan hanya sekedar ada.
Manusia adalah satu-satunya makhluk di dalam alam yang telah meraih kesadaran.
Kesadaran itu adalah pengalamannya tentang kualitas dan esensi dirinya maupun
dunia, serta hubungan antara dirinya dengan alam. Makin mendalam kesadarannya
terhadap tiga unsur ini,makin cepat manusia bergerak ke arah tahap-tahap yang lebih
tinggi dalam proses kemajuannya.
Ciri manusia kedua adalah bahwa manusia bebas untuk memilih bagi dirinya sendiri
yang kadang bertentangan dengan instingnya, alam dan masyarakat atau juga
bertentangan dengan dorongan-dorongan fisiologisnya. Kemampuan iradah inilah
yang akan menghantarkan manusia mencapai taraf yang tertinggi. Dan ciri yang
ketiga adalah, manusia memiliki daya cipta (kreatif), ia dapat menciptakan barang-
barang dengan berbagai bentuk dan ukuran yang berbeda.
Manusia diciptakan oleh Allah dengan proses yang tidak sebentar. Penciptaan
manusia ini dijelaskan dalam QS Al Hajj, ayat 5
“Hai manusia jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka
ketahuilah makka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan
berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang
diwaafatkan dan ada pula yang ada dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya
dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulu diketahuinya. Dan kamu lihat bumi
ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hidup dan
suburlah bumi itu dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang
indah.”
“...Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan. Yang berbuat demikian itu adalah Allah..”(Az-Zumar,6)
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati yang (berasal)
dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpsl darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami balut dengan daging.
Lalu Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suculah Allah,
Pencipta yang paling baik.”(QS Al-Mukminun, 12-14)
Manusia diciptakan dengan tiga unsur, yakni ruh, jasad, dan akal. Dengan memiliki
potensi fujur dan takwa.
Fujur adalah representasi dari segala bentuk keburukan dari manusia. Sedang takwa
adalah representasi semua bentuk kebaikan yang dimiliki manusia.

2. Tujuan Penciptaan Manusia


Manusia diciptakan di dunia tentunya dengan tujuan yang mulia. Setidaknya ada tiga
misi diciptakannya manusia di muka bumi ini.
a. Beribadah kepada Allah SWT.
b. Sebagai Pemimpin di muka bumi (khalifah fil ardli)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya aku hendak
menjadikan khalifah di muka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak
menjadikan khalifah di bumi ini orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan mmemuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang engkau tidak ketahui.”
Disinilah fungsi amar ma’ruf nahi munkar. Manusia diberi pilihan untuk bisa
memimpin dengan baik atau sebaliknya, menjadikan kerusakan.
c. Misi Peradaban (Al ‘Imarah)
Manusia dengan berbagai potensi yang dianugerahkan Allah adalah makhluk
berperadaban. Dengan otaknya manusia mampu menciptakan karya-karya besar
dalam kehidupan ini.
Kita tentu ingat bagaiman Rasulullah dan para sahabat membentuk peradaban
yang luar biasa indah. Kisah teladan itulah yang patut kita contoh untuk
membangun peradaban manusia agar kembali kepada Alquran dan sunnah Rasul.

3. Fungsi Peran Manusia


Manusia sebagai khalifah dalam menjalankan peranannya tidak hanya untuk dirinya,
namun manusia juga berkewajiban mengajak bersama dengan masyarakat
menghambakan dirinya kepada Allah. Oleh karena itu, manusia selain bertanggung
jawab kepada diri sendiri, juga bertanggung jawab kepada sesama manusia dan
kepada Allah.
Tanggung jawab manusia kepada dirinya adalah dengan cara menjaga perilakunya
dari perbuatan tercela, dan takziyatun nafs (menyucikan diri). Tanggung jawab
manusia kepada masyarakat adalah dengan menjalankan norma-norma agama di
masyarakat dalam wujud membela keadilan, melakukan amar ma’ruf nahi munkar,
dan berperan aktif menyejahterakan kehidupan manusia. Kemudian menjalankan
perannya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan hamba Allah merupakan
tanggung jawab manusia kepada Allah.

4. Tanggung Jawab Manusia


Allah adalah Khalik sedangkan manusia adalah makhluk. Manusia dihadapan Allah
berkedudukan sebagai hamba (‘abdun), yang artinya ketaatan, tunduk, dan patuh.
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu, agar kamu bertakwa.” (al-Baqarah:21)
Ini merupakan seruan kepada seluruh manusia untuk menyembah Allah dalam
diperintahkan untuk menghambakan diri, ibadah merupakan kebutuhan manusia
sebagai makhluk, bukan sebaliknya.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka
mennyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka, dan Aku
tidak menghendaki supaya memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha
Pemberi Rezeki yang mempunyai kekuatan lagisangat kokoh.” (Adz-Dzariyat:56,58)
Penyembahan kepada Allah harus dilaksanakan secara ikhlas, ikhlas adalah
meniatkan segala aktivitas hanya ditujukan kepada Allah semata.
Sedang tujuan manusia sabagai khalifah di bumi adalah kebahagiaan dunia akhirat.
Namun untuk mendapatkan kebahagiaan itu harus melewati banyak ujian. Semua itu
adalah sunatullah, karena dengan ujian tersebut akan tersaring hamba-hamba yang
tetap istiqomah. Dengan demikian hamba-Nya dapat menikmati bahagia dunia
akhirat.

5. Tugas Kekhalifahan
Ketika Allah SWT. memberitahukan kepada malaikat, bahwa diri-Nya berkehendak
menciptakan manusia untuk dijadikan khalifah di muka bumi, berarti Dia telah
berkehendak memberikan amanah kepada manusia untuk menjadi pemimpin,
pengelola, dan pemakmur di bumi.
Sayid Quthb dalam tafsir Fi Dzilalil Qur’an pada QS. Al-Baqarah ayat 30-30,
menyimpulkan bahwa ada dua prinsip utama tentang konspsi dan realias tentang
manusia, yaitu yang pertama, manusia adalah tuan (penguasa) di muka bumi. Artinya
semua yang ada di muka bumi diciptakan untuk kepentingan hidup manusia. Kedua,
manusia memiliki peranan utama dalam mengelola dan memelihara bumi. Dalam
menjalankan peranannya manusia dituntut mampu mentarbiyah diri. Selain itu
manusia juga dituntut untuk mengajarkan dan menyebarkan ilmu yang dimiliki
kepada orang lain.
Kesempurnaan penciptaan manusia didasari dengan kepemilikan sumber-sumber
ilmu dan amal perbuatan yang diberikan oleh Allah berupa hati, akal, telinga, dan
organ tubuh lainnya. Dengan perangkat tersebut, manusia diserahi tanggung jawab
sebagai khalifah dan ‘abdun.

BAB VI
HUKUM, HAM, DAN DEMOKRASI DALAM ISLAM

1. Pengertian
Hukum adalah seperangkat norma atau peraturan-peraturan yang mengatur tingkah
laku manusia, baik norma atau peraturan itu berupa kenyataan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat maupun perraturan atau norma yang dibuat dengan
sengaja.
Sedangkan hukum Islam adalah adalh hukum yang bersumber dan menjadi bagian
dari agama Islam.
HAM adalah hak-hak dasar atau hak-hak pokok yang dibawa manusia sejak lahir
sebagai anugerah Tuhan.
Demokrasi adalah sitem yang mengukuhkan konsep-konsep Islami yang sudah lam
berakar, yaitu musyawarah (syuro), persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretatif
yang mandiri (ijtihad).

2. Karakteristik
Menurut Tahir Azhary, ada tiga sifat hukum Islam, yaiut :
a. Bidimensional : mengandung segi kemanusiaan dan segi Ketuhanaan (Illahi). Di
samping itu sifat bidimensional juga berhubungan erat dengan sifatnya yang luas
atau komprehensif. Hukum Islam tidak hanya mengatur satu aspek kehidupan
saja, tetapi seeluruh aspek kehidupan. Sifat bidimensional merupakan fitrah (sifat
asli) hukum Islam.
b. Adil, di dalam hukum Islam keadilan bukan sajaj merupakan tujuan, tetapi
merupakan sifat yang melekat sejak kaidah-kaidah dalam syariah ditetapkan.
Keadilan merupakan sesuatu yang didambakan oleh setiap manusia.
c. Individualistik dan kemasyarakatan yang diikat oleh nilai-nilai transendental yaitu
wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad,saw.
Sedangkan dalam HAM aspek khas yang dimiliki adalah tidak adanya orang lain
yang dapat memaafkan pelanggaran hak-hak jika pelanggaran itu terjadi atas
seseorang yang harus dipenuhi haknya. Bahkan Negerapun haarus terikat
memberikan hukuman kepada pelnggar HAM, kecuali pihak yang dilanggar HAM-
nya telah memaafkan.
Prinsip yang ada dalam Uiversal Declaraton of Human Right dilukiskan dalam
berbagai ayat, dalam AL-Quran dan As-Sunnah akan dijumpai prinsip-prinsip
human right diantaranya sebagai berikut :
a. Martabat manusia. Dalam Al-Quran disebutkan bahwa manusia memiliki
kedudukan yang tertinggi (Al-Quran surat 17 : 70, 5 : 33, dll)
b. Prinsip persamaan. Semua manusia pada dasarnya adalah sama, yang
memebedakan adalah takwanya . (al-Quran surat 49:13)
c. Prinsip kebebasan menyatakan pendapat.
d. Prinsip kebebasan beragama (Al-Quran surat 88 : 22, 50 :45)
e. Hak atas jaminan sosial.
f. Hak atas harta benda.
Sedangkan demojrasi dalam Islam dianggap sebagai sistem yang mengukuhkan
konsep-konsep Islami yang sudah lama berakar, yaitu musyawarah (syura’),
persetujuan (ijma’), dan penilaian interpretatif yang mandiri (ijtihad).
3. Perbedaannya dengan Barat
HAM dalam pandangan Barat cenderung berkarakter antroposentris (berorientasi
penuh kepada manusia), sedangkan dalam pandangan Islam HAM lebih bersifat
teosentris (berorientasi kepada Tuhan).
Secara ontologis, materi yang dicakup dalam deklarasi HAM Barat menggambarkan
kumpulan hak-hak dan kepentingan-kepentingan manusia serta hubungannya
manusia dengan manusia semata. Sedang, dalam pandangan Islam, HAM merupakan
sekumpulan hak yang berlaku bukan hanya untuk kepentingan manusia dengan
manusia, tetapi juga manusia dengan Tuhan. Hal ini akan berimplikasi pada sanksi
yang ditimbulkan, pada masyarakat Barat sanksi diberikan oleh manusia dalam
kehidupan dunia, sedang dalam islam sanksi di berikan di dunia dan di akhirat.
Secara epistemologis, di Barat HAM bersumber dari kepentingan yang didasarkan
atas kesadaran masyarakat dan penguasa, sedang dalam Islam HAM telah ditetapkan
hukumnya oleh Allah. Implikasinya, HAM di Barat hanya didasarkan atas kesadaran
hukum manusia yang dapat berubah, sedang dalam Islam selain bertumpu pada
kesadaran manusia juga pada kesadaran ketaatan dan ketakwaan kepada Tuhan.
Sedangkan secara aksiologis pemikiran HAM Barat diarahkan semata-mata untuk
menghormati dan meninngkatkan harkat dan martabat manusia, namun dalam
pandangan Islam hal itu bertujuan ganda, selain dapat meningkatkan harkat dan
martabat,juga dapat meningkatkan ketakwaanya kepada Tuhan.
Bagi umat Islam, manusia mengakui hak-hak asasi orang lain atas dasar kewajiban
asasi atau kewajiban dasar sebagai umat Tuhan. Sedang, sudut pandang Barat
menempatkan manusia sebagai tolok ukur segala sesuatu, berbeda dengan Islam yang
menjadikan firman Allah sebagai tolok ukur.

4. Musyawarah
Perlunya musyawarah merupakan konsekuensi politik kekhalifahan manusia.
Masalah musyawarah ini dengan jelas disebutkan dalam Al-Quran surat 42:28, yang
isinya berupa perintah kepada para pemimpin dalam kedudukan apapun untuk
menyelesaikan urusan mereka dengan menggunakan musyawarah. Sehingga tidak
terjadi tindakan yang sewenang-wenang.
Di samping musyawarah, ada hal lain yang sangat penting dalam masalah demokrasi,
yakni konsesus atau ijma’.
Dalam pengertian yang lebih luas, konsensus dan musyawarah dipandang sebagai
landasan yang efektif bagi demokrasi islam modern. Konsep konsensus memberikan
dasar bagi penerimaan sistem yang mengkakui suara mayoritas. Beberapa
cendekiawan kontemporer menyatakan bahwa dalam sejarah Islam, karena tidak ada
rumusan yang pasti mengenai struktur Negara dalam Al-Quran, legitimasi Negara
bergantung pada seejauhmana organisasi dan kekuasaan Negara mencerminkan
kehendak umat. Sebab seperti yang pernah ditekankan oleh para ahli hukum klasik,
legitimasi pranata-pranata negara tidak berasal dari sumber tekstual, tetapi
didasarkan pada prinsip ijma’. Atas dasar inilah konsensus dapat menjadi legitimasi
sekaligus prosedur dalam suatu demokrasi Islam ( John Esposito & O Voll,1999:34 )
Konsep lain yang sama pentingnya, yaitu ijtihad. Dalam konteks modern, ijtihad
dapat berbentuk seruan untuk pembaharuan radikal.
Musyawarah, konsensus, dan ijtihad merupakan konsep yang sangat penting bagi
artikulasi demokrasi Islam dalam kerangka Keesaan Tuhan dan kewajiban-kewajiban
manusia sebagai khlaifah-Nya.

Hukum HAM, dan demokrasi merupakan tiga konsep yang tidak dapat dipisahkan.
Karena salah satu syarat utama terwujudnya demokrasi adalah adanya penegakan
hukum dan perlindungan HAM. Demokrasi akan selalu rapuh apabila HAM setiap
waarga tidak dapat terpenuhi. Sedangkan pemenuhan dan perlindungan HAM akann
terwujud apabila hukum ditegakkan.

BAB VII
HUKUM ISLAM DI INDONESIA DAN
KONTRIBUSI UMAT ISLAM

1. Sumber hukum Islam


Di dalam hukum Islam rujukan-rujukan dan dalil-dalil telahh ditentukan sedemikian
rupa oleh syariat, mulai dari sumber yang pokok maupun yang bersifat alternatif.
Dalam QS An-Nissa’:59, dijelaskan bahwa setiap muslim wajib menaati kemauan
atau kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak “ulil amri” yakni orang yang
mempunyai kekuasaan atau penguasa.
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil
amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentanng sesuatu,
maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikiian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
Hadits menyebutkan sebuah percaakapan yang terjadi antara Rasulullah dan Mu’adz,
seorang hakim di Yaman.
Rasulullah berkata,” Wahai Mu’adz, bagaiman engkau memutuskan sesuatu perkara
jika eengkau ditimpa suatu masalah?”
Mu’adz menjawab, “Aku akan memutus dengan Kitabullah(Al-Quran).
Kemudian Rasul berrtanya kembali, ”Jika tidak terdapat ketentuan dalam
Kitabullah?”
“Maka dengan sunnah Rasul”, begitu jawab Mu’adz.
Rasul bertanya kembali, “Jika tidak terdapat dalam sunnah ?”
Mu’adz menjawab, ”Aku akan berijtihad dengan pendapatku dan aku tidak akan
berlebihan.”
Rasulullah menepuk dada Mu’adz seraya bersabda, “Segala puji bagi Allah yang
telah merestui utusan Rasulullah untuk sesuatu yang telah diridhai Allah dan
RasulNya.”
Dari hadits di atas dapat disimpulkan bahwa sumber tertib hukum itu ada tiga, yaitu
Al-Quran, Al-Hadits, dan Al-Ijtihadu bi Ar-Ra’yi (berupaya dengan pemikiran)

2. Fungsi hukum Islam


Hukum Islam memiliki tiga orientasi, yaitu :
a. Mendidik individu untuk selalu menjadi sumber kebaikan (tahdzib al-fardi)
b. Menegakkan keadilan (iqamat al-adl)
c. Merealisasikan kemashlahatan (al-maslahah)
Sedangkan fungsi hukum Islam dirumuskan dalam empat fungsi, yaitu ;
a. Fungsi ibadah. Dalam QS Adz-Dzariyat ayat 56 dinyatakan oleh Allah.
“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”
b. Fungsi amar ma’ruf nahi munkar
c. Fungsi zawajir (penjeraan)
d. Fungsi tandzim wa ishlah al-ummah (organisasi dan rehabilitasi masyarakat)

3. Hukum Islam dalam sistem hukum Indonesia


Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam istilah, seperti syari’at
Islam, fikih Islam, dan hukum Islam. Di dalam bahasa Indonesia, untuk syari’at
islam sering digunakan istilah, hukum syari’at atau hukum syara’, untuk fikih Islam
digunakan hukum fikih atau kadang-kadang hukum Islam.
Dalam hukum Islam tidak membedakan dengan tajam antara hukum perdata dengan
publik. Menurut H.M. Rasjidi bagian-bagian hukum Islam adalah munakahat,
wirasah, mu’amalat dalam arti khusus, jinayat atau ‘ukubat, al-ahkam al-suthaniyah
(khilafah), syiar, dan mukhashamat.
Yang termasuk dalam hukum perdata Islam adalah sebagai berikut:
Munakahat yakni hukum yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan
perkawinan, perceraian serta akibat-akibatnya.
Wirasah mengatur segala masalah yang berhubungan dengan pewaris, ahli waris,
harta peninggalan serta pembagian warisan. Hukum warisan ini juga disebut faraid.
Mu’amalat dalam arti khusus yakni, hukum yang mengatur masalah kebendaan dan
hak-hak atas benda, tata hubungan manusia dalam soal jual beli, sewa menyewa,
pinjam meminjam, perserikatan dan sebagainya.
Sedang yang termasuk dalam hukum publik Islam adalah :
Jinayat yang memuat aturan-aturan mengenai perbuatan-perbuatan yang diancam
dengan hukuman baik dalam jarimah hudud maupun dalam jarimah ta’zir . Jarimah
hudud adalah perbuatan pidana yang telah ditentukan bentuk dan batas hukumannya
dalam Al-Quran dan sunnah nabi muhammad,saw. Jarimah ta’zir adalah perbuatan
pidana yang bentuk dan batasnya ditentukan oleh penguasa sebagai pelajaran bagi
pelakunya.
Al-ahkam al-sulthaniyah, yakni hukum yang mengatur soal-soal yang berhubungan
dengan kepala negara, pemerintahan, tentara, pajak dan sebagainya.
Siyar, yakni hukum yang mengatur urusan perang dan damai, tata hubungan dengan
pemeluk agama dan negara lain.
Mukhashamat, mengatur peradilan, kehakiman dan hukum acara (Mohammad Daud
Ali, 1999:51-52)
Sedangkan Fathi Osman mengemukakan sistematika hukum Islam sebagai berikut :
a. Al-ahkam al-ahwal al-syakhsiyah (hukum perorangan)
b. Al-ahkam al-madaniyah (hukum kebendaan),
c. al-ahkam al-jinaiyah (hukum pidana)
d. Al-ahkam al-mufaraat (hukum acara perdata, pidana, dan peradilan tata usaha
negara)
e. Al-ahkam al-duturiyah (hukum tata negara)
f. Al-ahkam al-dawliyah (hukum internasional)
g. Al-ahkam al-iqtishadiyah wa al-maliyah (hukum ekonomi dan keuangan)
4. Kontribusi umat Islam
Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum Islam di Indonesia
nampak jelas setelah Indonesia merdeka. Penelitian yang dilakukan oleh UI dan
BPHN (1977/1978) menunjukkan dengan jelas kecenderungan umat Islam Indonesia
untuk kembali sebagai muslimin yang menaati dan melaksanakan hukum Islam.
Kecenderungan ini oleh Pendidikan Agama Islam yang setelah tahun enam puluhan
diwajibkan di sekolah-sekolah di bawah naungan Depdikbud. Perkembangan hukum
Islam di Indonesia ditunjang pula oleh sikap pemerintah terhadap hukum agama
(hukum Islam) yang dipergunakan sebagai alat untuk memperlancar pelaksanaan
kebijakan pemerintah. Setelah Indonesia merdeka, muncul pemikir hukum Islam
terkemuka di Indonesia seperti Hazairin dan Hasbi as shiddiqie, mereka bericara
tentang pengembangan dan pembahharuan hukum Islam dalam bidang mu’amalh di
Indonesia. Misalnya, Hasbi menghendaki fikih Islam dengan pembentukan fikih
Indonesia (1962). Syafrrudin Prawiranegara (1967) mengemukakan pengembangan
sistem ekonomi Islam yang yang diatur menurut hukum Islam. Gagasan ini
kemudian melahirkan bank Islam (BMI) tahun 1992.
Kontribusi umat Islam dalam perumusan dan penegakan hukum pada akhir-akhir ini
semakin nampak jelas dengan di undangkannya beberapa peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan hukum Islam, seperti UU No.1,1974 tentang
perkawiinan, PP No.28,1977 tentang pewakafan tanah milik, UU No.7, 1989 tentang
peradilan agama, Instruksi Presiden no.1, 1991 tentang kompilasi hukum Islam, dan
UU No.38, 1999 tentang penggelolaan zakat.
Upaya penegakan hukum Islam memang harus melalui proses, yakni proses kultural
dan dakwah.

5. Keadilan dan kesejahteraan rakyat


Hukum Islam adalah hukum yang tidak menitik beratkan kepentingan salah satu
pihak, namun hukum yang memandang segala sesuatu dengan sudut pandang yang
seimbang. Dengan adanya pengetahuan mengenai hukum Islam, penerannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, maka keadilan dan kesejahteraan akan tercapai.
Misalnya :
a. Tidak adanya KKN.
b. Masyarakat kecil merasa aman dan terayomi.
c. Para pelaku kriminal dapat diadili dengan seadil-adilnya.
d. Tidak ada kasus suap-menyuap.
e. Harga bahan pokok dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.
f. Minimnya tindak kriminalitas.
g. Masyarakat terasa aman.
BAB VIII
ETIKA, MORAL, DAN AKHLAK

1. Pengertian
Etika : ajaran yang membahas kebaikan dan berdasarkan ukuran akal.
Moral : ajaran kebaikan dan keburukan dengan ukuran tradisi yang berlaku di
suatu masyarakat tertentu.
Akhlak : ajaran yang membahas kebaikan dan keburukan, terpuji dan tercela, baik
perkataan maupun perbuatan manusia lahir dan batin berdasarkan Al-Quran dan
sunnah.
Tasawuf : ajaran tentang proses mendekatkan diri kepada Allah dengan cara
menyucikan hatii.
Sufi : orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyusikan hati.

2. Karakteristik
Moral dan etika memiliki karakter dapat berkembang di dalam masyarakat,
berbeda dengan akhlak, karena akhlak memiliki karakteristiksebagai berikut:
a. Akhlak Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada perilaku yang baik
dan menjauhkan dari perilaku buruk melalui Rasulullah,saw. Islam datang
untuk meemperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia. Nabi Muhammad
bersabda :
“Aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.”
Rasulullah diutus kepada umatnya pada saat peradaban manusia pada level
kenistaan, tidak hanya di jazirah Arab juga di seluruh dunia. Manusia tidak
dijunjung sebagai manusia, tetapi lebih dekat dengan binatang. Perilaku
mereka jauh dari peradaban mulia. Melalui dakwah dan tarbiyah Rasuulullah
melakukan proses iqro’, takziyah dan ta’iim selama 23 tahun. Proses ini
dilakukan secara masif sampai kemudian muncul suatu generasi yang unggul,
karena itu Allah memberikan julukan kepada mereka Khoiru Ummah. Padahal
sebelumnya mereka berkubang dalam kesesatan.
Inilah proses ta’dib yang dilakukan oleh Rasulullah, yang senantiasa
menanamkan akhlak Islami, sehingga jati diri para sahabat merupakan
syakhsiyah (pribadi) yang selalu memperjuangkan kebaikan dan menolak
keburukan bagi dirinya dan orang lain.

b. Akhlak Islam memetapkan bahwa yang menjadi sumber moral , ukuran baik
dan buruknya perbuatan.
c. Akhlak bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan
pedoman seluruh umat manusia.
d. Akhlak Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak
yang luhur dan meluruskan perbuatan manusia.
3. Landasan Ideal, Formal, dan Aktual
Betapa penting kedudukan akhlak dalam Islam, Al-Quran bukan hanya memuat
ayat-ayat yang secara spsifik berbicara masalah akhlak, malah setiap ayat yang
berbicara hukum sekalipun, dapat dipastikan bahwa ujung ayat tersebut selalu
dikaitkan dengan akhlak atau ajaran moral.
Sebagai contoh dalam QS Al-Baqarah, 183 Allah berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan puasa kepada kamu se[erti
halnya diwajibkan puasa kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi
manusia yang bertakwa”
Landasan formal yang mendasari masalah akhlak adalah hukum dan komponen-
komponen yang ada di dalamnya.
Namun lebih lengkap lagi semua terangkum dalam Al-Quran yang selalu fleksibel
di segala zaman. Jadi Al-Quran bisa dijadikan landan baik secara ideal, formal,
dan aktual.
4. Akhlak dan Tasawuf
Tasawuf adalah proses pendekatan diri kepada Allah dengan cara menyucikan hati
(tashfiat al-qalbi). Menurut Zun Nun al-Misri, ada tiga macam pengetahuan
tentang Tuhan.
a. Pengetahuan awam : Tuhan satu dengan perantaraan ucapan ssyahadat.
b. Pengetahuan ulama : Tuhan satu menurut logika akal.
c. Pengetahuan kaum sufi : Tuhan satu dengan perantaraann hati sanubari.
Menurut Harun Nasution, pengetahuan yang pertama dan kedua bekum
merupakan pengetahuan yang hakiki. Pengetahuan yang ketigalah yang
merupakan pengethuan hakiki tentang Tuhan (ma’rifah). Telah dijelaskan bahwa
akhlakm adalah gambaran hati yang daripadanya menimbulkan perbuatan-
perbuatan.
Kalau ilmu akhlak menjelaskan mana nilai yang baik dan man yang buruk, juga
bagaiman mengubah yang buruk agar menjadi baik secara zahiriah yakni dengan
cara yang nampak, seperti keilmuan, keteladanan, pembiasaan dan lain-lain.
Maka, ilmu tasawuf menerangkan bagaimana cara menyucikan hati, sehingga
dapat mengaplikasikan akhlak al-karimah.
Perbaikan akhlak dimulai dengan penyucian hati. Metode yang dapat digunakan
diantaranya, “ tasfiat al-qalb“, dalam pendapat para sufi adalah dengan ijtinab al-
manhiyya((menjauhi larangn Tuhan), adaa al-wajibat (melaksanakan kewajiban-
kewajiban Tuhan), adaa al-naafilat (melakukan hal-hal yang disunnatkan), al-
riyadhah.(latihan spiritual, sebagaimana yang diajarkan Rasulullah)

5. Kesempurnaan akhlak kepada Allah, Rasul, seseorang, diri sendiri, dan orang tua
a. Kesempurnaan akhlak terhadap Allah dapat dicapai dengan cara :
- Selalu kembali hanya kepada Allah
- Mengabdi hanya kepada Allah
- Bergetar hatinya bila disebutkan nama Alah
- Istiqamah dalam menjalankan syari’at Islam, dll.
b. Kesempurnaan akhlak kepada Rasul dapat dicapai dengan cara :
- Menauladani perialaku Rasul
- Menjalankan sunnah Rasul
- Selalu mengucapkan salawat kepadanya, dll.
c. Kesempurnaan akhlak terhadap seseorang dapat dilihat dari :
- Caranya menghargai orang lain
- Kontribusinya terhadap orang lain
- Tinggi tidaknya solidaritas, dll.
d. Kesempurnaan akhlak terhdap diri sendiri dapat diukur melalui :
- Bagaimana dia memanagemen dirinya sendiri
- Akhlaknya dalam kehidupan sehari-hari
- Jujur tidaknya terhadap diri sendiri, dll.
e. Kesempurnaan akhlak terhadap orang tua dilihat dari :
- Berbakti atau tidaknya terhadap rang tua
- Selalu mendoakan orang tua demi kebaikan
- Tidak menyusahkan orang tua, dll.

BAB IX
IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

1. Konsepsi
Sains di Indonesiakan menjadi ilmu pengetahuan, sedangkan dalam sudut pandang
filsafat ilmu, pengetahuan dengan ilmu sangat berbeda maknanya. Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia melalui tangkapan pancaindra, intuisi,
dan firasat, sedangkan ilmu adalah pengetahuan yang sudah diklasifikasi,
diorganisasi, disitematisasi, dan diinterpretasi sehingga menghasilkan kebenaran
objektif, sudah diuji kebenarannya, dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Secara
etimologos kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar
katanya memiliki akar kejelasan.
Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-Quran. Kata ini
digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuandan objek pengetahuan
sehingga memperoleh kejelasan.
Istilah teknologi merupakan produk ilmu pengetahuan. Dalam sudut pandang
budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai hasil penerapan
praktis dari ilmu pengetahuan. Teknologi dapat membawa dampak positif berupa
kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa dampak
negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan yang berakibat
menghancurkan.
Seni adalah hasil ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya. Seni identik
dengan keindahan. Keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu keabadian. Seni yang lepas dari nilai-nilai
Ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal budi.

2. Karakteristik
Karakter dari ilmu objektif dan netral, sama halnya dengan teknologi. Sedangkan
seni lebih dekat dengan perasaan, jadi lebih subjektif.
Ilmu pengetahuan dalam Islam bertumpu pada nilai dan norma Ketuhanan, teknologi
bertumpu pada ilmu alam yang bersandar pada proses tertentu , sedangkan seni
bersandar pada akal budi manusia.Semuanya berakar dari ilmu yang kemudian
dikembangkan dengan teknologi, dan diimbangi dengan seni.

3. Landasan
Dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Manusia diberi
kebebasan dalam mengembangkan akal budinya berdasarkan Quran dan sunnah.
Atas dasar itu ilmu dalam pemikiran Islam ada yang abadi, tingkat kebenarannya
bersifat mutlak karena bersumber dari wahyu Allah, dan ilmu yang bersifat
perolehan, tingkat kebenarannya nisbi karena bersunber dari akal pikiran manusia.
Dalam perspektif Islam, IPTEKS merupakan hasil pengembangan potensi manusia
yang diberikan Allah yaitu berupaakal budi. Prestasi yang gemilang dalam
pengembangan IPTEKS, pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar menemukan
bagaimana proses sunatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau
menciptakan hukum baru diluar sunatullah
4. Iman, Ilmu, Amal
Dalam pandangan Islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem
yaitu dinul Islam. Di dalamnya, terkandung tiga unsur pokok, yaitu akidah, syari’ah,
dan akhlak (iman, islam, ikhsan).
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik (dinul Islam) seperti sebatang pohon yang baik, akarnya kokoh
(menghujam ke bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan
buahnya setiap musim dengan seizin Tuhanny. Allah membuat perumpamaan-
perumpamaan itu untuk manusia agar mereka selalu ingat”.(QS Ibrahim, 24-25)
Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu, dan amal (aqidah),
syari’ah dan akhlak dengan menganalogikan bangunan dinul Islam bagaikan pohon
yang baik. Iman diidentikkan dengan akar yang menopang tegaknya ajaran Islam,
ilmu ibaratkan batang yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan. Dan amal ibaratkan buah, yang berupa teknologi dan seni.

5. Ilmu, Teknologi, Seni


Penjelasan mengenai ilmu, teknologi, dan seni telah dijelaskan pada bagian awal.
Berikut adalah perbedaan antar ilmu, teknologi, dan seni.

No. ASPEK ILMU TEKNOLOGI SENI

Mencari Menciptakan Mengekpresikaan


1 Tujuan
kebenaran barang-barang keindahan

Barang-barang
2 Hasil Karya ilmiah Karya seni
teknologi

Seniman pencipta
3 Lingkungan seni dan
masyarakat
Fenomena
kehidupan yang
Filsafat dan
4 Sumber Ilmu pengetahuan ada di tengah
agama
masyarakat dan
alam

Kreatifitas dan
5 Aktivitas
produktivitas

Berdasarkan
umpan balik
6 Kontrol
pemahaman etik
dan estetik.

6. Keutamaan Orang Beriman dan Berilmu


Perbuatan baik seseorang tidak akan bernilai amal saleh apabila perbuatan tersebut
tidak dibangun atas nilai-nilai iman dan ilmu yang benar. Sama halnya pengembagan
IPTEKS yang lepas dari keimanan dan ketakwaan tidak kan bernilai ibadah, dan
tidak akan menghasilkan kemashlahatan bagi umat manusia dan alam sekitar.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan berupa derajat.” (QS Al-Mujadalah, 11)
Menurut Al-Gazali, manusia adalah makhluk yang paling mulia, sedangkan tubuh
manusia yang paling mulia adalah hatinya. Tugas utama pendidik adalah
menyempurnakan, membersihkan, dan menggiring peserta didik agar hatinya selalu
dekat dengan Allah melalui pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
mengajarkan ilmu bukan hanya termasuk dalam aspek ibadah, tetapi juga termasuk
khilafah Allah. Dalam bagian awal kitab Ihya Ulumuddin, Al-Gazali menerangkan
tentang keutamaan ilmu dan pembelajaran. Ia menggambarkan kedudukan tinggi
bagi para ahli ilmu dan para ulama dengan menyitir ayat-ayat Al-Quran dan sabda
Rasul, serta perkataan dan ahli pikir. Pandangannya tentang hal-hal di atas sangat
kuat.

7. Tanggung jawab ilmuan


Al-Gazali mengatakan, “ Barang siapa berilmu, membimbing manusia dan
memanfaatkan ilmunya bagi orang lain, bagaikan matahari, selain menerangi dirinya,
dia juga menerangi orang lain. Dia bagaikan minyak kesturi yang harum dan
menyebarkan keharumannya kepada orang yang berpapasan dengannya.”
Ada dua fungsi utama manusia di dunia, yaitu sebagai abdun (hamba Allah) dan
khalifah fil ardhi. Essensi dari abdun adalah ketaatan kepada Allah, danessensi
khalifah adalah tanggung jawab terhadap diri sendiri dan alam lingkungan.
Manusia sebagai khalifah bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam
dan lingkungannya, mengekplorasi sumber daya alam untuk sesuatu yang
bermanfaat. Oleh karena itu, tanggung jawab kekhalifahan banyak bertumpu pada
ilmuwan dan para intelektual yang mampu memanfaatkan sumber daya alam ini.
BAB X
SISTEM POLITIK ISLAM

1. Pengertian Politik Islam


Politik di dalam Islam artinya adalah suatu kebijaksanaan untuk mengatur suatu
Pemerintahan yang berdaulat atau masyarakat dalam bernegara. Yusuf Qordhowi
dalam bukunya Fiqih Negara memeberikan pengertian politik adalah menata
berrbagai persoalan umat, baik luar maupun dalam negeri, tanpa terikat dengan partai
politik.

2. Prinsip-prinsip Dasar Politik Islam


“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allahn adalah Maha Mendengar lagi
Maha Melihat.” (QS An-Nissa’, 58)
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil
amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nissa’, 59).
Ayat-ayat di atas berhubugan dengan prinsip-prinsip penggunaan kekuasaan politik,
yaitu :
a. Perintah menunaikan amanat
b. Perintah berlaku adil dalam menetapkan hukum
c. Perintah taat kepada Allah, rasul, dan ulil amri
d. Perintah kembali kepada Al-Quran dan Sunah
3. Prinsip-prinsip Luar Negeri dalam Islam
Menurut Salim Al-Bahnasawi bahwa Negara Islam membangun hubungan
internasioal berdasarkan azas perdamaian sebagaiman dalam firman Allah dalam QS
Al-Anfal ayat 61 :
“Dan jika mereka condong pada perdamaian maka condonglah kamu kepadanya
dan bertakwalah kamu kepada Allah”
Di samping itu kaidah pergaulan Internasional diterangkan dalam QS At-Taubah
ayat 7 ;
“Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) di sisi Allah dan RasulNya dengan orang-
orang musrik, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian
(dengan mereka) di dekat masjidil haram.”
Dan juga Negara Islam membangun hubungan Internasionalnya berdasarkan azas
kebaikan.
“dan tolong menolonglah dalam kebaikan dan taqwa, dan janganlah kamu tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan” (QS Al-Maidah, 2)
Menurut para ahli hukum Islam, hubungan internasional dibai menjadi dua yaitu :
a. Hubungan antar bangsa dan negara dalam darul salam
Darul salam adalah negara yang di dalamnya berlaku hukum Islam sebagai
hukum perundang-undangan atau negara yang penduduknya beragama Islam
sebagaimana perundang-undangan/hukum positif. Penduduk negeri dalam darul
salam dibedakan atas tiga golongan :
- Muslim, yaitu semua orang islam baik warga negara atupun orang asing.
- Dzimmi, yaitu semua warga negara yang beragama lain.
- Musta’min atau mu’ahid, yaitu warga negara asing yang non muslim yang
bermukim untuk sementara di negara darul salam untuk suatu keperluan.
b. Hubungan antar bangsa dan negara dalam darul kuffar
Darul kuffar adalah semua negara yang tidak berada di bawah kekuasaan umat
Islam atau yang di dalamnya tidak berlaku hukum Islam. Penduduk darul kuffar
dibedakan atas dua, yaitu : penduduk muslim dan non muslim.

4. Kontribusi dalam Perpolitikan Nasional


Pembahasan sistem politik Islam (siyasah) ada tiga bagian, yaitu:
a. Siyasah dusturiyah (politik tata negara) merupakan hubungan antar pemimpin di
satu pihak dengan rakyatnya di pihak lain, dan kelembagaan-kelembagaan yang
ada di dalam masyarakatnya.
Ruang lingkupnya meliputi :
- Persoalan Imamah (Kepala Negara), hak, dan kewajibannya. Ada tiga hak
imam, yaitu hak untuk ditaati dan hak untuk dibantu, dan hak mendapat
imbalan dari harta baitul mal untuk keperluan hidup dan keluarganya secara
patut. Sedangkan kewajibannya adalah memelihara agama, mentahfidzkan
hukum-hukum di antara orang-orang yang bersengketa,menegakan hukum-
hukum Allah, memungut fa’i dan shadaqah sesuai dengan ketentuan syara
atas dasar nash atau ijtihad, melaksanakan sendiri tugas-tugasnya yang
langsung di dalam membina umat dan menjaga agama, dll.
- Persoalan rakyat, status dan hak-haknya. Hak rakyat diantaranya,
perlindungan terhadap kehidupan, harta, dan kehormatannya; perlindungan
terhadap kebebasan pribadi; kebebasan menyatakan pendapat dan
berkeyakinan; terjamin kebutuhan pokok hidupnya.
Sedangkan kewajiban rakyat adalah taat dan membantu dan berperan serta
dalam program-program yang digariskan untuk kemashlahatan bersama.
- Persoalan bai’at . bai’at adalah mereka pabila membai’atkan seorang amir
dan mengikatkan perjanjian, mereka meletakkan tangan-tangan mereka
ditangannya untuk menguatkan perjanjian.
- Persoalan Waliy al-Ahdi, sumber kekuasaan dan kriteria Imam. Imamah
dapat dipilih dengan dua cara, yaitu dengan ahl al-hall wa al-aqdi, yang
kedua adalah dengan penyerahan kekuasaan, imam yang sebelumnya
(waliyul ahdi).
Menurut Al-Mawardi ada tujuh persyaratan seseorang menjadi imam, yakni:
adil; berilmu; sehat jasmani dan rohaninya; cerdas dan mampu mengatur
rakyat dalam kemashlahatan; kebenaran, punya tanggung jawab dan tabah
dalam mempertahankan negara dan memerangi musuh; nasab.
- Persoalan perwakilan dan ahl al-hall wa aqdi (pemegang kekuasaan
tertinggi yang mempunyai wewenang memilih dan membaiat imam,
mengarahkan kehidupan masyarakat)
b. Siyasah Dauliyah, titik berat pembicaraan tata negara adalah sekitar hubungan
Internasional. Yang mencakup diantaranya :
- Korps Diplomatik (Kepala Negara asing yang berkuasa di wilayah negeri
non muslim)
- Tawanan perang
- Perjanjian damai
- Penyerahan penjahat antar negara
c. Siyasah Maliyah, membicarakan cara-cara yang harus diambil untuk
mengharmonisasikan dua kelompok (orang kaya, dan orang miskin) agar tidak
terjadi kesenjangan. Dalam hal ini yang menjadi bahasan adalah :
- Persoalan hak milik
- Zakat
- Harta wakaf
- Perpajakan
- Bea cukai

DAFTAR PUSTAKA

Mansoer, Hamdan,Drs.H,dkk.2004.Materi Instruksional Pendidkan Agama Islam di


Perguruan Tinggi. Jakarta:Depag RI.
Farkhan M,M,S.Ag.,M.Ag, dkk. 2006. Pendidikan Agama Islam. Surakarta : UNS
Press.
Aminuddin, dk. 2002. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta : Ghalia Indonesia.

You might also like