You are on page 1of 6

DETEKSI RADIASI NUKLIR

DETEKTOR ISIAN GAS

Prinsip Kerja
Sinar radioaktif tidak dapat dilihat dengan mata biasa, sehingga untuk
mendeteksinya harus digunakan alat. Alat deteksi sinar radioaktif dinamakan
detektor radiasi.
Salah satu jenis detektor radiasi yang pertama kali diperkenalkan dan sampai saat ini
masih digunakan adalah detektor ionisasi gas. Detektor ini memanfaatkan hasil
interaksi antara radiasi pengion dengan gas yang dipakai sebagai detektor. Lintasan
radiasi pengion di dalam bahan detektor dapat mengakibatkan terlepasnya elektron-
elektron dari atom bahan itu sehingga terbentuk pasangan ion positif dan ion negatif.
Karena bahan detektornya berupa gas maka detektor radiasi ini disebut detektor
ionisasi gas.

Jumlah pasangan ion yang terbentuk bergantung pada jenis dan energi radiasinya.
Radiasi alfa dengan energi 3 MeV misalnya, mempunyai jangkaun (pada tekanan dan
suhu standar) sejauh 2,8 cm dapat menghasilkan 4.000 pasangan ion per mm
lintasannya. Sedang radiasi beta dengan energi kinetik 3 MeV mempunyai jangkaun
dalam udara (pada tekanan dan suhu standar) sejauh 1.000 cm dan menghasilkan
pasangan ion sebanyak 4 pasang tiap mm lntasannya.
Detektor ionisasi gas berbentuk silinder yang diisi gas dan mempunyai dua elektroda.
Dinding tabung yang dipakai sebagai selubung gas sebagai elektroda negatif
(katoda). Kawat di tengah-tengah tabung berfungsi sebagai elektroda positif (anoda).
Kedua elektroda berfungsi sebagai keping-keping kapasitor.
Apabila kapasitas dari kapasitor adalah C dan beda potensial antara kedua
elektrodanya adalah sebesar sumber tegangannya V, maka muatan listrik Q yang
disimpan dalam kapasitor adalah:
Q=VxC (8.1)
Masuknya radiasi ke dalam tabung detektor menyebabkan terbentuknya pasangan
ion. Ion positif akan tertarik ke katoda dan ion negatif tertarik ke anoda. Karena
menarik ion-ion yang berlawanan, maka akan terjadi pengurangan muatan listrik
pada masing-masing elektroda. Penurunan jumlah muatan itu, mengakibatkan
penurunan tegangan antara kedua elektroda, yang dirumuskan:
ΔV=ΔQ (8.2)
C
Jika N menyatakan jumlah pasangan ion yang terbentuk dan e adalah muatan
elektron (1,6 x 10-19 C) maka jumlah penurunan muatan pada kapasitor:
ΔQ = Ne (8.3)
Dengan mensubstitusi persamaan 8.2 dan 8.3 diperoleh:
ΔV =Ne (8.4)
C
Dari persamaan tersebut terlihat bahwa penurunan tegangan sebanding dengan
pasangan ion yang terbentuk. Sedang jumlah pasangan ion itu sendiri bergantung
pada jenis dan energi radiasi yang ditangkap detektor. Perubahan tegangan itu akan
mengakibatkan terjadinya aliran listrik (denyut out put) yang dapt diubah menjadi
angka-angka hasil cacahan radiasi.

Dengan memanfaatkan tingkah laku ion-ion gas dalam medan listrik, telah berhasil
dikembangkan tiga jenis alat pantau radiasi yang menggunakan gas sebagai
detektornya, yaitu: alat pantau kamar ionisasi, alat pantau proporsional, dan alat
pantau Geiger-Muller (GM). Ketiganya mempunyai bentuk dasar dan prinsip kerja
yang sama. Perbedaanya terletak pada tegangan operasi masing-masing.
 Detektor Kamar Ionisasi
Detektor kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah. Jumlah elektron
yang terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang dihasilkan oleh ionisasi primer.
Dalam kamar ionisasi ini tidak terjadi pelipat-gandaan (multiplikasi) jumlah ion oleh
ionisasi sekunder. Dalam daerah ini dimungkinkan untuk membedakan antara radiasi
yang berbeda ionisasi spesifikasinya, misalnya antara partikel alfa, beta dan gamma.
Namun, arus yang timbul sangat kecil, kira-kira 10-12 A sehingga memerlukan
penguat arus sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi.

 Detektor Proporsional
Salah satu kelemahan dalam mengoperasikan detektor pada daerah kamar ionisasi
adalah out put yang dihasilkan sangat lemah sehingga memerlukan penguat arus
sangat besar dan sensitivitas alat baca yang tinggi. Untuk mengatasi kelemahan
tersebut, tetapi masih tetap dapat memanfaatkan kemampuan detektor dalam
membedakan berbagai jenis radiasi, maka detektor dapat dioperasikan pada daerah
proporsional.
Alat pantau proporsional beroperasi pada tegangan yang lebih tinggi daripada kamar
ionisasi. Daerah ini ditandai dengan mulai terjadinya multiplikasi gas yang besarnya
bergantung pada jumlah elektron mula-mula dan tegangan yang digunakan. Karena
terjadi multiplikasi maka ukuran pulsa yang dihasilkan sangat besar.

Multiplikasi terjadi karena elektron-elektron yang dihasilkan oleh ionisasi primer


dipercepat oleh tegangan yang digunakan sehingga elektron tersebut memiliki
energi yang cukup untuk melakukan ionisasi berikutnya (ionisasi sekunder).
Meskipun terjadi multiplikasi, namun jumlah elektron yang dihasilkan tetap
sebanding (proporsional) dengan ionisasi mula-mula. Karena itu dinamakan alat
pantau proporsional.
Keuntungan dari alat pantau proporsional adalah bahwa alat ini mampu mendeteksi
radiasi dengan intensitas cukup rendah. Namun, memerlukan sumber tegangan yang
super stabil, karena pengaruh tegangan pada daerah ini sangat besar terhadap
tingkat multiplikasi gas dan juga terhadap tinggi pulsa out put.

 Detektor Geiger-Muller
Detektor Geiger-Muller (GM) beroperasi pada tegangan di atas detektor proporsional.
Dengan mempertinggi tegangan akan mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi
dalam detektor menjadi jenuh. Pulsa yang dihasilkan tidak lagi bergantung pada
ionisasi mula-mula maupun jenis radiasi. Jadi, radiasi jenis apapun akan
menghasilkan keluaran sama.
Karena tidak mampu lagi membedakan berbagai jenis radiasi yang ditangkap
detektor, maka detektor GM hanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya radiasi.
Keuntungan dalam pengoprasian GM ini adalah denyut out put sangat tinggi,
sehingga tidak diperlukan penguat (amplifier) atau cukup digunakan penguat yang
biasa saja.

DETEKTOR SINTILASI

Detektor generasi lebih baru dibanding dengan detektor isian gas adalah detektor
sintilasi. Detektor jenis ini menggunakan dasar efek sintilasi (kelipan) apabila bahan
sintilator dikenai suatu radiasi nuklir. Proses ini terutama disebabkan oleh proses
eksitasi yang diikuti oleh deeksitasi.
Banyak bahan yang bersifat sintilator ini tetapi mempunyai kebolehjadian efek
sintilasi yang berbeda-beda untuk ketiga jenis radiasi α, β dan γ. Untuk radiasi α
biasa dipakai bahan ZnS(Ag), CsI(Tr). Untuk radiasi β adalah jenis plastik, organik
(antrasin). Sedang untuk γ sering dipakai NaI(Tl) juga plastik.
Mengenai proses sintilasinya dapat dijelaskan sebagai berikut. Ditinjau tingkat-
tingkat energi atom sintilatornya. Sebagai contoh adalah ZnS(Ag).
Bila energi antara pita valensi dan pita konduksi atau pita eksitasi cukup besar (orde
10 eV), maka keboleh-jadian berpindahnya elektron ke pita konduksi atau eksitasi
sangat kecil. Namun, dengan adanya aktivator (Ag) maka energi dasar dan
eksitasinya menjadi kecil (3 eV) sehingga proses sintilasi menjadi mudah. Karena
selisih energi tingkat dasar dan eksitasi 3 eV maka energi foton yang dipancarkan
adalah juga 3 eV atau panjang gelombangnya sebesar 4500 A.

Sintilator dilekatkan pada dinding PMT (Photomultiplier Tube) dengan minyak silicon
untuk menghilangkan pantulan oleh dinding PMT. Cahaya yang terjadi karena proses
sintilasi tadi mengenai katoda yang terbuat dari foto sel (disebut fotokatoda) yang
menghasilkan fotoelektron yang banyaknya sebanding dengan intensitas cahaya.
Selanjutnya fotoelektron tersebut melalui deretan anoda yang terbuat dari bahan
fotosel juga, yang tegangannya bertingkat dari rendah dekat katoda, makin tinggi
sampai di anoda terakhir. Anoda-anoda ini disebut dinoda.
Oleh tegangan tinggi yang terpasang pada dinoda-dinoda, fotoelektron tadi
dipercepat ke dinoda pertama menghasilkan elektron lebih banyak, lalu dipercepat
ke dinoda kedua menghasilkan elektron lebih banyak lagi. Demikian seterusnya
sampai semua elektron dikumpulkan di anoda dan menghasilkan pulsa listrik.
Tinggi pulsa yang dihasilkan sebanding dengan banyaknya elektron yang terkumpul
di anoda, sedang banyaknya elektron terkumpul ini sebanding dengan banyaknya
fotoelektron, banyaknya fotoelektron sebanding dengan intensitas cahaya hasil
proses sintilasi dan intensitas cahaya ini sebanding dengan tenaga radiasi. Maka,
detektor sintilasi dapat dipakai untuk spektroskopi.

Karena pulsa ini masih cukup tinggi, perlu diperkuat dengan penguat awal (pre amp)
dan penguat utama (main amp) baru dimasukkan ke penganalisa tinggi pulsa, bisa
berupa SCA (single channel analyzer) atau MCA (multi channel analyzer).
SCA dan MCA ini tidak lain adalah penganalisa tinggi pulsa (pulse high analyzer/PHA)
yang dapat digunakan untuk mentransformasikan distribusi tinggi pulsa pada
keluaran penguat utama menjadi spektrum energi.

DETEKTOR KAMAR KABUT

Jika udara didinginkan sehingga uap mencapai keadaan jenuh, maka udara itu masih
dapat didinginkan tanpa terjadi pengembunan. Pada keadaan ini, uap dinamakan
superjenuh. Keadaan superjenuh ini akan terjadi hanya jika udara bebas dari debu
atau partikel-partikel garam yang dapat bertindak sebagai inti pengembunan
sehingga membentuk tetes-tetes kabut.

Pada tahun 1911, Wilson menemukan bahwa ion-ion gas dapat juga bertindak
sebagai inti pengembunan. Kemudian gejala ini digunakan untuk menunjukkan
lintasan-lintasan radiasi ionisasi melalui udara.

Sebuah sumber radioaktif memancarkan partikel-partikel dalam sebuah kamar udara


yang jenuh dengan uap air dan alkohol. Ketika partikel-partikel ini melalui udara,
mereka bertumbukan dengan molekul-molekul udara. Tumbukan ini mengakibatkan
terjadinya ionisasi, sehingga meninggalkan jejak ion positif dan negatif. Jika tekanan
dalam kamar dikurangi dengan cara memompa sebagian udara keluar, maka udara
menjadi lebih dingin. Keadaan ini memungkinkan partikel-partikel uap superjenuh
mengembun pada ion-ion tersebut, sehingga jejak tetes-tetes uap sepanjang lintasan
ion-ion dapat terlihat.
Bentuk jejak kabut yang dihasilkan dalam kamar kabut bergantung pada partikel-
partikel radioaktif yang digunakan.

Uap (alkohol) jenuh diembunkan pada ionion udara yang ditimbulkan oleh
radiasi. Akibatnya, terlihat garis putih dari tetesan-tetesan zat cair yang sangat kecil,
yang merupakan jejak lintasan dalam kamar tersebut, asal diterangi dengan tepat.
Perlu dicatat, bahwa yang kita lihat hanyalah jejak lintasan, bukan radiasi yang
menimbulkan ionisasi. terdapat tiga jenis kamar kabut yaitu :
a. Expansion cloud chamber (kamar kabutpemuaian)
b. Diffusion cloud chamber (kamar kabutdiffusi)
c. Bubble chamber (kamar gelembung)
Pada bubble chamber radiasi yang mengionkan akan mennggalkan jejak berupa
gelembung-gelembung didalam hidrogen cair. Pada sistem ini perkiraan massa dan
kelanjutannya dapat diperoleh, berdasarkan hukum kekekalan energi dan
momentum.

Emulsi Film

Garis-garis sinar dari ketiga jenis radiasi, dapat juga dipelajari pada film fotografi.
Emulsi film foto, dapat mengurangi jangkauan partikel alpha sekitar 0,002 mm dan
bahkan garis lintasan partikel beta, hanya sekitar 1 mm. Karena itu, harus
menggunakan mikroskop untuk mengamatinya. Emulsi nuklir yang khusus,
digunakan untuk maksud ini. Emulsi tersebut lebih tebal dari biasanya dan
mempunyai kepekaan butir-butir perak bromida yang lebih tinggi. Metoda ini
mempunyai keuntungan karena secara otomatis diperoleh rekaman yang permanen
dari gejala yang dipelajari.

Ratu Qurroh `Ain


XII IPA 7
18

You might also like