Professional Documents
Culture Documents
NLP presupposition adalah sejumlah ide utama dalam NLP yang merupakan sintesa dari hasil pemikiran
orang-orang yang di model di awal perkembangan NLP, antara lain Virginia Satir, Firtz Pearls, dan Milton
Erickson.
NLP Presupposition sangat berguna untuk mempraktekkan NLP. Karena NLP Presupposition menjadi
blue print kesuksesan menerapkan NLP dan menajdi sebuah sikap penting bagi para praktisi NLP.
Ada banyak NLP Presuposition. Dan ini adalah yang paling umum dan penting.
4 Pilar NLP
NLP memiliki empat pilar utama. Pilar-pilar ini adalah sebuah pegangan bagi praktisi NLP untuk
mempraktekkan NLP. Jadi dalam setiap praktek NLP yang baik dan benar akan selalu terdapat keempat
pilar ini. Adapun keempat pilar tersebut adalah:
1. Hasil (Outcome)
Setiap tindakan memiliki sebuah tujuan. baik tindakan yang disadari maupun yang tidak disadari. Setiap
tindakan pasti selalu didasari oleh maksud baik, yang membedakan adalah bermanfaat atau tidaknya
tindakan itu. Untuk bisa mendapatkan hasil maksimal buatlah Outcome yang Well-formed.
2. Rapport
Rapport merupakan inti dari komunikasi yang efektif. Rapport berarti membangun kedekatan. Di dalam
Rapport ada 3 teknik : Pacing-Leading, Matching & Mirroring.
4. Fleksibilitas
Fleksibilitas (Flexibility) Guna mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu membutuhkan fleksibilitas.
Hal ini disebabkan karena kadang-kadang metode komunikasi yang digunakan tidak bekerja sesuai yang
diharapkan. Sehingga, untuk tetap mencapai hasil akhir yang diinginkan, individu perlu mengganti
strategi komunikasinya. Dengan memiliki fleksibilitas dalam berkomunikasi, kemungkinan mencapai
hasil akhir semakin besar.
Representational System
Representational System adalah sistem yang mengatur bagaimana pikiran menerjemahkan atau
merepresentasikan sinyal atau segala seseuatu yang ditangkap oleh indera kita.
Gini gan. Di bagian kiri (external event) adalah dunia di luar diri kita (pengalaman eksternal). Ditangkap
oleh panca indera kita (modalitas). NLP itu mempelajari cara kerja otak manusia. Karena kita memiliki
panca indera (kalo indera ke-6, saya ga tau gan). Panca indera kita adalah indera penglihatan
(mata/visual), pendengaran (telinga/auditory), peraba (kulit/Kinesthetic), pencium (hidung/olfactory)
dan perasa (lidah/gustatory). Yang ditangkap oleh panca indera dari pengalaman(dunia eksternal diri
kita) diterjemahkan oleh otak dalam bentuk gambar(image), suara(sound), rasa di tubuh (feel), rasa di
lidah(taste) dan bau (smell).
Coba agan ane tanya, apa warna baju yang anda pakai kemarin? Apa yang muncul dalam pikiran agan?
Sebuah gambar warna baju?
Atau, Bagaimana sih suara motor/mobil agan? Nah yang muncul sekarang apa dalam pikiran agan?
gambar motor/mobil agan dan suaranya kah?
Disadari atau tidak setiap perilaku kita pasti melalui proses berpikir seperti di atas. Proses berpikir itulah
yang dipelajari untuk dimodel. Contohnya, agan jago nyetir mobil, setiap gerakan agan udah refleks.
Bagaimana orang lain yang pegen bisa nyetir mobil kayak agan belajar melakukan itu? Biasanya kita akan
mencari tahu bagaimana agan belajar nyetir mobil. Sedangkan NLP, mencari tahu bagaimana agan nyetir
mobil. keliatan bedanya?
Melalui proses modeling akan diketahui pola-pola bagaimana seseorang melakukan keahlian
(contohnya: nyetir mobil td). kalo cara biasa kan pertanyaanya, bagaimana seseorang mepelajari
keahlian itu.
Jadi NLP mempelajari cara melakukannya kemudian apa yang terjadi dalam proses berpikir manusia itu.
Hal ini akan didapatkan pola-pola cara berpikir orang tsb.
Di gambar di atas juga terdapat bagian yang disebut filter/critical area. Filter inilah yang membuat kita
menyaring setiap pengalaman yang kita dapat sebelum kita masukkan dalam pikiran bawah sadar kita.
Filter terdiri dari sikap(attitudes), nilai-nilai yang dipegang(values), keyakinan-keyakinan(belief), dll.
Dengan mempelajari NLP kita bisa tahu apa saja keyakinan-keyakinan seseorang, apa nilai-nilai yang dia
pegang, dll. Informasi ini kemudian digunakan untuk menyusun ulang pola-pola berpikir orang itu.
Jika pola-pola itu telah disusun ulang, maka selama urutannya benar dan tepat maka bila diterapkan
kepada orang lain atau diri kita akan didapatkan keahlian yang sama.
Sesungguhnya NLP diciptakan untuk melakukan modeling. Namun tokoh-tokoh yang dimodel oleh para
pengembang NLP adalah tokoh-tokoh terapi. Dan para pengembangnya kebanyakan menggunakan NLP
untuk proses terapi, karena NLP sangat efektif untuk terapi, biasanya hanya dengan ngobrol aja sudah
selesai.
Menurut NLP, cara berpikir manusia seperti komputer. Setiap apa yang pernah kita lakukan bisa kita
ulang, kita edit (ditingkatkan atau diturunkan, dimodifikasi), dan bisa kita hapus. Dan setiap perilaku
yang sudah masuk pikiran bawah sadar (misal : kebiasaan) dapat disebut dengan program perilaku, dan
program itu bisa kita install, recode, edit dan bahkan bisa diuninstall. Contoh jika seseorang pernah
sekali saja melompat ke udara setinggi 2 meter dari tempat awal dia melompat, maka dia bisa
mengulang hal itu, meningkatkan kemampuan itu(jadi 3 meter kek), menurunkan kemampuan itu (jadi 2
cm. ), dan juga bisa menghilangkannya (ga bisa lompat sama sekali. )
Kemudian oleh pengembang NLP, konsep di atas diterapkan dalam dunia terapi. Jadi, jika ada seseorang
yang memiliki fobia, maka fobia itu bisa dihilangkan(diuninstall). Maka dari itulah banyak orang yang
menganggap NLP adalah teknik terapi.
Neurological Level
Neurological Level Dikembangkan pertama kali oleh Robert Dilts, teknik ini menjadi salah satu teknik
yang mengutamakan pendekatan sistemik untuk memahami manusia. Ia disusun untuk menjawab
kebutuhan para praktisi NLP yang ingin memahami bagaimana menggunakan NLP secara sistemik dan
tidak terpisah antara satu teknik dengan teknik lainnya.
Neurological Level mengajak kita untuk memahami proses berpikir dan merasa manusia menjadi
beberapa level, yaitu:
Spoiler for Neurological Level:
Environment. Informasi tambahan mengenai lingkungan apa yang saya butuhkan?
Behavior. Saya punya informasi yang cukup, tapi bagaimana saya bisa menggunakannya?
Capability. Saya tahu apa yang harus saya lakukan, tapi bagaimana agar saya bisa
menggunakannya dengan baik secara konsisten?
Belief/Values. Saya bisa melakukannya, tapi maukah saya melakukannya? Apakah bagi saya itu
penting?
Identity. Apakah hal itu bermakna bagi saya? Sesuaikah dengan identitas yang saya miliki?
Spiritual. Apakah hal itu sesuai dengan keyakinan saya yang paling dalam? Dengan agama yang
saya anut? Dengan misi/tujuan saya hidup di dunia?
Contoh:
Seorang anak, sebut saja XYZ yang diolok-olok oleh orangtua dan saudara2nya
(environment) karena jatuh ketika belajar naik sepeda. Akibatnya dia berperilaku takut
(behavior) untuk naik dan belajar bersepeda lagi. Hal itu mengakibatkan XYZ tidak bisa
naik sepeda karena kemampuannya tidak diasah (Capability). Dari situ XYZ percaya
bahwa kegiatan mengendarai sepeda membuatnya jatuh dan diolok-olok orang lain
sehingga membahayakan dia secara fisik dan emosional (Belief/Value). Ketika dia
diminta mengendarai sepeda dia selalu menjawab : "Saya tidak bisa naik sepeda"
(Identity).
Pertanyaan ini bikin ane mikir gan, ternyata banyak praktisi NLP yang hampir melupakan submodality.
Padahal penting banget lho.
Buat yang pernah konsultasi ke ane via YM : Semua persoalan kalian bisa diselesaikan dengan
submodality tauk??
Bahkan bisa diselesaikan kurang dari 10 menit gan! Hehehehe.....
Mantap kan?
Jadi hal penting yang harus dipelajari di awal dalam NLP adalah SUBMODALITY!!!
Penting banget. Karena hampir semua teknik-teknik dalam NLP didasarkan pada submodality. Bahkan
agan bisa bikin teknik sendiri dengan memahami submodality.
Untuk refreshment nih. Kita bahas lagi soal submodality, secara lebih mendalam.
Sebelum membaca postingan ini tentunya agan sudah membaca tentang Representational System dan
postingan submodality yang pertama.
Ketika seseorang mendapatkan sebuah pengalaman, terjadi banyak proses di dalam pikirannya. Sebuah
pengalaman yang ditangkap oleh indera (modalitas) diterjemahkan oleh otak dalam bentuk gambar
(visual), suara(auditory), perasaan(kinestetik), bau (olfactory) dan rasa di lidah (gustatory) proses ini di
sebut sebagai Representational System. Sistem tersebut memiliki komponen berupa ukuran-ukuran
tertentu yang disebut dengan Submodalitiy.
Submodality :
Quote:
Latihan Elicit Submodality Klik Disini ya...
Latihan :
Ingat kembali orang yang agan takuti. Paling galak lah..
Buat wajahnya seperti ini :
Spoiler for jadi gini:
Buat suaranya kaya donald bebek.
Gmn pendapat agan sekarang?
Atau misalkan agan biasa liat superman yang gagah seperti ini.
Quote:
Latihan Elicit Submodality
cara memahami NLP paling mudah dan cepat adalah mempraktekkannya.
Karena saya udah posting soal Submodality, kita praktekkan langsung gan. Setelah agan membaca dan
mempraktekkannya, kasih testimonial ya gan.
Elicit Submodality adalah mendapatkan informasi mengenai submodality yang digunakan dari sebuah
pengalaman.
Yuk Mulai!!!
1) Siapkan kertas ama pulpen. Ga wajib sih.
2) Alami kembali saat agan lagi seneng. Misal : Pas lagi ama pacar, pas lagi dapet hadiah, pas lagi dapet
penghargaan, lagi pas dapet cendol, dll.
3) Identifikasikan :
Apakah ada gambarnya? jika ya, lanjut ke pertanyaan berikut. Jika tidak, lanjut ke pertanyaan nomer
2.
Berwarna/Hitam-putih?
Bergerak/Diam?
Terang/Redup?Seberapa?
Berbingkai/Tidak?
Agan Ngalami sendiri/Agan melihat diri agan?
Bentuknya?
3D/Flat?
Dekat/jauh?Seberapa?
Apakah ada suaranya? Jika ya, lanjut ke pertanyaan berikut. Jika tidak, lanjut ke pertanyaan nomer 3.
Jumlah suara?
Volume?
Tempo?
Stereo/mono?
Jarak? Dekat/Jauh?
Berapa lama?
Sumber suaranya apa?
Apakah ada rasa di kulit? Jika ya, lanjut ke pertanyaan berikut.
Lokasi rasa di kulit?
Cepat/lambat?
Panas/Dingin? Seberapa?
Terus-menerus/Kadang-kadang
Ada tekanan? Seberapa?
Asyiknya praktisi NLP yang menggunakan submodality untuk terapi hanya melakukannya dengan
ngobrol2 aja. Malah ga ada 5 menit dah beres!
5A Self Modeling
Di Jogja dingin-dingin seger. Habis ngobrol2 soal reiki ditemani teh hangat angkringan jadi pengen
posting. Hehehehe...
Ini bukan teknik. Sama sekali bukan teknik. Ini adalah konsep modeling. Biasa digunakan untuk memodel
diri sendiri. Lho diri sendiri kok dimodel? Hehehe... ini sebenarnya menjawab pertanyaan yang banyak
masuk ke PM, Skype maupun via YM.
Dari kedua contoh di atas sebenarnya ada sebuah pelanggaran meta-model. Yaitu pelanggaran
Generalization, apa tuh? Yup, Universal quantification. Jadi pertanyaan yang tepat untuk menggali
pernyataan di atas adalah :
"Selalu lupa kah? Tak sekalipun ingat?"
"Selalu biasa malas kah? Tak sekalipun tidak malas? tak sekalipun semangat?"
Tentu saja jawabannya adalah tidak. Pasti ada hal yang pernah kita ingat. Pasti ada pengalaman kita
semangat atau tidak malas. Pengalaman itulah yang kemudian kita akses dan kita model kembali lalu
kita perkuat dan kita anchor. Setelah itu kita terapkan dan kita sesuaikan di kondisi saat diperlukan.
Itu semua adalah limiting belief atau mental blok yang mengganggu kita mencapai tujuan. Bagaimana
cara mengubahnya?
Illustrasi :
Spoiler for Belief Change:
Trus prakteknya gmn? >>> LANGSUNG KE PEJWAN GAN!!! Dah Ada di daftar teknik.
Submodality
Di postingan saya sebelumnya, saya ngasih FR saya sendiri dari pengalaman saya menggunakan NLP.
Luar biasanya NLP dapat digunakan secara elegan gan. Misal terapi cepat hanya dengan ngobrol2 aja.
FR yang saya posting itu menggunakan Submodality Utilizing, atau memanfaatkan submodality untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan. kalo di FR saya, yang saya inginkan adalah si Penjaga Warung Makan
itu lupa sama masalahnya.
Apa itu submodality? Submodality tuh gini gan, kita semua tahu manusia memiliki 5 indera, yaitu
penglihatan (mata), pendengaran (telinga), peraba/perasa (kulit), pengecap (lidah) dan penciuman
(hidung).
Dan semua indera itu berhubungan dengan otak melalui saraf. Dari indera, lalu ditangkap oleh saraf
sensorik dan diteruskan ke otak. Sampai di otak, oleh otak kita hasil tangkapan itu diterjemahkan atau
direpresentasikan dalam bentuk gambar, bau-bauan, suara, rasa di kulit dan rasa di lidah.
Nah yang disebut sebagai submodality adalah parameter yang membentuk representasi dari otak
tersebut. Misal : Visual, representasinya gambar, submodalitynya : berwarna atau hitam putih, terang
atau gelap, warna dominan, 2 dimensi atau 3 dimensi, dll. Auditory, representasinya suara,
submodalitynya : volume suaranya keras atau lembut, temponya cepat atau lambat, dll.
Lengkapnya gan :
Spoiler for Submodality:
Makna personal inilah yang bisa kita bingkai sehingga bermakna lain.
Reframing Content
Membingkai kembali konten dari sebuah pengalaman. Contoh : "Saya gagal terus dalam bisnis saya",
reframing content : "Kamu tidak gagal, tapi kamu dalam proses menuju kesuksesan". Contoh lain :
"Semua lelaki brengsek, saya benci semua lelaki", reframing content "semua? apakah ayahmu juga?
sahabatmu laki2? kakakmu laki2? kakekmu? Barack Obama juga? tom Cruise juga?......" (kalo perlu
sebutin semua lelaki di dunia gan... hehehehe)
Reframing Context
Membingkai kembali sebuah pengalaman dengan mengubah konteksnya. Contoh : "Anak itu setiap
hari lari2 terus" reframing context : "Wah bagus dong, artinya kalo ikut lomba lari pasti kemungkinan
besar bakalan menang". Contoh lain : "Sudah 3 kali bisnis saya gagal" reframing context "itu artinya di
bisnis ke 4 kamu sudah berpengalaman dalam berbisnis".
Challenge!!!
Latihan sambil belajar reframing! Siapapun boleh request buat direframingin pengalamannya. Dan
siapapun juga boleh menjawab requestnya.
Ini rahasia gan. Bener-bener rahasia. Dengan membaca dan mempraktekkan ini agan bisa tahu
seseorang bohong apa nggak. Hehehe...
Bercanda gan. Kalo rahasia ga akan saya share disini. Namanya ilmu akan mubazir kalo cuma disimpen
aja. Jadi deri pada mubazir saya share aja deh.
Ok, yang share berikut ini adalah sebuah rahasia gerak mata yang emang sudah terpola dalam otak yang
disebut dengan Eye Accessing Cues (EAC). EAC jauh lebih ampuh dibandingkan dengan alat lie detector.
Karena selain berfungsi untuk mengetahui apakah seseorang berbohong atau tidak, EAC dapat menjadi
pedoman untuk mengetahui sistem representasi seseorang. Kita liat gambar mbak Pevita yang lagi
tersenyum menghadap agan berikut ini.
Spoiler for Pevita Pearce for Eye Accessing Cues:
Keterangan :
Vc (Visual Construct) : Pevita lagi membuat gambaran tertentu alias membayangkan.
Vr (Visual Remembering) : Pevita mengingat gambar tertentu
Ac (Audio Construct) : Pevita membuat suara tertentu di pikirannya.
Ar (Audio Remembering) : Pevita mengigat suara tertentu
K (kinestetik) : Pevita merasakan sesuatu di kulitnya. Ini juga termasuk di lidahnya dan bisa juga
muncul bau.
AD (Audio Dialog) : Pevita berbicara dengan dirinya sendiri alias Self Talk
Anchor adalah jangkar/shortcut yang kita set untuk mengakses kondisi internal tertentu. Misalkan kita
set pada kondisi semangat puncak. Begitu kita akses anchornya kita bisa langsung ke kondisi semangat
puncak. Contohnya ketika kita mendengarkan sebuah lagu tertentu kita jadi ingat sebuah pengalaman
tertentu.
Quote:
Ilustrasinya gan :
Catatan:
Swish Pattern
Ini teknik ampuh dari NLP. Salah satu manfaatnya adalah untuk menghilangkan kebiasaan buruk.
Kita langsung praktek ya. Mempelajari Teknik ini maka kita perlu mengenal teknik Associate-
Disassociate.
Ketika agan hanya melihat foto itu, saat itu agan melakukan Disassociate.
Dan ketika agan membayangkan diri agan menjadi salah satu orang dalam foto itu, saat itu agan
melakukan associate. Gampang kan?
Gampang kan?
1. Pilih suatu perilaku baru yang agan ingin lakukan di suatu *konteks tertentu*, dan idetifikasikan
dimana dan kapan perilaku baru ini akan tepat dilakukan dengan cara itu. Cek ekologi.
2. Bayangkan melihat diri agan sedang melakukan perilaku itu. Perhatikan “video” diri agan dan
kemudian *rewind* lagi ke awal.
Perhatikan video itu dan buatlah *improvement* dalam perilaku itu. Improvement itu bisa berupa
gambar suara maupun perasaan. Misal perubahan postur, suara, intonasi, isi kata-kata, untuk
meningkatkan kinerja tersebut lebih baik. Perhatikan perbedaan respon diri agan saat tiap kali membuat
perubahan.
*Rewind* video itu lagi, lakukan lagi proses improvement itu sebanyak agan inginkan untuk
memproduksi perilaku paling ekselen yang agan inginkan.
3. Melangkah masuk ke dalam video itu dan lakukan perilaku itu dengan tubuh agan sendiri. Melihat dari
mata agan sendiri, mendengar dari telinga agan sendiri, dan sadari sepenuhnya seperti apa rasanya
melakukan hal itu secara berbeda.
Di akhir proses ini, rewind lagi dari awal dan lakukan lagi penyesuaian pada postur, suara, intonasi, isi
kata-kata, untuk meningkatkan kinerja tersebut lebih baik.
Ulangi sampai agan merasakan yakin bahwa ini adalah kinerja yang paling puncak yang agan inginkan.
4. *Future Pace* dengan cara mengimajinasikan situasi dan konteks dimana agan ingin mengalami
perilaku ini secara otomatis.
Sadari signal apa yang akan membuat agan tahu kapan dan di mana agan akan melakukan perilaku ini
(gambaran, suara, perasaan). Ingat-ingat signal ini.
Orang kadang berpikir bahwa fobia adalah sebuah kelemahan. Menurut ane, fobia justru adalah
sebuah kelebihan. Seseorang yang memiliki fobia adalah seseorang yang memiliki kepekaan
tinggi terhadap sesuatu. Kepekaan itu biasanya diikuti dengan respon yang berlebihan. Kadang
kita merasa lucu melihat orang lain yang ketakutan hanya karena bulu ayam, kapas, perban,
cicak, dll.
Begitu juga dengan teknik satu ini. Menggunakan perpektif orang lain untuk mengatasi dan
menyembuhkan fobia.
Hmm... Kabar2nya gara2 teknik inilah Anthony Robbins menjadi seorang motivator kelas dunia
sekaligus miliarder. Mungkin banyak orang yang menganggap fobia sulit disembuhkan,
kalaupun bisa akan memakan waktu yang lama. Ane dulu mikirnya juga gitu gan.
Psikologi mencari cara menyembuhkan fobia dengan meneliti para penderitanya. Meneliti jenis2
fobia. Sampai bikin klasifikasi fobia. Hehehe.....
Apa yang dilakukan Richard Bandler dan John Grinder? Mereka justru mengumpulkan orang2
yang telah sembuh dari fobia dan dimodel cara mereka menyembuhkan diri. Amazing!
Itulah mengapa teknik ini sangat efektif memulihkan kondisi dari kondisi fobia hanya dalam
hitungan menit.
Ini adalah versi advancednya "Circle of Excellent"(CoE). Soalnya di pelatihan NLP diajarin di kelas Master.
hehehehe....
Secara konsep tekniknya sama dengan CoE, bedanya fungsinya DTI adalah untuk melakukan modelling.
Apa itu modelling? Modelling disini bukan modelling kayak di catwalk. namun proses melakukan
duplikasi terhadap keunggulan orang lain atau diri kita sendiri lalu diterpakan pada diri kita sendiri.
(banyak praktisi NLP yang bilang kayak kemampuannya peter di serial "Heroes") katanya jika DTI
dilakukan selama 21 hari full, maka segala perilaku termasuk kemampuan kita bakalan sama persis
dengan orang yang kita model.
Karena agan don14 udah praktek meta model dengan begitu luar biasanya, mendorong saya
untuk posting meta model terakhir, yaitu Distortion.
Distortion
Sering kali tanpa sadar kita melakukan distorsi/pengaburan terhadap apa yang kita ucapkan. APa
saja yang termasuk distortion? Ini dia :
a. Nominalization (NM)
Sesuai dengan namanya, nominalisasi adalah kecenderungan kita untuk membuat sebuah proses
menjadi seolah-olah kata benda (nomina).
Contoh :
Ane ambil satu kalimat dari agan bale
“menurut pengalaman, NLP tidak bisa merubah permanent sifatnya hanya sementara.”
Kata pengalaman merupakan sebuah bentuk nominalization, begitu juga kata NLP. Pengalaman
sebenarnya adalah sebuah proses. Ada kegiatan melihat, merasakan dan mendengarkan serta
tindakan2 tertentu dalam satu pengalaman saja. Begitu juga dengan NLP, NLP terdiri dari
banyak teknik, presupposition dan pilar-pilar. Yang tentunya bila kata NLP disebutkan
keseluruhan dari teknik-teknik, tools, presupposition dan pilar-pilar itu terngkum di dalamnya.
Untuk itu perlu kita gali lebih dalam tentang kata tersebut.
“menurut pengalaman, NLP tidak bisa merubah permanent sifatnya hanya sementara.”
Apa persisnya yang kamu maksud dengan pengalaman itu?
Pengalaman yang mana?
Apa persisnya yang kamu maksud dengan NLP itu? (Ingat “The Map Is not Territory”
atau persepsi seseorang terhadap NLP bisa berbeda dengan yang lain)
NLP yang mana? Teknik yang mana? Tools yang mana?
“Saya belajar matematika”
Bagaimana tepatnya kamu belajar matematika? Dengan membaca? Mengerjakan soal?
Mendengarkan guru matematika menjelaskan atau bagaimana?
Contoh :
“Kamu tidak menelponku hari ini, kamu tidak peduli denganku”
Strukturnya :
Code:
Tidak menelpon = tidak peduli
Contoh :
“kamu pikir aku seorang penjahat?”
“Dia pasti akan marah sama aku”
Dari kalimat diatas terdapat pelanggaran meta model. Si pengucap kalimat itu seakan-akan bisa
membaca pikiran atau perasaan orang lain.
d. Cause-Effect (CE)
adalah keadaan ketika kita menciptakan hubungan sebab akibat yang tidak logis antara suatu
kejadian dengan kondisi di dalam diri kita. Atau sebuah kalimat yang menunjukkan sebab-akibat
namun tidak jelas prosesnya.
Contoh :
“Dia membuatku marah”[list][*]Bagaimana persisnya aku bisa membuatmu marah? Apa yang
aku lakukan sehingga bisa membuatmu marah?
e. Presuppositions (Pp)
Masih ingat presuposisi NLP? Nah, tanpa disadari, kita pun seringkali menyimpan dan
menggunakan presuposisi dalam berkomunikasi. Presuposisi, karena sifatnya yang tersirat, tidak
pernah tampak secara eksplisit dalam kalimat yang kita ucapkan. Bahkan, kita baru bisa
menyadarinya hanya ketika kita mengambil jarak dengan kalimat-kalimat yang kita lontarkan.
Contoh :
“Kalau bekerja yang rapi donk”
Secara tersirat kalimat ini pengucap mengasumsikan pekerjaan si penerima kalimat tidak rapi.
Bagaimana persisnya kamu bisa berpikir pekerjaanku tidak rapi? Bagaimana tepatnya
pekerjaan yang rapi menurutmu?
-------------------------------------------------------------------------------
Pesan TS : Meta Model seperti pisau tajam, gunakan dengan bijak
Nih tekniknya :
Berdiri dan bayangkan sebuah lingkaran berdiameter kira-kira setengah meter di depan anda.
Lingkarannya bisa kayak lingkaran yang ada di awal film serial Mr. Bean.
Bayangkan orang yang agan model berada dalam lingkaran tersebut.
Sekarang perlahan masuk ke dalam lingkaran tsb. Masuki diri model berada dalam lingkaran itu.
Lihat, dengar, rasakan dan alami. Fokus pada pengalaman mental agan. Buat senyata-nyatanya,
seakan-akan agan benar-benar sedang mengalami saat itu juga (present moment). Bayangkan sedetil
mungkin. Dengarkan sejelas mungkin. Rasakan sekuat mungkin.
Setelah selesai keluar dari lingkaran itu dan kembalikan kesadaran agan.
Sering kali kita dihadapkan pada 2 pilihan atau lebih. Dan kita kadang bingung memilih yang
mana. Dalam NLP ada sebuah teknik untuk mendapatkan jawaban dalam pilihan tersebut.
Jawaban ini tidak selalu berupa salah satu pilihan, bisa juga cara mengatur pilihan2 itu, bisa juga
muncul pilihan lain yang lebih baik.
caranya?
Jawaban tidak selalu langsung muncul. Saya kadang2 melakukannya dan jawaban muncul besok
harinya. hehehe....
Ilustrasi :
Spoiler for awas ngakak:
Meta Model : Deletion
Dalam setiap kalimat, selalu ada pelanggaran meta model. Pelanggaran yang dimaksud disini
adalah hilangnya (deletion), dikaburkan(distortion) dan penyamarataan (generalization)
informasi.
Deletion
1. Simple Deletions (SD)
Sebuah kalimat yang kehilangan informasi tentang seseorang, benda/suatu hal, dll.
Contoh :
“Saya takut“
“Saya bingung”
“Mobil itu dibakar”
“Dia baru saja kehilangan”
Kalimat diatas sering kita ucapkan. Dan kehilangan informasi mengenai seseorang, suatu hal
untuk menggali informasi lebih lanjut maka perlu mengajukan pertanyaan2 seperti berikut ini :
“Saya takut“
Takut pada apa/siapa?
“Saya bingung”
Bingung tentang apa?
Bagian mana yang kamu bingung?
“Mobil itu dibakar”
Dibakar oleh siapa?
“Dia baru saja kehilangan”
Kehilangan apa?
Contoh :
“ini lebih mantab, gan”
“Wah agan ini emang lebih jago”
“menarik bgt! tapi masih sepi gini”
Hehehe… Ini mah sering dipake sama agan2 kaskuser. Karena ga jelas pembandingnya kita
perlu mengajukan pertanyaan gan.
Mungkin kalimat diatas biasa saja bagi agan. Namun sesungguhnya subyeknya tidak
teridentifikasi secara jelas.
Kalimat diatas memang terlihat sedernaha. Namun tidak jelas pernyataan itu bersumber dari
mana.
Ada beberapa kata kerja yang tidak spesifik di kalimat atas. Mari kita gali lebih dalam.
Saya yakin bila saya bertanya : “Jelaskan semua tentang handphone agan”
Maka agan tidak akan menceritakan semuanya.
Saya juga tidak percaya terhadap blog-blog atau website pribadi yang berjudul “All About Si XYZ”, “All
About Si Alay” dan All about lainnya akan menceritakan semuanya.
Lalu begitu dibuka akan muncul Biodata yang tersusun rapi seperti tab info di Facebook. Dari nama
lengkap sampai hobi. Dari tinggi badan sampai ukuran celana dalem. Dari Nomer KTP sampai Nomer
Rekening.
Namun saya saya tetap yakin dia bohong atas judul blognya, yang kalau diterjemahkan berarti “Semua
tentang si Alay” yang tentunya kita berharap blog itu berisi semua tentang si Alay. Kenapa saya tidak
yakin? Karena saya yakin, di blog itu tidak tercantum nomer pin ATM dan password email atau FBnya. :.
Ada dua struktur dari sebuah pengalaman, yaitu Surface Structure (Struktur permukaan) dan Deep
Structure (Strukutur Dalam).
Untuk memahami dengan mudah tentang kedua struktur ini, silakan perhatikan kalimat berikut :
“aku membeli baju”
Membaca kalimat tersebut agan tentu sudah bisa membayangkan pengalamannya. Namun belum
akurat. Dan saya yakin gambaran dalam pikiran agan akan berbeda-beda terhadap pengalaman itu. Dan
kalimat itu merupakan Surface Structure/Struktur dalam dari sebuh pengalaman.
Lalu apa hubungannya dengan Meta Model. Meta Model adalah tools NLP yang sangat powerful
untuk menggali informasi tentang sebuah pengalaman, menggali deep structure dari surface
structure.
Meta Model dikembangkan pertama kali berdasarkan pada Transformational Grammar (TG) yang
dikembangkan oleh Noam Chomsky. Meskipun demikian, Meta Model sama sekali tidak menginduk
pada teori linguistik yang sekarang tidak lagi populer ini, melainkan hanya menggunakan beberapa
istilahnya saja.
komunikasi yang kita keluarkan melalui kata-kata hakikatnya hanyalah sebuah surface structure alias
permukaannya saja dari deep structure alias maksud asli yang kita sampaikan.
Manfaat Meta-Model :
Mengetahui strukur dalam dari sebuah pengalaman
Untuk reframing
Menangkal Judgement negatif
Mengumpulkan informasi untuk modeling
Untuk debat.
Beberapa waktu lalu saya berbicang-bincang dengan seorang master praktisi Reiki di sebuah
angkringan. Kami ngobrol dengan ditemani kopi panas dan teh hangat. Selain sebagai seorang
master praktisi Reiki beliauadalah seorang penulis skenario film ternama di Yogyakarta. Dan
sebenarnya pertemuan kami adalah membicarakan mengenai skenario film NLP yang sedang
kami kerjakan bersama-sama.
Dari skenario, obrolan berlanjut ke content film tersebut yaitu NLP. Eh..... ternyata kami berdua
sepakat bahwa manusia memiliki tubuh, jiwa dan pikiran yang saling mendukung dan tidak
mungkin dipisahkan kecuali manusia itu sudah mati. Dan setiap penyakit yang kita derita
sesungguhnya adalah simptom tubuh yang mengganggu. Misal : rasa ngilu di gigi, rasa pening di
kepala, migrain, dll.
Terkadang kita mengambil jalan pintas untuk minum obat untuk mengatasi rasa itu. Padahal
sesungguhnya kita hanya mematikan alaram kebakaran tanpa mengetahui mengapa alaram itu
berbunyi dan tanpa memadamkan kebakarannya. Lho kok bisa begitu? Ya, misalkan kita sedang
sakit gigi, lalu kita minum obat untuk mengatasi rasa ngilu di gigi itu. Setelah itu kita
melanjutkan aktifitas kita kembali. Ketika rasa ngilu itu datang kembali, kita minum obat lagi.
Dan hal itu terus berulang-ulang terjadi tanpa kita pernah tahu apa penyebab terjadinya rasa ngilu
itu. Perlu kita ketahui bahwa ada perbedaan antara "rasa ngilu di gigi" dan "sakit gigi". Bedanya
apa? Rasa ngilu di gigi adalah rasa yang disebabkan oleh sakit gigi. Jadi ketika kita minum obat
sakit gigi, kita hanya mengatasi rasa ngilu di gigi bukan sakit giginya.
Lalu gimana caranya kita mengetahui penyebab sebuah rasa dalam tubuh?
6 Step Reframing
Lho mengatasi kesehatan kok pake reframing? Beda dikit gan. Ini bukan reframing seperti yang
kita obrolkan di NLP COnference yang pertama. Bedanya, persoalan kesehatan seperti ini tidak
bisa diatasi dengan reframing dalam keadaan sadar atau consciousness. Entah menggunakan
reframing content maupun reframing context. Yang perlu disadari adalah rasa yang mengganggu
ini dapat direframe dengan berpikir "Saya tidak sedang sakit kepala, Tapi ada sesuatu yang ingin
diinformasikan tubuh saya kepada saya" (reframing content mode ON. )
Benar sekali ketika kita mendapatkan rasa yang mengganggu sesungguhnya itu adalah sinyal
yang dikirimkan oleh tubuh kepada kita bahwa ada yang tidak beres dalam tubuh kita. Apakah
itu? Di sinilah 6 step reframing berperan.
Sesungguhnya baik reframing content, reframing context maupun 6 step reframing berpondasi
pada Presuposisi NLP yaitu "Every behavior has a positive intention" atau "Setiap perilaku
didorong oleh suatu niatan yang berguna".
6 Step Reframing sendiri kita diminta untuk berkomunikasi dengan bagian diri kita yang
bertanggungjawab dengan rasa tersebut.
Lho emang ada? Agak aneh memang. Ane kasih contoh deh, ketika kita bangun tidur, biasanya
muncul pikiran seperti ini, "udah, ga usah bangun. enakan tidur", "Tidur terus aja, kan bisa
nglanjutin mimpi" dan juga muncul pikiran seperti ini "Harus bangun, udah mau telat", "Harus
bangun sekarang. Masa bolos kuliah lagi?". Hehehe.... ane yakin agan pernah mengalaminya.
Dari contoh tersebut menunjukkan kita memiliki parts atau bagian2 dalam diri kita. Part-part itu
sering kali bertolak belakang, seringkali saling mendukung dan itu semua bertujuan untuk
melindungi kita.
================================================== ========
Langkah-langkah 6 Step Reframing (contoh : rasa pening di kepala) :
1. Identifikasi persoalan.
Identifikasikan tindakan/perilaku yang ingin diubah. Misal : "Saya ingin tetap mengetahui jika
saya sakit kepala tanpa harus mengalami rasa pening yang luar biasa"
2. Jalin komunikasi dengan bagian/part yang bertanggungjawab atas tindaka itu.
Lakukan pernafasan dengan lembut dan pelan. Lalu masuklah dalam diri (fokus pada dalam diri)
dan tanyakan pada bagian yang menciptakan tindakan itu. Lakukan visualisasi seakan akan agan
sedang berbicara dengan bagian yang terasa pening. "Bersediakah kamu berkomunikasi
denganku?" Perhatikan setiap gambaran, suara dalam pikiran dan self talk. Bila belum
mendapatkan jawaban, mintalah bagian itu untuk menjawab "Tolong gerakkan jari telunjuk
kananku jika jawabanmu adalah Ya".
3. Pisahkan maksud positif dan masalahnya.
Tanyakan pada part tersebut "Apakah maksud positif dari rasa ini?". Katakan terima kasih atas
setiap jawaban.
4. Mintalah kepada part kreatif untuk mencarikan alternatif lain untuk menggantikan
tindakan itu.
Katakan pada diri, "Kreatif, bersediakah kamu berkomunikasi denganku?", dan mintalah 3
pilihan tindakan untuk menggantikan rasa pening sebagai sinyal ketika sakit kepala "Tolong beri
3 pilihan tindakan untuk menggantikan rasa itu.". Katakan terima kasih kepada part kreatif.
Mungkin agan akan mendapatkan jawaban, jari kelingkin kiri bergerak-gerak, pipi berkedut, dll.
5. Tawarkan 3 pilihan itu kepada part yang menciptakan tindakan/simptom itu.
Tawarkan 3 pilihan itu pada part yang bertanggungjawab atas rasa/tindakan pening di kepala.
Mintalah part itu untuk memberikan sinyal atas pilihan yang diterima. Jika tidak ada ulangi
langkah 4.
6. Cek Ekologis
Temukan jika ada bagian dari diri agan yang melakukan penolakan atas pilihan itu. Jika ada,
masuklah ke dalam kembali dan tanyakan. Lakukan kembali langkah 2.
6 Step Reframing sangat baik untuk membantu mengatasi masalah kesehatan, seperti gejala
menstruasi atau PMS, rasa pusing dan mual ketika dalam kendaraan (darat, laut dan udara), dll.
Saat ini saya sedang melatih menggunakan 6 step reframing untuk kemakmuran, dan tentunya
segera saya share.
Quote:
Perhatian : Dengan 6 step reframing emang kita dapat mengetahui penyebab dan mengatasi
rasa yang mengganggu. Dan tentunya akar permasalahan harus tetap diselesaikan. Jika agan
telah berhasil menggunakan 6 step reframing untuk mengatasi rasa ngilu di gigi, tetaplah
periksa gigi agan ke dokter gigi agar akar permasalahannya dapat segera diselesaikan.
Keuntungan ketika kita menggunakan 6 step reframing, kita bisa bilang ke dokter gigi, "dok, di
gigi saya yang atas, kanan, paling pojok ada lubang. Dan di lubang itu ada sisa makanan dari
sate ayam yang kemarin saya makan. Tolong diatasi ya dok". Bisa agan bayangkan reaksi
dokter gigi agan mendengar ucapan itu?
Rapport
Menanggapi banyak request tentang rapport oke deh mari kita bahas si rapport ini.
Rapport berarti kedekatan, keakraban atau kesesuaian dalam sebuah hubungan atau komunikasi.
Ada banyak cara melakukan rapport. Dan rapport sendiri juga menuntut flesibilitas. Dalam NLP,
ada 3 teknik rapport :
1. Matching
Matching adalah menyamakan fisiologi diri kita dengan si teman bicara kita. Bila teman
kita mengangkat tangan kanan, kita juga mengangkat tangan kanan. Bila dia mengusap
pipi kiri dengan tangan kiri, kita juga sama. Yang perlu diperhatikan adalah jangan sama
persis dan jangan buru2 meniru. Beri waktu 2-5 detik setelah dia bergerak, baru kita
sesuaikan.
2. Mirroring
Mirip dengan teknik matching, bedanya adalah kita meniru seperti kita bercermin. Jika
kawan bicara mengangkat tangan kanan, kita angkat tangan kiri. Dia memegang rambut
dengan tangan kiri, kita pegang rambut dengan tangan kanan. Ingat, jangan sama persis
dan jangan buru2 meniru.
3. pacing-leading
Pacing jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah menyamakan atau
mengikuti . Leading berarti kita memimpin kawan bicara untuk mengikuti kita. Ada
pattern/polanya :
pacing-pacing-pacing-leading (matching/mirroring 3 kali, lalu kita buat sebuah gerakan
tunggu sampai dia mengikuti)
pacing-pacing-leading-leading (matching/mirroring 2 kali, lalu kita buat 2 gerakan
tunggu sampai dia mengikuti)
pacing-leading-leading-leading (matching/mirroring 1 kali, lalu kita buat 3 gerakan
tunggu sampai dia mengikuti)
leading-leading-leading-leading (kita yang buat gerakan dia yang mengikuti)
Matching, Mirroring maupun pacing-leading tidak terbatasa hanya pada gerak/postur tubuh,
meliputi pula, tarikan nafas, intonasi suara, volume suara, tinggi rendahnya suara.
WFO, dalam teknik ini kita harus jelas sejalas jelasnya mengenai waktu, tempat dan
visualisasinya.
Sebagi contoh yg dilakukan Torpedo_Joe, kita bahas saja karena ini contoh real yang sudah
dilakukan dan terbukti.
Waktunya harus jelas kapan.. dalam melakukan WFO waktu hal yang diinginkan harus jelas
dan pasti.
Namun demikian kita harus bisa membedakan tujuan2 jangka pendek dan jangka panjang.
Tujuan jangka pendek misalkan besok kita akan mengerjakan test pukul 7:15 tanggal 21
November 2010 dengan mendapat nilai 100.
Tujuan jangka panjang misalkan pada tanggal 21 November 2011 saya akan mempunyai
bisnis travel pesawat terbang di Jakarta.
Jangan melakukan WFO tanpa melakukan perhitungan waktu yg tepat.
Teknik Materialisasi, sebenarnya hampir mirip denagan WFO hanya saja dari gambaran yg
diinginkan kita sisipkan 'energi' menyelubungi impian tsb.
Energi yg kita keluarkan, kita rubah ke warna kuning keemasan. Rasakan impian tsb begitu
nyata, warnanya, suaranya,rasanya.
Setelah merasakan gambaran tsb beberapa saat, tembakkan ke angkasa dan lupakan.
Ini adalah 'perahu' saya, tentunya anda bisa memakai sepeda, bis, mobil atau pun pesawat.
Terserah mana yang lebih nyaman menurut anda.
Bedanya, pada teknik meterialisasi tidak terpatok oleh waktu, biarlah Tuhan yang
menjawabnya nanti dengan cara2 yang tidak terduga. Prosesnya tidak perlu kita pikirkan.
Biarkanlah mengalir saja.
Saintis Arthur C. Clarke pernah mengatakan,"Teknologi modern sering tampak seperti sihir".
Ungkapan itu, sesungguhnya sangat tepat dipakai untuk menggambarkan "perubahan
supercepat'(quantum change), yg dicapai dlm penerapan NLP. Bila sebelumnya seorang
terapis memerlukan waktu yg cukup lama dalam menghilangkan fobia, dg NLP orang bisa
melepaskan diri hanya dlm hitungan menit. Penderitaan dan beban kehidupan yg sudah
menghinggapi mereka bertahun-tahun bisa dihilangkan dg cepat bahkan sering kali tanpa
bantuan terapis sama sekali.
Menarik sekali. memang benar kalau WFO harus spesifik.
WFO berbeda dengan GOAL. Goal mengacu pada target. Sedangkan WFO disusun,
direncanakan dan direalisasikan.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun Well-Formed Outcomes (WFO) atau
Hasil yang disusun dan direncanakan.
Dinyatakan secara positif.
Menyatakan outcome secara positif akan lebih bermanfaat. Hindari menggunakan kata
jangan, tidak, tak, dll, karena pikiran bawah sadar tidak memproses kata negasi. Misal
agan mengatakan "saya tidak ingin mendapatkan nasib sial hari ini" (kalimat negatif),
maka pertanyaannya adalah jika agan tidak ingin mendapatkan nasib sial maka apa yang
agan inginkan? "Saya ingin mendapatkan keberuntungan besar hari ini" (kalimat positif)
Spesifik
Outcome harus spesifik, kapan direalisasikan? dimana? bersama siapa? berapa
jumlahnya? harganya berapa? bagaimana didapatkan?
Dapat dibuktikan secara berbasis Inderawi
Definisikan outcome dalam minimal 3 representasi (Visual, Audio, Kinestetik) se-
spesifik mungkin. Sehingga akan langsung mengarahkan pikiran kepada outcome
tersebut. Misal agan ingin mobil mewah, maka buktinya adalah STNK dan BPKB serta
mobilnya maka agan bayangkan, dengar dan rasakan bukti2 tersebut. Misal agan bisa
membayangkan naik mobil tersebut sambil memegang STNK dan BPKB atas nama agan;
mendengarkan suara mesinnya; dan merasakan empuknya jok mobil dan merasakan
memegang setir mobilnya.
Berada dalam kontrol pemilik outcome
Dari pada menyebutkan "Saya ingin istri/pacar saya lebih mencintai saya" akan jauh lebih
baik bila disebutkan "Saya memiliki waktu luang yang banyak bersama istri/pacar saya
untuk membagikan kasih sayang". Karena kitalah yang memiliki outcome maka kontrol,
perilaku, dan perasaan kita yang bertanggungjawab dalam memulai dan menjaga
kelangsungan outcome tersebut.
Ekologis dengan kondisi Internal dan Eksternal
Secara Internal : Seluruh bagian dari diri kita (part) mendukung terciptanya outcome
tersebut. Contoh, outcomenya adalah berhenti merokok, bila ada bagian dari diri kita
takut bila outcome tsb tercapai akan kehilangan teman, tidak bisa rileks, dll maka
outcome tersebut belum ekologis secara internal.
Secara Eksternal : Outcome tersebut harus menjaga ekosistem dari pemilik outcome.
Bagaimana efek dari outcome tersebut terhadap keluarga, teman, kerabat, pekerjaan,
lingkungan, dll.
Saya penasaran bagaimana jika WFO diterapkan dengan teknik materialisasi? Powerful tentunya.
Hehehehe.
Sensory Acuity
Quote:
Originally Posted by Raikkonen-Fei
wow, keren banget nih. ane ijin gabung ke thread ini ya,terus sekalian nanya, kan sebagian
besar teknik di sini itu pake imajinasi, teknik untukmengasah kemampuan imajinasi gimana
ya?
Namanya Sensory Acuity gan. artinya ketajaman indera.
Bagaimana mengasah ketajaman indera? Saya kasih daftarnya :
1. Visual/Penglihatan
1. dimanapun agan berada, perhatikan dengan seksama sekitar agan. lalu tutup mata
agan sekarang selama 5 detik. buka mata kembali, perhatikan apa saja yang
berubah antara sebelum dan sesudah menutup mata. (film serial TV "psych" bisa
jadi referensi gan)
2. Perhatikan kebiasaan orang2 disekitar agan. Misal : Perbedaan orang ngetik dgn
orang main game PC, dimana letak jari2nya di keyboard? , Kalo temen lagi
sedih, marah, bohong, dll, perhatikan gerak tubuhnya, apa saja yang bergerak?
bagaimana alis matanya? Bola matanya ke arah mana? gerak bibirnya bagaimana?
dll (Serial TV "Lie to Me" bisa juga jadi referensi)
3. Menggunakan peripheral vision : Caranya adalah rilekskan pikiran agan, dan
lantas secara perlahan bayangkan/rasakan mata agan berpindah ke atas telinga
agan.
Caranya dengan menyentuh kepala agan menggunakan jari tangan, tepat di kepala
bagian atas telinga (bagian yang biasanya diimajinasikan ada tanduk, hehehe...).
Lihatlah dari atas seolah mata agan ada di sana, jika agan lakukan hal ini dengan
benar akan merasakan suatu pergeseran medan penglihatan. Melihat dengan
pheripheral viewing (PV) akan membuat agan merasakan suatu sensasi meluasnya
bidang pandangan agan. (Sumber : Free Ebook UBR by Ronny FR)
2. Auditory/Pendengaran
Individu :
1. Tutup mata agan, perhatikan suara2 dan bunyi yang agan dengar. Konsentrasikan
pada jenis suara saja. misal, suara orang berbicara, tebak apa yang dia
rasakan/pikirkan saat mengatakan hal itu? Siapa yang mengatakan? dll
2. Ambil mp3 sebuah lagu. perhatikan lagu itu. Tebak alat musik yang digunakan.
(bereksperimenlah menggunakan berbagai macam jenis musik dan lagu)
Berdua/kelompok :
3. Salah seorang mengambil piring dan 3 uang logam (100, 500 dan 1000) lalu orang
lainnya menutup mata dan menebak uang logam mana yang dijatuhkan ke piring.
Sebelum melakukan, lakukan test dulu untuk setiap uang logam.
4. Berlatih sandi morse, dengan teman agan menggunakan peluit.
3. Kinestetik/Peraba
individu : Tutup mata agan, rabalah dinding2 di sekitar agan. rasakan perbedaannya.
Kasar, halus, dingin, panas. Buatlah skalanya, misal nilai 1 untuk halus, nilai 100 untuk
kasar sekali.
Berdua :
1. Salah seorang membelakangi orang lainnya. Orang yang di belakang melakukan
gerakan di punggung orang yang lain tanpa menyentuh punggungnya. misal,
memijat, menggaruk-garuk, memukul-mukul, menulis dengan satu jari, dll. orang
yang di depan menebak dengan cara memperagakan yang dilakukan oleh orang di
belakangnya.
2. salah seorang menutup mata. lalu menebak benda yang diberikan oleh orang yang
lain lengkap dengan spesifikasinya. misal bola, besarnya, kasar/halusnya,
beratnya, warnanya ( ), dll
4. Olfactory/Penciuman
berdua : Salah seorang menutup mata. lalu seorang lain memberikan benda yang
kemudian ditebak oleh yang menutup mata tanpa menyentuhnya, hanya dengan cara
mencium baunya. Usahakan menggunkan benda yang memiliki bau khas. Misal, roti rasa
keju, rasa coklat, rasa nanas, dll.
5. Gustatory/Perasa/Pengecap
1. Belajarlah memasak.
2. Cari beberapa jenis makanan. lalu makanlah sambil menebak bumbunya dan cara
memasaknya.