You are on page 1of 13

Acara Pemeriksaan

Perkara Pidana
YAS
 Pada umumnya persidangan di
Pengadilan dilakukan oleh Majelis Hakim
(3 orang) dibantu 1 oarang Panitera
Pengganti; namun terhadap perkara
dalam acara cepat, pra peradilan dan
peradilan anak dilakukan dengan Hakim
tunggal.
1. Pemeriksaan dg Acara Singkat/Sumir-1
 Ps. 203 ayat (1) KUHAP: yang mnrt Jaksa PU pembuktian dan
penerapan hukumnya mudah adan sifatnya sederhana.
 KPN meminta Kajari agar mengirim berkas 3 hari sebelum
disidangkan untuk dipelajari;
 Ketua Majelis Hakim mempersilahkan PU membacakan surat
dakwaan secara lisan dan dicatat oleh PP dalam BAPersidangan
{ps. 203 ayat (3) KUHAP}; sebelumnya Hakim menanyakan
identitas Terdakwa mengingatkan agar mendengarkan dan
menjelaskan surat dakwaan bila tak mengerti {ps. 155 ayat(1,2)
KUHAP};
 Bila pada sidang tertentu, Terdakwa maupun saksi-saksi tidak
datang maka Ketua MH mengembalikan berkas kepada Jaksa PU
tanpa Penetapan (dengan surat ekspedisi saja);
 Bila perlu pemeriksaan tambahan maka Majelis memberi
kesempatan kepada PU supaya diadakan pemeriksaan tambahan
dalam waktu paling lama empat belas hari dan bilamana PU
dalam waktu tersebut belum juga dapat menyelesaikan
pemeriksaan tambahan, maka hakim memerintahkan perkara itu
diajukan ke sidang pengadilan dengan cara biasa;
1. Pemeriksaan dg Acara Singkat/Sumir-2
 Atas permintaan terdakwa dan atau penasihat hukum,
hakim dapat menunda pemeriksaan paling lama tujuh
hari untuk membuat pembelaan;
 Putusan tidak dibuat secara khusus dan memuat
amar putusan, kemudian dicatat dalam berita acara
sidang namun kekuatannya sama seperti perkara
biasa (ps. 203 KUHAP);
 Dalam proses persidangan ternyata perkara
menunjukkan perkaranya tidak bersifat sederhana,
maka Majelis Hakim mengembalikan berkas dengan
Penetapan (bukan dibawah tangan).
2. Perkara dengan Acara Cepat-1
Ps. 205 ayat (1) KUHAP:
 ancaman hukuman tidak kurang dari 3
bulan atau denda Rp.7.500,-, tipiring,
pelanggaran lalin, kejahatan”
penghinaan ringan” (ps.315 KUHPid),”
pencurian ringan “ (ps.364KUHPid),
“penggelapan ringan” (ps.373 KUHPid),
“penadahan ringan” (ps. 482KUHPid);
2. Perkara dengan Acara Cepat-2
Pasal 315.
 (s.d.u. dg. UU No. 18 / Prp / 1960.) Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja
yang tidak bersifat pencemaran atau pencemaran tertulis yang dilakukan
terhadap seseorang, baik di depan umum dengan lisan atau tulisan,
maupun di depan orang itu sendiri dengan lisan atau perbuatan, atau
dengan surat yang dikirimkan atau diterimakan kepadanya, diancam karena
penghinaan ringan dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua
minggu atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(KUHP 134 dst., 142 dst., 207 dst., 310, 316, 319, 488.)
Pasal 364.
 (s.d.u. dg. UU NO. 16 / Prp / 1960 dan UU NO. 18 / Prp / 1960.) Perbuatan
yang diterangkan dalam pasal:362 dan pasal 363 nomor 4o, demikian juga
perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363 nomor 5o, bila tidak dilakukan
dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika
harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh rupiah,
diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga
bulan atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah. (RO. 95,
110, 116, 129; KUHP 482; S. 1948-17 pasal 8.)
2. Perkara dengan Acara Cepat-3
Pasal 373.
 (s.d.u. dg. UUNO. 16 / Prp / 1960 dan UUNO. l8 / Prp / 1960.)
Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 372, bila yang digelapkan
bukan ternak dan harganya tidak lebih dari dua ratus lima puluh
rupiah, diancam sebagai penggelapan ringan dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak
sembilan ratus rupiah. (RO. 95, 110, 116, 129; KUHP 101, 376,
482.)
 
Pasal 482.
 (s.d.u. dg. UU No. 18 / Prp / 1960.) Perbuatan tersebut dalam pasal
480, diancam karena penadahan ringan dengan pidana penjara
paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ratus rupiah, bila denda tersebut diperoleh dari salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 364, 373, dan 379. (RO.
95-2o, 110, 116, 129-1 sub 1o.)
Prosedur Acara Cepat-1
 Penerimaan perkara pidana acara singkat oleh PN berlaku
acara sebagaimana dalam perkara biasa yi diajukan kepada
KPN melalui Panitera, namun tidak perlu didaftarkan;
 Pemeriksaan dipersidangan dilakukan dengan Hakim Tunggal
dibantu PP dengan 2 register yi register tipiring dan register
pelanggaran lalin (ps. 61 UU No. 2 /1986);
 PU memberitahukan secara tertulis kepada terdakwa tentang
hari, tanggal, jam dan tempat ia harus menghadap sidang
pengadilan. dan hal tersebut dicatat dengan baik oleh
penyidik, selanjutnya catatan bersama berkas dikirim ke
pengadilan; Hakim mememrintahkan PP untuk mencatat
dalam buku register;
 Dalam buku register dimuat nama lengkap, tempat lahir, umur
atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal,
agama dan pekerjaan terdakwa serta apa yang didakwakan
kepadanya{ps. 207 ayat (1a) KUHAP};
Prosedur Acara Cepat-2
 Untuk perkara pelanggaran lalu lintas jalan tidak diperlukan
berita acara pemeriksaan, oleh karena itu catatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207 ayat (1) huruf a
segera diserahkan kepada pengadilan selambat-lambatnya
pada kesempatan hari sidang pertama berikutnya (ps. 212
KUHAP).
 Bila perlu Terdakwa dapat menunjuk seseorang dengan surat
untuk mewakilinya di sidang., namun bila terdakwa atau
wakilnya tidak hadir di sidang, pemeriksaan perkara tetap
dilanjutkan.
 Saksi tidak disumpah, kecuali Hakim memandang perlu (ps.
208)
 Tidak ada kewajiban PU untuk hadir dalam persidangan
kecuali sebelumnya menyatakan akan hadir;
 Penyidik atas kuasa PU dalam waktu tiga hari sejak berita
acara pemeriksaan selesai dibuat, menghadapkan terdakwa
beserta barang bukti, saksi, ahli dan atau juru bahasa ke
sidang pengadilan.
Prosedur Acara Cepat-3
 Berita acara pemeriksaan persidangan tidak dibuat kecuali jika
dalam pemeriksaan tersebut ternyata ada hal yang tidak
sesuai dengan berita acara pemeriksaan yang dibuat oleh
penyidik {ps. 209 ayat (1) KUHAP};
 Putusan dicatat oleh hakim dalam daftar catatan perkara dan
selanjutnya oleh panitera dicatat dalam buku register serta
ditandatangani oleh hakim yang bersangkutan dan panitera.
 Kecuali putusan perampasan kemerdekaan dapat diajukan
banding, yang lainnya merupakan putusan pertama dan
terakhir;
 Perlawanan tsb diajukan dalam jangka waktu 7 hari setelah
menerima pemberitahuan putusan; bila ada perlawanan, PP
memberitahukan kepada penyidik dan menentukan hari
sidang untuk pemeriksaan kembali perkara itu;
 Jika setelah pemeriksaan atas perlawanan tsb putusannya tetap
maka dapat diajukan banding untuk putusan yg terakhir di PT.
3. Pemeriksaan dgn Acara Biasa-1

 Berkas perkara diajukan Kejaksaan kepada KPN


melalui Panitera yang dicatat dalam daftar register
kemudian diteruskan kepada KPN; KPN kemudian
membagikan kepada Ketua Majelis Hakim ybs.
 Untuk PN klas 1a dan 1b maka sesuai dengan
SEMA-RI, maka KPN mendelegasikan
kewenangannya tersebut kepada Wk. PN;
 Bila berkas sudah ditangan Majelis Hakim, maka
Ketua Majelis dapat melakukan penangguhan setelah
mendengarkan saran-nasehat KPN/Wk. PN.;
Penetapan di tanda tangani oleh Ketua Majelis dan
hakim Anggotanya.
3. Pemeriksaan dgn Acara Biasa-2
Syarat berkas:
 Syarat formil: nama, tempat lahir, umur atau tanggal
lahir, tempat tinggal, pekerjaan terdakwa, jenis
kelamin, kebangsaan dan agama;
Syarat Materiil:
- waktu dan tempat tp dilakukan
(tempus delicti dan locus delicti);
 - perbuatan yang didakwakan harus dijelaskan unsur-
unsurnya;
- hal-hal yang menyertai tp itu yang dapat menimbulkan
masalah yang memberatkan atau yang meringankan;

Bila tak memenuhi kedua syarat diatas membuat surat dakwaan batal
demi hukum {ps. 143 ayat(3) KUHAP};
Bukan Kompetensi:
 Bila KPN berpendapat perkara itu wewenang pengadilan negri lain
maka berkas dikembalikan dengan Penetapan dan dalam tempo 2x
24 jam kepada PU (ps. 148 KUHAP);
 PU dalam waktu 7 hari semenjak menerima berkas dan penetapan
tsb dapat mengajukan perlawanan ke PT; PN dalam tempo 7 hari
meneruskan perlawanan itu ke PT; PT dalam tempo 14 harus
membuat Penetapan yang berisi:
 dalam hal menguatkan perlawanan PU maka PT membuat Penetapan
yang memerintahkan agar enyidangkan perkara itu;
 dalam hal menguatkan Penetapan PN maka berkas dikirim pada PN ybs
dan memberaikan tembusan penetapan tsb pada PU ybs (ps. 149
KUHAP);
 Untuk perkara yang menarik perhatian masyarakat atau yang
ancaman hukumannya lebih dari 9 tahun maka KPN agar
mempelajari apakah perkara itu masuk wewenang pengadilan yang
dipimpinnya atau bukan. Bila bukan, maka KPN membuat Penetapan
yang menyatakan perkara tsb bukan wewenang pengadilan yang
dipimpinnya akan tetapi masuk wewenang pengadilan lain dan
memerintahkan Panitera menyerahkan surat pelimpahan perkara
kepada Pengadilan Negri lain.[1]
[1] MA-RI. Pedoman Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi pengadilan BUKU II. ( Jakarta: Proyek
Pembinaan Tehnis Yustisial,1997), hal. 157-158.

You might also like