Professional Documents
Culture Documents
Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Persamaan Differensial
Disusun oleh:
Denisefrian Noor (0706275504)
Fajar Steven (0706275580)
Jevon Raditya (0706275656)
Pramesti Andiani (0706275744)
Widya Larastika (0706275826)
Pertama kami panjatkan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena hanya dengan rahmatNya-lah makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik dan
semaksimal mungkin oleh kami.
Dalam makalah yang cukup singkat ini kami akan membahas tentang Aplikasi
Persamaan Deferensial Parsial, dimana kami mengambil contoh kasus untuk Percobaan
Mekanika Fluida.
Dengan Makalah ini semoga para pembaca dapat lebih memahami tentang Persamaan
Deferensial Parsial dan Aplikasinya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan permohonan
maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan yang tidak kami sadari dalam penulisan
makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Persamaan dasar diferensial parsial yang menentukan aliran fluida tak dapat
dimampatkan dengan viskositas tetap yang sesuai adalah persamaan Navier-Stokes.
Derivasi dari persamaan tersebut merupakan teori yang mendasari pertimbangan model.
Pada sistem koordinatcartesian, hokum gerak Newton kedua yang digunakan pada
massa satuan elemen fluida, yang mempunyai komponen-komponen kecepatan u, v, dan
w dalam arah berturut-turut x, y, dan z, memberikan persamaan Navier-Stokes dalam
tiga arah utama.
(2.1)
∂u ∂u ∂u ∂u ∂h 1 ∂p µ ∂2 u ∂2 u ∂2 u
+ uPercepatan
+v + w =
Percepatan −Gaya
g −
gravitasi Gaya + 2 + +
∂t ∂x ∂y ∂z ∂x ρ ∂x ρ ∂x Gaya
∂y lekat
2
∂z 2
setempat (badan) tekan
(2.2a)
∂v ∂v ∂v ∂v ∂h 1 ∂p µ 2 2 2
∂ u + ∂ u + ∂ u
+u +v +w = −g − +
∂t ∂x ∂y ∂z ∂y ρ ∂y ρ
∂x
2
∂y 2 ∂z 2
(2.2b)
∂w ∂w ∂w ∂w ∂h 1 ∂p µ 2 2 2
∂ u + ∂ u + ∂ u
+u +v +w = −g − +
∂t ∂x ∂y ∂z ∂z ρ ∂z ρ
∂x
2
∂y 2 ∂z 2
Faktor yang tedapat di sebelah kiri dari persamaan ini adalah percepatan atau
faktor inersia yang harus mengimbangi jumlah-jumlah gaya-gaya luar yang bekerja
pada elemen fluida, seperti yang diberikan di sebelah kanan. Percepatan dari partikel
fluida timbul dari dua sumber, perubahan setempat dari kecepatan karena sifat tak tetap
dari aliran dan kenyataan bahwa kecepatan dari partikel fluida berubah sewaktu
bergerak dari suatu lokasi ke lokasi yang lain dengan kecepatan yang berbeda. Dalam
istilah matematika, jumlah derivasi dari u karena ini adalah fungsi dari kedua waktu dan
jarak adalah
du ∂u ∂u δx ∂u δy ∂u δz
= + + +
dt ∂t ∂x δt ∂y δt ∂z δt
atau
du ∂u ∂u ∂u ∂u
= + u +v + w
dt ∂t ∂x ∂y ∂z
Gaya-gaya yang bekerja pada partikel fluida yang komponennya dalam berbagai
arah ditunjukkan di sebelah kanan persamaan (2.1) dan (2.2) adalah gravitasi
berdasarkan atas letak dari partikel fluida dengan jarak tegak h di atas titik duga
sementara, tekanan dan gaya-gaya geser atau lekat. Gravitasi menimbulkan gaya badan
sedangkan tekanan dan geseran menimbulkan berturut-turut gaya permukaan tegak
lurus dan miring. Gaya-gaya ini dijelaskan untuk partikel yang terdapat pada cairan
yang sedang mengalir di atas kemiringan yang curam pada saluran terbuka.
Konsep dasar dari kesamaan hidrodinamis adalah persyaratan bahwa dua sistem
dengan bentuk batas-batas yang sama mempunyai susunan aliran yang sama (keasaman
gerak) pada waktu yang ditentukan. Hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa
segibanyak dari gaya-gaya harus menjadi sama apabila suatu faktor tetap digunakan
dengan tepat pada salah satu dari gaya-gaya tersebut. Ini adalah kesamaan dinamik.
Kesamaan gerak pada dua sistem yang bentuknya sama tidak mungkin dicapai kecuali
kalau gaya-gaya yang diterapkan diatur sama. Keadaan ini dapat pula disimpulkan dari
kenyataan bahwa persamaan Navier-Stokes dapat digunakan dalam kedua sistem di
mana fluida adalah tak dapat dimampatkan, mempunyai viskositas tetap dan tegangan
permukaan tidaklah penting. Sehingga, dengan menetapkan keadaan batas adalah sama,
penyelesaian dari persamaan tersebut apabila terpengaruh, akan sama secara kualitatif.
Perbedaan jumlah hanya timbul melalui perbedaan dalam pengaturan jumlah jumlah
dari elemen-elemen fisik yang tercakup. Latihan tersebut adalah untuk menentukan
gabungan dari jumlah fisik yang akan dijalankan terhadap berbagai elemen gaya luar
dari persamaan diferensial parsial (2.1) dan (2.2) untuk membuat gaya inersia sama dan
dengan demikian menemukan suatu penyelesaian yang unik untuk semua kesamaan
sistem yang diatur dari bentuk yang sama.
Dengan memilih suatu jumlah bentuk yang tetap L (panjang) jumlah kinematik
tetap Vo (kecepatan) dan jumlah dinamik tetap ρ o (berat jenis), kita dapat merumuskan
parameter-parameter tanpa dimensi seperti berikut:
(
∂ Vo u ' ) +V
u ' ∂ Vo u('
+ v
)
' ∂ Vo u
'
+ w
(
' ∂ Vo u )
'
( )
o
L ∂ ( x' L) ∂ ( y ' L) ∂ ( z ' L)
∂
V t'
o
=−g
∂( h' L)
−
1 ∂( ρo ρ ' Vo 2 )
+
µ 1 ∂ Vo u
2
( +
∂ Vo u '
)
+
∂ Vo u
2
( '
) 2
( '
)
∂( x L) '
ρo ρ '
∂( x L) ' ρo ρ ' ∂ ( x '2 L2 ) ∂ ( y '2 L2 ) ∂ ( z '2 L2 )
Dengan menghilangkan faktor tetap dari dalam kurang pendiferensiasian dari
persamaan (2.4) dan membagi keseluruhannya dengan Vo2/L
(2.5)
∂u ' ∂u ' ∂u ' ∂u '
+u' + v' + w'
∂t ' ∂x ' ∂y ' ∂z '
gL ∂h ' 1 ∂p ' µ 1 ∂2 u ' ∂2 u ' ∂2 u '
=− − + + +
Vo 2 ∂x ' ρ ' ∂x ' ρo Vo L ρ ' '
∂x 2 ∂ y '2 ∂z '2
Persamaan gerak tersebut sekarang diubah menjadi suatu bentuk tanpa dimensi
(dimensionless form). Susunan yang sama dapat diperoleh dari (2.21) dan (2.2b) dan
kesimpulan yang dibuat di bawah ini adalah sama. Dari persamaan (2.5), diperlukan
kesamaan dinamik antara bentuk asli (akhiran p) dan model (akhiran m) bahwa
partikel-partikel fluida pada kedua sistem mepunyai kecepatan yang relative sama,
dinyatakan oleh sebelah kiri dari persamaan tersebut. Hal ini memerlukan bahwa relatif
dari persamaan yang di sebelah kanan secara identik harus sama, yaitu kedua gerak
fluida yang di bawah pertimbangan dapat menjadi sama hanya apabila penyelesaian
tersebut adalah identik, diuraikan dari segi masing-masing faktor tak tetap tanpa
dimensi. Hal ini membutuhkan bahwa untuk keduanya
gL ∂h' 1 ∂p ' µ 1 2 ' 2 ' 2 '
− − + ∂ u + ∂ u + ∂ u
2
Vo ∂x
'
ρ' ∂x ' ρo Vo L ρ'
∂x
'2
∂ y '2 ∂z '2
p
gL ∂h' 1 ∂p ' µ 1 ∂2u ' ∂2u ' ∂2u '
− − + + +
Vo 2 ∂x' ρ' ∂x ' ρo Vo L ρ' ∂x'2 ∂ y '2 ∂ z '2
m
vr Lr
Rr = =1
υr
Ambil sebagai contoh, suatu model dari sepanjang sungai (atau dari suatu
bendungan) yang akan dibangun dengan skala 1 : 25. Untuk memenuhi kesamaan
dinamik yang sempurna, persyaratan Froude dan Reynolds membutuhkan perbandingan
viskositas kinematik dari fluida model dengan bentuk asli adalah 1 : 25Tabel
3.1mencantumkan beberapa daftar dari fluida alam yang viskositasnya rendah. Tidak
diketahui fluida memenuhi keadaan tersebut. Oleh karena itu, perlu untuk mencari
pencapaian kesamaan dinamik melalui cara lain. Pendekatan yang paling logis adalah
mencari kesamaan sesuai dengan gaya yang lebih dominan (gesekan atau gravitasi), dan
memeriksa pengaruh yang lain melalui beberapa cara yang lain. Pertimbangan menurut
teori dan hipotesa yang menuntun pendekatan ini, akan dibahas dalam subpasal berikut
ini; gaya-gaya lain akan pula dipertimbangkan.
Tekanan pada suatu objek yang terletak pada fluida yang sdang mengalir dapat
dianggap mempunyai 2 komponen.. Bagian satu, tekanan hidrostatik ρs, yaitu tekanan
yang akan dialami oleh objek apabila fluida tidak sedang mengalir, dan yang lain
tekanan dinamik ρd adalah bertambahnya tekanan yang ditimbulkan sebagai akibat dari
gangguan aliran. Sehingga
ρ = ρs + ρd
Bayangkan suatu partikel P di dalam lapangan aliran dari suatu ruang fluida tak
terbatas. Jika partikel tersebut pada jarak tegak h di atas titik duga sementara (Gambar
2.1) tekanan hidrostatik pada P adalah ρ g(H – h), dimana H adalah ketinggian fluida di
atas titik duga sementara yang sama. Untuk keadaan aliran dimana perbedaan dari
Permukaan
Fluida
(H-h)
H P
h Titik
Duga
Gambar 2.1
permukaan fluida tidak ada atau tidak penting, H akan menjadi bilangan tetap. Oleh
karena itu, jumlah tekanan dapat ditunjukkan dengan:
P= bilangan tetap-ρ gh+pd
Misalnya, dengan mensubstiusikan (2.8) ke dalam persamaan gerak (2.1), menghasilkan
∂u ∂u ∂u ∂u 1 ∂pd µ 2 2 2
∂ u + ∂ u + ∂ u
+u +v +w =− + (2.9)
∂t ∂x ∂y ∂z ρ ∂x ρ
∂x
2
∂y 2
∂z 2
Persamaan 2.9 adalah terpisah sepenuhnya dari faktor gravitasi. Oleh karena itu
persamaan yang disempurnakannya tidak akan mengandung bilangan Froude. Sehingga
kesamaan dinamik untuk objek yang terbenam pada aliran tak dapat dimampatkan
didalam mana perbedaan fluida (misalnya gelombang-gelombang gravitasi) tidak
dihasilkan, hanya diperoleh dengan model sesuai dengan standar Reynolds. Sama
halnya dapat dibenarkan untuk aliran tak dapat dimampatkan dimana fluida secara
keseluruhannya terdapat di dalam batas-batas tetap dan tidak ada permukaan yang –
bebas (kena atmosfer). Contoh-contoh dari penelitian aliran di mana hokum Reynolds
adalah penting, adalah kehilangan gesek kulit (pipa), seretan lekat (viscous drag) pada
objek-objek yang terbenam, tahanan terhadap objek yang bergerak melalui badan aliran
yang besar (misalnya kapal selam), pelumasan, aliran melalui mulut pipa dan lubang,
aliran pada media yang porus, dan lain-lain. Pada contoh-contoh ini gaya lekat
mempengaruhi gaya gravitasi. Beberapa dari contoh-contoh ini memerlukan
pertimbangan dari keadaaan dinamik yang lain seperti tegangan permukaan (surface
tension)
v L
Untuk Rr = r r = 1
υr
Perbandingan Kecepatan υ
vr = r
Lr
Perbandingan Waktu Lr L2
tr = = r
vr υr
Perbandingan debit υ
Qr = Ar vr = Lr 2 r = υ r Lr
Lr
Perbandingan Gaya v
Pr = ρ r Lr 3 r = ρ rυ r 2
tr
Perbandingan Tekanan Pr ρ rυ r 2
pr = =
Ar Lr 2
Kesulitan praktis yang pokok dengan model Reynold adalah bahwa kecepatan
yang lebih tinggi secara nyata diperlukan dalam model daripada dalam bentuk asli. Ini
dapat dilihat dari kenyataan bahwa pada banyak model perbandingan viskositas adalah
kira-kira satu, dan oleh karena itu, perbandingan kecepatan adalah kira-kira berbanding
terbalik dengan perbandingan linear. Dalam hal ini secara teknik dan ekonomi tidak
praktis untuk memperoleh kecepatan model untuk menghasilkan dinamik yang benar.
Pengembangan diatas menuju ke pembuktian standar Reynolds telah mengasumsikan
keadaan fluida Newtonian.
Contoh soal
Kehilangan tinggi tekan yang melewati suatu katup pintu, biasanya diuraikan dari segi
koefisien kehilangan CL, yang dirumuskan sebagai kehilangan tinggi tekan hL = CL
(v2/2g) di mana v adalah kecepatan rat-rat pada pipa yang dipertimbangkan. Kolom 2
dan 3 dari tabel di bawah ini memberikan hasil percobaan dari serangkaian percobaan
pada 20 cm katup pintu di dalam jalur pipa 20 cm dengan menggunakan air pada 24OC.
Pada semua percobaan piringan katup adalah 7 cm dari dudukan.
Tentukan kehilangan tinggi tekan yang diharapkan apabila besarnya aliran adalah
28.31/detik pada jalur pipa yang sama dengan katup dan bukaan yang sama, apabila air
94OC mengalir melaluinya.
Penyelesaian
Kolom 5 dan 6 menunjukkan perbedaan koefisien kehilangan tinggi tekan dengan
bilangan Reynold berdasarkan kecepatan yang dipertimbangkan pada pipa dan ukuran
bukaan katup. Pada suatu bilangan Reynolds yang tinggi, CL adalah tetap dan terpisah
dari bilangan Reynolds. Perbedaan tersebut sama dengan f terhadap R untuk pipa. Pada
daerah turbulen penuh pusaran terbentuk penuh dan perpindahan momentum semata-
mata ditentukan oleh viskositas.
Apabila aliran adalah 28,31/det (240C, υ = 0,32 x 10-6 m2 (det)
R = 19,2 x 104, sehingga CL= 3,0.
2
v2 Q
Kehilangan tinggi tekan yang diharapkan =(3,0) = 3,0 × × 1 =12 cm air
2g π(0,1) 2 2g
BAB IV
KESIMPULAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Munson, Bruce R. Donald F. Young, Theodore H. Okishi. 2004. Mekanika Fluida Edisi
IV. Jakarta:Erlangga.