You are on page 1of 44

PROSES PASCA PANEN TERHADAP ATC CHIPS RUMPUT LAUT

Eucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH


KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA RUMPUT LAUT


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
SMK NEGERI 5 TAKALAR
2009
PROSES PASCA PANEN TERHADAP ATC CHIPS RUMPUT LAUT
Eucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH
KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG)

OLEH :

SYAMSINAR 07047
NAFILAH 07044
YUSMA 07053
MUH. ALI 07042
MUH. SUDARMAN 07043
AHMAD 07032
LASRI 07040
FAISAL 07037

PROGRAM STUDI BUDIDAYA RUMPUT LAUT


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
SMK NEGERI 5 TAKALAR
2009
PROSES PASCA PANEN TERHADAP ATC CHIPS RUMPUT LAUT
Eucheuma Cottonii DI PT. BANTIMURUNG INDAH
KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

LAPORAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG)

NAMA NIS

SYAMSINAR 07047
NAFILAH 07044
YUSMA 07053
MUH. ALI 07042
MUH. SUDARMAN 07043
AHMAD 07032
LASRI 07040
FAISAL 07037

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan


Pendidikan Sistem Ganda Pada Ilmu Perikanan dan Kelautan

SMK NEGERI 5 TAKALAR

PROGRAM STUDI BUDIDAYA RUMPUT LAUT


JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
SMK NEGERI 5 TAKALAR
2009

4
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Proses Produksi ATC. Chips dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii
di PT. Bantimurung Indah.

NAMA NIS

SYAMSINAR 07047
NAFILAH 07044
YUSMA 07053
MUH. ALI 07042
MUH. SUDARMAN 07043
AHMAD 07032
LASRI 07040
FAISAL 07037

Laporan ini diperiksa dan disetujui oleh :

Pembimbing Sekolah Pembimbing Lapangan

PURY WAHYUNINGTIAS, ST. Ir. MUSMULYADI


Nip. 580 060 736

Mengetahui :
Kepala Sekolah / Dinas

JUNARDI, S.Pd, M.Pd


Nip.

Tanggal Pengesahan : Mei 2009

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


senantiasa memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini berjudul “ Proses Produksi ATC. Chips dari Rumput Laut
Eucheuma Cottonii di PT. Bantimurung Indah, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan”.
Laporan ini bukanlah hal yang mudah bagi penulis, karena itu penulis menyadari
bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Untuk itu penulis
memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini merupakan kerja sama dari
berbagai pihak, sehingga dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
a. Bapak Drs. H. Djusdil Akrim., selaku Direktur PT. Bantimurung Indah, Kabupaten
Maros, yang telah bersedia menerima penulis untuk melakukan Pendidikan
Sistem Ganda (PSG) selama 3 (tiga) bulan di perusahaan yang Bapak pimpin.
b. Bapak Ir. Musliyadi., selaku pembimbing lapangan yang senantiasa meluangkan
waktunya kepada penulis selama di lapangan.
c. Bapak Yani, Bapak Baso Kanto, Ka’ Udin, Ka’ Upe, Ka’ Lili, Bapak Jufri, Bapak
Syamsuddin serta seluruh karyawan dan karyawati PT. Bantimurung Indah,
terima kasih atas bimbingan Bapak dan Ibu selama kami melaksanakan PSG di
PT. Bantimurung Indah.
d. Terima kasih kepada Ka’ Chitos, Ka’ Takim, Ka’ Wati, Ka’ Imma, Ka’ Shina, Ka’
Rini Ka’ Imud, yang telah membantu kami selama di PT. Bantimurung Indah
melaksanakan PSG.
e. Terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak dan Ibunda kami yang telah
memberikan kami do'a yang tulis, yang memberikan kami semangat sehingga
dapat melaksanakan PSG selama 3 (tiga) bulan di PT. Bantimurung Indah
Kabupaten Maros.

iii
Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak sekali
kekurangan, namun demikian penulis berharap kiranya masih dapat dimanfaatkan
bagi pihak yang memerlukannya.

Maros, Mei 2009

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................... i
Halaman Pengesahan .................................................................................. ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi ....................................................................................................... V
I. PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Tujuan dan Kegunaan ..................................................................... 2
II. METODE PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG).................................. 3
A. Waktu dan Tempat .......................................................................... 3
B. Metode Kerja ................................................................................... 3
C. Kegiatan Kerja ................................................................................. 3
III. GAMBARAN UMUM PT. BANTIMURUNG INDAH MAROS PROPINSI
SULAWESI SELATAN .......................................................................... 5
A. Sejarah Singkat................................................................................ 5
B. Struktur Organisasi.......................................................................... 7
C. Sarana dan Peralatan ..................................................................... 10
D. Tenaga Kerja ................................................................................... 12
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA............... 15
A. Pengenalan Perusahaan.................................................................. 15
B. Pengenalan Alat dan Metode yang Digunakan ............................... 15
C. Perencanaan Bahan Baku .............................................................. 15
D. Asal Bahan Baku ............................................................................. 17
E. Proses Pengolahan ATC Chips........................................................ 19
F. Proses Analisis Sampel.................................................................... 25
G. Pengawasan Operasional ............................................................... 26
H. Pemasaran ...................................................................................... 28
V. PELAKSANAAN KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA BAGIAN
LAB. (LABORATORIUM)....................................................................... 29
A. Pengenalan Alat dan Metode Yang Digunakan................................ 29

v
B. Kegiatan Kerja.................................................................................. 29
VI. RANGKUMAN DAN SARAN.................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 32
LAMPIRAN

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya yang cukup besar baik yang alami
maupun untuk budidaya. Saat ini Indonesia masih merupakan eksportir penting
di Asia. Sayangnya rumput laut masih banyak di ekspor dalam bentuk bahan
mentah yaitu berupa rumput kering, sedangkan hasil olahan rumput laut seperti
agar-agar, karaginan, dan alginate masih banyak diimpor dengan nilai yang
cukup besar. Untuk itu diperlukan penanganan pasca panen untuk meningkatkan
daya guna sehingga lebih bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Hal ini dapat
ditempuh dengan cara mempertahankan kesegaran atau mengawetkannya
dalam bentuk asli maupun olahan sehingga dapat tersedia sepanjang waktu
sampai ke tangan konsumen dalam kondisi yang dikehendaki konsumen.
Rumput laut merupakan salah satu hasil perikanan laut yang dapat
menghasilkan devisa negara dan merupakan sumber pendapatan masyarakat
pesisir. Sampai saat ini sebagian besar rumput laun diekspor dalam keadaan
kering dan baru sebagian diolah menjadi agar-agar di samping dimakan sebagai
sayuran. Jenis-jenis rumput laut yang sudah diolah diantaranya Gracilaria sp.,
Gelidium sp. menjadi agar-agar yang dilakukan oleh negara-negara Jepang,
Amerika, New Zealand, Australia maupun Indonesia. Namun, di Indonesia
pengolahan agar-agar masih pada tahap semi tradisional, yaitu dalam bentuk
lembaran, batang dan bubuk (Istini, et al., 1985)
Setelah dilakukan pemanenan, rumput laut Eucheuma Cottonii terlebih
dahulu dibersihkan dari pasir dan batu karang lalu disortir dari jenis rumput
lainnya sehingga terjamin kemurniannya. Kemudian dijemur di atas alas atau
para-para selama 2-3 hari, sehingga tidak tercampur pasir, lalu dikemas dalam
karung plastik yang bersih.
Eucheuma bernilai ekonomi sebagai salah satu komoditi ekspor. Jenis ini
dibutuhkan oleh beberapa negara untuk memperoleh karaginan. Eucheuma
merupakan bahan mentah untuk pembuatan karagian tersebut. Manfaat karagian
dalam dunia industri meliputi untuk kosmetik (salep, krim, shampoo), untuk

1
farmasi (pembuatan suspensi, emulsifier), untuk makanan (sayur, mentega), and
kegunaan lain (pelindung kayu dan pencegah api) (Remimohtarto, 2005).
ATC-Chips (Alkali Treatment Cottonii) merupakan hasil produksi olahan
rumput laut jenis Eucheuma Cottonii yang dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan keraginan murni. Selain itu ATC-Chips (Alkali Treatment
Cottonii) diekspor dalam meningkatkan perekonomian Indonesia karena proses
lebih lanjut dapat digunakan sebagai bahan pengikat dan penstabil dalam
indusrti.
PT. Bantimurung Indah adalah salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang pengolahan rumput laut. Tepatnya di Kelurahan Pamelakkang Je’ne,
Kecamatan Maros Baru, Kabupaten Maros. Perusahaan ini merupakan anak
perusahaan di Bosowa Group. Jenis rumput laut Eucheuma Cottonii merupakan
salah satu rumput laut yang diolah menjadi produk dalam bentuk ATC-Chips
(Alkali Treatment Cottonii).
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan Pendidikan Sistem
Ganda sehingga mendapatkan informasi yang lebih lanjut.

B. Tujuan dan Kegunaan


Tujuan dilaksanakan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) untuk melihat dan
mengetahui secara langsung proses pasca panen rumput laut Eucheuma
Cottonii terhadap jell (hasil) dan juga untuk menambah pengetahuan pengolahan
rumput laut Eucheuma Cottonii.
Kegunaan dari Pendidikan Sistem Ganda (PSG) adalah untuk menambah
wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam proses pengolahan rumput laut
Eucheuma Cottonii.

2
II. METODE PENDIDIKAN SISTEM GANDA (PSG)

A. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) dilaksanakan selama 3
(tiga) bulan, dimulai pada tanggal 5 Februari 2009 – 6 Mei 2009 di PT.
Bantimurung Indah, Jl. DR. Sam Ratulangi No. 31, Kelurahan Pammelakkang
Je’ne, Maros Baru, Kab. Maros, Sulawesi Selatan.

B. Metode Kerja
Metode yang dilakukan dalam Pendidikan Sistem Ganda ini adalah
sebagai berikut :
1. Pengambilan data primer yaitu : dengan melibatkan dan ikut secara langsung
melakukan analisasi beberapa parameter dalam pengukuran rumput laut di
laboratorium.
2. Pengambilan data sekunder yaitu : data yang diperoleh dari kegiatan kerja
dan wawancara dengan pihak laboratorium dan data yang dapat diperoleh
dari telaah literatur termasuk arsip yang didapat di PT. Bantimurung Indah
Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan.

C. Kegiatan Kerja
Kegiatan yang dilaksanakan selama Pendidikan Sistem Ganda (PSG) sebagai
berikut :
1. Pengenalan perusahaan
2. Pengenalan alat dan metode yang digunakan
3. Perencanaan bahan baku
a. Seleksi bahan baku secara organoleptik dan laboratorium
b. Penetapan dan penyimpanan bahan baku sebelum diproses
4. Asal bahan baku
5. Proses pengolahan ATC Chips (Alkali Treatment Cottoni)
a. Sortir bahan baku
b. Perendaman dan pencucian pertama

3
c. Pemasakan
d. Pencucian kedua
e. Copper (pemotongan / cutter bahan baku)
f. Pencucuian ketiga
g. Penjemuran
h. Sortir ATC
i. Packing
6. Proses analisis sampel
7. Pengawasan operasi proses produksi
a. Uji mutu secara laboratorium
b. Pengepakan dan penyimpanan

4
III. GAMBARAN UMUM PT. BANTIMURUNG INDAH MAROS PROPINSI
SULAWESI SELATAN

A. Sejarah Singkat
PT. Bantimurung Indah terletak di Desa Allepolea, Kecamatan Maros
Baru, Kabupaten Maros yang jaraknya ± 31 Km dari ibukota Propinsi Sulawesi
Selatan. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan dari PT.
Bosowa Group yang berstatus sebagai Perseroan Terbatas (PT) dalam bentuk
perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang bergerak dalam
bidang pengelolaan rumput laut.
Perusahaan ini didirikan secara resmi pada tanggal 20 Agustus 1976 di
Kabupaten Maros oleh H. Muaidi. Pendirian perusahaan ini didasarkan dengan
akte notaris No. 40 Tahun 1976 oleh Prof. Teng Tjin Lein, SH dan telah terdaftar
pada Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPRI).
PT. Bantimurung Indah didirikan dengan modal perseroan sebesar 250
juta rupiah dan didirikan untuk 75 Tahun. Modal perseroan di atas terdiri dari
1000 lembar saham dimana tiap saham bernilai Rp. 250.000,-
Perusahaan ini semula bernama PT. Bantimurung, akan tetapi pada
tanggal 19 Desember 1976 atas kehendak pemegang saham H. Muaidi selaku
Direktur Utama dan Andrew Purwanto selaku Komisaris Utama maka
perusahaan tersebut berubah nama menjadi PT. Bantimurung Indah yang
disahkan dengan Akte Notaris Prof. Teng Tjin Lein, SH No. 17 Tahun 1976 dan
disaksikan oleh Engelhart Wiliar sebagai Notaris.
PT. Bantimurung Indah dalam pendiriannya memiliki maksud dan tujuan
sebagai yang tercatat pada akte pendirian pasal 2, yaitu :
1. Berusaha dalam berbagai industri, termasuk mendirikan pabrik untuk
membuat bahan makanan dan minuman.
2. Berdagang dan menyalurkan barang tersebut dalam pemasaran
3. Berusaha dalam perdagangan ekspor dan perdagangan lokal (interlokal dan
dari barang tersebut).

5
4. Berusaha dalam bidang pertanian termasuk perkebunan, peternakan,
perikanan, dan cold storage.
5. Berusaha dalam bidang transportasi umum, pemborongan, leveransir.
6. segala sesuatu dalam arti kata yang seluas-luasnya sepanjang tidak
bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pendirian perusahaan ini telah mendapat persetujuan dan pengesahan
dari Departemen Kehakiman RI No. Y.A. 5 / 582 / 12 tanggal 28 November 1976,
dimana kegiatan usahanya adalah industri pembuat krupuk udang, petis udang,
dan paste udang.
Melalui surat persetujuan kedua adanya koordinasi Penanaman Modal
Dalam Negeri No. 83/A/SP. 01/BKPM/VIII/77 tertanggal 23 Agustus 1977
akhirnya PT. Bantimurung Indah menjadi PMDN yang akan melaksanakan
rencana komersil pada bulan Maret 1978.
Sepuluh tahun kemudian berdasarkan akte notaris Abdullah Ashar, SH
NO. 75 Tahun 1986 tepatnya pada tanggal 28 Februari 1986 PT. Bantimurung
Indah mengalami pengalihan saham dari H. Muaidi kepada H. M. Aksa Mahmud
sebagai Direktur Utama dan Ny. Hj. Ramlah Aksa sebagai Komisaris Utama dari
PT. Bosowa Group. Penanaman modal awal senilai Rp. 100.000.000,-.
Berdasarkan persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal
Republik Indonesia No. 35/II/PMDN/1986 tanggal 13 Juni 1986, PT. Bantimurung
Indah bergerak dalam dua bidang, yaitu industri krupuk udang dan industri
rumput laut. Sejalan dengan itu dilihat dari prospek pengembangan rumput laut
lebih menguntungkan, maka sejak tahun 1993 sampai sekarang PT.
Bantimurung Indah tidak lagi memproduksi krupuk udang dan lebih menfokuskan
kegiatannya dalam usaha pengelolaan rumput laut Semi Refined Carrageenan.
Adapun hasil olahan yang sering diproduksi dalam bentuk ATC (Alkali Treated
Cottonii) chip, ATS (Alkali Treated Spinosum), CMPC (Course Mesh Powder
Cottonii), CMPS (Course Mesh Powder Spinosum), SRC (Semi Refine Cottonii),
dan SRS (Semi Refine Spinosum) serta bergabung dengan Asosiasi Rumput
Laut Indonesia (ARLI) atau ISA (Indonesian Seaweed Assiciation)..

6
B. Struktur Organisasi
PT. Bantimurung Indah dipimpin oleh seorang CEO (Chief Executive
Owners) sekaligus sebagai pemilik perusahaan BOSOWA GROUP CEO (Chief
Executive Owners) menunjuk CE (Chief Executive) yang dibantu oleh internal
audit untuk mewakilinya dalam mengawasi dan mengkoordinir perusahaan. CE
(Chief Executive) menunjuk Head pada masing-masing anak perusahaan untuk
mewakilinya mengawasi perusahaan. Head membawahi 5 departemen, yaitu
Departemen Keuangan, Departemen Produksi, Departemen Pemasaran,
Departemen Quality Assurance (QA) dan Departemen Pengadaan.
Departemen Keuangan dipimpin oleh Chief Keuangan, Chief Administrasi
Umum dan Personalia, dan Chief Pengadaan/logistik. Departemen Produksi
ditangani oleh Chief Produksi dan Chief QA, sedangkan Departemen Pemasaran
dibawahi langsung oleh Head.
Chief Keuangan membawahi bagian accounting, pembukuan,
bendahara/kasir, dan administrasi pajak. Chief Administrasi umum dan
Personalia membawahi bagian administrasi, operator komputer dan Satpam,
sedangkan Chief Logistik/Pengadaan membawahi bagian pembelian bahan baku
dan timbang/gudang.
Chief Produksi membawahi bagian Koordinasi Produksi dan Koordinasi
Mesin. Chief Quality Assurance (QA) membawahi bagian Quality Control,
obat/bahan kimia, dan administrasi laboratorium.
Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing
departemen di atas, yaitu :
1. CEO (Chief Executive Owners)
Bertugas untuk mengontrol perusahaan dengan diwakili oleh CE (Chief
Executive Owners). Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
perusahaan. CE (Chief Executive) bertanggungjawab kepada CEO (Chief
Executive Owners).
2. CE (Chief Executive)
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir Head yang bertugas atas
kelancaran kegiatan perusahaan. Mewakili CEO (Chief Executive Owners)

7
untuk mengontrol perusahaan. CE (Chief Executive) membuat dan
melaporkan hasil kegiatan Head kepada CEO (Chief Executive Owners).
3. Internal Audit
Bertugas untuk mempersiapkan dan menyusun agenda acara CE (Chief
Executive) serta mengurus surat-surat yang perlu ditandatangani oleh CE
(Chief Executive).
4. Head
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan operasional departemen-
departemen yang berada dalam pengawasannya. Sebagai penanggung
jawab atas kelancaran kegiatan perusahaan. Hasil kerja departemen yang
berada dalam pengawasannya dilaporkan kepada CE (Chief Executive)
selaku atasan untuk dilaporkan lebih lanjut kepada CEO (Chief Executive
Owners).
5. Sekretaris
Mewakili tugas yang sama dengan Internal Audit yaitu membantu Head
dalam penyusunan agenda acara serta menyusun surat-surat penting yang
perlu ditandatangani oleh Head.
6. Keuangan
Bertugas mengumpulkan laporan dari accounting, pembukuan,
bendahara/kasir, dan administrasi pajak, kemudian memeriksa dan
melaporkannya kepada Head.
a. Accounting, bertugas menyusun anggaran kas perusahaan, membuat
laporan keuangan perusahaan, membuat laporan kondisi keuangan
perusahaan serta mencari pemecahan atas masalah-masalah keuangan
perusahaan.
b. Pembukuan, bertugas mencatat pengiriman dan penerimaan surat-surat,
transaksi perusahaan, pembayaran hutang perusahaan dan penerimaan
tagihan piutang.
c. Kasir bertugas membayar gaji karyawan
d. Administrasi perusahaan bertugas membuat laporan jumlah pajak yang
harus dibayar perusahaan.

8
7. Administrasi Umum dan Personalia
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan administrasi, operator
komputer, dan Satpam, serta mempertanggungjawabkan hasilnya kepada
Head.
a. Administrasi, bertugas membuat laporan tentang jumlah pegawai yang
ada dan masih dibutuhkan. Mengusulkan penerimaan/pemberhentian
karyawan, serta mengusulkan promosi/mutasi karyawan atas dasar
penerimaan yang dilakukan.
b. Operator komputer, bertugas merekam laporan-laporan kegiatan
perusahaan dalam komputer sebagai dokumen perusahaan.
c. Satpam, bertugas menjaga keamanan perusahaan dan mengawasi
setiap tamu perusahaan.
8. Logistik/Pengadaan
Bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan pembelian bahan baku,
gudang/timbang, dan melaporkan hasil kegiatannya kepada Head.
a. Pembelian bahan baku, bertugas mencatat dan membuat laporan
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelian bahan
baku dan memeriksa stok bahan baku.
b. Gudang/timbang, bertugas mencatat barang yang masuk ke gudang dan
menimbang barang hasil produksi kemudian disimpan di gudang.
9. Produksi
Chief Produksi bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan produksi
dan bagian mesin/peralatan serta melaporkan hasil kegiatannya kepada
Head.
a. Koordinator Produksi, bertugas mengawasi dan mengkoordinir kegiatan
produksi, serta membuat laporan dan mencatat hasil kegiatannya untuk
dilaporkan kepada Chief Produksi untuk diteruskan kepada Head.
b. Koordinator Mesin/Peralatan, bertugas mengontrol kelayakan mesin-
mesin dan peralatan yang digunakan.

9
10. Quality Assurance (QA)
Bertugas untuk mengawasi dan mengontrol kegiatan pendahuluan mutu
bahan baku, penggunaan obat/bahan kimia administrasi laboratorium dan
budidaya.
a. Quality Control, bertugas menganalisa bahan baku, hasil produksi dan
bahan pembantu yang digunakan apakah telah sesuai dengan standar
mutu atau perlu perbaikan, kemudian membuat laporan hasil kegiatannya
untuk dilaporkan ke Chief Quality Assurance untuk dipertanggung
jawabkan selanjutnya kepada Head.
b. Obat/bahan kimia, bertugas mengontrol penggunaan obat/bahan kimia
dalam proses produksi dan menetralkan limbah industri.
c. Administrasi laboratorium, bertugas mencatat kebutuhan laboratorium.
11. Ekspor
Bertugas mencari informasi pasar, mengirim barang sesuai dengan pesanan
ke konsumen serta mengurus berkas pengiriman.

C. Sarana dan Peralatan


Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang
kelancaran kegiatan produksi pada perusahaan. Sarana dan prasarana dapat
meliputi lahan, bangunan, peralatan, mesin dan segala sesuatu yang berkaitan
dengan hal yang menunjang kegiatan operasional perusahaan. Sarana dan
prasarana yang dimiliki PT. Bantimurung Indah berupa peralatan produksi,
peralatan transportasi, peralatan komunikasi dan peralatan lainnya yang
membantu proses produksi. Dalam pengadaan rumput laut umumnya peralatan
yang digunakan oleh PT. Bantimurung Indah di impor dari Jepang dan Prancis.
Adapun jenis peralatan yang digunakan oleh PT. Bantimurung Indah dapat dilihat
dari tabel 1 dibawah ini.

10
Tabel 1 Jenis Peralatan PT. Bantimurung Indah
Jenis Jumlah
No Merek Fungsi
Peralatan Unit
1. Burner 4 Ray Sebagai mesin pembakar / pemanas
Internasional yang digunakan dalam proses
pemasakan rumput laut.
2. Blower 2 Sancho Untuk mengisap/mendorong angin
dalam pencucian bahan baku yang
sudah masak.
3. Chemical Mix 1 Mitsubishi Salah satu alat untuk mencampur
bahan kimia yang digunakan dalam
proses pencucian.
4. Pompa sumur 1 Kawamonto Untuk mengalirkan air lebih banyak
bor yang digunakan dalam proses
pencucian.
5. Pompa air 1 Kawamonto Untuk mengisap air lebih banyak dari
hisap dalam tanah.
6. Mesin packing 1 Sancho Untuk menjahit karung plastik yang
telah diisi dengan rumput laut hasil
olahan yang telah dikemas.
7. Hoist 1 Kamuchi Untuk mengangkat keranjang besi
pada saat proses pencucian,
pemasaran, sampai pemotongan
rumput laut
8. Mesin Cutter 2 Sogo Untuk memotong rumput laut menjadi
ukuran yang lebih kecil lagi.
9. Metal 1 - Sebagai alat mengayak sederhana
Detektor yang digunakan dalam proses
penyortiran.
10. Mesin Shifter 1 Sogo Untuk memisahkan beberapa size
hasil produksi CMPC / CMPS untuk
menghasilkan size yang diinginkan.
11. Mesin Powder 2 Sogo Untuk mengolah ATC/ATS-Chips
menjadi CMPC/CMPS untuk
menghasilkan size yang diinginkan.
12. Mesin Powder 1 Septu Untuk mengolah ATC/ATS-Chips
menjadi SRC powder untuk
menghasilkan size yang diinginkan.
13. Blender 1 Philips Untuk menghaluskan ATC/ATS Chips
yang selanjutnya menjadi SRC.
14. Mesin Souder 1 Septu Untuk mengolah ATC/ATS Chips
menjadi SRC.

11
Jenis Jumlah
No Merek Fungsi
Peralatan Unit
15. Mobil
- Truk 1 - Untuk
mengangkut bahan baku dari
- Dinas 4 kolektor ke perusahaan.
- Sebag
ai fasilitas bagi manager-manager
dan juga digunakan untuk
kepentingan perusahaan.

16. Komputer 2 Untuk keperluan olah data,


penyimpanan data serta cyber
marketing perusahaan.
17. Timbangan 1 Alat pengukur berat sampel rumput
analitik laut.
18. Enlenmeyer 4-8 Wadah tempat larutan
19. Waterbath 1 Alat pemanas larutan
20. Auto clave 1 Untuk memasak sampel rumput laut
yang akan digunakan untuk mengukur
kadar syneresis rumput laut.
21. Batang 4-8 Untuk mengaduk sampel rumput laut
pengaduk yang dipanaskan.
Sumber : PT. Bantimurung Indah Maros, 2007

D. Tenaga Kerja
Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari adanya dukungan dari
tenaga kerja/karyawan. Untuk itu tenaga kerja merupakan faktor produksi yang
kedua.
Pada PT. Bantimurung Indah, urusan tenaga kerja dibawahi langsung
oleh kepala bagian personalia yang diberi wewenang, tanggungjawab, dan
pertanggungjawaban. Sesuai fungsinya, tenaga kerja tersebut di bagi menjadi
tenaga eksekutif yang mempunyai dua tugas pokok yaitu mengambil berbagai
keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen. Tenaga ini harus
merupakan tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya dan menguasai manajemen
dengan baik. Selanjutnya, tenaga operatif yang merupakan tenaga terampil yang
menguasai bidang pekerjaannya, sehingga setiap tugas yang dibebankan
kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik pula. Setiap proses produksi

12
diperlukan tenaga kerja yang cukup memadai, jumlah tenaga kerja yang
diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga
jumlahnya optimal.
Jumlah keseluruhan tenaga kerja yang terdapat di PT. Bantimurung
Indah adalah sebanyak 53 orang dengan pekerja sebanyak 46 orang, pekerja
harian sebanyak 6 orang, dan tenaga percobaan sebanyak 1 orang. Untuk lebih
jelasnya disajikan pada tabel 2 dibawah.
Tabel 2 Jumlah dan Status Tenaga Kerja PT. Bantimurung Indah, Maros

No Posisi Tenaga Kerja Jumlah Status


1 CEO (Chief Executive Owners) 1 Tetap
2 CE (Chief Executive) 1 Tetap
3 Internal Audit 1 Tetap
4 Head 1 Tetap
5 Sekretaris 1 Tetap
6 Chief Administrasi Umum dan Personalia 1 Tetap
7 Chief Keuangan 1 Tetap
8 Chief Pembelian 1 Tetap
9 Chief Produksi 1 Tetap
10 Manager Produksi 1 Tetap
11 Chief Pengadaan/Logistik 1 Tetap
12 Staf Logistik 1 Tetap
13 Administrasi Umum 1 Tetap
14 Administrasi Umum Personalia 1 Tetap
15 Chief Quality Assurance (QA) 1 Tetap
16 Ekspor 1 Tetap
17 Security 2 Tetap
18 Sopir 2 Tetap
19 Verifikasi 1 Tetap
20 Accounting / Komputer 1 Tetap

13
No Posisi Tenaga Kerja Jumlah Status
21 Kasir 1 Tetap
22 Kasie Pembelian 1 Tetap
23 Kasie Produksi 1 Tetap
24 Kasie Pemasaran 1 Tetap
25 Bag. Bak Cutter 4 Tetap
26 Bagian Penjemuran 2 Tetap
27 Sortir ATC 7 Tetap
1 Tenaga Percobaan
28 Sortir Bahan Baku 1 Tetap
29 Bag. Adm. Produk / Gudang 1 Tetap
30 Packing 1 Tetap
31 Pembuangan Limbah 1 Tetap
32 Kapas Pabrik 1 Tetap
33 Operator Mesin 1 Tetap
34 Maintenance 1 Tetap
35 Bagian Obat / Bahan Kimia 1 Tetap
36 Control Proses 1 Tetap
37 Bagian Lab./Analisis 2 Tetap
38 Dapur 2 Tetap
Sumber : PT. Bantimurung Indah Maros, 2007
Pada bagian penyortiran, biasanya para tenaga kerja dari bagian lain ikut
membantu. Kebijakan ini diterapkan untuk menghemat biaya tenaga kerja harian.
Tetapi jika target produksi dalam jumlah yang lebih banyak maka biasanya
perusahaan memanggil tenaga kerja harian.

14
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

A. Pengenalan Perusahaan
Pengenalan perusahaan dilakukan dengan teknik wawancara dan melihat
langsung kondisi instalasi-instalasi yang ada di PT. Bantimurung Indah. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa sebelum melakukan pendidikan sistem ganda
dapat mengetahui tugas pokok dan fungsi perusahaan tempat pelaksanaan
pendidikan sistem ganda. Selain itu, pengenalan ini juga dimaksudkan agar
mahasiswa dapat menyesuaikan topik Pendidikan Sistem Ganda dengan
program kerja yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. Pengenalan ini
dilakukan dengan membaca literatur yang berkaitan dengan tugas dan peranan
perusahaan tempat pendidikan sistem ganda.

B. Pengenalan Alat dan Metode yang Digunakan


Pengenalan alat dimaksud untuk mengetahui alat-alat yang digunakan di
Lab. Rumput Laut PT. Bantimurung Indah Maros Propinsi Sulawesi Selatan,
serta metode yang digunakan dalam pengukuran beberapa parameter meliputi
uji kadar air (Raw Material dan Produk ATC) dan Swelling. Pengenalan alat-alat
dan metode yang digunakan dilakukan dengan wawancara dan melihat secara
langsung di masing-masing instalasi.

C. Perencanaan Bahan Baku


Bahan baku yang diperoleh dari kolektor yang diantarkan langsung ke
perusahaan terlebih dahulu dilakukan pengujian secara organoleptik maupun di
laboratorium yang mana dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi mutunya.
1. Seleksi Bahan baku secara organoleptik dan laboratorium
Suatu perusahaan yang bersifat agroindustri tidak dapat
menghasilkan produk tanda adanya bahan baku. Bahan baku merupakan
faktor produksi yang sangat penting dalam melaksanakan proses produksi
untuk menghasilkan produksi yang berkualitas.

15
PT. Bantimurung Indah dalam melaksanakan proses produksi
menggunakan bahan baku rumput laut dari kelas Rhodophyceae jenis
Eucheuma cottonii dan Eucheuma Spinosum. Syarat ekologis yang dapat
menunjang pertumbuhan rumput laut, yaitu antara lain kondisi dasar perairan
berupa pasir kasar yang bercampur pecahan karang, untuk rumput laut
Eucheuma sp. keadaan perairan sebaiknya relatif jernih dengan tingkat
kecerahan tinggi, salinitas untuk rumput laut Eucheuma sp. yang optimal
berkisar 28-33 mil, suhu air yang optimal di sekitar tanaman yaitu berkisar
26-300 C, dan lokasi budidaya rumput laut harus terlindungi dari arus
(Anggadireja, et al., 2006).
Bahan baku yang diperoleh dari kolektor yang diantarkan langsung ke
perusahaan terlebih dahulu dilakukan penimbangan. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui jumlah/berat bahan baku, apakah sudah sesuai dengan pesanan
atau tidak. Penimbangan dilakukan di gudang penyimpanan dadakan.
Setelah itu dilakukan pengujian secara organoleptik maupun laboratorium
yang dimaksudkan untuk mengetahui klasifikasi mutunya.
Pengujian organoleptik dilakukan dengan melihat penampakan luar
dari bahan baku yang meliputi kekeringan dengan kadar 37% dan kadar
kotoran (lumut, rumput, pasir, kerikil, dan tali rafiah) diharapkan 3%.
Pengujian kadar kekeringan di laboratorium menggunakan alat Infra Red.
Setelah disepakati maka pihak perusahaan menerima rumput laut dalam
bentuk basah dan selanjutnya dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk
mengetahui berat dari bahan baku tersebut.

2. Penetapan dan penyimpanan bahan baku sebelum di proses


Penyimpanan adalah proses kegiatan menaruh barang/bahan baku
pada suatu tempat untuk sementara waktu sebelum digunakan lebih lanjut
atau disebut juga proses penggudangan. Menurut Gumbira dkk (2001),
bahwa fungsi penyimpanan berupa mengatur dan mengontrol persediaan
untuk kebutuhan selama periode tertentu. Fungsi tersebut dapat menangani

16
produk berupa masukan (bahan baku) untuk satu kegiatan produksi,
disamping menangani keluaran berupa produk hasil kegiatan produksi.
Bahan baku yang telah diuji di laboratorium selanjutnya disimpan di
gudang dadakan dekat tempat pencucian dan pemasakan. Perusahaan
memang menyediakan gudang khusus untuk penyimpanan bahan baku
mentah tetapi jarak gudang tersebut dengan tempat pencucian dan
pemasakan cukup jauh sehingga dirasa kurang efisien dan memakan waktu
untuk mengangkat bahan baku tersebut ke tempat pencucian. Bahan baku
tersebut tidak bisa disimpan dalam waktu lama disebabkan sifat dari bahan
baku yang mudah rusak. Sehingga digunakanlah gudang dadakan untuk
penyimpanan bahan baku. Penyimpanan didasarkan pada asal bahan baku
agar memudahkan dalam proses produksi dan pengujian laboratorium.
Keadaan gudang penyimpanan bahan baku perlu diperhatikan, pengertian
udara, dan adanya cahaya yang masuk dapat mencegah kelembaban
sehingga kualitas bahan baku tetap terjaga. Jumlah bahan baku yang bisa
ditampung dalam ruangan berukuran sekitar 10x15 meter ini bisa mencapai
700 karung rumput laut. Penyimpanan dilakukan dengan menyusun bahan
baku yang telah dimasukkan ke dalam karung di atas rak yang terbuat dari
kayu untuk menghindari kontak langsung dengan lantai agar terhindar dari
kelembaban, kotoran dan debu yang ada di lantai.
Dalam melakukan manajemen stok, PT. Bantimurung Indah
melakukan teknik First in First out (FIFO) artinya bahan yang masuk lebih
awal sebaiknya dikeluarkan lebih awal pula. Tujuannya untuk menjaga agar
barang yang disimpan tidak rusak. Lamanya penyimpanan bahan baku
rumput laut sebelum diolah maksimal 1 minggu. Bahan baku disusun berdiri
dan tidak ditumpuk ke atas agar bahan baku tidak cepat membusuk dan
mudah diangkat dengan menggunakan hoist jika pencucian akan dilakukan.

D. Asal Bahan Baku


Bahan baku rumput laut Eucheuma cottonii di PT. Bantimurung Indah
berasal dari berbagai Kabupaten yang ada di Sulawesi Selatan yaitu Jeneponto,

17
Bantaeng, Bulukumba, Selayar, selain itu sampel juga berasal dari Sulawesi
Tengah, Kendari, Bau-bau dan Kepulauan, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur.
Pembelian bahan baku dilakukan dengan sistem kontrak yaitu menjalin
kerjasama dengan pihak kolektor yang ada di daerah-daerah penghasil rumput.
Selain dengan sistem ini pembelian bahan baku juga diterapkan dengan cara
kerjasama antara perusahaan dengan daerah penghasil rumput laut (desa
binaan) seperti di Kabupaten Barru dan Takalar. Di sini perusahaan memberikan
bantuan berupa bibit yang akan dibudidayakan oleh petani dan hasil panen
harus dijual pada perusahaan, untuk menghindari kegagalan panen maka pihak
perusahaan menugaskan tenaga lapangan mengawasi dan membimbing proses
budidaya tersebut. Bahan baku yang telah mencapai umur 45-60 hari di panen
dengan kualitas yang baik misalnya memiliki percabangan yang banyak, warna
yang cerah, kurangnya organisme yang menempel, dan waktu panen yang tidak
terlalu lama.

Petani

Pengumpul
Kecil

KOLEKTOR
Pengumpul
Besar

Industri

Gambar 1. Rantai distribusi rumput laut masuk ke industri

18
E. Proses Pengolahan ATC Chips
1. Sortir bahan baku
Bahan baku yang akan diolah terlebih dahulu ditimbang dan diberi
penomoran sesuai asal bahan baku, berat bahan baku, dan tanggal masuk.
Rumput laut yang memenuhi standar kekeringan 12% dimasukkan ke dalam
karung selanjutnya dibawa ke ruang penyortiran. Penyortiran dimaksudkan
untuk membersihkan kotoran berupa batu-batu, plastik karung, ranting, pasir,
tali rafiah, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk mempermudah kerja mesin
pengolah. Proses penyortiran ini dikerjakan dengan tangan manusia juga
dibantu dengan alat pengayak dan metal detector (filter besi). Selanjutnya
rumput laut yang telah dibersihkan dimasukkan ke dalam keranjang yang
berkapasitas 600 kg/keranjang.

2. Perendaman dan pencucian pertama


Setelah itu bahan baku yang telah ditimbang selanjutnya dimasukkan
ke dalam keranjang besi dengan kapasitas 600 kg/keranjang kemudian
diangkat ke dalam bak perendaman dengan menggunakan hoist yang
berfungsi untuk memindahkan keranjang dari bak satu ke bak lainnya.
Perendaman ini dilakukan dengan air tawar dengan lama perendaman ± 10
menit.
Bak perendaman dilengkapi dengan saluran masukan dan saluran
pengeluaran berupa pipa. Untuk mendapatkan bahan baku lebih bersih,
maka kedalam bak dipompakan udara dengan menggunakan mesin blower
sehingga air dalam bak selalu bergerak. Mesin blower berjumlah dua buah
masing-masing dipasang pada sisi kiri dan sisi kanan.

19
Gambar 2. Proses pencucian rumput laut

Setelah bahan baku direndam, air rendaman dikeluarkan melalui pipa


pengeluaran. Selanjutnya dilakukan pencucian tahap I (sebelum bahan baku
dimasak) dengan cara menyemprotkan air ke dalam keranjang yang berisi
rumput laut. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar garam yang melekat
pada rumput laut, melunakkan thallus agar mudah dalam proses ekstraksi /
pemasakan, dan menghilangkan debu-debu / kotoran yang melekat pada
rumput laut selama masa penyimpanan. Dalam pencucian dibutuhkan air
sebanyak 2 kubik. Pekerja membantu mengaduk rumput laut dengan
menggunakan sendok besi agar semua kotoran gampang keluar. Untuk
memudakan dalam pengangkatan keranjang pemasakan ke dalam bak
perendaman, pencucian dan pemasakan maka digunakan alat bantu hoist.

3. Pemasakan
Pemasakan adalah proses pengolahan dengan menggunakan suhu
tinggi (panas) sekitar 80-850 C, lama pemasakan 2-3 jam dengan tujuan
untuk memecahkan sel-sel atau jaringan agar mudah diekstraks.
Proses pemasakan dapat dilakukan setelah bahan cukup bersih.
Bahan baku yang berada dalam keranjang pemasakan dengan berat 600
kg/keranjang masakan, selanjutnya dimasukkan ke dalam bak pemasakan

20
yang terbuat dari tembok. Bak yang digunakan untuk pemasakan berjumlah
4 buah berukuran yang dilengkapi dengan saluran pemasakan dan
pengeluaran berbentuk pipa yang berisi larutan KOH/NaOH yang terlebih
dahulu telah dipanaskan dengan menggunakan mesin burner yang bahan
bakunya berupa solar. Pemberian larutan KOH/NaOH dengan kontraksi 7%-
8% bertujuan untuk menghancurkan atau mengeluarkan selulosa
pembungkus keraginan yang terdapat dalam rumput laut tersebut. Suhu yang
digunakan berbeda-beda untuk tiap jenis rumput laut. Sumber panas yang
digunakan berasal dari burner dan untuk mengontrol suhu selama
pemasakan digunakan alat thermometer.
Setelah dimasak selanjutnya rumput laut dalam keranjang besi
diangkat ke atas dengan hoist kemudian dilakukan penyemprotan atau
penyiraman dari atas yang berfungsi sebagai pendingin dan juga untuk
menghilangkan sisa-sisa larutan KOH. Setelah agak dingin selanjutnya
keranjang besi yang berisi rumput laut tersebut diturunkan ke bak
perendaman.
Pelaksanaan proses pemasakan (alkali treatment) sangat diperlukan
manajemen yang baik. Manajemen yang efektif dan efisien dapat dicapai
melalui sistem pencatatan data yang baik dan akurat mengenai asal bahan
baku, berat awal, jumlah zat tambahan (KOH) waktu mulai serta selesai
pemasakan. Hal ini sangat membantu dalam pemenuhan target produksi
yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Selanjutnya setelah pemasakan
dirasa telah memenuhi ketentuan maka rumput laut dapat diangkat dan
dibawa ke tahap pencucian ke-2 menggunakan hoist.

4. Pencucian Kedua
Setelah proses pemasakan selanjutnya rumput laut yang terdapat di
dalam keranjang diangkat dan dimasukkan kembali ke dalam bak
perendaman dan pemucatan selama ± 10 menit dan selanjutnya disemprot
dengan air. Pada proses ini dilakukan pencucian dengan menggunakan
larutan kaporit (CaOCI) dan juga menggunakan air tawar. Pencucian dengan

21
kaporit berfungsi untuk memutihkan rumput laut yang berwarna agak gelap
setelah pemasakan, menghilangkan sisa-sisa bau larutan, dan membunuh
bakteri (bakterisidal).

5. Chopper (pemotongan/cutter bahan baku)


Setelah pencucian ke-2 selesai, rumput laut kemudian dibawa ke
bagian pemotongan. Proses pemotongan rumput laut menjadi bentuk ATC-
Chips dilakukan secara mekanik dengan menggunakan Chopper Machine.
Pemotongan rumput laut ini dimaksudkan untuk memperkecil ukuran rumput
laut kira-kira sekitar 3 cm sehingga dapat memudahkan dalam proses
pengeringan/penjemuran, pengangkutan, penyortiran, penggilingan, dan
packing. Waktu yang diperlukan dalam proses pemotongan ± 15
menit/keranjang. Rumput laut yang telah dipotong-potong ditampung pada
gerobak untuk selanjutnya diangkut ke lapangan penjemuran untuk
dikeringkan.

Gambar 3. Proses pemotongan dengan menggunakan mesin chopper

6. Pencucian Ketiga
Setelah proses pemotongan, tahap selanjutnya adalah proses
pencucian tahap ke-3. Cara pencucian untuk TG (Technical Grade) yaitu
pencuciannya dilakukan sampai 4 kali, bak pertama sampai bak ketiga

22
menggunakan larutan kaporit (CaOCI) yang berfungsi untuk memutihkan
rumput laut yang mempunyai warna agak gelap setelah pemasakan dan
membunuh bakteri dan zat kimia yang ada. Menurut Winarno (1996) bahwa
warna alamiah rumput laut dapat dihilangkan dengan menggunakan kaporit
(CaOCI) 0,25% yang disebut dengan proses pemutihan.

7. Penjemuran
Rumput laut yang telah dicuci untuk ke-3 kalinya selanjutnya diangkat
lagi dengan menggunakan hoist ke papan peluncur kemudian dibuang ke
dalam gerobak untuk selanjutnya diangkut ke tempat penjemuran.
Proses pengeringan umumnya dilakukan dengan 2 cara yaitu secara
alami dan menggunakan mesin pengering. Khusus PT. Bantimurung Indah
dilakukan secara alami dengan memanfaatkan sinar matahari sebagai
sumber panas. Pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang
dikandung suatu produk agar dapat bertahan lama dan untuk memperkecil
volume dan bobot bahan baku sehingga dapat menghemat tempat untuk
proses pengemasan.

Gambar 4. Proses penjemuran dan pengeringan bahan baku

Penjemuran atau pengeringan dilakukan dengan menebar rumput


laut pada wadah lantai atau tembok dengan ketebalan kira-kira 1-3 cm.

23
Pengeringan secara alami ini selain memerlukan biaya yang relatif murah,
chips yang dihasilkan juga relatif lebih seragam warnanya karena proses
pengeringan berlangsung lambat dan panas yang diterima oleh chips merata.
Penjemuran dilakukan selama ± 10 jam apabila kecerahan matahari 100%,
tetapi apabila cuaca mendung penjemuran/pengeringan memakan waktu
yang cukup lama yaitu dapat berkisar 2-3 hari.
Penjemuran dilakukan dengan sesering mungkin membolak-balikkan
rumput laut agar proses pengeringan berlangsung cepat dan merata. Selama
proses penjemuran berlangsung rumput laut tidak boleh terkena air tawar,
baik air hujan maupun air embun karena hal ini akan menyebabkan
produktivitas produk menurun.
Produk dikatakan kering apabila rumput laut tersebut mudah
dipatahkan dan kadar air produk yang telah kering rata-rata 22%-17%
(pengujian kadar air di laboratorium). Produk yang telah dikeringkan
selanjutnya diolah dalam bentuk chips. Menurut Assauri (1999) bahwa
pengeringan dimaksudkan untuk mengeluarkan sebagian air dari suatu
bahan dengan menguapkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan
menguapkan sebagian besar air yang dikandung.
Tingkatan kekeringan rumput laut dapat diketahui melalui pengujian
kadar air dengan alat Infra Red Moisture Balance.

8. Sortir ATC
Rumput laut yang memenuhi standar kekeringan dengan kadar 11-
17% dimasukkan ke dalam karung untuk selanjutnya dibawa ke bagian
penyortiran. Penyortiran dilakukan untuk membersihkan kotoran berupa batu-
batu kecil, ranting, dan tali raffia selama proses penjemuran. Penyortiran
atau pembersihan perlu dilakukan karena persentase kotoran termasuk
dalam penilaian atau kriteria mutu yaitu kurang dari 5% (Winarno, 1996).
Berdasarkan hasil penyortiran dapat diketahui kadar rendaman yang
dikandung bahan baku sehingga akan diketahui kualitas dari bahan baku.
Semakin tinggi kadar rendaman maka kadar air yang dikandung semakin

24
rendah. Standar rendaman yang diinginkan oleh pembeli dan telah menjadi
standar baku adalah 25%.

Gambar 5. Bahan baku yang siap untuk di sortir

Proses penyortiran ini selain dikerjakan dengan tangan manusia juga


dibantu dengan alat pengayak sederhana dan metal detector (filter besi).
Produk yang dihasilkan dari penyortiran disebut ATC-Chips (Alkali
Treament Cottonii). Kualitas ATC-Chips dilihat dari bentuk persegi dan warna
putih kekuningan. Setelah disortir rumput laut uji kadar airnya pada
laboratorium dengan standar produksi 27%, untuk mendapatkan standar
produksi ini tergantung dari pasca panen yang dilakukan. Panen yang
dilakukan pada umur 45 – 60 hari akan mencapai standar produk tetapi
apabila panen dilakukan belum cukup umur maka standar produksi tidak
mungkin didapatkan.

F. Proses Analisis Sampel


Analisis kualitas ATC dilakukan di laboratorium dengan berbagai
parameter meliputi :

25
1. Uji kadar air (Raw Material dan Produk ATC)
Kadar air yang tinggi perlu dikurangi agar terhindar dari mikroba,
kapan, dan serangga sehingga memperpanjang masa penyimpanan
(Sudiaman, 1990). Tingkat kekeringan rumput laut dapat diketahui melalui
pengujian kadar air dengan alat Infra Red Moisture Balance, dengan cara
mengambil sampel dari bahan baku sebanyak 3 gram kemudian didiamkan
selama 30 menit di bawah Infra Red Moisture Balance.

2. Swelling
Swelling yaitu proses yang digunakan untuk mengetahui usia
pertumbuhan dari rumput laut.
Untuk lebih jelasnya telah disajikan pada tabel berikut ini :
Tabel 3 Persyaratan Standar Kualitas Produk Siap Ekspor Rumput Laut
Eucheuma Cottonii ATC-Chips.

No. Uraian Syarat Standar Kualitas


1 Kadar air ATC-Chips 37%
2 Swelling 20%
Sumber : PT. Bantimurung Indah, 2005

G. Pengawasan Operasional
1. Uji mutu secara laboratorium
Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses produksi
ATC-Chips adalah adanya pengawasan mulai dari awal proses produksi
sampai pada pengemasan. Fungsi laboratorium di sini sangat penting.
Pengujian laboratorium yang biasa dilakukan pada produk ATC-Chips yaitu
uji kadar air dan swelling.
Pentingnya pengawasan mutu yang dilakukan oleh bagian
laboratorium dan quality control mengingat hasil produk yang dihasilkan
seluruhnya untuk diekspor sehingga citra produk harus tetap terjaga, selain
itu untuk memenuhi kapasitas produksi yang telah ditetapkan.

26
2. Packing
Setelah produk diuji di laboratorium maka selanjutnya produk
dikemas dalam kemasan yang telah disiapkan. Pengemasan sangat penting
diperhatikan karena dapat dipakai sebagai sarana promosi produk yang
dapat menggugah selera pembeli, tanpa mengesampingkan kualitas dari
produk.
Produk yang telah dihasilkan dalam bentuk ATC-Chips selanjutnya
dikemas dalam karung plastik dan dipadatkan dengan mesin pres. Produk
tersebut dikemas dengan menggunakan bahan pengemasan yang terdiri dari
dua bagian yaitu kemasan primer (dalam) yang terbuat dari plastik
polyethylene dengan ukuran masing-masing 25 kg atau sesuai dengan
permintaan yang berfungsi melindungi produk dari pengaruh luar. Kemasan
sekunder terbuat dari bahan polypropylene yang berfungsi sebagai pelindung
kemasan primer, melindungi produk dari kontak dengan pengaruh luar, bau
dan debu serta sebagai tempat melekatnya olog perusahaan, label type
produk, berat bersih, dan nomor kode produk. Pemberian label pada produk
yang telah dikemas diantar sesuai tipe berat bersih serta nomor kode.

3. Penyimpanan
Setelah produk dipecking, jika ada permintaan dapat langsung dijual
tetapi jika belum dipasarkan, maka produk tersebut disimpan dalam gudang
penyimpanan dengan kapasitas 100 ton. Selama proses penyimpanan tetap
dilakukan kontrol oleh pihak quality control untuk menghindari kerusakan
produk. Gudang penyimpanan memiliki fasilitas pengatur kelembaban
ruang/udara, agar produk tidak mengalami peningkatan kadar air selama
masa penyimpanan.
Selama proses penyimpanan, senantiasa rumput laut dijaga agar
tidak terkena air tawar. Oleh karena itu, atap gudang tidak boleh bocor dan
sirkulasi udara harus cukup baik. Fasilitas lain berupa rak kayu yang
digunakan untuk menyusun produk agar tidak bersentuhan langsung dengan
lantai sehingga produk tidak lembab dan tidak mudah rusak. Yang

27
bertanggungjawab selama proses penyimpanan dalam hal ini adalah bagian
quality control.

H. Pemasaran
Adapun jenis efisiensi yang dilakukan perusahaan untuk
mempertahankan menambah jumlah pelanggan adalah meningkatkan pelayanan
kepada pelanggan, memperbaiki mutu produk atau kualitas produk, harga yang
tidak terlalu tinggi dapat dilihat dari segi teknis. Sementara dari segi ekonomi
yaitu dengan menambah atau meningkatkan keterampilan dan pengetahuan
yang ada (Hanafiah dan Saefuddin, 1998).
Efisiensi pemasaran dapat mencapai apabila antara pihak petani dan
pihak perusahaan sama-sama tidak saling merugikan yaitu pihak perusahaan
memperoleh rumput laut dengan harga murah serta mengeluarkan biaya yang
sekecil-kecilnya sementara petani rumput laut menjual rumput laut dengan harga
yang sesuai serta mengeluarkan biaya yang tidak terlalu banyak.
PT. Bantimurung Indah menjual rumput laut dengan harga yang berlaku
dipasaran, dimana penetapan harga tersebut telah termasuk pajak sehingga
pihak pembeli merasa diuntungkan. Adanya penetapan harga yang disesuaikan
selain memberikan nilai kepuasan pada perusahaan yang bersangkutan berupa
keuntungan juga memberi kepuasan pada pihak konsumen karena membeli
dengan harga rata-rata/umum.

28
V. PELAKSANAAN KEGIATAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA BAGIAN LAB.
(LABORATORIUM)

A. Pengenalan Alat dan Metode Yang Digunakan


1. Blender untuk menghaluskan bahan baku lips
2. Neraca / timbangan untuk ATC-SRC Sortaliris
3. Timbangan digital untuk mengukur berat sampel
4. Infra Red moisture akan disiapkan (ARC) untuk mengukur kadar air dalam
bahan baku.
5. Stating star (Mes 40, 60, 80, 100, 140) untuk mengukur kehalusan poeder
6. Piskometer fungsinya untuk mengatur kekentalan larutan pada jell
7. pH fungsinya untuk mengatur asam/basa suatu larutan
8. Antoklap fungsinya untuk memasak (ARC-CMPC-SRC)
9. Water bost fungsinya untuk menurunkan dan mempertahankan temperatur
larutan jelli.
10. Oven fungsinya untuk mengatur kadar air material dan mengeringkan chips.

B. Kegiatan Kerja
1. Mengukur dengan menggunakan Infra Red.
a. RL basa (asin) ditimbang terlebih dahulu
b. Kemudian di potong kecil-kecil
c. Diukur menggunakan Infra Red kemudian distabilkan dalam keadaan
belum di on-kan.
d. Infra Red di on-kan
e. Tunggu sampai rumput lautnya hangus
2. Menggunakan testing / sare saker
a. Bahan dimasukkan di alat testing stare
b. Tekan powder kemudian mengatur suhu kaya 80/40
c. Menekan time yang diinginkan
d. Tekan star setelah itu tekan stop

29
3. Oven Sampie
a. Rumput laut yang akan diteliti terlebih dahulu, ditimbang sebanyak 150
gram, kemudian dipotong kecil.
b. 10 gram diukur kadar airnya
c. 50 gram dicuci sebanyak 8 kali ditiriskan selama 1 sampai 2 jam.

Fungsinya : agar partikel garam dan kotoran lainnya pisah dari rumput
laut.
1. 50 gram tanpa dicuci, kemudian dimasukkan ke oven yang sama
2. Didiamkan selama beberapa jam, dan itu juga dimasukkan ke oven 17 jam
lamanya.

Cara memakai oven : tarik pegangannya / dibuka kemudian kita


menyalakannya dengan cara diputar ke kiri apabila kita mampu sudah
menandakan di mulai.

30
VI. RANGKUMAN DAN SARAN

A. Rangkuman
Dari pembahasan di atas maka dapat dirangkumkan bahwa :
1. Tahapan pembuatan ATC-Chips menggunakan bahan baku rumput laut dari
golongan Rhodophyceae jenis Eucheuma cottonii. Dimulai dari pengadaan
bahan baku, pencucian, pemasakan, pembilasan, pemotongan, penjemuran,
sortir (produk ATC-Chips) dan pengemasan Eucheuma sp.
2. Produk yang dihasilkan dalam bentuk Alkali Treatment Cotonii (ATC-Chips)
Alkali Treatment Spinosum (ATC-Chips).

B. Saran
1. Sebaiknya PT. Bantimurung Indah hendaknya selalu melakukan rolling
tugas/penempatan peserta PKL (pelajar/mahasiswa) dari bagian satu ke
bagian yang lain sehingga pengetahuan dan pengalaman peserta PKL
(pelajar/mahasiswa) semakin bertambah.
2. Sebaiknya pada Lab. PT. Bantimurung Indah menggunakan dua atau lebih
metode/prosedur kerja dalam pengukuran di lab. Sehingga data yang
dihasilkan dapat diperbandingkan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Assauri, S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. Penerbit Fakultas Ekonomi.


Universitas Indonesia. Jakarta.

Anggadireda, J. Istin S, Zatnika A, Suhaimi. 2006. Rumput Laut – Seri Agribisnis.


Penerbit Swadaya. Jakarta.

Gumbira, E., Said, Intan, H. A. 2001. Manajemen Agribisnis. PT. Ghalia Indonesia.
Jakarta.

Istini, Sri, A. Zatnika dan Suhaimi. 1985. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut :
Seafarming Workshop Report Bandar Lampung 28 Oktober – 1 November
1985 Part II – Technical Report.
www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm. FAO Corporate
Document Repository. Tanggal akses : 04 Oktober 2007.

Romimohtarto, K. dan Sri Juwana. 2005. Biologi Laut : Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Djambatan. Jakarta.

Sulitijo. 1985. Budidaya Rumput Laut : Seafarming Workshop Report Bandar


Lampung 28 Oktober – 1 November 1985 Part II – Technical Report.
www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm. FAO Corporate
Document Repository. Tanggal akses : 04 Oktober 2007.

Syamsuar. 2007 Karakteristik Keraginan Rumput Laut Eucheuma cottonii pada


Berbagai Umur Panen, Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi.
www.damandiri.or.id/detail.php?id=457-20K-. Institut Pertanian Bogor.
Tanggal Akses : 15 Februari 2007.

Sudirman, 1990. Teknologi Pemanfaatan Rumput Laut. Direktorat Jenderal


Perikanan, Departemen Pertanian. Jakarta.

Winarno, FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta.

32
33
Lampiran 3. Skema Proses Pembuatan ATC-Chips di PT. Bantimurung Indah

Seleksi Bahan baku


(Raw material) Penyimpanan
Penimbangan di gudang
Eucheuma cottonii
Eucheuma spinosum

Proses olahan Packing


bahan baku

Sortir Bahan Baku


(RM)

Perendaman dan Pencucian I

Pemasakan

Pencucian II

Copper (pemotong/cutter
bahan baku)

Pencucian III

Penjemuran

Sortir ATC

CMPC
(Granular/butiran
Penggilingan (Powder) dan SRC (Powder)
ATC Uji mutu di
laboratorium

Packing ATC

34
Lampiran 2. Struktur Organisasi PT. Bantimurung Indah, Kabupaten Maros

CEO (Chief Executive Owners)

Internal Audit

CE (Chief Executive)

Head

Sekretaris

Manajer Adm. Dan Keuangan Manajer Produksi Manajer Pemasaran

Chief Keuangan Chief Adm. Umum Chief Adm. Umum Chief Produksi Chief QA (Quality Ekspor
dan Personalia dan Personalia Assurance)
Accounting Koordinator
Administrasi Pembelian Produksi Quality Control
bahan baku
Pembukuan
Operator Koordinator Obat/bahan
Komputer Gudang / Mesin / kimia
Kasir Peralatan
timbangan

Administrasi Satpam Administrasi


Perusahaan Laboratorium

35

You might also like