You are on page 1of 2

MANFAAT WAKTU... KH.

ABDULLAH GYMNASTIAR

Sesungguhnya setiap manusia merugi kecuali orang-orang yang memanfatkan


waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat. Orang merugi bisa dilihat dari
bagaimana perilakunya ketika ia naik kedudukan duniawinya. Di dalam ajaran
Islam, yang penting itu percepatan, bukan kecepatan. Bedanya, kecepatan itu
konstan, percepatan itu perubahan kecepatan per satuan waktu. Seperti balap
mobil. Satu mobil tetap dalam kecepatan sekian, sedangkan yang lainnya
bertahap kecepatan hingga meninggi. Mobil kedua ini tentunya yang akan
menang.

Kita banyak sekali melakukan kelalaian yang haru kita taubati. Taubatnya kita
dibuktikan dengan mengisi sisa waktu kita dengan yang bermanfaat sebaik-
baiknya, dan mengajak orang lain untuk menjalankan kebaikan ini.

Waktu itu amat menghakimi diri kita. Bila waktu kita isi sia-sia, maka kita akan
menjadi orang sia-sia. Apabila kita isi dengan perbuatan buruk, maka kita harus
siap menanggung perbuatan buruk kita, kecuali dihapus dengan bertaubat.

Waktu itu sama bagi siapa pun, di mana pun, sehari semalam sebanyak 24 jam.
Akan tapi mengapa dalam sehari orang ada yang bisa mengurus perusahaan
besar, misalnya, tapi ada juga orang yang tidak bisa mengurus dirinya pun.
Tidak boleh menyalahkan waktu, pasti kita tidak serius mengaturnya. Pasti tidak
serius menggunakan waktu seefektif dan seefisiennya, sehingga Rasulullah Saw
pun mengingatkan bahwa ada dua nikmat yang kebanyakan manusia terlena,
yakni nikmat kesehatan dan waktu luang.

Sesungguhnya Allah SWT sudah menyiapkan waktu kepada kita umat manusia
sama jumlahnya. Bagaimana rahasianya manusia bisa menjalankan percepatan?
Segala sesuatu jalannya sering ditentukan pada target yang hendak dicapai.
Misalnya, orang yang tidak memiliki target hapalan juz’amma, maka tidak akan
tercapai-capai sampai kapan pun hapal juz 30-nya. Kalau tidak bisa menargetkan
yang demikian tinggi, kita harus bisa mengukur kemampuan diri atau memakai
sistem pentahapan. Misal lain, target terpenting dalam hidup ini menjadi orang
yang bertakwa (ahli takwa). Jangan sampai mati kecuali dalam keadaan beriman.
Dengan target seperti itu ia akan memanfaatkan waktu seoptimalnya. Perintah
dan larangan Allah Swt demikian dijaga. Dan dilakukan pentargetan tahapan,
seperti ibadah harian yang ditentukan percepatannya, sehingga makin
bertambah amal-amalnya.

Orang-orang yang menjadikan kematian sebagai salah satu target, maka ia akan
meningkat percepatannya. Percepatan yang sangat penting adalah apakah
dalam waktu yang sama menambah hebatnya amal, walaupun tidak dipungkiri
tiap kita berbeda-beda kemampuannya.

Perlu kita mencontoh bagaimana manfaat sinar matahari. Supaya rumah ini
terang, kita harus mempunyai keinginan membuka jendela dan garden-garden.
Allah sangat luas memberikan hidayah dan karunianya, hanya kitanya sendiri
yang tidak membuka diri. Tidak ada ketenangan kecuali dengan hati yang
bersih. Tidak ada amal yang diterima kecuali dengan hati yang bersih. Makanan
ada tapi mangkok kotor, apakah yang dipikirkan, makanan atau mangkok? Yang
paling penting dari percepatan itu apa pun adalah kebersihan hati.

Kebersihan bisa dikeruk dan jangan sampai ditahan. Kalau sudah makin bersih
akan banyak yang ditampakkan dari rahasia kehidupan ini, seperti lalu lintas
rejeki, kesalahan-kesalahan diri, dan sebagainya. Tidak ada yang menghalangi
pertolongan Allah, kecuali oleh dosa-dosa kita. Di antara ibadah yang efektif pula
dapat membersihkan hati adalah dengan sholat.

Ibarat dengan orang yang memiliki penyakit menular, maka kita pun akan takut
tertular. Seperti itulah kalau kita bergaul dengan orang yang bisa menularkan
sikap buruk. Dan tiada satu pun perbuatan yang menimpa kecuali dari perbuatan
kita sendiri.

You might also like