You are on page 1of 8

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bahkan selalu menggunakan bahanbahan
kimia, seperti sabun, minyak wangi, pasta gigi, dan lain-lain. Bahan-bahan kimia tersebut
tidak dalam bentuk padatan maupun larutan, tetapi dalam bentuk antara padatan dan
larutan yang disebut koloid. Sistem koloid perlu kita pelajari karena berkaitan erat dengan
hidup dan kehidupan kita sehari – hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid;
bahan makanan, seperti susu, keju, nasi dan roti adalah sistem koloid; cat, berbagai jenis
obat, bahan kosmetik, tanah pertanian juga merupakan sistem koloid.

1.2 Rumusan
1. Pengertian koloid.
2. Jenis-jenis koloid.
3. Sifat-sifat koloid.
4. Peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian koloid.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis koloid.
3. Untuk mengetahui sifat-sifat koloid.
4. Untuk mengetahui peranan koloid dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat
1. Untuk lebih mengetahui materi tentang koloid.
2. Menerapkan manfaat dari system koloid dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
Kajian Teori

2.1 Pengertian Koloid


Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana
partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran
koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).
Contoh:
Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah
campuran homogen zat padat dan zat cair.

Perbedaan larutan sejati, system koloid, dan suspensi kasar


Keterangan :
1. larutan sejati
2. system koloid
3. suspense kasar
Jumlah fase:
1. 1
2. 2
3. 2
Distribusi partikel
1. homogen
2. heterogen
3.heterogen
Ukuran partikel
1. <10-7>10-5 cm
Penyaringan:
1. tidak dapat disaring
2. Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra
3. Dapat disaring
Kestabilan
1. Stabil, tidak memisah
2. Stabil, tidak memisah
3. Tidak stabil, memisah
Contoh
1. Larutan gula, larutan garam, Udara bersih
2. Tepung kanji dalam air, Mayones, Debu di udara
3. Campuran pasir dan air, Sel darah merah dan plasma putih dalam plasma darah.

2.2 Jenis-jenis koloid

1. Sol (fase terdispersi padat)


a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran

2. Emulsi (fase terdispersi cair)


a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk

3. BUIH (fase terdispersi gas)


a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun

- Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama-sama
berupa gas, campurannya tergolong larutan

2.3 Sifat-sifat koloid

1. Koloid Sol

 Efek Tyndall

Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-

1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu

disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek yang terjadi

jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati

(gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan

menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan

dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-

partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya,

pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang

terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati

 Gerak Brown

Jika kita amati system koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan

melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag.

Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Pergerakan tersebut dijelaskan pada

penjelasan berikut:

• Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat

bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di

tempat seperti pada zat padat. Untuk system koloid dengan medium

pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan

menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri.

Tumbukan tersebut berlangsung dari segala

arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil,

maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak

seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan


tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga

terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel

koloid, semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar

ukuran partikel kolopid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini

menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak

ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi

oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi

kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya,

gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat.

Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak

Brown semakin lambat.

 Adsorpsi koloid

Apabila partikel-partikel sol padat

ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka

pertikel-partikel zat cair atau gas tersebut akan

terakumulasi pada permukaan zat padat

tersebut. Fenomena ini disebut adsorpsi.

Beda halnya dengan absorpsi. Absorpsi

adalah fenomena menyerap semua partikel ke dalam sol padat bukan di atas

permukaannya, melainkan di dalam sol padat tersebut. Partikel koloid sol memiliki

kemampuan untuk mengadsorpsi partikel-partikel pada permukaannya, baik partikel

netral atau bermuatan (kation atau anion) karena mempunyai permukaan yang sangat

luas.

 Muatan Koloid Sol

Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid

pasti mempunyai muatan sejenis (positif atau negatif). Oleh karena muatannya

sejenis, maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Hal ini

mengakibatkan partikel-partikel tersebut tidak mau bergabung sehingga

memberikan kestabilan pada sistem koloid. Namun demikian, system koloid secara

keseluruhan bersifat netral karena partikel-partikel koloid yang bermuatan ini akan

menarik ion-ion dengan muatan berlawanan dalam medium pendispersinya. Berikut ini

adalah penjelasannya:

2. Koloid Emulsi
Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase

terdispersinya merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya,

emulsi dapat dibagi menjadi:

 Emulsi Gas (Aerosol Cair)

Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair

seperti hairspray dan baygon, dapat membentuk system koloid dengan bantuan

bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga mempunyai sifat seperti sol liofob

yaitu efek Tyndall, gerak Brown.

 Emulsi Cair

Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair

melibatkan campuran dua zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika

dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar. Biasanya salah satu zat cair

ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.

Sifat emulsi cair yang penting ialah:

à Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses

sentrifugasi, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.

à Pengenceran

Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.

à Emulsi Padat atau Gel

Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat

dianggap terbentuk akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini,

partikel-partikel sol akan bergabung membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini

kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu struktur padatan di mana

medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.

Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:

1. Gel elastis
Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya

dan kembali ke bentuk awal jika gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan

gelatin.

2. Gel non-elastis

Gel yang bersifat tidak elastis, artinya tidak berubah jika diberi gaya.

Contoh adalah gel silika.

3. Koloid Buih

Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian,

berdasarkan medium pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi:

à Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi

zat cair. Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan buih

diperoleh karena adanya zat pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah

antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas sehingga diperoleh kestabilan.

Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan kocokan putih

telur.

Sifat-sifat buih cair ialah:

 Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium

pendispersi) akibat kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film

antara dua gelembung gas, dan ukuran gelembung gas menjadi lebih besar akibat

difusi.

 Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar.

à Buih Padat

Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi

zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa

buih padat yang kita kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll

Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase

terdispersi sama-sama berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya tergolong

sebagai larutan.

2.4 Peranan Koloid dalm kehidupan sehari-hari


Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur

zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil

untuk produksi skala besar. Oleh karena sifat tersebut, sistem koloid menjadi

banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi kolid untuk produksi cukup luas). Tetapi

selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita

sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;

- Penggumpalan darah

Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat

luka kecil, maka luka tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang

mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3, dimana ion-ion tersebut akan membantu

menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu penggumpalan

darah.

- Pembentukan delta di muara sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan

negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan

positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut

akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan

membentuk suatu delta.

- Pengambilan endapan pengotor

Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung

zat-zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini,

digunakan alat pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan

digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

- Pemutihan gula

Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem

koloid tanah diatomae atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan

mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu yang masih berwarna dapat

diputihkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di

mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.

Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 – 10-5 cm ).

Peranan dalam kehidupan sehari-hari seperti Mayones dan cat, mayones adalah

campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran homogen zat padat dan

zat cair.

You might also like