You are on page 1of 56

PANDUAN PENGAJARAN MEMBACA

UNTUK SISWA BIPA


DISUSUN OLEH
DRA. LILIANA MULIASTUTI,M.PD.
DRA. EUIS SULASTRI, M.PD.

BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONAL
Pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) berbeda dengan
pengajaran bahasa Indonesia bagi siswa Indonesia. Berdasarkan kompetensinya, siswa
BIPA biasanya diklasifikasikan atas tiga tingkatan, yakni siswa tingkat dasar,
menengah, dan mahir. Siswa BIPA tingkat dasar adalah siswa asing yang belum
memiliki kemampuan berbahasa Indonesia atau baru memiliki sedikit kemampuan
dasar berbahasa Indonesia. Siswa tingkat menengah adalah siswa BIPA yang
sudah menguasai percakapan sehari-hari dalam bahasa Indonesia. Siswa tingkat
mahir adalah siswa BIPA yang sudah menguasai empat ketrampilan berbahasa:
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dengan baik. Setelah selesai tingkat
mahir, siswa BIPA diharapkan sudah dapat studi lanjut di Indonesia.

Sebagai sebuah sistem pengajaran, pengajaran BIPA memiliki masukan (input),


proses, dan keluaran (out put) yang berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia untuk
orang Indonesia. Pada unsur masukan, siswa BIPA berasal dari berbagai negara sehingga
memiliki berbagai B1, memiliki berbagai profesi, dan tujuan belajar berbeda. Oleh karena
itu, pengajar BIPA harus memerhatikan karakteristik siswa yang menjadi tanggung
jawabnya. Setiap siswa BIPA memiliki bahasa ibu atau bahasa pertama (B1) yang
dikuasainya. Struktur bahasa pertama tersebut tentu akan berpengaruh terhadap proses
belajar bahasa Indonesia. Dalam hal ini bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
asing atau B2 bagi mereka. Mengingat hal tersebut, maka tak heran jika siswa asing akan
banyak melakukan interferensi ketika belajar bahasa Indonesia. Interferensi adalah
masuknya unsur-unsur B1 ketika siswa asing belajar B2.

saujana.sg 1
Mengingat hal di atas, dalam proses belajar mengajar BIPA metode, teknik, dan
media yang digunakan pengajar harus dipertimbangkan dengan matang. Apa lagi, jika
pembelajaran dilakukan di negara asal siswa. Metode, teknik, dan media yang digunakan
harus dapat meminimalkan interferensi dan verbalisme. Pada pengajaran bahasa
Indonesia untuk orang Indonesia, metode, teknik, dan media pun menjadi perhatian
pengajar. Namun, dalam pengajaran BIPA, pengajar harus lebih selektif lagi mengingat
karakteristik yang beragam tadi. Di samping itu, materi budaya Indoneia sangat diperlukan
bagi para siswa BIPA untuk mencegah keterkejutan budaya. Materi ini biasanya tidak
diperlukan bagi siswa-siswa Indonesia.

Setelah selesai program tersebut, para siswa BIPA diharapkan memiliki empat
keterampilan berbahasa Indonesia dan kebudayaan Indonesia. Namun, keluaran yang
dihasilkan akan sangat tergantung pada proses yang telah terjadi. Keluaran dari program
BIPA yang diselenggarakan hanya untuk mengisi liburan musim panas atau dingin tentu
akan berbeda dengan program BIPA yang diselenggarakan untuk para siswa asing yang
akan studi di Indonesia. Dengan demikian, keluaran program BIPA akan sangat beragam,
tergantung pada tujuan siswa belajar BIPA.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengajaran membaca untuk


siswa BIPA akan berbeda dengan mengajar membaca untuk siswa Indonesia. Berdasarkan
tingkat kemampuan siswa, pengajaran membaca untuk siswa BIPA dapat diklasifikasikan
atas pengajaran membaca untuk siswa BIPA tingkat dasar, menengah, dan mahir.
Berdasarkan kebutuhannya, pengajaran membaca tersebut dapat diklasifikasikan atas
pengajaran membaca untuk tujuan sekadar dapat membaca berbagai informasi di
Indonesia, untuk studi, bekerja, riset, dan lain-lain.

Penyelenggara program BIPA bersama pengajar harus dapat mengakomodasi


keunikan pengajaran BIPA tersebut. Buku ini akan membahas prinsip-prinsip
pengajaran BIPA yang dikaitkan dengan pengajaran membaca, jenis-jenis materi
membaca beserta pengembangannya, metode, teknik, dan media yang dapat
digunakan pengajar dalam mengajar membaca.

saujana.sg 2
B. PRASYARAT

Sebagaimana telah dibicarakan di atas, belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa


asing pada kebanyakan orang asing dapat dikategorikan sebagai belajar bahasa kedua.
Jadi, pengajaran BIPA berbeda dengan pengajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa
pertama (B1). Pengajaran BIPA lebih kompleks dan rumit karena siswa asing yang akan
belajar dapat berasal dari berbagai negara.

Pengajar BIPA harus memiliki kompetensi berbahasa Indonesia dan kompetensi


sebagai pengajar bahasa Indonesia sebagai bahasa asing. Tanpa kompetensi tersebut,
pengajar akan banyak menemui kendala. Untuk itu, pengajar BIPA selayaknya harus
berlatar belakang pendidikan bahasa Indonesia. Karena, para siswa asing tersebut ingin
belajar bahasa Indonesia bukan hendak belajar terjemahan. Pengguna buku ini sangat
diharapkan telah menguasai bahasa Indonesia mengingat akan menjadi pengajar BIPA.
Tanpa kompetensi tersebut, materi yang telah ditulis akan sulit dipahami apa lagi
diterapkan.

C. PETUNJUK PENGGUNAAN BUKU

Buku ini merupakan buku ketiga dari lima buku yang dipersiapkan untuk para
pengajar BIPA. Buku I merupakan panduan pengajaran menyimak, buku II panduan
pengajaran berbicara, buku IV merupakan panduan pengajaran menulis, dan buku V
sebagai suplemen tata bahasa. Kelima paket buku tersebut sebaiknya dibaca berurutan
agar pemahaman pengajar menjadi komprehensif.

Buku III ini terdiri atas empat bab, bab pertama berisi rasional, prasyarat, cara
menggunakan buku, dan tujuan akhir dari buku ini. Bab kedua menguraikan tentang
prinsip-prinsip pengajaran BIPA dan jenis-jenis membaca. Pada bab ketiga, para pembaca
dapat mencermati contoh materi membaca untuk tingkat dasar dengan lima tema.
Selanjutnya, bagaimana metode, teknik, dan media yang dapat digunakan pengajar BIPA
dalam mengajar membaca dapat ditemui pada bab empat. Mengingat buku ini disusun
secara prosedural, pembaca diharapkan membaca secara bertahap dimulai dengan bab I,

saujana.sg 3
dan seterusnya. Dengan demikian, materi-materi yang disajikan dapat dipahami secara
komprehensif.

Untuk mengetahui referensi yang dapat dibaca oleh para pengajar BIPA sebagai
acuan penyusunan buku ini, pembaca dapat membaca daftar pustaka di akhir buku ini.

D. TUJUAN AKHIR

Setelah mempelajari buku ini, para pembaca diharapkan dapat mengajar membaca
untuk siswa BIPA baik tingkat dasar, menengah, maupun mahir. Di samping itu, secara
khusus, pengajar BIPA diharapkan dapat:

a) memahami prinsip-prinsip pengajaran membaca untuk siswa BIPA,

b) mengidentifikasi jenis-jenis membaca yang dibutuhkan untuk siswa BIPA tingkat dasar,
menengah, dan mahir,

c) mengembangkan materi membaca sesuai kebutuhan siswa BIPA tingkat dasar,


menengah, dan mahir dengan memperhatikan prinsip pengembangan materi, dan

d) menjelaskan metode, teknik, dan media pengajaran membaca sesuai materi yang
disiapkan guru.

saujana.sg 4
BAB II

PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MEMBACA DAN


JENIS-JENIS MEMBACA UNTUK SISWA BIPA

A. PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MEMBACA

Pengajaran BIPA memiliki karakteristik yang berbeda dengan pengajaran bahasa


Indonesia bagi penutur asli. Salah satu pembedanya adalah dari segi pembelajarnya.
Pembelajar BIPA adalah pembelajar yang telah memiliki bahasa pertama dan memiliki latar
belakang budaya yang berbeda.
Berdasarkan tujuannya, pelajar BIPA juga memiliki beragam tujuan. Ada pelajar
yang bertujuan hanya untuk berwisata, bekerja, studi di Indonesia, atau sebagai peneliti. Di
samping itu, usia pembelajar yang beragam harus menjadi perhatian dalam pembelajaran
BIPA. Pendekatan yang digunakan pengajar BIPA pada siswa asing berusia remaja tentu
berbeda dengan yang berusia setengah baya. Perbedaan pendekatan ini pun akan
berimbas pada metode, teknik, dan media yang digunakan.
Tempat kegiatan pembelajaran dilakukan juga sangat mempengaruhi keberhasilan
pengajaran. Jika pembelajaran dilakukan di Indonesia, maka siswa asing dapat langsung
mempraktikkan di luar kelas hal-hal yang telah dipelajarinya di dalam kelas. Pengajar juga
dapat menggunakan metode langsung dengan membawa siswa asing ke tempat-tempat
penting untuk pembelajaran (pasar, rumah sakit, apotek, dll). Hal ini tidak mungkin
dilakukan di negara asing tempat siswa.
Berdasarkan uraian di atas dapat disintesakan bahwa pengajaran BIPA merujuk
pada kegiatan pengajaran bahasa Indonesia bagi orang asing dari berbagai negara dan
memiliki latar belakang bahasa dan usia, profesi, kompetensi, dan tujuan belajar berbeda.
Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi pertimbangan para pengajar ketika
memilih materi. Dalam buku ini hanya akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan
pengajaran membaca. Sebagaimana pengajaran keterampilan lain, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam pengembangan materi membaca untuk siswa BIPA:
a) tujuan siswa BIPA belajar bahasa Indonesia,
b) gradasi kesulitan materi,
c) variasi materi,
d) konteks materi, dan

saujana.sg 5
e) integrasi materi (materi berbahasa, kebahasaan, dan budaya).

Prinsip pertama yang harus menjadi perhatian adalah tujuan siswa belajar BIPA.
Materi membaca untuk siswa yang belajar bahasa Indonesia dengan tujuan hanya
berwisata tentu akan berbeda dengan materi untuk siswa yang bertujuan untuk studi,
bekerja, atau menjadi peneliti di Indonesia. Siswa yang belajar BIPA dengan tujuan dapat
berkomunikasi ketika berwisata di Indonesia, tentunya tidak membutuhkan materi
membaca pemahaman puisi, cerpen, atau drama. Yang dibutuhkan mereka adalah
membaca petunjuk arah, membaca menu, membaca artikel tempat-tempat wisata, dan
wacana lain yang relevan. Hal tersebut tentu berbeda dengan siswa BIPA yang bertujuan
akan bekerja di Indonesia. Untuk mereka, pengajar harus mempersiapkan wacana yang
relevan dengan dunia bekerja. Misalnya, surat-surat resmi, pengumuman resmi, surat
perjanjian kerja, dan sebagainya.
Prinsip kedua, gradasi kesulitan materi. Tingkat kesulitan materi membaca untuk
siswa BIPA tingkat dasar akan berbeda dengan materi untuk tingkat menengah dan mahir.
Materi yang terlalu sulit atau terlalu mudah akan berimbas kepada motivasi siswa BIPA.
Dengan demikian, materi yang disusun harus memperhatikan gradasi kesulitan. Materi
harus disusun mulai dari mudah ke sulit dan konkret ke abstrak. Wacana yang dipersiapkan
untuk materi membaca siswa BIPA tingkat dasar harus menggunakan kalimat-kalimat
tunggal, diksi yang mudah dilafalkan dan dipahami, dan menghindari penggunaan imbuhan
kompleks. Untuk siswa BIPA tingkat menengah, wacana yang dipersiapkan pengajar sudah
dapat menggunakan kalimat kompleks, diksi yang bermakna abstrak, dan imbuhan
kompleks. Selanjutnya, pada siswa BIPA tingkat mahir, wacana yang digunakan pengajar
tentu sudah lebih sulit. Kalimat-kalimat majemuk, diksi bermakna konotasi, dan berbagai
imbuhan kompleks sudah dapat digunakan pada wacana tersebut (baca pula buku
suplemen tata bahasa).
Prinsip ketiga adalah variatif. Materi yang tidak bervariasi akan menimbulkan
kejenuhan. Variasi dilakukan baik pada pemilihan jenis keterampilan dan pilihan tema.
Contoh dalam pembelajaran membaca, pengajar tidak hanya melatih siswa membaca
wacana narasi, tetapi juga jenis wacana lain, deskripsi, persuasi, dan argumentasi. Jenis
wacana tersebut dapat pula diklasifikasikan atas bentuknya seperti: wacana dialog, menu,
tiket, wacana iklan, artikel, pengumuman, pidato, ceramah, brosur, petunjuk, diagram,
tabel, bagan, indeks, dan sebagainya. Yang harus diingat oleh pengajar adalah isi wacana

saujana.sg 6
harus sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Misalnya, pada tema jual beli, wacana
yang diberikan dapat berbentuk dialog antara pedagang dan pembeli. Pada tema profesi,
wacana yang diberikan dapat berbentuk narasi tentang kegiatan seorang dokter atau
profesi lain. Untuk menghindari kebosanan siswa dan mengakomodasi berbagai kebutuhan
siswa, tema dapat disiapkan bervariasi pula. Hal tersebut akan menjadi lebih jelas dengan
membaca prinsip berikut.
Prinsip keempat, konteks materi. Materi yang dikembangkan harus dikaitkan
dengan konteks agar bermakna. Oleh karena itu, dalam pengembangan materi harus ada
tema yang mengikat keseluruhan materi. Tema-tema pun harus disesuaikan dengan
kompetensi siswa. Tema harus mulai dari konkret ke abstrak. Pemberian konteks
memudahkan pengajar untuk mengintegrasikan berbagai materi. Berikut ini adalah
alternatif tema-tema yang dapat diberikan untuk tingkat dasar, menengah, dan mahir.
Perhatikan tingkat kekonkretan dan variasi tema tersebut.

Tingkat Dasar Tingkat Menengah Tingkat Mahir


Perkenalan Kesehatan Gaya Hidup
Keluarga Jenjang Pendidikan Kesenian Indonesia
Kegiatan Sehari- di Indonesia Sains dan Teknologi
hari Kegiatan Ekonomi Biografi
Kegemaran Imigrasi Perekonomian
Transportasi Kegiatan di kantor Politik
Profesi Bencana Alam Hukum

Variasi tema di atas, selain membantu siswa memahami materi juga dapat
membantu siswa asing memahami realitas kehidupan masyarakat Indonesia. Siswa asing
yang belajar di Indonesia tentunya akan melakukan kegiatan berkenalan, bertetangga,
aktivitas di lingkungannya, bepergian dengan alat transportasi di Indonesia, dan
sebagainya. Melalui tema-tema tersebut, siswa dapat memahami apa yang harus
diucapkannya jika berkenalan, jika bertamu ke tetangga, dan sebagainya. Oleh karena itu,
bagaimana budaya masyarakat Indonesia dalam pergaulan pun dapat dimasukkan dalam
materi-materi tersebut. Hal ini terkait dengan prinsip kelima.

saujana.sg 7
Prinsip terakhir yang wajib diperhatikan adalah integrasi materi. Belajar berbahasa
tidak sama dengan belajar tentang bahasa. Belajar berbahasa merujuk kepada belajar
empat keterampilan berbahasa: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam
belajar empat keterampilan tersebut, tentunya dibutuhkan pengetahuan tentang fonologi,
morfologi, sintaksis, dan semantik bahasa yang sedang dipelajari. Yang tidak kalah
pentingnya pula adalah budaya masyarakat pengguna bahasa tersebut, dalam hal ini
kebudayaan Indonesia. Dengan demikian, pengajar BIPA harus dapat mengintegrasikan
tiga hal tersebut dalam pengembangan materi. Ketidaktahuan siswa tentang budaya
Indonesia dapat menimbulkan salah paham. Ketidaktahuan siswa tentang tata bahasa
Indonesia akan menimbulkan pula kekacauan berbahasa. Dengan demikian, pengajaran
membaca harus diintegrasikan dengan tiga keterampilan berbahasa lain, materi
kebahasaan, dan budaya Indonesia.
Di samping itu, materi pengajaran yang baik menurut Breen and Candlin adalah
materi yang bermanfaat bagi pembelajar. Ciri-ciri materi yang baik mengandung hal-hal
berikut.
a) Sesuai tujuan (instruksional, kurikuler, dst.).
b) Ada tugas yang dikerjakan siswa .
c) Memperhatikan minat siswa.
d) Memperhatikan pengembangan kegiatan komunikasi.
e) Memperhatikan cara belajar dan konsep siswa tentang bahasa.
f) Mengandung keleluasaan menentukan pilihan.
g) Jelas apa yang telah dan akan dipelajari .
h) Memperhatikan cara penyajian.
i) Menggunakan sumber-sumber belajar lain di dalam kelas.
j) Menggambarkan situasi belajar-mengajar di dalam kelas.
k) Mengandung evaluasi terhadap prosedur dan isi pelajaran.
Agar Anda dapat mengembangkan materi ajar BIPA dengan tepat, berikut ini akan
diuraikan jenis-jenis membaca dan bagaimana mengembangkannya sesuai prinsip-prinsip
di atas akan diuraikan pada bab III.

saujana.sg 8
B. JENIS-JENIS MEMBACA

Ditinjau dari segi terdengar atau tidaknya suara pembaca waktu melakukan kegiatan
membaca, proses membaca menurut Tarigan dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Membaca Nyaring
Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang
dibacanya dengan ucapan dan intonasi yang tepat agar pendengar dan pembaca dapat
menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis, baik yang berupa pikiran, perasaan,
sikap, ataupun pengalaman penulis.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca nyaring adalah berbagai kemampuan,
diantaranya adalah :
a) menggunakan ucapan yang tepat,
b) menggunakan frase yang tepat,
c) menggunakan intonasi suara yang wajar,
d) dalam posisi sikap yang baik,
e) menguasai tanda-tanda baca,
f) membaca dengan terang dan jelas,
g) membaca dengan penuh perasaan, ekspresif,
h) membaca dengan tidak terbata-bata,
i) mengerti serta memahami bahan bacaan yang dibacanya,
j) kecepatan bergantung pada bahan bacaan yang dibacanya,
k) membaca dengan tanpa terus-menerus melihat bahan bacaan,
l) membaca dengan penuh kepercayaan pada diri sendiri.

2.Membaca Dalam Hati


Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan tanpa
menyuarakan isi bacaan yang dibacanya.
Ketrampilan yang dituntut dalam membaca dalam hati antara lain sebagai berikut:

a) membaca tanpa bersuara, tanpa bibir bergerak, tanpa ada desis apapun,
b) membaca tanpa ada gerakan-gerakan kepala,

saujana.sg 9
c) membaca lebih cepat dibandingkan dengan membaca nyaring,
d) tanpa menggunakan jari atau alat lain sebagai penunjuk,
e) mengerti dan memahami bahan bacaan,
f) dituntut kecepatan mata dalam membaca,
g) membaca dengan pemahaman yang baik,
h) dapat menyesuaikan kecepatan dengan tingkat kesukaran yang terdapat dalam
bacaan.

Secara garis besar, membaca dalam hati dapat dibedakan menjadi dua (1) membaca
ekstensif dan (2) membaca intensif. Berikut penjelasan secara rinci kedua jenis membaca
tersebut :

(1) Membaca Ekstensif


Membaca ekstensif adalah membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Membaca ekstensif meliputi :

(a) Membaca Survei (Survey Reading)


Membaca survei adalah kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap
bahan bacaan yang akan dibaca lebih mendalam. Kegiatan membaca survei merupakan
pendahuluan dalam membaca ekstensif.
Yang dilakukan seseorang ketika membaca survei adalah sebagai berikut:
a) memeriksa judul bacaan/buku, kata pengantar, daftar isi dan malihat
abstrak(jika ada),
b) memeriksa bagian terahkir dari isi (kesimpulan) jika ada,
c) memeriksa indeks dan apendiks(jika ada).

(b) Membaca Sekilas


Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan
mengandalakan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis
yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.

(c)Membaca Dangkal (Superficial Reading)

saujana.sg 10
Membaca dangkal pada hakekatnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang
dangkal yang bersifat luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Membaca
jenis ini biasanya dilakukan seseorang membaca demi kesenangan, membaca bacaan
ringan yang mendatangkan kesenangan, kegembiraan sebagai pengisi waktu senggang.

(2) Membaca Intensif


Membaca intensif atau intensive reading adalah membaca dengan penuh
penghayatan untuk menyerap apa yang seharusnya kita kuasai. Yang termasuk dalam
membaca intensif adalah :

(a) Membaca Telaah Isi :


a) Membaca Teliti
Membaca jenis ini sama pentingnya dengan membaca sekilas, maka sering kali
seseorang perlu membaca dengan teliti bahan-bahan yang disukai.

b) Membaca Pemahaman
Membaca pemahaman adalah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami
tentang standar-standar atau norma-norma kesastraan (literary standards), resensi kritis
(critical review), dan pola-pola fiksi (patterns of fiction).

c) Membaca Kritis
Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana,
mendalam, evaluatif, dengan tujuan untuk menemukan keseluruhan bahan bacaan, baik
makna baris-baris, makna antar baris, maupun makna balik baris.

d) Membaca Ide
Membaca ide adalah sejenis kegiatan membaca yang ingin mencari, memperoleh,
serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

e) Membaca Kreatif
Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang tidak hanya sekedar menangkap
makna tersurat, makna antar baris, tetapi juga mampu secara kreatif menerapkan hasil
membacanya untuk kehidupan sehari-hari.

saujana.sg 11
(b) Membaca Telaah Bahasa :
a) Membaca Bahasa (Foreign Language Reading)
Tujuan utama membaca bahasa adalah memperbesar daya kata (increasing word
power) dan mengembangkan kosakata (developing vocabulary).

b) Membaca Sastra (Literary Reading)


Dalam membaca sastra perhatian pembaca harus dipusatkan pada penggunaan
bahasa dalam karya sastra. Apabila seseorang dapat mengenal serta mengerti seluk beluk
bahasa dalam suatu karya sastra maka semakin mudah dia memahami isinya serta dapat
membedakan antara bahasa ilmiah dan bahasa sastra.
Semua jenis membaca di atas dapat diterapkan dalam pengajaran BIPA. Namun
demikian, pengajar harus menetapkan jenis membaca yang tepat sesuai kemampuan siswa
BIPA. Berikut ini contoh peta jenis membaca yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan
siswa BIPA.

BIPA DASAR BIPA MENENGAH BIPA MAHIR


Nyaring
Membaca

Membaca dalam Hati Membaca dalam Hati Membaca dalam Hati


Membaca

Membaca
Nyaring

Nyaring

Ekstensif Intensif Ekstensif Intensif Ekstensif Intensif

√ X membaca teliti √ survei membaca teliti √ survei membaca teliti


membaca membaca sekilas membaca
pemahaman pemahaman dangkal pemahaman
membaca bahasa membaca kritis membaca kritis
membaca sastra membaca bahasa membaca Ide
(sederhana) membaca sastra membaca kreatif
(sederhana) membaca bahasa
membaca sastra

Keterangan:
√ = diberikan/diajarkan
X = tidak diberikan/diajarkan

saujana.sg 12
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pengajaran jenis-jenis membaca pada siswa BIPA
harus memperhatikan kompetensi siswa. Siswa BIPA tingkat dasar belum dapat diberikan
pelatihan membaca ekstensif mengingat mereka memiliki keterbatasan kosakata. Untuk
pelajar BIPA tingkat menengah dan mahir, jenis membaca yang diberikan semakin sulit dan
kompleks mengingat penguasaan kosa kata mereka sudah lebih tinggi daripada siswa
dasar. Meskipun demikian, pengajar jangan melupakan prinsip pengajaran dari mudah ke
sulit dan konkret ke abstrak. Isi wacana untuk setiap jenjang tentunya harus disesuaikan
dengan prinsip tersebut.

saujana.sg 13
BAB III
PENGEMBANGAN MATERI MEMBACA
UNTUK SISWA BIPA

Untuk menambah pemahaman Anda tentang materi berikut, Anda dapat membaca
survei berbagai buku teks yang telah terbit bagi siswa BIPA dasar, menengah, dan mahir.
Hal tersebut dilakukan untuk mencermati bagaimana para penulis buku mengembangkan
materi BIPA. Yang harus Anda ingat adalah tidak ada buku yang sempurna dan tepat untuk
semua siswa maupun pengajar. Pengajar harus dapat memilih dan memilah sesuai
kebutuhan. Sebagai pengajar, Anda pun dapat mengembangkan materi sendiri dengan
memerhatikan prinsip-prinsip yang telah diuraikan pada bab II. Berikut ini adalah contoh
pengembangan materi secara terintegrasi antara membaca, tata bahasa, dan budaya
Indonesia untuk siswa BIPA tingkat dasar.
Jika Anda akan mengembangkan materi sendiri, Anda harus terlebih dahulu
mengidentifikasi kebutuhan siswa BIPA Anda, Setelah itu, Anda harus memetakan materi
sesuai kebutuhan siswa tersebut. Berikut ini adalah contoh peta materi hasil analisis untuk
tingkat dasar dengan lima tema. Berdasarkan peta tersebut dapat disusun materi BIPA
tingkat dasar untuk lima tema.
Tema Membaca Menulis Menyimak Berbicara Tata Bahasa Catatan
Budaya
1.Perkenalan Paragraf Identitas diri Dialog perkenalan Mengenalkan diri Pola kalimat tunggal Basa-Basi
identitas sendiri dan
diri orang lain Kata ganti orang
pertama : aku,
saya.
Kata ganti orang
kedua : kamu,
anda.
Kata ganti orang
ketiga : ia, dia,
mereka.
Kata tanya : siapa,
apa, dan apakah.

Pola kalimat
Interogatif

Tema Membaca Menulis Menyimak Berbicara Tata Bahasa Catatan


Budaya

saujana.sg 14
2. Keluarga Paragraf Ciri fisik dan Dialog mengenai Menceritakan Pola kalimat tunggal Bhineka
keluarga sifat ciri-ciri fisik dan keluarga sendiri dengan imbuhan ber- Tunggal Ika
keluarga sifat (kepribadian)
Kepemilikan

Pola kalimat negatif


dengan tidak dan
bukan

3.Aktivitas Dialog , cuaca di Berita cuaca Menceritakan Pola kalimat tunggal Kegiatan di
Sehari-hari gambar, negara cuaca yang ada di dengan imbuhan ber- Indonesia
dan iklan. sendiri negara sendiri pada dua
Pola kalimat musim
interogatif

Pola kalimat tunggal


dengan imbuhan
meN-

Pembentukan kata
kerja meN-

Pola kalimat majemuk


dengan kata
sambung kemudian,
lalu, dan, tetapi
4.Transporta Surat , tabel Membuat Mendengarkan Praktik berbicara Pola kalimat tunggal Transportasi
-si kalimat dari tentang dialog ketika akan pergi dengan frase di Jakarta
kata-kata salah satu alat ke tempat tujuan preposisional dan ada
sulit yang transprtasi yang tertentu
ditemukan ada di Indonesia (penumpang dan Pola kalimat tunggal
dalam yang dibacakan sopir taksi). dengan keterangan
paragraf oleh pengajar. yang mendampingi
yang telah kata sifat
dibaca.
Perbandingan

Pola kalimat perintah


5. Fasilitas Paragraf , Membuat Mendengarkan Bercerita tentang Pola kalimat tunggal Permainan
Umum dialog, kalimat berita sederhana pengalaman di dengan imbuhan pe- anak-anak
gambar larangan tentang peraturan fasilitas umum dan peN- di pelabuhan
atau yang ada di (bandara, Bakauheni
himbauan fasilitas umum. terminal, bank, Pola kalimat pasif
yang lazim rumah sakit, dll). imbuhan di- dan
digunakan tanpa imbuhan di-
dalam
fasilitas Pola kalimat tunggal
umum. dengan imbuhan –an
sebagai pembentuk
kata benda

Dari pemetaan di atas, Anda dapat mengembangkan materi membaca dan catatan budaya
seperti di bawah ini! Sedangkan pengembangan materi ketiga keterampilan lain dapat
dibaca pada Buku I, II, dan IV.

saujana.sg 15
TEMA 1
PERKENALAN

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
• membacakan wacana perkenalan dengan suara nyaring menggunakan ucapan yang
tepat, intonasi dan suara yang wajar, serta menggunakan suara yang jelas dan terang,
dan
• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana1
Bacalah paragraf di bawah ini dengan suara nyaring!

Namaku Gilang

Nama saya Gilang Tiara. Teman-teman memanggil saya Gilang. Umur


saya enam belas tahun. Saya sekolah di SMA Kusuma Bangsa Jakarta. Saya
tinggal di Jalan Salemba nomor 30, Jakarta Pusat. Saya tinggal bersama orang
tua. Hobi saya main futsal dan melukis. Teman akrab saya Danang dan
Wayan. Danang orang Jawa. Wayan orang Bali. Hobi mereka juga main futsal.
Kemana saja kami selalu bersama.

Latihan 1
A. Kata-kata Baru
Carilah arti kata-kata baru di bawah ini menggunakan kamus!

1. teman :
2. belajar :
3. tinggal :
4. belajar :
5. tinggal :
6. akrab :

saujana.sg 16
7. hobi :
8. futsal :
9. melukis :
10. Orang tua :

B. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Siapa nama lengkap Gilang?
2. Kelas berapa Gilang sekarang?
3. Dimanakah Gilang tinggal?
4. Dengan siapa Gilang tinggal?
5. Siapa teman akrab Gilang?

saujana.sg 17
Wacana 2

Bu Guru Baru

Di sekolah Gilang hadir seorang guru baru. Dia memperkenalkan diri di hadapan
siswanya.

Bu Guru : Selamat pagi, Anak-anak.


Murid : Selamat pagi, Bu!
Bu Guru : Perkenalkan, nama Ibu, Nilam Puspita.
Ibu, guru baru di sini.
Gilang : Maaf Bu, Ibu mengajar mata pelajaran apa?
Bu Guru : Bahasa Indonesia.
Lili : Sebelumnya Ibu mengajar dimana?
Bu Guru : Di Bandung.
Ibu baru saja pindah ke Jakarta.
Wayan : Berapa lama Ibu mengajar di sana?
Bu Guru : Lima tahun.

saujana.sg 18
Latihan 2
A. Isilah bagian kosong dengan menggunakan kata tanya yang tepat!

Bu Guru : Selamat pagi, Anak-anak.


Murid : Selamat pagi, Bu!
Bu Guru : Perkenalkan, nama Ibu, Nilam Puspita.
Ibu, guru baru di sini.
Gilang : Maaf Bu, Ibu mengajar mata pelajaran ___________?
Bu Guru : Bahasa Indonesia.
Lili : Sebelumnya Ibu mengajar ____________?
Bu Guru : Di Bandung.
Ibu baru saja pindah ke Jakarta.
Wayan : ____________ Ibu mengajar di sana?
Bu Guru : Lima tahun.

B. Buatlah kalimat tanya berdasarkan jawaban yang telah disediakan.

Contoh :

Hobi Anda apa? Hobi saya bermain futsal..

1. ____________________? Ibu berasal dari Bandung.


2. ____________________? Nama Ibu, Nilam Puspita.
3. ____________________? Ibu mengajarkan bahasa Indonesia.
4. ____________________? Ya kami suka pada pelajaran bahasa Indonesia.
5. ____________________? Nama saya, Gilang Tiara Bu.
6. ____________________? Kami dua bersaudara.

Catatan Budaya

Orang Indonesia dikenal dengan keramahannya. Setiap turis yang datang atau
berlibur ke Indonesia mereka akan mengatakan kalau orang Indonesia baik, ramah, dan

saujana.sg 19
murah senyum. Kebiasaan masyarakat Indonesia adalah selalu basa-basi kepada teman
atau orang yang belum dikenal. Hal itu, dilakukan untuk menambah keakraban atau
kekerabatan.
Basa-basi yang biasa dikatakan oleh orang Indonesia adalah “Mau ke mana?”. Basa-
basi itu dilakukan hanya untuk sekadar tahu dan orang yang menjawabnya pun tidak harus
menjawab dengan pasti, bisa dijawab hanya dengan senyum saja. Selain itu, basa-basi
yang biasa dikatakan “Jangan lupa bawa oleh-oleh ya..?” Orang yang berkata itu hanya
basa-basi kepada orang yang akan pergi jauh. Orang yang bertanya itu, tidak terlalu
mengharapkan diberikan oleh-oleh.
Mungkin untuk orang asing hal itu adalah hal yang tidak sopan, bisa saja hal itu
dianggap sebagai orang yang selalu ingin tahu kegiatan orang lain. Namun, bagi orang
Indonesia itulah tanda keakraban.

saujana.sg 20
TEMA 2
KELUARGA

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
• membaca narasi tentang susunan keluarga di dalam hati,
• membaca gambar struktur keluarga dengan cermat,
• membaca gambar anggota tubuh dengan cermat,
• membaca teks lagu, dan
• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1

Bacalah wacana di bawah ini dalam hati. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
tepat!

Keluargaku

Nama saya Shila . Saya anak kedua dari dua bersaudara. Kakak saya
bernama Syifa. Ayah kami bernama Asep. Dia lahir di Bandung. Ibu kami
bernama Sari. Ibu lahir di Yogya. Saya masih mempunyai kakek dan nenek.
Kakek saya berkacamata. Nenek tidak berkacamata. Mereka sayang kepada
saya. Ibu mempunyai seorang adik. Dia bernama Sekar. Saya memanggilnya
Bibi. Dia cantik. Bibi menikah dengan Paman Amir Lubis. Paman dan bibi
mempunyai dua orang anak laki-laki. Kami keluarga besar. Kami tak pernah
bertengkar. Kami hidup rukun dan damai.

saujana.sg 21
Latihan 1

A. Kata-kata Baru
Carilah arti kata-kata berikut di dalam kamus!
1. bersaudara :
2. kakak :
3. adik :
4. ayah :
5. ibu :
6. kakek :
7. nenek :
8. cucu :
9. paman :
10. bibi :
11. menikah :
12. cantik :
13. rukun :
14. damai :
15. bertengkar :
16. berkacamata :

B. Isilah bagian yang dikosongkan dengan kata yang tepat!

1. Kakak Shila bernama ______________


2. Ayah Shila bernama __________________
3. Ayah Shila berasal dari _________________
4. Ibu Shila bernama_____________
5. Ibu Shila berasal dari ____________
6. Kakek Shila bernama ____________.
7. Pak Suherman memakai _______________
8. Kakek dan Nenek sayang kepada _____________.
9. Keluarga Shila tak pernah __________________

saujana.sg 22
10. Keluarga Shila hidup rukun dan ____________

C. Isi bagian yang kosong menggunakan kata bukan dan tidak.


Contoh : Shila bukan anak laki-laki.

1. Shila ___________ kakak Syifa.


2. Shila ___________ anak Pak Suherman.
3. Keluarga Shila __________ pernah bertengkar.
4. Syifa ___________ anak Bu Suherman.
5. Syifa ___________ cucu Sari.
6. Nenek _________ pernah marah kepada cucu.
7. Anak Paman ____________ tiga.
8. Ibu ____________ berkacamata.
9. Ayah ____________ berambut panjang.
10. Kakek ____________ berjanggut.

saujana.sg 23
Wacana 2
Bacalah gambar susunan keluarga berikut dengan cermat!
Susunlah gambar keluarga Anda, lalu bacakan di depan kelas!

Keluarga Shila
Latihan 2

A. Jodohkanlah pernyataan di sebelah kiri dengan jawaban di sebelah kanan


sesuai isi bacaan!

1. Shila memanggil Bu Suherman ________ a. adik


2. SYifa memanggil Pak Suherman _______ b. kakak
3. Shila memanggil Syifa ________ c. ibu
4. Syifa memanggil Shila ________ d. ayah
5. Shila memanggil Sari________ e. cucu
6. Shila memanggil Asep________ f. kakek
7. Syifa memanggil Amir Lubis_______ g. nenek
8. Syifa memanggil Sekar________ h. sepupu
9. Shila memanggil Umar Lubis________ i. bibi
10. Pak Suherman memanggil Shila________ j. paman

Sari Sekar Amir Lubis


Ibu Bibi Paman

Syifa Shila (Aku) Gilang Gading


Sepupu Sepupu Sepupu

saujana.sg 24
Wacana 3

Bacalah nama-nama anggota tubuh kita ini dengan cermat!

Inilah Tubuh Kita

saujana.sg 25
Latihan 3

A. Setelah Anda membaca gambar anggota tubuh di atas, jodohkanlah gambar


anggota tubuh berikut sesuai fungsinya menggunakan tanda panah ( )

1. Mencium menggunakan

2. Menulis menggunakan

3. Melihat menggunakan

4. Menendang menggunakan

5. Memegang menggunakan

6. Mendengar menggunakan

7. Membaca menggunakan

8. Tertawa menggunakan

saujana.sg 26
B. Setelah Anda mengenal nama-nama anggota tubuh, sekarang mari kita berlatih
menyanyi. Bacalah notasi lagu di bawah ini kemudian lanjutkan dengan
menggunakan tiga kata anggota tubuh tersebut dalam kalimat !

saujana.sg 27
Wacana 3

Baca wacana di bawah ini dengan cermat. Selanjutnya, jawablah pertanyaan dengan
tepat!

Bagaimana Mereka

Keluarga Shila mempunyai ciri yang berbeda-beda. Shila bertubuh kurus,


berkulit putih, dan berambut kriting. Ayah Shila bertubuh gemuk, berkulit
hitam dan berambut kriting. Ibu Shila bertubuh kurus, berkulit putih, dan
berambut lurus. Kakak Shila bertubuh gemuk, berkulit hitam, dan berambut
lurus.

Latihan 3

A. Jawablah B bila benar dan S bila salah!


1. ( ) Shila bertubuh gemuk.
2. ( ) Kakak Shila bertubuh kurus.
3. ( ) Ibu Shila berkulit kuning.
4. ( ) Kakak Shila berkulit hitam
5. ( ) Shila berambut keriting.

B. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat!


1. Siapakah yang berbadan kurus?
2. Siapakah yang berkulit kuning?
3. Siapakah yang berambut lurus?
4. Siapakah yang berbadan gemuk?
5. Siapakah yang berambut keriting?

CATATAN BUDAYA
Indonesia sangat dikenal dengan keragamannya. Keragaman tersebut di antaranya
suku bangsanya yang berbeda-beda, ada suku Sunda, suku Jawa, suku Padang, suku

saujana.sg 28
Batak, dll. Jumlahnya hingga ratusan suku. Penamaan suku tersebut atas dasar daerah
kelahiran dan garis keturunan. Demikian juga keragaman bahasa dan agama. Setiap
daerah mempunyai bahasa masing-masing. Jumlahnya juga ratusan. Bangsa Indonesia
juga menganut agama yang berbeda-beda. Jumlahnya ada enam agama yaitu: Islam,
Kristen , Katolik, Hindu, Budha, dan Konghuchu.

saujana.sg 29
TEMA 3
AKTIVITAS SEHARI HARI

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat :
• membaca dialog tentang kegiatan sehari-hari dengan cermat,
• membaca iklan dengan cermat, dan
• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1
Bacalah wacana di bawah ini dengan cermat!

Aktivitasku

Ibu : Mengapa hari ini pulang terlambat, Nak?


Gilang : Hari ini Gilang banyak kegiatan, Bu.
Ibu : Pulang sekolah pukul berapa.
Gilang : Pukul 14.00, Bu.
Ibu : Setelah itu ke mana lagi?
Gilang : Kursus komputer, Bu.
Ibu : Setelah kursus, lalu ke mana?
Gilang : Diajak Cecep bermain main futsal, Bu.
Ibu : Sekarang, kamu mandi kemudian beristirahat sebentar!
Jangan lupa makan terlebih dahulu.
Gilang : Sudah, Bu.
Ibu : Di mana kamu makan, Nak?
Gilang : Di warung nasi, Bu.
Ibu : Apa yang kamu makan?
Gilang : Soto, Bu.
Ibu : Ya sudah, lekas mandi!
Gilang : Baik, Bu.

saujana.sg 30
Latihan 1
A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat!
1. Mengapa Gilang pulang terlambat?
2. Apa yang pertama ditanyakan Ibu kepada Gilang?
3. Apa kegiatan Gilang setelah pulang sekolah?
4. Dengan siapa Gilang bermain futsal?
5. Apakah Gilang pulang ke rumah sesudah makan?
6. Di mana Gilang makan?
7. Apa yang Gilang makan?
8. Setelah mandi, Gilang disuruh apa oleh ibunya?

B. Menurut wacana tersebut, apa sajakah aktivitas Gilang hari ini? Tunjukkanlah dengan
tanda panah ( ) dari Gilang pergi hingga pulang kembali! Tuliskan pula nama
kegiatannya di bawah gambar!

saujana.sg 31
Wacana 3
Membaca Iklan

Bacalah iklan di bawah ini kemudian jawablah pertanyaan dengan benar!

Dicari agen cinderamata untuk seluruh


wilayah Indonesia.
Jika berminat, hubungi Ibu Lala pada nomor
telepon: 081222099001.
Tersedia paket contoh.

saujana.sg 32
pada saat musim hujan mulai menanam padi. Jadi, air yang dibutuhkan itu berasal dari
air hujan karena itu sawah tersebut dikenal dengan istilah sawah tadah hujan. Para
petani mulai menanam bibit padi di tempat yang telah disediakan baik itu miliknya
ataupun milik orang lain. Istilah untuk menanam bibit padi yaitu nandur sedangkan istilah
untuk menuai hasil padi disebut panen. Dalam satu tahun sawah tersebut dapat panen
sampai dua kali.

saujana.sg 33
TEMA 4
TRANSPORTASI

Setelah mempelajari pelajaran ini, siswa diharapkan dapat:


• membacakan surat dengan suara nyaring menggunakan ucapan yang tepat,
intonasi dan suara yang wajar, serta menggunakan suara yang jelas dan terang,
• membaca tabel dengan baik, dan
• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1
Bacalah surat berikut dengan suara nyaring!

Jakarta, 28 Oktober 2009


Teruntuk Sahabatku,
di Negeri Jiran

Andi tersayang,
Apa kabar? Sudah tiga tahun kita tidak bertemu. Sudah lupa ya, pada
teman-teman di Jakarta? Bagaimana keadaan kamu di Malaysia? Sudah
punya teman banyak belum?
Omong-omong, kapan mau ke Jakarta? O iya, kalau kamu ke Jakarta,
sekarang kita bisa berkeliling Jakarta naik Trans Jakarta lho! Perjalanan
bisa lebih cepat karena pakai jalur khusus yang disebut busway.
Ongkosnya juga murah. Tidak akan kepanasan lagi karena ber-AC.
Kamu masih ingat tidak kendaraan yang biasa kita naiki dulu:
mikrolet, bus kota, metromini, bajaj, kereta api, taksi, ojek motor, dan ojek
sepeda? Semua masih ada, kecuali becak. Kalau delman, sesekali masih bisa

saujana.sg 34
kita lihat, terutama di Monas. Kendaraan ini kelihatan saat-saat perayaan
tertentu. Biasanya, delman dipakai untuk kendaraan hias.
Ditunggu di Jakarta ya. Salam untuk semua keluarga.

Sahabatmu,
Gilang Tiara

Mari Kita Mengenal Alat Transportasi di Jakarta

Kereta api Mikrolet Ojek motor

Trans Jakarta Taksi Ojek sepeda

Bus reguler Kancil Delman

Metromini Bajaj Becak

saujana.sg 35
Kopaja Bemo Helicak (sudah tidak
beroperasi lagi)

Latihan 1

A. Setelah membaca surat dan mengetahui alat transportasi di Jakarta, jawablah


pertanyaan di bawah ini dengan tepat!
1. Di mana Andi berada?
2. Kapan surat itu dibuat?
3. Siapa yang dikirimi surat?
4. Siapa yang mengirim surat?
5. Di mana Wayan berada sekarang?
6. Apa nama kendaraan yang baru ada?
7. Kendaraan apa saja yang masih ada di Jakarta?
8. Alat transportasi apa yang sudah tidak beroperasi lagi di Jakarta?

B. Setelah mengamati gambar transportasi di atas dan membaca teks surat


sebelumnya, tulislah B jika pernyataan benar dan tulislah S jika pernyataan salah
di tempat yang tersedia!
1. ( ) Bajaj beroda empat.
2. ( ) Taksi menggunakan kuda.
3. ( ) Delman lebih lambat daripada bus.
4. ( ) Becak lebih cepat daripada bajaj.
5. ( ) Ojek motor tidak ada di Jakarta.

saujana.sg 36
Wacana 2
Bacalah tabel di bawah ini dengan cermat!

JADWAL KEBERANGKATAN KERETA API TURANGGA


BANDUNG – SURABAYA PULANG PERGI

KA 38 KA 37
STASIUN
Datang Berangkat Datang Berangkat
19.00 Bandung Surabaya Kota 17.45
21.52 21.57 Tasikmalaya Surabaya Gubeng 17.52 18.00
22.40 22.48 Banjar Mojokerto 18.41 18.44
00.36 00.40 Kroya Kertosono 19.27 19.30
Gombong Madiun 20.42 20.47
02.03 02.07 Kutoarjo Solobalapan 22.14 22.18
02.57 03.02 Yogyakarta Yogyakarta 23.06 23.10
03.50 03.55 Solobalapan Kutoarjo Ls. 00.05
05.22 05.26 Madiun Gombong
06.38 06.40 Kertosono Kroya 01.33 01.36
07.24 07.28 Mojokerto Banjar 03.35 03.40
08.20 08.25 Surabaya Gubeng Tasikmalaya 04.24 04.29
08.32 Surabaya Kota Bandung 07.10

Latihan 2

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat!

1. Apa isi informasi yang terdapat dalam tabel tersebut?


2. Ke mana tujuan keberangkatan Kereta Api Turangga nomor 38?
3. Ke mana tujuan keberangkatan Kereta Api Turangga nomor 37?
4. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 37 berangkat dari Surabaya?
5. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 37 sampai di Bandung?
6. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 38 berangkat dari Bandung?
7. Pukul berapa Kereta Api Turangga nomor 38 sampai di Surabaya?

saujana.sg 37
B. Pilihlah sebuah kata atau angka untuk mengisi bagian kosong dalam cerita.
Jawaban harus sesuai dengan informasi yang terdapat dalam tabel jadwal kereta
api di atas!

Pilihan jawaban :
a. 13
b. 37
c. 38
d. 19.00
e. 08.32
f. 08.25
g. menit
h. stasiun
i. berikutnya
j. Tasik Malaya
k. Surabaya Kota

Aku pergi berlibur ke rumah Paman di Surabaya. Dari Bandung aku naik Kereta Api
Turangga nomor ____________.Kereta Api Turangga berangkat dari Stasiun Bandung
pukul _____________. Untuk sampai ke Surabaya, kereta ini melewati beberapa
________________. Di stasiun-stasiun tersebut, kereta api akan berhenti beberapa
___________. Kemudian kereta api akan melanjutkan perjalanannya menuju stasiun
______________. Setelah kuhitung, stasiun-stasiun yang dilewati kereta api berjumlah
_____. Akhirnya aku sampai juga di stasiun terakhir yaitu _______________. Keretaku
tepat waktu, aku tiba di stasiun pukul ________________. Sungguh melelahkan, namun
aku berbahagia karena bisa bertemu dengan Pamanku tercinta.

CATATAN BUDAYA
Di Indonesia terdapat halte untuk menunggu bus. Di Jakarta halte tidak berfungsi
dengan baik. Para penumpang dapat menunggu bus di mana saja sesuai yang mereka
mau. Begitu juga dengan bus, tidak harus berhenti di setiap halte. Bus dapat berhenti di
mana saja sesuai dengan keinginan penumpang.

saujana.sg 38
Jam keberangkatan bus di Jakarta tidak menentu. Kita harus dapat mengantisipasi
waktu jika akan menggunakan bus. Selain itu, bus di Jakarta tidak menggunakan tiket. Para
penumpang dapat membayar langsung ongkos pada orang yang membantu supir yang
biasa disebut “kenek” atau “kondektur”.

TEMA 5
FASILITAS UMUM

Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai membaca diharapkan siswa dapat :
• membacakan dialog dengan suara nyaring menggunakan ucapan yang tepat,
intonasi dan suara yang wajar, serta menggunakan suara yang jelas ,
• membaca foto dengan baik,
• membaca wacana eksposisi dengan baik, dan
• menjawab pertanyaan dengan tepat.

Wacana 1
Bacalah dialog berikut berikut dengan suara nyaring!

Berbelanja Batik di Tanah Abang

Shila : Bu, baju batik di toko ini bagus-bagus.


Pedagang : Silakan lihat-lihat Bu!

saujana.sg 39
Modelnya baru semua.
Pedagang : Pilih yang mana Bu?
Ibu : Boleh saya lihat yang dipakai boneka?
Pedagang : Boleh.
Ibu : Ini batik mana ya, Pak?
Pedagang : Yang ini batik Pekalongan.
Shila : Bagus ya Bu, bahannya halus.
Ibu : Iya. Yang ini berapa harganya, Pak?
Pedagang : Yang ini murah Bu, hanya tujuh puluh ribu rupiah.
Shila : Yang ini termasuk jenis batik apa, Pak?
Pedagang : Kalau ini batik cap. Yang lebih bagus, batik tulis.
Harganya lebih mahal.
Ibu : Yang batik cap ini boleh kurang harganya,Pak?
Pedagang : Wah, harganya sudah pas, Bu.
Ini kan Pasar Tanah Abang, Bu. Jadi sudah harga grosir.
Ibu : Ya sudah, saya pilih yang ini saja.
Pedagang : Baik Bu, terima kasih.

Latihan 1
Setelah membaca wacana di atas, jawablah pertanyaan berikut!
1. Dimanakah Ibu dan Shila berbelanja?
2. Apa yang akan dibelinya?
3. Ada berapa jenis batik yang disebutkan pedagang?
4. Berapa harga batik tulis yang disebutkan pedagang?
5. Lebih murah mana batik cap dengan batik tulis?

saujana.sg 40
6. Dari mana batik tulis yang dibeli Ibu?

Wacana 2
Amati gambar di bawah ini dengan cermat!

Di Pasar Tanah Abang

Latihan 2
A. Setelah Anda mengamati foto tersebut, jawablah pertanyaan di bawah ini dengan
tepat!
1. Siapa orang-orang yang berada di foto tersebut?
2. Apa yang dijual oleh orang-orang tersebut?
3. Apa yang dicari oleh orang-orang tersebut?
4. Bagaimana suasana dalam foto tersebut?
5. Mengapa sebagian orang duduk-duduk di tangga?
6. Apakah Anda ingin berkunjung ke sana? Jika ya, untuk apa?

saujana.sg 41
Wacana 3
Bacalah wacana di bawah ini dalam hati

Museum Tekstil

Gedung museum tekstil berdiri tidak jauh dari Pasar Tanah Abang. Bangunan ini
berasal dari sebuah bangunan rumah tinggal seorang Perancis dari abad ke 19. Terletak di
Jalan K.S. Tubun No. 4, Jakarta Pusat. Bangunan ini sudah berganti fungsi beberapa kali
sebelum digunakan sebagai bangunan museum.
Sebagai tempat bersejarah, museum ini memiliki koleksi kain tradisional Indonesia
yang sangat bervariasi. Selain itu, tempat ini juga menjadi pusat bagi para peminat batik
untuk belajar membatik.
Di bagian belakang bangunan tua itu ada sebuah pendopo yang berfungsi sebagai
tempat pelatihan membatik. Tempat pelatihan ini termasuk terkenal dan setia dikunjungi
oleh berbagai kalangan, baik pengunjung lokal maupun internasional.

saujana.sg 42
Di belakang Museum (gedung utama) ada sebuah taman yang berisi pepohonan
yang merupakan penghasil warna alami bagi tekstil. Taman ini tentunya merupakan tempat
menarik untuk belajar tentang pembuatan warna alami yang lebih ramah lingkungan.

Nah menarik bukan? Mau tahu lebih jauh? Datang saja ke sana. Asyik lho!

dikutip dengan pengubahan dari:(http://images.google.co.id/imgres?imgurl)

Latihan 3

A. Jawablah pertanyaan di bawah ini sesuai isi dengan wacana di atas!

1. Di mana gedung Museum Tekstil berada?


2. Dahulu gedung itu merupakan rumah tinggal siapa?
3. Apa yang dapat dilihat di dalam Museum Tekstil?
4. Kegiatan apa yang dapat dilakukan pengunjung di Museum Tekstil?
5. Apa yang terdapat di belakang pendopo?

CATATAN BUDAYA
Setiap pelabuhan di Indonesia mempunyai ciri khas tersendiri. Begitu halnya
dengan Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Pada pelabuhan ini, setiap penumpang dapat
melemparkan uang kepingan atau koin kepada anak-anak kecil yang sedang berenang
tepat di samping kapal yang mereka tumpangi.
Para penumpang akan melemparkan uang koin ke laut lalu anak-anak yang
berenang di samping kapal akan berebut mengambil uang koin dari para penumpang.
Anak-anak menyelam ke dalam laut sampai berhasil menemukan uang koin yang sudah

saujana.sg 43
dilempar para penumpang. Setelah ada salah satu anak yang mendapatkan uang itu maka
anak tersebut akan cepat-cepat muncul ke permukaan laut dan menunjukkan uang tersebut
kepada para penumpang. Hal ini, merupakan kebiasaan masyarakat daerah tersebut untuk
mencari uang sekaligus menghibur para penumpang kapal.

BAB IV
METODE, TEKNIK, MEDIA PENGAJARAN MEMBACA

A. Pengertian Metode, Teknik, dan Media Pengajaran

Istilah metode (bahasa Yunani) berasal dari methodos=jalan/cara. Metode dalam


dunia pengajaran adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang
sistematis berdasarkan pendekatan tertentu. Jadi, metode merupakan cara melaksanakan
pekerjaan sedangkan pendekatan bersifat filosofis. Misalnya, dari pendekatan aural-oral
dapat tumbuh metode mimikri-memorisasi (mimom), metode pola-pola praktis (pattern
practise). Pada hakikatnya metode terdiri atas 4 langkah: seleksi, gradasi, presentasi, dan
repetisi .
Teknik dalam Nababan didefinisikan sebagai tingkat yang menguraikan prosedur-
prosedur tersendiri dan terperinci tentang cara pengajaran dalam kelas. Berbagai cara dan
alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar suatu materi dapat dikatakan merupakan

saujana.sg 44
bagian dari teknik. Dengan kata lain, teknik merupakan daya upaya, usaha dan cara yang
digunakan guru dalam mencapai tujuan langsung dalam pelaksanaan pengajaran.Jelaslah,
bahwa ketiga istilah di atas berbeda-beda tetapi saling berhubungan satu sama lain.
Sebuah praktik mengajar dilandasi oleh pendekatan tertentu yang melahirkan suatu metode
dan dipraktikkan dengan menggunakan teknik tertentu.
Metode dalam perencanaan pembelajaran merupakan bagian dari strategi
instruksional. Metode di sini diartikan cara penyajian materi pelajaran kepada peserta didik
untuk mencapai tujuan instruksional kompetensi yang telah ditentukan.
Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal. Ini berarti, metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang
sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung pada
cara pengajar menggunakan metode pembelajaran.Suatu strategi pembelajaran hanya
mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.
Dalam bab ini, metode pengajaran membaca BIPA mengandung pengertian
berbagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa
BIPA. Untuk itu, pengajar harus menggunakan berbagai teknik pengajaran dengan bantuan
media.
Gagne dalam Sadiman (1990) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Sementara itu, Bniggs dalam Sadiman (1990) menyatakan bahwa media adalah
semua alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar,
misalnya buku, film, dan kaset. Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association
of Education and Communication) di Amerika membatasi media “sebagai segala bentuk
dan saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi”. Media menurut Asosiasi
Pendidikan Nasional (National Association Education) adalah bentuk-bentuk komunikasi
baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.
Dalam pengajaran BIPA, pengajar juga sangat membutuhkan media sebagai alat
untuk memperjelas. Terutama pada kelas dasar. Siswa BIPA yang sama sekali tidak
mengenal bahasa Indonesia akan sangat membutuhkan media. Contoh, untuk memperjelas
kata kursi, pengajar dapat menunjuk langsung pada kursi yang ada di ruang kelas.

saujana.sg 45
Tujuan utama pengajaran membaca untuk siswa BIPA adalah membekali siswa
kecepatan dan ketepatan membaca serta memahami maknanya. Untuk melatih kecepatan
dan ketepatan membaca, pengajar harus selalu menjadi contoh yang tepat. Untuk dapat
melatih pemahaman membaca, wacana harus diseleksi sehingga sesuai dengan tingkat
kemampuan siswa. Di samping itu, agar tidak salah persepsi dalam memahami makna
wacana, pengajar dapat menggunakan media visual seperti gambar, poster, peta, foto,
tabel, diagram, teks iklan, artikel pada surat kabar, teks pada benda otentik, dll.

B.APLIKASI METODE, TEKNIK, DAN MEDIA

Berikut ini akan diulas beberapa metode, teknik, dan media yang dapat digunakan
dalam pengajaran membaca siswa BIPA.

1. Metode Membaca Langsung ( Direct Reading Activities)

Metode ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca secara


komprehensif, membaca kritis, dan mengembangkan perolehan pengalaman siswa
berdasarkan bentuk dan isi bacaan secara ekstensif. Adapun tahapan pengajarannya,
adalah sebagai berikut.

1) Guru mengemukakan tujuan pembelajaran, membacakan judul teks, bertanya jawab


dengan siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan judul bacaan sebagai
pembangkitan pengalaman dan pengetahuan siswa serta mengemukakan hal-hal pokok
yang perlu dipahami siswa dalam membaca.
2) Guru meminta siswa membaca dalam hati. Setelah siswa membaca guru melakukan
tanya jawab tentang isi bacaan. Pertanyaan tidak selalu harus diikat oleh pertanyaan
seperti yang ada dalam buku teks. Guru bisa menambahkan pertanyaan sesuai dengan
konteks kehidupan siswa maupun permasalahan lain yang aktual.
3) Guru memberikan tugas latihan yang ditujukan untuk mengembangkan pemahaman dan
keterampilan siswa sejalan dengan kegiatan membaca yang telah dilakukannya.
Kegiatan itu bisa berupa menjelaskan makna kata-kata sulit dengan menggunakan
kamus, membuat ikhtisar bacaan, mempelajari penggunaan struktur, ungkapan, dan
peribahasa dalam bacaan.

Metode ini dapat diterapkan pada materi wacana yang termuat pada semua tema di atas.

saujana.sg 46
2. Metode SQ3R (Survey, Questions, Read, Recite, Review)

Tujuan penggunaan metode ini, untuk membentuk kebiasaan siswa berkonsentrasi


dalam membaca, melatih kemampuan membaca cepat, melatih daya peramalan berkenaan
dengan isi bacaan, dan mengembangkan kemampuan membaca kritis dan komprehansif.
Tahapan kegiatan yang dilakukan guru, diuraikan berikut ini.

1) Tahap Persiapan : Guru meminta siswa membaca teks secara cepat (survey). Setelah
itu guru meminta siswa membuat pertanyaan tentang bacaan (questions). Pertanyaan
dapat langsung memanfaatkan pertanyaan pada tahap pramembaca. Tujuan
pertanyaan ini, adalah untuk membentuk konsentrasi siswa dan membangkitkan
pengetahuan dan pengalaman awalnya.
2) Proses membaca. Setelah membuat pertanyaan, siswa melakukan kegiatan membaca
(read). Sambil membaca, siswa membuat jawaban pertanyaan dan catatan ringkas yang
relevan (recite).
3) Pascamembaca : Siswa melakukan review, misalnya membahas kesesuaian
pertanyaan dengan isi bacaan, maupun kegiatan lanjutan lain yang secara kreatif bisa
dikembangkan oleh guru.

3. Metode Membaca-Tanya Jawab /MTJ atau Request (Reading- Question)

Metode ini ditujukan untuk mengembangkan kemampuan membaca komprehensif,


memahami alasan pengambilan kesimpulan isi bacaan, dan peramalan lanjut berkenaan
dengan isi bacaan. Guru dapat melakukan langkah-langkah berikut ini.

1) Guru menjelaskan tujuan pengajaran, problem yang harus dipecahkan siswa, dan cara
yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah
2) Guru dan siswa melakukan pemecahan masalah, misalnya menemukan fakta,
mendapat ide pokok, penggunaan ungkapan, pendapat yang tidak relevan dengan fakta,
dan sebagainya. Untuk memecahkan masalah tersebut, guru dan siswa melakukan
kegiatan membaca paragraf pertama bacaan
3) Setelah membaca paragraf pertama bacaan, guru meminta siswa meramalkan
kemungkinan isi paragraf berikutnya. Guru dan siswa melakukan kegiatan membaca
dalam hati. Paragraf yang dibaca bisa satu paragraf atau lebih bergantung pada
kemungkinan waktu yang tersedia.

saujana.sg 47
4) Tahap terakhir, adalah tanya jawab dan pembahasan jawaban pertanyaan.

4. Metode Membaca dan Berpikir Secara Langsung/MBL atau DRTA (Direct Reading
Thinking Activities)

Tujuan penggunaan metode ini adalah untuk melatih siswa berkonsentrasi dan
berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Adapun langkah-langkah
kegiatannya sebagai berikut.

1) Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan. Apabila mungkin, siswa diminta
memperhatikan gambar, dan subjudul secara cepat. Setelah itu guru bertanya kepada
siswa sebagai pembangkit prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca.
Pertanyaan tersebut misalnya Apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa
Kalian membuat pemikiran demikian? 
2) Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati satu atau dua paragraf bacaan dengan
berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran/kesalahan peramalan yang dilakukan
semula.
3) Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca/ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah
membaca dalam hati guru mengajukan pertanyaan, Apa kira-kira isi paragraf
berikutnya? Mengapa Kalian memperkirakan demikian? 
4) Langkah seperti tersebut di atas dilakukan sampai dengan bacaan itu habis/selesai
dibaca. Selanjutnya dapat dilakukan menjawab pertanyaan tentang isi bacaan atau
kagiatan yang lain.

5. Metode Penghubungan Pertanyaan-Jawaban /PPJ atau QAR (Questions-Answer


Relationship)

Metode ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam


memperoleh berbagai informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan berbagai
bidang. Pertanyaan dapat disusun oleh guru atau dapat memanfaatkan daftar pertanyaan
yangn ada dalam bacaan. Adapun jawabannya dapat diperoleh siswa melalui cara berikut.

1) Menemukan kata atau kalimat dalam teks sebagai jawaban dari pertanyaan. Contoh
dengan menggunakan materi wacana surat pada tema 4, guru menanyakan: Kepada
siapa Gilang mengirim surat?

saujana.sg 48
2) Jawaban ada dalam teks tetapi harus menghubung-hubungkan kata atau kalimat pada
bagian “bagian yang berbeda. Contoh pertanyaannya Apakah teman Gilang pernah
tinggal di Jakarta?

Pemahaman isi teks merupakan bahan penemuan jawaban, tetapi pemahaman tersebut
berkaitan dengan pemahaman yang tersirat.Dengan demikian, untuk menjawab pertanyaan
itu diperlukan adanya hubungan dialogis antara pemahaman isi teks dengan pengalaman
dan pengetahuan pembaca. Contoh: Bagaimana hubungan Gilang dengan dengan
temannya tersebut?

Jawaban tidak dapat ditemukan dalam teks. Untuk menemukan jawaban pertanyaan harus
menghubung hubungkan sesuatu yang dinyatakan penulis, merefleksikan kembali berbagai
pengalaman dan pengetahuan dengan memanfaatkan berbagai sumber informasi. Contoh
pertanyaan Mengapa dengan Trans Jakarta perjalanan lebih cepat? Mengapa dengan
kendaraan lain lebih lambat?

Berdasarkan gambaran pilihan jenis pertanyaan seperti di atas, tahap kegiatan yang
dilakukan, adalah

1) Guru mengemukakan tujuan pengajarannya, problem yang mesti dipecahkan siswa, dan
cara yang perlu dilakukan siswa untuk memecahkan masalah. Masalah yang
dipecahkan siswa adalah memahami dan menjawab pertanyaan dalam berbagai jenis
dan tingkatannya.
2) Siswa melakukan kegiatan membaca dalam hati. Setelah kegiatan membaca selesai,
dilakukan kegiatan tanya jawab dan pembahasan.
3) Pertanyaan yang penemuan jawabannya memerlukan berbagai sumber dan berbagai
kegiatan lain, misalnya pengamatan dan wawancara diberikan dalam bentuk tugas
untuk dilaporkan pada pertemuan berikutnya. Pengerjaan tugas seyogyanya dikerjakan
secara kelompok.

6. Metode Pengelompokan dan Pemetaan Isi Bacaan/ PPIB atau GMA (Group Mapping
Activities)

Metode ini digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menyusun


dan memahami bagan, mengelompokkan, memetakan isi bacaan, misalnya bacaan cerita

saujana.sg 49
dan memetakan isi bacaan secara umum. Adapun tahapan pembelajarannya, sebagai
berikut.

1) Persiapan : Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan yang akan dilakukan
oleh siswa, misalnya siswa diminta membuat diagram plot cerita.
2) Proses Membaca : Siswa membaca dalam hati tanpa diinterupsi oleh guru dalam waktu
yang ditentukan.
3) Selanjutnya siswa diminta mengemukakan pemahaman isi bacaan, misalnya plot dalam
bentuk bagan. Berdasarkan bagan yang disusun, siswa diminta mengemukakan satuan
kelompok isinya secara lisan. Siswa lain diminta menanggapi.

Di samping metode khusus membaca di atas, guru pun dapat menggunakan metode
konvensional yang secara umum digunakan pula untuk mengajarkan materi lain.

1. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik
sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak
terlepas dari penjelasan secara lisan oleh pengajar.
Berikut ini adalah langkah-langkah menggunakan metode demonstrasi secara
umum.
Tahap persiapan:
• rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir,
• persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan.

Tahap Pelaksanaan
• Langkah pembukaan:
- aturlah tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memerhatikan
dengan jelas apa yang didemonstrasikan,
- kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa, dan
- kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa
ditugaskan untuk melafalkan bunyi-bunyi yang dilafalkan pengajar sesuai
wacana.

saujana.sg 50
• Langkah pelaksanaan:
- kelas dikondisikan menjadi menyejukkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan,
- semua siswa diantisipasi agar mengikuti jalannya demonstrasi dengan
memerhatikan reaksi seluruh siswa, dan
- memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkegiatan secara aktif sesuai
dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.
• Langkah penutup:
Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri
dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk
meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain
memberikan tugas yang relevan, ada baiknya pengajar dan siswa melakukan
evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan
selanjutnya.

Sekarang, perhatikan teks di bawah ini yang dikutip dari bab III.

Nama saya Gilang Tiara. Teman-teman memanggil saya Gilang. Umur saya enam belas
tahun. Saya sekolah di SMA Kusuma Bangsa Jakarta. Saya tinggal di Jalan Salemba nomor 30,
Jakarta Pusat. Saya tinggal bersama orang tua. Hobi saya main futsal dan melukis. Teman akrab
saya Danang dan Wayan. Danang orang Jawa. Wayan orang Bali. Hobi mereka juga main futsal.
Kemana saja kami selalu bersama.

Di dalam kelas, pengajar dapat menggunakan teknik mengajar sebagai berikut.

No. Pengajar BIPA Siswa BIPA

1. Membaca nyaring teks dengan lafal Menyimak teks yang


dan intonasi yang tepat. dibacakan guru .

2. Membaca nyaring teks per kalimat Meniru per kalimat teks yang
dengan lafal dan intonasi yang tepat. dibaca oleh guru.

3. Menugasi siswa membaca teks Membaca teks bergantian

saujana.sg 51
secara bergantian tanpa diberi contoh dengan lafal dan intonasi yang
terlebih dahulu. Jika siswa salah tepat.
melafalkan guru tidak
menyatakan”salah” tetapi guru
memberi contoh yang benar dan
meminta siswa mengikuti contoh
tersebut.

4. Guru menugasi siswa untuk mencari Mencari makna kata yang


makna kata-kata yang tidak dipahami tidak dipahami pada kamus
dan mengerjakan latihan 1. bahasa pembelajar dan
mengerjakan latihan 1.

5. Guru membimbing siswa memahami Siswa berlatih menjawab


makna pertanyaan pada latihan 2. pertanyaan pada latihan 2.

6. Guru menutup pelajaran dengan Siswa mencermati/mencatat


memberikan tugas latihan membaca tugas yang diberikan guru.
kepada siswa.

Dari uraian di atas terlihat bahwa langkah 1-2 merupakan demonstrasi untuk
pengenalan bunyi kata-kata dan intonasi dalam bahasa Indonesia. Langkah 3 merupakan
tahap siswa mempraktikkan yang telah didemonstrasikan guru. Selanjutnya, langkah 4 dan
5 merupakan langkah agar siswa memahami makna kata-kata tersebut secara leksikal dan
gramatikal. Pelajaran ditutup dengan tugas dari guru diintegrasikan dengan pengajaran
keterampilan menulis, misalnya menulis wacana tadi disesuaikan dengan identitas siswa.
Setelah tema perkenalan selesai, pengajar dapat memberikan informasi tentang
kebudayaan seperti tata cara bersalaman di Indonesia atau basa-basi di Indonesia.
Informasi tersebut dapat dibantu dengan media gambar.

2. Metode Simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-
akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi
tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya.

Jenis-jenis simulasi
• Sosiodrama

saujana.sg 52
Sosiodrama adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang
menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba,
gambaran keluarga yang otoriter, dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk
memberikan pemahaman dan penghayatan akan masalah-masalah sosial serta
mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya.

• Psikodrama
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak
dari permasalahan-permalahan psikologis. Psikodrama biasanya digunakan untuk terapi,
yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan
konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya.
• Role playing
Role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-
peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada realitas.

Langkah-Langkah Simulasi
Persiapan simulasi:
• menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai oleh simulasi,
• pengajar memberikan gambaran masalah dalam situasi yang akan disimulasikan,
• pengajar menetapkan pemain yang akan terlibat dalam simulasi, peranan yang harus
dimainkan oleh para pemeran, serta waktu yang disediakan, dan
• pengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, khususnya pada
siswa yang terlibat dalam pemeranan simulasi.
Pelaksanaan simulasi:
• simulasi mulai dimainkan oleh kelompok pemeran,
• para siswa lainnya mengikuti dengan penuh perhatian,
• pengajar hendaknya memberikan bantuan kepada pemeran yang mendapat kesulitan,
• simulasi hendaknya dihentikan pada saat puncak. Hal ini dimaksudkan untuk
mendorong siswa berpikir dalam menyelesaikan masalah yang sedang disimulasikan.
Penutup:

saujana.sg 53
• melakukan diskusi baik tentang jalannya simulasi maupun materi cerita yang
disimulasikan. Pengajar harus mendorong agar siswa dapat memberikan kritik dan
tanggapan terhadap proses pelaksanaan simulasi, dan
• merumuskan kesimpulan.

Simulasi lebih banyak dilakukan dalam pengajaran berbicara, Namun demikian, metode
tersebut dapat pula dilakukan dalam pengajaran membaca. Hanya saja, pada pengajaran
ini, siswa membaca teks sambil memainkan peranannya. Perhatikan contoh berikut.
Untuk mengajarkan membaca dialog di bawah ini yang dikutip dari tema 3, pengajar
dapat menggunakan metode simulasi dengan jenis bermain peran.

Aktivitasku

Ibu : Mengapa hari ini pulang terlambat, Nak?


Gilang : Hari ini Gilang banyak kegiatan, Bu.
Ibu : Pulang sekolah pukul berapa.
Gilang : Pukul 14.00, Bu.
Ibu : Setelah itu kemana lagi?
Gilang : Kursus komputer, Bu.
Ibu : Setelah kursus, lalu kemana?
Gilang : Diajak Cecep bermain main futsal Bu.
Ibu : Sekarang, kamu mandi kemudian beristirahat sebentar!
Jangan lupa makan terlebih dahulu.
Gilang : Sudah, Bu
Ibu : Dimana kamu makan, Nak?
Gilang : Di warung nasi, Bu.
Ibu : Apa yang kamu makan?
Gilang : Soto, Bu.
Ibu : Ya sudah, lekas mandi!
Gilang : Baik, Bu.

Pengajaran dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut.

saujana.sg 54
No. Pengajar BIPA Siswa BIPA

1. Membaca nyaring teks dengan Menyimak teks yang dibacakan guru


lafal dan intonasi yang tepat. .

2. Memberi tugas kepada dua Siswa yang bertugas sebagai Gilang


siswa untuk berperan sebagai dan Ibu membaca dialog dengan
Gilang dan ibu. lafal dan intonasi yang tepat.

3. Menugasi siswa lain untuk Siswa lain mengamati simulasi .


mengamati simulasi dari kedua
siswa yang ditunjuk.

4. Jika siswa salah melafalkan Siswa lain mengamati simulasi dan


guru tidak menyatakan”salah” memerhatikan masukan guru.
tetapi guru memberi contoh
yang benar dan meminta siswa
mengikuti contoh tersebut.

5. Guru menugasi siswa lain untuk Setiap siswa secara berkelompok


mensimulasikan dialog-dialog berusaha membaca dialog yang
lain yang telah dipersiapkan telah dipersiapkan guru.
guru dengan tema yang sama.

6. Guru membimbing setiap Siswa berlatih per kelompok.


kelompok siswa memahami
dialog yang telah dipersiapkan.

7. Guru menutup pelajaran dengan Siswa mencermati/mencatat tugas


memberikan tugas latihan yang diberikan guru.
tersebut untuk disimulasikan
pada pertemuan selanjutnya.

Media yang digunakan dalam metode ini sangat tergantung pada tema yang dibahas dalam
dialog. Jika ada kata-kata yang tidak dipahami siswa, guru dapat menggunakan media
gambar atau benda otentik untuk menjelaskannya.

DAFTAR PUSTAKA
Burmeister, Lou E. 1978 Reading Strategies for Middle and Secondary
School Teachers. Massachusetts Addison-Wesley Publishing Company.

saujana.sg 55
Freeman, David. E. & Freeman, Yvonne, S. (1994). Access to Second Language
Acquisition. Heinemann, NH.

Goodman, Kenneth (1989). Reading in Billingual Classroom: Literacy and Biliteracy.


National Clearinghouse for Bilingual Education, Rosslyn, NA.

Goodman, Yetta, M., Watson. Doroty, J., & Burke, Carolyn, L. (1996). Reading Stategies :
Focus on Comprehension. Richard C. Owen Publishers, Inc., Katonah. New York.

Hall, Nigel (1987). The Emergence of Literacy. Heinemann, Postsmouth, Nh.

Hamid, Fuad Abdul. 1987. Proses Belajar Mengajar Bahasa. Jakarta: Dirjen Dikti.

Keraf, Gorys. (1989). Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Larsen-Freeman & Long, Michael (1991). An Introduction to Second Language Acquisition


Research. Longman, New York.

Logan, L.H. 1972. Creative Communication. Toronto: MacGraw-Hill Ryerson Ltd.

Mardjono, Sartinah. 1983. Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta:


Depdikbud.

Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gajah Mada University.

Riasa, Nyoman dan Denise Finney. 2001. Prosiding KIPBIPA IV. Jakarta: Pusat
Bahasa.

Reutzel. D. Ray (1996). Developing Literacy : A Whole-Child View. Scholastic Inc.

Setiadi, Riswanda. 1999. “Pengajaran Baca Tulis Permulaan untuk Penutur Asing”(Makalah
KIPBIPA III) Bandung. IKIP Bandung.

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa.

saujana.sg 56

You might also like