You are on page 1of 10

PERKEMBANGAN DAN TOKOH FILSAFAT YUNANI

Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tongak pangkal


munculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM di wilayah Yunani muncul
pemikir-pemikir yang disebut fiiosuf alam. Dinamakan demikian karena objek
yang dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam (cosmos). Tujuan filosofi
mereka adalah memikirkan soal alam besar.
Pernikiran yang demikian waktu itu merupakan pemikiran yang sangat
maju, rasional dan radikal. Para fiiosuf alam tersebut tidak mempercayai cerria-
cerita yang demikian, dan mengganggapnya sebagai takhayul yang tidak masuk
akal. Maka mereka, pantas mendapat sebutan sebagai pemikir yang radikak
karena pemikiran mereka sampai pada akar (radik = akar) dari alam yang
dipersoalkan.

Para filosuf yang tergolong dalam fiiosuf alam adalah:


1. THALES (625-545 SM)
Thales adalah seorang saudagar yang banyak berlayar ke negeri Mesir. Ia
juga seorang ahli-politik yang terkenal di Miletos. Dalam pada itu masih ada
kesempatan baginya untuk mempelajari ilmu matematik (ilmu pasti) dan
astronomi (ilmu bintang). Ada cerita yang mengatakan, bahwa Thales
mempergunakan kepintarannya itu sebagai ahli-nujum. Dengan jalan itu ia
menjadi kaya raya. Pada suatu waktu dia meramalkan akan ada gerhana matahari
pada bulan itu dan tahun itu. ramalannya itu kena benar. Ialah gerhana matahari
yang terjadi ditahun 585 sebelum Masehi. Hal itu menyatakan, bahwa ia
mengetahui ilmu matematik orang Babylonia, yang sangat kesohor di waktu itu.
Sungguhpun demikian Thales terbilang bapak filosufi Yunani, sebab
dialah filosuf yang pertama, ia tak pernah meninggalkan pelajaran yang
dituliskannya sendiri. Filosofinya diajarkan dengan mulut saja, dan dikembangkan
oleh murid-muridnya dari mulut ke mulut pula. Bam Aristoteles, menuliskannya
kemudian.
Menurut keterangan Aristoteles, kesimpulan ajaran Thales ialah semuanya
itu air. Air yang cair itu adalah pangkal, pokok dan dasar (principle) segala-
galanya. Semua barang terjadi dari air dan semuanya kembali kepada air pula.
Dengan jalan berpikir Thales mendapat keputusan tentang soal. besar yang
senantiasa mengikat perhatian: Apa asal alam ini? Apa yang menjadi sebab
penghabisan dari segala yang ada?
Untuk mencari sebab yang penghabisan itu ia tidak mempergunakan
takhyul atau kepercayaan umum di waktu itu, melainkan dipergunakannya akal.
Dengan berdasarkan pengalaman yang dilihatnya sehari-hari dijadikanlah
pikirannya untuk menyusun bangun alam. Di Mesir dilihatnya dengan mata
kepalanya, betapa nasib rakyat disana bergantung kepada air sungai Nil. Jika tidak
ada sungai Nil itu yang melimpahkan airnya sewaktu-waktu ke darat, negeri Mesir
kembali menjadi padang pasir. Sebagai seorang saudagar pelayan Thales melihat
pula kemegahan air laut, yang menjadikan ia takjub. Sewaktu-waktu air laut
menggulung dan menghanyutkan.
Bagi Thales, airjidalah sebab yang pertama dari segala yang ada dan yang
jadi, tetapi juga akhir dari segalanya yang ada dan yang jadi itu. Di awal air di
ujung air.
Dalam pandangan Thales masih animisme. Animisme ialah kepercayaan
bahwa bukan saja barang yang hidup mempunyai jiwa, tetapi juga benda mati.
Thaies disebut-ebut sebagai Bapak Filsafat Yunani, sebab dialah filousf
yang pertama. Namun ajaran filsafataya tidak pernah ditulisnya sendiri, hanya
disampaikan dari mulut ke mulut melalui murid-muridnya. Baru kemudian datang
Aristoteles untuk menuliskannya.

2. ANAXIMANDROS (610-547 SM)


Anazimandros adalah salah satu dari murid Thales. la lebih muda lima
belas tahun dari Thales. Anazimandros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu
bumi.
Sebagai filosof ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu meskipun ia
murid Thales, namun mempunyai prinsip dasar alam memang satu akan tetapi
prinsip dasar tersebut bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagaimana yang
dikatakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang. tak terhitung dan
tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron.
Apeiron adalah zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat
dirupakan, tak ada persamaannya dengart apapun.
Segala yang tampak dan terasa. segaia yang dapat ditentukan rupanya
dengan panca indera kita, semuanya itu mempunyai akhir. Ia timbul (jadi), hidup,
mati dan lenyap. Segala yang berakliir berada dalam kejadian senantiasa, yaitu
dalam keadaan berpisah dari yang satu kepada yang lain. Yang cair menjadi beku
dan sebaliknya. Semuanya itu terjadi dari ada Apeiron dan kembali pula kepada
Apeiron.
Anaximandros! Disitu tampak kelebihannya daripada gurunya. Selagi
Thales berpendapat bahwa barang yang asal itu salah satu dari yang lahir, yang
tampak, yang berhingga juga, Anazimandros meletakkannya di luar alam yang
memberikan sifat yang tiada berhingga padanya dengan tiada dapat diserupai.
Meskipun teori tentang asal kejadian alam tidak begitu jelas, namun dia
adalah seorang yang cakap dan cerdas. Dia tidak mengenal ajaran Islam atau
Kristen, bahwa dunia semula tidak ada lantas diciptakan menjadi ada dan nanti
akan kembali menjadi tidak ada dengan cara kun fayakun, tidak pula dia mengenal
kepercayaan India yang beranggapan bahwa ada Tuhan yang bertugas mencipta,
ada yang bertugas memelihara, dan ada yang bertugas merusak.
Jika kita melihat sifat-sifat yang diberikan oleh Anaximandros tentang
apeiron yaitu sebagai zat/sesuatu yang tak terhingga, tak. terbatas, tak dapat
disenipakan dengan alam, maka barangkali yang dimaksud dengan apeiron adalah
Tuhan.

3. ANAXIMENES (585 - 494 SM)


Anaximenes adalah seorang murid Anaximandros. la adalah filosuf alam
terakhir dari kota Miletos. Sesudah ia meninggal dunia kemajuan filosuf alam
berakhir di kota tersebut. Banyak ahli fikir dari kota tersebut sebab kita Miletos
pada tahun 494 SM diserang dan ditaklukan oleh bangsa Persia. Dengan
kepergian para ahli pikir itu, maka kebesaran kota Miletos sebagai pusat
pengajaran filosufi alam lenyap.
Dalam pandangan tentang asal. Anaximenes turan kembali ketingkat yang
sama dengan Thales. Kedua-duanya berpendapat, yang asal itu mestilah salah satu
dari yang ada dan yang kelihatan. Thales mengatakan air asal dan kesudahan dari
segala-galanya. Anaximenes mengatakan udara. Udara yang memalut dunia ini,
menjadi sebab segala yang hidup. Jika tak ada udara itu, tak ada yang hidup.
Pikirannya ke sana barangkali terpengaruh oleh ajaran Anazimandros, bahwa:
"jiwa itu serupa dengan udara".
Sebagai kesimpulan ajarannya dikatakan: "Sebagaimana jiwa kita, yang
tidak lain dari udara, menyatukan tubuh kita, demikian pula udara mengikat dunia
ini jadi satu".
Menurut pendapat Anaximenes udara itu benda, materi. Tetapi sungguh
pun dasar hidup dipandangnya sebagai benda, ia membedakan pula yang hidup
dengan yang mati. Badan mati, karena menghembuskan jiwa itu keluar. Yang
mati tidak berjiwa. Dalam hal ini berbeda pendiriannya dengan Thales, yang
menyangka bahwa benda mati itu juga berjiwa. Anaximenes terlepas dari
pandangan animisme.

4. PYTHAGORAS (580 - 500 SM)


Masih di sekitar negeri Yunani tepatnyr, di kepulauan Samos terdapat ahli
pikir yang terkenal yaitu Pythagoras. Dari aSam pikiran orang Miletos ke
kepulauan Samos sf;olah-olah kita harus meninggalkan dunia kebendaan (this
material world) ke dunia khayal dan cipta (the world mind).
Ujung tarikat Pythagoras ialah mendidik kebatinan dengan mensucikan
ruh. Pythagoras percaya akan kepindahan jiwa dari makhluk yang sekarang
kepada makhluk yang akan datang. Apabila seseorang meninggal, jiwanya
kembali lagi ke dunia, masuk dalam badan salah suatu hewan. Menurut suatu
cerita, yang maksudnya barangkali man menyindir, Pythagoras pada suatu hari
sedang berjalan-jalan. Tampak olehnya seorang memukul anjing, sehingga anjing
itu menjerit-jerit. Lalu ia berkata: "Hai sanak, jangan dipukul anjing Itu, di
dalamnya ada jiwa seorang sahabatku, terdengar olehku dari jeritnya".
Menurut kepercayaan Pythagoras manusia itu asainya Tuhan. Jiwa itu
adalah penjelmaan dari Tuhan yang jatuh ke dunia karena berdosa. Dan ia akan
kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula, apabila sudah habis dicuci
dosanya itu. Hidup murni adalah jalan untuk menghapuskan dosanya itu. Tetapi
prosesnya tidak tercapai sekaligus, melainkan berangsur-angsur. Sebab jiwa itu
berulang-ulang turun ke tubuh makhluk dahulu. Dengan jalan begitu dari
setingkat' ke setingkat ia meneapai kemurnian. Untuk mencapai hidup murni,
haruslah orang mematangkan makan daging dan kacang. Menurut kepercayaannya
itu Pythagoras menjadi penganjur vegetarisme, memakan sayur-mayur dari buah-
buahan saja.
Hidup di dunia ini menurut paham Pythagoras adalah per;sediaan buat
akhirat. Sebab itu semula dari sini dikerjakan hidup un nan kemudian. Berlagu
dengan musik adalah juga sebuah jalan untuk membersihkan ruh. Dalam
penghidupan kaum Pythagoras musik itu dimuliakan.

5. HERAKLITOS (540 – 480 SM)


Ia lahir di kola Ephesos di Asia Minor. Sungguhpupun dia mempunyai
pandangan sendiri yang berlainan dan pendirian filosuf-filosuf sebeluranya, ia
juga terpengaruh oleh alam pikir filosuf alam dari Miletos. Ia juga menyatakan
bahwa asai segala sesuatu hanyaiah satu anasir yakni api.
Api itu lebih daripada air dan udara, dan setiap orang dapat melihat
sifatnya sebagai mudah bergerak dan mudah bertukar rupa. Api itu membakar
semuanya, menjadikan semuanya itu jadi api dan akhirnya menukarnya lagi jadi
abu. Semuanya bertukar menjadi api dan api bertukar menjadi semuanya. Yang
kemudian ini dapat dilihat pada panas matahari yang menjadi syarat hidup bagi
manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Ternyata juga pada kebesaran guna api
itu bagi peradaban manusia.
Tak ada barang di dunia ini yang tetap, tiap barang akan berabah menjadi
sebaliknya. Dunia ini tempat gerakan terus-menerus, tempat kemajuan yang tak
berkeputusan. Yang baru itu mendapat tempatnya dengan menghancurkan yang
lama. Dunia ini medan perjuangan yang tidak berkeputusan antara dua hal yang
bertentangan. Segaia sesuatu . yang fana adalah tingkat berturut-turut dari suatu
gerakan maha besar. Menuratnya bahwa segaia perubahan itu dikuasai oleft
hukum dunia yang satu yaitu logos (pikiran). Orang yang mengetahui hukum
dunia tentu akan bertindak menyatukan hukum itu. Seperti halnya logos
menguasai dunia, perbuatan manusia akan dikuasai oleh akalnya. Hukum dalam
alam besar tidak berbeda dengan hukum dalam alam kecil kita yaitu hukum dunia
yang satu tadi. Logoslah yang menjadi dunia bergerak dan karena itulah hukum
dunia menurut irama yang tetap.

6. PARMENIDES (540-473 SM)


Ia dilahirkan pada tahun 540 SM di Elea, Italia Selatan. Di kota
kelahirannya ia dikenal sebagai orang besar. la ahli dalam bidang politik dan
pernah memangku jabatan dalam pemerintahan. Namun ia lebih terkenal bukan
karena jabatannya, tapi karena sebagai ahli pikir yang melebihi siapapun juga
pada masanya.
Ia mengatakan bahwa kebenaran adalah satu, namun berbeda-beda dari
orang mengatakannya, Ada kebenaran yanng dikatakan dengan rendah hati dan
ada kebenaran yang disampaikan dengan cara teror dan paksa.
Parmenides adalah salah seorahg tokoh relativisme, yang penting, kalau
bukan yang terpenting. Parmenides yang iahir pada kira-kira tahun 450 SM
dikatakan sebagai logikawan pertama dalam pengertian sejarah filsafat, bahkan
dapat disebut filosuf pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara
keseluruhan disandarkan pada deduksi logis, tidak seperti Heraklitos, misalnya,
yang menggunakan metoda intuisi. Ternyata Plalo amat menghargai metoda
Parmenides itu, dan Plato

7. LEUKIPPOS (± 540 SM)


Sejarah hidupnya hampir tak dikenal. Leukippos ahli pikir yang
pertamakali mengajarkan tentang atom. Menurut pendapatnya tiap benda terdiri
dari atom.
Atom adalah benda yang sekecil-kecilnya sehingga tak dapat dibagi-bagi
lagi. Karena kecilnya atom itu tidak kelihatan tetapi tetap ada, tidak hilang dan
tidak berubah-ubah. la bergerak terus tidak henti-hentinya.
Yang dipakai sebagai dasar teorinya tentang atom ialah teorinya: yang
penuh dan kosong. Atom dinamainya yang penuh sebagai benda betapapun
kecilnya dan bertubuh. Dan setiap yang bertubuh mengisi lapangan yang kosong.
Jadi di sebelah yang penuh dan yang kosong itulah kejadian alam ini. Keduanya
yang penuh dan yang kosong mesti ada sebab kalau tak ada yang kosong atom itu
tak dapat bergerak.
Seperti Parmenides, ia menyatakan tidak mungkinnya ada ' penciptaan dan
pemusnahan mutlak, akan tetapi ia tidak ingin menolak kenyataan banyak,
bergerak, lahir ke dunia dan menghilang yang tampak pada segala sesuatu.
Banyak, gerak, lahir dan hilang tidak mungkin kita paham tanpa adanya tidak ada
(la wujud) atau (non-being), dalam hal ini ia sependapat dengan Parmenides,
namun ia menambahkan bahwa tidak ada (non-being) mempunyai arti puia
sebagaimana ada (being). Being berarti pemenuhan-ruang, berarti puia penuh,
non-being berarti kekosongan.
Pada zaman dahulu kala, ajaran Demokrotos banyak dilupakan orang, bara
pada zaman modern ia dihidupkan kembali karena ternyata pendapatnya berdasar
kepada ilmu pengetahuan. Eduard Zeller, seorang komentator filsafat Yunani dari
Jerman, berpendapat bahwa "Democritus was a universal mind who embraced the
Whole of the philosophical knowledge of his time, and in this respect can be
compared only with Aristotle".
Menurut Demokritos, segala sesuatu mengandung penuh dan kosong.
Jikalau kau menggunakan pisau itu haras menemukan raang kosong supaya dapat
menembus. Jika apel itu tidak mengandung kekosongan, ia tentu sangat keras dan
tidak dapat secara phisik dibelah. Sedangkan bagian yang penuh dari segala
sesuatu dapat dibagi-bagi menjadi titik-titik yang tak terbatas jumlahnya, dan
karena kecilnya ia tidak dapat ditangkap oleh pancaindera. Bagian kecil-kecil itu
tak , dapat dibagi dan tidak mengandung kekosongan. Ia bernama atomos, artinya,
tak dapat dibagi. Atomos ini tidak lahir dan tidak hilang, ia sangat homogen, satu
dari ruang lain tidak berbeda kecuali dalam bentuk dan besarnya, tak berubah-
ubah sifatnya kecuali hanya dalam letaknya, lahir dan hilangnya suatu benda
bergantung kepada bersatu atau berpisah-pisahnya atom-atom itu. Letak, bentuk
dan besar kecilnya atom menentukan sifat-sifat benda. Atom-atom itu dalam
keadaan bergerak selamanya, sebagaimana geraknya titik-titik debu yang dapat
kita lihat dalam berkas sinar matahari di udara yang tak berangin. Gerak itu terjadi
tidak karena akal, ia terjadi secara mekanis.

9. SOFISME
Sofisme berasal dari kata softs yang berarti cerdik, pandai. Namun
kemudian berkembang artinya menjadi bersilat lidah. Sebab kaum sofis cara
menyampaikan filsafatnya dengan hal berkeliling ke kota-kota dan ke pasar-pasar.
Para pemuda dilatih kemahiran berdebat dan berpidato. Kepandaian itu untuk
mempertahankan apa yang dianggap benar.
Ajaran kaum sofis pokok-pokoknya sebagai berikut:
a. Manusia menjadi ukuran segala-gaianya
b. Kebenaran umum (mutlak) tidak ada.
c. Kebenaran hanya berlaku sementara.
d. Kebenaran tidak terdapat pada diri sendiri.
Dengan ajarannya yang demikian, maka Sofisme tergolong aliran
relativisme. Ajaran Sofisme ada juga pengaruhnya yang positif waktu itu, yaitu
melahirkan banyak orang terampil berpidato. Di samping itu akal manusia
dihargai. Tetapi segi negatifnya menjadikan orang tidak bertanggung jawab atas
ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini untuk sesuatu, bisa saja
untuk hari besoknya berlainan dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah berlaku
sementara.
Demokrasi Athena menghajatkan kepandaian berdebat dan mendalil di
muka umum untuk menarik banyak suara yang menguntungkan seseorang. Kaum
Sofis menjanjikan untuk mengajar kepandaian dalam masalah ini. Secara garis
besar dapat dikatakan bahwa praktek mereka mendekati cara sarjana-sarjana
hukum dalam masyarakat modern, mereka bersedia memperlihatkan bagaimana
membela atau menghancurkan dalil sesuatu perkara.
10. ZENO (±490SM)
Zeno lahir tahun 490 SM di Elea. la menjadi terkenal karena ketangkasan
perkataan dan ketazaman pikirannya. Zeno termasuk salah seorang dari murid-
murid Parmenides. la mempertahankan filsafat guranya tidak dengan
menyambung keterangan atau menambahkannya, melainkan dengan
mengembalikan keterangan terhadap dalil-dalil orang-orang yang membantah
pendapat guranya.
Terhadap paham yang mengatakan, yang bergerak itu ada, Zeno
mengemukakan empat pasal:
1. Suatu gerakan tidak bisa bermula, sebab tiap-tiap badan tidak bisa sampai
kepada suatu tempat atau titik yang dilaluinya.
2. Achilleus yang cepat seperti kilat tidak bisa mengejar penyu, yang begitu
lambatnya jalannya. Sebab apabila ia tiba ditempat penyu tadi, dia ini sudah
maju lagi sedikit ke muka.
3. Anak panah yang dipanahkan dari busurnya tidak bergerak, tetapi berhenti.
Sebab setiap saat ia berada pada satu tempat. Ada pada satu tempat sama
artinya dengan berhenti.
4. Setengah waktu sama dengan sepenuh waktu. Sebab suatu barang yang
bergerak terhadap suatu badan, melalui panjang badan itu dalam setengah
waktu atau sepenuh waktu. Dalam sepenuh waktu, apabila badan itu tidak
bergerak. Dalam setengah waktu, apakah ia bergerak dengan sama cepatnya
kearah yang bertentangan.

11. GORGIAS (427 SM)


Sejarah kehidupannya kurang diketahui dengan jelas. Ada keterangan pada
waktu itu tahun 427 SM dari Leontini ia pergi ke Athena.
Pandangan falsafahnya ia mengajukan tiga proporsi sebagai kesimpulan
falsafah darinya.
Pertama, tidak ada yang ada; maksudnya realitas itu sebenarnya tidak ada.
Kita harus mengatakan: bahwa realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak
terbatas, dicipta dan tak dicipta. Temyata Gorgias dalam akhir kesimpulan
pemikiran selalu masuk rimba Paradoks, karena ia haras mengatakan bahwa
realitas itu tunggal dan banyak, terbatas dan tak terbatas dicipta dan tak dicipta.
Karena kotttradiksi tidak dapat diterima dalam pemikiran, maka menurut Gorgias,
pemikiran lebih baik tidak menyatakan apa-apa tentang realitas.
Kedua, akal tidak juga mampu meyakinkan kita tentang bahan alam
semesta ini, karena kita telah dikungkung oleh dilemma subjektif. Orang berfikir
sesuai dengan kemauan dengan idea kita yang sesuai dengan fenomena. Karena
demikian maka proses ini tidak akan menghasilkan kebenaran.
Ketiga, ia menegaskan; sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, namun ia
tidak akan dapat diberitahukan kepada orang lain.

You might also like