You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi
khususnya dibidang sistem satelit yang cukup pesat, maka
sudah seharusnya mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dapat
memiliki pengetahuan dan keahlihan dalam bidang sistem
satelit. Kerja praktek ini dikhususkan dalam hal perancangan
sistem tracking antena untuk satelit LEO. Satelit LEO adalah
satelit berorbit rendah yang banyak digunakan untuk tujuan
penelitian, pengembangan teknologi dan sistem komunikasi.
Satelit LEO merupakan suatu satelit yang mengorbit pada
ketinggian 300 – 1500 km diatas permukaan bumi. Agar
komunikasi dari satelit ke stasiun yang ada di bumi dan
sebaliknya, maka diperlukan sebuah sistem tracking antena
pada stasiun bumi tersebut.

1.2 Batasan Masalah


Dalam pembahasan masalah ini menitikberatkan pada
bagaimana merancang hardware yang diperlukan agar dapat
digunakan sebagai sistem tracking antena stasiun bumi untuk
satelit LEO pada pita radio amatir dan dapat dikomunikasikan
dengan software yang sudah ada.

1.3 Tujuan
Selain sebagai salah satu mata kuliah wajib, tujuan dari
pelaksanaan dari kerja praktek di Laboratoruim Propagasi dan
Antena ini merupakan merupakan kesempatan mahasiswa untuk
mengenal dunia kerja. Dengan harapan mahasiswa tidak hanya
mengenal teori yang diperoleh di kampus, tetapi juga mengenal
kondisi nyata di lapangan yang perkembangannya dipengaruhi
secara langsung oleh perkembangan teknologi.

1.4 Waktu dan Tempat Kerja Praktek


Tempat pelaksanaan kerja praktek adalah di Laboratoruim
Antena dan Propagasi Program Studi Telekomunikasi
Multimedia Institut Teknologi Sepuluh November. Kerja

1
Praktek dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2010 sampai 31
Desember 2010.

1.5 Metode Pengumpulan Data


Dalam mengumpulkan data untuk mendukung Penyusunan
Laporan Kerja Praktek digunakan metode-metode sebagai
berikut :
1. Observasi langsung terhadap sistem antena stasiun bumi.
2. Diskusi dengan pembimbing, staf, dan karyawan.
3. Studi literatur.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penyusunan laporan kerja praktek ini disusun
per bab dari sub-sub bab dengan permasalahannya sebagai
berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi mengenai latar belakang kerja praktek ini,
batasan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data
dan sistematika penulisan.

BAB II STRUKTUR ORGANISASI


Pada bab ini berisi mengenai struktur organisasi dari tempat
pelaksanaan kerja praktek.

BAB III DASAR TEORI


Pada bab ini dasar teori yang berkaitan dengan kerja praktek
dan hal-hal penting lainnya tentang stasiun bumi.

BAB IV DESAIN AWAL GROUND STATION


Pada bab ini membahas mengenai proses pengerjaan dan
pengujian stasiun bumi yang dikerjakan selama kerja praktek.

BAB V PENUTUP
Penutup berisi mengenai kesimpulan bab-bab sebelumnya serta
saran.

2
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

2.1 Sejarah Singkat Jurusan Teknik Elektro - Institut


Teknologi Sepuluh November
Pada tanggal 10 November 1957, Presiden Pertama RI, Dr.Ir.
Soekarno meresmikan berdirinya Perguruan Tinggi Teknik
Sepuluh Nopember di lapangan terbang Morokrembangan
Surabaya. Atas dasar PP No. 9 Tahun 1961, perguruan tinggi
tersebut dinegerikan dengan nama Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS).

Pada saat berdirinya, Perguruan Tinggi Teknik Sepuluh


Nopember hanya memiliki 2 fakultas, yaitu Fakultas Teknik
Sipil (FTS) dan Fakultas Teknik Mesin (FTM). Setelah
dinegerikan ITS memiliki 3 fakultas baru, yaitu Fakultas Teknik
Elektro (FTE), Fakultas Teknik Kimia (FTK), dan Fakultas
Teknik Perkapalan (FTP). Dengan SK Mentri PDK No. 72
Tahun 1965, ITS menambah 2 fakultas lagi, yaitu Fakultas
Teknik Arsitektur (FTA) dan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu
Alam (FIPIA).

Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri ITS yang


sekarang ini adalah penjelmaan dari Fakultas Teknik Elektro
ITS tersebut di atas, sebagai hasil penataan kembali organisasi
dan tata kerja ITS sesuai dengan Keputusan Presiden RI No. 58
Tahun 1982. Dalam hal ini, Fakultas Teknik Mesin, Fakultas
Teknik Elektro, Fakultas Teknik Kimia dan Fakultas Teknik
Fisika FIPIA digabung menjadi Fakultas Teknologi Industri
(FTI).

Saat ini FTI-ITS terdiri dari :


1. Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS
2. JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FTI-ITS
3. Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS
4. Jurusan Teknik Fisika FTI-ITS
5. Jurusan Teknik Industri FTI-ITS

3
6. Program Studi Teknik Material FTI-ITS
2.2 Visi dan Misi Organisasi
Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS mempunyai beberapa
visi dan misi untuk perkembangan di masa depan.

Visi
Lembaga yang unggul dan kompetitif berkelas dunia dalam
proses pengembangan dan penerapan IPTEK bidang :
1. Teknik Sistem Tenaga
2. Telekomunikasi Multimedia
3. Elektronika
4. Teknik Sistem Pengaturan
5. Teknik Sistem Komputer

Misi
Menghasilkan Sarjana Teknik Elektro yang :
1. Bermoral
2. Mempunyai daya saing tinggi
3. Profesional
4. Mampu mengembangkan, meningkatkan dan memajukan
IPTEK
5. Mampu memberikan andil pada penerapan IPTEK
6. Berpotensi pada kepentingan masyarakat

2.3 Susunan Organisasi


Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS menyelenggaralkan program-
program sebagai berikut :
1. Program Sarjana (S1) Teknik
2. Program Magister (S2) Pascasarjana Teknik
3. Program Doktor (S3) Pascasarjana Teknik Elektro
4. Program Diploma III (D3)

4
Ketua Jurusan Teknik Elektro:
Ir. Mochamad Ashari, M.Eng., PhD

Sekretaris Jurusan:
Ir. Joko Susila, MT Kepala Laboratorium
Simulasi Sistem Tenaga
Prof. Dr. Ontoseno Penangsang
Konversi Energi Listrik
Prof. Dr. Ir. Soebagio
Program Studi D3 Koordinator bidang Instrumentasi Pengukuran Identifikasi Sistem Tenaga
Program Pasca Sarjana
Komputer Kontrol Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery P., MEng.
Teknik Elektro studi (sarjana)
Tegangan Tinggi
Dr. I Made Yulistya Negara, ST. MSc.

Koordinator Program: Kepala Laboratorium


Koordinator Program: Teknik sistem tenaga:
Prof.Dr.Ir. Mauridhi Hery Jaringan Telekomunikasi
Ir. Gatot Kusrahardjo, MT Ir. Sidarjanto
Purnomo, M.Eng Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA
Komunikasi Multimedia
Dr. Ir. Wirawan, DEA
Sekretaris Program: Antena dan Propagasi
Sekretaris Program: Telekomunikasi Multimedia: Prof.Dr.Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng
Prof.Dr.Ir. Gamantyo
Ir. Arief M, MT Ir. M. Aries Purnomo
Hendrantoro, M.Eng
Kepala Laboratorium
Elektronika Industri
Dr. Muhammad Rivai, ST. MT
Elektronika: Elektronika Biomedika
Ir. Hendra Kusuma, M.Eng Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT
Elektronika Dasar
Totok Mudjiono, M.Ikom

Kepala Laboratorium
Teknik Sistem Pengaturan: Teknik Sistem
Ir. Rusdhianto Effendi, MT Prof. Ir. Abdullah Alkaff, MSc
Otomasi dan Informatika Industri
Dr. Ir. Mochamad Rameli
Teknik Pengaturan
Teknik computer dan Ir. Ali Fatoni, MT
telematika:
Ir. Yoyon Kusnendar
Kepala Laboratorium
Suprapto, M.Sc
Telematika
Dr. Moch. Hariadi, ST. MEng
Informatika Digital
Dr. I Ketut Edy Purnama, ST. MT
Pengolahan Sinyal Digital
Ahmad Zaini, ST. MT

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Jurusan


Teknik Elektro FTI-ITS

5
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Laboratorium
Antena dan Propagasi

Tesis S2
Gembong Edhi Setyawan

Kerja Praktek S1
Kelompok 1:
Ondi Tarnama Simamora
Rizdi Sasmita Darwis
Tri Haryo Putra

Kelompok 2:
Arie Setiawan
Muhamad Aenurrofiq Alatasy
Dicky Rismawan Raharjo

Kelompok 3:
Riski Andami Nafa
Adib Budi Santoso

Gambar 2.3 Struktur Tim satelit nano

6
BAB III

DASAR TEORI

3.1 Satelit

Satelit adalah benda yang mengorbit benda lain dengan periode


revolusi dan rotasi tertentu. Ada dua jenis satelit yakni satelit
alam dan satelit buatan. Dalam dunia teknologi, satelit yang
dimaksudkan disini adalah satelit buatan.
Satelit memiliki banyak jenis, diantaranya adalah :
• Satelit astronomi adalah satelit yang
digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan objek
angkasa lainnya yang jauh.
• Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang
dipasang di angkasa dengan tujuan telekomunikasi
menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro.
Kebanyakan satelit komunikasi menggunakan orbit
geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun beberapa tipe
terbaru menggunakan satelit pengorbit Bumi rendah.
• Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang
dirancang khusus untuk mengamati Bumi dari orbit, seperti
satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan
non-militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi,
pembuatan peta, dll.
• Satelit navigasi adalah satelit yang
menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke penerima di
permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik
dipermukaan bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat
populer adalah GPS milik Amerika Serikat selain itu ada
juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit dan
penerima di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah
alat penerima sinyal satelit (penerima GPS), bisa diperoleh
data posisi di suatu tempat dengan ketelitian beberapa meter
dalam waktu nyata.

7
• Satelit mata-mata adalah satelit pengamat
Bumi atau satelit komunikasi yang digunakan untuk tujuan
militer atau mata-mata.
• Satelit tenaga surya adalah satelit yang
diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang menggunakan
transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan
tenaga surya kepada antena sangat besar di Bumi yang
dpaat digunakan untuk menggantikan sumber tenaga
konvensional.
• Stasiun angkasa adalah struktur buatan
manusia yang dirancang sebagai tempat tinggal manusia di
luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan
pesawat angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat
angkasa utama atau fasilitas pendaratan; Dan kendaraan
lain digunakan sebagai transportasi dari dan ke stasiun.
Stasiun angkasa dirancang untuk hidup jangka-menengah di
orbit, untuk periode mingguan, bulanan, atau bahkan
tahunan.
• Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan
untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi.
• Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan
kecil. Klasifikasi baru dibuat untuk mengkategorikan
satelit-satelit ini: satelit mini (500–200 kg), satelit mikro (di
bawah 200 kg), satelit nano (di bawah 10 kg).
3.2 Orbit Satelit
Benda-benda di ruang angkasa termasuk satelit
bergerak secara teratur melalui jalan/lintasannya masing-
masing. Karena bergerak pada lintasannya masing-masing,
benda-benda diruang angkasa ini tidak mengalami benturan
atau tabrakan. Jalan atau lintasan dari benda-benda di ruang
angkasa inilah yang disebut sebagai Orbit. Johannes Kepler
adalah orang yang pertama kali menganalisa dan merumuskan
hasil perhitungan dalam hukum gerakan planet Kepler (Roddy,
2001). Kepler menemukan bahwa orbit dari planet dalam tata
surya adalah berbentuk elips dan bukan lingkaran (Maral dan

8
Bousquet, 2009). Hasil analisa dan perumusan perhitungan dari
kepler untuk planet dalam tata surya ini kemudian dapat
diadopsi juga untuk menganalisa pergerakan satelit dalam
mengelilingi bumi.
3.2.1 Hukum Kepler I
Hukum Kepler I berbunyi bahwa “Orbit suatu satelit
adalah ellips dengan bumi berada pada salah satu titik
fokusnya”. Gambar 2.3 mengilustrasikan orbit satelit yang
berbentuk ellips. Orbit yang berbentuk ellips akan mempunyai
dua titik fokus yang ditunjukan sebagai F1 dan F2. Pusat massa
sistem (barycenter) berada pada salah satu titik fokus ellips.
Massa bumi yang jauh lebih besar dibanding satelit, maka bumi
terletak pada salah satu titik fokus ellips. Semi major dari ellips
dinotasikan sebagai a, dan semi minor axis dinotasikan sebagai
b. Parameter orbit yang menentukan seberapa besar suatu
lintasan berbentuk ellips atau biasa disebut dengan eksentrisitas
(e), dapat dituliskan dalam bentuk rumus:

a2 − b2
e= (2.1)
a
Untuk orbit yang berbentuk ellips, besarnya nilai eksentrisitas
adalah 0 < e < 1, jika e = 0 maka orbit akan berbentuk lingkaran
sempurna dan jika e = 1 maka orbit akan berbentuk garis lurus.

9
Gambar 3.1 Fokus: F1 dan F2, a: semi mayor axis, b: semi
minor axis dari sebuah ellips (Roddy, 2001)
3.2.2 Hukum Kepler II
Hukum Kepler II berbunyi bahwa “Dalam interval
waktu yang sama, satelit menyapu luas daerah yang sama pada
bidang orbit yang berpusat pada barycenter. Hukum Kepler II
diilustrasikan dalam gambar 2.4.

Gambar 3.2 Ilustrasi Hukum Kepler II (Roddy, 2001)

Dari gambar 2.4 diasumsikan bahwa pada interval


waktu 1 detik satelit dapat menempuh jarak S1 meter dan S2
meter, dan mempunyai luas daerah A1 dan A2. Hukum Kepler
II menyatakan bahwa luas daerah A1 akan sama dengan luas
daerah A2. Kecepatan satelit pada masing-masing posisi akan
sebesar S1 meter/detik dan S2 meter/detik, dan didalam gambar
2.4 terlihat bahwa besarnya kecepatan pada S2 akan lebih kecil
dari pada kecepatan di S1. Jadi didalam hukum Kepler II akan
ada beberapa implikasi praktis pada saat satelit bergerak
mengelilingi bumi, diantaranya yaitu:
a. Kecepatan satelit dalam orbit adalah tidak
konstan, dimana kecepatan minimumnya adalah
pada saat satelit berada pada posisi yang paling jauh
dari bumi (apogee) dan kecepatan maksimumnya

10
adalah pada saat satelit berada pada posisi yang
paling dekat dari bumi (perigee).
b. Satelit memerlukan waktu lebih lama untuk
menempuh jarak orbit yang sama pada saat berada
paling jauh dari bumi (apogee).
3.2.3 Hukum Kepler III
Hukum Kepler III berbunyi bahwa “Periode kuadrat
suatu satelit sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata
antara kedua benda”. Jarak rata-rata antara satelit dengan bumi
sama dengan panjang sumbu semimayor a (Roddy, 2001).
Hukum Kepler III dapat ditulis dalam bentuk rumus:

µP 2 µ 2π
a3 = = 2 dimana P = (2.2)
4π 2
n n
dengan:
P = Periode orbit (s)
n = Kecepatan gerak satelit (rad/s)
µ = Konstanta gravitasi geosentris bumi

3.2.4 Jenis Orbit

Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian orbitnya, meskipun


sebuah satelit bisa mengorbit dengan ketinggian berapa pun.

• Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 - 1500km


di atas permukaan bumi.
• Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 -
36000 km.
• Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO):
sekitar 36000 km di atas permukaan Bumi.
• Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790
km di atas permukaan Bumi.

11
• Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000
km.

Orbit berikut adalah orbit khusus yang juga digunakan untuk


mengkategorikan satelit:

• Orbit Molniya, orbit satelit dengan perioda orbit 12


jam dan inklinasi sekitar 63°.
• Orbit Sunsynchronous, orbit satelit dengan inklinasi
dan tinggi tertentu yang selalu melintas ekuator pada
jam lokal yang sama.
• Orbit Polar, orbit satelit yang melintasi kutub

Gambar 3.3 Orbit satelit

3.2.5 Elemen Orbit

Ukuran, bentuk orbit dan lokasi satelit dalam orbit


pada saat mengelilingi bumi ditentukan oleh enam elemen orbit
yang dinamakan dengan elemen keplerian. Element pertama
dan kedua adalah sumbu semimayor (a) dan eksentrisitas (e),
dimana elemen pertama dan kedua ini akan berfungsi untuk
menunjukkan bentuk orbit. Element ketiga adalah mean
anomaly (M0), yang berfungsi untuk menunjukkan posisi satelit
dalam orbitnya pada suatu waktu referensi (waktu pengukuran)
T0. Element ke empat adalah argument of perigee (ω ), yang
berfungsi untuk menunjukkan posisi perigee (posisi satelit yang

12
paling dekat dari bumi). Elemen ke lima adalah inklinasi (i),
yang berfungsi untuk menunjukkan kemiringan bidang orbit
terhadapa ekuator dan elemen ke enam adalah ascencio recta
(Ω ), yang menunjukkan posisi bidang orbit terhadap bumi.
Elemen-elemen orbit dalam ruang angkasa ditunjukkan pada
gambar 2.5.

Gambar 3.4 Elemen Orbit dalam Ruang Angkasa (Maral dan


Bousquet, 2009)

Keenam elemen orbit ini terdapat dalam data Two


Lines Elements (TLE) yang dipublikasikan oleh U.S. National
Aeraunatics and Space Administration (NASA) . Kelso, T.S.
(2010b) telah menjelaskan elemen orbit yang ada pada data
TLE.

3.3 Komunikasi Satelit LEO


Satelit yang telah mengorbit di orbit LEO (ketinggian rendah)
selanjutnya harus dapat berkomunikasi dengan stasiun bumi.
Ilustrasinya ditunjukkan oleh gambar.

13
Gambar 3.5 Ilustrasi komunikasi satelit

Karena satelit LEO bergerak dalam kecepatan yang cukup


tinggi maka diperlukan sebuah sistem antena tracking pada
stasiun bumi,dimana antena ini akan mengikuti pergerakan
satelit ketika stasiun bumi berada dalam wilayah cakupan
satelit.. Sistem antena tracking ini diperlukan agar level daya
terima di stasiun bumi maksimal.

3.4 Perangkat Stasiun Bumi


3.4.1 Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang digunakan dalam perancangan
sistem kendali antena stasiun bumi pada satelit yang berorbit
rendah adalah antena Yagi, pengendali antena (antenna
controller) yang terdiri atas rotator G-2800DXA, rotator G-550,
GX-500 dan computer control unit GS-232B, transceiver IC-
910H, AG-35, CT-17, dan komputer (PC).

3.4.1.1 Antena Yagi


Antena merupakan perangkat yang berfungsi sebagai
penerima dan pemancar gelombang elektromagnetik. Oleh
karena itu, antena merupakan komponen yang cukup penting
dalam sistem komunikasi satelit, tanpa adanya antena maka kita
tidak dapat berkomunikasi dengan satelit.

14
Pada sistem komunikasi satelit diperlukan antena
pengirim (Tx Antenna) dan antena penerima (Rx Antenna).
Antena yang digunakan untuk berkomunikasi dengan satelit
yang berorbit rendah adalah jenis antena Yagi. Dalam
penelitian ini antena bekerja pada band frekuensi UHF dan
VHF, sesuai dengan frekuensi kerja satelit yang akan diuji.
3.4.1.2 Pengendali Antena (Antenna Controller)
Pengendali antena adalah perangkat-perangkat yang
digunakan untuk mengendalikan atau menggerakkan antena.

3.4.1.2.1 Rotator Antena G-2800DXA


Rotator antena G-2800DXA adalah produk dari
Yaesu yang digunakan untuk menggerakkan antena secara
azimuth. Rotator ini dapat bergerak berputar sebesar 3600
dengan kecepatan berputarnya dapat dipilih dari 50 sampai 120
detik per 3600 (Yaesu, 2010).
Bentuk dari rotator antena G-2800DXA dapat dilihat
pada gambar 3.4.

Gambar 3.6 Rotator Antena G-2800DXA

3.4.1.2.2 Rotator Antena G-550


Rotator antena G-550 adalah produk dari Yaesu
yang digunakan untuk menggerakkan antena secara elevasi.
Bentuk dari rotator antena G-550 dapat dilihat pada
gambar 3.5.

15
Gambar 3.7 Rotator Antena G-550
3.4.1.2.3 GS-232B (Computer Control Interface for
Antenna Rotator)
GS-232B adalah produk dari Yaesu yang digunakan
untuk antar muka antara rotator antena (G-2800DXA dan G-
550) dengan komputer melalui port serial RS232. Didalam
rangkaian GS-232B terdapat mikroprosesor dan 10 bit analog
to digital converter (ADC) serta EEPROM. Laju data serial
dapat dipilih dari 1200 sampai 9600 bps (Yaesu, 2004).
Bentuk dari GS-232B dapat dilihat pada gambar 3.6.

Gambar 3.8 GS-232B (Interface Antara Rotator Antena dan


Komputer)

3.4.1.2.4 GX-500 (Automatic Control Adapter)


GX-500 adalah perangkat khusus yang digunakan
untuk antar muka antara rotator antena G-550 dengan GS-232B
(Yaesu, 2004)

16
3.4.1.3 Transceiver IC-910H (Transceiver Controller)
Transceiver adalah gabungan antara pengirim
(transmitter) dan penerima (receiver). Untuk berkomunikasi
dengan satelit dibutuhkan transceiver yang berfungsi untuk
mengirimkan dan menerima sinyal dari satelit melalui antena,
dimana dalam penelitian ini menggunakan transceiver IC-910H
dari Icom.
Bentuk dari transceiver IC-910H dapat dilihat pada
gambar 3.7.

Gambar 3.9 Transceiver IC-910H (Icom, 2010c)

3.4.1.4 AG-35
AG-35 adalah preamplifier yang digunakan dengan
transceiver IC-910H pada frekuensi 430 MHz. Preamplifier ini
digunakan untuk meningkatkan rasio S/N (Signal to Noise) dan
sensitivitas penerima (Icom, 2010b).
Hubungan komunikasi antara antena, transceiver dan
AG-35 dapat dilihat pada gambar 3.8.

17
Antena

AG-35

Transceiver

Gambar 3.10 Hubungan antara Antena, Transceiver dan AG-


35 (Icom, 2010b)

3.4.1.5 CT-17
CT-17 digunakan sebagai antar muka antara
transceiver IC-910H dengan komputer. CT-17 dihubungkan
dengan komputer melalui port serial RS-232. Komunikasi
perangkat antara komputer dengan transceiver melalui CT-17
dapat dilihat pada gambar 3.8.

Gambar 3.11 Komunikasi Perangkat antara Komputer dengan


Transceiver dan CT-17 (Icom, 2010a)

18
3.4.1.6 Komputer (PC)
Komputer (PC) berfungsi untuk penerapan
perangkat lunak (software) yang didalamnya terdapat
algoritma-algoritma pemrograman, diantaranya adalah
algoritma untuk menentukan posisi satelit baik menggunakan
metode prediksi maupun analisa langsung sinyal dari satelit,
sistem kendali PID digital, untuk melakukan pengukuran dan
perekaman data serta untuk berkomunikasi dan mengendalikan
perangkat keras (hardware)
Komputer (PC) harus dilengkapi dengan port serial
(RS232) yang berfungsi sebagai antar muka (interface) dengan
perangkat keras (hardware)

3.4.2 Perangkat Lunak


Perangkat lunak dibutuhkan pada PC baik untuk simulasi awal,
pengecekan, ataupun pengoperasian system tracking satelit.
Perangkat lunak yang digunakan adalah :

3.4.2.1 Windows Hyperterminal


Windows Hyperterminal adalah program asesori komunikasi
bawaan windows untuk mengases peripheral luar melalui serial
port. Software ini digunakan untuk pengecekan koneksi antara
computer dengan peralatan tracking.

3.4.2.2 Wisp DDE


Wisp DDE merupakan software gratis yang digunakan sebagai
driver untuk software orbitron. Program ini akan mengirimkan
data berupa nilai elevasi dan azimuth ke rotator dan elevator.

19
Gambar 3.12 Software Wisp DDE

3.4.2.3 Orbitron
Software Orbitron merupakan software gratis yang dapat
digunakan sebagai media tracking satelit amatir.

Gambar 3.13 Software Orbitron

20
BAB IV
DESAIN AWAL GROUND STATION

4.1 Komunikasi Perangkat


Perangkat komputer terhubung dengan dua interface GS-
232A dan CT-17. Interface GS-232A berfungsi sebagai
perantara untuk mengirimkan data tracking berupa azimuth dan
elevasi ke rotator antena G-2800DXA untuk azimuth dan
rotator antena G-550 untuk elevasi yang selanjutnya akan
memutar antena sesuai data tracking yang diperoleh. Kemudian
untuk interface CT-17 terhubung dengan transceiver IC-910H
yang berfungsi untuk mengirimkan dan menerima sinyal dari
satelit melalui antena.
Hubungan komunikasi antara perangkat dapat dilihat pada
gambar 4.1.

Gambar 4.1 Hubungan Komunikasi Antara Perangkat

21
4.2 Prosedur Pengarahan Antena Stasiun Bumi ke Satelit
(Tracking)
Untuk melaksanakan tracking satelit, perlu dilaksanakan
prosedur-prosedur sebagai berikut:
1. Menyalakan perangkat-perangkat stasiun bumi,
pengendali antena (antenna controller) yang terdiri
atas rotator G-2800DXA, rotator G-550, dan computer
control unit GS-232B, transceiver IC-910H, AG-35,
CT-17, dan komputer (PC) dan memastikan bahwa
keseluruhan driver perangkat yang terhubung ke
komputer telah terinstall.
2. Memastikan koneksi antara perangkat keras dengan
komputer telah terhubung dengan baik, misalnya
dengan menggunakan windows hyperterminal.
3. Membuka software untuk tracking satelit, misalnya
orbitron+wispDDE atau MacDoppler.
4. Memperbarui data TLE (Two Line Element) dari
satelit yang akan diuji secara online (terhubung ke
internet) ke website www.amsat.org atau ke website
lain yang menyediakan fasilitas update.
5. Mengecek semua konfigurasi software telah benar dan
melaksanakan tracking.

4.3 Prosedur Uji Komunikasi Ground Station ke Satelit


(Voice Repeater)
Untuk melaksanakan uji komunikasi ground station ke
satelit, perlu dilaksanakan prosedur sebagai berikut:
1. Melakukan prosedur 1 s/d 4 pada prosedur
sebelumnya.
2. Mengupdate TLE satelit yang akan diuji.
3. Dari data TLE, dapat dilihat waktu dimana sinyal
satelit terbaik, kemudian menentukan waktu uji
komunikasi berdasarkan keadaan sinyal satelit.
4. Mengkonfigurasi transceiver IC-910H sesuai dengan
parameter-parameter satelit yang akan diuji seperti
frekuensi kerja uplink dan downlink, PL Tone, mode
operasi, dan parameter lainnya.

22
5. Mengatur daya carrier dan mic gain pada IC-910H
6. Melakukan pengetesan voice repeater menggunakan
mic transceiver.

4.4 Hasil Kerja


4.4.1 Perangkat Stasiun Bumi dan Tracking
Antenna stasiun bumi diharapkan dapat mengikuti
pergerakan satelit yang melintas dengan nilai sudut, elevasi, dan
kecepatan tertentu (terhadap bumi, dalam hal ini antena tracking
stasiun bumi) untuk memperoleh level sinyal yang baik pada
transceiver. Maka pada bidang horizontal tiang penyangga
(tiang penghubung bagian antenna UHF dan VHF) dipasang
elevator untuk menyesuaikan dengan elevasi sateit (lingkaran
merah atas gambar 4.2).

Gambar 4.2 Antenna Tracking, Elevator, dan Rotator

Bagian bawah tiang penyangga vertikal antena


dipasang dengan rotator yang dapat berputar sampai dengan
4500 (lingkaran merah bagian bawah gambar 4.2) ini
memungkinkan antena berputar sesuai dengan nilai azimuth
satelit.

23
Nilai elevasi dan azimuth yang masuk pada rotator dan
elevator diperoleh dari elevator controller (G-550) dan azimuth
controller G-2800DXA (gambar 4.3).

Gambar 4.3 Antenna Controller, G550 dan G2800, G232B

Antenna controller (azmimuth controller dan elevation


controller) memperoleh data dari komputer yang telah
dilengkapi dengan data TLE satelit yang akan ditracking
dengan menggunakan interface G-232A. Interface ini bertindak
sebagai penghubung antara komputer dengan antenna
controller.

24
Gambar 4.4 Transceiver ICOM 910H

Gambar 4.5 Perangkat Saat Uji Coba

4.4.2 Uji Komunikasi


Data TLE (Two Line Element) satelit uji :

a. AO-51
1 28375U 04025K 10347.54138960 .00000043 00000-0
25962-4 0 8463
2 28375 98.0769 330.9788 0083187 273.7621 85.4060
14.40714938339334

b. SO-67

25
1 35870U 09049F 10348.16991451 .00000850 00000-0
41068-4 0 3762
2 35870 97.3087 32.3157 0003014 156.6116 287.2625
15.21234541 68817

c. HO-68
1 36122U 09072B 10348.08327638 -.00000045 00000-0
00000+0 0 9309
2 36122 100.4467 046.4941 0007207 288.0326 071.9997
13.16283151 47881

d. AO-27
1 22825U 93061C 10347.36324223 .00000030 00000-0
28569-4 0 6981
2 22825 98.5104 290.8744 0009306 100.7227 259.5005
14.29319408897640

Data TLE (Two Line Element) diatas berisikan parameter-


parameter penting dari satelit yang akan diuji misalnya lintasan
satelit (orbit), posisi satelit (azimuth, elevasi), wilayah cakupan
satelit, frekuensi kerja satelit. Dari data lintasan satelit ini dapat
diprediksikan pada pukul berapa stasiun bumi berada dalam
wilayah cakupan satelit.
Data TLE (Two Line Element) akan selalu berubah secara
periodik. Semakin sering diupdate, maka data akan lebih valid.
Data TLE dapat diupdate secara online di beberapa situs,
misalnya www.celestrak.org, www.n2yo.com, www.amsat.org,
maupun di situs resmi satelit tersebut.
Hasil pengecekan kondisi sinyal satelit (secara online)
berdasarkan lintasan satelit yang akan diuji. Dalam hal ini
satelit yang diuji AMSAT OSCAR 51. Dapat kita lihat pada
gambar 4.6.
Kondisi sinyal diketahui berdasarkan perbandingan jarak
lintasan satelit dengan posisi stasiun bumi. Semakin dekat
jaraknya, maka kualitas sinyal akan semakin baik. Misalnya
untuk tanggal 20/1 pukul 3.49 seperti gambar 4.7, kualitas
sinyal excellent (sangat baik), maka sebaiknya uji komunikasi
satelit dilakukan pada saat kondisi sinyal seperti ini. Pada
tanggal tersebut satelit tepat melintasi stasiun bumi.

26
Gambar 4.6 Prediksi Satelit (Lintasan dan Kondisi Sinyal)

Namun tidak menutup kemungkinan pengujian dilakukan


pada kondisi sinyal yang lain, yaitu pada saat satelit tidak tepat
melintasi stasiun bumi, namun dapat dipastikan bahwa kualiatas

27
sinyal yang diterima tidak sebaik pada saat satelit tepat
melintasi stasiun bumi.

Gambar 4.7 Lintasan Satelit saat 1/20 3.49

28
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari kerja praktek yang telah dilaksanakan dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Stasiun bumi dengan sistem antenna tracking dapat
digunakan untuk melakukan komunikasi dengan satelit
LEO dengan orbit polar.
2. Agar komunikasi satelit dan stasiun bumi maksimal,
maka perlu dilakukan prediksi kooerdinat satelit, waktu
lintasan satelit dan kualitas sinyalnya dari TLE (Two Line
Element) satelit yang di update secara berkala.

5.2 Saran
Dari kerja praktek yang telah dilaksanakan, beberapa saran
yang perlu diperhatiakan:
1. Sebelum melakukan uji komunikasi antara ground station
dan satelit, perlu dilakukan prediksi satelit sehubungan
dengan kondisi sinyal pada waktu akan melaksanakan
pengujian. Kondisi sinyal satelit sewaktu melintas di atas
ground station tidak selalu bagus atau bahkan tidak ada
sinyal sama sekali.
2. Prediksi dapat dilakukan secara online di situs yang telah
tersedia ataupun secara offline dengan menggunakan
software orbitron sehingga data TLE yang tersimpan pada
software orbitron harus selalu di update.
3. Perlu diperhatikan juga beberapa hal yang berpengaruh
terhadap hasil uji komunikasi satelit dengan ground station
seperti kondisi kabel antara antena dengan transceiver,

29
settingan transceiver yang harus disesuaikan dengan satelit
yang akan diuji misalkan PL Tone dan frekuensi kerja.

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

30
31

You might also like