You are on page 1of 16

MASALAH KOPERASI

TUGAS MATA KULIAH

ASPEK HUKUM BISNIS

Di Susun Oleh :
ACHMAD SANI

10320068

UNIVERSITAS TAMA JAGAKARSA

AKUNTANSI S1

JAKARTA

2011
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................. ii

BAB : I PENDAHULUAN................................................................... 1

a. Latar Belakang .......................................................................... 1

b. Rumusan Masalah...................................................................... 2

c. Tujuan......................................................................................... 2

d. Metode........................................................................................ 2

e. Sistematika Penulisan................................................................. 2

BAB : II PEMBAHASAN..................................................................... 3

A. Pengertian Koperasi.................................................. 3

B. Pengertian & Fungsi Koperasi ................................... 4

BAB : III PENUTUP

Kesimpulan.................................................................................... 12

Daftar Pustaka............................................................................... 13

ii
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami haturkan kehadiran Tuhan Yang


Maha Pemurah, karena berkat kemurahanNya makalah yang berjudul
MASALAH KOPERASI dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan.
Dalam proses penyusunan materi makalah ini, tentunya penulis
tidak luput dari kesalahan dan kekurangan oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Demikian makalah ini penulis buat semoga bermanfaat,

Jakarta 2 Mei 2011

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang

Secara konstitusional, badan usaha yang disebutkan secara eksplisit


dalam Penjelasan UUD 1945, hanya koperasi. “… Bangun perusahaan yang
sesuai dengan itu ialah koperasi”, demikian dinyatakan UUD 1945.Namun
uniknya, ternyata koperasi Indonesia selama setengah abad lebih
kemerdekaannya, tidak menunjukkan perkembangan yang menggembiarkan.
Koperasi tidak tampak di permukaan sebagai “bangun perusahaan” yang
kokoh dan mampu sebagai landasan (fundamental) perekonomian, serta
dalam sistem ekonomi Indonesia, koperasi berada pada sisi marjinal.
Dalam usaha pemulihan krisis ekonomi Indonesia dewasa ini,
sesungguhnya koperasi mendapatkan peluang (opportunity) untuk tampil
lebih eksis. Krisis nilai tukar dan kemudian membawa krisis hutang luar
negeri, telah membuka mata semua pemerhati ekonomi bahwa fundamental
ekonomi yang semula diyakini kesahihannya, ternyata hancur lebur.
Para pengusaha besar konglomerat dan industri manufaktur yang
selama ini diagung-agungkan membawa pertumbuhan ekonomi yang pesat,
ternyata tidak terealisasi. Walau mendapat peluang seperti yang disebutkan
diatas, ternyata dalam upaya pemulihan ekonomi, koperasi tetap dalam
posisi yang marjinal. Beberapa petinggi seakan sering bersuara untuk
memberdayakan koperasi, tetapi tetap saja koperasi tidak terlihat peranan
yang signifikan dalam alur pemulihan ekonomi Indonesia. Yang berkembang
hanyalah kuantitas koperasi dan tidak terlihat perbaikan kualitasnya, baik
mikro maupun makro ekonomi.
Karena masih kurangnya pemahaman tentang perkoperasian dan
gerakan koperasi di Indonesia, maka makalah ini disusun.
1
B. Rumusan Masalah
Koperasi sebagai salah satu badan usaha yang berkecimpung dalam
perekonomian Indonesia saat ini sedang mengalami masa-masa yang suram.
Penyebab kesuraman masa depan koperasi adalah kurangnya daya saing
yang dimiliki oleh koperasi melawan badan usaha yang lain. Selain itu
kurangnya minat masyarakat untuk bergabung kedalam koperasi terutama
masyarakat perkotaan.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu
evaluasi kerja terstruktur mata kuliah Sistem Ekonomi Indonesia. Selain itu
juga untuk memberikan pemahaman bagi pembaca mengenai Sistem
Perkoperasian Indonesia.
D. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan untuk memperoleh data adalah
metode studi literature. Metode tersebut yang dilakukan dengan membaca
buku-buku mengenai koperasi. Keuntungan dari metode tersebut adalah data
yang didapat jelas dan akurat. Selain mengunakan studi literature, penulis
juga mencari data melalui internet karena lebih mudah dan banyak sumber
yang dapat dijadikan referensi.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab pertama mengenai
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisikan
pembahasan materi dan bab ketiga mengenai penutup yang terdiri dari
kesimpulan. Terakhir adalah daftar pustaka.
2
BAB II
PEMBAHASAN

1.Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata-kata latin : Cum yang berarti “dengan” dan
operasi yang berarti “bekerja”. Dari dua kata tersebut diperoleh arti secara
umum “bekerja dengan orang-orang lain, atau kerja bersama-sama orang-
orang lain untuk suatu tujuan atau hasil tertentu.”

a. Dua macam koperasi :

1. Koperasi Sosial, yaitu koperasi yang dilakukan berdasar tolong-menolong


baik untuk kepentingan umum maupun pribadi.

2. Koperasi Ekonomi, yaitu koperasi yang bertujuan untuk memenuhi


kebutuhan barang dan jasa.

b. Pada masa Orde Baru, koperasi diatur oleh :


1. UUD 1945 pasal 33
2. UU No.12 tahun 1967
3. Instruksi Presiden RI no.2 tahun 1978
4. TAP MPR no.II 1983 (bab 3 huruf A no.14 dan huruf D no.30, ekonomi
no.8)
5. Lain-lain peraturan atau keputusan-keputusan yang erat hubungannya
dengan perkoperasian.
 

3
c. Dalam penjelasan UUD pasal 33, dikemukakan bahwa asas yang
dimiliki koperasi :
1. Asas Demokrasi Ekonomi
2. Asas Kekeluargaan
3. Asas Kebersamaan
4. Asas Keadilan Sosial
Koperasi Indonesia berdasarkan UU pokok perkoperasian no.12
tahun 1967“Pemanfaatan kekayaan alam tersebut oleh rakyat Indonesia
diselenggarakan dengan susunan ekonomi atas asaas kekeluargaan dan
kegotongroyongan.”
d. Dalam UU no.12 tahun 1967 diatur mengenai antara lain :
1. Landasan Koperasi :
Secara implisit disebutkan dalam BAB II pasal 2 ayat 1 mengenai
landasan idiil koperasi Indonesia adalah Pancasila. Pasal 2 ayat 2 mengenai
landasan struktural koperasi Indonesia adalah UUD 1945 dan landasan
geraknya adalah pasal 33 ayat (1) UUD 1945 beserta penjelasannya. Pasal 2
ayat 3 mengenai landasan mental kperasi Indonesia adalah setia kawan dan
kesadaran pribadi.

2. Pengertian dan Fungsi Koperasi

Koperasi Indonesia adalah kumpulan dari orang yang sebagai


manusia secara bersama-sama bergotong royong berdasarkan persamaan,
bekerja untuk memajukan kepentingan-kepentingan ekonomi mereka dan
kepentingan masyarakat.

4
e.  Fungsi koperasi dalam pasal 4 UU no.12 tahun 1967

1. Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat


2. Alat pendemokrasian ekonomi Nasional
3. Sebagai salah satu urat nadi perokonomian bangsa Indonesia
4. Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh kedudukan
ekonomi bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana
perokonomian rakyat.

f. Struktur Organisasi Koperasi

1. Rapat Anggota

2. Pengurus

3. Manajer

4. Bid. Keuangan Bid. Pemasaran Bid. Produksi Bid. Administrasi


g. Pemahaman Masalah
Menurut Sritua Arief (1997), ada tiga pendapat yang hidup di
kalangan masyarakat mengenai eksistensi unit usaha koperasi dalam sistem
ekonomi Indonesia. mengutarakan perlunya mengkaji ulang apakah koperasi
masih perlu dipertahankan keberadaannya dalam kegiatan ekonomi.
Bahwa unit usaha koperasi dipandang perlu untuk dipertahankan
sekadar untuk tidak dianggap menyeleweng dari UUD 1945.
Bahwa koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang harus
dikembangkan menjadi unit usaha yang kukuh dalam rangka proses
demokratisasi ekonomi.
Ketiga pendapat yang hidup itu, sedikit-banyak telah mempengaruhi
arah perubahan dan permasalahan koperasi di Indonesia, baik secara makro
(ekonomi politik), maupun secara mikro ekonomi. Dalam bagian ini, akan
dibahas permasalahan-permasalahan dalam koperasi dan environment-nya,
sebagai unit usaha yang hidup ditengah sistem dan paradigma ekonomi
Indonesia.
5
2. Koperasi dan Kontradiksi Paradigma Perekonomian Indonesia
Ketika negara Republik Indonesia ini didirikan, para founding fathers
memimpikan suatu negara yang mampu menjamin hajat hidup orang banyak
dan diusahakan secara bersama. Hal itu, tidak mengherankan, sebab
pemikiran dan gerakan sosialisme memang sedang menjadi trend pada
waktu itu, untuk melawan para pengusaha kapitalis dan kolonialis yang
dianggap membawa penderitaan di kalangan buruh, tani dan rakyat kecil
lainnya.
Tampak bahwa cita-cita membentuk negara Republik Indonesia,
adalah untuk kemakmuran semua orang dengan bangun usaha yang
diusahakan secara bersama; “koperasi”. Karena itu, kemudian, dalam
penjelasan Pasal 33 UUD 1945 disebutkan, “…Kemakmuran masyarakatlah
yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab itu
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah koperasi”.

3. Koperasi dalam Dualisme Sistem Ekonomi Indonesia.


Menurut Hatta (1963), sosialisme Indonesia timbul karena tiga faktor.
Pertama, sosialisme Indonesia timbul karena suruhan agama. Etik agama
yang menghendaki persaudaraan dan tolong menolong antara sesama
manusia dalam pergaulan hidup, mendorong orang ke sosialisme. Kemudian,
perasaan keadilan yang menggerakkan jiwa berontak terhadap
kesengsaraan hidup dalam masyarakat,terhadap keadaan yang tidak sama
dan perbedaan yang mencolok antara si kaya dan si miskin, menimbulkan
konsepsi sosialisme dalam kalbu manusia. Jadi, sosialisme Indonesia muncul
dari nilai-nilai agama, terlepas dari marxisme. Sosialisme memang tidak
harus merupakan marxisme. Sosialisme disini tidak harus diartikan sebagai
hasil hukum dialektika, tetapi sebagai tuntutan hati nurani, sebagai pergaulan

6
hidup yang menjamin kemakmuran bagi segala orang, memberikan
kesejahteraan yang merata, bebas dari segala tindasan.
Kedua, sosialisme Indonesia merupakan ekspresi daripada jiwa
berontak bangsa Indonesia yang memperoleh perlakuan yang sangat tidak
adil dari si penjajah. Karena itu dalam Pembukaan UUD 1945 dikatakan
bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Lebih lanjut Pembukaan
UUD 1945 juga mengatakan, “…mengantarkan rakyat Indonesia ke depan
pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur“.
Ketiga, para pemimpin Indonesia yang tidak dapat menerima
marxisme sebagai pandangan yang berdasarkan materialisme, mencari
sumber-sumber sosialisme dalam masyarakat sendiri. Bagi mereka,
sosialisme adalah suatu tuntutan jiwa, kemauan hendak mendirikan suatu
masyarakat yang adil dan makmur, bebas dari segala tindasan. Sosialisme
dipahamkan sebagai tuntutan institusional, yang bersumber dalam lubuk hati
yang murni, berdasarkan perikemanusiaan dan keadilan sosial. Agama
menambah penerangannya. Meskipun dalam ekonomi modern gejala
individualisasi berjalan, tetapi hal itu tidak dapat melenyapkan sifat
perkauman (kolektivan) di dalam adat (dan hukum adat) Indonesia. Ini adalah
akar dalam pergaulan hidup Indonesia.
Jadi, dasar ekonomi Indonesia adalah sosialisme yang berorientasi
kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa (adanya etik dan moral agama, bukan
materialisme); kemanusiaan yang adil dan beradab (tidak mengenal
pemerasan/eksploitasi manusia); persatuan (kekeluargaan, kebersamaan,
nasionalisme dan patriotisme ekonomi); kerakyatan (mengutamakan ekonomi
rakyat dan hajat hidup orang banyak); serta keadilan sosial (persamaan,
kemakmuran masyarakat yang utama, bukan kemakmuran orang-seorang).
7
Tetapi, setelah menempuh alam kemerdekaan, terlebih pada era
Orde Baru, paradigma yang berkembang dan dijalankan tidaklah demikian.
Paradigma yang dijalankan dengan “sungguh-sungguh” adalah apa yang
disebut Mubyarto dengan istilah “kapitalistik-liberal-perkoncoan” (selanjutnya
disebut “KLP), atau dalam istilah Sri-Edi Swasono (1998 a) disebut “rezim
patronasi bisnis”, yang sesungguhnya lebih jahat dari kapitalisme kuno yang
dikritik oleh Marx dalam bukunya “Das Kapital”. Sistem KLP tersebut
menyebabkan tumbuh suburnya praktik kolusi, korupsi, kroniisme dan
nepotisme (KKKN) dalam perekonomian Indonesia.
Dalam sistem hukum pun, masih banyak perangkat peraturan yang
belum dijiwai semangat demokrasi ekonomi sebagaimana disebutkan pada
Pasal 33 UUD 1945. Permasalahan sistem hukum yang mixed-up ini, telah
mempengaruhi moral ekonomi dan motif ekonomi para pelaku ekonomi
Indonesia, sehingga akhirnya justru memarjinalkan koperasi yang
seharusnya menjiwai bangun perusahaan lainnya.
Jadi, permasalahan mendasar koperasi Indonesia terletak pada
paradigma yang saling bertolak belakang antara apa yang dicita-citakan (Das
Sollen) dan apa yang sesungguhnya terjadi (Das Sein). Selama paradigma
ini tidak dibenahi, niscaya koperasi tidak akan dapat berkembang, ia hanya
menjadi retorika.

3.Permasalahan Makroekonomi (Ekonomi Politik).


Tidak banyak negara yang memiliki “Departemen Koperasi”
(Depkop). Indonesia adalah satu dari sedikit negara tersebut. Hal itu terjadi
karena adanya kontradiksi akut dalam pemahaman koperasi. Secara
substansial koperasi adalah gerakan rakyat untuk memberdayakan dirinya.
Sebagai gerakan rakyat, maka koperasi tumbuh dari bawah (bottom-up)
sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Hal itu sangat kontradiktif dengan
eksistensi Depkop. Sebagai departemen, tentu Depkop tidak tumbuh dari

8
bawah, ia adalah alat politik yang dibentuk oleh pemerintah. Jadi, Depkop
adalah datang “dari atas” (top-down). Karena itu, lantas dalam menjalankan
operasinya, Depkop tetap dalam kerangka berpikir top-down. Misalnya dalam
pembentukan koperasi-koperasi unit desa (KUD) oleh pemerintah. Padahal,
rakyat sendiri belum paham akan gunanya KUD bagi mereka, sehingga
akhirnya KUD itu tidak berkembang dan hanya menjadi justifikasi politik dari
pemerintah agar timbul kesan bahwa pemerintah telah peduli pada
perekonomian rakyat, atau dalam hal ini khususnya koperasi.
Hal lain yang menandakan kontradiksi akut itu, adalah pada usaha
Depkop (dan tampaknya masih terus dilanjutkan sampai saat ini oleh kantor
menteri negara koperasi) untuk “membina” gerakan koperasi. Penulis
sungguh tidak mengerti mengapa istilah “membina” tersebut sangat digemari
oleh para pejabat pemerintahan. Sekali lagi, koperasi adalah gerakan rakyat
yang tumbuh karena kesadaran kolektif untuk memperbaiki taraf hidupnya.
Karena itu penggunaan kata (atau malah paradigma) “membina” sangatlah
tidak tepat dan rancu. Koperasi tidak perlu “dibina”, apalagi dengan fakta
bahwa “pembinaan” pemerintah selama ini tidak efektif. Yang diperlukan
koperasi adalah keleluasaan untuk berusaha; untuk akses memperoleh
modal, pangsa pasar, dan input (bahan baku).

4.Permasalahan Mikro Ekonomi.


a. Masalah Input.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya koperasi sering mengalami
kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Salah satu bahan baku pokok yang
sulit diperoleh adalah modal. Yang harus dilakukan pemerintah untuk
mengatasi masalah permodalan ini adalah dengan memberikan keleluasaan
bagi koperasi dalam akses memperoleh modal. Jangan dipersuli-sulit dengan
bermacam regulasi. Biarkan koperasi tumbuh dengan alami (bukan
direkayasa), belajar menjadi efisien dan selanjutnya dapat bertahan dalam
kompetisi.
9
Pada sisi input sumber daya manusia, koperasi mengalami kesulitan
untuk memperoleh kualitas manajer yang baik. Di sinilah campur tangan
pemerintah diperlukan untuk memberikan mutu modal manusia yang baik
bagi koperasi.
b. Masalah Output, Distribusi dan Bisnis.
1. Kualitas output.
Dalam hal kualitas, output koperasi tidak distandardisasikan,
sehingga secara relatif kalah dengan output industri besar. Hal ini
sebenarnya sangat berkaitan dengan permasalahan input (modal dan
sumberdaya manusia).

5. Mapping Product
Koperasi (dan usaha kecil serta menengah/UKM) dalam menentukan
output tidak didahului riset perihal sumber daya dan permintaan potensial
(potential demand) daerah tempat usahanya. Sehingga, dalam banyak kasus,
output koperasi (dan UKM) tidak memiliki keunggulan komparatif sehingga
sulit untuk dipasarkan.

6. Distribusi, Pemasaran dan Promosi (Bisnis).


Koperasi mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya. Output
yang dihasilkannya tidak memiliki jalur distribusi yang established, serta tidak
memiliki kemampuan untuk memasarkan dan melakukan promosi. Sehingga,
produknya tidak mampu untuk meraih pangsa pasar yang cukup untuk dapat
tetap eksis menjalankan kegiatan usahanya.

10
Peranan pemerintah sekali lagi, diperlukan untuk menyediakan
sarana distribusi yang memadai. Sarana yang dibentuk pemerintah itu, sekali
lagi, tetap harus dalam pemahaman koperasi sebagai gerakan rakyat,
sehingga jangan melakukan upaya-upaya “pengharusan” bagi koperasi untuk
memakan sarana bentukan pemerintah itu. dalam aspek bisnis, koperasi
karena keterbatasan input modal sulit untuk melakukan pemasaran
(marketing) dan promosi (promotion). Karena itu, selaras dengan mapping
product seperti diuraikan diatas, pemerintah melanjutkannya dengan
memperkenalkan produk-produk yang menjadi unggulan dari daerah itu.
Dengan demikian, output koperasi dapat dikenal dan permintaan potensial
(potential demand) dapat menjadi permintaan efektif (effective demand).

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koperasi memiliki peluang seiring dengan krisis yang terjadi di
Indonesia dan Asia pada umumnya. Kegagalan industri besar untuk
menghasilkan pembangunan yang brkelanjutan, memberikan peluang bagi
koperasi untuk menyatakan dirinya sebagai fundamental perekonomian.
Untuk menggapai peluang itu dan menempatkan kembali koperasi
sebagai “soko guru” diperlukan perubahan radikal (mengubah dari akar
masalah) dan komprehensif. Yang harus dibenahi segera adalah pertama,
reorientasi dan reorganisasi koperasi. Koperasi diorientasi dan
diorganisasikan sebagai bangun perusahaan yang profesional. Koperasi
harus berdiri tegak sebagai bengun perusahaan yang mandiri dan efisien.
Kedua, reaktualisasi peranan pemerintah, seperti disebutkan pada uraian
sebelumnya. Koperasi jangan lagi dieksploitasi menjadi jargon politik
kepentingan. Ketiga, pembenahan sestem ekonomi Indonesia sehingga
kembali pada cita-cita didirikannya negara Republik Indonesia. Sistem,
praktik dan peraturan-peraturan yang berjiwa kapitalistik-liberal-perkoncoan,
harus segera diganti dan di-Pasal 33-kan, sehingga memberikan keleluasaan
bagi koperasi dan unit usaha ekonomi rakyat lainnya dapat berkembang dan
tidak ditindas oleh unit usaha yang besar dan kuat.

12
Daftar Pustaka

Arief Sritua. “Koperasi Sebagai Organisasi Ekonomi Rakyat”, dalam


Pembangunanisme dan Ekonomi Indonesia. Pemberdayaan Rakyat dalam
Arus Globalisasi. Jakarta: CSPM dan Zaman, 1997.

Hatta, Mohammad. “Ekonomi Rakjat”, dalam Daulat Rakjat, No. 79.,


1933.

Soekarno, “Demokrasi Politik dan Demokrasi Ekonomi”, dalam


Pikiran Rakjat, 1932.

Swasono, Sri-Edi. “Orientasi Ekonomi Pancasila” di dalam Abdul


Madjid dan Sri-Edi Swasono (Eds), Wawasan Ekonomi Pancasila. Jakarta:
UI-Press, 1981

You might also like