You are on page 1of 99

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia usaha dewasa ini telah menimbulkan

berbagai tantangan dan persaingan yang harus dihadapi oleh perusahaan.

Perkembangan industri yang diiringi dengan perkembangan teknologi dan

tuntutan pasar yang memerlukan kontribusi yang sangat besar dari sumber

daya manusia.

Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam

perusahaan apapun aktivitas dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan,

semua tidak bisa lepas dari peran sumber daya manusia. Manusia selalu

berperan aktif dan dominan dalam setiap aktivitas perusahaan , karena

manusia menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya tujuan

perusahaan. Oleh karena itu, sumber daya manusia harus dikelola dengan

baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan, sebagai salah

satu fungsi dalam perusahaan yang dikenal dengan manajemen sumber daya

manusia dapat didefinisikan sebagai ilmu dan seni mengatur hubungan dan

peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan

perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2005: 10).

Banyak faktor baik lingkungan sosial, dan individu yang turut


1
mempengaruhi pelaksanaan sumber daya manusia efektif yang harus di

perhatikan perusahaan. Salah satu faktor tersebut adalah disiplin kerja.

Dalam kondisi apapun, disiplin kerja sangat penting dalam rangka mencapai
2

tujuan perusahaan yang pada umumnya adalah mendapatkan laba.

Karyawan yang berdisiplin tinggi akan bekerja sesuai tata tertib dan

dengan sukarela mematuhi aturan-aturan yang telah ditetatpkan. Sehingga,

tindakan-tindakan yang dilakukan karyawan sebagai akibat melemahnya

disiplin kerja seperti tingginya tingkat absensi, keterlambatan dan penurunan

semangat kerja dapat dihindari (Saydam:2000).

Menurut (Hasibuan, 2005 : 194) Pada dasarnya banyak indikator yang

mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi diantaranya

ialah tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan,

pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan, serta hubungan

kemanusiaan.”

PT.Easterntex yang lokasinya di Pandaan adalah perusahaan yang

bergerak dibidang industri tektil yang menghasilkan kain putihan (gray)

yang sebagian besar produksinya untuk konsumsi ekspor. Maka

PT.Easterntex juga tidak terlepas dari permasalahan disiplin kerja dan

prestasi kerja karyawan. Tingkat persaingan yang semakin tinggi, menuntut

pihak perusahaan untuk menampilkan kelebihannya dan berusaha

memberikan perhatian terhadap karyawan. Dari wawancara yang telah

peneliti lakukan, di peroleh fakta bahwa ada beberapa karyawan departemen

weaving yang tidak melaksanakan kedisiplinan dalam bekerja, suka tidak

serius dalam melakukan pekerjaan dan suka datang dan pulang semaunya

sendiri. Sehingga tidak bisa menghasilkan barang produksi lebih maksimal

dan akan menyebabkan barang produksi tidak selesai pada waktunya karena
3

ketelodoran karyawan, padahal prestasi kerja dilihat dari keuletan dan

tanggapnya terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya.

Hal tersebut juga menggambarkan adanya tingkat persaingan bisnis

yang semakin tinggi dari waktu ke waktu, misalnya dengan perusahaan-

perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama, maka pihak

perusahaan dituntut untuk bisa menunjukkan kelebihan atau nilai lebih yang

dimiliki perusahaan dan hal itu memerlukan dukungan tenaga kerja-tenaga

kerja yang profesional, berkualitas dan memiliki disiplin kerja yang tinggi.

Oleh karena itu PT.Easterntex di Pandaan tentunya sangat mengharapkan

dengan adanya disiplin kerja, maka akan dapat memelihara perilaku

karyawan dalam perusahaan agar tetap sesuai dengan tata tertib perusahaan

sehingga prestasi kerja karyawan menjadi bagus dan akhirnya tujuan

perusahaan akan lebih mudah tercapai.

Pada PT.Esterntex, disiplin kerja merupakan salah satu unsur yang

dinilai dalam menentukan prestasi kerja karyawannya. Penilaian prestasi

kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan ini dilakukan

setiap satu bulan sekali.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu karyawan manfaat

yang diperoleh dari penilaian prestasi kerja bagi karyawan adalah untuk

mengidentifikasi kemampuan dan potensi yang bermanfaat untuk

menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan karirnya. Sedangkan

bagi PT.Easterntex di Pandaan, hasil penilaian prestasi kerja sangat penting

artinya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti


4

identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitmen,

seleksi, program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan

berbagai aspek lain dari keseluruhan proses manajemen sumber daya

manusia secara efektif.

Hal senada juga diungkapkan oleh Hasibuan bahwa manfaat penilaian

prestasi kerja pada intinya yaitu untuk memperoleh berbagai macam

informasi yang berguna dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan

kegiatan manager sumber daya manusia seperti menentukan kriteria tingkat

pemberian kompensasi, mengenali sumber daya manusia yang perlu untuk

dilakukan pembinaan dan pengembangan lebih lanjut sehingga kualitas

pelaksanaan pekerjaan bisa lebih baik lagi dan sebagai bahan pembuatan

program sumber daya manusia masa datang.

Dari latar belakang diatas, maka timbul pemikiran untuk mengadakan

penelitian mengenai pengaruh dimensi-dimensi disiplin kerja terhadap

prestasi kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan

untuk meningkatkan disiplin kerja karyawan, maka dimensi-dimensi

pembentuknya harus di perhatikan. Namun pemasalahan apakah benar

dimensi displin kerja dapat mempengaruhi prestasi kerja karyawan

departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan harus dibuktikan terlebih

dahulu.

B. Rumusan Masalah
5

Dari uraian diatas, yang menjadi permasalahan untuk dibahas dalam

skripsi ini adalah:

1. Apakah dimensi-dimensi disiplin kerja yang terdiri dari tujuan dan

kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat /

pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan serta hubungan

kemanusiaan secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap prestasi kerja karyawan Departemen weaving

PT.Easterntex di Pandaan ?

2. Diantara dimensi-dimensi disiplin kerja tersebut diatas, variabel disiplin

yang manakah yang mempunyai pengaruh dominan terhadap prestasi

kerja karyawan Departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dimensi-dimensi disiplin kerja dengan variabel tujuan

dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, waskat /

pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan serta hubungan

kemanusiaan secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap

prestasi kerja karyawan Departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

2. Untuk mengetahui dimensi disiplin kerja yang mempunyai pengaruh

dominan terhadap prestasi kerja karyawan Departemen weaving

PT.Easterntex di Pandaan.

D. Manfaat Penelitian
6

1. Bagi Peneliti

Dengan melakukan penelitian, dapat mengetahui aplikasi manajemen

personalia dan menambah cakrawala peneliti dalam melihat sikap dan

perilaku karyawan dalam bekerja dalam suatu lingkungan perusahaan.

2. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapakan mampu memberikan masukan guna

pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan

pengetahuan dimensi-dimensi disiplin kerja, prestasi kerja karyawan,

dan manajemen sumber daya manusia.

3. Bagi institusi

a. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan

masukan yang berharga bagi perusahaan khususnya dalam kaitannya

dengan pendisiplinan kerja karyawan

b. Universitas

Sebagai tambahan pustaka bagi penelitian lanjutan yang berminat

membahas topik disiplin kerja karyawan terhadap prestasi kerja

karyawan.

E. Batasan Masalah

Batasan masalah berguna untuk mengarahkan pada pokok

permasalahan seperti yang ada pada rumusan masalah. Selain itu batasan

masalah juga digunakan untuk menghindari terjadinya salah penafsiran


7

sehingga pembahasan tetap pada jalur yang sama.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah terbatas pada

pengaruh dimensi-dimensi disiplin kerja menurut Hasibuan (2005:194),

yang terdiri dari tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa,

keadilan, waskat / pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan serta

hubungan kemanusiaan, terhadap prestasi kerja karyawan Departemen

weaving PT.Easterntex di Pandaan.


8

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Disiplin kerja

a. Pengertian disiplin kerja

Banyak kerugian yang dialami perusahaan jika disiplin kerja

tidak dilaksanakan dengan baik, waktu akan terbuang untuk

melaksanakan pengadilan, adanya perpecahan antar karyawan, adanya

publisitas yang buruk tentang perusahaan tersebut dikalangan lainnya,

dan sebagainya. Oleh karena itu disiplin kerja dalam perusahaan

memegang peran penting yang perlu diperhatikan oleh pihak

manajemen.

Secara sederhana sebagian orang memberikan pengertian

bahwa kedisiplinan adalah apabila karyawan jarang absen dan datang

serta pulang tepat pada waktunya. Namun pada hakekatnya menurut

Nitisemito (1996:118) bahwa ”Kedisiplinan mempunyai makna yang

lebih luas, yaitu merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan

yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis

maupun tidak”.

Pengertian diatas menunjukkan bahwa disiplin adalah

cenderung sebagai kontrol dari bagi individu, utamanya penting bagi

pimpinan , manajer dan supervisor. Jika mereka tidak mempunyai


9

kontrol diri bagaimana mereka bisa membangun rasa hormat pada

bawahannya. Selain itu disiplin diri ini didasarkan pada dua prinsip

psikologis, yaitu : pertama, penerapan hukuman menimbulkan hasil

yang diinginkan dan bahkan seringkali hasil yang tidak diinginkan;

kedua, seseorang yang mempunyai rasa hormat terhadap individu

cenderung menjadi pekerja yang lebih baik daripada yang tidak.

Sedangkan menurut Hasibuan (2001:190), kedisiplinan adalah

”Kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan

perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Dimana, kesadaran

disini berarti sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua

peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi dia akan

mematuhi atau mengarahkan semua tugasnya dengan baik, bukan atas

paksaan.

Bedasarkan pengertian diatas, maka disiplin

mempertimbangkan suatu kondisi untuk memperoleh perilaku teratur

dalam suatu organisasi. Hal ini menyiratkan tetap terjaganya peraturan

dan kontrol karyawan secara individu diantara kelompok pekerja

dengan pemakaian metode yang membangun moral dan semangat

kerja secara positif.

b. Tujuan disiplin kerja

Disiplin kerja dan selalu diabaikan oleh karyawan yang kurang

bertanggung jawab dan kurang menyadari akan tugas dan

kewajibannya. Setiap karyawan hendaknya menyadari bahwa


10

kepentingan perusahaan adalah kepentingan yang harus diutamakan

demi tercapainya tujuan perusahaan.

Pentingnya kedisiplinan kerja menurut Nitisemito (1987:118)

adalah sebagi berikut: ”Menegakkan kedisiplinan kerja penting bagi

suatu perusahaan sebab dengan kedisiplinan itu dapat diharapkan

sebagian besar dari peraturan ditaati oleh sebagian besar karyawan.”

Dengan adanya kedisiplinan dapat diharapkan pelaksanaan kerja

menjadi lebih efektif dan efisien. Dengan demikian bila kedisiplinan

tidak dapat ditegakkan, kemungkinan tujuan yang telah ditetapkan

tidak akan tercapai, atau tercapai tetapi tidak secara efektif dan efisien.

Tujuan disiplin kerja menurut Saydam (2000:198) bahwa:

”agar semua karyawan yang ada dalam perusahaan bersedia dengan

sukarela mematuhi dan menaati segala peraturan dan tata tertib yang

berlaku tanpa paksaan”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan

dari disiplin adalah agar para karyawan dapat mematuhi peraturan dan

tata tertib perusahaan yang berlaku tanpa adanya paksaan yang pada

akhirnya dapat mendukung tercapainya tujuan dari perusahaan.

Sedangkan tujuan pembinaan disiplin menurut Siswanto

(1987:279-280) ada dua yaitu tujuan dan utama khusus. Tujuan

utamanya adalah kontinuitas perusahaan sesuai dengan motif

perusahaan yang bersangkutan, baik hari ini maupun hari esok. Secara

khusus pembinaan disiplin kerja para tenaga kerja dengan tujuan

antara lain:
11

1. Agar para tenaga kerja menepati segala

peraturan dan kebijaksanaan

ketenagakerjaan maupun peraturan dan

kebijaksanaan perusahaan yang berlaku,

baik teertulis maupun tidak tertulis, serta

melaksanakan perintah manajemen.

2. Dapat melaksanakan pekerjaan dengan

sebaik-baiknya serta mampu

memberikan servis yang maksimal

kepada pihak tertentu yang

berkepentingan dengan perusahaan

sesuai dengan pekerjaan yang

dibebankan kepadanya.

3. Dapat menggunakan dan memelihara

sarana dan prasarana, barang dan jasa

perusahaan dengan sebaik-baiknya.

4. Dapat bertindak dan berperilaku sesuai

dengan norma-norma yang berlaku pada

perusahaan.

5. Follow up dari hal-hal di atas para

tenaga kerja mampu memperoleh tingkat

produktivitas yang tinggi sesuai dengan

harapan perusahaan, baik dalam jangka


12

pendek maupun jangka panjang.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin kerja karyawan

Menurut Hasibuan (2005:194) Pada dasarnya banyak indikator

yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi

diantaranya ialah:

1. Tujuan dan kemampuan


2. Teladan Pimpinan
3. Balas jasa
4. Keadilan
5. Pengawasan melekat.
6. Sanksi hukuman
7. Ketegasan
8. Hubungan kemanusiaan.

Menurut Nitisemito (1996:203) mengemukakan terdapat lima

faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja, yaitu:

1. Kesejahteraan
2. Ancaman
3. Ketegasan
4. Tujuan dan kemampuan
5. Teladan pimpinan.

Saydam (1996) menyatakan bahwa beberapa faktor yang

mempengaruhi disiplin kerja adalah :

1. Besar kecilnya kompensasi


2. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan.
3. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan.
4. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
5. Ada tidaknya pengawas pimpinan
6. Ada tidaknya perhatian kepada karyawan.
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya
disiplin.

Pendapat lain dikemukakan oleh Glueck (1978:703) ada dua

macam faktor penting yang mempengaruhi kedisiplinan kerja


13

karyawan yaitu, faktor dalam diri individu sendiri dan faktor dari luar

individu.

a. Faktor dari dalam individu sendiri:

1). kepribadian

Hal ini merupakan ciri khas yang dimiliki leh tiap- tiap

individu. Ada tipe kepribadian tertentu yang mendasari sikap

individu terhadap peraturan – peraturan kerja dan ada tipe

kepribadian yang mendasari individu cenderung untuk

mengabaikan peraturan yang ada.

2). Usia

Merupakan suatu hirarki yang berpengaruh terhadapp

kematangan sosial tiap individu semakin matang

kemampuannya dalam memahami aturan – aturan yang

ditetapkan.

3). Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh individu

merupakan cerminan dari proses belajar secara formal yang

telah dilalui oleh individu tersebut. Semakin lama proses

belajar tersebut maka akan semakin tinggi pengetahuan

individu.

4). Sikap dan pengalaman

Kedua hal ini merupakan aspek yang sangat penting.

Dengan sikap yang mampu menerima aturan – aturan yang


14

berlaku maka akan menciptakan keharmonisan dalam

organisasi. Pengalaman kerja yang cukup lama akan membuat

seorang.

b. Faktor dari luar individu

1). Sifat organisasi

Sifat organisasi terbuka seperti perusahaan – perusahaan

swasta akan memungkinkan terjadinya proses kedisiplinan

yang tinggi, prsaingan mencapai prestasi dan adanya imbalan

yang memadai sesuai dengan tenaga yang dikeluarkan.

2). Gaya kepemimpinan

Faktor gaya kepemimpinan sangat mempengaruhi

sekali dapat tidaknya disiplin kerja ditetapkan. Seorang

pemimpin yang sangat pesimis akan membuat bawahannya

cenderung melanggar peraturan yang berlaku sedangkan

pemimpin yang otoriter akan takut untuk melanggar peraturan

namun akan berusaha untuk menciptakan kesempatan –

kesempatan untuk melanggar peraturan yang berlaku.

3). Sifat kelompok kerja

Sifat kelompok kerja yang cenderung melanggar aturan

– aturan yang berlaku akan membuat anggota kelompok

cenderung melakukan tindakan yang melanggar peraturan

sedangkan sifat kelompok kerja yang taat kepada peraturan

sedangkan sifat kelompok cenderung mematuhi peraturan yang


15

berlaku.

d. Tipe- tipe Kedisiplinan

Displin kerja harus ditegakkan demi kelancaran operasi

perusahaan.Terdapat 2 tipe tindakan disiplin kerja menurut

Mangkunegara (2000:129) yaitu:

1). Disiplin Preventif

Disiplin preventif adalah suatu upaya untuk

menggerakkan pegawai mengikuti dan mematuhi pedoman kerja,

aturan – aturan yang telah digariskan oleh perusahaan. Tujuan

dasarnya adalah untuk menggerakkan pegawai berdisiplin diri.

Dengan cara preventif, pegawai dapat memelihara dirinya

terhadap peraturan-peraturan perusahaan.”

Disiplin preventif merupakan suatu sistem yang

berhubungan dengan kebutuhan kerja untuk semua bagian sistem

yang ada dalam organisasi. Jika sistem organisasi baik, maka

diharapkan akan lebih mudah menegakkan disiplin kerja.

Sedangkan menurut Siagian (1995 : 206), bahwa

”Disiplin preventif adalah tindakan yang mendorong para

karyawan untuk taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku dan

memenuhi standar yang telah ditetapkan.” Dimana keberhasilan

penerapannya ada pada pribadi (self dicipline) para karyawan


16

maupun pemimpinnya sendiri. Maka dari itu terdapat tiga hak

yang perlu diperhatikan manajemen, yaitu:

a. Para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa

memiliki organisasi.

b. Para karayawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai

ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi.

c. Para karyawan didorong menentukan sendiri cara-cara

pendisiplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang

berlaku umum bagi seluruh karyawan organisasi.

Dalam hubungan ini manajemen mempunyai tanggung

jawab untuk menciptakan suatu iklim disiplin preventif dimana

berbagai standar diketahui dan dipahami. Dengan demikian dapat

dicegah timbulnya kemungkinan-kemungkina pelanggaran atau

penyimpangan dan standar yang telah ditentukan.

2). Displin korektif

Disiplin korektif adalah suatu upaya menggerakkan

pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan

untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang

berlaku pada perusahaan.

Menurut Siagian (1995:206), bahwa pendisiplinan

korektif dilakukan jika ada karyawan yang nyata-nyata melakukan

pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau gagal

memenuhi standar yang telah ditetapkan kepadanya dikenakan


17

sanksi disipliner.

Pada disiplin korektif, pegawai yang melanggar displin

perlu diberikan sanksi dengan peraturan yang berlaku. Tujuan

pemberian sanksi adalah untuk memperbaiki pegawai pelanggar,

memelihara peraturan yang berlaku, dan memberikan pelajaran

kepada pelanggar.

Disiplin korektif memerlukan perhatian khusus dan proses

prosedur yang seharusnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith

Davis (2000 : 130) yang dikutip oleh Mangkunegara bahwa:

”Corrective dicipline requires attention to due procces, which


means that procedurs show concern for the rights of the employee
involved. Major requirements for due process include the
following: 1) A presumption of innocence until reasonable proof of
an employe’s role in an offence is presented; 2) The right to be
heard and in some cases to be represented by another person; 3)
Dicipline that is reasonable in relation to the offence involved.

Dimana hal ini Keith Davis berpendapat bahwa: “Disiplin

korektif memerlukan perhatian proses yang seharusnya yang

berarti bahwa prosedr harus menunjukkan pegawai yang

bersangkutan benar-benar terlibat. Keperluan proses yang

seharusnya itu dimaksudkan adalah pertama, suatu prasangka yang

tak bersalah sampai pembuktian pegawai berperan dalam

pelanggaran. Kedua, hak untuk didengar dalam beberapa kasus

terwakilkan oleh pegawai lain. Ketiga, displin itu dipertimbangkan

dalam hubungannya dengan keterlibatan pelanggaran.


18

e. Beberapa pedoman dalam memberikan tindakan pendisiplinan

Heidjrachman dan Husnan (1997:241-242) mengatakan bahwa

pengalaman dan penelitian telah menunujkkan bahwa dalam

pendisiplinan perlu dijalankan dengan memperhatikan beberapa

pedoman seperti :

1. Pendisplinan hendaknya dilakukan secara pribadi, tidak dihadapan


orang banyak.
2. Pendisiplinan haruslah bersifat membangun, misalnya dengan
memberikan teguran yang disertai saran
3. Pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan
segera, tidak perlu menunda-nunda
4. Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan, artinya suatu
kesalahan yang sama hendaknya diberi hukuman yang sama pula,
tidak boleh ”pilih kasih”
5. Pimpinan tidak seharusnya memeberikan pendisiplinan pada waktu
bawahan sedang absen.
6. Setelah pendisiplinan, sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali.

f. Sanksi displin kerja

Apabila dalam tindakan disipliner masih terdapat pelanggar,

maka akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat jenis

kesalahan/pelanggaran dan juga harus bersifat mendidik dalam arti

agar terjadi perubahan sikap dan perilaku dimasa yang akan datang

yang lebih baik dari masa lalu dan masa sekarang.

Adapun langkah-langkah manajemen dalam melaksanakan

tindakan pendisiplina agar sesuai dengan apa yang diinginkan oleh

perusahaan menurut Ranupandjojo (1993:241), yaitu:

a. Memberikan
peringatan lisan
b. Memberikan
peringatan tertulis
c. Dihilangkan sebagian
19

hak.
d. Didenda.
e. Dirumahkan
sementara (lay-off)
f. Diturunkan
pangkatnya.
g. Dipecat.

Menurut Siswanto (1987:282-283) tingkat dan jenis disiplin

kerja terdiri dari:

1. Sanksi disiplin berat:


a. Demosi jabatan yang
setingkat lebih rendah dari
jabatan/pekerjaan yang
dibebankan sebelumnya.
b. Pembebasan dari
jabatan/pekerjaannya untuk
dijadikan sebagai tenaga
kerja biasa bagi yang
memgang jabatan.
c. Pemutusan hubungan kerja
dengan hormat atas
permintaan sendiri tenaga
kerja yang bersangkutan.
d. Pemutusan hubungan kerja
tidak dengan hormat sebagi
tenaga kerja diperusahaan.
2. Sanksi disiplin sedang:
a. Penundaan pemberian
kompensasi yang sebelumnya
telah dicanangkan
sebagaimana tenaga kerja
lainnya.
b. Penundaan upah sebesar satu
kali upah yang biasanya
diberikan harian, mingguan,
atau bulanan.
c. Penundaan program promosi
bagi karyawan yang
bersangkutan pada jabatan
yang lebih tinggi.
3. Sanksi disiplin ringan:
a. Teguran lisan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan.
20

b. Teguran tertulis.
c. Pernyataan tidak puas secara tertulis.

Pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar disiplin menurut

(Mangkunegara,2000:131-132) adalah dengan memberikan peringatan,

harus segera, konsisten, dan impersonal.

1. Pemberian Peringatan

Pegawai yang melanggar disiplin kerja perlu diberikan

surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga. Tujuan pemberian

peringatan adalah agar pegawai yang bersangkutan menyadari

pelanggran yang telah dilakukannya. Disamping itu pula surat

peringatan tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

memberikan penilaian kondite pegawai.

2. Pemberian Sanksi Harus

Segera.

Pegawai yang melanggar disiplin harus segera diberikan

sanksi yang sesuai dengan peraturan organisasi yang berlaku.

Tujuannya agar pegawai yang bersangkutan memahami sanksi

pelanggaran yang berlaku di perusahaan. Kelalaian pemberian

sanksi akan memperlmah disiplin yang ada. Disamping itu

memberi peluang pelanggaran agar untuk mengabaikan disiplin

perusahaan.

3. Pemberian Sanksi Harus

Konsisten.

Pemberian sanksi kepada pegawai yang tidak disiplin harus


21

konsisten. Hal ini bertujuan agar pegawai sadar dan menghargai

peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan. Ketidak

konsistenan pemberian sanksi dapat mengakibatkan pegawai

merasakan adanaya diskriminasi pegawai, ringannya sanksi, dan

pengabaian disiplin.

4. Pemberian Sanksi Harus Impersonal

Pemberian sanksi pelanggaran displin harus tidak

memebeda-bedakan pegawai tua-muda, pria-wanita tetap

diberlakukan sama sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tujuannya adalah agara pegawai menyadari bahwa disiplin kerja

berlaku untuk semua pegawai dengan sanksi pelanggaran yang

sesuai dengan peraturan yang berlaku diperuasahaan.

2. Prestasi Kerja

a. Pengertian prestasi kerja

Handoko (1997:135) menyatakan bahwa ukuran keberhasilan

departemen sumber daya manusia adalah prestasi atau pelaksanaan

kerja (job performance) karyawan. Baik departemen sumber daya

manusia maupun para karyawan memerlukan umpan balik atas upaya-

upaya mereka.

Rue dan Byars (1995:482) memberikan pengertian terhadap

prestasi kerja sebagai tingkat penyempurnaan suatu tugas atau

pekerjaan yang harus diselesaika oleh karyawan. Hal ini


22

mencerminkan bagaimana seorang karyawan menyelesaikan tugasnya.

Istilah ini sering rancu dengan usaha, dimana usaha mengacu pada

energi yang dikeluarkan, namun pada prestasi kerja yang yang diukur

adalah hasil dari pekerjaanya.

As’ad (1998:47) menegaskan bahwa prestasi kerja adalah

tingkat sejauh mana keberhasilan seseorang didalam melakukan

pekerjaannya. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi kerja mempunyai

pengertian sebagai hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai

dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Seringkali dijumpai istilah-istilah yang artinya mirip atau

tumpang tindih dengan job performance, misalnya: profiency, merit,

dan produktivitas. Menurut Wexley dan Yukl (1997, dalam As’ad,

1991:48) profiency mengandung arti yang lebih luas sebab mencakup

sekaligus segi-segi effort, job performance, inisiatif, loyalitas, potensi

kepemimpinan, dan moral kerja. Menurut Maier (1965, dalam As’ad,

1991:48) memberika arti merit lebih merupakan aspek umum dari pada

profiency. Produktivitas kerja adalah perbandingan antara input dan

output.

Uraian diatas nampak jelas bahwa pengertian job performance

lebih sempit sifatnya, yaitu hanya berkenaan dengan apa yang

dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Biasanya orang yang

tingkat prestasi kerjanya tinggi disebut sebagai orang yang produktif,

dan sebalinya orang yang tingkat prestasi kerjanya tidak mencapai


23

standar, dikatakan tidak produktif atau berprestasi rendah.

b. Pengertian penilaian pretasi kerja

Hasibuan (2001:86) memberikan pengertian penilaian prestasi

kerja adalah ”kegiatan manajer untuk mengevaluasi perilaku prestasi

kerja karyawan serta menetapkan kebijaksanaan selanjutnya”.

Penilaian prestasi kerja adalah menilai rasio hasil kerja nyata

dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap

karyawan. Menetapkan kebijaksanaan berarti apakah karyawan akan

dipromosikan, didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan.

c. Tujuan dan kegunaan penilaian prestasi kerja

Penilaian prestasi kerja karyawan berguna untuk perusahaan

serta harus bermanfaat bagi karyawan.

Hasibuan (2001:88-89) menjelaskan bahwa tujuan dan kegunaan

penilaian prestasi kerja adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan


untuk promosi, demosi, pemberhentian, dan penetapan besarnya
balas jasa.
2. Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauh mana karyawan bisa
sukses dalam pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektifitas seluruh kegiatan di
dalam perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan
jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan,
kondisi kerja, dan peralatan kerja.
5. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi
karyawan yang berada dalam organisasi.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan
sehingga dicapai tujuan untuk mendapatkan kinerja yang baik.
7. Sebagai alat untuk mendorong atau membiasakan para atasan
(supervisors, managers, administrators) untuk mengobservasi
24

perilaku bawahan (subordinate) supaya diketahui minat dan


kebutuhan-kebutuhan bawahannya.
8. Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan-
kelemahan di masa lampau dan meningkatkan kemampuan
karyawan selanjutnya
9. Sebagai kriteria dalam menentukn seleksi dan penempatan
karyawan
10. Sebagai alat untuk mengidentifikasi kelemahan-kelemahan
personel dan dengan demikian bisa sebagai bahan pertimbangan
agar bisa diikutsertakan dalam program latihan kerja tambahan.
11. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan
karyawan
12. Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian
pekerjaan (job description).

d. Unsur-unsur yang dinilai

Dalam penilaian prestasi kerja karyawan yang akan dilakukan

oleh atasan terhadap bawahan, terdapat beberapa unsur yang umumnya

dinilai yang dibahas oleh Siswanto (1987:195), antara lain:

1. Kecakapan yang berarti kesanggupan menaati,

melaksanakan dan mengamalkan sesatu yang ditaati

dengan penuh kesadran dan tanggung jawab serta

sesuai antara pekerjaan dengan kemampuan yang

dimilikinya sehingga tenaga kerja dapat

melaksanakan pekerjaan sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh perusahaan.

2. Ketrampilan yang berarti kemampuan kerja yang

dimiliki oleh seorang tenaga kerja dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan yang dibebankan

kepadanya, tanpa suatu pengawasan yang rutin.


25

Diman tenaga kerja tersebut kratif dan inovatif

dalam melakukan pekerjaan yang diberikan.

3. Pengamalan yang berarti suatu tindakan atau kerja

yang pernah dilakukan oleh seorang tenaga kerja

diluar perusahaan pada bidang pekerjaan yang sama

atau berbeda dan kemampuan bekerja yang dimiliki

oleh seorang tenaga kerja lebih dari sekali dalam

menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan

kepadanya sehingga sangat mempengarruhi

terhadap hasil kerja dan ketepatan waktu.

4. Kesungguhan yang berarti kesanggupan dengan

kesadaran dan tanggung jawab yang tinggi yang

dimiliki seorang tenaga kerja untuk mentaati segala

ketentuan, peraturan perundang-undangan dan

peraturan yang berlaku, mentaati perintah yang

diberikan oleh atasan yang berwenang, serta

kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang

telah ditentukan oleh perusahaan maupun, baik

secara tertulis maupun tidak tertulis diman ahal ini

akan sangat menunjang promosi kerja tenaga kerja

bersangkutan.

e. Metode dalam penilaian prestasi kerja

Heidjrachman dan Husnan (1997:121-122) menyatakan bahwa


26

setiap perusahaan perlu melakukan penilaian prestasi kerja para

karyawannya. Yang menjadi masalah adalah metode yang akan dipilih.

Metode-metode penilaian prestasi kerja pada dasarnya bisa dibagi

menjadi 3 yaitu:

1. Penilaian secara “kebetulan”, tidak sistematis dan sering


membahayakan
2. Metode tradisional yang sistematis, yang
mengukur a) karakteristik karyawan, b)
sumbangan karyawan kepada organisasi
atau c) keduanya
3. Tujuan yang ditetapkan bersama dengan
menggunakan manajemen Berdasarkan
Sasaran (MBS) atau yang sering dikenal
sebagai ”Management By Objectives”.

Cara penilaian yang tidak sistematis dan dilakukan secara

kebetulan, sering berbahaya didalam penerapannya. Misalkan ada

suatu jabatan yang kosong pada suatu organisasi, baru kemudian

diadakan penilaian seketika terhadap para karyawan untuk

memenugkinkan pengisian jabatan tersebut. Tentu saja cara ini kurang

sistematis karena baru dilakukan pada saat ada lowongan dan tidak

konsisten. Karena itu untuk perusahaan-perusahaan yang teratur

sebaiknya menggunakan pendekatan yang sistematis.

Menurut Heidjrachman dan Husnan (1997:123) penilaian yang

sistematis dan dilakukan secara berkala mempunyai banyak manfaat

bagi organisasi, yaitu:

1. Memberikan

informasi yang

sangat membantu
27

di dalam

keputusan-

keputusan yang

menyangkut

masalah-masalah

seperti promosi,

kenaikan gaji dan

transfer.

2. Memberikan

informasi sebelum

sesuatu itu

mungkin

diperlukan, jadi

menghindari

kemungkinan

digunakanya

“judgment” sesaat

3. Memberikan informasi untuk menopang berbagai keputusan dalam

bidang personalia.

4. Dapat digunakan untuk mendorong dan

memimpin pengembangan karyawan

Kebanyakan orang ingin mengetahui apa

dan bagaimana mereka bekerja Program


28

penilaian kecapakan kerja memberikan

informasi ini dalam bentuk yang

biasanya dapat dikomunikasikan kepada

para karyawan.

Adapun mengenai sistem-sistem penilaian prestasi kerja

Menurut Hasibuan (2005:97), adalah:

1. Rangking

Sistem ini dilakukan dengan membandingkan karyawan yang

satu dengan karyawan yang lain untuk menentukan siapa yang

lebih baik.

2. Perbandingan karyawan dengan karyawan (”person – to –

person comparison”)

Perbandingan karyawan dengan karyawan merupakan suatu

cara memisahkan penilaian seseorang kedalam berbagai faktor

(misalnya kepemimpinan, inisiatif dan dapat tidaknya

diandalkan).

3. Grading

Pada metode ini suatu definisi yang jelas untuk setiap kategori

telah dibuat dengan seksama.

4. Skala grafis (”graphic scales”)

Metode ini merupakan metode penilaian yang paling banyak

digunakan. Pada metode ini baik tidaknya pekerjaan seorang

karyawan dinilai berdasarkan faktor-faktor yang dianggap


29

penting bagi pelaksanaan pekerjaan tersebut, yaitu dibagi

dalam kategori, misalnya baik sekali, cukup, kurang dan

sebagainya.

5. Checklist

Untuk mengurangi beban para penilai dalam menentukan

penilaian mereka, maka sistem checklist bisa digunakan.

Penilai buka menilai karyawan, tetapi sekedar melaporkan atas

tingkah laku karyawan.

McKenna dan Beech (2001:145) mengatakan bahwa

teknik-teknik penilaian diatas merupakan teknik penilaian

formal untuk menilai prestasi bawahan dan penilaian ini lebih

objektif daripada teknik penilaian informal, namun atasan yang

secara terus-menerus melakukan penilaian terhadap

bawahannya merupakan penilaian secara subyektif.

f. Penilai dalam penilaian prestasi kerja

Robbins (1996:260) menerangkan bahwa ”Siapa yang

seharusnya mengevaluasi prestasi kerja seorang karyawan?,

jawabannya adalah atasan langsungnya”.

Ranupandojo dan Husnan (1997:128,131) membenarkan

pendapat Robbins dan menjelaskan bahwa pada umumnya yang

mempunyai wewenang untuk menilai prestasi kerja dari karyawan

adalah atasan langsung dari pada bawahan. Penilaian satu pihak ini
30

didasarkan pada penilaian satu pihak, yakni dalam arti bahwa

pimpinan menilai, dengan menggunakan unsur ”judgment”, dengan

harapan penilaian dilakukan seobyektif mungkin.

Namun Robbins (1996:260) menambahkan bahwa ada pihak-

pihak lain selain atasan langsung yang bisa menjadi penilai dalam

proses penilaian prestasi kerja karyawan. Hal ini dapat disimpulkan

bahwa penilai prestasi kerja karyawan adalah:

a. Atasan langsung

Sebagian besar dari semua evaluasi prestasi pada tingkata bawah

dan menengah dari organisasi dijalankan oleh atasan langsung

karyawan itu. Namun sejumlah organisasi mengenal cacat dari

penggunaan sumber evaluasi ini. Misalnya banyak atasan mereka

tidak memenuhi syarat untuk menilai kontribusi yang unik dari

masing-masing anak buahnya.

b. Rekan sekerja

Evaluasi rekan sekerja merupakan salah satu sumber paling andal

dari data penilaian. Alasannya adalah: pertama, rekan sekerja dekat

dengan tindakan; kedua, dengan mengggunakan rekan sekerja

sebagai penilai menghasilkan sejumlah penilaian yang interpenden.

c. Evaluasi diri

Evaluasi diri mendapatkan nilai tinggi dari para karyawan sendiri,

evaluasi itu cenderung mengurangi kedensifan para karyawan

mengenai proses penilaian, dan evaluasi itu merupakan sarana


31

yang unggul untuk merangsang pembahasan prestasi pekerjaan

antara para karyawan dan para atsan mereka.

d. Bawahan langsung

Evaluasi bawahan langsung dapat memberikan informasi yang

tepat dan rinci mengenaia perilaku seorang manager lazimnya

penilai empunyai kontak yang sering dengan yang di nilai. Yang

pasti menjadi masalah dari bentuk penilaian ini adalah rasa takut

akan dibalas oleh para atasan yang diberi evaluasai yang tidak

mendukung.

e. Pendekatan menyeluruh evaluasi 360 derajat

Pendekatan ini memberikan umpan balik kinerja di lingkungan

penuh kontak sehari-hari yang dapat dipunyai oleh karyawan, yang

berkisar dari personil tingkat terendah sampai kepelanggan, atasan

dan rekan sekerja. Evaluasi ini cocok daam organisasi yang

memepekenalkan tim, pelibatan karyawan, dan program Total

Qualilty Management.

B. Pengaruh disiplin kerja terhadap prestasi kerja karyawan.

Hasibuan (2001:190) menyatakan bahwa kedisiplinan merupakan

fungsi operatif manajemen sumber daya manusia yang terpenting, karena

semakin baik disiplin karyawan, semakin tinggi prestasi kerja yang dapat
32

dicapainya. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi atau perusahaan

mencapai hasil yang optimal.

Disiplin kerja yang di tanamkan pimpinan pada karyawan dapat

menimbulkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaannya karena menyadari

kewajibannya dan mengutamakan hasil kerja dengan baik sesuai standar

yang telah ditetapkan.

Penilaian prestasi kerja mempunyai standar-standar tertentu bagi tiap

perusahaan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika karyawan telah

melakukan pekerjaan sesuai dengan aturan dan standar pekerjaan yang

berlaku diperusahaan, maka dapat dikatakan karyawan telah mamapu

melaksanakan pekerjaannya dengan baik, sehungga prestasi kerjanya juaga

baik, dan hal ini sangat menunjang tercapainya tujuan perusahaan. Seorang

karyawan mempunyai disiplin tinggi, akan melakukan pekerjaan sesuai

dengan peraturan dan standar pekerjaan yang berlaku di perusahaan,

sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan karyawan sebagai akibat

melemahnya disiplin kerja, seperti tingginya tingkat absensi dan

keterlambatan hadir, serta menurunnya kinerja karyawan, dapat dihindari.

Mondy dan Noe (1993:671) menjelaskan bahwa tindakan disiplin

dapat membantu karyawan menjadi lebih produktif, dengan demikian

karyawan akan dapat diuntungkan pula secara jangka panjang. Seperti

contoh, jika seorang karyawan mendapatkan tindakan pendisiplinan karena

kegagalan memonitor kualitas hasil kerjanya kemudian dimasa mendatang

terdapat perbaiakn kualitas setelah tindakan pendisiplinan, maka tindakan ini


33

telah bermanfaat dalam pengembangan karyawan. Hal ini disebabkan

prestasi kerja, dimana karyawan tersebut memperoleh kenaikan promosi dan

peningkatan gaji. Karyawan tersebut selalu teringatkan apa yang diharapkan

dan apa yang harus diselesaikan dengan lebih baik. Tindakan pendisiplinan

yang efektif akan mampu mendorong karyawan untuk memperbaiki bahkan

meningkatkan prestasi kerja dan hasil akhir yang ingin dicapai oleh seorang

karyawan.

Tindakan disiplin yang sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan oleh

karyawan dapat meningkatkan motivasi, moral dan prestasi karyawan

(Cascio, 1995:505).

C. Mapping Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dan dapat membantu peneliti untuk

menyusun sebuah kerangka berfikir yang sesuai dengan judul yang diangkat

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


34

Tabel 2.4
Maping Penelitian Terdahulu
Keterangan Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang
Peneliti Syamsul Huda Chairul Arief Daniel Armiya Ratna Nilasari Dwi Putri
Tahun 2004 2006 2008 2009
Judul Pengaruh faktor-faktor Pengaruh faktor-faktor Pengaruh faktor-faktor Pengaruh faktor-faktor
disiplin kerja terhadap disiplin kerja terhadap disiplin kerja terhadap disiplin kerja terhadap
prestasi kerja karyawan kinerja karyawan prestasi kerja prestasi kerja karyawan
PT. Rengganis Perdana PT.Trimitra rejeki wisata karyawan PT.Indolok Departemen weaving
Argonindo di Surabaya. di Surabaya. bakti utama Surabaya. PT.Easterntex di
Pandaan.
Rumusan Masalah Apakah faktor – faktor Apakah faktor – faktor Apakah faktor – faktor Apakah faktor – faktor
disiplin kerja yang disiplin kerja yang terdiri disiplin kerja yang disiplin kerja yang
terdiri dari dari tujuan dan terdiri dari terdiri dari tujuan dan
kesejahteraan, ancaman, kemampuan, teladan kompensasi, keteladan kemampuan, teladan
ketegasan, tujuan dan pimpinan, balas jasa, pimpinan, aturan pasti pimpinan, balas jasa,
kemampuan, serta keadilan, waskat, sanksi yang dapat dijadikan keadilan, waskat, sanksi
teladan pimpinan secara hukuman, hubungan pegangan, keberanian hukuman, hubungan
bersama-sama kemanusiaan secara pimpinan dalam kemanusiaan secara
mempunyai pengaruh bersama-sama mengambil tindakan, bersama-sama
yang bermakna, factor mempunyai pengaruh pengawasan pimpinan, mempunyai pengaruh
disiplin kerja manakah yang signifikan, factor perhatian pimpinan yang signifikan, factor
yang mempunyai disiplin kerja manakah pada karyawan dan disiplin kerja manakah
pengaruh dominan yang mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang mempunyai
terhadap prestasi kerja pengaruh dominan yang mendukung pengaruh dominan
karyawan. terhadap prestasi kerja tegaknya disiplin terhadap prestasi kerja
karyawan. secara bersama-sama karyawan.
mempunyai pengaruh
yang signifikan, faktor
disiplin kerja manakah
yang mempunyai
pengaruh dominan
terhadap prestasi kerja
karyawan.
Jenis Penelitian Metode Penelitian Penelitian Penelitian Eksplanatori
Survei Eksplanatori
Teknik Kuesioner, observasi, Wawancara, observasi, Wawancara dan Kuesioner dan
Pengumpulan Data wawancara langsung. Literatur kuesioner. wawancara langsung.
Teknik Analisis Analisis regresi linier Analisis regresi linier Analisis regresi linier Analisis regresi linier
Data berganda. berganda. berganda. berganda.
Hasil Penelitian Terdapat pengaruh yang Ada Pengaruh secara Secara bersama –
Terdahulu bermakna antara faktor- bersama-sama variabel sama factor- factor
faktor disiplin kerja yag disiplin kerja yang terdiri disiplin kerja
terdiri dari dari kesesuaian tujuan mempunyai pengaruh
kesejahteraan, ancaman, dan kemampuan, teladan yang signifikan.
ketegasan, tujuan dan pimpinan, balas jasa, Faktor teladan
kekmampuan dan keadilan, waskat, sanksi pimpinan mempunyai
teladan pimpinan, dan hukuman, dan hubungan pengaruh yang paling
variabel ancaman kemanusiaan, dominan.
mempunyai pengaruh Pengawasan melekat
yang dominan. merupakan variabel yang
berpengaruh dominan.
Persamaan Sama-sama meniliti Sama- Sama meneliti Sama- Sama meneliti
Penelitian tentang faktor –faktor tentang faktor –faktor tentang faktor –faktor
Terdahulu dengan disiplin kerja terhadap disiplin kerja dan sama – disiplin kerja terhadap
Penelitian pestasi kerja karyawan sama menggunakan teori pestasi kerja karyawan
Sekarang dari Hasibuan 2005. dan faktor yang paling
dominan teladan
pimpinan juga.
Perbedaan Penelitian sekarang Penelitian sekarang Penelitian sekarang
Penelitian menggunakan teori menggunakan variabel menggunakan teori
T&K TP BJ K
Moral kerja W SH
Disiplin KT
kerja HK Prestasi kerja
35

Kepuasan kerja

Terdahulu dengan faktor – faktor disiplin terikatnya prestasi kerja faktor – faktor disiplin
Penelitian kerja menurut hasibuan sedangkan penelitian kerja menurut
Sekarang 2005 sedangkan terdahulu variabel hasibuan 2005
penelitian terdahulu terikatnya kinerja sedangkan penelitian
menggunakan teori karyawan. terdahulu
faktor – faktor disiplin menggunakan teori
kerja menurut faktor – faktor disiplin
Nitisemito 2006. kerja menurut Saydam
2000.

D. Kerangka Berfikir

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori, maka kerangka

berpikir yang digunakan dalam penelitian ini disusun seperti pada Gambar 2.1.

di bawah.

GAMBAR 2.1.

KERANGKA BERFIKIR

Dari gambar 2.1. di atas peneliti dapat menjabarkan bahwa indikator

kepuasan kerja meliputi Moral kerja, disiplin kerja, dan prestasi kerja. Namun,

peneliti hanya melakukan penelitian tentang dimensi-dimensi disiplin kerja yang

berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan, dimensi-dimensi yang


36

mempengaruhi disiplin kerja meliputi tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan,

balas jasa, keadilan, waskat / pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan

serta hubungan kemanusiaan, Dengan adanya yang membentuk disiplin yang

tinggi juga akan dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja.

E. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori,

maka dapat diajukan suatu hipotesis yang masih memerlukan pengujian untuk

membuktikan kebenarannya, yaitu:

1. Dimensi Tujuan dan kemampuan (X1) berpengaruh signifikan terhadap

prestasi kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

2. Dimensi Teladan pimpinan (X2) berpengaruh signifikan terhadap prestasi

kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

3. Dimensi Balas jasa (X3) berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja

karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

4. Dimensi Keadilan (X4) berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja

karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

5. Dimensi Teladan Waskat (X5) berpengaruh signifikan terhadap prestasi

kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

6. Dimensi Sanksi Hukuman (X6) berpengaruh signifikan terhadap prestasi

kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

7. Dimensi Ketegasan (X7) berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja

karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.


37

8. Dimensi Hubungan kemanusiaan (X8) berpengaruh signifikan terhadap

prestasi kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

9. Dimensi Tujuan dan kemampuan (X1), Teladan pimpinan (X2), Balas jasa,

(X3), Keadilan (X4), Waskat (X5), Sanksi Hukuman (X6), Ketegasan (X7),

Hubungan Kemanusiaan (X8) Secara serempak/simultan berpengaruh

signifikan terhadap prestasi kerja karyawan departemen weaving

PT.Easterntex di Pandaan.

10. Dimensi Teladan pimpinan (X2) berpengaruh dominan terhadap prestasi

keja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Tujuan dan kemampuan (X1)
Teladan pimpinan (X2)
Balas jasa (X3)
38
36

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif.

Yang memfokuskan pada pengujian hipotesis, data yang terukur dan

menghasilkan bukti kebenaran hipotesis. Jenis penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian eksplanatori yaitu penelitian yang

bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta

hubungan antara satu variabel dengan yang lain (Sugiyono, 2007:11).

B. Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis berusaha mengetahui ada tidaknya

pengaruh dimensi-dimensi disiplin kerja yang meliputi Tujuan dan

kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat,

sanksi hukuman, ketegasan serta hubungan kemanusiaan terhadap prestasi

kerja. Sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:


Ketegasan
Keadilan (X47))
(X
Hubungan
Pengawasn kemanusiaan
melekat (X(X
5) 8
) Prestasi Kerja
Sanksi hukuman (X6) (Y)
39

Gambar 3.1

Rancangan Penelitian

C. Definisi Operasional Variabel dan Identifikasi Variabel

1. Definisi Operasional Variabel

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menafsirkan variabel

yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan definisi

operasional dari masing-masing variabel, yaitu:

1. Prestasi kerja (Y)

Adalah pendapat dari pimpinan langsung mengenai hasil kerja

yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab yang dibebankan kepadanya dalam periode waktu

tertentu.

Menurut Siswanto (1987:195) Kriteria-kriteria pengukurannya:

a. Kecakapan karyawan dalam suatu pekerjaan yang diberikan.

a. Ketrampilan karyawan dalam suatu pekerjaan.

b. Pengalaman yang dimiliki karyawan dalam suatu bidang


40

pekerjaan.

c. Kesungguhan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan.

Dalam pengukuran indikator-indikator tersebut

dinyatakan dengan skorsing menurut skala likert, dengan bobot nilai

setiap jawaban, yaitu:

Sangat Tidak Setuju = 1

Tidak Setuju = 2

Netral = 3

Setuju = 4

Sangat Setuju = 5

2. Disiplin kerja (X)

Secara sederhana sebagian orang memberikan pengertian

bahwa kedisiplinan adalah apabila karyawan jarang absen dan datang

serta pulang tepat pada waktunya. Namun pada hakekatnya menurut

Nitisemito (1996:118) bahwa ”Kedisiplinan mempunyai makna yang

lebih luas, yaitu merupakan suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan

yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik yang tertulis

maupun tidak”.

Pengertian diatas menunjukkan bahwa disiplin adalah

cenderung sebagai kontrol dari bagi individu, utamanya penting bagi

pimpinan , manajer dan supervisor. Jika mereka tidak mempunyai

kontrol diri bagaimana mereka bisa membangun rasa hormat pada


41

bawahannya.

Menurut Hasibuan (2005:194) pada dasarnya banyak

indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu

organisasi, diantaranya:

a. Tujuan dan kemampuan (X1)

Kedisiplinan bukan hanya sekedar untuk kedisiplinan saja,

melainkan juga harus menunjang tujuan perusahaan. Selain harus

dapat menunjang tujuan, kedisiplinan yang hendak ditegakkan

haruslah sesuai dengan kemampuan dari karyawan. (Menurut

chairul anwar 2006) Indikator-indikator tujuan dan kemampuan

antara lain:

a.1. Kejelasan tentang tugas dan wewenang karyawan.

a.2. Kesesuaian pekerjaan karyawan dengan kemampuan

karyawan.

(Menurut Syamsul Huda 2004) Indikator tujuan dan

kemampuan antara lain:

a.1 Kesesuain antara tindakan karyawan dengan tujuan

pekerjaan yang direncanakan.

b. Teladan pimpinan (X2)

Teladan pimpinan merupakan sikap pimpinan menjadi

contoh dan panutuan oleh para bawahannya. (Menurut chairul

anwar 2006) Indikator-indikatir teladan pimpinan antara lain:


42

b.1. Sikap pimpinan terhadap penegakan disiplin.

b.2. kesesuaian kata pimpinan dengan perbuatannya.

b.3. Ketetapan waktu yang ditunjukkan pimpinan.

b.4. Sikap tanggung jawab dan kerja keras pimpinan.

c. Balas jasa (X3)

Balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada

karyawannya, karena telah memberikan sumbangan tenaga dan

pikirannya kepada perusahaan. (Menurut chairul anwar 2006)

Indikator-indikatir balas jasa antara lain:

c.1. Gaji yang diperoleh sesuai dengan tanggung jawab yang

diterimanya

c.2. Gaji yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan hidup

karyawan.

c.2. Adanya asuansi kesehatan untuk karyawan dan keluarga.

(Menurut Syamsul Huda 2004) indikator pengukuran balas

jasa antara lain:

c.1 Kesesuaian besarnya gaji dengan karyawan lain dalam

tanggung jawab yang sama (keadilan).

d. Keadilan (X4)

Keadilan yang dimaksudkan adalah kebijaksanaan dalam

pemberian penghargaan (pengakuan) atau hukuman. (Menurut

chairul anwar 2006) Indikator-indikator keadilan antara lain:


43

d.1. Keadilan atas penghargaan (pengakuan) yang diberikan

pimpinan kepada karyawan.

d.2. sikap pimpinan dalam memberikan sanksi hukuman.

e. Waskat/ pengawasan melekat (X5)

Mengawasi dan memberikan petunjuk apabila ada

bawahannya yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan

pekerjaannya. (Menurut chairul anwar 2006) Indikator-indikator

keadilan antara lain:

e.1. Kemampuan pimpinan melakukan pengawasan.

e.2. Kemampuan pimpinan dalam memberikan pengarahan.

e.3. Pimpinan mampu menumbuhkan kegairahan kerja

karyawan.

e.4. Kemampuan pimpinan mengevaluasi hasil kerja

karyawan.

f. Sanksi hukuman (X6)

Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap

tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat

motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.

(Menurut chairul anwar 2006) Indikator-indikator sanksi

hukuman antara lain:

f.1. Penerapan sanksi yang diberikan organisasi karena

keterlambatan karyawan.

f.2. Penerapan sanksi yang diberikan organisasi kepada


44

karyawan dalam pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan.

f.3. Penerapan sanksi yang diberikan organisasi karena

ketidakhadiran karyawan.

f.4. Penerapan sanksi yang diberikan organisasi kepada

karyawan yang membangkang perintah atasan.

g. Ketegasan (X7)

Ketegasan pimpinan adalah tindakan tegas dari pimpinan

dalam menegur dan menghukum karyawan yang indisipliner

akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada peruasahaan.

(Menurut chairul anwar 2006) Indikator-indikator ketegasan

antara lain:

g.1. Tindakan pimpinan terhadap kesalahan yang dilakukan

karyawan.

g.2. Ketegasan pimpinan menegakkan peraturan disiplin.

g.3. Kesesuaian antara sanksi dan pelanggaran yang dilakukan

karyawan.

(Menurut Syamsul Huda 2004) indikator pengukurannya

antara lain:

g.1. Tindakan pimpinan atau perusahaan cepat bertindak

terhadap kesalahan yang dilakukan karyawan

h. Hubunga kemanusiaan (X8)

Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesama

karyawan ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu


45

perusahaan. (Menurut chairul anwar 2006) Indikator-indikator

hubungan kemanusiaan antara lain:

h.1. Kesediaan pimpinan untuk berpartisipasi da bekerja sama

dengan bawahannya didalam maupun diluar pekerjaan.

h.2. Kesediaan karyawan lain untuk berpartisipasi dan bekerja

sama didalam maupun diluar pekerjaan.

Dari masing-masing variabel termasuk indikator-indikator

yang telah dijelaskan, maka untuk menentukan nilai jawaban

setiap pernyataan dalam kuesioner dinyatakan dengan skorsing

menurut skala Likert, yaitu:

Sangat Tidak Setuju = 1

Tidak Setuju = 2

Netral = 3

Setuju = 4

Sangat Setuju = 5

2. Identifikasi variabel

Sehubungan dengan permasalahan dan hipotesis yang telah

dirumuskan maka dalam penelitian terdapat lima variabel yang akan

diteliti. Kelima variabel tersebut dikelompokkan atau diklasifikasikan

menjadi dua bagian, variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

1. Variabel terikat (Y) adalah prestasi kerja

2. Variabel bebas (X) adalah disiplin kerja


46

dan indikator yang mempengaruhi

tingkat kedisiplinan karyawan suatu

organisasi, Menurut (Hasibuan

2005:194) yang meliputi:

a. Tujuan dan kemampuan (X1)

b. Teladan pimpinan (X2)

c. Balas jasa (X3)

d. Keadilan (X4)

e. Waskat (X5)

f. Sanksi hukuman (X6)

g. Ketegasan (X7)

h. Hubungan kemanusiaan (X8)

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Mengenai pengertian populasi ini ada beberapa pendapat antara

lain: menurut Sugiyono (2009: 80) “populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas atau

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Arikunto (1998:

119) “populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Jumlah populasi

yang diambil dalam penelitian ini adalah semua karyawan Departemen


47

weaving yang terdapat di PT. Easterntex di Pandaan yaitu sebanyak 342

orang.

2. Sampel

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik pengambilan sampel dengan metode secara acak sederhana

(Sample Random Sampling). Metode pengambilan acak sederhana

adalah metode pengambilan anggota sampel dari populasi secara acak

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,

2009: 82). Sampel dalam penelitian ini adalah responden karyawan

departemen weaving di PT. Easterntex di Pandaan.

Menurut (Hair dalam Ferdinand, 2007). Untuk antisipasi data

outliers maka jumlah indikator dikalikan 5-10. Penelitian ini terdapat 12

indikator sehingga diperlukan ukuran sampel minimal sebesar 12x10=

120 responden. Karena itu untuk mengantisipasi data outliers maka

ukuran sampel yang diambil 120 responden. Agar rasio parameter

indikator dapat mencapai rasio 15, jadi sampel minimal 120 responden.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dibagi menjadi dua bagian ,yaitu:

1. Data Kualitatif

Data yang berupa penjelasan-penjelasan tentang keadaan

perusahaan dan lingkungan yang mempengaruhinya dalam bentuk uraian

atau tidak berbentuk angka-angka, misalnya: data sejarah perusahaan,


48

data struktur organisasi.

2. Data kuantitatif

Data yang berupa keterangan kondisi perusahaan, data ini

berbentuk angka-angka, misalnya: data jumlah karyawan.

Sumber data dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Data primer

Data ini meliputi data variable bebas (X) dan variable terikat (Y)

yang diperoleh dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada

seluruh karyawan Departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan dan

juga data dari perusahaan yang bukan merupakan rahasia perusahaan.

2. Data sekunder

Data ini umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip yang dipublikasikan dan yang tidak

dipublikasikan (Indrianto dan Supomo, 1999:147). Dalam penelitian ini

data sekunder berupa:

a. Data tentang sejarah berdirinya PT.Easterntex di Pandaan.

b. Data struktur organisasi pada PT.Easterntex di Pandaan

c. Data tentang misi dan tujuan PT.Easterntex di Pandaan.

d. Data tentang jumlah karyawan pada PT.Easterntex.di Pandaan.

F. Teknik Pengumpulan Data


49

Data yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan dengan

menggunakan cara:

a. Teknik Kuesioner

Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan data varibel bebas

(Dimensi-dimensi disiplin kerja) serta variabel terikat (prestasi kerja),

yaitu dengan cara memberikan daftar pernyataan kepada responden,

dalam hal ini para karyawan PT.Easterntex di Pandaan yang menjadi

obyek penelitian.

b. Teknik wawancara langsung

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan tanya

jawab kepada pimpinan maupun karyawan departemen weaving PT.

Easterntex di Pandaan untuk mendapatkan masukan yang menunjang

penelitian ini.

G. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini perlu

memiliki validitas dan reliabilitas, untuk itu dilakukan uji coba

skala faktor - faktor, disiplin kerja, dan prestasi kerja.

1. Disiplin kerja

a. Tujuan dan kemampuan

Instrumen pengukuran kesejahteraan yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan 3 instrumen pernyataan. Pengukuran

variabel menggunakan skala Likert dengan skor 1 (sangat tidak


50

setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

b. Teladan pimpinan.

Instrumen pengukuran ancaman yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan 4 instrumen pernyataan. Pengukuran

variabel menggunakan skala Likert dengan skor 1 (sangat tidak

setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

c. Balas jasa.

Instrumen pengukuran pelatihan yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan 4 instrumen pernyataan.

Pengukuran variabel menggunakan skala Likert dengan skor 1

(sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

d. Keadilan

Instrumen pengukuran tujuan dan kemampuan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 instrumen

pernyataan. Pengukuran variabel menggunakan skala Likert dengan

skor 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

e. Waskat/ Pengawasan melekat

Instrumen pengukuran tujuan dan kemampuan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan 4 instrumen

pernyataan. Pengukuran variabel menggunakan skala Likert dengan

skor 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

f. Sanksi hukuman
51

Instrumen pengukuran tujuan dan

kemampuan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 4

instrumen pernyataan. Pengukuran variabel menggunakan skala

Likert dengan skor 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat

setuju).

g. Ketegasan

Instrumen pengukuran tujuan dan kemampuan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan 4 instrumen

pernyataan. Pengukuran variabel menggunakan skala Likert dengan

skor 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

h. Hubungan kemanusiaan

Instrumen pengukuran tujuan dan kemampuan yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan 2 instrumen

pernyataan. Pengukuran variabel menggunakan skala Likert dengan

skor 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 5 (sangat setuju).

2. Prestasi kerja

Pengukuran variabel kepuasan kerja terdiri dari 10 item pernyataan,

jawaban responden dibuat dengan menggunakan range skala 1 yang

mencerminkan responden sangat tidak setuju dengan pernyataan sampai

dengan 5 yang mencerminkan responden sangat setuju dengan pernyataan.

Jika skor total responden tinggi menunjukkan responden cenderung

memiliki prestasi kerja yang tinggi, dan sebaliknya bila total skor

responden rendah menunjukkan responden memiliki prestasi kerja rendah.


52

H. Teknik analisis data

Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis untuk dapat

menjawab permasalahan dalam penelitian. Teknik analisis data dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Uji Validitas dan Reabilitas data

a) Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan atas dasar masing-masing item pernyataan

dengan menggunakan faktor analisis terhadap setiap item

pernyataan. Uji validitas kuisioner menggunakan SPSS 11.5

Windows dengan korelasi Product Moment dari Pearson yang

dapat dilihat pada kolom Coreected Item –Total Correlation yang

merupakan nilai r hitung untuk masing-masing pertanyaan. Apabila

nilai r lebih besar dari r tabel, maka butir-butir pertanyaan tersebut

dinyatakan valid.

1) Uji Raebilitas

Uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Uji Statistik

Cronbach Alpha (koefisien alfa) dengan menggunakan program

SPSS 11.5 Windows.

2. Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh disiplin kerja terhadap

prestasi kerja karyawan Departemen weaving PT.easterntex di Pandaan,

maka digunakan teknik analisis linier berganda adapun bentuk

persamaan regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini


53

adalah sebagai berikut:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + e

Keterangan :

Y = Prestasi kerja karyawan Departemen weaving

PT.Esterntex

b0 = Konstanta

b1 = Koefisien regresi untuk X1

X1 = Tujuan dan kemampuan

b2 = Koefisien regresi untuk X2

X2 = Teladan pimpinan

b3 = Koefisien regresi untuk X3

X3 = Balas jasa

b4 = Koefisien regresi untuk X4

X4 = Keadilan

b5 = Koefisien regresi untuk X5

X5 = Waskat / Pengawasan melekat

b6 = Koefisien regresi untuk X6

X6 = Sanksi hukuman

b7 = Koefisien regresi untuk X7

X7 = Ketegasan
54

b8 = Koefisien regresi untuk X8

X8 = Hubungan kemanusiaan.

e = Variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian.

Fungsi tersebut menerangkan hubungan antara dua variabel atau

lebih, yaitu variabel terikat dengan variabel bebas.

Penelitian yang menggunakan regresi linier berganda harus

mempunyai beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk

menghasilkan estimator linier yang tidak bias. Untuk mengetahuinya

terpenuhinya asumsi dasar tersebut maka dilakukan pengujian gejala

penyimpangan asumsi model klasik sebagai berikut (Algifari, 2000: 83).

3. Uji Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan Untuk melihat pengaruh secara simultan antara

variabel bebas terhadap variabel terikat.

1) Ho : b1 : b2 = 0, bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan

secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

2) Hi = salah satu dari bi ¹ 0, bahwa ada pengaruh yang signifikan

secara simultan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

3) Level of signifikan (α) = 5 %

JK (Reg) / k
4) Fhitung = JK (S) / n - k - 1 (Sudjana, 2002: 91)

Keterangan :

JK (Reg) = Jumlah Kuadrat Regresi (Sum Square

Regression)
55

JK (S) = Jumlah Kuadrat Sisa (Sum Square Residual)

n = Jumlah sampel

k = Jumlah variabel bebas

5) Kriteria pengujian sebagai berikut :

• Ho diterima jika Fhitung £ Ftabel

atau Probabilitas (p) > α. Hal

tersebut menunjukkan bahwa

tidak terdapat pengaruh yang

signifikan secara simultan

antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

• Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel

atau Probabilitas (p) < α. Hal

tersebut menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh yang

signifikan secara simultan

antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

4. Uji Parsial (Uji t)

Untuk melihat pengaruh secara parsial antara variabel bebas

terhadap variabel terikat.

1) Ho : bi = 0, tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial

antara variabel bebas terhadap variabel terikat.


56

2) Hi : bi ¹ 0, ada pengaruh yang signifikan secara parsial antara

variabel bebas terhadap variabel terikat.

3) Level of significant (α) = 5 %

βi
4) T hitung = Se ( βi )

Dengan derajat kebebasan sebesar n – k – 1 dimana :

bi = Koefisien Regresi

Se = Standart Error

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Parameter

5) Kriteria pengujian sebagai berikut :

• Ho diterima jika –ttabel £ thitung £

ttabel atau Probabilitas (p) > α.

Hal tersebut menunjukkan tidak

terdapat pengaruh yang

signifikan secara parsial antara

variabel bebas terhadap variabel

terikat.

• Ho ditolak jika jika thitung < -ttabel

atau thitung > ttabel atau Probabilitas

(p) < α. Hal tersebut

menunjukkan terdapat pengaruh

yang signifikan secara parsial


57

antara variabel bebas terhadap

variabel terikat.

5. Uji Asumsi Klasik

Peneliti menggunakan analisis regresi linear berganda, sehingga

ada asumsi – asumsi yang harus dipenuhi agar model regresi

memberikan hasil yang tidak bias. Model yang dibentuk harus

memenuhi asumsi klasik dimana dalam model tersebut jangan sampai

terjadi Multikolinearitas dan Haterosdaksitas serta memenuhi asumsi

Normalitas. Lebih jelasnya adalah model tersebut harus melalui

pengujian asumsi klasik sebagai berikut:

a) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas hampir selalu ada dalam model persamaan

regresi yang menggunakan lebih dari dua variabel bebas.

Multikolinieritas dapat diukur dengan nilai Vartiance Inflation

Factor (VIF). Multikolinieritas tidak terjadi apabila nilai VIF

berada pada kisaran 1 sampai 5 dengan kata lain, asumsi non

multikolinieritas.

b) Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas artinya, variasi gangguan (e) untuk

masing-masing variasi adalah konstan atau sama. Jika asumsi ini

tidak terpenuhi maka akan terjadi heterokedastisitas. Akibat dari

heterokedastisitas adalah varians koefisien regresi tidak minimum,


58

konfiden interval semakin besar sehingga uji signifikan tidak

akurat dan menghasilakan simpulan yang salah.

c) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Seperti diketahui uji t dan f mengasumsikan

mengikuti nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi

ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil. Ada dua cara untuk medeteksi apakah residual

berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji

statistik.

Salah satu cara termudah dalam analisis grafik adalah

dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data

observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal.

Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal

probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari

distribusi normal. Sedangkan analisis statistik dapat dilakukan

dengan melihat nilai kurtoris dan swekness dari residual, dengan

ketentuan jika nilai Z hitung > Z tabel mka distribusi tidak normal.

6. Koefisien Determinasi (R2) dan Koefisien Korelasi Berganda (R)

Koefisien determinasi (R2 atau R square) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai
59

R2 atau R square yang kecil berarti kemampuan variabel–variabel bebas

atau independen dalam menjelaskan variasi variabel independen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel–variabel independen

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005: 83).

Rumus untuk mencari koefisien korelasi berganda adalah:

SSR SSE
=1-
R2 = SST SST

Keterangan :

R2 : koefisien determinasi

SSR : regression sum of squares

SST : total sum of squares

SSE : error sum of squares

Untuk mencari besarnya koefisien korelasi berganda (R), maka

digunakan teknik pengolahan data dengan program software SPSS.

7. Koefisien Korelasi Parsial (r)

Koefisien korelasi digunakan untuk menentukan pengaruh variabel

bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Variabel bebas dengan

koefisien korelasi parsial yang paling besar menunjukkan bahwa

variabel bebas tersebut berpengaruh dominan terhadap variabel terikat.


60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah PT.Easterntex-Pandaan

PT. Easterntex Didirikan di Pandaan Jawa Timur pada tanggal 12

Juni 1973 yaitu berdasarkan KEPRES No.B 11/Pres/2/1973,


61

Berdasarkan keputusan menteri perindustrian, No.153/M/SK/III/1973.

PT. Easterntex merupakan kerjasama (Join Venture) antara

Jepang-Indonesia. Pada awalnya perusahaan ini bermodal US$

12.600.000,- dengan komposisi kepemilikan Saham 8:2 dengan rincian

80% milik Toray industries incorporation (Jepang) 20% milik PT.Wisnu

Chandra (Indonesia). Dalam kurun waktu 25 tahun, yaitu tahun 1998

komposisi kepemilikan saham berubah menjadi 7:3 yaitu 75% dipegang

Toray 30% dipegang Wisnu Chandra, dan yang menjabat sebagai

sebagai Presiden Direktur adalah Mr.Seichi Mukai.

Perusahaan ini mulai beroperasi pada 17 september 1975 dan

mulai berproduksi tanggal 15 mei 1976, dengan produksi pertama adalah

benang (kemudian kain).


58
2. Lokasi Perusahaan

PT. Easterntex berdiri diatas tanah seluas 270.000 m persegi

dengan luas bangunan 45.000 m persegi. Lokasi perusahaan

beralamatkan di KM 50 Surabaya, Kecamatan pandaan, Kabupaten

Pasuruan-Jawa Timur, Yang merupakan factory (pabrik), Tempat proses

produksi berlangsung. Sedangkan head office (kantor pusatnya) terletak

di 3RD FL. SUMMITMAS TOWER 61-62 Jl.Jenderal Sudirman-

Jakarta.

Lokasi PT. Easterntex terletak diposisi yang sterategis yaitu

merupakan jalur utama Malang-Surabaya. Penempatan lokasi

perusahaan dipertimbangkan atas dasar faktor-faktor yang


62

mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Faktor Primer

Yang termasuk faktor primer antara lain :

1). Bahan Baku

Bahan Baku Produksi PT.Easterntex diperoleh dari

lokal dan import. Namun hampir semuanya merupakan

bahan import, yaitu: Cotton yang didatangkan dari

Australia, California, dan Afrika. Polyester didatangkan

dari Malaysia, Sedangkan bahan baku lokalnya adalah

serat polyester ITS dari Tangerang Jawa Barat. Tepung

kanji dan bahan penunjang lainnya didatangkan dari

Jepang, Amerika dan Perancis.

2). Tenaga Kerja

Tenaga Kerja merupakan faktor utama yang mutlak

diperlukan oleh setiap perusahaan. Dalam mendapat

tenaga kerja PT.Easterntex tidak mengalami kesulitan,

Karena lokasi perusahaan yang dekat dengan pemukiman

penduduk. Disamping itu banyak tenaga kerja produktif

didaerah sekitar perusahaan seperti Lawang, Bangil,

Singosari, Porong, dan daerah sekitar lainnya.

3). Pasar

Produk yang dihasilkan oleh PT. EASTERNTEX

adalah benang Tc 45s dan kain blacu / grey fabric yang


63

merupakan bahan setengah jadi. Produk ini tidak dapat di

pasarkan langsung ke masyarakat, karena masih

merupakan proses lebih lanjut untuk menghasilkan kain

jadi. Konsumen utama PT. EASTERNTEX adalah

perusahaan yang memproduksi kain jadi. Kain grey yang

dihasilkan sebagian besar di eksport ke hampir seluruh

bagian dunia, sedangkan yang dipasarkan di dalam negeri

hanya sebagian kecil saja. Hampir 90% produknya

merupakan barang ekspor oleh karenanya PT.

EASTERNTEX tidak begitu terpengaruh oleh kondisi

krisis yang dulu terjadi.

4). Transportasi

Mengenai transportasi tidak terlalu banyak masalah.

Lokasi perusahaan yang terletak di jalur Malang-

Surabaya menunjang dalam mempermudah perhubungan.

5). Energi

Sumber energi perusahaan dari perusahaan listrik

negara (PLN) untuk penerangan. Sedangkan sumber

energi untuk produksi adalah swadaya perusahaan sendiri

yang berupa generator (genset) dan batu bara.

b. Faktor Sekunder

Yang merupakan faktor sekunder antara lain:


64

1). Keadaan Iklim

Daerah Pandaan merupakan daerah yang berhawa

sejuk sehingga memberikan kenyamanan bagi karyawan

saat menjalankan tugasnya. Adanya ventilasi yang

memadai untuk setiap ruangan kerja sehingga pertukaran

udara dapat berjalan lancar dan suasana dalam ruangan

tetap segar.

2) Kemungkinan adanya perluasan

Daerah di sekitar PT. EASTERNTEX banyak

yang masih merupakan lahan kosong. Hal ini sangat

memungkinkan bagi PT. EASTERNTEX untuk

mengadakan ekspansi / perluasan perusahaan.

3). Jaminan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

PT. EASTERNTEX sangat memperhatikan

kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini terlihat dengan

motto “Safety First” yang terpancang di setiap tempat.

Untuk mewujudkan kecelakaan nol dan menjamin

kesehatan serta keselamatan karyawan, fasilitas yang di

sediakan antara lain :

a). Masker (tutup mulut dan hidung) : untuk melindungi

mulut dan hidung dari debu.

b). Pet (tutup kepala/topi) : untuk melindungi karyawan

dari bahaya yang berasal dari mesin, misalnya :


65

rambut karyawan jangan sampai ikut terproses pada

saat menjalankan mesin.

c). Ear plug (tutup telinga) : untuk melindungi karyawan

dari suara bising mesin, karena ambang batas suara

bising mesin mempunyai batas.

d). Poliklinik : di sediakan bagi karyawan yang sakit.

Perusahaan juga memberikan pengobatan bagi

keluarga karyawan (anak, istri / suami).

e). Di sediakan juga sarana olahraga untuk membina

kekeluargaan antar karyawan dan untuk menyalurkan

bakat yang mereka miliki. Senam setiap pagi untuk

karyawan Office dan Utility dan senam pagi bersama

setiap jum’at bagi seluruh karyawan.

3. Struktur Organisasi

Untuk menjamin suksesnya kegiatan perusahaan di perlukan

suatu organisasi yang tersusun secara teratur. Tiap-tiap bagian dalam

organisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab, yang dipikul bersama

setiap anggota.

Dengan adanya pengorganisasian yang baik maka, dapat terjalin

pula hubungan yang baik antar organisasi, organisasi dengan anggota,

dan antar anggota organisasi itu sendiri. Sedangkan unsur-unsur dalam

organisasi yaitu adanya kelompok orang, adanya hubungan kerja antar

orang-orang yang menjadi anggota organisasi dan adanya tujuan yang


66

akan di capai. Apabila dalam organisasi itu ada kerjasama yang baik dan

kompak, maka tujuan akan mudah di capai.

Bentuk organisasi di PT. EASTERNTEX Pandaan ini adalah

organisasi garis lurus ( Lini Organization ) artinya di bawah pemimpin

seorang menajer yang bertanggung jawab atas keseluruhan bagian

perusahaan.
STRUKTUR ORGANISASI
PRESIDEN
64
PT.EASTERNTEX PANDAAN DIREKTUR

Sumber : Departmen Personalia PT.EASTERNTEX Tahun 2008


65

68

6. Tugas dan Tanggung Jawab masing-masing Bagian

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian di PT.

EASTERNTEX adalah sebagai berikut:

1. President Directur

a) Merupakan pimpinan tertinggi dan bertanggung jawab penuh

kepada rapat umum pemegang saham.

b) Bertugas dan bertanggung jawab atas segala operasional yang

terjadi dalam perusahaan.

c) Bertugas dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan

perusahaan baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka

panjang.

2. Directur Financial

Sebagai Directur Financial dalam bidang keuangan, dan

bertanggung jawab kepada Presiden Directur, khususnya dalam

bidang keuangan.

3. Directur Marketing

Sebagai Directur Marketing dalam bidang marketing dan

bertanggung jawab kepada President Dirctur, khusunya dalam

bidang produksi.

4. Mill Manager

Sebagai Mill Manager dalam bidang kegiatan operasional

perusahan dan bertanggung jawab kepada Mill Manager.


69

5. General Manager

Membantu Mill Manager dalam mengkoordinasikan dan

mengawasi para manager dalam melaksanakan tugasnya, dan

bertanggung jawab kepada Mill Manager.

6. Spinning Manager

Bertugas memimpin bagian Spinning dan bertanggung

jawab kepada Mill Manager.

7. Weaving Manager

Bertugas memimpin bagian weaving dan bertanggung

jawab kepada Mill Manager.

8. Utility Manager

Bertugas memimpin bagian Utility dan bertanggung jawab

kepada Mill Manager.

9. Office Manager

Bertugas memimpin bagian Office dan bertanggung jawab

kepada Mill Manager.

10. Assistence Manager

Bertugas membantu dan bertanggung jawab kepada

masing-masing managernya.

11. Maintenance Chief

Bertugas memelihara peralatan dan membantu manager

sesuai dengan bagiannya masing-masing.


70

12. Production Chief

Bertugas membantu dan bertanggung jawab kepada

managernya masing-masing.

13. Chief

Bertugas membantu dan bertanggung jawab kepada

Assistence Managernya masing-masing.

14. Assistence Chief

Bertugas membantu dan bertanggung jawab kepada

Chiefnya masing-masing.

15. Foreman

Bertugas membantu dan bertanggung jawab kepada

Assistence Chief.

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Analisis Karakteristik Responden

Responden yang diteliti pada penelitian ini berjumlah 120 orang.

Diambil dari jumlah populasi semua karyawan Departemen weaving

PT.Easterntex di Pandaan yaitu sebanyak 342 orang. Kuesioner selain

bertanya tentang seluruh aspek variabel penelitian juga dilengkapi dengan

data karakteristik responden yang ditanyakan pada responden pada bagian

awal dari kuesioner. Karakteristik responden tersebut meliputi jenis

kelamin, lama bekerja, usia, dan pendidikan. Berikut adalah hasil

penelitian yang menyangkut karakteristik tersebut:


71

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin disajikan dalam

tabel, sebagai berikut:

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)


1. Pria 96 80 %
2. Wanita 24 20 %
Total 120 100
Sumber : Data kuesioner yang diolah

Berdasarkan pada tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa

sebanyak 120 orang Departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

sebagian besar adalah berjenis kelamin pria dengan jumlah 96

responden (80%), sedangkan untuk responden yang berjenis kelamin

wanita lebih sedikit sebesar 24 responden (20%).Hal ini dikarenakan

dibagian produksi resiko kerjanya lebih tinggi/berbahaya jadi jumlah

karyawan pria lebih banyak dari pada wanita.

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


72

Berikut ini disajikan data karakteristik responden berdasarkan

usia karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan.

Tabel 4.2

Tingkat Usia Responden

Usia Jumlah Persentase (%)


< 31 tahun 45 37.5 %
31-36 tahun 32 26.7 %
36-40 tahun 29 24.1 %
41-45 tahun 10 8.3 %
46-50 tahun 4 3.4 %
Total 120 100
Sumber : Data kuesioner yang diolah

Berdasarkan pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa

jumlah terbanyak adalah 45 orang atau sebesar 37.5 % karyawan

departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan yang berusia < 31

tahun. Hal ini dikarenakan pada saat usia < 31 tahun merupakan usia

yang produktif.

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Terakhir

Tabel 4.3

Tingkat Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)


1. SMU/SMK 96 80 %
2. D1/D2/D3 16 13.3 %
3. D4/S1 8 6.7 %
4. S2/S3 0 0%
Total 120 100
Sumber : Data kuesioner yang diolah

Berdasarkan pada tabel 4.3 dilihat bahwa sebanyak 96 orang


73

atau 80% karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan

berpendidikan SMU/SMK dan sebanyak 16 orang atau sebesar 13.3 %

D1/D2/D3. Hal ini dikarenakan sebagian besar karyawan departemen

weaving PT.Easterntex di Pandaan menduduki posisi sebagai level

tertinggi untuk pendidikan SMU/SMK sedangkan pendidikan S1

hanya berjumlah 8 orang atau 6.7 %.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Tabel 4.4

Lama Bekerja Responden

No. Pekerjaan Jumlah Persentase (%)


1. < 1 tahun 11 9%
2. 1-5 tahun 42 35 %
3. 6-10 tahun 36 30 %
4. 11-15 tahun 9 7%
5. 16-20 tahun 14 11 %
6. > 20 tahun 10 8%
Total 120 100
Sumber : Data kuesioner yang diolah

Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah

karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan dengan lama

bekerja 1-5 tahun sebanyak 42 orang atau 35 % paling dominan. Hal

ini dikarenakan perusahaan memiliki kebijakan tentang promosi

jenjang karier dari karyawan tidak tetap untuk menjadi karyawan tetap,

Selain berdasarkan atas prestasi kerja juga didasrkan atas masa kerja

diperusahaan tersebut minimal menjalani training selama 3 bulan.

C. Analisis Data Hasil Penelitian


74

1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

a. Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid

tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika

pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. (Imam Ghozali, 2009:49).

Dasar analisis yang digunakan yaitu jika nilai r hitung > r tabel, maka butir

atau item pertanyaan tersebut valid (Santoso, 2001: 277).

Berdasarkan dari hasil Uji Validitas dengan alat bantu

komputer yang menggunakan program SPSS.11.5, dan hasil validitas

dapat ditampilkan sebagai berikut :

Tabel 4.5
75

Hasil Uji Validitas Variabel X


Variabel r hitung r tabel Keterangan
X1.1 0,8075 0,3061 Valid
X1.2 0,9736 0,3061 Valid
X1.3 0,6253 0,3061 Valid
X2.1 0,6807 0,3061 Valid
X2.2 0,7214 0,3061 Valid
X2.3 0,6767 0,3061 Valid
X2.4 0,7279 0,3061 Valid
X3.1 0,7072 0,3061 Valid
X3.2 0,6442 0,3061 Valid
X3.3 0,7859 0,3061 Valid
X3.4 0,6601 0,3061 Valid
X4.1 0,7075 0,3061 Valid
X4.2 0,6736 0,3061 Valid
X5.1 0,6233 0,3061 Valid
X5.2 0,7510 0,3061 Valid
X5.3 0,6486 0,3061 Valid
X5.4 0,8132 0,3061 Valid
X6.1 0,7569 0,3061 Valid
X6.2 0,5460 0,3061 Valid
X6.3 0,6980 0,3061 Valid
X6.4 0,5634 0,3061 Valid
X7.1 0,5706 0,3061 Valid
X7.2 0,6928 0,3061 Valid
X7.3 0,6346 0,3061 Valid
X7.4 0,5643 0,3061 Valid
X8.1 0,8460 0,3061 Valid
X8.2 0,8980 0,3061 Valid
Sumber : Lampiran, data diolah

Tabel 4.6
76

Hasil Uji Validitas Variabel Y


Variabel r hitung r tabel Keterangan
Y1.1 0,7111 0,3061 Valid
Y1.2 0,7025 0,3061 Valid
Y1.3 0,6038 0,3061 Valid
Y1.4 0.6722 0,3061 Valid
Y1.5 0,5788 0,3061 Valid
Y1.6 0,6722 0,3061 Valid
Y2.7 0,6025 0,3061 Valid
Y1.8 0,7038 0,3061 Valid
Y1.9 0,6722 0,3061 Valid
Y1.10 0,7788 0,3061 Valid
Sumber : Lampiran, data diolah

Berdasarkan dari tabel diatas yaitu tabel 4.5 sampai dengan 4.6

untuk masing masing item pernyataan dari setiap variabel yang ada

dinyatakan Valid. Hal ini dapat diketahui dari nilai koefisien pearson

(r hitung ) lebih besar dari nilai kritisnya (r ) dan memiliki nilai


tabel

positif . Untuk degree of freedom (df) = n-2 (jumlah sampel – 2)

adalah 30 – 2 = 28 dan signifikasi alpha 5% = 0,05 sehingga didapat r

tabel sebesar 0,3061. Jadi semua pernyataan yang ada dinyatakan valid.

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner

yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Dimana suatu

kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu kewaktu

(Imam Ghozali, 2009:45).

Tabel 4.7
77

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X


Cronbach’s Keterangan
Butir Pernyataan
Alpha
Faktor-faktor Disiplin kerja (X) 0,7997 Reliabel
Prestasi kerja (Y) 0,7714 Reliabel
Sumber : Lampiran, data diolah

Suatu konstruk atau variable dikatakan reliabel jika

memberikan nilai Cronbach Alpha > 0.6 (Nunnally dalam Imam

Ghozali, 2009:46). Berdasarkan pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa

nilai Cronbach’s Alpha > 0,6. Dengan demikian dapat disimpulkan

seluruh item pernyataan dalam kuesioner, baik variabel bebas maupun

variabel terikat dinyatakan reliabel sehingga dapat dijadikan sebagai

alat ukur variabel yang ada dalam penelitian ini.

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

tersebut berdistribusi normal atau tidak. Dasar analisis yang digunakan

yaitu jika nilai Probabilitas Asymp sig (2-tailed) > 0,05 maka butir atau

item pernyataan tersebut berdistribusi normal (Santoso, 2001 : 214).

Berdasarkan tampilan grafik histogram 4.1, terlihat bahwa

pembentukan garisnya yang teratur (tidak mengalami kemencengan)

sehingga penelitian ini dikatakan berdistribusi normal juga bisa dilihat

dari grafik Normal P-P Plot (Gambar 4.2) terlihat bahwa titik titik

menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonalnya. Hal ini menunjukkan distribusi normal, dengan melihat


78

grafik histogram maupun grafik Normal P-P Plot menunjukkan pola

distribusi normal, dan dapat disimpulkan bahwa model regresi

memenuhi asumsi model normalitas.

Gambar 4.2

Histogram (sumber lampiran : 4)

Histogram
DependentVariable:Prestasi kerja(Y)
3
0

2
0
Frequenc y

1
0

S
td.D
ev=,9
7
M
ean=0
,00
0 N=1
20,0
0
-2

-1 0

-1 0

-, 0

,5

5
,0

,5

,5

,0

,0

,5

,0
,0

,0

,5
5

0
,0

,5

,0

0
0

Reg
ressio
nSta
nda
rdize
dResid
ual

Gambar 4.3

Normal P.Plot (Sumber Lampiran 4)

N
ormalP
-PP
loto
fRegressionS
tandardizedR
esidual
D
ependentV
ariable:P
restasi kerja(Y
)
Ex pec ted Cum Prob

1
,0

,8

,5

,3

0
,0
0
,0 ,3 ,5 ,8 1
,0

Ob
serve
dCu
m Pro
b

Dengan melihat tampilan grafik histogram maupun normal


79

probability plot diatas maka dapat disimpulkan bahwa gambar

histogram memberikan pola distribusi normal. Sedangkan pada normal

probability plot (gambar normal plot) terlihat titik-titik menyebar di

sekitar garis diagonal, serta mengikuti arah garis diagonal maka kedua

gambar tersebut menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

b. Uji Multikoloniearitas

Menurut asumsi klasik tidak boleh terdapat multikolinieritas

antar variabel bebas. Untuk mengetahui ada tidaknnya

multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Influence

Factor). Bila nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi

multikolinieriatas antar variabel bebas. Dengan kata lain antara

variabel bebas tidak saling berpengaruh secara sempurna. Berikut ini

hasil pengujian multikolinieritas.

Tabel 4.8

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF Keterangan


Tujuan dan Kemampuan ( X1) ,203 4,929 Tidak terjadi multikoliniearitas
Teladan Pimpinan (X2) ,897 1,115 Tidak terjadi multikoliniearitas
Balas jasa (X3) ,949 1,054 Tidak terjadi multikoliniearitas
Keadilan (X4) ,202 4,950 Tidak terjadi multikoliniearitas
Waskat (X5) ,957 1,045 Tidak terjadi multikoliniearitas
Sanksi hukuman (X6) ,341 2,933 Tidak terjadi multikoliniearitas
Ketegasan (X7) ,960 1,041 Tidak terjadi multikoliniearitas
Hubungan kemanusiaan (X8) ,348 2,875 Tidak terjadi multikoliniearitas
Sumber : Lampiran, data diolah

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pada variabel


80

Tujuan dan Kemampuan (X1), Teladan Pimpinan (X2), Balas Jasa (X3),

Keadilan (X4), Waskat (X5), Sanksi hukuman (X6), Ketegasan (X7),

Hubungan Kemanusiaan (X8) menghasilkan nilai VIF < 10, maka hal

ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi

antar variabel bebas atau bebas multikolonieritas, sehingga seluruh

variabel bebas tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

c. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap atau sama maka disebut homoskedastisitas dan

jika berbeda disebut heteroskesdastisitas. Model regresi yang baik

adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas.

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskesdastisitas adalah melihat Grafik Plot antara nilai prediksi

variabel terikat ZPRED dengan residual SRESID. Deteksi ada

tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada

tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan

ZPRED dimana sumbu Y adalah sumbu Y yang telah diprediksi, dan

sumbu X adalah residual yang telah di studentized.

Dasar analisisnya adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik

yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar

kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi


81

heteroskesdastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak

terjadi heterokesdastisitas. Adapun grafik scatterplot tersebut dapat

digambarkan seperti di bawah ini :

Gambar 4.4

Gambar Scatterplot Plot


Regression Studentized Residual

Scatterplot
Dependent Variable: Prestasi kerja(Y)
6

-2

-4
-3 -2 -1 0 1 2

RegressionStandardizedPredictedValue

Berdasarkan grafik scatterplots diatas (analisis pada gambar

scatterpllot yang menyatakan model regresi linier) terlihat bahwa titik-

titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi persamaan regresi linier

berganda (multiple regression analysis).

Output SPSS pada gambar Scaterplot menunujukkan

penyebaran titik – titik sebagai berikut :

1. Titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0


82

2. Titik – titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.

3. Penyebaran titik – titik data tidak membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik – titik data tidak berpola.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas

pada model regresi linear berganda dan layak digunakan dalam

penelitian ini.

3. Analisis Regresi Berganda dan Pembuktian Hipotesis

a. Analisis Regresi Berganda

Data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada

responden dianalisis dengan model Yang diguanakan model analisisi

regresi linier berganda, untuk mengetahui hasil dari regresi linier

berganda, peneliti menggunakan program SPSS 11.5 For Windows.

Berikut adalah hasil analisis linier berganda :

Tabel 4.9

Hasil Perhitungan SPSS

Variabel Koefisien t hitung Sig Konstanta = 3,075


Regresi Fhitung = 276,644
Fsig = 0,000
R2 = 0,952
Adjusted R = 0,949
2

N = 120

Bebas Terikat
X1 Y 0,206 2,056 0,002
X2 Y 0,967 12,459 0,001
X3 Y 0,015 1,999 0,039
Y 0,393 2,270 0,017
X4
Y 0,032 2,000 0,037
83

X5 Y 0,614 9,179 0,028


X6 Y 0,325 3,787 0,019
X7 Y 0,315 3,137 0,001
X8
Sumber: Lampiran 5, data diolah

Dari tabel diatas maka dapat diperoleh persamaan regresi

sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8

+e

Y = 3,075 + 0,206 X1 + 0,967 X2 + 0,015 X3 +0,393 X4 + 0,032 X5 +

0,614 X6 + 0,325 X7+0,315 X8 + e

Berdasarkan pada persamaan regresi diatas maka dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai konstanta sebesar 3,075 menyatakan bahwa jika tujuan dan

kemampuan (X1), teladan pimpinan (X2), balas jasa (X3), keadilan

(X4), waskat / pengawasan melekat (X5), sanksi hukuman (X6),

ketegasan (X7) serta hubungan kemanusiaan (X8) sama dengan nol

maka prestasi kerja (Y) adalah sebesar 3,075

b. Nilai koefisien regresi tujuan dan kemampuan (X1) adalah sebesar

0,206. Artinya jika tujuan dan kemampuan (X1) berubah satu

satuan maka variabel prestasi kerja (Y) akan berubah 0,206 satuan

dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif pada

koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara

tujuan dan kemampuan (X1) dan Prestasi kerja (Y), yang artinnya
84

kenaikan variabel X1 akan menyebabkan kenaikan pada variabel Y.

c. Nilai koefisien regresi variabel Teladan Pimpinan (X2) adalah

sebesar 0,967. Artinnya jika variabel Teladan Pimpinan (X2)

berubah satu satuan maka variabel Prestasi Kerja (Y) akan berubah

0,967 satuan dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif

pada koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara

variabel Teladan Pimpinan (X2) dan Prestasi Kerja (Y), yang

artinya kenaikan variabel X2 akan menyebabkan kenaikan pada

variabel Y.

d. Nilai koefisien regresi variabel Balas jasa (X3) adalah sebesar

0,015. Artinnya jika variabel Balas Jasa (X3) berubah satu satuan

maka variabel Prestasi Kerja (Y) akan berubah 0,015 satuan

dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif pada

koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara

variabel Balas Jasa (X3) dan Prestasi Kerja (Y), yang artinnya

kenaikan variabel X3 akan menyebabkan kenaikan pada variabel Y.

e. Nilai koefisien regresi variabel Keadilan (X4) adalah sebesar 0,393.

Artinnya jika variabel Keadilan (X4) berubah satu satuan maka

variabel Prestasi Kerja (Y) akan berubah 0,393 satuan dengan

anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif pada koefisien

regresi melambangkan hubungan yang searah antara variabel


85

Keadilan (X4) dan Prestasi Kerja (Y), yang artinnya kenaikan

variabel X4 akan menyebabkan kenaikan pada variabel Y.

f. Nilai koefisien regresi variabel Waskat (X5) adalah sebesar 0,032.

Artinnya jika variabel Waskat (X5) berubah satu satuan maka

variabel Prestasi Kerja (Y) akan berubah 0,032 satuan dengan

anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif pada koefisien

regresi melambangkan hubungan yang searah antara variabel

Waskat (X5) dan Prestasi Kerja (Y), yang artinnya kenaikan

variabel X5 akan menyebabkan kenaikan pada variabel Y.

g. Nilai koefisien regresi variabel Sanksi Hukuman (X6) adalah

sebesar 0,614. Artinnya jika variabel Sanksi Hukuman (X6)

berubah satu satuan maka variabel Prestasi Kerja (Y) akan berubah

0,614 satuan dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif

pada koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara

variabel Sanksi Hukuman (X6) dan Prestasi Kerja (Y), yang

artinnya kenaikan variabel X6 akan menyebabkan kenaikan pada

variabel Y.

h. Nilai koefisien regresi variabel Ketegasan (X7) adalah sebesar

0,325. Artinnya jika variabel Ketegasan (X6) berubah satu satuan

maka variabel Prestasi Kerja (Y) akan berubah 0,325 satuan

dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif pada


86

koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara

variabel Ketegasan (X6) dan Prestasi Kerja (Y), yang artinnya

kenaikan variabel X6 akan menyebabkan kenaikan pada variabel Y.

i. Nilai koefisien regresi variabel hubungan Kemanusiaan (X8) adalah

sebesar 0,315. Artinnya jika variabel Hubungan Kemanusiaan (X8)

berubah satu satuan maka variabel Prestasi Kerja (Y) akan berubah

0,315 satuan dengan anggapan variabel lainnya tetap. Tanda positif

pada koefisien regresi melambangkan hubungan yang searah antara

variabel Hubungan Kemanusiaan (X8) dan Prestasi Kerja (Y), yang

artinnya kenaikan variabel X8 akan menyebabkan kenaikan pada

variabel Y.

Nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) sebesar 0,949 hal ini

menunjukkan Tujuan dan Kemampuan, Teladan Pimpinan, Balas Jasa,

Keadilan, waskat, Sanksi Hukuman, ketegasan, dan Hubungan

Kemanusiaan sebesar 94,9 % sedangkan sisanya sebesar 5,1 %

dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam

penelitian ini.

b. Pembuktian Hipotesis

1). Uji Secara Simultan (Uji F)

Tabel 4.10

Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Simultan

F hitung Tingkat Signifikansi (α)


276,644 0.000
87

Sumber : Lampiran, data diolah

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan besarnya nilai Fhitung

sebesar 276,644 lebih besar dari Ftabel = 2,01 dengan tingkat taraf

signifikansi sebesar 0,000 (lebih kecil dari 0,05), sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan probabilitas maka

disimpulkan menerima Ha dan menolak Ho karena jika

probabilitas < 0,05 maka secara signifikan berpengaruh, dan berarti

hipotesis pertama yang peneliti ajukan terbukti kebenarannya, yaitu

Tujuan dan kemampuan (X1), Teladan pimpinan (X2), Balas jasa

(X3), Keadilan (X4), Waskat (X5), dan Balas jasa (X6), Ketegasan

(X7), dan Hubungan Kemanusiaan (X8) secara bersama-sama

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu

prestasi kerja (Y). Hasil tersebut membuktikan bahwa hipotesis

yang peneliti ajukan terbukti benar.

2). Uji Secara Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk menguji apakah masing-masing

variabel bebas mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial

terhadap variabel terikat. Dikatakan signifikan berpengaruh secara

parsial dengan ketentuan jika probabilitas < 0,05. Berikut ini

adalah hasil perhitungan thitung dengan bantuan perhitungan

komputer program SPSS 11.5 for windows dapat dilihat sebagai

berikut :
88

Tabel 4.11

Hasil Analisis Varians Hubungan Secara Parsial

t hitung Tingkat
No Variabel bebas
Signifikasi (α)
1 Tujuan dan Kemampuan ( X1) 2,056 0,002
2 Teladan Pimpinan (X2) 12,459 0,001
3 Balas jasa (X3) 1,999 0,039
4 Keadilan (X4) 2,270 0,017
5 Waskat (X5) 2,000 0,037
6 Sanksi hukuman (X6) 9,179 0,028
7 Ketegasan (X7) 3,787 0,019
8 Hubungan kemanusiaan (X8) 3,137 0,001
Sumber : Lampiran, data diolah
Nilai Ttabel sebesar 1,9816 didapat dari tingkat signifikansi

5% dengan df (n-k-1) = 120 – 8 – 1 = 111. Berdasarkan tabel di

atas dapat di jelaskan sebagai berikut :

a. Pengaruh Tujuan dan kemampuan (X1) Secara Parsial terhadap

Prestasi Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada tujuan dan kemampuan

(X1) menunjukkan nilai thitung sebesar 2,056 berada pada tingkat

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,002. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

b. Pengaruh Teladan pimpinan (X2) Secara Parsial

terhadap Prestasi Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada teladan pimpinan (X1)

menunjukkan nilai thitung sebesar 12,459 berada pada tingkat


89

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,001. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

c. Pengaruh Balas Jasa (X3) Secara Parsial terhadap Prestasi

Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada balas jasa (X3)

menunjukkan nilai thitung sebesar 1,999 berada pada tingkat

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,039. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

d. Pengaruh Keadilan (X4) Secara Parsial terhadap Prestasi

Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada keadilan (X4)

menunjukkan nilai thitung sebesar 2,270 berada pada tingkat

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,017. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

e. Pengaruh Waskat (X5) Secara Parsial terhadap Prestasi

Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada Waskat (X5)

menunjukkan nilai thitung sebesar 2,000 berada pada tingkat


90

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,037. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

f. Pengaruh Sanksi Hukuman (X6) Secara Parsial terhadap

Prestasi Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada sanksi hukuman (X6)

menunjukkan nilai thitung sebesar 9,179 berada pada tingkat

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,028. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

g. Pengaruh Ketegasan (X7) Secara Parsial terhadap Prestasi

Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada ketegasan (X7)

menunjukkan nilai thitung sebesar 3,787 berada pada tingkat

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,019. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

h. Pengaruh Hubungan Kemanusiaa (X8) Secara Parsial terhadap

Prestasi Kerja (Y).

Berdasarkan tabel di atas, pada hubungan kemanusiaan

(X8) menunjukkan nilai thitung sebesar 3,137 berada pada tingkat


91

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,001. Jadi berdasarkan

probabilitasnya dapat disimpulkan bahwa variabel tujuan dan

kemampuan mempunyai pengaruh signifikan secara parsial

terhadap prestasi kerja (Y).

D. Pembahasan

1. Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa

Tujuan dan Kemampuan, Teladan pimpinan, Balas jasa, Keadilan, Waskat,

Sanksi Hukuman, Ketegasan, dan Hubungan Kemanusiaan. mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap Prestasi kerja karyawan

departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan yaitu sebesar 0,949 % dan

sisanya 5,1% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang

digunakan dalam penelitian ini. Dari hasil uji F juga diketahui bahwa

Tujuan dan Kemampuan, Teladan pimpinan, Balas jasa, Keadilan, Waskat,

Sanksi Hukuman, Ketegasan, dan Hubungan Kemanusiaan memiliki

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap Prestasi kerja

karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan, sehingga

hipotesis yang menyatakan diduga ada pengaruh Tujuan dan Kemampuan,

Teladan pimpinan, Balas jasa, Keadilan, Waskat, Sanksi Hukuman,

Ketegasan, dan Hubungan Kemanusiaan. secara simultan dan parsial

terhadap terhadap Prestasi kerja karyawan departemen weaving

PT.Easterntex di Pandaan, teruji kebenarannya.

Selanjutnya berdasarkan hasil Uji Hipotesis dengan menggunakan

uji t juga menunjukan bahwa Teladan Pimpinan (X2) memiliki pengaruh


92

paling dominan atau paling besar dari pada variabel yang lain terhadap

Prestasi kerja karyawan (Y) yaitu sebesar 0,967 atau sebesar 96,7%,

sedangkan untuk variabel yang memiliki pengaruh paling kecil adalah

variabel balas jasa yaitu sebesar 0,015 atau sebesar 15%.

2. Pengaruh dimensi-dimensi disiplin kerja terhadap prestasi

kerja karyawan secara Parsial yaitu dengan melihat hasil uji

t, adalah sebagai berikut :

a. Tujuan dan kemampuan (X1)

Berdasarkan tabel di atas, pada tujuan dan kemampuan (X1)

menunjukkan nilai thitung sebesar 2,056 berada pada tingkat signifikansi

dibawah 5 % yaitu 0,002. Hal ini berarti variabel tujuan dan

kemampuan dinilai sangat tinggi oleh karyawan. Tujuan dan pekerjaan

yang dibebankan pada karyawan harus sesuai dengan kemampuan

karyawan yang bersangkutan, jika karyawan diberikan beban kerja

yang melebihi batas maka karyawan akan tidak disiplin, demikian pula

jika karyawan diberikan beban kerja dibawah kemampuan maka

karyawan juga tidak disiplin. Sehingga yang paling tepat adalah

memberikan tujuan (pekerjaan) sesuai dengan kemampuan karyawan

tidak membebani dan tidak dibawah kemampuan karyawan. Dengan

demikian semakin tepat tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada

karyawan dan sesuai dengan kemampuan maka akan berpengaruh pada

prestasi kerja.

b. Teladan pimpinan (X2)

Berdasarkan tabel di atas, pada teladan pimpinan (X2)


93

menunjukkan nilai thitung sebesar 12,459 berada pada tingkat

signifikansi dibawah 5 % yaitu 0,001. Hal ini berarti teladan pimpinan

dinilai sangat tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu

oleh Daniel (2008) bahwa faktor teladan pimpinan merupakan variabel

yang berpengaruh dominan terhadap prestasi kerja karyawan diterima

karyawannya. Teladan pimpinan merupakan tindakan paling efektif

dalam mewujudkan kedisiplinan. Karena teladan pimpinan merupakan

salah satu standar apakah pimpinan menerapakan kedisiplinan dengan

sungguh-sungguh atau tidak. Meskipun secara tertulis peraturan

ditegakkan namun jika pimpinan tidak menerapkan hal tersebut tidak

akan banyak berpengaruh. Pimpinan sebagai sosok yang ditiru oleh

karyawan lebih dilihat tingkah laku atau aplikasinya dibandingkan

aturan-aturannya. Pimpinan yang datang terlambat maka akan

berakibat pada ditirunya perilaku tersebut oleh bawahan meskipun

aturan menyatakan tidak boleh datang terlambat. Denagan demikian

semakin baik teladan pimpinan akan berpengaruh besar terhadap

prestasi kerja karyawan.

c. Balas Jasa (X3).

Berdasarkan tabel di atas, pada balas jasa (X2) menunjukkan

nilai thitung sebesar 1,999 berada pada tingkat signifikansi dibawah 5 %

yaitu 0,039. Hal ini berarti balas jasa yang diberikan perusahaan dinilai

cukup. Balas jasa merupakan salah satu faktor yang menentukan

disiplin kerja karayawan. Balas jasa juga memberikan kepuasan dan

kecintaan karyawan terhadap perusahaan. Jika karyawan semakin

mencintai perusahaan maka karyawan akan disiplin. Agar karyawan


94

disiplin maka karyawan perlu mendapatkan balas jasa yang layak.

Maka pemberian balas jasa perlu mendapatkan balas jasa yang layak.

Maka pemberian balas jasa perlu mendapat perhatian serius oleh

perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu oleh

Daniel Armiya (2008), Yang menunjukkan bahwa semakin besar

balas jasa yang diberikan akan berpengaruh pada pestasi kerja

karyawan.

d. Keadilan (X4)

Berdasarkan tabel di atas, pada keadilan (X4) menunjukkan

nilai thitung sebesar 2,270 berada pada tingkat signifikansi dibawah 5 %

yaitu 0,017. Berarti keadilan pimpinan dalam pemberian penghargaan

dan sanksi hukuman dinilai tinggi oleh karyawan. Keadilan

mendorong terwujudkan disiplin karena hal tersebut merupakan bagian

dari ego manusia yang merasa dirinya penting dan minta diperlakukan

secara sama dengan manusia lain. Karyawan yang diperlakukan tidak

adil akan memicu timbulnya ketidakpuasan dan selanjutnya akan

melahirkan protes yang yang berkepanjangan. Untuk itu pimpiana

perlu menegakkan keadilan. Namun keadilan bukan berarti sama rata

dan sama rasa. Keadilan adalah menempatkan sesuai dengan

proporsinya dan kadar usaha yang dilakukan. Karyawan yang

berprestasi perlu diberikan keadilan dengan penghargaan yang layak

dan karyawan yang bermalasan sudah sepantasnya kurang

mendapatkan promosi atau kenaikan jabatan. Hal ini sesuai dengan

hasil penelitian terdahulu oleh Chairul Arief (2006) Bahwa dengan

pimpinan bertindak adil maka akan berpengaruh besar terhadap


95

prestasi kerja karyawan

e. Waskat (X5)

Berdasarkan tabel di atas, pada waskat (X5) menunjukkan

nilai thitung sebesar 2,000 berada pada tingkat signifikansi dibawah 5 %

yaitu 0,037. Berarti pengawasan melekat dinilai tinggi. Waskat

merupakan tindakan paling efektif dalam mewujudkan kedisiplinan.

Dengan waskat atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku

moral, sikap dan gairah kerja dan prestasi kerja bawahan. Waskat akan

merangsang kedisiplinan dan moral kerja karyawan, dan karyawan

akan merasa mendapatkan petunjuk, perhatian, bimbingan, pengarahan

dan pengawasan dari atasan. Dengan waskat pimpinan akan

mengetahui setiap individu bawahan yang memiliki kemampuan atau

tidak. Namun waskat harus disertai internal kontrol atau rasa tanggung

jawab pribadi dari setiap karaywan. Tanpa adanya kesadaran waskat

tetap kurang berarti dan karyawan akan selalu mencari cara untuk

melakukan pelanggaran. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian

terdahulu oleh Chairul Arief (2006) pimpinan harus lebih banyak

melakukan pengawasan karena dengan pengawasan yang baik akan

berpengaruh sangat besar terhadap prestasi kerja karyawan.

f. Sanksi Hukuman (X6)

Berdasarkan tabel di atas, pada sanksi hukuman (X6)

menunjukkan nilai thitung sebesar 9,179 berada pada tingkat signifikansi

dibawah 5 % yaitu 0,028. Hal ini berarti sanksi hukuman yang

diberikan oleh perusahaan dinilai tinggi. Sanksi hukuman berperan


96

penting dalam memelihara kedisiplian. Semakin berat sanksi yang

ditetapkan maka akan mencegah karyawan melakukan tindakan

indisipliner. Namun sanksi harus tetap mempertimbangkan aspek lain

yaitu logika. Tujuan utama dari sanksi adalah mendidik atau membuat

jera. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu oleh Chairul Arief

(2006) Dengan adanya sanksi diharapkan karyawan termotivasi untuk

melakukan tindakan yang lebih baik sehingga prestasi kerja karyawan

lebih meningkat.

g. Ketegasan (X7)

Berdasarkan tabel di atas, pada ketegasan (X7) menunjukkan

nilai thitung sebesar 3,787 berada pada tingkat signifikansi dibawah 5 %

yaitu 0,019. Berarti ketegasan dinilai tinggi. Dengan ketegasan

pimpinan akan dapat memelihara kedisiplinan karyawan. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian terdahulu oleh Chairul Arief (2006) Dengan

adanya tindakan tegas seorang pimpinan akan disegani dan diakui

kepemimpinannya. Jika pimpinan kurang tegas maka sulit bagi

karyawan untuk bertindak disiplin. Disiplin ini nantinya akan

mendorong karyawan untuk bekerja dengan baik dan selanjutnya akan

meningkatkan prestasi kerja karyawan.

h. Hubungan Kemanusiaa (X8)

Berdasarkan tabel di atas, pada hubungan kemanusiaan (X8)

menunjukkan nilai thitung sebesar 3,137 berada pada tingkat signifikansi

dibawah 5 % yaitu 0,001. Berarti hubungan kemanusiaan baik itu

dengan pimpinan atau sesama karyawan dinilai tinggi. Pada dasarnya


97

manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan

manusia yang lain. Hubungan vertikal atau horisontal yang terjalin

dengan baik akan mengakibatkan karyawan merasa betah di pabrik,

yang selanjutnya akan berpengaruh pada prestsi kerja karyawan.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat diambil beberapa

simpulan yang berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis. Adapun

simpulan tersebut adalah :

1. Berdasarkan dari hasil analisis dan uji hipotesis dapat diketahui adanya

pengaruh yang signifikan antara dimensi-dimensi disiplin kerja yang


98

terdiri tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan,

waskat / pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan

kemanusiaan berpengaruh secara bersama sama (simultan) terhadap


94
Prestasi kerja karyawan departemen weaving PT.Easterntex di Pandaan

hal ini berdasarkan sebesar 276,644 lebih besar dari Ftabel = 2,01 maka Ho

ditolak dan Ha diterima, berarti secara simultan variabel bebas

berpengaruh terhadap variabel terikat dan diperjelas dengan koefisien

Determinasi (R square / R2) sebesar 94,9%

2. Sedangkan untuk variabel Teladan Pimpinan (X2) memiliki pengaruh

paling dominan atau paling besar dari pada variabel yang lain terhadap

prestasi kerja karyawan (Y) yaitu sebesar 12,459 sisannya sebesar 35.7%

dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan dalam

penelitian. Sedangkan untuk variabel yang memiliki pengaruh paling

kecil adalah variabel balas jasa yaitu sebesar 1,999 atau 5.7%, dan secara

berturut-turut untuk variabel yang lainnya adalah waskat (X5) yaitu

sebesar 2,000 atau sebesar 5.74%, Tujuan dan kemampuan (X1) yaitu

sebesar 2,056 atau sebesar 5.9%, Keadilan (X4) yaitu sebesar 2,270 atau

sebesar 6.5 %, Hubungan Kemanusiaan (X8) yaitu sebesar 3,137 atau

sebesar 9%, Ketegasan (X7) yaitu sebesar 3,787 atau sebesar 10.8%,

Sanksi hukuman (X6) yaitu sebesar 9,179 atau sebesar 26,3%. Jadi

berdasarkan uraian diatas maka hipotesis telah terbukti.


99

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dalam pembahasan, maka dapat

diberikan saran yang diharapakan dapat digunakan sebgai masukan yang

bermanfaat bagi PT.Easterntex di Pandaan, yaitu sebagai berikut :

1. Penerapan kedisiplinan tebukti dapat meningkatkan prestasi kerja

karyawan, untuk itu penegakan kedisiplinan mutlak dilakukan agar

karyawan mengetahui hak dan kewajiban yang harus dilakukan

dengan mengutamakan teladan pimpinan. Karena terbukti

pengawasan melekat merupakan variabel yang berpengaruh

dominan.

2. Perusahaan juga harus mempertimbangkan pemberian balas jasa.

Karena balas juga berpengaruh terhadap prestasi kerja karyawan.

Salah satu langkah yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana

menyusun komponen balas jasa tersebut tidak memberatkan

perusahaan dan dapat memotivasi karyawan.

You might also like