You are on page 1of 27

TUMOR PLEURA

DAN
ASPEK RADIOLOGISNYA

Disusun oleh :

Rissa Ismawati, S.Ked


406100002

KEPANITERAAN RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 27 SEPTEMBER – 30 OKTOBER 2010

kata pengantar
puji syukur saya panjatkan kepada allah swt,atas kasih dan
rahmatnya,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi syarat
kepanitraan radiology di fakultas kedokteran tarumanagara dengan judul “tumor
pleura dan aspek radiologisnya”
Dalam penyusunannya makalah ini saya mendapkan banyak manfaat
untuk meningkatkan pengetahuan saya sebagai dokter di masa yang akan dating
dan saya juga berharap dapat bermanfaat bagi pembaca makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada dr.herman w.hadiprojo,sp.rad
dr,Linda supardi,sp.rad dan dr. sofhia untami,sp.rad atas bimbingannya saya sadar
walupun telah menyelesaikan makalah ini secara teliti,namun tidak luput dari
kekurangan. Karena itu saran dan kritik sangat saya harapkan,sebelumnya saya
ucapkan terimakasih.

Jakarta,27 oktober 2010

penyusun

Daftar isi
kata pengantar
BAB 1. PENDAHULUAN…………………………………………………1
BAB 2.TUMOR PLEURA………………………………………………….2
BAB 3. KESIMPULAN…………………………………………………….21
Daftar pustaka

BAB 1
PENDAHULUAN

Tumor adalah salah satu penyakit yang sering menyebabkan kematian di dunia
ini, maka pengetahuan tentang cara mendiagnosa tumor sangat penting dan harus dimiliki
oleh dokter-dokter.
Salah satu metode untuk mendiagnosa kanker paru adalah dengan pemeriksaan
radiologis. Untuk itu, di bawah ini akan diuraikan pembagian-pembagian tumor paru,
yang secara garis besar dibagi atas:
1. Tumor maligna
Antara lain Karsinoma (small cell carcinoma, karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, dan large cell carcinoma), tumor karsinoid, karsinoma
sistik adenoid, tumor mukoepidermoid, dan lain-lain
2. Tumor jinak
Antara lain hamartoma, kista paru, angioma, dan lain-lain
3. Tumor metastasis
Keganasan di tempat lain dapat bermetastasis ke paru-paru, baik secara
hematogen, ataupun limfogen

Dari Tumor-tumor di atas,yang akan kita urai dan bahas hanya tumor pleura,menguraikan
cirri-ciri tumor pleura, menentukan pemeriksaan tambahan, terapi dan prognosa yang
tepat.

Bab II
Tumor pleura

ANATOMI PLEURA
Pleura adalah membrane tipis terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura viseralis dan
pleura parietalis. Kedua lapisan ini bersatu di daerah hilus arteri dan mengadakan
penetrasi dengan cabang utama bronkus ,arteri,dan vena bronkialis,serabut syaraf dan
pembuluh limfe.secara histlogis kedua lapisan ini terdiri dari sel mesotelial,jaringan
ikat,pembuluh darah kapiler dan pembuluh getah bening
Pleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan,hemotoraks bila
rongga pleura berisi darah,kilotoraks (cairan limfe),piotoraks atau empiema thoracis bila
berisi nanah,pneumotoraks bila berisi udara.
Penyebab dari kelainan patologis pada rongga pleura bermacam-macam,terutama karena
infeksi tuberculosis atau non toberkulosis,keganasan,trauma dan lain-lain

tumor pleura : tumor primer yang jinak jarang,dapat berupa


lipoma,fibroma,hemangioma,neurofibroma,yang memberi bayangan
massa di dinding toraks.

TUMOR METASTASIS
Kebanyakan tumor metastasis pada paru berasal dari tumor ganas di traktus
genitourinarius dan gastrointestinal dan jika ditemukan secara kebetulan, harus dicari lesi
primernya. Dalam mencari fokus primer, hendaknya dihindari pemeriksaan yang tidak
perlu. Yang dianjurkan adalah pemeriksaan histology dari biopsi lesi. Kemudian harus
dipertimbangkan juga apakah penemuan fokus primer dari lesi ini akan mempengaruhi
penatalaksanaannya.
Metastasis hematogen adalah melalui pembuluh darah paru yang berisi emboli
tumor. Tumor primer melepaskan kumpulan sel ke dalam vena yang kemudian mengalir
ke vena cava atau pleksus venosus vertebra masuk ke jantung kanan dan seterusnya ke
arteri pulmonalis. Kasus yang lebih jarang adalah sarkoma arteri pulmonalis yang
langsung masuk ke dalam arteri pulmonal. Kebanyakan emboli tumor ini dihancurkan,
tetapi yang dapat bertahan akan tumbuh seperti neoplasma primer. Tumor ini akan tetap
terpisah dan berbatas tegas atau menyebar secara limfatik ke kumpulan bronco-vaskular
di hilus dan mediastinum. Pada kasus yang lebih lanjut, lesi menjadi irregular. Gambaran
milier atau snow storm appearance merupakan tanda pertumbuhan yang cepat.
Metastasis limfogen juga dapat terjadi langsung dari lesi primer. Tumor mammae
melalui dinding paru, atau tumor hati melalui crura diafragmatika. Penyebaran utama
adalah ke mediastinum dan kelenjar di dalamnya. Pembesaran kelenjar mediastinum dan
hilus dengan paru-paru yang bersih dapat ditemukan pada metastasis karsinoma
ginjal.Lesi metastasis dapat menetap di saluran limfe peribronkial atau perivaskular yang
secara radiologik memberi gambaran bronkovaskular yang kasar pada satu atau kedua
hemithoraks atau gambaran garis-garis berdensitas tinggi yang halus seperti rambut.
Gangguan fungsi paru lebih bergantung dari jumlah daripada ukuran
metastasisnya. Emboli tumor di kapiler pulmonal dalam jumlah yang banyak dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal, meskipun gambaran radiografiknya normal. Sel-sel
tumor akan merangsang reaksi fibrosis di saluran limfe dan kapiler-kapiler, seperti
gambaran lymphangitis carsinomatosa yang merupakan campuran dari metastasis milier,
permeasi limfatik dan fibrosis interstitial. Pasien-pasien ini akan mengalami dyspnoe
berat. Pleural efusi yang masif dapat memperburuk fungsi respirasi dan sulit untuk
dihilangkan gejalanya. Metastasis dari karsinoma tiroid akan mensekresi hormon tiroid
131
yang dapat terdeteksi dengan meningkatnya uptake I meskipun gambaran
radiografiknya normal.
Pertumbuhan lesi metastasis yang cepat akan sulit untuk dibedakan dengan lesi
lainnya. Lesi metastasis yang tiba-tiba banyak dan berkembang sangat cepat mirip
dengan abses septikemia. Lesi metastasis juga dapat timbul beberapa tahun setelah
pengangkatan tumor primer. Metastasis yang berasal dari karsinoma tiroid kadang-
kadang tumbuh dengan lambat.
Kalsifikasi. Penebalan karena kalsifikasi dapat dijumpai pada proses patologis
dalam lesi metastasis, seperti pembentukan tulang (osteosarkoma), kalsifikasi kartilago,
kalsifikasi distrofik, kalsifikasi mucus (pada adenokarsinoma musinosa dan papiler) atau
karena efek terapi.
Nekrosis dan pembentukan kavitas tidak bergantung dari ukuran dan dapat
muncul pada lesi metastasis yang kecil. Kavitasi dapat menyebabkan pneumothorak.
Tumor trofoblastik mempunyai potensi keganasan yang bervariasi tetapi
semuanya dapat menyebar ke paru, tumor yang jinak akan diabsorpsi. Jaringan
trofoblastik mempunyai sifat invasif dan sifat dari metastasisnya sangat khas. Tepi lesi
tidak tegas karena biasanya dikelilingi pendarahan. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
pengangkatan mola hidatidosa tetapi sangat jarang. Onset edema paru tiba-tiba yang
dapat berkembang menjadi respiratory distress syndrome dengan koagulasi intravaskuler
difus.

Metastasis
penyakit metastatik bias berujud sebagai pembesaran kelenjar hilus / medistinum atau
bias menyebabkan kelainan-kelainan pada paru. Perwujudan metastasis paru tergantung
cara penyebaran melalui paru dari pada ke paru. Dengan demikian,suatu karsinoma yang
menyebar secara limfogen ke seluruh tubuh menimbulkan limfadenopati yang difus bias
juga menyebabkan metastasis hematogen pada paru dan sebaliknya. Penyebaran
metastasis hematogen pada paru biasanya di tandai dengan nodul interstisial yang kecil
yang biasa tumbuh secara cepat dan dan menjadi lebih kabur terutama bila mereka
menyebabkan terjadinya perdarahan nodul ini lebih sering terdapat di subpleural atau
basilar karena banyaknya pembuluh darah kecil dan meningkatnya aliran darah di tempat
tersebut. Foto keras pada lapangan paru bawah sering amat membantu untuk melihat
nodul-nodul seperti ini pada bagian lobus bawah di belakang diafragma.
Penyebab-penyebab umum metastasis hematogen meliputi sarcoma,melanoma
,keganasan trofoblastik,karsinoma tiroid,karsinoid,adenokarsinoma payudara,kolon atau
pancreas dan karsinoma skuamosa terutama dari daerah kepala dan leher. Walaupn
demikian sebenarnya setiap keganasan bias menyebabkan nodul ini.

Penyakit metastasis limfogen pada paru terlihat sebagai infiltrasi interstisial yang
difus jelas pada lapangan bawah paru,terutama dekat hilus bias juga ada nodul tetapi
lebih berbatas tegas di bandingka dengan metastasis hematogen dan biasanya
terdistribusi pada struktur bronkovaskular perwujudan penyebaran limfogen amat mirip
dengan edem paru interstisial hanya saja tanpa adanya tanda-tanda lain kongesti,terutama
pelbaran pembuluh darah lobus atas yang biasanya terlihat pada edema interstisial
.penyebapenyebabnya termasuk ca. payudara,gaster,paru dan traktus genitouranirius
bagian bawah temasuk prostate.

Limfoma
Semua limfoma menyebabkan pembesaran kelenjar limfe pada hilus dan
mediastinum lebih sering di bandingkan dengan kelainan foto toraks yang
lain.pembesaran kelenjar limfe bias local atau difus dan terutama difus pada limfoma
dengan derajat keganasan tinggi.

Penyakit Hodgkin menyerang paru pada kasus yang berat dan lanjut (std iv)
biasanya ada nodul dan masa kecil,sering mengalami kavitasi. Bias terjadi suatu
gambaran yang menyerupai metastasis limfogen tetapi biasanya lebih noduler.

Limfoma non Hodgkin dan kadang-kadang limfoma Hodgkin bias tumbuh pada
paru sebagai infiltrate konsolidatif,sering dengan air broncogram sehingga mirip
pneumonia atau ca bronkogenik tipe alveolar mungkin tidak di jumpai limfadenopati
biopsy terduka biasanya di perlukan untuk diagnosis lesi ini,karena infiltrate limfoid
benigna (pseudolimfoma)dan pneumonitis interstisial limfositik) bias secara radiologist
identik dengan limfoma paru.

Limfoma maligna
Kasus – kasus limfoma maligna (non-hodgin dan hodgin) ternyata 30%
bermetastasis ke pleura dan juga menimbulkan efusi pleura dan juga menimbulkan efusi
pleura. Di dalam cairan efusi tidak selalu terdapat sel-sel ganas seperti pada neoplasma
lainnya. Biasanya ditemukan sel-sel limfosit karena sel inim ikut dalam aliran darah dan
aliran getah bening melintasi rongga pleura. Di antara sel-sel yang bermigrasi inilah
kadang-kadang ditemukan sel-sel yang ganas limfoma malignum.
Terdapat beberapa jenis efusi berdarakan penyebabnya yakni:
 Bila efusi terjadi dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan
pleura,cairannya adalah eksudat,berisi sel limfosit yang banyak dan sering
hemoragik.
 Bila efusi pleura terjadi karena obstruksi saluran getah bening,cairannya bias
transudat atau eksudat dan ada limfosit
 Bila efusi terjadi karena obstruksi duktus torasikus,cairannya akan berbentuk
kilus.
 Bila efusi terjadi karena infeksi pleura limfoma maligna karena menurunnya
resistensi terhadap infeksi,efusi akan berbentuk empiema akut atau kronik.

Seperti pada neoplasma lainnya,efusi pleura yang berulang (efusi maligna) pada
limfoma maligna kebanyakan tidak responsive terhadap tindakan torakostomi dan
instilasi dengan beberapa zat kimia.keadaan dengan efusi maligna ini mempunyai
prognosis yang buruk.

LIMFOMA MALIGNA
Proliferasi limfosit adalah gambaran utama dari limfoma maligna, bisa juga
didapatkan pada kelainan benigna. Sangat sulit untuk membedakan keduanya secara
histologis, dan pada kenyataannya beberapa kelainan yang jinak dapat berubah menjadi
limfoma maligna.
Beberapa kondisi yang menjadi predisposisi timbulnya limfoma maligna antara
lain defisiensi imun congenital (Wiskott-Aldrich syndrome, ataxia telangiektasia),
penyakit autoimun( rheumatoid, lupus eritematosus sistemik), paparan okupasional
terhadap benzene dan larutan lain, transplantasi organ, Sjogren syndrome, dan
limfadenopati imunoblastik. Fenitoin juga berhubungan dengan limfoma maligna begitu
juga dengan kelainan limfoproliferatif lainnya. Kebanyakan kelainan yang menjadi
predisposisi berhubungan dengan abnormalitas mekanisme imun, baik imunosupresif,
kegagalan sistem imun atau kelainan kronik akibat stimulasi antigen. Transformasi terjadi
secara bertahap, pertama-tama terjadi proliferasi limfosit poliklonal, yang akan diikuti
pembentukan sel ganas.
Terapi dari limfoma maligna akhir-akhir ini sangat efektif, tetapi radioterapi dan
kemoterapi juga mempunyai risiko dan efek samping. Terapinya ditujukan pada
perluasan dan tempat penyakit. Oleh karena itu, diagnosa stadium penyakit sangat
diperlukan. Beberapa pemeriksaan foto yang kompleks dapat membantu menentukan
stadium penyakit tergantung perluasan dari tipe histologisnya. Klasifikasi histological
yang rinci juga penting untuk menilai efisiensi pengobatan yang berbeda-beda.
Limfoma maligna dibagi ke dalam dua grup –Hodgkin’s dan non Hodgkin’s- dan
masing-masing grup berdasarkan kriteria histologis dibagi lagi mendjadi subdivisi.

Limfoma Hodgkin terdiri dari nodus-nodus. Awalnya hanya sebuah, yang kemudian
menyebar menjadi banyak. Jika mulai di thorak, nodus di mediastinum biasanya selalu
membesar, sedangkan nodus di hilus lebih jarang. Meskipun jarang, pembesaran nodus di
hilus semata-mata cukup untuk membedakan limfoma dan sarkoidosis. Nodus-nodus
bersifat massif dan dapat bersatu satu dengan yang lain, membuat tepinya berlekuk-
lekuk. Jika menyebar ke dalam paru, akan terdapat di saluran limfe interlobular,
perivaskuler dan peribronkial, membentuk deposit di nodus kecil intrapulmonal. Setelah
itu dapat juga muncul di percabangan struktur bronkovaskular. Di jalur ini penyakit dapat
menyebar keluar ke pleura. Secara radiografik, pinggiran nodus yang licin akan berubah
menjadi tidak rata (bergerigi), karena campuran dari garis-garis linier, pembatasan dan
pengelompokan dari nodul-nodul kecil di dalam paru. Bayangan-bayangan yang
terbentuk akan berkumpul menjadi bercak kabut dengan densitas yang berkurang secara
progresif seiring dengan penyebaran ke dalam paru. Penyebaran ke dalam paru ini
berlangsung hanya dalam beberapa hari, sehingga sering dikira edema atau infeksi.
Koalesensi infiltrasi menyebabkan gambaran opak pada lobus, kadang-kadang disertai
air bronchograms. Bisa juga didapatkan nodul-nodul pada paru baik dalam jumlah besar
dan berukuran milier atau lebih besar, kira-kira sampai 1 cm.
Lesi pulmonal ini kadang-kadang nekrosis dan membentuk cavitas yang
berdinding tebal. Efusi dari cairan limfe akan menyebabkan penyebaran ke dalam pleura
dan pemeriksaan yang teliti harus dilakukan jika ditemukan erosi iga.
Penyakit hodgkin yang mulai dibagian lain di seluruh tubuh, menyebar ke dalam
thorak dengan pola yang berbeda dari yang dijelaskan diatas, dimana lesi pulmonal dapat
berkembang tanpa pembesaran nodul mediastinum atau hilus. Yang lainnya sama dengan
lesi yang mulai dari thorak.
Setelah pengobatannya berhasil, gambaran radiografik torak tidak akan kembali
normal. Nodul-nodul akan terkalsifikasi, muncul pneumonitis akibat radiasi atau
pseudotumor akibat massa residual. Untuk membedakan apakah massa tersebut
pseudotumor atau merupakan sisa dari penyakit, perlu dilakukan eksisi atau biopsy.
Pseudotumor terdiri dari reaksi inflamasi non spesifik atau amiloid.
Pneumonitis radiasi teratas pada daerah paru yang teradiasi, hal ini penting untuk
menentukan diagnosa banding. Recall radiation pneumonitis adalah istilah yang dipakai
untuk gambaran opak yang berbatas tidak tegas yang muncul di daerah yang teradiasi,
tetapi hanya setelah terapi steroid dihentikan. Hal ini dapat muncul sampai 6 tahun
setelah radioterapi, dan dapat dihilangkan gejalanya dengan pemberian steroid lagi.

Limfoma non Hodgkin. Perbedaan tanda radiografik antara limfoma Hodgkin dan non
Hodgkin lebih secara kuantitatifnya dibanding kualitatif. Penyakit ini jarang mulai di
thorak dan jika sudah mencapai thorak, biasanya sudah dalam stadium lanjut. Massa
nodus di mediastinum dan hilus, penyebaran dari lapisan perihilar dengan nodul
pulmonal kecil melalui aliran limfe, kekeruhan segmental dan lobar adalah gambaran dari
penyakit ini yang sama dengan Hodgkin, tetapi lebih sering ditemukan lesi pulmonal
tanpa keterlibatan nodul. Lobus yang solid dengan limfositik limfoma jarang ditemukan,
tetapi tidak sejarang penyakit Hodgkin. Plak di pleura atau efusi dapat dijumpai pada
30% pesien.
Limfoma maligna primer extranodal berasal dari jaringan limfoid mukosa (usus,
kelenjar saliva, dan bronkus). Limfosit yang terdapa pada mukosa dapat melewati nodus
life regional masuk ke dalam sirkulasi sistemik dan menyebar dari penyebaran ke dalam
jaringan. Limfoma akan menetap disana selama bertahun-tahun, dan penyebaran hanya
terjadi ke dalam mukosa. Beberapa kasus Sjogren syndrome merupakan contoh penyakit
ini, dari kelenjar saliva ke dalam paru. Sekarang pseudolimfoma, granulomatosis
limfomatoid, dan pneumonia limfositik interstitial dianggap contoh-contoh dari limfoma
ekstranodal yang terdapat dalam mukosa
Limfoma plasmasitik atau plasmasitoma merupakan terminology yang dipakai untuk
lesi myelomatosis dan tumor primernya serupa dengan bentuk penyebarannya. Tumor
soliter dapat berbentuk masa paru atau lesi endobronkial yang mengakibatkan obstruksi.

Hamartoma, leiomyoma dan neurofibroma adalah contoh tumor jinak yang dapat terletak
baik endobronkial maupun di jaringan paru.
Tumor paru benigna mempunyai karakteristik berbatas tegas, tumbuh lambat,
permukaannya licin, kecuali tumbuh di permukaan pleura yang menghambat
perkembangannya. Terdapat hingga 10% nodul pulmonal soliter yang merupakan tumor
jinak. Kita tidak dapat menentukan dari mana tumor berasal, apakah dari jaringan paru,
pleura, atau bronkus yang kecil. Hal ini tidak penting secara radiologist. Yang lebih
penting adalah apakah tumor tersebut menyumbat jalan udara.

Hamartoma merupakan tumor jinak paru yang pertambahan besarnya


berlangsung dengan sangat lambat. Tumor ini jarang terdapat pada anak-anak, biasanya
di atas umur 40 tahun.Terdiri dari campuran jaringan normal dari organ tempat tumor ini
tumbuh, dalam kasus tumor paru, jaringan normalnya adalah kartilago dan elemen epitel.
Kebanyakan diameternya tidak mencapai 1cm, ditemukan secara kebetulan setelah
meninggal. Ukuran sedang yang pernah ditemukan pada waktu penderita masih hidup
adalah sekitar 3 cm. Biasanya ditemukan soliter, perifer, dengan batas tegas, tetapi
pinggirannya berlobul. Densitasnya inhomogen karena jaringan lemak. Elemen tulang
rawan biasanya mengalami kalsifikasi, secara radiologis terlihat sebagai garis linear atau
gambaran granuler kasar yang ireguler, seperti popcorn. Pembentukan kavitas tidak
pernah terjadi.

Angioma termasuk dalam tumor pulmonal. Sebenarnya angioma ini bukan


neoplasma sejati dan terdiri dari ruang yang berisi darah. Rongga pada hemangioma
kapiler lebih kecil, berukuran kapiler, seperti nevus di kulit. Rongga pada hemangioma
kavernosa lebih besar, dan dindingnya dibatasi oleh endotel. Jika terdapat hubungan
langsung antara arteri dan vena pulmonal disebut malformasi arteriovenosa atau
aneurisma. Dalam ukuran yang lebih kecil ada yang dinamakan telangiektasis, dan kedua
tipe ini termasuk ke dalam penyakit Osler-Weber-Rendu (telangiektasis hemoragik
herediter).
Angiogram menunjukkan gambaran lesi diantara gambaran radiografik yang
polos, bersamaan dengan daerah kecil yang mengalami telangiektasis. Ruptur spontan
dari angioma kadang-kadang terlihat, menyebabkan hematoma pulmonal. Jika shunt
cukup besar, akan terjadi desaturasi arteri dan polisitemia.
Telangiektasis pulmonal difus terdiri dari sejumlah besar pembuluh darah yang
memberikan gambaran banyak nodul, dan diperjelas dengan latar paru yang luscen,
sering diduga fibrosis paru pada foto radiografi. Angiogram akan menunjukkan
hipervaskularisasi yang menonjol, tetapi terkadang normal. Hemangiomatosis pulmonal
adalah infiltrasi angiomatous di dinding arteri dan vena kecil, yang kemudian
menyebabkan oklusi dan mengakibatkan hipertensi pulmonal. Dalam kondisi ini pasien
bisa meninggal karena hipertensi pulmonal, pendarahan, dan kegagalan respirasi. Karena
basis paru juga terkena, penyakit ini sering diduga firosis paru. Gambaran angiogram
mirip dengan telangiektasis pulmonal difus, kecuali terjadi retensi yang memanjang dari
media kontras di tempat kelainan.
Neurofibroma dapat ditemukan di tempat-tempat yang mengandung struktur
saraf, dan oleh karena itu, bisa juga terdapat pada cabang bronkial. Terdapat hubungan
antara neurofibromatosis, fibrosis pulmonal difus dan feokromositoma.
Neurofibromatosis thorak bisa merupakan komplikasi dari pneumothorak
Kista paru. Terbentuknya kista paru merupakan hiperinflasi udara ke dalam
parenkim paru melalui suatu celah berupa klep akibat suatu peradangan kronis. Kista
paru dapat pula disebabkan kelainan congenital yang secara radiologik tidak dapat
dibedakan dengan kista paru didapat (akibat peradangan). Gambaran radiologik memberi
bayangan bulat berdinding tipis dengan ukuran bervariasi. Bila kista paru lebih dari satu
dan tersebar di kedua paru dikenal sebagai paru polikistik.

Tumor primer ganas dari tumor pleura


Tumor primer ganas lebih jarang lagi yang di kenal adalah mesotelioma, bias di
pleura atau di fissure interlobar,cepat membesar dan sering di sertai dengan pembentukan
cairan rongga pleura.
Metastasis tumor ganas ke pleura lebih sering terjadi yang biasanya berupa cairan rongga
pleura secara cepat bertambah banyak.
Tumor pleura salah satunya dapat disebabkan karena efusi pleura neoplasma
Neoplasama primer ataupun sekunder (metastasis)dapat menyerang

Neoplasma primer ataupun sekunder(metastasis)dapat menyerang pleura dan umumnya


menyebabkan efusi pleura.keluhan yang paling banyak di temukan adalah sesak napas
dan nyeri dada. Gejala lain adalah akumulasi cairannya kembali dengan cepat walaupun
dilakkan torakosentris berkali-kali.
Efusi bersifat eksudat,tapi sebagian kecil (10%) bias sebagai transudat. warna efusi bias
sero-santokrom ataupun hemoragik(terdapat lebih dari 100.000 sel eritrosit percc). Di
dalam cairan ditemukan sel-sel limfosit (yang dominan) dan banyak sel mesotelial.
Pemeriksaan sitologi terhadap cairan efusi atau biopsy pleura parietalis sangat
menentukan diagnosis terhadap jenis-jenis neoplasama.

Terdapat beberapa teori tentang timbulnya efusi pleura pada neoplasma yakni.

 Menumpuknya sel-sel tumor akan meningkatkan permeabilitas pleura terhadap air


dan protein
 Adanya massa tumor mengakibatkan tersumbatnya aliran pembuluh darah vena
dan getah bening,sehingga rongga pleura gagal dalam memindahkan cairan dan
protein.
 Adanya tumor menyebabkan infeksi lebih mudah terjadi dan selanjutnya timbul
hipoproteinemia.

Efusi pleura karena neoplasma biasanya unilateral, tetapi bias juga bilateral karena
obstruksi saluran getah bening,adanya metastasis dapat mengakibatkan pengaliran cairan
dari rongga pleura via diafragma . keadaan efusi pleura dapat bersifat maligna.keadaan
ini di temukan 10-20%karsioma bronkus, 8%dari limfoma maligna dan leukemia.jenis-
jenis neoplasma yang terdapat di pleura dapat berupa:

Mesotelioma
Mesotelioma adalah tumor primer yang berasal dari pleura.tumor ini jarang di
temukan, bila tumor masih terlokalisasi,biasanya tidak menimbulkan efusi
pleura,sehingga dapat di golongkan ke dalam tumor jinak.sebaliknya bila ia tersebar
(difus) di golongkan sebagai tumor ganas.

Dan sudah menjadi tradisi membagi mesotelioma menjadi kategori jinak dan
ganas.konsep dari” mesotelima jinak”,walupun telah di pastikan dalam kepustaan di
batalkan dan membingungkan karena pada kenyataan termasuk fibroma dan timbul pada
jaringan penyangga subpleura dan masuk kedalam rongga pleura berupa massa yang
menonjol 3 sampai 10cm.walaupun fibroma di lapisi oleh sel mosotel,bukan suatu
elemen neoplastik.

Sebaliknya mesothelioma ganas yang difus (MGD) adalah menyebar,kanker


invasive terdiri dari sel mosotel,lebih sering timbul dalam pleura. Tetapi yang kurang
lazim adalah primer pada peritoneum dan jarang di mana saja.

Walaupun tumor pleura jarang ditemukan,namun tumor ini amat penting,karena semua
tumor yang lain berkaitan dengan pekerjaan dan polisi udara asbes.

1. PLEURAL FIBROMA (“BENIGN MESOTHELIOMA”)


Tumor jinak pleura ini sering disebut “benign mesothelioma” dengan
pertumbuhan terlokalisasi yang sering melekat pada permukaan pleura oleh pedikel.
Tumor tersebut mungkin kecil (diameter 1 sampai 2cm) atau bias mencapai ukur yang
besar sekali, tetapi mesothelioma tetap membtasi permukaan paru. Tumor ini tidak
biasanya memproduksi efusi pleura. Nyata sekali,mesothelioma terdiri dari jaringan
jaringan fibrous yang padat dimana kita terdiri dari cairan yang viscid. Secara
mikroskofis,tumor tersebut menunjukan retikulin yang kusut dan serat kolagen di
anatarnya,yang mana sel spindle mirip fibroblast terdapat dimana-mana.untuk alas an
ini,mesothelioma ini juga disebut”fibroma”. Pleural fibroma jinak tidak ada hubungannya
dengan paparan asbes.

2. MALIGNANT MESOTHELIOMA

Malignant mesothelioma adalah penyakit kanker yang jarang dari sel


mesotel,biasanya terdapat pleura parietal atau pleura visceral tetapi kurang umum di
peritoneum dan jarang-jarang di tempat lain. Kanker ini punya kecenderungan menyebar
dan membungkus organ yang di bawahnya. Kanker tersebut diduga punya kepentingan
besar karena di hubungkan dengan pekerjaan yang terpapar oleh asbes udara.sebenernya
di atas 8% dari pekerja yang terpapar berat dapat menderita neoplasma ini,biasanya
setelah periode laten yangpanjang yaitu 35-50th. Malignant mesothelioma terdapat pada
orang yang bekerja di pabrik asbes atau menjadi anggota keluarga pekerja asbes
,bagaimanapun juga ,kira-kira 20% dari orang dengan mesothelioma tidak mempunyai
riwayat terpapar.kombinasi dari asap rokok dan asbes tidak meningkatkan resiko seperti
pada karsinoma bronkogenik.

Dasar dari karsinogenenitas dari asbes adalah masih sebuah misteri. Pemyakit
dengan asbes pada paru terjadi 20% kasus. Pleura mesothelioma cenderung untuk
melekat pada thorax tetapi kadand-kadang menyebar ke hati dan bagian lain yang jauh.
Walaupun penyebarannya terlihat pada autopsy,tetapi sering bukan merupakan yang
penting secara klinis.
Mesotelioma maligna pada pleura keganasan yang jarang terdapat dan jarang
terjadi tanpa adanya paparan terhadap asbes. Kelainan radiografis meliputi penebalan
pleura yang hebat dengan atau tanpa adanya nodul dan atau efusi pleura.

Bentuk keganasan ini adalah invasive local dan selalu mempunyai akibat fatal
mesotelioma benigna merupakan massa pleura local yang bisa di sertai dengan efusi
pleura,tetapi tidak ada hubungannya dengan asbes. 20 th atau lebih setelah paparan
terhadap asbes,sejumlah besar mendapatkan kanker paru. Merokok pada orang-orang ini
merupaka factor yang sinergik sehingga kombinasi dari paparan asbes dan meroko pada
akhirnya akan mengakibatkan kanker paru.

Paparan terhadap serabut-serabut asbes terjadi paling berat pada panambangan


asbes pabrik pengolahan asbes,bangunan yang memakai asbes sebagai bahan penyekat
galangan kapal dan pelbagai lingkungan kerja yang lain.walaupun demikian paparan
terhadap asbes yang secara kinis penting bias terjadi bila berada pada lingkungan pabrik
asbes dan pada keluarga pekerja asbes. Pemkaian asbes semakin meningkat,menimbulkan
suatu problema kesehatan masyarakat. Paparan berat terhadap asbes menyebabkan
fibrosis interstisial yang difus (asbestosis) yang biasanya paling nyata pada basis
paru,bias terjadi insufisensi paru.

Kelainan-kelainan pada pleura yang biasa timbul adalah sedikit efusi,plak dan
kalsifikasi-kalsifikasi multifel dan ireguleradalah khas buat asbes dan adanya kalsifikasi
pada diafragma merupakan tanda patognomik dari paparan terhadap asbes manifestasi
pada pleura ini secra klinis benigna.

Asbes merupakan salah satu factor utama dalam perkembangan beberapa jenis
keganasan termasuk ca paru, mesotelioma maligna pleura dan perineum dan ca
lambung.
Morfologi
Dalam rongga pleura, MGD diperkirakan di mulai pada aderah yang local,
menyebabkan efusi dan menyebabkan penyebaran yang jauh lebih baik melalui
pertumbuhan ke sebelahnya atau muncul pada awal efusi dan kemudian kepermukaan
pleura.
Pada autopsy, paru yang terkena, khas di lapisi oleh lapisan kuning keputihan,
kenyal, kadang-kadang seperti gelatin dari tumor yang mengadakan oblisterasi pada
pleura.
Neoplasma dapat langsung mengadakan invasi ke dinding toraks atau jaringan
paru di bawah pleura, sering meluas ke dalam fisura interlobaris dan kadang-kadang ke
kelenjar getah bening hilus.

Secara histologis, sel neoplastik mesotel membentuk satu atau tiga bentuk:

1. sarkomatoid,yang berebentuk spindle atau kadang-kadang tumbuh sebagai


sel yang menyerupai fibroblast lembaran-lembaran yang tidak jelas.
2. epithelial,dimana sel kuboid membentuk tubulus dan ruang mikrositik
dimana tampak tonjolan mikropil
3. yang paling sering adalah bentuk bifasik yang mengandung kedua bentuk
sarkomatoid dan mirip epithelial.

KLINIS
Keluhan dari MGD pleura termasuk nyeri dada dan punda,efusi yang kambuh dan pada
akhirnya ada sedikit manifestasi disfungsi pernapasan.namun pada suatu
saat,batuk,sesak,beratban turun,dan kadang-kadang jari tabuh dan osteoartropati paru
akan timbul . diagnosis biasanya dapat ditegakan dengan ct scan tetapi kemungkinan
penyakit pleura menunjukan adanya penyebaran beberapa tumor primer yang lain harus
disingkirkan .sitologi eksfoliatif sulit di interprestasikan,sehingga biopsy seringkali
penting.
Bab III
ASPEK RADIOLOGIS

Secara radiologis,lokasi dari mesothelioma yang terlihat pada pericardium atau


pleura parietal dari mediastinum lebih menunjukan sebagai formasi massa di dalam
mediastinum. Ini muncul pada film sebagai pertumbuhan lobus dengan ukuran
bervariasi,sering kali disertai efusi pleura yang mana mungkin berupa ukuran besar yang
pertumbuhan primernya kabur. Karena visualisasi dari daerah kecil yang mengalami
kalsifikasi yang mungkin ada,hasil yang memuaskan dari film adalah penting.

Pada pemeriksaan radiology,pertumbuhan yang difus terlihat sebagai penebalan


nodul pada pericardium atau pleura. Dan lagi,penyertaan efusi mungkin sebagian atau
seluruhnya kabur pada pertumbuhan primer.

MRI dan CT- SCAN Tumor pleura

CT adalah teknik yang tepat untuk menentukan stadium karsinoma. CT dan MRI
sama-sama baik untuk menilai ukuran tumor. CT lebih akurat dalam menilai nodul-nodul
kecil, kecuali terletak dekat pembuluh darah hilus. Dalam hal ini MRI lebih uggul.
Tumor di sulkus superior lebih baik dinilai dengan MRI daripada CT karena
gambaran anatomi potongan coronal dan sagital MRI lebih baik. Dari penilaian 31 pasien
dengan tumor di sulkus superior, akurasi MRI dalam menilai invasi tumor ke dalam
struktur yang berdekatan adalah 93%, sedangkan CT hanya 63%. CT lebih baik dalam
membedakan massa tumor dari paru-paru yang kolaps.
Ronggal pleura yang normal tidak dapat dibedakan dengan MRI, tetapi jaringan
lemak yang berdekatan dapat dilihat dengan baik. Invasi ke dinding dada mula-mula
lebih baik dinilai dengan MRI. Destruksi iga tidak terlihat jelas dengan MRI. CT dan
MRI kurang baik dalam menilai infiltrasi pleura mediastinum. Invasi mikroskopik di
mediastinum oleh tumor tanpa perubahan yang nyata tidak dapat dinilai.
Invasi vaskular oleh tumor lebih jelas dilihat dengan MRI daripada CT. CT lebih
sensitif dalam menilai efusi pleura. MRI sangat membantu dalam membedakan penyakit
pleura dari parenkim, dan kompleks efusi. Karsinomatosa limfangitis mempunyai
gambaran yang jelas berupa massa mediastinum atau hilus dengan limfatik pulmonal
perifer yang melebar.
Untuk menilai metastasis jauh dari karsinoma paru, MRI dapat mendeteksi massa
di adrenal, dan lebih sensitive dalam mendeteksi metastasis hati dan SSP dari pada CT.

Pengobatan
Pembedahan
pengangkatan adalah pilihan pengobatan untuk pasien dengan adenokarsinoma,sel
besar atau squamos sel karsinoma pada paru. Buruknya dengan metode diagnosa biasa
kira-kira 4/5 dari semua pasien itu ditemukan tidak dapat disembuhkan dengan
pembedahan pada saat diagnosa di tegakan.
Suatu eksplorasi thoracotomy mungkin perlu untuk menentukan apakah pasien
pantas untuk pengangkatan . tergantung pada dokter bedah,antara 5% dan 20% dari
pasien di ajukan untuk eksplorasi thoracotomy yang mungkin tidak perlu dilakukan
pengangkatan.
Pada usia lanjut tidak dimungkinkan untuk dilakukan pembedahan,tetapi system sirkulasi
yang rusak atau fisiologi dari pernapasan dapat mengarah pada kontraindikasi untuk
dilakukan pneumonectomy atau lobectomy. Efusi pleura bukanlah suatu kontraindikasi
yang mutlak untuk pembedahan.
Pneumoectomy atau lobectomy adalah salah satu pilhan dalam pengobatan dari
tumor primer yang jarang seperti fibrosarcoma. Mesothelioma pleura diobati dengan
berhasil oleh pengangkatan dengan pembedahan.

Radioterapi
Radioterapi juga suatu alternative yang cukup beralasan untukpengangkatan terhadap
pasien yang tidak dapat di sembuhkan dengan pembedahan secara medis.
Karsinoma sel kecil sering memberi respon dramatis pada pemberian radiotherapy .
Ini seringkali menuntun ke pengobatan yang berakhir cepat,menghasilkan total dosis
yang rendah di ikuti kekambuhan yang cepat.
Frekuensi tinggi dari metastasis otak pada pasien dengan karsinoma sel kecil pada
paru dan penetrasi inadekuat kemotheraeutik agen ke dalam cairan cerebrospinal dan otak
telah menuntun ke irradiasi profilaktik irradiasi otak untuk menghancurkan metastasis
subklinik.pengobatan ini telah menurunkan nilai kegagalan intracranial anatara 30% dan
80% kurang dari 10%.

Kemoterapi
Karsinoma sel kecil lebih responsive terhadap obat secara individual
dibandingkan sel jenis lainnya. Kombinasi yang luas baik dari pemberian obat secara
individual maupun dosis yang ditetapkan telah di evaluasi
Obat yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin (adriamycin),
vincristine, methotrexate, ccnu, procarbazine, dan epipodophyllotoxin. Obat tunggal yang
paling efektif adalah cyclophosphamide dan obat tersebut suatu bagian yang mendekati
setiap regimen.

Prognosis
Malignant mesothelioma pada thorax timbul baik pada pleura parietal maupun
pleura visceral. Walaupun tidak umum,mereka diduga mempunyai kepentingan pada
beberapa tahun yang lalu karena kepentingan pada beberapa tahun yang lalu karena
peningkatan insiden pada orang dengan paparan asbestos yang berat.
Resiko waktu hidup dari perkembangan mesothelioma pada individu yang terpapar
dengan berat adalah setinggi 7 sampai 10%,itu membutuhkan waktu yang panjanag 25
sampai 45 tahun untuk perkembangannya mesothelioma yang berhubungan dengan
asbestos,dan kelihatannya tiodak ada peningkatan resiko mesothelioma pada pekerja
asbes yang meroko.ini berlawanan dengan resiko asbestos yang berhubungan dengan
karsinoma bronkogenik,dimana sudah tinggi,dan ditandai dengan besarnya resiko akibat
dari merokok jadi bagi pekerja asbestos(khususnya yang peroko)resiko meninggal akibat
karsinoma paru jauh melibihi daripada akibat mesothelioma .
BAB IV
KESIMPULAN

Jarang dapat dibuat diagnosa dengan pemeriksaan sitologik dari caira pleura dan
malah sering sulit dengan menggunakan biopsy jarum pleura. Biopsy pleura terbuka
yang mengambil cukup jaringan untuk memeperlihatkan pola dari abnormal sel
dengan mengikuti invasi struktur dinding dada sring diperlukan untuk menegakan
diagnosa.

Parietal pleurectomy mungkin memeberikan keringanan dari efusi pleura yang


berulang, walaupun regimen dari kemoterapi telah berkembang tetapi tak satupun
pada mesothelioma berhasil dengan baik.

Metastasis pada mesothelioma sangat jarang, tetapi pembedahan umumnya tidak


berguna karena dinding dada yang difus dan invasi dari mediastinum.

Prognosis menyedihkan dari sedikit penderita yang tahan hidup lebih lama dari
dua tahun setelah pronosis.
Daftar pustaka
1. David Sutton : textbook of radiology and medical imaging.churchill
livingstone,Edinburgh,London,Melbourne and newyork,1987
2. Pradip r. patel : lecture notes radiology 2 edition.
Lampiran
Tumor pleura
tumor mesothelioma

solitary fibrous tumor of pleura


meothelioma
pleura mesothelioma
tumor pleura

Pleura abnormalitas

You might also like