You are on page 1of 19

TEORI EVOLUSI DAN ATEISME

Diajukan sebagai syarat mengikuti Tafiq III

Pimpinan Pusat Pemuda Persatuan Islam

Oleh : Ismail Fajar Romdhon

NPA : 00.1480

Ma’had Usman Bin Affan

Jakarta, 21-25 April 2011


TEORI EVOLUSI DAN ATEISME1

Oleh: Ismail Fajar Romdhon2

1. Pendahuluan

“Some years ago, the story came to us in Toronto about man who
was in the merchant marine and made his living on the sea. A muslim gave
him a translation of the Qur’an to read. The merchant marine knew
nothing about the history of Islam but was interested in reading the
Qur’an. When he finished reading it, he brought it back to the muslim and
and asked: “This Muhammad, was a sailor?”. He was impressed at how
accurately the Quran describes a strom on a sea. When he was told: “No,
as a matter of fact, Muhammad lived in the dessert”. That was enough for
him. He embraced Islam on the spot.3

Cerita di atas adalah salah satu contoh bukti ilmiah yang terdapat dalam
Al-Qur’an. Seorang pelaut yang non muslim mengira bahwa Nabi Muhammad
SAW. Adalah seorang pelaut melalui Al-Qur’an yang dibacanya, yaitu:

ِِ ِ ِِ ِ ٍ
‫ض َها‬
ُ ‫ات َب ْع‬ٌ ‫اب ظُلُ َم‬ ٌ ‫أ َْو َكظُلُ َمات يِف حَبْ ٍر جُلِّ ٍّي َي ْغ َشاهُ َم ْو ٌج م ْن َف ْوق ه َم ْو ٌج م ْن َف ْوق ه َس َح‬
‫ورا فَ َما لَهُ ِم ْن نُو ٍر‬ ْ ‫ض إِ َذا أ‬
ً ُ‫َخَر َج يَ َدهُ مَلْ يَ َك ْد َيَر َاها َو َم ْن مَلْ جَيْ َع ِل اللَّهُ لَهُ ن‬ ٍ ‫َف ْو َق َب ْع‬
“Atau (keadaan orang-orang kafir) seperti gelap gulita di lautan yang dalam,
yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap.
Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis. Apabila dia mengeluarkan tangannya
hampir tidak dapat melihatnya. Barangsiapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh
Allah, maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.”4

1
Makalah disampaikan sebagai syarat untuk mengikuti Tafiq III di Jakarta 21-25 April 2011
2
Penulis adalah Wakil Bendahara PP. Pemuda Persis Masa Jihad 2010-2015
3
Dikutip dari Dr. Gary Miller, The Amazing Quran. www.islamhouse.com
4
Q.S. An-Nur:40

1
Dia melihat gambaran badai yang diterangkan Al-Qur’an sangat nyata dan sesuai
dengan apa yang pernah dialaminya di tengah lautan. Gambaran sempurna tentang
badai yang diterangkan Al-Qur’an itu memaksa akalnya untuk menerima Islam
pada saat itu juga. Bagaimana mungkin seorang Muhammad yang lahir dan hidup
di daerah gurun pasir dapat memvisualisasikan proses badai yang terjadi di tengah
lautan dengan sangat detil. "...seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang
diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya ada (lagi) awan gelap....”.

Suatu hal yang wajar jika gambaran badai itu diterangkan oleh seorang
pelaut atau oleh orang yang pernah menghadapi badai di tengah laut. Tapi
Muhammad, bukanlah seorang pelaut melainkan hanya seorang Quraisy yang
hidup jauh dari lautan. Sehingga kemudian hidayah taufiq itu turun dan menerangi
akalnya yang membuat dia menyadari akan kebenaran Risalah dan Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad.

Allah telah menciptakan manusia dengan akalnya yang sempurna serta


panca indra untuk dapat menjangkau dan memahami apa yang ada di sekitarnya.
Dan semua itu tidak ada tujuan lain, melainkan untuk menunjukkan sifat wujud
Allah SWT. Tetapi manusia akan kesulitan untuk memahami keberadaan Allah itu
dengan sendirinya. Ia memerlukan seorang guide yang membimbing dan
mengarahkannya kepada Al-Yaqin . Maka dari itulah Allah mengutus seorang
Rasul, sebagaimana firman-Nya:

ِ ِ ‫ولََق ْد بع ْثنَ ا يِف ُك ِّل أ َُّم ٍة َّرس والً أ َِن ْاعب ُدواْ اللَّه و‬
ُ‫وت فَمْن ُهم َّم ْن َه َدى اللَّه‬ َ ُ‫اجتَنبُ واْ الطَّاغ‬
ْ ََ ُ ُ ََ َ
ِ ِ ‫َّت َعلَْي ِه الضَّاللَةُ فَ ِسريُواْ يِف األ َْر‬ ِ
َ ِ‫ف َكا َن َعاقبَةُ الْ ُم َك ِّذب‬
‫ني‬ َ ‫ض فَانظُُرواْ َكْي‬ ْ ‫َومْن ُهم َّم ْن َحق‬
Dan sungguh, Kami telah Mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah thaghut.” kemudian di antara
mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam
kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). 5
5
Q.S. An-Nahl:36

2
Akan tetapi manusia dengan akal yang telah diberikannya juga berupaya
untuk menjadikannya Tuhan dan meniadakan Tuhan yang sebenarnya yang wajib
untuk disembah. Padahal pada hakekatnya logika berfikir seperti itu sangat
bertentangan dengan standar keilmuan yang mereka buat sendiri.

Masalah ketuhanan dan keraguan manusia tentang eksistensi Allah sebagai


Tuhan semua manusia sudah terjadi semenjak zaman Mesir kuno dengan Fir’aun
sebagi figur sentral yang menolak da’wah Nabi Musa untuk menyembah kepada
Tuhan Yang Satu yaitu Allah SWT. Dengan yakin dan percaya diri Fir’aun tidak
hanya meniadakan Allah tetapi sekaligus mendeklarasikan dirinya sebagai
seseorang yang berhak untuk disembah dan dipatuhi tanpa terkecuali.

Dalam terminologi modern pandangan yang tidak mempercayai dan


mengakui keberadaan Tuhan disebut dengan atheis.Istilah ateisme berasal dari
Bahasa Yunani ἄθεος (atheos), yang secara peyoratif digunakan untuk merujuk
pada siapapun yang kepercayaannya bertentangan dengan agama/kepercayaan
yang sudah mapan di lingkungannya. 6

Dengan menyebarnya pemikiran bebas, skeptisisme ilmiah, dan kritik


terhadap agama, istilah ateis mulai dispesifikasi untuk merujuk kepada mereka
yang tidak percaya kepada tuhan. Atheisme terbagi menjadi dua, yang pertama
adalah ateisme teoritis yang merupakan pandangan yang menolak dengan tegas
keberadaan Tuhan serta menentang orang-orang yang menyembah Tuhan. Jenis
ateisme yang kedua adalah ateisme praktis yang mengakui bahwa eksistensi
Tuhan tidak dapat disangkal. Hanya saja faham ini menganggap bahwa Tuhan
tidak berdaya dan tidak dapat berkuasa atas manusia dan alam. Faham ini
menerima wujud Tuhan tapi menolak sifat qudroh-Nya.

Ketidakjelasan dan ke-simpangsiur-an konsep ateis ini disebabkan oleh


proses kelahiran faham ini yang tidak memiliki konsep yang jelas.

6
Wikipedia.com diambil pada tanggal 18 April 2011tersedia [online]
http://id.wikipedia.org/wiki/Atheisme

3
Ditambahpaham kebebasan bagi para pemeluknya merangsang terjadinya inovasi
dan inklusif terhadap semua jenis faham ateis.

Orang yang pertama kali mengaku sebagai "ateis" muncul pada abad ke-
18. Pada zaman sekarang, sekitar 2,3% populasi dunia mengaku sebagai ateis,
manakala 11,9% mengaku sebagai non-ateis. Sekitar 65% orang Jepang mengaku
sebagai ateis, agnostik, ataupun orang yang tak beragama; dan sekitar 48%-nya di
Rusia. Persentase komunitas tersebut di Uni Eropa berkisar antara 6% (Italia)
sampai dengan 85% (Swedia). Data ini ibarat fenomena gunung es, karena dari
beberapa survei yang dilakukan, banyak responden yang menyembunyikan
identitas ke-atheisan-nya karena menghindati stigma negatif dari masyarakat atau
juga konsekuensi hukum dari negara tempat dia tinggal.7

2. Paradigma Ilmu Pengetahuan Modern

Kemajuan ilmu pengetahuan modern (baca:Barat) telah menguasai semua


disiplin ilmu pasti maupun ilmu terapan. Hal ini karena prinsip “aku berfikir maka
aku ada” (cogito ergo sum) yang dicetuskan oleh René Descartespada abad ke -17
telah menginspirasi ilmuwan-ilmuwan Barat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan yang berlandaskan filsafat materialisme. Prinsip ini menekankan
bahwa kebenaran yang dapat diterima adalah kebenaran yang telah diuji oleh akal
manusia dan dapat dibuktikan secara empiris.Pendapat ini kemudian diteruskan
oleh para ilmuwan lain seperti Immanuel Kant, Sigmund Freud dan Charles
Darwin.8Epistemologi Barat modern-sekular juga melahirkan faham ateisme.
Akibatnya, paham ateisme, menjadi fenomena umum dalam berbagai disiplin
keilmuan, seperti filsafat, teologi Yahudi-Kristen, sains, sosiologi, psikologi,
politik, ekonomi, dan lain-lain.9

AdalahImmanuel Kant seorang filosuf Jerman yang tidak mengakui


kebenaran metafisika. Baginya pengetahuan adalah suatu kepastian sementara

7
Ibid
8
Adnin Armas dalam makalahnya Westerenisasi dan Islamisasi Ilmu
9
Ibid

4
metafisik adalah suatu kemustahilan karena tidak dapat dijangkau oleh panca
indra. Menurut Kant, pernyataan-pernyataan metafisis tidak memiliki nilai
epistemologis (metaphysicial assertions are without epistemological value)10.

Dalam bukuKritik der Reinen Vernunft, ia “membatasi pengetahuan


manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia
menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan: Apakah yang bisa
kuketahui?,Apakah yang harus kulakukan?Apakah yang bisa kuharapkan?.
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:Apa-apa yang bisa diketahui manusia
hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi”
saja, hanyalah ide.11

Tidakberbedadengan Kant, Sigmund Freud pun memahami agama


sebagaiilusi yang berdasarkepadakebutuhanemosianakuntukmemilikikekuatan
(regarded the monotheistic god as an illusion based upon the infantile emotional
need for a powerful). Freud menganggap bahwa Tuhan yang disembah manusia
merupakan ilusi yang lahir dari desakan basic needs manusia untuk mencari
perlindungan. Ibaratnya seorang anak yang membutuhkan bapaknya untuk dapat
melindungi dan menjaganya dari semua mara bahaya.

Sementara Karl Mark menganggap bahwa agama itu adalah candu


masyarakat. Bagi Mark, agama adalah penyebab degradasi peradaban manusia.
agama menyebabkan manusia stagnan dan statis. Manusia banyak yang bertindak
irasional karena agama yang dianutnya. Tuhan yang digambarkanserba bisa dan
berkuasa atas manusia tidak dapat difahami oleh Mark. Baginya ketiadaan agama
dan Tuhan dapat membantu membebaskan manusia dari sekat dan ikatan yang
bersifat sakral dan irasional.

Karl Mark juga sangat memuja Charles Darwin dalam bidang sains yang
menyebutkan bahwa Tuhan tidak berperan dalam proses munculnya alam

10
Ibid
11
Wikipedia.com, diambil pada Tanggal 19 April 2011 tersedia [online]
http://id.wikipedia.org/wiki/Immanuel_Kant

5
semesta. Teori Darwin menekankan bahwa semua benda dan spesies makhluk
hidup berkembang dan bertahan hidup serta menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya. Dengan demikian, teori Darwin menghapus peran Tuhan sebagai
Pencipta alam semseta. Teori ini jelas sangat mendukung filsafat materialisme
yang mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu pun selain materi dan materi adalah
esensi dari segala sesuatu, baik yang hidup maupun tak hidup. Berawal dari
pemikiran ini, materialisme mengingkari keberadaan Sang Maha Pencipta, yaitu
Allah. Dengan mereduksi segala sesuatu ke tingkat materi, teori ini mengubah
manusia menjadi makhluk yang hanya berorientasi kepada materi dan berpaling
dari nilai-nilai moral. Ini adalah awal dari bencana besar yang akan menimpa
hidup manusia.12

Semua ilmuwan Barat ini dengan latar belakang keilmuwan yang berbeda-
beda, yaitu latar belakang filsafat, sains, psikologi dan sosilogi satu kata dalam
memahami metafisika. Bahwa hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara
empirislah yang memiliki nilai kebenaran. Segala sesuatu yang dapat dijangkau
oleh panca indra yang bisa dipercaya. Sementara agama dan Tuhan hanyalah
ciptaan manusia.

Faham ini akan relevan bila ditujukan kepada agama ahli kitab dan agama
pagan. Karena agama-agama tersebut lahir dan tumbuh dari hasil pemikiran
manusia yang mengandung banyak kontradiksi di dalamnya. Berbeda dengan
Islam yang secara tegas mengajukan challenge kepada para pengingkarnya untuk
dapat menciptakan ayat-ayat yang serupa dengan ayat-ayat yang terkandung
dalam Al-Qur’an. Firman Allah SWT.:

‫ور ٍة ِم ْن ِمثْلِ ِه َو ْادعُ وا ُش َه َداءَ ُك ْم ِم ْن‬ ‫س‬ِ‫ب مِم َّا َنَّزلْنَ ا َعلَى َعْب ِدنَا فَ أْتُوا ب‬
ٍ ْ‫وإِ ْن ُكْنتُم يِف ري‬
َ ُ َ ْ َ
ِ ِ ِ ِ
‫ني‬
َ ‫صادق‬ َ ‫ُدون اللَّه إِ ْن ُكْنتُ ْم‬
Dan jika kamu meragukan (al-Quran) yang Kami Turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah
12
Harun Yahya, Keruntuhan Teori Evolusi. Harun Yahya International 2004

6
13
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
Imam Ath-Thobari dalam tafsirnya mengatakan bahwa ayat ini merupakan
ihtijaj (argumentasi) bagi Nabi SAW. Dalam menghadapi orang-orang Musyrik,
kaum munafiq dan orang-orang ahli kitab, bahwa jika mereka ragu kepada
kebenaran yang dibawa oleh Muhammad SAW. Ragu terhadap kebenaran Al-
Quran, maka hendaklah mereka mendatangkan hujjah yang menandingi kekuatan
Al-Qur’an. Karena baik kalian maupun orang-orang yang membantu kalian akan
kesulitan dan mustahil dapat membuat satu surat yang menyerupai surat Al-
Qur’an. Dan jika kalian pada akhirnya menyerah, maka deklarasikanlah bahwa
Al-Qur’an bukanlah ciptaan maupun gubahan Muhammad, karena Muhammad
hanyalah manusia biasa seperti halnya kalian. 14

3. Sejarah Lahir Teori Evolusi

Teori evolusi ditemukan oleh naturalis amatir berkebangsaan Inggris


bernama Charles Robert Darwin. Ia tidak pernah menempuh jalur formal di
bidang biologi, tetapi ia memiliki ketertarikan yang tinggi terhadap alam dan biota
hidup. Hal inilah yang mendorongnya untuk mengikuti sebuah ekspedisi
pelayaran dalam sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle sebagai sukarelawan
selama lima tahun.

Dalam perjalanannya Darwin menemukan berbagai spesies burung dengan


bentuk paruh yang berbeda-beda. Ia memiliki kesimpulan bahwa bentuk paruh itu
dihasilkan dari adaptasi burung terhadap lingkungannya. Ia mengira bahwa variasi
pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi mereka terhadap
habitat. Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal usul kehidupan dan spesies
berdasar pada konsep "adaptasi terhadap lingkungan". Menurut Darwin, aneka
spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah oleh Tuhan, tetapi berasal
dari nenek moyang yang sama dan menjadi berbeda satu sama lain akibat kondisi
alam.

13
Q.S. Al-Baqoroh ayat 23
14
Abu Ja’far Ath-Thobari, Jamiul Bayan fi Ta’wilil Qur’an. Al-Maktabah Asy-Syamilah

7
Hipotesis Darwin tidak berdasarkan penemuan atau penelitian ilmiah apa
pun; tetapi kemudian ia menjadikannya sebuah teori monumental berkat
dukungan dan dorongan para ahli biologi materialis terkenal pada masanya.
Gagasannya menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat
mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada generasi
berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan terakumulasi dan
mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek
moyangnya. (Asal usul "sifat-sifat yang menguntungkan" ini belum diketahui
pada waktu itu.) Menurut Darwin, manusia adalah hasil paling maju dari
mekanisme ini.15

Dalam bukunya The Origin of Species, Darwin sebetulnya sudah


mengungkapkan keraguannya terhadap teori yang ditemukannya. Ia menuliskan
keraguannya itu dalam satu bab Difficulties of Theory. Kesulitan-kesulitan ini
terutama pada catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata)
yang tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk
hidup. Darwin berharap kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-
penemuan baru; tetapi bagaimanapun ia tetap mengajukan sejumlah penjelasan
yang sangat tidak memadai untuk sebagian kesulitan tersebut.16

Teori evolusi mendapat dukungan dari para ilmuwan lainnya yang


menamakan dirinya neo-Darwinis. Mereka memasukkan konsep mutant kepada
teori evolusi, dengan mengemukakan bukti-bukti adanya penyimpangan genetik
dari nenek moyangnya yang asal. Akan tetapi bukti-bukti mutasi yang ada pada
manusia maupun hewan merupakan proses mutasi yang “merugikan”. Sehingga
selama beberapa dekade mereka melakukan eksperimen tentang mutasi yang
“menguntungkan” yang pada akhirnya mengalami kegagalan dan kebuntuan.

Teori yang penuh kebohongan ini masih hidup dan diterima oleh para
ilmuwan bukan karena kebenarannya yang empiris. Tetapi lebih kepada

15
Harun Yahya, Ibid
16
Ibid

8
kewajiban ideologis. Seorang ilmuwan akan diterima dan diakui jika dia
mengadopsi teori evolusi sebagai dasar penelitiannya. Bagi para materialis, teori
ini merupakan doktrin yang wajib untuk dilestarikan dan diwariskan, karena akan
menghidupkan filsafat kebendaan yang sudah mendarah daging dan menjadi
kehidupan mereka. Dan yang paling utama tentu saja karena teori ini sesuai
dengan hawa nafsu mereka untuk menjadikan diri mereka sendiri sebagai Tuhan.
Firman Allah SWT.:

ً‫َنت تَ ُكو ُن َعلَْي ِه َوكِيال‬


َ ‫ت َم ِن اخَّتَ َذ إِهَلَهُ َه َواهُ أَفَأ‬
َ ْ‫أ ََرأَي‬
Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya
sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?17

4. Dampak Darwinisme Bagi Kehidupan Beragama

Teori evolusi sampai kini masih dianggap sebagai teori yang diakui di
dunia. Hal ini karena telah terjadi indoktrinasi dalam sistem pengajaran di
sekolah-sekolah, terutama dalam mata pelajaran biologi dan sejarah. Secara
terminologis, indoktrinasi berarti sebagai berikut:

Indoktrinasi adalah sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu


sistem nilai untuk menanamkan gagasan, sikap, sistem berpikir, perilaku
dan kepercayaan tertentu. Praktik ini seringkali dibedakan dari pendidikan
karena dalam tindakan ini, orang yang diindoktrinasi diharapkan untuk
tidak mempertanyakan atau secara kritis menguji doktrin yang telah
mereka pelajari. Instruksi berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan,
khususnya, tak dapat disebut indoktrinasi karena prinsip-prinsip dasar ilmu
pengetahuan menuntut evaluasi diri yang kritis dan sikap bertanya yang
skeptis terhadap pikiran sendiri.

Indoktrinasi merujuk kepada serangkaian kegiatan yang berbeda-


beda, sehingga upaya mencari definisi yang tunggal menjadi sulit. Di
bidang psikologi, sosiologi, dan penelitian pendidikan, istilah-istilah yang
lebih tepat seringkali lebih dipilih, termasuk (namun tak terbatas pada):
sosialisasi, propaganda, manipulasi, dan cuci otak.18
17
Q.S. Al-Furqon ayat 43
18
Wikipedia.com diambil tanggal 20 April 2011 tersedia [online]
http://id.wikipedia.org/wiki/Indoktrinasi

9
Indoktrinasi ini menurut Harun Yahya dapat berdampak negatif pada
perkembangan otak atau bahkan melumpuhkan kemampuannya dalam menilai
sesuatu. Pada akhirnya otak yang terus dicecar pernyataan tentang kebenaran teori
Darwin akan kewalahan dan akhirnya menerima doktrin tersebut.19

Kekhawatiran akan dampak Darwinisme tidak hanya menjadi milik kaum


muslimin saja. Karena Darwinisme telah menghapus keberadaan Tuhan yang
secara tidak langsung menyerang semua umat beragama di dunia dan tidak hanya
Islam.

Victor Bob, seorang staf pengajar di sebuah Gereja di Pekanbaru menulis


dalam blog pribadinya20 sebagai wujud keprihatinannya terhadap dampak
Darwinisme bagi ajaran kristen sebagai berikut:

Sampai saat ini tema evolusi masih tetap di ajarkan di sekolah-


sekolah. Meskipun sebagian guru tidak percaya bahwa manusia berasal
dari binatang, namun serpihan-serpihan konsep evolusi masih tetap exist di
dalam pelajaran berbagai pelajaran di sekolah, terutama dalam pelajaran
biologi dan sejarah. Serpihan-serpihan pikiran evolusi ini menjadi
penghambat para pelajar untuk sungguh-sungguh beriman kepada Kitab
Suci. Di satu sisi mereka percaya bahwa alam semesta dicipta oleh Allah
dalam waktu 6 hari. Namun sisi lain mereka percaya bahwa proses
terjadinya manusia dan makhluk-lainnya butuh waktu jutaan tahun. Da
satu sisi mereka diajarkan untuk percaya sepenuhnya pada Alkitab yang
adalah firman Tuhan. Namun sisi lain mereka juga harus menerima
pengajaran sekolah yang isinya bertentangan dengan firman Tuhan.
Seorang murid saya dengan kebingungan bertanya kepada guru biologinya
yang mengajarkan teori evolusi. Dia mempertanyakan perbedaan antara
Alkitab dengan pelajaran pelajaran biologi mengenai asal mula manusia.
Guru biologi tersebut menjawab, "Kebenaran dalam Alkitab tidak bisa
diterapkan di dalam illmu biologi. Ini dua bidang yang berbeda." Dalam
benak siswa kebenaran itu telah terkoyak-koyak. Tidak ada kesatuan di
dalam kebenaran. Ketika kebenaran sudah saling berkontradiksi maka
logika tidak lagi butuhkan.
19
Harun Yahya, Keruntuhan Teori Evolusi. Harun Yahya International 2004
20
Victor Bob,Dampak Darwinisme Bagi Kehidupan, tersedia [online]
http://victormordechai.blogspot.com/2009/03/dampak-darwinisme-bagi-kehidupan.html tanggal
20 April 2011

10
Memang benar demikian, sekularisme adalah dalil pamungkas bagi para
pendukung Darwinisme. Karena dengan memisahkan ilmu pengetahuan dari
jangkauan firman Tuhan manjadi sebuah kekuatan tersendiri baginya untuk dapat
terus diterima dan mandapat pengakuan dunia secara umum. Hal ini ditegaskan
juga oleh Adnin Armas bahwa ilmu pengetahuan Barat telah memberikan
pengaruh terhadap ajaran kristen dan memasukkan faham sekuler ke dalam
doktrin agamanya. Telah terjadi pergeseran paradigma teologi kristen di mana
para teolog Kristen telah memodifikasi teologi Kristen supaya sesuai dengan
paradigma sains modern yang sekular.21

5. Eksistensi Ateisme di Indonesia

Hukum di Indonesia sudah mengatur sikap hidup beragama bagi


pemeluknya dan tidak memayungi penduduk yang tidak beragama. Karena di
UUD 45 pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi : “Negara berdasar atas Ketuhanan
Yang Maha Esa” dan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu”. Pada pasal ini negara mengatur tentang kebebasan seseorang
untuk menjadi theist dan bukan Atheist. Untuk itu, tidak ada jaminan dari negara
Indonesia terhadap penganut Atheist. Inilah yang menjadi faktor para penganut
Atheist menjadi komunitas yang “underground”.22

Kelompok ateis di Indonesia sendiri sudah mulai memperlihatkan


pengaruh dan eksistensinya di dunia maya. Situs seperti
http://atheisindonesia.blogspot.com/, http://ateisindonesia.wikidot.com/,
http://indonesianatheists.wordpress.com, dan http://www.sea-
atheists.org/indonesia/, merupakan situs dengan konten ateisme yang masih aktif.

Sementara dalam situs jejaring sosial facebook, kelompok ateis ini


berintegrasi dalam grup adalah “Indonesian Atheist Society” yang memiliki 665

21
Adnin Armas M.A. ibid
22
http://tongsampah.dagdigdug.com/2010/06/01/era-kebangkitan-atheist-di-indonesia/ pada
tangal 18 April 2011

11
anggota, “Indonesian society of humanits” yang beranggotakan 335 orang, dan
“Indonesian Freethinkers” yang beranggotakan 554 orang. Jumlah ini sudah
mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu signifikan dari tahun 2010 yaitu,
“Indonesian Atheist Society” memiliki 465 anggota, “Indonesian Freethinkers”
beranggotakan 431 orang.23

Bila kita melihat perkembangan atheis di negara-negara maju yang lebih


pesat dibandingkan dengan negara-negara berkembang seperti Indonesia, hal ini
disebabkan oleh dukungan kemajuan teknologi informasi yang sudah merata yang
memungkinkan mereka untuk bertemu dan bertukar fikiran di dunia maya tanpa
terlihat atau terpantau secara terbuka oleh orang lain.

Hal ini juga mulai dijajaki oleh komunitas ateis di Indonesia dengan
membentuk Forum Diskusi Ateis Indonesia dengan alamat
http://ateis.multiply.com/journal/item/13/atheis. Dalam forum ini mereka saling
memberi komentar dan mencoba meyakinkan dirinya dan orang-orang yang
sefaham dengannya dengan mengatakan bahwa saya tidak percaya Tuhan dan
saya bahagia, aya tidak percaya mistis, ghaib dan cinta perdamaian.

Tetapi sifat forum ateis yang terbuka ini menjadi ruang bagi para teis
untuk masuk dan memberi komentar. Bahkan lebih dari itu banyak juga yang
berani menentang langsung faham ateis dan mengatakannya sebagai faham yang
“banci” karena tidak memiliki komitmen atas apa yang diyakininya.

Terlepas dari fakta yang terjadi di lapangan seperti dijelaskan di atas,


faham ateis jelas merupakan musuh Islam dan jangan sampai diberi kesempatan
untuk terus tumbuh dan berkembang. Untuk itu diperlukan langkah langkah
sistematis sebagai counter attack bagi Darwinisme.

6. Islamisasi Ilmu Pengetahuan

23
Data diambilpadatanggal 18 April 2011

12
Sebagaimana telah diterangkan di atas bahwa teori evolusi memiliki
dampak yang merusak akal sehat bahkan menghancurkan kehidupan beragama.
Dan tentu saja musuh terbesarnya adalah umat Islam. Oleh karenanya perlu
adanya penanaman nilai-nilai keislaman dalam bidang pendidikan. Darwinisme
adalah produk peradaaban Barat dan merupakan bagian dari ilmu pengetahuan
modern. Darwinisme juga telah menjadi icon bagi peradaban Barat.

Ismail Raji Al-Faruqi menjelaskan pengertian islamisasi sains sebagai


usaha yaitu memberikan definisi baru, mengatur data-data, memikirkan lagi jalan
pemikiran dan menghubungkan data-data, mengevaluasi kembali kesimpulan-
kesimpulan, memproyeksikan kembali tujuan-tujuan, dan melakukan semua itu
sedemikian rupa sehingga disiplin-disiplin itu memperkaya wawasan Islam dan
bermanfaat bagi cause (cita-cita) Islam. Menurutnya, Islamisasi dibangun di atas
konsep Tauhid, Penciptaan, Kebenaran dan Ilmu Pengetahuan Kehidupan dan
Kemanusiaan.

Sementara menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, islamisasi sains


adalah pembebasan manusia dari tradisi magis, mitologis, animistis, kultur-
nasional (yang bertentangan dengan Islam) dan dari belenggu paham sekuler
terhadap pemikiran dan bahasa. Juga pembebasan dari kontrol dorongan fisiknya
yang cenderung sekuler dan tidak adil terhadap hakikat diri atau jiwanya, sebab
manusia dalam wujud fisiknya cenderung lupa terhadap hakikat dirinya yang
sebenarnya, dan berbuat tidak adil terhadapnya.

Ini bermakna Islamisasi adalah satu proses pembebasan individu dari


pandangan alam tahayul dan sekuler. Justeru itulah kita dapat melihat bagaimana
dalam konteks umat Melayu-Indonesia, proses Islamisasi berlaku dengan
membebaskan mereka dari pandangan hidup animis, Hindu, Budha yang mereka
anut sebelum Islam tiba.

Apabila dipahami secara mendalam, dari berbagai ide Islamisasi sains


yang berkembang saat ini, paling tidak ada lima metode yang dapat didekati.

13
Kelima metode tersebut senantiasa berkembang dan mempunyai pengikut yaitu
pendekatan konsep Intrumentalistik, Justifikasi, Sakralisasi, Integrasi, dan
Paradigma.

Konsep Islamisasi sains dengan pendekatan instrumentalistik merupakan


suatu konsep yang menganggap ilmu atau sains sebagai alat (instrumen). Bagi
mereka yang berpandangan bahwa sains, terutama teknologi adalah sekedar alat
untuk mencapai tujuan, tidak memperdulikan sifat dari sains itu sendiri. Yang
penting sains tersebut bisa membuahkan tujuan bagi pemakainya. Tokoh metode
ini adalah Jamaluddin al-Afghani, kemudian Muhammad Abduh, Rasyid Ridho,
Sir Sayyid Ahmad Khan.

Islamisasi sains yang paling menarik bagi sebagian ilmuwan dan kalangan
awam adalah Islamisasi sains dengan metode justifikasi. Maksud justifikasi adalah
penemuan ilmiah modern, terutama di bidang ilmu-ilmu alam diberikan justifikasi
(pembenaran) melalui ayat Al-Quran maupun Al-Hadits.

Tokoh yang kerapkali mengemukakan masalah kesesuaian ayat-ayat Al-


Quran dengan penemuan ilmiah modern adalah Maurice Bucaille, dan
mempengaruhi banyak pemikir muslim, di antaranya Harun Yahya.

Konsep Islamisasi sains berikutnya menggunakan pendekatan sakralisasi.


Artinya, sains modern yang sekarang ini bersifat sekular dan jauh dari nilai-nilai
spiritualitas, diarahkan menuju sains mempunyai nilai sakral. Ide ini
dikembangkan pertama kali oleh Seyyed Hossein Nasr. Dilanjutkan oleh murid-
muridnya di antaranya yang paling aktif adalah Osman Bakar.

Dalam sains sakral, iman tidak terpisah dari ilmu dan intelek tidak terpisah
dari iman. Rasio merupakan refleksi dan ekstensi dari Intellek. Ilmu pengetahuan
pada akhirnya terkait dengan Intelek Ilahi dan Bermula dari segala yang sakral.
Nasr menegaskan, Sains Sakral bukan hanya milik ajaran Islam, tetapi dimiliki
juga oleh agama Hindu, Budha, Confucious, Taoisme, Majusi, Yahudi, Kristen
dan Filsafat Yunani klasik.

14
Ide Islamisasi sains yang paling populer adalah metode integrasi, yaitu
mengintegrasikan sains Barat dengan ilmu-ilmu Islam. Ide Islamisasi ini diusung
oleh Ismail Raji Al-Faruqi. Islamisasi ilmu pengetahuan, kata Al-Faruqi, adalah
solusi terhadap dualisme system pendidikan kaum Muslimin saat ini. Baginya,
dualisme sistem pendidikan harus dihapuskan dan disatukan dengan paradigma
Islam, yaitu tauhid. Paradigma tersebut bukan imitasi dari Barat, bukan juga untuk
semata-mata memenuhi kebutuhan ekonomis dan pragmatis pelajar untuk ilmu
pengetahuan profesional, kemajuan pribadi atau pencapaian materi. Namun,
paradigma tersebut harus diisi dengan sebuah misi, yang tidak lain adalah
menanamkan, menancapkan serta merealisasikan visi Islam dalam ruang dan
waktu.

Konsep Islamisasi sains yang dirasakan paling mendasar dan menyentuh


akar permasalahan sains adalah konsep dengan pendekatan yang berlandaskan
paradigma Islam. Ide Islamisasi sains seperti ini yang disampaikan pertama kali
secara sistematis oleh Al-Attas. Bahkan secara khusus ia menyebut permasalahan
Islamisasi adalah permasalahan mendasar yang bersifat epistemologis.

Islamisasi sains atau ilmu pengetahuan kontemporer secara Paradigma


digagas oleh Syed M. Naquib Al-Attas. Beliau mengemukakan pikirannya tentang
tantangan terbesar yang sedang dihadapi kaum Muslimin adalah sekularisasi ilmu
pengetahuan.

Proses Islamisasi sains itu sendiri dilakukan menurut Al-Attas dengan dua
cara yang saling berhubungan dan sesuai urutan, yaitu pertama ialah melakukan
proses pemisahan elemen-elemen dan konsep-konsep kunci yang membentuk
kebudayaan dan peradaban Barat, dan kedua, memasukan elemen-elemen Islam
dan konsep-konsep kunci ke dalam setiap cabang ilmu pengetahuan masa kini
yang relevan. Jelasnya, ilmu hendaknya diserapkan dengan unsur-unsur dan
konsep utama Islam setelah unsur-unsur dan konsep pokok dikeluarkan dari setiap
ranting.

15
Islamisasi sains tidak bisa tercapai hanya dengan menempeli
(melabelisasi) sains dan prinsip Islam atas sains sekular. Usaha yang demikian
hanya akan memperburuk keadaan dan tidak ada manfaatnya selama "virus"nya
masih berada dalam tubuh sains itu sendiri sehingga sains yang dihasilkan pun
jadi mengambang, Islam bukan dan sekularpun juga bukan. Padahal tujuan dari
Islamisasi itu sendiri adalah untuk melindungi umat Islam dari sains yang sudah
tercemar yang menyesatkan dan menimbulkan kekeliruan. Islamisasi sains
dimaksudkan untuk mengembangkan kepribadian muslim yang sebenarnya
sehingga menambah keimanannya kepada Allah, dan dengan Islamisasi tersebut
akan terlahirlah keamanan, kebaikan, keadilan dan kekuatan iman.

Menurut Al-Attas, sebelum melakukan islamisasi ilmu pengetahuan, ada


dua tahap yang harus diprioritaskan oleh umat Islam. Pertama, menguasai ilmu
pengetahuan modern. Ini berarti bahwa para ilmuwan muslim hendaknya
memiliki penguasaan yang komprehensif terhadap sains modern. Mereka harus
mengerti tentang isu dan metode yang tepat untuk melakukan pendekatan
terhadap sains. Mereka juga harus memahami aspek-aspek analisis, kritis dan
objektivitas sain menurut paradigma Barat dan menurut pandangan Islam. Melalui
penguasaan ilmu pengetahuan modern, umat Islam akan mudah untuk mengakses
dan melakukan kritik terhadap konsep-konsep yang bertentangan dengan Islam.

Kedua, umat Islam harus menguasai warisan ilmu dari Nabi SAW.
Penguasaan ini akan memberikan kemampuan baagi umat Islam untuk
membangun persepsi baru dari sebuah pengetahuan. Yaitu ilmu pengetahuan
dalam pandangan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dia harus memahami berbagai teks
keagamaan yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.24

7. Penutup

Peradaban Barat melalui ilmu pengetahuan modernnya telah menguasai


dunia sejak masa kebangkitan di abad 17 pada masa rennaissance. Peradaban ini

24
Syed Mohammad Naquib Al-Attas, The Islamization of Knowledge. Hal 88

16
telah mengubah muka dunia khususnya konsep hidup beragama. Pengetahuan
modern telah menggeser peran keagamaan dan menggantinya dengan paham yang
lebih sekular, ateis dan materialis. Keadaan ini akan memperburuk keadaan dan
membawa peradaban manusia kepada jahiliyyah modern yang lebih tidak
memanusiakan manusia.

Dengan berkembangnya teknologi informasi dan globalisasi di sekitar kita,


memunculkan kekhawaatiran terhadap generasi umat di masa yang datang. Saat
ini saja tantangan pemikiran kontemporer telah mengorbankan banyak kaum
muda Islam yang terjebak ke dalam paradigma sekular dan plural. Oleh sebab itu,
jalan untuk mengcounternya adalah melalui jalur pendidikan.

Dalam setiap perjuangan tentunya memerlukan pengorbanan. Umat Islam


harus berjuang keras mengembangkan semua potensi yang dimilikinya, baik itu
pemikiran, fininsial dan fisik jika diperlukan untuk membangun kembali
peradaban Islam yang lebih maju dan maslahat. Karenanya perjuangan sudah
menjadi keniscayaan. Dan kita sebagai kaum muda pantang menyatakan mundur
atau lebih menghadapkan wajah kita kepada pemenuhan hasrat keduniaan dan
menerapkan skala prioritas yang salah dan tidak berimbang. Sebagai pelopor dan
lini depan perjuangan Islam, kaum muda hendaknya berani bertaruh dengan
keimanan yang dimilikinya sebagaimana pertaruhan yang dilakukan oleh sahabat
Abu Bakar Ash-Shiddiq ketika menginfakkan semua hartanya demi kepentingan
Islam. Khalaftu lahum iddatallahi wa iddata Rasulihi, aku tinggalkan bagi
keluargaku janji Allah dan Rasulnya. Begitulah perkataan Abu Bakar saat ditanya
oleh Rasul apa yang dia sisakan bagi keluarganya.

Sudah saatnya kita menempuh jalan yang mengantarkan Islam dan umat
Islam pada kejayaan yaitu General Islamization. Al-Qur’an telah
mengintegrasikan pola hidup bermasyarakat umat Jahiliyyah, dengan cara
pemurnian ajaran Nabi Ibrahim AS., pengesahan sistem muamalah dan pergaulan
yang sesuai dengan konsep Islam, serta pembersihan segala praktek dan tata cara

17
ibadah kepada Allah SWT. Dan langkah ini harus kita mulai lagi dari sekarang
dengan tantangan yang lebih besar karena Rasul tidak di samping kita.

SUMBER

Al-Qur’anul Karim

Armas, Adnin Westerenisasi dan Islamisasi Ilmu [Makalah tanpa tahun]

Ath-Thobari, Abu Ja’far, Jamiul Bayan fi Ta’wilil Qur’an. Al-Maktabah Asy-


Syamilah

Miller,Dr. Gary, The Amazing Quran. www.islamhouse.com

Wikipedia.com, Ateisme diambil pada tanggal 18 April 2011 tersedia [online]

http://id.wikipedia.org/wiki/Atheisme

Wikipedia.com, Immanuel Kant, diambil pada Tanggal 19 April 2011 tersedia

[online] http://id.wikipedia.org/wiki/Immanuel_Kant

Yahya,Harun.Keruntuhan Teori Evolusi. Harun Yahya International 2004

18

You might also like