You are on page 1of 20

http://kimia.upi.

edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Riski%20Septiadevana
%200606249_IE6.0/halaman_10.html

http://www.google.co.id/imgres?
imgurl=http://doddys.files.wordpress.com/2006/12/saltdome3.jpg&imgrefurl=http://hisar-
rockyjreng.blogspot.com/2009/10/minyak-bumi-minyak-bumi-bahasa-
inggris.html&usg=__l78Kbs6DlGNABX

PROSES PEMBENTUKKAN MINYAK BUMI

Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin: petrus ), dijuluki juga
sebagai emas hitam adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah
terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi. Minyak bumi
dan gas alam berasal dari jasad renik lautan, tumbuhan dan hewan yang mati sekitar
150 juta tahun yang lalu. Sisa-sisa organisme tersebut mengendap di dasar lautan,
kemudian ditutupi oleh lumpur. Lapisan lumpur tersebut lambat laun berubah
menjadi batuan karena pengaruh tekanan lapisan di atasnya. Sementara itu, dengan
meningkatnya tekanan dan suhu, bakteri anaerob menguraikan sisa-sisa jasad renik
tersebut dan mengubahnya menjadi minyak dan gas.
Proses pembentukan minyak bumi dan gas ini memakan waktu jutaan tahun.
Minyak dan gas yang terbentuk meresap dalam batuan yang berpori seperti air
dalam batu karang. Minyak dan gas dapat pula bermigrasi dari suatu daerah ke
daerah lain, kemudian terkosentrasi jika terhalang oleh lapisan yang kedap.
Walupun minyak bumi dan gas alam terbentuk di dasar lautan, banyak sumber
minyak bumi yang terdapat di daratan. Hal ini terjadi karena pergerakan kulit bumi,
sehingga sebagian lautan menjadi daratan.
Dewasa ini terdapat dua teori utama yang berkembang mengenai asal usul
terjadinya minyak bumi, antara lain:

1. Teori Anorganik (Abiogenesis)

Barthelot (1866) mengemukakan bahwa di dalam minyak bumi terdapat


logam alkali, yang dalam keadaan bebas dengan temperatur tinggi akan bersentuhan
dengan CO2 membentuk asitilena. Kemudian Mandeleyev (1877) mengemukakan
bahwa minyak bumi terbentuk akibat adanya pengaruh kerja uap pada karbida-
karbida logam dalam bumi. Yang lebih ekstrim lagi adalah pernyataan beberapa ahli
yang mengemukakan bahwa minyak bumi mulai terbentuk sejak zaman prasejarah,
jauh sebelum bumi terbentuk dan bersamaan dengan proses terbentuknya bumi.
Pernyataan tersebut berdasarkan fakta ditemukannya material hidrokarbon dalam
beberapa batuan meteor dan di atmosfir beberapa planet lain. Secara umum
dinyatakan seperti dibawah ini:Berdasarkan teori anorganik, pembentukan minyak
bumi didasarkan pada proses kimia, yaitu :

a. Teori alkalisasi panas dengan CO2 (Berthelot)

Reaksi yang terjadi:

alkali metal + CO2 karbida


karbida + H2O ocetylena

C2H2 C6H6 komponen-komponen lain

Dengan kata lain bahwa didalam minyak bumi terdapat logam alkali dalam keadaan
bebas dan bersuhu tinggi. Bila CO2 dari udara bersentuhan dengan alkali panas tadi
maka akan terbentuk ocetylena. Ocetylena akan berubah menjadi benzena karena
suhu tinggi. Kelemahan logam ini adalah logam alkali tidak terdapat bebas di kerak
bumi.

b. Teori karbida panas dengan air (Mendeleyef)

Asumsi yang dipakai adalah ada karbida besi di dalam kerak bumi yang kemudian
bersentuhan dengan air membentuk hidrokarbon, kelemahannya tidak cukup
banyak karbida di alam.

2.Teori Organik (Biogenesis)

Berdasarkan teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk


karena adanya kebocoran kecil yang permanen dalam
siklus karbon. Siklus karbon ini terjadi antara atmosfir
dengan permukaan bumi, yang digambarkan dengan
dua panah dengan arah yang berlawanan, dimana
karbon diangkut dalam bentuk karbon dioksida (CO2).
Pada arah pertama, karbon dioksida di atmosfir
berasimilasi, artinya CO2 diekstrak dari atmosfir oleh
organisme fotosintetik darat dan laut. Pada arah yang
kedua CO2 dibebaskan kembali ke atmosfir melalui
respirasi makhluk hidup (tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme).

P.G. Mackuire yang pertama kali mengemukakan pendapatnya bahwa minyak bumi
berasal dari tumbuhan. Beberapa argumentasi telah dikemukakan untuk
membuktikan bahwa minyak bumi berasal dari zat organik yaitu:

 Minyak bumi memiliki sifat dapat memutar bidang polarisasi,ini disebabkan


oleh adanya kolesterol atau zat lemak yang terdapat dalam darah, sedangkan
zat organik tidak terdapat dalam darah dan tidak dapat memutar bidang
polarisasi.
 Minyak bumi mengandung porfirin atau zat kompleks yang terdiri dari
hidrokarbon dengan unsur vanadium, nikel, dsb.
 Susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip dengan zat
organik, yang terdiri dari C, H dan O. Walaupun zat organik menggandung
oksigen dan nitrogen cukup besar.
 Hidrokarbon terdapat di dalam lapisan sedimen dan merupakan bagian
integral sedimentasi.
 Secara praktis lapisan minyak bumi terdapat dalam kambium sampai
pleistosan.
 Minyak bumi mengandung klorofil seperti tumbuhan.
Proses pembentukan minyak bumi terdiri dari tiga tingkat, yaitu:

• Pembentukan sendiri, terdiri dari:


- pengumpulan zat organik dalam sedimen
- pengawetan zat organik dalam sedimen
- transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
• Migrasi minyak bumi yang terbentuk dan tersebar di dalam lapisansedimen
terperangkap.
• Akumulasi tetes minyak yang tersebar dalam lapisan sedimen hingga
berkumpil menjadi akumulasi komersial.

Proses kimia organik pada umumnya dapat dipecahkan dengan percobaan di


laboratorium, namun berbagai faktor geologi mengenai cara terdapatnya minyak
bumi serta penyebarannya didalam sedimen harus pula ditinjau. Fakta ini
disimpulkan oleh Cox yang kemudian di kenal sebagai pagar Cox diantaranya
adalah:
Minyak bumi selalu terdapat di dalam batuan sedimen dan umumnya pada sedimen
marine, fesies sedimen yang utama untuk minyak bumi yang terdapat di sekitar
pantai.
Minyak bumi memeng merupakan campuran kompleks hidrokarbon.
Temperatur reservior rata-rata 107°C dan minyak bumi masih dapat bertahan
sampai 200°C. Diatas temperatur ini forfirin sudah tidak bertahan.
Minyak bumi selalu terbentuk dalam keadaan reduksi ditandai adanya forfirin dan
belerang.
Minyak bumi dapat tahan pada perubahan tekanan dari 8-10000 psi.
Proses transformasi zat organik menjadi minyak bumi.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi peristiwa diatas, diantaranya:
1. Degradasi thermal
Akibat sedimen terkena penimbunan dan pembanaman maka akan timbul
perubahan tekanan dan suhu. Perubahan suhu adalah faktor yang sangat penting.
2. Reaksi katalis
Adanya katalis dapat mempercepat proses kimia.
3. Radioaktivasi
Pengaruh pembombanderan asam lemak oleh partikel alpha dapay membentuk
hidrokarbon parafin. Ini menunjukan pengaruh radioaktif terhadap zat organik.
4. Aktifitas bakteri.
Bakteri mempunyai potensi besar dalam proses pembentukan hidrokarbon minyak
bumi dan memegang peranan dari sejak matinya senyawa organik sampai pada
waktu diagnosa, serta menyiapkan kondisi yang memungkinkan terbentuknya
minyak bumi.

Zat organik sebagai bahan sumber


Jenis zat oragink yang dijadikan sumber minyak bumi menurut para ahli dap[at
disimpulkan bahwa jenis zat organik yang merupakan zat pembentuk utama minyak
bumi adalah lipidzat organik dapat terbentuk dalamkehidupan laut ataupun darat
dan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: yang berasal dari nabati dan hewani.

KOMPOSISI PENYUSUN MINYAK BUMI dan GAS ALAM

Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-
senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak
terkandung di dalam minyak bumi dan gas alam. Gas alam terdiri dari alkana suku
rendah, yaitu metana, etana, propana, dan butana. Selain alkana juga terdapat
berbagai gas lain seperti karbondioksida (CO2) dan hidrogen sulfida (H2S),
beberapa sumur gas juga mengandung helium.

Sedangkan hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah


alkana dan sikloalkana, senyawa lain yang terkandung didalam minyak bumi
diantaranya adalah Sulfur, Oksigen, Nitrogen dan senyawa-senyawa yang
mengandung konstituen logam terutama Nikel, Besi dan Tembaga. Komposisi
minyak bumi sangat bervariasi dari satu sumur ke sumur lainnya dan dari daerah ke
daerah lainnya.

Perbandingan unsur-unsur yang terdapat dalam minyak bumi sangat bervariasi.


Berdasarkan hasil analisa, diperoleh data sebagai berikut :

• Karbon : 83,0-87,0 %
• Hidrogen : 10,0-14,0 %
• Nitrogen : 0,1-2,0 %
• Oksigen : 0,05-1,5 %
• Sulfur : 0,05-6,0 %

Struktur hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah:


1. Alkana (parafin) CnH2n + 2 , alkana ini memiliki rantai lurus dan
bercabang, fraksi ini merupakan yang terbesar di dalam minyak mentah.
2. Sikloalkana (napten) CnH2n , Sikloalkana ada yang memiliki cincin 5 (lima)
yaitu siklopentana ataupun cincin 6 (enam) yaitu sikloheksana.

siklopentana sikloheksana

3. Aromatik CnH2n -6

aromatik memiliki cincin 6

Aromatik hanya terdapat dalam jumlah kecil, tetapi sangat diperlukan dalam
bensin karena :
- Memiliki harga anti knock yang tinggi
- Stabilitas penyimpanan yang baik
- Dan kegunaannya yang lain sebagai bahan bakar (fuels)
Proporsi dari ketiga tipe hidrokarbon sangat tergantung pada sumber dari
minyak bumi. Pada umumnya alkana merupakan hidrokarbon yang terbanyak tetapi
kadang-kadang (disebut sebagai crude napthenic) mengandung sikloalkana sebagai
komponen yang terbesar, sedangkan aromatik selalu merupakan komponen
yang paling sedikit.

Zat-Zat Pengotor yang sering terdapat dalam minyak bumi:

1. Senyawaan Sulfur
Crude oil yang densitynya lebih tinggi mempunyai kandungan Sulfur yang
lebih tinggu pula. Keberadaan Sulfur dalam minyak bumi sering banyak
menimbulkan akibat, misalnya dalam gasoline dapat menyebabkan korosi
(khususnya dalam keadaan dingin atau berair), karena terbentuknya asam
yang dihasilkan dari oksida sulfur (sebagai hasil pembakaran gasoline) dan
air.
2. Senyawaan Oksigen
Kandungan total oksigen dalam minyak bumi adalah kurang dari 2 % dan
menaik dengan naiknya titik didih fraksi. Kandungan oksigen bisa menaik
apabila produk itu lama berhubungan dengan udara. Oksigen dalam minyak
bumi berada dalam bentuk ikatan sebagai asam karboksilat, keton, ester, eter,
anhidrida, senyawa monosiklo dan disiklo dan phenol. Sebagai asam
karboksilat berupa asam Naphthenat (asam alisiklik) dan asam alifatik.
3. Senyawaan Nitrogen
Umumnya kandungan nitrogen dalam minyak bumi sangat rendah, yaitu 0,1-
0,9 %. Kandungan tertinggi terdapat pada tipe Asphalitik. Nitrogen
mempunyai sifat racun terhadap katalis dan dapat membentuk gum / getah
pada fuel oil. Kandungan nitrogen terbanyak terdapat pada fraksi titik didih
tinggi. Nitrogen klas dasar yang mempunyai berat molekul yang relatif rendah
dapat diekstrak dengan asam mineral encer, sedangkan yang mempunyai
berat molekul yang tinggi tidak dapat diekstrak dengan asam mineral encer.
4. Konstituen Metalik
Logam-logam seperti besi, tembaga, terutama nikel dan vanadium pada
proses catalytic cracking mempengaruhi aktifitas katalis, sebab dapat
menurunkan produk gasoline, menghasilkan banyak gas dan pembentukkan
coke. Pada power generator temperatur tinggi, misalnya oil-fired gas turbine,
adanya konstituen logam terutama vanadium dapat membentuk kerak pada
rotor turbine. Abu yang dihasilkan dari pembakaran fuel yang mengandung
natrium dan terutama vanadium dapat bereaksi dengan refactory furnace
(bata tahan api), menyebabkan turunnya titik lebur campuran sehingga
merusakkan refractory itu.

PROSES PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi
diperoleh dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh
ditampung dalam kapal tanker atau dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau
ke kilang minyak.
Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang
sedap. Minyak mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun
untuk keperluan lainnya, tetapi harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah
mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan jumlah atom C-1 sampai 50.
Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah atom C yang
berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi
dilakukan melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke
dalam kelompok-kelompok (fraksi) dengan titik didih yang mirip.

Secara umum Proses Pengolahan Minyak Bumi digambarkan sebagai berikut:


1. DESTILASI

Destilasi adalah pemisahan fraksi-fraksi minyak bumi berdasarkan


perbedaan titik didihnya. Dalam hal ini adalah destilasi fraksinasi. Mula-mula
minyak mentah dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur) sampai dengan
suhu ± 370°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut kemudian masuk
kedalam kolom fraksinasi pada bagian flash chamber (biasanya berada pada
sepertiga bagian bawah kolom fraksinasi). Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam
kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan
tinggi).
Minyak mentah yang menguap pada proses destilasi ini naik ke bagian atas kolom
dan selanjutnya terkondensasi pada suhu yang berbeda-beda. Komponen yang titik
didihnya lebih tinggi akan tetap berupa cairan dan turun ke bawah, sedangkan yang
titik didihnya lebih rendah akan menguap dan naik ke bagian atas melalui sungkup-
sungkup yang disebut sungkup gelembung. Makin ke atas, suhu yang terdapat dalam
kolom fraksionasi tersebut makin rendah, sehingga setiap kali komponen dengan
titik didih lebih tinggi akan terpisah, sedangkan komponen yang titik didihnya lebih
rendah naik ke bagian yang lebih atas lagi. Demikian selanjutnya sehingga
komponen yang mencapai puncak adalah komponen yang pada suhu kamar berupa
gas. Komponen yang berupa gas ini disebut gas petroleum, kemudian dicairkan dan
disebut LPG (Liquified Petroleum Gas).
Fraksi minyak mentah yang tidak menguap menjadi residu. Residu minyak bumi
meliputi parafin, lilin, dan aspal. Residu-residu ini memiliki rantai karbon sejumlah
lebih dari 20.
Fraksi minyak bumi yang dihasilkan berdasarkan rentang titik didihnya antara lain
sebagai berikut :

1. Gas
Rentang rantai karbon : C1 sampai C5
Trayek didih : 0 sampai 50°C

2. Gasolin (Bensin)
Rentang rantai karbon : C6 sampai C11
Trayek didih : 50 sampai 85°C

3. Kerosin (Minyak Tanah)


Rentang rantai karbon : C12 sampai C20
Trayek didih : 85 sampai 105°C

4. Solar
Rentang rantai karbon : C21 sampai C30
Trayek didih : 105 sampai 135°C

5. Minyak Berat
Rentang ranai karbon : C31 sampai C40
Trayek didih : 135 sampai 300°C
6. Residu
Rentang rantai karbon : di atas C40
Trayek didih : di atas 300°C

Fraksi-fraksi minyak bumi dari proses destilasi bertingkat belum memiliki kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu pengolahan lebih lanjut
yang meliputi proses cracking, reforming, polimerisasi, treating, dan blending.

2. CRACKING

Setelah melalui tahap destilasi, masing-masing fraksi yang dihasilkan dimurnikan


(refinery), seperti terlihat dibawah ini:
Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon
yang besar menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil.
Contoh cracking ini adalah pengolahan minyak solar atau minyak tanah menjadi
bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi
gasolin (bensin). Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan)
yang dinyatakan dalam bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan
(2,2,4-trimetil pentana) yang mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan
bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana yang mempunyai sifat anti knock yang
buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan campuran isooktana dan n-
heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul hidrokarbon.

Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :

a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan
tekanan yang rendah.

Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :

b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang
digunakan biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik
melalui mekanisme perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat
asam menambahkna proton ke molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana
sehingga menyebabkan terbentuknya ion karbonium :

c. Hidrocracking

Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk


menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi.
Keuntungan lain dari Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung
dalam minyak diubah menjadi hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.
3. REFORMING

Reforming adalah perubahan dari bentuk molekul bensin yang bermutu


kurang baik (rantai karbon lurus) menjadi bensin yang bermutu lebih
baik (rantai karbon bercabang). Kedua jenis bensin ini memiliki rumus molekul
yang sama bentuk strukturnya yang berbeda. Oleh karena itu, proses ini juga disebut
isomerisasi. Reforming dilakukan dengan menggunakan katalis dan pemanasan.
Contoh reforming adalah sebagai berikut :

Reforming juga dapat merupakan pengubahan struktur molekul dari hidrokarbon


parafin menjadi senyawa aromatik dengan bilangan oktan tinggi. Pada proses ini
digunakan katalis molibdenum oksida dalam Al2O3 atauplatina dalam
lempung.Contoh reaksinya :

4. ALKILASI dan POLIMERISASI

Alkilasi merupakan penambahan jumlah atom dalam molekul menjadi


molekul yang lebih panjang dan bercabang. Dalam proses ini menggunakan
katalis asam kuat seperti H2SO4, HCl, AlCl3 (suatu asam kuat Lewis). Reaksi secara
umum adalah sebagai berikut:

RH + CH2=CR’R’’ R-CH2-CHR’R”

Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul-molekul kecil


menjadi molekul besar. Reaksi umumnya adalah sebagai berikut :

M CnH2n Cm+nH2(m+n)

Contoh polimerisasi yaitu penggabungan senyawa isobutena dengan senyawa


isobutana menghasilkan bensin berkualitas tinggi, yaitu isooktana.
5. TREATING

Treating adalah pemurnian minyak bumi dengan cara menghilangkan pengotor-


pengotornya. Cara-cara proses treating adalah sebagai berikut :

• Copper sweetening dan doctor treating, yaitu proses penghilangan pengotor


yang dapat menimbulkan bau yang tidak sedap.
• Acid treatment, yaitu proses penghilangan lumpur dan perbaikan warna.
• Dewaxing yaitu proses penghilangan wax (n parafin) dengan berat molekul
tinggi dari fraksi minyak pelumas untuk menghasillkan minyak pelumas
dengan pour point yang rendah.
• Deasphalting yaitu penghilangan aspal dari fraksi yang digunakan untuk
minyak pelumas
• Desulfurizing (desulfurisasi), yaitu proses penghilangan unsur belerang.

Sulfur merupakan senyawa yang secara alami terkandung dalam minyak bumi atau
gas, namun keberadaannya tidak dinginkan karena dapat menyebabkan berbagai
masalah, termasuk di antaranya korosi pada peralatan proses, meracuni katalis
dalam proses pengolahan, bau yang kurang sedap, atau produk samping
pembakaran berupa gas buang yang beracun (sulfur dioksida, SO2) dan
menimbulkan polusi udara serta hujan asam. Berbagai upaya dilakukan untuk
menyingkirkan senyawa sulfur dari minyak bumi, antara lain menggunakan proses
oksidasi, adsorpsi selektif, ekstraksi, hydrotreating, dan lain-lain. Sulfur yang
disingkirkan dari minyak bumi ini kemudian diambil kembali sebagai sulfur
elemental.
Desulfurisasi merupakan proses yang digunakan untuk menyingkirkan senyawa
sulfur dari minyak bumi. Pada dasarnya terdapat 2 cara desulfurisasi, yaitu dengan :

1. Ekstraksi menggunakan pelarut, serta

2. Dekomposisi senyawa sulfur (umumnya terkandung dalam minyak bumi dalam


bentuk senyawa merkaptan, sulfida dan disulfida) secara katalitik dengan proses
hidrogenasi selektif menjadi hidrogen sulfida (H2S) dan senyawa hidrokarbon asal
dari senyawa belerang tersebut. Hidrogen sulfida yang dihasilkan dari dekomposisi
senyawa sulfur tersebut kemudian dipisahkan dengan cara fraksinasi atau
pencucian/pelucutan.

Akan tetapi selain 2 cara di atas, saat ini ada pula teknik desulfurisasi yang lain yaitu
bio-desulfurisasi. Bio-desulfurisasi merupakan penyingkiran sulfur secara selektif
dari minyak bumi dengan memanfaatkan metabolisme mikroorganisme, yaitu
dengan mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer yang dikatalis oleh
enzim hasil metabolisme mikroorganisme sulfur jenis tertentu, tanpa mengubah
senyawa hidrokarbon dalam aliran proses. Reaksi yang terjadi adalah reaksi aerobik,
dan dilakukan dalam kondisi lingkungan teraerasi. Keunggulan proses ini adalah
dapat menyingkirkan senyawa sulfur yang sulit disingkirkan, misalnya alkylated
dibenzothiophenes. Jenis mikroorganisme yang digunakan untuk proses bio-
desulfurisasi umumnya berasal dari Rhodococcus sp, namun penelitian lebih lanjut
juga dikembangkan untuk penggunaan mikroorganisme dari jenis lain.
Proses ini mulai dikembangkan dengan adanya kebutuhan untuk menyingkirkan
kandungan sulfur dalam jumlah menengah pada aliran gas, yang terlalu sedikit jika
disingkirkan menggunakan amine plant, dan terlalu banyak untuk disingkirkan
menggunakan scavenger. Selain untuk gas alam dan hidrokarbon, bio-desulfurisasi
juga digunakan untuk menyingkirkan sulfur dari batubara.

Proses Shell-Paques Untuk Bio-Desulfurisasi Aliran Gas


Salah satu lisensi proses bio-desulfurisasi untuk aliran gas adalah Shell
Paques dari Shell Global Solutions International dan Paques Bio-Systems. Proses ini
sudah diterapkan secara komersial sejak tahun 1993, dan saat ini kurang lebih
terdapat sekitar 35 unit bio-desulfurisasi dengan lisensi Shell-Paques beroperasi di
seluruh dunia.
Proses ini dapat menyingkirkan sulfur dari aliran gas dan menghasilkan hidrogen
sulfida dengan kapasitas mulai dari 100 kg/hari sampai dengan 50 ton/hari,
menggunakan mikroorganisme Thiobacillus yang sekaligus bertindak sebagai katalis
proses bio-desulfurisasi. Dalam proses ini, aliran gas yang mengandung hidrogen
sulfida dilewatkan pada absorber dan dikontakkan pada larutan soda yang
mengandung mikroorganisme. Senyawa soda mengabsorbi hidrogen sulfida, dan
kemudian dialirkan ke bioreaktor THIOPAQ berupa tangki atmosferik teraerasi
dimana mikroorganisme mengubah hidrogen sulfida menjadi sulfur elementer
secara biologis dalam kondisi pH 8,2-9. Sulfur hasil reaksi kemudian melalui proses
dekantasi untuk memisahkan dengan cairan soda. Cairan soda dikembalikan ke
absorber, sedangkan sulfur diperoleh sebagai cake atau sebagai sulfur cair murni.
Karena sifatnya yang hidrofilik sehingga mudah diabsorpsi oleh tanah, maka sulfur
yang dihasilkan dari proses ini dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan baku
pupuk.Tahapan reaksi bio-desulfurisasi dapat digambarkan sebagai berikut :

• Absorpsi H2S oleh senyawa soda

• Pembentukan sulfur elementer oleh mikroorganisme

Keunggulan dari proses Shell-Paques adalah :

• dapat menyingkirkan sulfur dalam jumlah besar (efisiensi penyingkiran


hidrogen sulfida dapat mencapai 99,8%) hingga menyisakan kandungan
hidrogen sulfida yang sangat rendah dalam aliran gas (kurang dari 4 ppm-
volume)
• pemurnian gas dan pengambilan kembali (recovery) sulfur terintegrasi dalam
1 proses- gas buang (flash gas/vent gas) dari proses ini tidak mengandung gas
berbahaya, sehingga sebelum dilepas ke lingkungan tidak perlu dibakar di
flare. Hal ini membuat proses ini ideal untuk lokasi-lokasi dimana proses
yang memerlukan pembakaran (misalnya flare atau incinerator) tidak
dimungkinkan.
• menghilangkan potensi bahaya dari penanganan solvent yang biasa
digunakan untuk melarutkan hidrogen sulfida dalam proses ekstraksi
• sifat sulfur biologis yang hidrofilik menghilangkan resiko penyumbatan
(plugging atau blocking) pada pipa
• Bio-katalis yang digunakan bersifat self-sustaining dan mampu beradaptasi
pada berbagai kondisi proses
• Konfigurasi proses yang sederhana, handal dan aman (antara lain beroperasi
pada suhu dan tekanan rendah) sehingga mudah untuk dioperasikan
• Proses Shell-Paques ini dapat diterapkan pada gas alam, gas buang
regenerator amine, fuel gas, synthesis gas, serta aliran oksigen yang
mengandung gas limbah yang tidak dapat diproses dengan pelarut

BLENDING

Proses blending adalah penambahan bahan-bahan aditif kedalam fraksi


minyak bumi dalam rangka untuk meningkatkan kualitas produk
tersebut. Bensin yang memiliki berbagai persyaratan kualitas merupakan contoh
hasil minyak bumi yang paling banyak digunakan di barbagai negara dengan
berbagai variasi cuaca. Untuk memenuhi kualitas bensin yang baik, terdapat sekitar
22 bahan pencampur yang dapat ditambanhkan pada proses pengolahannya.
Diantara bahan-bahan pencampur yang terkenal adalah tetra ethyl lead (TEL). TEL
berfungsi menaikkan bilangan oktan bensin. Demikian pula halnya dengan pelumas,
agar diperoleh kualitas yang baik maka pada proses pengolahan diperlukan
penambahan zat aditif. Penambahan TEL dapat meningkatkan bilangan oktan, tetapi
dapat menimbulkan pencemaran udara.

Pembentukan Batubara
Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa
tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk
akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan tahun.
Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar fosil.
Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi disebut
dengan pembatubaraan (coalification).
Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda – beda sesuai dengan
jaman geologi dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah
dengan lokasi pengendapan (sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan
batuan dan panas bumi serta perubahan geologi yang berlangsung
kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang jenisnya
bermacam – macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda –
beda sesuai dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal
seam)
Gambar 1. Proses Terbentuknya Batubara
(Sumber: Kuri-n ni Riyou Sareru Sekitan, 2004)
Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon
(Carboniferous Period) – dikenal sebagai zaman batu bara pertama – yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas
dari setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta
lama waktu pembentukan, yang disebut sebagai ‘maturitas organik’.
Proses awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat),
yang selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut
pula batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara
dengan jenis maturitas organik rendah. Setelah mendapat pengaruh suhu
dan tekanan yang terus menerus selama jutaan tahun, maka batu bara
muda akan mengalami perubahan yang secara bertahap menambah
maturitas organiknya dan mengubah batubara muda menjadi batu bara
sub-bituminus (sub-bituminous). Perubahan kimiawi dan fisika terus
berlangsung hingga batu bara menjadi lebih keras dan warnanya lebih
hitam sehingga membentuk bituminus (bituminous) atau antrasit
(anthracite). Dalam kondisi yang tepat, peningkatan maturitas organik
yang semakin tinggi terus berlangsung hingga membentuk antrasit.
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama
pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing –
masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.
Tabel 1. Contoh Analisis Batubara (daf based)
(Sumber: Sekitan no Kiso Chishiki)

Data – data di atas apabila ditampilkan dalam bentuk grafik hasilnya


adalah sebagai berikut:

Gambar 2. Hubungan Tingkat Pembatubaraan – Kadar Unsur Utama


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi tingkat
pembatubaraan, maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan
hidrogen dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan
secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara,
maka batubara dengan tingkat pembatubaraan rendah – disebut pula
batubara bermutu rendah – seperti lignite dan sub-bituminus biasanya
lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti
tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar
karbon yang rendah, sehingga kandungan energinya juga rendah.
Semakin tinggi mutu batubara, umumnya akan semakin keras dan
kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat. Selain itu,
kelembabannya pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya akan
meningkat, sehingga kandungan energinya juga semakin besar.
Pemanfaatan Batubara
Klasifikasi batubara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya
menjadi indikator umum untuk menentukan tujuan pengggunaannya.
Misalnya, batubara ketel uap atau batubara termal (steam coal) banyak
digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pembakaran umum
seperti pada industri bata atau genteng, dan industri semen, sedangkan
batubara metalurgi (metallurgical coal atau coking coal) digunakan untuk
keperluan industri besi dan baja serta industri kimia. Kedua jenis batubara
tadi termasuk dalam batubara bituminus. Adapun batubara antrasit
digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan
elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket
tanpa asap.
Gambar 3. Jenis – jenis Batubara dan Pemanfaatannya
(Sumber: The Coal Resource, 2004)
Kualitas Batubara
Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dulu
kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan
yang memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarnya sesuai dengan
mutu batubara yang akan digunakan, sehingga mesin – mesin tersebut
dapat berfungsi optimal dan tahan lama. Secara umum, parameter
kualitas batubara yang lazim digunakan adalah kalori, kadar
kelembaban, kandungan zat terbang, kadar abu, kadar karbon,
kadar sulfur, ukuran, dan tingkat ketergerusan, disamping
parameter lain seperti analisis unsur yang terdapat dalam abu (SiO2,
Al2O3, P2O5,Fe2O3, dll), analisis komposisi sulfur (pyritic sulfur, sulfate
sulfur, organic sulfur), dan titik leleh abu (ash fusion temperature).

Pembentukan gas alam


Pembentukanas Bumi
Menurut teori organik, minyak dan gas bumi sebagai senyawa
hidrokarbon terbentuk sebagai hasil proses kimiawi alam (pemanasan,
tekanan, dan waktu yang lama) dari organik-organik sisa-sisa kehidupan
(material organik) yang berupa algae/ganggang yang semula hidup di
kedalaman laut/danau dan selanjutnya terendapkan dalam lapisan kulit
bumi berupa batuan yang berukuran halus (batuan lempung atau serpih
halus – clay/shale).

Setelah terendapkan, material organik tersebut berubah secara alamiah di


alam menjadi mineral hidrokarbon karena adanya tiga faktor yaitu
tekanan, temperature yang tinggi (suhu minimal 200 derajat Fahrenheit),
dan dalam waktu yang lama (minimal 6 juta tahun).

Dari material organik yang dikandung shale hanya 30% yang dapat
terubah menjadi minyak dan gas bumi. Dan yang perlu diingat
adalah,Minyak dan Gas Bumi tidak dapat kita temukan di tempat
dimana ia terbentuk.

Adapun syarat-syarat agar minyak dan gas bumi yang terbentuk dapat
tersimpan dalam bumi untuk kemudian ditemukan oleh manusia adalah:

1. Terdapatnya batuan induk (source rock), yaitu batuan sediment


yang mengandung
material organik.
2. Adanya migrasi, yaitu proses berpindahnya minyak dan gas bumi
yang terbentuk di source rock menuju lapisan reservoir.
3. Adanya batuan reservoir yang merupakan batuan sediment berpori
sehingga minyak dan gas bumi dapat tersimpan disitu,
4. Adanya perangkap minyak dan gas bumi atau yang biasanya
disebut oil trap yaitu
bentukan yang menyebabkan minyak dan gas bumi terperangkap
didalamnya.
5. Terdapatnya batuan penutup yang merupakan batuan sediment
kedap air yang menyebabkan minyak dan gas bumi tidak bisa
keluar lagi sampai saatnya ditemukan oleh manusia.

Komposisi kimia
6. Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang
merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas
alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih
berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain
juga gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga
merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.

7. Metana adalah gas rumah kaca yang dapat


menciptakan pemanasan global ketika terlepas ke atmosfer, dan
umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi yang
berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan
ozon, memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah
kaca dari metana yang terlepas ke udara relatif hanya berlangsung
sesaat. Sumber metana yang berasal dari makhluk hidup
kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian
(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per
tahun secara berturut-turut).
Komponen %
80-
Metana (CH4)
95
Etana (C2H6) 5-15
Propana (C3H8) and Butane
<5
(C4H10)

8. Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan


air dapat juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga
terkandung dalam jumlah kecil. Komposisi gas alam bervariasi
sesuai dengan sumber ladang gasnya.

9. Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan


(pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan
jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan
sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang
telah diproses dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak
berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke
pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan
menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran
gas. Gas alam yang telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak
berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat menyebabkan
tercekiknya pernafasan karena ia dapat mengurangi kandungan
oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

10. Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat


mudah terbakar dan menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan
dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan
tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah,
konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah
meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang
dapat menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang
berbahaya di udara adalah antara 5% hingga 15%.

11. Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan, umumnya tidak


mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan
konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan
ledakan.
Minyak bumi (bahasa Inggris : petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang dan
oleum – minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat
gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari
beberapa area di kerak Bumi. Minyak bumi terdiri dari campuran kompleks dari
berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana, tetapi bervariasi dalam
penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Komponen kimia dari minyak bumi dipisahkan oleh proses distilasi, yang kemudian,
setelah diolah lagi, menjadi minyak tanah, bensin, lilin, aspal, dll.

Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.


Empat alkana teringan— CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana), dan C4H10
(butana) — semuanya adalah gas yang mendidih pada -161.6°C, -88.6°C, -42°C,
dan -0.5°C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°, -43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan mudah menguap, nafta jernih.
Senyawaan tersebut digunakan sebagai pelarut, cairan pencuci kering (dry clean),
dan produk cepat-kering lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur
bersama dan digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah
C10 sampai C15, diikuti oleh minyak diesel (C10 hingga C20) dan bahan bakar
minyak yang digunakan dalam mesin kapal. Senyawaan dari minyak bumi ini
semuanya dalam bentuk cair dalam suhu ruangan.
Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline) berada di antara
C16 sampai ke C20.
Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan
bitumen aspal.

Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam derajat Celcius:
1. minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
2. minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil)
3. minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil)
4. minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk rumah tangga)
5. kerosene: 150 - 300 °C (bahan bakar mesin jet)
6. minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
7. minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)
8. sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu

Minyak bumi terdiri dari hidrokarbon, senyawaan hidrogen dan karbon.


Empat alkana teringan— CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana),
dan C4H10 (butana) — semuanya adalah gas yang mendidih pada
-161.6°C, -88.6°C, -42°C, dan -0.5°C, berturut-turut (-258.9°, -127.5°,
-43.6°, dan +31.1° F).
Rantai dalam wilayah C5-7 semuanya ringan, dan
mudah menguap, nafta jernih. Senyawaan tersebut digunakan sebagai
pelarut, cairan pencuci kering (dry clean), dan produk cepat-kering
lainnya. Rantai dari C6H14 sampai C12H26 dicampur bersama dan
digunakan untuk bensin. Minyak tanah terbuat dari rantai di wilayah C10
sampai C15, diikuti oleh minyak diesel (C10 hingga C20) dan bahan bakar
minyak yang digunakan dalam mesin kapal. Senyawaan dari minyak bumi
ini semuanya dalam bentuk cair dalam suhu ruangan.
Minyak pelumas dan gemuk setengah-padat (termasuk Vaseline) berada
di antara C16 sampai ke C20.
Rantai di atas C20 berwujud padat, dimulai dari "lilin, kemudian tar, dan
bitumen aspal.

Titik pendidihan dalam tekanan atmosfer fraksi distilasi dalam


derajat Celcius:
1. minyak eter: 40 - 70 °C (digunakan sebagai pelarut)
2. minyak ringan: 60 - 100 °C (bahan bakar mobil)
3. minyak berat: 100 - 150 °C (bahan bakar mobil)
4. minyak tanah ringan: 120 - 150 °C (pelarut dan bahan bakar untuk
rumah tangga)
5. kerosene: 150 - 300 °C (bahan bakar mesin jet)
6. minyak gas: 250 - 350 °C (minyak diesel/pemanas)
7. minyak pelumas: > 300 °C (minyak mesin)
8. sisanya: tar, aspal, bahan bakar residu

You might also like