You are on page 1of 43

PENGOLAHAN RUMPUT LAUT

Eucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH


KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

BIDANG KEAHLIAN BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
SMK NEGERI 5 TAKALAR
2010
PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
Eucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH
KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

OLEH :

NAMA NIS
Ketua : ABDULLAH 08044
Anggota : HASANUDDIN 08046
IRWAN 08049
IWAN 08051
MARSITO 08053
ROSMIA 08061

BIDANG KEAHLIAN BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
SMK NEGERI 5 TAKALAR
2010

iii
iv
PENGOLAHAN RUMPUT LAUT
Eucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH
KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

Oleh :

NAMA NIS
Ketua : ABDULLAH 08044
Anggota : HASANUDDIN 08046
IRWAN 08049
IWAN 08051
MARSITO 08053
ROSMIA 08061

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan


Praktek Kerja Lapang Pada Ilmu Perikanan dan Kelautan

BIDANG KEAHLIAN BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
SMK NEGERI 5 TAKALAR
2009

v
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengolahan Rumput Laut Eucheuma Cottonii di PT. Bantimurung Indah


Kabupaten Maros.

NAMA NIS
Ketua : ABDULLAH 08044
Anggota : HASANUDDIN 08046
IRWAN 08049
IWAN 08051
MARSITO 08053
ROSMIA 08061

Laporan ini diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Sekolah Pembimbing Lapangan

PURY WAHYUNINGTIAS, ST Ir. MUSMULYADI


Nip. 580 060 736

Mengetahui :
Kepala Sekolah / Dinas

Nip.

Tanggal Pengesahan : April 2010

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Dialah pemilik
segala kesempurnaan yang tak pernah terbatas telah memberi kepada kita
disamping itu Dia juga memberikan kita ilmu dan kekuatan tanpa dia kita tidak bisa
berbuat apa-apa sehingga terciptalah penulis dapat menyelesaikan laporan yang
telah diberikan ketentuan oleh SMK Negeri 5 Takalar untuk menyelesaikan praktek
kerja lapangan (PKL) dengan sebaik mungkin selama tiga (3) bulan. Tak lupa kami
menghantarkan salam dan shalawat beserta do'a kepada Rasulullah Saw yang telah
menjadi suri teladan bagi umat Islam, kita semua berdoa semoga beliau senantiasa
berada dalam lingdingan-Nya. Amin.
Sebagaimana telah kita ketahui menyelesaikan Laporan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) sangat mengalami kesulitan yang amat luar biasa. Namun, berkat
arahan, dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, maka laporan ini dapat
selesai dengan sebaik mungkin. Oleh karena itu dengan rasa hormat dan rasa
terima kasih karena selama ini teman-teman beserta penulis dapat dibimbing dan
diberikan arahan kepada kami dengan sebaik mungkin sekali lagi terima kasih
kepada:
1. Bapak Drs. H. Muh. Akrim., selaku Pimpinan PT. Bantimurung Indah yang telah
memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapang (PKL).
2. Bapak Ir. Musmulyadi., selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
arahan dan ilmu pengetahuan demi terselesaikannya laporan ini.
3. Kepada seluruh staf dan karyawan tak lupa kami ucapkan terima kasih atas
bantuan dan kerjasamanya : Ibu Lili, Ka’ Udin, Ka’ Citos.
4. Terima kasih kepada Ka’ Imud atas bantuannya selama ini kepada kami dan
ucapan terima kasih kepada teman-teman PKL lainnya dari berbagai daerah.
5. Kepada guru-guru di sekolah kami yang telah menyemangati kami selama PKL.

iii
Penulis menyadari tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini oleh
karena itu dalam menyusun laporan ini banyak terdapat kekeliruan dan kesalahan
kami. Laporan ini belum sempurna dengan baik sehingga dengan rasa atau segala
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan laporan ini
agar menjadi sempurna.
Akhir kata, penulis serta teman-teman kelompok berharap semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, semoga Allah SWT, senantiasa
memberikan perlindungan, kekuatan, kesehatan, rezki kepada kita semua. Amin.

Maros, April 2010

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................. i


Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar.............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... v
Daftar Gambar............................................................................................... vi
Daftar Lampiran............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan ............................................................. 1
C. Metode yang Digunakan........................................................... 2
BAB II METODE PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)................................ 4
A. Waktu dan Tempat................................................................... 4
B. Metode Kerja............................................................................ 4
C. Kegiatan Kerja ......................................................................... 4
BAB III GAMBARAN UMUM PT. BANTIMURUNG INDAH......................... 6
A. Sejarah Singkat ....................................................................... 6
B. Struktur Organisasi .................................................................. 8
C. Sarana dan Peralatan............................................................... 11
D. Tenaga Kerja............................................................................ 13
BAB IV PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)... 16
A. Pengenalan Perusahaan.......................................................... 16
B. Perencanaan Bahan Baku ....................................................... 16
C. Asal Bahan Baku ..................................................................... 18
D. Parameter Uji Quality di Laboratorium PT. Bantimurung Indah 19
E. Proses Pengolahan ................................................................. 20
F. Pengawasan Operasional........................................................ 28
BAB V RANGKUMAN DAN SARAN.......................................................... 31
A. Rangkuman.............................................................................. 31
B. Saran........................................................................................ 31

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Skema Alur Proses Industri Semi Refined Cottonii PT.


Bantimurung Indah Maros........................................................ 15
Gambar 2 Rantai Distribusi Rumput Laut ................................................. 19
Gambar 3 Viscometer Brookfield............................................................... 20
Gambar 4. Proses Pencucian Rumput Laut............................................... 21
Gambar 5 Proses Pemasakan rumput laut................................................ 22
Gambar 6 Proses Pemotongan dengan menggunakan mesin chopper.... 23
Gambar 7 Proses Penjemuran dan Pengeringan Bahan Baku.................. 24
Gambar 8 Bahan Baku yang siap untuk di Sortir....................................... 26
Gambar 9 Proses Penyortiran Rumput Laut.............................................. 27
Gambar 10 Proses Penggilingan SRC (Semi Refine Cottonii).................... 27
Gambar 11 Rumput Laut yang telah Dikemas ............................................ 28
Gambar 12 Rumput Laut yang telah Disimpan............................................ 30

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki perairan yang sangat baik
dan juga memiliki posisi strategis serta berluang sebagai pusat perdagangan
komoditi perikanan.
Melihat peluang tersebut, maka diperlukan usaha-usaha untuk
meningkatkan sumber daya hayati perairan yang masih rendah produktifitasnya.
Salah satu komoditi perikanan di laut yang akhir-akhir ini sangat potensial
untuk dikembangkan adalah rumput laut.
Rumput laut merupakan salah atau produk unggulan ke lautan yang
mempunyai nilai ekonomis yang dapat menggerakkan sektor ekonomi di
Indonesia tanaman rumput laut di temukan sebanyak 5.550 spesies rumput laut
ada di beberapa diantaranya telah dimanfaatkan diantaranya bracilaria sp,
euchema sp.
Usaha pembudidayaan rumput mempunyai beberapa kelebihan antara
lain permintaan pasar yang masih sangat besar, teknologi budidayanya yang
mudah kebutuhan biaya operasional budi daya relatif kecil dengan siklus
produksi yang relatif singkat (± 1 bulan) serta di dukung oleh areal yang
budidaya rumput laut yang cukup luas.
Dalam upaya mewujudkan sistem usaha budidaya rumput laut yang
berdaya saing maka perlu dilakukan mutu rumput laut hasil budidaya.

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dilaksanakan Pendidikan Kerja Lapang (PKL) untuk melihat dan
mengetahui secara langsung proses pasca panen rumput laut Eucheuma
Cottonii terhadap jell (hasil) dan juga untuk menambah pengetahuan pengolahan
rumput laut Eucheuma Cottonii.

1
Kegunaan dari Pendidikan Kerja Lapang (PKL) adalah untuk menambah
wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam proses pengolahan rumput laut
Eucheuma Cottonii.

C. Metode Yang Digunakan


Berdasarkan posisi tanaman rumput laut metode budidaya bisa
dibedakan dengan tiga cara, yaitu metode didasar (bottom method) metode
lepas dasar (of bottom method) dan metode terapung (floating method) setiap
metode mempunyai keuntungan dan kerugian di pilih berdasarkan keadaan
perairan bibit rumput laut. Tujuan budidaya dan jenis rumput laut yang
dibudidayakan.
1. Metode di Dasar (Bottom Method)
Penanaman dengan metode ini rumput laut diikatkan pada batu-batu karang
dan disusun berbaris di dasar perairan bibit rumput laut 100 gram (lampiran
1).
2. Metode Lepas Dasar (Of Bottom Method)
Jenis cohema dan blacitaria dapat ditahan dengan metode ini mula-mula bibit
diikat plastik masing-masing dengan jarak 20 cm dan sepanjang 20-30 cm di
atas dasar perairan dengan menggunakan kayu pancung beberapa kayu
diikatkan langsung di bibit jarak 5 cm setiap monoling jaraknya (Lampiran 2).
3. Metode Terapung (Floating Method)
Metode terapung dilakukan dengan cara membuat rakit dari bambu dan kayu
ukurannya 2-5 m. Metode ini memiliki 2 modifikasi yaitu monoling dan net
seperti yang dilakukan metode lepas dasar (Lampiran 3). Yang paling banyak
dilakukan oleh budidaya rumput laut bagi masyarakat adalah cohema dan
blacilaria, karena bernilai ekonomi sebagai salah satu komoditi ekspor
karena jenis ini sangat dibutuhkan oleh beberapa negara.
Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat
menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat
pesisir.

2
PT. Bantimurung Indah Maros Propinsi Sulawesi Selatan merupakan
salah satu perusahaan yang cukup baik dari PT. Bosowa yang membudidayakan
rumput laut secara kreatif dan menjadikan rumput laut bermutu sangat tinggi
sehingga di sambut pada saat dipasarkan ke luar negeri.

3
BAB II
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang (PKL) dilaksanakan selama 3 (tiga)
bulan, dimulai pada tanggal 14 Januari 2010 – 15 April 2010 di PT. Bantimurung
Indah, Jl. DR. Sam Ratulangi No. 31, Kelurahan Pammelakkang Je’ne, Maros
Baru, Kab. Maros, Sulawesi Selatan.

B. Metode Kerja
Metode yang dilakukan dalam Pendidikan Sistem Ganda ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengambilan data primer yaitu : dengan melibatkan dan ikut secara langsung
melakukan analisis beberapa parameter dalam pengukuran rumput laut di
laboratorium.
2. Pengambilan data sekunder yaitu : data yang diperoleh dari kegiatan kerja
dan wawancara dengan pihak laboratorium dan data yang dapat diperoleh
dari telaah literatur termasuk arsip yang didapat di PT. Bantimurung Indah
Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan.

C. Kegiatan Kerja
Kegiatan yang dilaksanakan selama Praktek Kerja Lapang (PKL) sebagai
berikut :
1. Pengenalan perusahaan
2. Pengenalan alat dan metode yang digunakan
3. Perencanaan bahan baku
a. Seleksi bahan baku secara organoleptik dan laboratorium
b. Penetapan dan penyimpanan bahan baku sebelum diproses
4. Asal bahan baku
5. Proses pengolahan ATC Chips (Alkali Treatment Cottoni)
a. Sortir bahan baku

4
b. Perendaman dan pencucian pertama
c. Pemasakan
d. Pencucian kedua
e. Copper (pemotongan / cutter bahan baku)
f. Pencucuian ketiga
g. Penjemuran
h. Sortir ATC
i. Packing
6. Proses analisis sampel
7. Pengawasan operasi proses produksi
a. Uji mutu secara laboratorium
b. Pengepakan dan penyimpanan

5
BAB III
GAMBARAN UMUM PT. BANTIMURUNG INDAH MAROS
PROPINSI SULAWESI SELATAN

A. Sejarah Singkat
PT. Bantimurung Indah terletak di Desa Allepolea, Kecamatan Maros
Baru, Kabupaten Maros yang jaraknya ± 31 Km dari ibukota Propinsi Sulawesi
Selatan. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan dari PT.
Bosowa Group yang berstatus sebagai Perseroan Terbatas (PT) dalam bentuk
perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak dalam
bidang pengelolaan rumput laut.
Perusahaan ini didirikan secara resmi pada tanggal 20 Agustus 1976 di
Kabupaten Maros oleh H. Muaidi. Pendirian perusahaan ini didasarkan dengan
akte notaris No. 40 Tahun 1976 oleh Prof. Teng Tjin Lein, SH dan telah terdaftar
pada Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPRI).
PT. Bantimurung Indah didirikan dengan modal perseroan sebesar 250
juta rupiah dan didirikan untuk 75 Tahun. Modal perseroan di atas terdiri dari
1000 lembar saham dimana tiap saham bernilai Rp. 250.000,-
Perusahaan ini semula bernama PT. Bantimurung, akan tetapi pada
tanggal 19 Desember 1976 atas kehendak pemegang saham H. Muaidi selaku
Direktur Utama dan Andrew Purwanto selaku Komisaris Utama maka
perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT. Bantimurung Indah yang
disahkan dengan Akte Notaris Prof. Teng Tjin Lein, SH No. 17 Tahun 1976 dan
disaksikan oleh Engelhart Wiliar sebagai Notaris.
PT. Bantimurung Indah dalam pendiriannya memiliki maksud dan tujuan
sebagai yang tercatat pada akte pendirian pasal 2, yaitu :
1. Berusaha dalam berbagai industri, termasuk mendirikan pabrik untuk
membuat bahan makanan dan minuman.
2. Berdagang dan menyalurkan barang tersebut dalam pemasaran
3. Berusaha dalam perdagangan ekspor dan perdagangan lokal (interlokal dan
dari barang tersebut).

6
4. Berusaha dalam bidang pertanian termasuk perkebunan, peternakan,
perikanan, dan cold storage.
5. Berusaha dalam bidang transportasi umum, pemborongan, leveransir.
6. segala sesuatu dalam arti kata yang seluas-luasnya sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pendirian perusahaan ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan
dari Departemen Kehakiman RI No. Y.A. 5 / 582 / 12 tanggal 28 November 1976,
dimana kegiatan usahanya adalah industri pembuat krupuk udang, petis udang,
dan paste udang.
Melalui surat persetujuan kedua adanya koordinasi Penanaman Modal
Dalam Negeri No. 83/A/SP. 01/BKPM/VIII/77 tertanggal 23 Agustus 1977
akhirnya PT. Bantimurung Indah menjadi PMDN yang akan melaksanakan
rencana komersil pada bulan Maret 1978.
Sepuluh tahun kemudian berdasarkan akte notaris Abdullah Ashar, SH
NO. 75 Tahun 1986 tepatnya pada tanggal 28 Februari 1986 PT. Bantimurung
Indah mengalami pengalihan saham dari H. Muaidi kepada H. M. Aksa Mahmud
sebagai Direktur Utama dan Ny. Hj. Ramlah Aksa sebagai Komisaris Utama dari
PT. Bosowa Group. Penanaman modal awal senilai Rp. 100.000.000,-.
Berdasarkan persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
Republik Indonesia No. 35/II/PMDN/1986 tanggal 13 Juni 1986, PT. Bantimurung
Indah bergerak dalam dua bidang, yaitu industri krupuk udang dan industri
rumput laut. Sejalan dengan itu dilihat dari prospek pengembangan rumput laut
lebih menguntungkan, maka sejak tahun 1993 sampai sekarang PT.
Bantimurung Indah tidak lagi memproduksi krupuk udang dan lebih menfokuskan
kegiatannya dalam usaha pengelolaan rumput laut Semi Refined Carrageenan.
Adapun hasil olahan yang sering diproduksi dalam bentuk ATC (Alkali Treated
Cottonii) chip, ATS (Alkali Treated Spinosum), CMPC (Course Mesh Powder
Cottonii), CMPS (Course Mesh Powder Spinosum), SRC (Semi Refine Cottonii),
dan SRS (Semi Refine Spinosum) serta bergabung dengan Asosiasi Rumput
Laut Indonesia (ARLI) atau ISA (Indonesian Seaweed Assiciation)..

7
B. Struktur Organisasi
PT. Bantimurung Indah dipimpin oleh seorang CEO (Chief Executive
Owners) sekaligus sebagai pemilik perusahaan BOSOWA GROUP CEO (Chief
Executive Owners) menunjuk CE (Chief Executive) yang dibantu oleh internal
audit untuk mewakilinya dalam mengawasi dan mengkoordinir perusahaan. CE
(Chief Executive) menunjuk Head pada masing-masing anak perusahaan untuk
mewakilinya mengawasi perusahaan. Head membawahi 5 departemen, yaitu
Departemen Keuangan, Departemen Produksi, Departemen Pemasaran,
Departemen Quality Assurance (QA) dan Departemen Pengadaan.
Departemen Keuangan dipimpin oleh Chief Keuangan, Chief Administrasi
Umum dan Personalia, dan Chief Pengadaan/logistik. Departemen Produksi
ditangani oleh Chief Produksi dan Chief QA, sedangkan Departemen Pemasaran
dibawahi langsung oleh Head.
Chief Keuangan membawahi bagian accounting, pembukuan,
bendahara/kasir, dan administrasi pajak. Chief Administrasi umum dan
Personalia membawahi bagian administrasi, operator komputer dan Satpam,
sedangkan Chief Logistik/Pengadaan membawahi bagian pembelian bahan baku
dan timbang/gudang.
Chief Produksi membawahi bagian Koordinasi Produksi dan Koordinasi
Mesin. Chief Quality Assurance (QA) membawahi bagian Quality Control,
obat/bahan kimia, dan administrasi laboratorium.
Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing
departemen di atas, yaitu :
1. CEO (Chief Executive Owners)
Bertugas untuk mengontrol perusahaan dengan diwakili oleh CE (Chief
Executive Owners). Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
perusahaan. CE (Chief Executive) bertanggungjawab kepada CEO (Chief
Executive Owners).
2. CE (Chief Executive)
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir Head yang bertugas atas
kelancaran kegiatan perusahaan. Mewakili CEO (Chief Executive Owners)

8
untuk mengontrol perusahaan. CE (Chief Executive) membuat dan
melaporkan hasil kegiatan Head kepada CEO (Chief Executive Owners).
3. Internal Audit
Bertugas untuk mempersiapkan dan menyusun agenda acara CE (Chief
Executive) serta mengurus surat-surat yang perlu ditandatangani oleh CE
(Chief Executive).
4. Head
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan operasional departemen-
departemen yang berada dalam pengawasannya. Sebagai penanggung
jawab atas kelancaran kegiatan perusahaan. Hasil kerja departemen yang
berada dalam pengawasannya dilaporkan kepada CE (Chief Executive)
selaku atasan untuk dilaporkan lebih lanjut kepada CEO (Chief Executive
Owners).
5. Sekretaris
Mewakili tugas yang sama dengan Internal Audit yaitu membantu Head
dalam penyusunan agenda acara serta menyusun surat-surat penting yang
perlu ditandatangani oleh Head.
6. Keuangan
Bertugas mengumpulkan laporan dari accounting, pembukuan,
bendahara/kasir, dan administrasi pajak, kemudian memeriksa dan
melaporkannya kepada Head.
a. Accounting, bertugas menyusun anggaran kas perusahaan, membuat
laporan keuangan perusahaan, membuat laporan kondisi keuangan
perusahaan serta mencari pemecahan atas masalah-masalah keuangan
perusahaan.
b. Pembukuan, bertugas mencatat pengiriman dan penerimaan surat-surat,
transaksi perusahaan, pembayaran hutang perusahaan dan penerimaan
tagihan piutang.
c. Kasir bertugas membayar gaji karyawan
d. Administrasi perusahaan bertugas membuat laporan jumlah pajak yang
harus dibayar perusahaan.

9
7. Administrasi Umum dan Personalia
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan administrasi, operator
komputer, dan Satpam, serta mempertanggungjawabkan hasilnya kepada
Head.
a. Administrasi, bertugas membuat laporan tentang jumlah pegawai yang
ada dan masih dibutuhkan. Mengusulkan penerimaan / pemberhentian
karyawan, serta mengusulkan promosi/mutasi karyawan atas dasar
penerimaan yang dilakukan.
b. Operator komputer, bertugas merekam laporan-laporan kegiatan
perusahaan dalam komputer sebagai dokumen perusahaan.
c. Satpam, bertugas menjaga keamanan perusahaan dan mengawasi
setiap tamu perusahaan.
8. Logistik/Pengadaan
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan pembelian bahan baku,
gudang/timbang, dan melaporkan hasil kegiatannya kepada Head.
a. Pembelian bahan baku, bertugas mencatat dan membuat laporan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelian bahan
baku dan memeriksa stok bahan baku.
b. Gudang/timbang, bertugas mencatat barang yang masuk ke gudang dan
menimbang barang hasil produksi kemudian disimpan di gudang.
9. Produksi
Chief Produksi bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan produksi
dan bagian mesin/peralatan serta melaporkan hasil kegiatannya kepada
Head.
a. Koordinator Produksi, bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan
produksi, serta membuat laporan dan mencatat hasil kegiatannya untuk
dilaporkan kepada Chief Produksi untuk diteruskan kepada Head.
b. Koordinator Mesin/Peralatan, bertugas mengontrol kelayakan mesin-
mesin dan peralatan yang digunakan.

10
10. Quality Assurance (QA)
Bertugas untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan pendahuluan mutu
bahan baku, penggunaan obat/bahan kimia administrasi laboratorium dan
budidaya.
a. Quality Control, bertugas menganalisa bahan baku, hasil produksi dan
bahan pembantu yang digunakan apakah telah sesuai dengan standar
mutu atau perlu perbaikan, kemudian membuat laporan hasil kegiatannya
untuk dilaporkan ke Chief Quality Assurance untuk dipertanggung
jawabkan selanjutnya kepada Head.
b. Obat/bahan kimia, bertugas mengontrol penggunaan obat/bahan kimia
dalam proses produksi dan menetralkan limbah industri.
c. Administrasi laboratorium, bertugas mencatat kebutuhan laboratorium.
11. Ekspor
Bertugas mencari informasi pasar, mengirim barang sesuai dengan pesanan
ke konsumen serta mengurus berkas pengiriman.

C. Sarana dan Peralatan


Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang
kelancaran kegiatan produksi pada perusahaan. Sarana dan prasarana dapat
meliputi lahan, bangunan, peralatan, mesin dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan hal yang menunjang kegiatan operasional perusahaan. Sarana dan
prasarana yang dimiliki PT. Bantimurung Indah berupa peralatan produksi,
peralatan transportasi, peralatan komunikasi dan peralatan lainnya yang
membantu proses produksi. Dalam pengadaan rumput laut umumnya peralatan
yang digunakan oleh PT. Bantimurung Indah di impor dari Jepang dan Prancis.
Adapun jenis peralatan yang digunakan oleh PT. Bantimurung Indah dapat dilihat
dari tabel 1 dibawah ini.

11
Tabel 1 Jenis Peralatan PT. Bantimurung Indah
Jenis Jumlah
No Merek Fungsi
Peralatan Unit
1. Burner 4 Ray Sebagai mesin pembakar / pemanas
Internasional yang digunakan dalam proses
pemasakan rumput laut.
2 Mesin packing 1 Sancho Untuk menjahit karung plastik yang
telah diisi dengan rumput laut hasil
olahan yang telah dikemas.
3 Chemical Mix 1 Mitsubishi Salah satu alat untuk mencampur
bahan kimia yang digunakan dalam
proses pencucian.
4 Pompa sumur 1 Kawamonto Untuk mengalirkan air lebih banyak
bor yang digunakan dalam proses
pencucian.
5 Blower 2 Sancho Untuk mengisap/mendorong angin
dalam pencucian bahan baku yang
sudah masak.
6 Pompa air 1 Kawamonto Untuk mengisap air lebih banyak dari
hisap dalam tanah.
7 Metal 1 - Sebagai alat mengayak sederhana
Detektor yang digunakan dalam proses
penyortiran.
8 Mesin Cutter 2 Sogo Untuk memotong rumput laut menjadi
ukuran yang lebih kecil lagi.
9 Hoist 1 Kamuchi Untuk mengangkat keranjang besi
pada saat proses pencucian,
pemasaran, sampai pemotongan
rumput laut
10 Mesin Powder 1 Septu Untuk mengolah ATC/ATS-Chips
menjadi SRC powder untuk
menghasilkan size yang diinginkan.
11 Blender 1 Philips Untuk menghaluskan ATC/ATS Chips
yang selanjutnya menjadi SRC.
12 Mesin Shifter 1 Sogo Untuk memisahkan beberapa size
hasil produksi CMPC / CMPS untuk
menghasilkan size yang diinginkan.
13 Mesin Souder 1 Septu Untuk mengolah ATC/ATS Chips
menjadi SRC.
14 Mesin Powder 2 Sogo Untuk mengolah ATC/ATS-Chips
menjadi CMPC/CMPS untuk
menghasilkan size yang diinginkan.

12
Jenis Jumlah
No Merek Fungsi
Peralatan Unit
15 Mobil
- Truk - - Untuk
mengangkut bahan baku dari
- Dinas 1 kolektor ke perusahaan.
- Sebaga
i fasilitas bagi manager-manager
dan juga digunakan untuk
kepentingan perusahaan.

16 Auto clave 1 Untuk memasak sampel rumput laut


yang akan digunakan untuk mengukur
kadar syneresis rumput laut.
17 Komputer 5 Untuk keperluan olah data,
penyimpanan data serta cyber
marketing perusahaan.
18 Timbangan 2 Alat pengukur berat sampel rumput
analitik laut.
19 Waterbath 1 Alat pemanas larutan

20 Batang 4-8 Untuk mengaduk sampel rumput laut


pengaduk yang dipanaskan.
21 Entenmeyer 4-8 Wadah tempat larutan

22 Sieve Seken 1 Untuk meneliti powder dari kotoran

23 Visko Meter 1 Untuk mengukur kekentalan jell

24 Fira Tester 1 Untuk mengetes jell

25 Barner 1 Untuk memanaskan

26 Oven 2 Untuk mengeringkan sampel rumput


laut
27 Blender 1 Untuk menghancurkan atau
menghaluskan bahan baku.
Sumber : PT. Bantimurung Indah Maros, 2010

D. Tenaga Kerja

13
Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari adanya dukungan dari
tenaga kerja/karyawan. Untuk itu tenaga kerja merupakan faktor produksi yang
kedua.
Pada PT. Bantimurung Indah, urusan tenaga kerja dibawahi langsung
oleh kepala bagian personalia yang diberi wewenang, tanggungjawab, dan
pertanggungjawaban. Sesuai fungsinya, tenaga kerja tersebut di bagi menjadi
tenaga eksekutif yang mempunyai dua tugas pokok yaitu mengambil berbagai
keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen. Tenaga ini harus
merupakan tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya dan menguasai manajemen
dengan baik. Selanjutnya, tenaga operatif yang merupakan tenaga terampil yang
menguasai bidang pekerjaannya, sehingga setiap tugas yang dibebankan
kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik pula. Setiap proses produksi
diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai, jumlah tenaga kerja yang
diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga
jumlahnya optimal.
Pada bagian penyortiran, biasanya para tenaga kerja dari bagian lain ikut
membantu. Kebijakan ini diterapkan untuk menghemat biaya tenaga kerja harian.
Tetapi jika target produksi dalam jumlah yang lebih banyak maka biasanya
perusahaan memanggil tenaga kerja harian.

14
SKEMA ALUR PROSES INDUSTRI SEMI REFINED COTTONII

Seleksi
Evchema cottonii
Euchema Spinasum

Penimbangan Penyimpanan di Gedung

Proses Olahan

Sortir Bahan Baku

Perendaman dan Pencucian I

Pemasukan

Pencucian ke-II

Pemotongan / Cutter Bahan Baku

Pencucian ke-III

Pemasukan

Pemasukan

Pemasukan

Gambar 1. Skema Alur Proses Industri Semi Refined Cottonii di


PT. Bantimurung Indah, Maros

15
BAB IV
PELAKSANAAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)

A. Pengenalan Perusahaan
Pengenalan perusahaan dilakukan dengan teknik wawancara dan melihat
langsung kondisi instalasi-instalasi yang ada di PT. Bantimurung Indah. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa sebelum melakukan pendidikan sistem ganda
dapat mengetahui tugas pokok dan fungsi perusahaan tempat pelaksanaan
pendidikan sistem ganda. Selain itu, pengenalan ini juga dimaksudkan agar
mahasiswa dapat menyesuaikan topik Pendidikan Sistem Ganda dengan
program kerja yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. Pengenalan ini
dilakukan dengan membaca literatur yang berkaitan dengan tugas dan peranan
perusahaan tempat pendidikan sistem ganda.

B. Perencanaan Bahan Baku


Bahan baku yang diperoleh dari kolektor yang diantarkan langsung ke
perusahaan terlebih dahulu dilakukan pengujian secara organoleptik maupun di
laboratorium yang mana dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi mutunya.
1. Seleksi Bahan baku secara organoleptik dan laboratorium
Suatu perusahaan yang bersifat agroindustri tidak dapat
menghasilkan produk tanda adanya bahan baku. Bahan baku merupakan
faktor produksi yang sangat penting dalam melaksanakan proses produksi
untuk menghasilkan produksi yang berkualitas.
PT. Bantimurung Indah dalam melaksanakan proses produksi
menggunakan bahan baku rumput laut dari kelas Rhodophyceae jenis
Eucheuma cottonii dan Eucheuma Spinosum. Syarat ekologis yang dapat
menunjang pertumbuhan rumput laut, yaitu antara lain kondisi dasar perairan
berupa pasir kasar yang bercampur pecahan karang, untuk rumput laut
Eucheuma sp. keadaan perairan sebaiknya relatif jernih dengan tingkat
kecerahan tinggi, salinitas untuk rumput laut Eucheuma sp. yang optimal
berkisar 28-33 mil, suhu air yang optimal di sekitar tanaman yaitu berkisar

16
26-300 C, dan lokasi budidaya rumput laut harus terlindungi dari arus
(Anggadireja, et al., 2006).
Bahan baku yang diperoleh dari kolektor yang diantarkan langsung ke
perusahaan terlebih dahulu dilakukan penimbangan. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui jumlah/berat bahan baku, apakah sudah sesuai dengan pesanan
atau tidak. Penimbangan dilakukan di gudang penyimpanan dadakan.
Setelah itu dilakukan pengujian secara organoleptik maupun laboratorium
yang dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi mutunya.
Pengujian organoleptik dilakukan dengan melihat penampakan luar
dari bahan baku yang meliputi kekeringan dengan kadar 37% dan kadar
kotoran (lumut, rumput, pasir, kerikil, dan tali rafiah) diharapkan 3%.
Pengujian kadar kekeringan di laboratorium menggunakan alat Infra Red.
Setelah disepakati maka pihak perusahaan menerima rumput laut dalam
bentuk basah dan selanjutnya dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk
mengetahui berat dari bahan baku tersebut.

2. Penetapan dan penyimpanan bahan baku sebelum di proses


Penyimpanan adalah proses kegiatan menaruh barang/bahan baku
pada suatu tempat untuk sementara waktu sebelum digunakan lebih lanjut
atau disebut juga proses penggudangan. Menurut Gumbira dkk (2001),
bahwa fungsi penyimpanan berupa mengatur dan mengontrol persediaan
untuk kebutuhan selama periode tertentu. Fungsi tersebut dapat menangani
produk berupa masukan (bahan baku) untuk satu kegiatan produksi,
disamping menangani keluaran berupa produk hasil kegiatan produksi.
Bahan baku yang telah diuji di laboratorium selanjutnya disimpan di
gudang dadakan dekat tempat pencucian dan pemasakan. Perusahaan
memang menyediakan gudang khusus untuk penyimpanan bahan baku
mentah tetapi jarak gudang tersebut dengan tempat pencucian dan
pemasakan cukup jauh sehingga dirasa kurang efisien dan memakan waktu
untuk mengangkat bahan baku tersebut ke tempat pencucian. Bahan baku
tersebut tidak bisa disimpan dalam waktu lama disebabkan sifat dari bahan

17
baku yang mudah rusak. Sehingga digunakanlah gudang dadakan untuk
penyimpanan bahan baku. Penyimpanan didasarkan pada asal bahan baku
agar memudahkan dalam proses produksi dan pengujian laboratorium.
Keadaan gudang penyimpanan bahan baku perlu diperhatikan, pengertian
udara, dan adanya cahaya yang masuk dapat mencegah kelembaban
sehingga kualitas bahan baku tetap terjaga. Jumlah bahan baku yang bisa
ditampung dalam ruangan berukuran sekitar 10x15 meter ini bisa mencapai
700 karung rumput laut. Penyimpanan dilakukan dengan menyusun bahan
baku yang telah dimasukkan ke dalam karung di atas rak yang terbuat dari
kayu untuk menghindari kontak langsung dengan lantai agar terhindar dari
kelembaban, kotoran dan debu yang ada di lantai.
Dalam melakukan manajemen stok, PT. Bantimurung Indah
melakukan teknik First in First out (FIFO) artinya bahan yang masuk lebih
awal sebaiknya dikeluarkan lebih awal pula. Tujuannya untuk menjaga agar
barang yang disimpan tidak rusak. Lamanya penyimpanan bahan baku
rumput laut sebelum diolah maksimal 1 minggu. Bahan baku disusun berdiri
dan tidak ditumpuk ke atas agar bahan baku tidak cepat membusuk dan
mudah diangkat dengan menggunakan hoist jika pencucian akan dilakukan.

C. Asal Bahan Baku


Bahan baku rumput laut Eucheuma cottonii di PT. Bantimurung Indah
berasal dari berbagai Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Jeneponto,
Bantaeng, Bulukumba, Selayar, selain itu sampel juga berasal dari Sulawesi
Tengah, Kendari, Bau-bau dan Kepulauan, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
Pembelian bahan baku dilakukan dengan sistem kontrak yaitu menjalin
kerjasama dengan pihak kolektor yang ada di daerah-daerah penghasil rumput.
Selain dengan sistem ini pembelian bahan baku juga diterapkan dengan cara
kerjasama antara perusahaan dengan daerah penghasil rumput laut (desa
binaan) seperti di Kabupaten Barru dan Takalar. Di sini perusahaan memberikan
bantuan berupa bibit yang akan dibudidayakan oleh petani dan hasil panen
harus dijual pada perusahaan, untuk menghindari kegagalan panen maka pihak

18
perusahaan menugaskan tenaga lapangan mengawasi dan membimbing proses
budidaya tersebut. Bahan baku yang telah mencapai umur 45-60 hari di panen
dengan kualitas yang baik misalnya memiliki percabangan yang banyak, warna
yang cerah, kurangnya organisme yang menempel, dan waktu panen yang tidak
terlalu lama.

Petani

Pengumpul
Kecil
KOLEKTOR

Pengumpul
Besar

Industri

Gambar 2. Rantai distribusi rumput laut masuk ke industri

D. Parameter Uji Quality di Laboratorium PT. Bantimurung Indah


1. Viscositas
Viscositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir.
Satuan dari viskositas adalah poise (1 poise = 100 cP0. makin tinggi
viskositas menandakan makin besarnya tahanan cairan yang bersangkutan.
Viskositas diukur dengan Viscometer Brookfield (Gambar 3). Pengujian
viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan keraginan sebagai

19
larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu (FMC Corp dalam Syamsuar,
2007).

Gambar 3. Viscometer Brookfield

2. Syneresis
Syneresis adalah proses keluarnya air pada gel (pada keragian)
3. Swelling
Swelling yaitu proses yang digunakan untuk mengetahui daya kembang dari
rumput laut.
4. Mikrobiologi
Standar kualitas produk pada PT. Bantimurung Indah.

E. Proses Pengolahan
1. Bahan baku yang baru
Bahan baku yang baru masuk ke gudang pengolahan yang ada di
dalam karung terlebih dahulu di timbang dan diberi tanda tanggal
pemasukan, kemudian dimasukkan ke dalam keranjang yang berkapasitas
600 kg / keranjang untuk jenis cottonii, 500 kg / keranjang untuk jenis
spinosum kemudian direndam atau pencucian pertama.

20
2. Perendaman dan pencucian pertama
Bahan baku yang didalam keranjang kemudian diangkat ke dalam
bak perendaman dengan menggunakan hoist yang berfungsi memindahkan
keranjang dari bak satu ke bak lainnya. Pengangkatan bahan baku ke dalam
bak perendaman dengan menggunakan hoist dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Proses pencucian rumput laut.

Perendaman ini dilakukan dengan air tawar dengan lama


perendaman ± 10 menit karena waktu perendaman tersebut sudah dirasa
cukup apa bila lama perendaman kurang atau lebih dari waktu yang
ditentukan hal tersebut bukan hal yang harus dikhawatirkan karena tidak
akan menimbulkan dampak yang terlalu besar.

3. Pemasakan
Pemasakan merupakan hal terpenting bagi pengolahan rumput laut
karena akan mempermudah kerja mesin, dan pemotongan supaya mudah
diekstraksi. Pemasakan adalah proses pengolahan dengan menggunakan
suhu tinggi panas tujuannya supaya memecahkan sel-sel atau jaringan
rumput laut.
Rumput laut yang dimasak menggunakan waktu untuk jenis cottoni ±
2 Jam sedangkan untuk jenis spinosum ± 3 Jam.

21
Bahan baku yang berada dalam keranjang pemasukan dengan berat
600 kg / keranjang untuk jenis cottonii, 500 kg.
Selanjutnya dimasukkan ke dalam bak pemasakan yang terbuat dari
tembok. Bak yang digunakan untuk pemasakan berjumlah 4 buah yang
dilengkapi dengan saluran pemasakan dan pengeluaran berbentuk pipa yang
berisi.
Pemberian larutan KoH / NaOH bertujuan untuk menghancurkan /
mengeluarkan selulosa pembungkus carrageebaab yang terdapat pada
rumput laut tersebut. Suhu yang digunakan berbeda-beda untuk tiap jenis
rumput laut.
Sumber panas yang digunakan berasal dari mesin burner untuk
mengontrol suhu selama pemasakan digunakan alat thermometer. Proses
pengontrolan menggunakan thermometer dilakukan pada waktu bak
pemasakan telah mengeluarkan uap selanjutnya mencelupkan thermometer
ke dalam bak pemasakan sambil memegang, goyangkan thermometer
tersebut setelah beberapa detik diangkat. Proses pemasakan bahan baku
dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Proses pemasakan rumput laut dalam tungku masakan

22
Setelah dimasak selanjutnya rumput laut dalam keranjang diangkat
ke atas dengan hoist kemudian diangkat ke bak perendaman / pencucian ke-
2.

4. Pencucian Kedua
Setelah dimasak / proses pemasakan selanjutnya rumput laut yang
terdapat di dalam keranjang diangkat dan dimasukkan kembali ke dalam bak
perendaman/pencucian supaya memudahkan dalam proses pemotongan.

5. Chopper (pemotongan/cutter bahan baku)


Setelah bersih rumput laut dibawa ke bagian pemotongan. Proses
pemotongan rumput laut menjadi bentuk ATC chips (alkali treatment cottonii)
untuk jenis cottonii ATS (alkali treatment spinosum).
Proses pemotongan rumput laut ini dilakukan secara mekanik dengan
menggunakan mesin pemotong (chopper machine). Pemotongan rumput laut
ini dimaksudkan untuk memperkecil ukuran rumput laut kira-kira sekitar 3 cm
sehingga dapat memudahkan dalam proses pengeringan / penjemuran,
pengortiran, pengangkutan dan penggilingan. Proses pemotongan rumput
laut dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Proses pemotongan

23
6. Pencucian Ketiga
Setelah di chopper / proses pemotongan, tahap selanjutnya adalah
proses pencucian ke-3 proses pencucian ini dilakukan dengan 3 kali
pencucian. Di sinilah rumput laut harus benar-benar bersih dari bakteri dan
zat-zat kimia yang ada, makanya dilakukan 3 kali pencucian secara bertahap
dengan menggunakan 3 kolam yang sudah diisi dengan air. Dengan cara
pencucian mengaduk-aduk rumput laut dengan menggunakan cangkul
pengaduk dalam setiap kolam untuk selanjutnya rumput laut diangkat ke
papan peluncur untuk dijemur.

7. Penjemuran
Rumput laut yang telah dicuci untuk ke-3 kalinya selanjutnya diangkat
lagi dengan menggunakan hoist ke papan peluncur kemudian dibuang ke
dalam gerobak untuk selanjutnya diangkut ke tempat penjemuran.
Proses pengeringan umumnya dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
alami dan menggunakan mesin pengering. Khusus PT. Bantimurung Indah
dilakukan secara alami dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai
sumber panas. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang
dikandung suatu produk agar dapat bertahan lama dan untuk memperkecil
volume dan bobot bahan baku sehingga dapat menghemat tempat untuk
proses pengemasan.

Gambar 7. Proses penjemuran dan pengeringan bahan baku

24
Penjemuran atau pengeringan dilakukan dengan menebar rumput
laut pada wadah lantai atau tembok dengan ketebalan kira-kira 1-3 cm.
Pengeringan secara alami ini selain memerlukan biaya yang relatif murah,
chips yang dihasilkan juga relatif lebih seragam warnanya karena proses
pengeringan berlangsung lambat dan panas yang diterima oleh chips merata.
Penjemuran dilakukan selama ± 10 jam apabila kecerahan matahari 100%,
tetapi apabila cuaca mendung penjemuran/pengeringan memakan waktu
yang cukup lama yaitu dapat berkisar 2-3 hari.
Penjemuran dilakukan dengan sesering mungkin membolak-balikkan
rumput laut agar proses pengeringan berlangsung cepat dan merata. Selama
proses penjemuran berlangsung rumput laut tidak boleh terkena air tawar,
baik air hujan maupun air embun karena hal ini akan menyebabkan
produktivitas produk menurun.
Produk dikatakan kering apabila rumput laut tersebut mudah
dipatahkan dan kadar air produk yang telah kering rata-rata 22%-17%
(pengujian kadar air di laboratorium). Produk yang telah dikeringkan
selanjutnya diolah dalam bentuk chips. Menurut Assauri (1999) bahwa
pengeringan dimaksudkan untuk mengeluarkan sebagian air dari suatu
bahan dengan menguapkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan
menguapkan sebagian besar air yang dikandung.
Tingkatan kekeringan rumput laut dapat diketahui melalui pengujian
kadar air dengan alat Infra Red Moisture Balance.

8. Sortir ATC / ATS


Rumput laut yang memenuhi standar kekeringan dengan kadar 11-
17% dimasukkan ke dalam karung untuk selanjutnya dibawa ke bagian
penyortiran. Penyortiran dilakukan untuk membersihkan kotoran berupa batu-
batu kecil, ranting, dan tali raffia selama proses penjemuran. Penyortiran
atau pembersihan perlu dilakukan karena persentase kotoran termasuk
dalam penilaian atau kriteria mutu yaitu kurang dari 5% (Winarno, 1996).
Berdasarkan hasil penyortiran dapat diketahui kadar rendaman yang

25
dikandung bahan baku sehingga akan diketahui kualitas dari bahan baku.
Semakin tinggi kadar rendaman maka kadar air yang dikandung semakin
rendah. Standar rendaman yang diinginkan oleh pembeli dan telah menjadi
standar baku adalah 25%.

Gambar 8. Bahan baku yang siap untuk di sortir

Proses penyortiran ini selain dikerjakan dengan tangan manusia juga


dibantu dengan alat pengayak sederhana dan metal detector (filter besi).
Produk yang dihasilkan dari penyortiran disebut ATC-Chips (Alkali
Treament Cottonii). Kualitas ATC-Chips dilihat dari bentuk persegi dan warna
putih kekuningan. Setelah disortir rumput laut uji kadar airnya pada
laboratorium dengan standar produksi 27%, untuk mendapatkan standar
produksi ini tergantung dari pasca panen yang dilakukan. Panen yang
dilakukan pada umur 45 – 60 hari akan mencapai standar produk tetapi
apabila panen dilakukan belum cukup umur maka standar produksi tidak
mungkin didapatkan.
Proses penyortiran dapat dilihat pada gambar 9 berikut ini :

26
Gambar 9. Proses Penyortiran Rumput Laut

9. Penggilingan Powder
Setelah dibersihkan / disortir maka dilakukan proses pengolahan
penggilingan. Sebelum proses penggilingan maka terlebih dahulu produk
dalam bentuk ATC / ATS kemudian dimasukkan ke dalam mesin penggiling
yang disebut mesin ACM yang berfungsi menghaluskan produk chips yang
bersifat penghancur sesuai dengan permintaan mesh. Proses penggilingan
dapat dilihat pada gambar 10 berikut :

Gambar 10. Proses Penggilingan SRC (Semi Refine Cottonii)

27
Proses penggilingan di PT Bantimurung Indah secara semi refine
corragenan dengan menggunakan 2 mesin yaitu sebtu menchine ACM
fungsinya ATC/ATS chips akan diolah menjadi produk SRC (semi refine
cottonii) atau SRS (seni refine spinosum) dengan berbagai ukuran mash
umunya produk tersebut mempunyai ukuran 90, 100, 140 dan 150 mash
tergantung pesanan semakin tinggi ukuran yang digunakan maka produk
yang dihasilkan akan semakin bagus atau halus, tapi semakin halus produk
maka semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk 25 kg SRC / SRS 40 – 60
menit.

F. Pengawasan Operasional
1. Pengujian Di Laboratorium
Salah satu faktor yang terpenting untuk menentukan keberhasilan
proses produksi ATC-Chips adalah adanya pengawasan mulai dari awal
proses produksi sampai pada pengemasan. Fungsi laboratorium di sini
sangat penting. Pengujian laboratorium yang biasa dilakukan pada produk uji
Ph, Gell straight, sneresis, swelling dan mikro biologi.
Pengujian di laboratorium menentukan baik tidaknya produk.
Pentingnya pengawasan mutu yang dilakukan oleh bagian laboratorium
mengingatkan hasil produk yang dihasilkan seluruhnya untuk diekspor
sehingga citra produk harus tetap terjaga, selain itu untuk memenuhi
kapasitas produksi yang telah ditetapkan.

2. Pengepakan
Setelah produk diuji di laboratorium maka selanjutnya produk
dikemas dalam kemasan yang telah disiapkan. Pengemasan sangat penting
diperhatikan karena dapat dipakai sebagai sarana promosi produk yang
dapat menggugah selera pembeli, tanpa mengesampingkan kualitas dari
produk.
Produk yang telah dihasilkan dalam bentuk SRC powder selanjutnya
dikemas dalam karung plastik. Produk tersebut dikemas dengan

28
menggunakan bahan pengemasan yang terdiri dari dua bagian yaitu
kemasan primer (dalam) yang terbuat dari plastik polyethylene dengan
ukuran masing-masing 25 kg atau sesuai dengan permintaan yang berfungsi
melindungi produk dari pengaruh luar. Kemasan sekunder terbuat dari bahan
polypropylene yang berfungsi sebagai pelindung kemasan primer, melindungi
produk dari kontak dengan pengaruh luar, bau dan debu serta sebagai
tempat melekatnya oleh perusahaan, label type produk, berat bersih, dan
nomor kode produk. Pemberian label pada produk yang telah dikemas
diantar sesuai tipe berat bersih serta nomor kode. Rumput laut yang telah
diolah dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Rumput laut yang telah dikemas

3. Penyimpanan
Setelah produk dipecking, jika ada permintaan dapat langsung dijual
tetapi jika belum dipasarkan, maka produk tersebut disimpan dalam gudang
penyimpanan dengan kapasitas 100 ton. Selama proses penyimpanan tetap
dilakukan kontrol oleh pihak quality control untuk menghindari kerusakan
produk. Gudang penyimpanan memiliki fasilitas pengatur kelembaban
ruang/udara, agar produk tidak mengalami peningkatan kadar air selama
masa penyimpanan.

29
Selama proses penyimpanan, senantiasa rumput laut dijaga agar
tidak terkena air tawar. Oleh karena itu, atap gudang tidak boleh bocor dan
sirkulasi udara harus cukup baik. Fasilitas lain berupa rak kayu yang
digunakan untuk menyusun produk agar tidak bersentuhan langsung dengan
lantai sehingga produk tidak lembab dan tidak mudah rusak. Yang
bertanggungjawab selama proses penyimpanan dalam hal ini adalah bagian
quality control.

Gambar 12. Rumput laut yang telah disimpan

30
BAB V
RANGKUMAN DAN SARAN

A. Rangkuman
Dari pembahasan di atas maka dapat dirangkumkan bahwa :
1. Produk yang dihasilkan dalam bentuk Semi Refine Cotonii (SRC),
Semi Refine Spinosum (SRS).
2. Tahapan pembuatan Semi Refine Cotonii (SRC) menggunakan bahan baku
rumput laut dari golongan Rhodophyceae jenis Eucheuma cottonii. Dimulai
dari pengadaan bahan baku, pencucian, pemasakan, pembilasan,
pemotongan, penjemuran, sortir (produk Semi Refine Cotonii) dan
pengemasan Eucheuma sp.
3. Manajemen penyeleksian bahan baku pada industri Seni Refine Cottonii di
PT. Bantimurung Indah yaitu secara organoleptik, dan laboratorium serta
penetapan dan penyimpanan bahan baku.
4. Manajemen industri dan pengawasan operasional proses produksi
dimulai dari uji mutu secara laboratorium serta pengepakan dan
penyimpanan.

B. Saran
1. Sebaiknya PT. Bantimurung Indah hendaknya selalu melakukan
rolling tugas/penempatan peserta PKL (pelajar/mahasiswa) dari bagian satu
ke bagian yang lain sehingga pengetahuan dan pengalaman peserta PKL
(pelajar/mahasiswa) semakin bertambah.
2. Sebaiknya pada Lab. PT. Bantimurung Indah menggunakan dua atau lebih
metode/prosedur kerja dalam pengukuran di lab. Sehingga data yang
dihasilkan dapat diperbandingkan.

31
32
PETA INDUSTRI PT. BANTIMURUNG INDAH MAROS

N J I H
O M L G F
M K

E B B

Jalan Dr. Ratulangi Maros / Poros Maros-Pangkep

Keterangan :
A. Pos satpam K. Ruang Penyortiran
B. Tempat penjemuran L. Mushallah
C. Gedung & Dapur M. Kantor
D. Tempat pembuangan air N. Ruang Blower
E. Ruang Pemasakan O. Ruang Administrasi
F. Ruang Olahraga
G. Tempat truk dan bengkel
H. Ruang penggilingan
I. Ruang Penyimpanan powder
J. Ruangan ACM

33
Produk RAW Material Produk RAW Material
Jenis Eucema Cottonii Jenis Gracillaria Sp.

Produk ATS Chips Produk SRC Powder

34

You might also like