Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Selain sebagai salah satu mata kuliah wajib, tujuan dari
pelaksanaan dari kerja praktek di Laboratoruim Propagasi dan
Antena ini merupakan merupakan kesempatan mahasiswa untuk
mengenal dunia kerja. Dengan harapan mahasiswa tidak hanya
mengenal teori yang diperoleh di kampus, tetapi juga mengenal
kondisi nyata di lapangan yang perkembangannya dipengaruhi
secara langsung oleh perkembangan teknologi.
1
Praktek dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2010 sampai 31
Desember 2010.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi mengenai latar belakang kerja praktek ini,
batasan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data
dan sistematika penulisan.
BAB V PENUTUP
Penutup berisi mengenai kesimpulan bab-bab sebelumnya serta
saran.
2
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI
3
6. Program Studi Teknik Material FTI-ITS
2.2 Visi dan Misi Organisasi
Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS mempunyai beberapa
visi dan misi untuk perkembangan di masa depan.
Visi
Lembaga yang unggul dan kompetitif berkelas dunia dalam
proses pengembangan dan penerapan IPTEK bidang :
1. Teknik Sistem Tenaga
2. Telekomunikasi Multimedia
3. Elektronika
4. Teknik Sistem Pengaturan
5. Teknik Sistem Komputer
Misi
Menghasilkan Sarjana Teknik Elektro yang :
1. Bermoral
2. Mempunyai daya saing tinggi
3. Profesional
4. Mampu mengembangkan, meningkatkan dan memajukan
IPTEK
5. Mampu memberikan andil pada penerapan IPTEK
6. Berpotensi pada kepentingan masyarakat
4
Ketua Jurusan Teknik Elektro:
Ir. Mochamad Ashari, M.Eng., PhD
Sekretaris Jurusan:
Ir. Joko Susila, MT Kepala Laboratorium
Simulasi Sistem Tenaga
Prof. Dr. Ontoseno Penangsang
Konversi Energi Listrik
Prof. Dr. Ir. Soebagio
Program Studi D3 Koordinator bidang Instrumentasi Pengukuran Identifikasi Sistem Tenaga
Program Pasca Sarjana
Komputer Kontrol Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery P., MEng.
Teknik Elektro studi (sarjana)
Tegangan Tinggi
Dr. I Made Yulistya Negara, ST. MSc.
Kepala Laboratorium
Teknik Sistem Pengaturan: Teknik Sistem
Ir. Rusdhianto Effendi, MT Prof. Ir. Abdullah Alkaff, MSc
Otomasi dan Informatika Industri
Dr. Ir. Mochamad Rameli
Teknik Pengaturan
Teknik computer dan Ir. Ali Fatoni, MT
telematika:
Ir. Yoyon Kusnendar
Kepala Laboratorium
Suprapto, M.Sc
Telematika
Dr. Moch. Hariadi, ST. MEng
Informatika Digital
Dr. I Ketut Edy Purnama, ST. MT
Pengolahan Sinyal Digital
Ahmad Zaini, ST. MT
5
Gambar 2.2 Struktur Organisasi Laboratorium
Antena dan Propagasi
Tesis S2
Gembong Edhi Setyawan
Kerja Praktek S1
Kelompok 1:
Ondi Tarnama Simamora
Rizdi Sasmita Darwis
Tri Haryo Putra
Kelompok 2:
Arie Setiawan
Muhamad Aenurrofiq Alatasy
Dicky Rismawan Raharjo
Kelompok 3:
Riski Andami Nafa
Adib Budi Santoso
6
BAB III
DASAR TEORI
3.1 Satelit
7
• Satelit mata-mata adalah satelit pengamat
Bumi atau satelit komunikasi yang digunakan untuk tujuan
militer atau mata-mata.
• Satelit tenaga surya adalah satelit yang
diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang menggunakan
transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan
tenaga surya kepada antena sangat besar di Bumi yang
dpaat digunakan untuk menggantikan sumber tenaga
konvensional.
• Stasiun angkasa adalah struktur buatan
manusia yang dirancang sebagai tempat tinggal manusia di
luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan
pesawat angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat
angkasa utama atau fasilitas pendaratan; Dan kendaraan
lain digunakan sebagai transportasi dari dan ke stasiun.
Stasiun angkasa dirancang untuk hidup jangka-menengah di
orbit, untuk periode mingguan, bulanan, atau bahkan
tahunan.
• Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan
untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi.
• Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan
kecil. Klasifikasi baru dibuat untuk mengkategorikan
satelit-satelit ini: satelit mini (500–200 kg), satelit mikro (di
bawah 200 kg), satelit nano (di bawah 10 kg).
3.2 Orbit Satelit
Benda-benda di ruang angkasa termasuk satelit
bergerak secara teratur melalui jalan/lintasannya masing-
masing. Karena bergerak pada lintasannya masing-masing,
benda-benda diruang angkasa ini tidak mengalami benturan
atau tabrakan. Jalan atau lintasan dari benda-benda di ruang
angkasa inilah yang disebut sebagai Orbit. Johannes Kepler
adalah orang yang pertama kali menganalisa dan merumuskan
hasil perhitungan dalam hukum gerakan planet Kepler (Roddy,
2001). Kepler menemukan bahwa orbit dari planet dalam tata
surya adalah berbentuk elips dan bukan lingkaran (Maral dan
8
Bousquet, 2009). Hasil analisa dan perumusan perhitungan dari
kepler untuk planet dalam tata surya ini kemudian dapat
diadopsi juga untuk menganalisa pergerakan satelit dalam
mengelilingi bumi.
3.2.1 Hukum Kepler I
Hukum Kepler I berbunyi bahwa “Orbit suatu satelit
adalah ellips dengan bumi berada pada salah satu titik
fokusnya”. Gambar 2.3 mengilustrasikan orbit satelit yang
berbentuk ellips. Orbit yang berbentuk ellips akan mempunyai
dua titik fokus yang ditunjukan sebagai F1 dan F2. Pusat massa
sistem (barycenter) berada pada salah satu titik fokus ellips.
Massa bumi yang jauh lebih besar dibanding satelit, maka bumi
terletak pada salah satu titik fokus ellips. Semi major dari ellips
dinotasikan sebagai a, dan semi minor axis dinotasikan sebagai
b. Parameter orbit yang menentukan seberapa besar suatu
lintasan berbentuk ellips atau biasa disebut dengan eksentrisitas
(e), dapat dituliskan dalam bentuk rumus:
a2 − b2
e= (2.1)
a
Untuk orbit yang berbentuk ellips, besarnya nilai eksentrisitas
adalah 0 < e < 1, jika e = 0 maka orbit akan berbentuk lingkaran
sempurna dan jika e = 1 maka orbit akan berbentuk garis lurus.
9
Gambar 3.1 Fokus: F1 dan F2, a: semi mayor axis, b: semi
minor axis dari sebuah ellips (Roddy, 2001)
3.2.2 Hukum Kepler II
Hukum Kepler II berbunyi bahwa “Dalam interval
waktu yang sama, satelit menyapu luas daerah yang sama pada
bidang orbit yang berpusat pada barycenter. Hukum Kepler II
diilustrasikan dalam gambar 2.4.
10
adalah pada saat satelit berada pada posisi yang
paling dekat dari bumi (perigee).
b. Satelit memerlukan waktu lebih lama untuk
menempuh jarak orbit yang sama pada saat berada
paling jauh dari bumi (apogee).
3.2.3 Hukum Kepler III
Hukum Kepler III berbunyi bahwa “Periode kuadrat
suatu satelit sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-rata
antara kedua benda”. Jarak rata-rata antara satelit dengan bumi
sama dengan panjang sumbu semimayor a (Roddy, 2001).
Hukum Kepler III dapat ditulis dalam bentuk rumus:
µP 2 µ 2π
a3 = = 2 dimana P = (2.2)
4π 2
n n
dengan:
P = Periode orbit (s)
n = Kecepatan gerak satelit (rad/s)
µ = Konstanta gravitasi geosentris bumi
11
• Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000
km.
12
paling dekat dari bumi). Elemen ke lima adalah inklinasi (i),
yang berfungsi untuk menunjukkan kemiringan bidang orbit
terhadapa ekuator dan elemen ke enam adalah ascencio recta
(Ω ), yang menunjukkan posisi bidang orbit terhadap bumi.
Elemen-elemen orbit dalam ruang angkasa ditunjukkan pada
gambar 2.5.
13
Gambar 3.5 Ilustrasi komunikasi satelit
14
Pada sistem komunikasi satelit diperlukan antena
pengirim (Tx Antenna) dan antena penerima (Rx Antenna).
Antena yang digunakan untuk berkomunikasi dengan satelit
yang berorbit rendah adalah jenis antena Yagi. Dalam
penelitian ini antena bekerja pada band frekuensi UHF dan
VHF, sesuai dengan frekuensi kerja satelit yang akan diuji.
3.4.1.2 Pengendali Antena (Antenna Controller)
Pengendali antena adalah perangkat-perangkat yang
digunakan untuk mengendalikan atau menggerakkan antena.
15
Gambar 3.7 Rotator Antena G-550
3.4.1.2.3 GS-232B (Computer Control Interface for
Antenna Rotator)
GS-232B adalah produk dari Yaesu yang digunakan
untuk antar muka antara rotator antena (G-2800DXA dan G-
550) dengan komputer melalui port serial RS232. Didalam
rangkaian GS-232B terdapat mikroprosesor dan 10 bit analog
to digital converter (ADC) serta EEPROM. Laju data serial
dapat dipilih dari 1200 sampai 9600 bps (Yaesu, 2004).
Bentuk dari GS-232B dapat dilihat pada gambar 3.6.
16
3.4.1.3 Transceiver IC-910H (Transceiver Controller)
Transceiver adalah gabungan antara pengirim
(transmitter) dan penerima (receiver). Untuk berkomunikasi
dengan satelit dibutuhkan transceiver yang berfungsi untuk
mengirimkan dan menerima sinyal dari satelit melalui antena,
dimana dalam penelitian ini menggunakan transceiver IC-910H
dari Icom.
Bentuk dari transceiver IC-910H dapat dilihat pada
gambar 3.7.
3.4.1.4 AG-35
AG-35 adalah preamplifier yang digunakan dengan
transceiver IC-910H pada frekuensi 430 MHz. Preamplifier ini
digunakan untuk meningkatkan rasio S/N (Signal to Noise) dan
sensitivitas penerima (Icom, 2010b).
Hubungan komunikasi antara antena, transceiver dan
AG-35 dapat dilihat pada gambar 3.8.
17
Antena
AG-35
Transceiver
3.4.1.5 CT-17
CT-17 digunakan sebagai antar muka antara
transceiver IC-910H dengan komputer. CT-17 dihubungkan
dengan komputer melalui port serial RS-232. Komunikasi
perangkat antara komputer dengan transceiver melalui CT-17
dapat dilihat pada gambar 3.8.
18
3.4.1.6 Komputer (PC)
Komputer (PC) berfungsi untuk penerapan
perangkat lunak (software) yang didalamnya terdapat
algoritma-algoritma pemrograman, diantaranya adalah
algoritma untuk menentukan posisi satelit baik menggunakan
metode prediksi maupun analisa langsung sinyal dari satelit,
sistem kendali PID digital, untuk melakukan pengukuran dan
perekaman data serta untuk berkomunikasi dan mengendalikan
perangkat keras (hardware)
Komputer (PC) harus dilengkapi dengan port serial
(RS232) yang berfungsi sebagai antar muka (interface) dengan
perangkat keras (hardware)
19
Gambar 3.12 Software Wisp DDE
3.4.2.3 Orbitron
Software Orbitron merupakan software gratis yang dapat
digunakan sebagai media tracking satelit amatir.
20
BAB IV
DESAIN AWAL GROUND STATION
21
4.2 Prosedur Pengarahan Antena Stasiun Bumi ke Satelit
(Tracking)
Untuk melaksanakan tracking satelit, perlu dilaksanakan
prosedur-prosedur sebagai berikut:
1. Menyalakan perangkat-perangkat stasiun bumi,
pengendali antena (antenna controller) yang terdiri
atas rotator G-2800DXA, rotator G-550, dan computer
control unit GS-232B, transceiver IC-910H, AG-35,
CT-17, dan komputer (PC) dan memastikan bahwa
keseluruhan driver perangkat yang terhubung ke
komputer telah terinstall.
2. Memastikan koneksi antara perangkat keras dengan
komputer telah terhubung dengan baik, misalnya
dengan menggunakan windows hyperterminal.
3. Membuka software untuk tracking satelit, misalnya
orbitron+wispDDE atau MacDoppler.
4. Memperbarui data TLE (Two Line Element) dari
satelit yang akan diuji secara online (terhubung ke
internet) ke website www.amsat.org atau ke website
lain yang menyediakan fasilitas update.
5. Mengecek semua konfigurasi software telah benar dan
melaksanakan tracking.
22
5. Mengatur daya carrier dan mic gain pada IC-910H
6. Melakukan pengetesan voice repeater menggunakan
mic transceiver.
23
Nilai elevasi dan azimuth yang masuk pada rotator dan
elevator diperoleh dari elevator controller (G-550) dan azimuth
controller G-2800DXA (gambar 4.3).
24
Gambar 4.4 Transceiver ICOM 910H
a. AO-51
1 28375U 04025K 10347.54138960 .00000043 00000-0
25962-4 0 8463
2 28375 98.0769 330.9788 0083187 273.7621 85.4060
14.40714938339334
b. SO-67
25
1 35870U 09049F 10348.16991451 .00000850 00000-0
41068-4 0 3762
2 35870 97.3087 32.3157 0003014 156.6116 287.2625
15.21234541 68817
c. HO-68
1 36122U 09072B 10348.08327638 -.00000045 00000-0
00000+0 0 9309
2 36122 100.4467 046.4941 0007207 288.0326 071.9997
13.16283151 47881
d. AO-27
1 22825U 93061C 10347.36324223 .00000030 00000-0
28569-4 0 6981
2 22825 98.5104 290.8744 0009306 100.7227 259.5005
14.29319408897640
26
Gambar 4.6 Prediksi Satelit (Lintasan dan Kondisi Sinyal)
27
sinyal yang diterima tidak sebaik pada saat satelit tepat
melintasi stasiun bumi.
28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari kerja praktek yang telah dilaksanakan dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Stasiun bumi dengan sistem antenna tracking dapat
digunakan untuk melakukan komunikasi dengan satelit
LEO dengan orbit polar.
2. Agar komunikasi satelit dan stasiun bumi maksimal,
maka perlu dilakukan prediksi kooerdinat satelit, waktu
lintasan satelit dan kualitas sinyalnya dari TLE (Two Line
Element) satelit yang di update secara berkala.
5.2 Saran
Dari kerja praktek yang telah dilaksanakan, beberapa saran
yang perlu diperhatiakan:
1. Sebelum melakukan uji komunikasi antara ground station
dan satelit, perlu dilakukan prediksi satelit sehubungan
dengan kondisi sinyal pada waktu akan melaksanakan
pengujian. Kondisi sinyal satelit sewaktu melintas di atas
ground station tidak selalu bagus atau bahkan tidak ada
sinyal sama sekali.
2. Prediksi dapat dilakukan secara online di situs yang telah
tersedia ataupun secara offline dengan menggunakan
software orbitron sehingga data TLE yang tersimpan pada
software orbitron harus selalu di update.
3. Perlu diperhatikan juga beberapa hal yang berpengaruh
terhadap hasil uji komunikasi satelit dengan ground station
seperti kondisi kabel antara antena dengan transceiver,
29
settingan transceiver yang harus disesuaikan dengan satelit
yang akan diuji misalkan PL Tone dan frekuensi kerja.
30
31