You are on page 1of 14

APLIKASI PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

PERCOBAAN MEKANIKA FLUIDA

Makalah ini Dibuat untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Persamaan Differensial

Disusun oleh:
Denisefrian Noor (0706275504)
Fajar Steven (0706275580)
Jevon Raditya (0706275656)
Pramesti Andiani (0706275744)
Widya Larastika (0706275826)

Program Studi Teknik Lingkungan


Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
Depok 2009
KATA PENGANTAR

Pertama kami panjatkan puji syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena hanya dengan rahmatNya-lah makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik dan
semaksimal mungkin oleh kami.
Dalam makalah yang cukup singkat ini kami akan membahas tentang Aplikasi
Persamaan Deferensial Parsial, dimana kami mengambil contoh kasus untuk Percobaan
Mekanika Fluida.
Dengan Makalah ini semoga para pembaca dapat lebih memahami tentang Persamaan
Deferensial Parsial dan Aplikasinya.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu penyelesaian makalah ini. Kami juga mengucapkan permohonan
maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan yang tidak kami sadari dalam penulisan
makalah ini.

Depok, Mei 2009

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Banyak masalah aliran fluida yang tidak dapat diselesaikan secara matematik
karena rumitnya sifat persamaan yang tercakup dank arena batas-batas daerah aliran.
Masalah lainnya dapat diselesaikan hanya setelah penyederhanaan tertentu telah
dilakukan. Oleh karena itu, untuk membuktikan penyelesaian tersebut perlu melakukan
percobaan-percobaan. Tingkah laku fluida yang sesungguhnya pada sistem hanya dapat
diketahui dengan pasti setelah pengamatan diadakan di dalam sistem sewaktu sedang
dioperasikan. Masalah tersebut mungkin ditenui pada perencanaan, konstruksi, dan
pengoperasian bendungan, pelabuhan, pesawat terbang, kapal laut, hanya dijelaskan
sebagian. Stabilitas dari bangunan-bangunan ini dan daya gunanya tergantung dari sifat
aliran pada dan di sekeliling bangunan. Dengan adanya analisa matematik yang setepat-
tepatnya dan dapat diandalkan, perencana akan menemukan teknik model test, suatu
alat paling berguna. Ukuran model yang pantas dari bangunan tersebut dibuat dan
dicoba di bawah keadaan pengoperasian yang dapat diawasi dan hasilnya diharapkan
untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada bangunan yang sesungguhnya.
Penggunaan penyelidikan dengan model untuk keadaan bentuk asli (atau
lapangan) mengasumsikan bahwa apabila sifat tertentu kecepatan, debit, gaya, waktu,
temperatur, dan lain-lain) diketahui untuk model, maka perkalian dengan faktor yang
sesuai akan memberikan sifat yang sama dengan bentuk asli. Dengan kata lain,
percobaan yang sempurna dari sifat-sifat model dan bentuk asli (secara kualitas dan
kuantitas) dapat dicapai dengan menggunakan satu atau lebih fackor tetap pada salah
satu sistem. Faktor tersebut diperoleh dari hokum perbandingan spesifik. Teori model
mencoba membuktikan hukum perbandingan ini.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan materi yang akan disajikan, penulis merumuskan masalah
“Bagaimana persamaan diferensial parsial diterapkan dalam percobaan mekanika fluida
khususnyamengenai kehilangan energi tekan?”
I.3 Tujuan
Penulisan daripada makalah ini bertujuan untuk:
• Mempelajari penggunaan persamaan diferensial, khususnya persamaan
diferensial parsial untuk pemecahan permasalahan sehari-hari
• Menyelidiki bagaimana timbulnya beberapa hukum perbandingan dan
kegunaannya yang relatif dalam kasus tertentu dari aliran fluida.

I.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini menggunakan metode penulisan studi pustaka, dimana
permasalahan yang ada merupakan hasil daripada studi literatur dan juga studi dari
internet.
BAB II
TEORI DASAR

II.1 Persamaan Diferensial Parsial


Persamaan diferensial parsial (PDP) adalah persamaan yang di dalamnya
terdapat suku-suku diferensial parsial, yang dalam matematika diartikan sebagai suatu
hubungan yang mengaitkan suatu fungsi yang tidak diketahui, yang merupakan fungsi
dari beberapa variabel bebas, dengan turunan-turunannya melalui variabel-variabel
yang dimaksud. Persamaan diferensial parsial digunakan untuk melakukan formulasi
dan menyelesaikan permasalahan yang melibatkan fungsi-fungsi yang tidak diketahui,
yang merupakan dibentuk oleh beberapa variabel, seperti penjalaran suara dan panas,
elektrostatika, elektrodinamika, aliran fluida, elastisitas, atau lebih umum segala macam
proses yang terdistribusi dalam ruang, atau terdistribusi dalam ruang dan waktu.
Kadang beberapa permasalahan fisis yang amat berbeda memiliki formulasi matematika
yang mirip satu sama lain.
Persamaan diferensial parsial dijumpai dalam kaitan dengan berbagai masalah
fisik dan geometris bila fungsi yang terlibat tergantung pada dua atau lebih peubah
bebas. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hanya sistem fisik yang paling sederhana
yang dapat dimodelkan dengan persamaan diferensial biasa mekanika fluida dan
mekanika padat, transfer panas, teori elektromagnetik dan berbagai bidang fisika
lainnya penuh dengan masalah-masalah yang harus dimodelkan dengan persamaan
differensial parsial. Sesungguhnya, kisaran penerapan persamaan diferensial parsial
sangatlah besar dibandingkan dengan kisaran penerapan persamaan diferensial biasa.
Peubah-peubah bebas dapat berupa waktu dan satu atau lebih koordinat di dalam ruang.
Suatu persamaan akan diturunkan sebagai model dari sistem fisik dan mengupas cara-
cara untuk memecahkan masalah nilai awal dan masalah nilai batas, dengan kata lain
metode untuk memperoleh solusi bagi persamaan yang berkaitan dengan masalah fisik
yang dihadapi.
Formulasi matematik kebanyakan permasalahan dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi dapat dipresentasikan dalam bentuk persamaan diferensial parsial. Persamaan
tersebut merupakan laju perubahan terhadap dua atau lebih variabel bebas yang
biasanya adalah waktu dan jarak (ruang).
II.2 Kesamaan Dinamis

Persamaan dasar diferensial parsial yang menentukan aliran fluida tak dapat
dimampatkan dengan viskositas tetap yang sesuai adalah persamaan Navier-Stokes.
Derivasi dari persamaan tersebut merupakan teori yang mendasari pertimbangan model.
Pada sistem koordinatcartesian, hokum gerak Newton kedua yang digunakan pada
massa satuan elemen fluida, yang mempunyai komponen-komponen kecepatan u, v, dan
w dalam arah berturut-turut x, y, dan z, memberikan persamaan Navier-Stokes dalam
tiga arah utama.
(2.1)

∂u ∂u ∂u ∂u ∂h 1 ∂p µ  ∂2 u ∂2 u ∂2 u 
+ uPercepatan
+v + w =
Percepatan −Gaya
g −
gravitasi Gaya +  2 + + 
∂t ∂x ∂y ∂z ∂x ρ ∂x ρ ∂x Gaya
∂y lekat
2
∂z 2 

setempat (badan) tekan

(2.2a)

∂v ∂v ∂v ∂v ∂h 1 ∂p µ 2 2 2 
∂ u + ∂ u + ∂ u 
+u +v +w = −g − +
∂t ∂x ∂y ∂z ∂y ρ ∂y ρ
 ∂x
2
∂y 2 ∂z 2 

(2.2b)

∂w ∂w ∂w ∂w ∂h 1 ∂p µ 2 2 2 
∂ u + ∂ u + ∂ u 
+u +v +w = −g − +
∂t ∂x ∂y ∂z ∂z ρ ∂z ρ
 ∂x
2
∂y 2 ∂z 2 

Faktor yang tedapat di sebelah kiri dari persamaan ini adalah percepatan atau
faktor inersia yang harus mengimbangi jumlah-jumlah gaya-gaya luar yang bekerja
pada elemen fluida, seperti yang diberikan di sebelah kanan. Percepatan dari partikel
fluida timbul dari dua sumber, perubahan setempat dari kecepatan karena sifat tak tetap
dari aliran dan kenyataan bahwa kecepatan dari partikel fluida berubah sewaktu
bergerak dari suatu lokasi ke lokasi yang lain dengan kecepatan yang berbeda. Dalam
istilah matematika, jumlah derivasi dari u karena ini adalah fungsi dari kedua waktu dan
jarak adalah
du ∂u ∂u δx ∂u δy ∂u δz
= + + +
dt ∂t ∂x δt ∂y δt ∂z δt

atau
du ∂u ∂u ∂u ∂u
= + u +v + w
dt ∂t ∂x ∂y ∂z

Jumlah Percepatan Percepatan


Percepatan setempat aliran

Gaya-gaya yang bekerja pada partikel fluida yang komponennya dalam berbagai
arah ditunjukkan di sebelah kanan persamaan (2.1) dan (2.2) adalah gravitasi
berdasarkan atas letak dari partikel fluida dengan jarak tegak h di atas titik duga
sementara, tekanan dan gaya-gaya geser atau lekat. Gravitasi menimbulkan gaya badan
sedangkan tekanan dan geseran menimbulkan berturut-turut gaya permukaan tegak
lurus dan miring. Gaya-gaya ini dijelaskan untuk partikel yang terdapat pada cairan
yang sedang mengalir di atas kemiringan yang curam pada saluran terbuka.
Konsep dasar dari kesamaan hidrodinamis adalah persyaratan bahwa dua sistem
dengan bentuk batas-batas yang sama mempunyai susunan aliran yang sama (keasaman
gerak) pada waktu yang ditentukan. Hal ini menyatakan secara tidak langsung bahwa
segibanyak dari gaya-gaya harus menjadi sama apabila suatu faktor tetap digunakan
dengan tepat pada salah satu dari gaya-gaya tersebut. Ini adalah kesamaan dinamik.
Kesamaan gerak pada dua sistem yang bentuknya sama tidak mungkin dicapai kecuali
kalau gaya-gaya yang diterapkan diatur sama. Keadaan ini dapat pula disimpulkan dari
kenyataan bahwa persamaan Navier-Stokes dapat digunakan dalam kedua sistem di
mana fluida adalah tak dapat dimampatkan, mempunyai viskositas tetap dan tegangan
permukaan tidaklah penting. Sehingga, dengan menetapkan keadaan batas adalah sama,
penyelesaian dari persamaan tersebut apabila terpengaruh, akan sama secara kualitatif.
Perbedaan jumlah hanya timbul melalui perbedaan dalam pengaturan jumlah jumlah
dari elemen-elemen fisik yang tercakup. Latihan tersebut adalah untuk menentukan
gabungan dari jumlah fisik yang akan dijalankan terhadap berbagai elemen gaya luar
dari persamaan diferensial parsial (2.1) dan (2.2) untuk membuat gaya inersia sama dan
dengan demikian menemukan suatu penyelesaian yang unik untuk semua kesamaan
sistem yang diatur dari bentuk yang sama.
Dengan memilih suatu jumlah bentuk yang tetap L (panjang) jumlah kinematik
tetap Vo (kecepatan) dan jumlah dinamik tetap ρ o (berat jenis), kita dapat merumuskan
parameter-parameter tanpa dimensi seperti berikut:

(2.3) x’ = x/L, y’ = y/L, z’ = z/L, h’ = h/L


u’ = u/Vo, v’ = v/Vo, w’ = w/Vo,
p’ = p/ρ o.Vo2, t’ = t/(L/Vo) ρ ’ = ρ /ρ o

Dengan mensubsitusikan (2.3) ke dalam (2.1)


(2.4)

(
∂ Vo u ' ) +V 
 u ' ∂ Vo u('
+ v
)
' ∂ Vo u
'
+ w
(
' ∂ Vo u  )
' 
( )
o
 L   ∂ ( x' L) ∂ ( y ' L) ∂ ( z ' L) 
∂  
V t' 
 o 

=−g
∂( h' L)

1 ∂( ρo ρ ' Vo 2 )
+
µ 1  ∂ Vo u

2
( +
∂ Vo u '
)
+
∂ Vo u 
2
( '

) 2
( '
)
∂( x L) '
ρo ρ '
∂( x L) ' ρo ρ '  ∂ ( x '2 L2 ) ∂ ( y '2 L2 ) ∂ ( z '2 L2 ) 
 
Dengan menghilangkan faktor tetap dari dalam kurang pendiferensiasian dari
persamaan (2.4) dan membagi keseluruhannya dengan Vo2/L
(2.5)
∂u ' ∂u ' ∂u ' ∂u '
+u' + v' + w'
∂t ' ∂x ' ∂y ' ∂z '
gL ∂h ' 1 ∂p ' µ 1  ∂2 u ' ∂2 u ' ∂2 u ' 
=− − +  + + 
Vo 2 ∂x ' ρ ' ∂x ' ρo Vo L ρ '  '
 ∂x 2 ∂ y '2 ∂z '2 

Persamaan gerak tersebut sekarang diubah menjadi suatu bentuk tanpa dimensi
(dimensionless form). Susunan yang sama dapat diperoleh dari (2.21) dan (2.2b) dan
kesimpulan yang dibuat di bawah ini adalah sama. Dari persamaan (2.5), diperlukan
kesamaan dinamik antara bentuk asli (akhiran p) dan model (akhiran m) bahwa
partikel-partikel fluida pada kedua sistem mepunyai kecepatan yang relative sama,
dinyatakan oleh sebelah kiri dari persamaan tersebut. Hal ini memerlukan bahwa relatif
dari persamaan yang di sebelah kanan secara identik harus sama, yaitu kedua gerak
fluida yang di bawah pertimbangan dapat menjadi sama hanya apabila penyelesaian
tersebut adalah identik, diuraikan dari segi masing-masing faktor tak tetap tanpa
dimensi. Hal ini membutuhkan bahwa untuk keduanya
 gL ∂h' 1 ∂p ' µ 1  2 ' 2 ' 2 ' 
− − + ∂ u + ∂ u + ∂ u 
 2
 Vo ∂x
'
ρ' ∂x ' ρo Vo L ρ' 
 ∂x
'2
∂ y '2 ∂z '2 
 p
 gL ∂h' 1 ∂p ' µ 1  ∂2u ' ∂2u ' ∂2u ' 
− − + + + 
 Vo 2 ∂x' ρ' ∂x ' ρo Vo L ρ'  ∂x'2 ∂ y '2 ∂ z '2 
m

Umumnya perbedaan temperatur fluida tidak menimbulkan perubahan berat


jenis yang berarti pada fluida tak dapat dimampatkan pada ρ o = ρ atau ρ ’ = 1. Untuk
memenuhi tanda-tanda tersebut
 gL     µ   µ 
  =  gL  dan  =
(2.6) V 2   2  ρo Vo L   
 o  p  Vo m   p  ρo Vo L m

Dari pengembangan di atas, faktor Vo2/gL, dikenal sebagai bilangan Froude F,


menunjukkan arti dari gaya-gaya gravitasi relatif terhadap gaya-gaya inersia. Bilangan
Reynolds, R = ρ o Vo L/µ menunjukkan arti dari gaya-gaya lekat (gesekan relative
terhadap gaya-gaya inersia.
Dengan demikian menetapkan bilangan Froude dan bilangan Reynolds adalah
sama pada setiap sistem yang sama bentuknya dari suatu aliran tak dapat dimampatkan
(kecuali gaya-gaya luar selain dari gravitasi, tekanan dan geser) dan dengan
menetapkan keadaan batas adalah sama, susunan aliran tersebut akan identik.
Penyelesaian persamaan (2.5) dan (2.2), disempurnakan dengan cara yang sama
(ditambah persamaan kesinambungan dan keadaannya) akan universal untuk semua
sistem yang demikian, dan hal ini hanya membutuhkan faktor-faltor bilangan tetap yang
dirumuskan pada persamaan (2.3) untuk memperoleh nilai kuantitatif untuk ukuran-
ukuran yang berbeda dan keadaan pengoperasian pada semua anggota dari sistem. Oleh
karena itu, penyajian tanpa dimensi dari data percobaan adalah suatu alat yang berguna
dalam korelasi dan penggunaan data percobaan pada teknik hidrolik dan cabang-cabang
teknik yang lain.

II.3 Arti Fisik dari Hukum Model

Pengembangan tersebut di atas telah menunjukkan dengan jelas bahwa untuk


mencapai kesamaan dinamik dalam dua sistem fluida yang bentuknya sama dengan
berat jenis dan viskositas yang tetap, bilangan Froude dan Reynolds harus mempunyai
nilai yang sama dalam kedua sistem apabila gravitasi dan gesekan adalah hanya gaya-
gaya luar yag bekerja. Dengan menunjukkan perbandingan (model ke bentuk asli) dari
setiap jumlah yang diinginkan dengan akhiran r, kesamaan dinamik memerlukan
bahwa:
2
vr
Fr = =1
g r Lr

vr Lr
Rr = =1
υr

Secara bersamaan dimana υ = µ /ρ


1
Dari hukkum Froude, vr = Lr 2 for g r = 1
Dan dari hukum Reynolds, vr = υr/Lr
Sehingga untuk kedua criteria vr = Lr3/2

Ambil sebagai contoh, suatu model dari sepanjang sungai (atau dari suatu
bendungan) yang akan dibangun dengan skala 1 : 25. Untuk memenuhi kesamaan
dinamik yang sempurna, persyaratan Froude dan Reynolds membutuhkan perbandingan
viskositas kinematik dari fluida model dengan bentuk asli adalah 1 : 25Tabel
3.1mencantumkan beberapa daftar dari fluida alam yang viskositasnya rendah. Tidak
diketahui fluida memenuhi keadaan tersebut. Oleh karena itu, perlu untuk mencari
pencapaian kesamaan dinamik melalui cara lain. Pendekatan yang paling logis adalah
mencari kesamaan sesuai dengan gaya yang lebih dominan (gesekan atau gravitasi), dan
memeriksa pengaruh yang lain melalui beberapa cara yang lain. Pertimbangan menurut
teori dan hipotesa yang menuntun pendekatan ini, akan dibahas dalam subpasal berikut
ini; gaya-gaya lain akan pula dipertimbangkan.

II.4 Model Reynolds

Tekanan pada suatu objek yang terletak pada fluida yang sdang mengalir dapat
dianggap mempunyai 2 komponen.. Bagian satu, tekanan hidrostatik ρs, yaitu tekanan
yang akan dialami oleh objek apabila fluida tidak sedang mengalir, dan yang lain
tekanan dinamik ρd adalah bertambahnya tekanan yang ditimbulkan sebagai akibat dari
gangguan aliran. Sehingga
ρ = ρs + ρd
Bayangkan suatu partikel P di dalam lapangan aliran dari suatu ruang fluida tak
terbatas. Jika partikel tersebut pada jarak tegak h di atas titik duga sementara (Gambar
2.1) tekanan hidrostatik pada P adalah ρ g(H – h), dimana H adalah ketinggian fluida di
atas titik duga sementara yang sama. Untuk keadaan aliran dimana perbedaan dari

Permukaan
Fluida

(H-h)
H P

h Titik
Duga

Gambar 2.1

permukaan fluida tidak ada atau tidak penting, H akan menjadi bilangan tetap. Oleh
karena itu, jumlah tekanan dapat ditunjukkan dengan:
P= bilangan tetap-ρ gh+pd
Misalnya, dengan mensubstiusikan (2.8) ke dalam persamaan gerak (2.1), menghasilkan
∂u ∂u ∂u ∂u 1 ∂pd µ 2 2 2 
∂ u + ∂ u + ∂ u 
+u +v +w =− + (2.9)
∂t ∂x ∂y ∂z ρ ∂x ρ
 ∂x
2
∂y 2
∂z 2 

Persamaan 2.9 adalah terpisah sepenuhnya dari faktor gravitasi. Oleh karena itu
persamaan yang disempurnakannya tidak akan mengandung bilangan Froude. Sehingga
kesamaan dinamik untuk objek yang terbenam pada aliran tak dapat dimampatkan
didalam mana perbedaan fluida (misalnya gelombang-gelombang gravitasi) tidak
dihasilkan, hanya diperoleh dengan model sesuai dengan standar Reynolds. Sama
halnya dapat dibenarkan untuk aliran tak dapat dimampatkan dimana fluida secara
keseluruhannya terdapat di dalam batas-batas tetap dan tidak ada permukaan yang –
bebas (kena atmosfer). Contoh-contoh dari penelitian aliran di mana hokum Reynolds
adalah penting, adalah kehilangan gesek kulit (pipa), seretan lekat (viscous drag) pada
objek-objek yang terbenam, tahanan terhadap objek yang bergerak melalui badan aliran
yang besar (misalnya kapal selam), pelumasan, aliran melalui mulut pipa dan lubang,
aliran pada media yang porus, dan lain-lain. Pada contoh-contoh ini gaya lekat
mempengaruhi gaya gravitasi. Beberapa dari contoh-contoh ini memerlukan
pertimbangan dari keadaaan dinamik yang lain seperti tegangan permukaan (surface
tension)
v L
Untuk Rr = r r = 1
υr

Perbandingan Kecepatan υ
vr = r
Lr
Perbandingan Waktu Lr L2
tr = = r
vr υr
Perbandingan debit υ
Qr = Ar vr = Lr 2 r = υ r Lr
Lr
Perbandingan Gaya v
Pr = ρ r Lr 3 r = ρ rυ r 2
tr
Perbandingan Tekanan Pr ρ rυ r 2
pr = =
Ar Lr 2

Kesulitan praktis yang pokok dengan model Reynold adalah bahwa kecepatan
yang lebih tinggi secara nyata diperlukan dalam model daripada dalam bentuk asli. Ini
dapat dilihat dari kenyataan bahwa pada banyak model perbandingan viskositas adalah
kira-kira satu, dan oleh karena itu, perbandingan kecepatan adalah kira-kira berbanding
terbalik dengan perbandingan linear. Dalam hal ini secara teknik dan ekonomi tidak
praktis untuk memperoleh kecepatan model untuk menghasilkan dinamik yang benar.
Pengembangan diatas menuju ke pembuktian standar Reynolds telah mengasumsikan
keadaan fluida Newtonian.
Contoh soal
Kehilangan tinggi tekan yang melewati suatu katup pintu, biasanya diuraikan dari segi
koefisien kehilangan CL, yang dirumuskan sebagai kehilangan tinggi tekan hL = CL
(v2/2g) di mana v adalah kecepatan rat-rat pada pipa yang dipertimbangkan. Kolom 2
dan 3 dari tabel di bawah ini memberikan hasil percobaan dari serangkaian percobaan
pada 20 cm katup pintu di dalam jalur pipa 20 cm dengan menggunakan air pada 24OC.
Pada semua percobaan piringan katup adalah 7 cm dari dudukan.
Tentukan kehilangan tinggi tekan yang diharapkan apabila besarnya aliran adalah
28.31/detik pada jalur pipa yang sama dengan katup dan bukaan yang sama, apabila air
94OC mengalir melaluinya.

Penyelesaian
Kolom 5 dan 6 menunjukkan perbedaan koefisien kehilangan tinggi tekan dengan
bilangan Reynold berdasarkan kecepatan yang dipertimbangkan pada pipa dan ukuran
bukaan katup. Pada suatu bilangan Reynolds yang tinggi, CL adalah tetap dan terpisah
dari bilangan Reynolds. Perbedaan tersebut sama dengan f terhadap R untuk pipa. Pada
daerah turbulen penuh pusaran terbentuk penuh dan perpindahan momentum semata-
mata ditentukan oleh viskositas.
Apabila aliran adalah 28,31/det (240C, υ = 0,32 x 10-6 m2 (det)
R = 19,2 x 104, sehingga CL= 3,0.
2
v2  Q 
Kehilangan tinggi tekan yang diharapkan =(3,0) = 3,0 ×   × 1 =12 cm air
2g π(0,1) 2  2g
 
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dalam makalah ini, dapat disimpulkan bahwa persamaan


diferensial parsial dapat digunakan dalam aplikasi percobaan mekanika fluida khusunya
dalam perhitungan kehilangan tinggi tekan.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

J.M.K. Dake. 1983. Hidrolika Teknik Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Munson, Bruce R. Donald F. Young, Theodore H. Okishi. 2004. Mekanika Fluida Edisi
IV. Jakarta:Erlangga.

You might also like