You are on page 1of 13

KARYA ILMIAH

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF KAWASAN INDUSTRI


TERHADAP LINGKUNGAN

TUGAS LINGKUNGAN DAN TEKNOLOGI

DISUSUN OLEH :
WYLY MULDANI
NIM.

UNIVERSITAS KEJUANGAN 45
FAKULTAS TEKNIK INFORMASI
KAMPUS F DARUSSALAM
TANGERANG
2010

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat ijin-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas kuliah tentang ketidakharmonisan antara perkembangan teknologi dan
lingkungan hidup.
Sebagaimana kita tahu, perkembangan teknologi yang begitu pesat sudah terjadi saat ini.
Tanpa memperhatikan dampak terhadap lingkungan hidup. Dalam karya ilmiah ini penulis
mencoba mengulas sedikit tentang masalah teknologi dan lingkungan tersebut.
Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu. Semoga
karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Tangerang, 29 Oktober 2010

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
2. Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2
3. Metode Penulisan ........................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN MASALAH


1. Gambaran Kehidupan Perkotaan Saat Ini ................................................... 3
2. Dampak Positif Kawasan Industri ............................................................... 4
3. Dampak Negatif Kawasan Industri ............................................................. 7

BAB III KESIMPULAN ................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini pembangunan masyarakat perkotaan dihadapkan pada dimensi pasar yang
tiada lain untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini sangat ironis
mengingat problem sosial masyarakat Indonesia dihadapkan pada situasi tingginya angka
pengangguran maupun tingkat kemiskinan. Praktek perpindahan masyarakat desa ke kota
atau dikenal dengan istilah urbanisasi telah menyebabkan situasi perkotaan semakin padat
penduduk. Tentu dengan adanya realitas problem sosial tersebut dengan sendirinya akan
memiliki dampak ekologis yang sangat signifikan. Dampak ekologis sebagaimana dimaksud
hadir dalam bentuk pencemaran udara dan air akibat aktivitas industri, kebisingan lalu lintas
kendaraan bermotor, kepadatan penduduk, rendahnya sistem sanitasi.
Keadaan tersebut jelas menyebabkan hubungan masyarakat perkotaan dengan
lingkungannya menjadi tidak harmonis. Menyadari ketidakharmonisan tersebut dan
mempertimbangkan dampak negatif yang akan terjadi, maka harus ada usaha-usaha untuk
menata dan memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Problematika tersebut sangat mendasar
mengingat bahwa secara konstitusional hak atas lingkungan yang bersih dan sehat dijamin
oleh negara sebagaimana termaktub di dalam Pasal 28 H UUD 1945 yang berbunyi, "Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan".
Ketika terjadi Revolusi Indusri di Inggris, banyak pabrik-pabrik yang
mulai dibangun di dalam kawasan perkotaan Kerajaan Inggris. Pabrik-
pabrik ini selain menghasilkan barang-barang kebutuhan, juga
menimbulkan efek negatif berupa polusi udara dalam jumlah yang sangat
besar karena penggunaan mesin uap tanpa menggunakan penyaring
untuk pembuangan udara hasil pembakaran.
Polusi udara yang terjadi diperparah dengan keberadaan perumahan
di wilayah perkotaan yang tidak mengindahkan hubungan antara
bangunan dengan lingkungan. Bangunan yang ada, umumnya memiliki
jarak antar-bangunan yang sangat sempit. Bahkan ada bangunan yang
tembok keduanya berhimpitan sehingga tak ada ruang terbuka di antara
kedua bangunan tersebut. Selain tidak ada ruang terbuka diantara
bangunan-bangunan, wilayah perkotaan di Inggris pada awal Revolusi
Industri tidak banyak terdapat pepohonan rindang untuk menyerap polusi
udara yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik.
Begitu parahnya polusi udara yang terjadi hingga salah satu spesies
kupu-kupu di wilayah Inggris hampir punah keberadaanya karena habitat

1
mereka tercemar oleh polusi yang disebabkan oleh begitu banyaknya
asap dari pabrik-pabrik.
Selain masalah polusi udara tersebut di atas, kondisi masyarakat
perkotaan juga terganggu karena pengaruh kurangnya tempat rekreasi di
dalam kawasan permukiman. Dengan kesibukan kerja yang tinggi
(sebagai akibat dari Revolusi Industri) dan kurangnya kegiatan rekreatif
menyebabkan mundurnya kualitas hidup masyarakat. Kemunduran
kualitas hidup berkibat pada menurunnya hasil kerja dari masyarakat
tersebut.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh kawasan industry terhadap
lingkungan sekitar kawasan.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah melalui pengamatan langsung di kawasan
industri dan melalui media internet.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Gambaran Kehidupan Perkotaan Saat Ini


Masalah perkotaan pada saat ini telah menjadi masalah yang cukup pelik untuk diatasi.
Perkembangan perkotaan membawa pada konsekuensi negatif pada beberapa aspek,
termasuk aspek lingkungan. Perkembangan kota membutuhkan ruang sebagai tempat hidup
penduduk dengan aktivitasnya. Pertambahan jumlah penduduk kota berarti juga peningkatan
kebutuhan ruang. Karena ruang tidak dapat bertambah, maka yang terjadi adalah perubahan
penggunaan lahan, yang cenderung menurunkan proporsi lahan-lahan yang sebelumnya
merupakan ruang terbuka hijau. Pada saat ini hanya 1,2% lahan di dunia merupakan
kawasan perkotaan, namun coverage spasial dan densitas kota-kota diperkirakan akan terus
meningkat di masa yang akan datang. PBB telah melakukan estimasi dan menyatakan bahwa
pada tahun 2025, sekitar 60% populasi dunia akan tinggal di kota-kota.

Pada saat ini telah diakui bahwa iklim perkotaan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan iklim kawasan di sekitarnya yang masih memiliki unsur-unsur alami cukup banyak.
Perubahan unsur-unsur lingkungan dari yang alami menjadi unsur buatan menyebabkan
terjadinya perubahan karakteristik iklim mikro. Berbagai aktivitas manusia di perkotaan,
seperti kegiatan industri dan transportasi, mengubah komposisi atmosfer yang berdampak
pada perubahan komponen siklus air, siklus karbon dan perubahan ekosistem.

3
Selain itu, polusi udara di perkotaan menyebabkan perubahan visibilitas dan daya
serap atmosfer terhadap radiasi matahari. Radiasi matahari itu sendiri merupakan salah satu
faktor utama yang menentukan karakteristik iklim di suatu daerah. Perubahan-perubahan
tersebut sangat penting untuk menjadi bahan pertimbangan dalam perancangan dan
perencanaan kota. Namun di sisi lain, pemahaman mengenai urbanisasi dan dampaknya
pada sistem iklim-bumi belum lengkap. Dan dalam sistem perencanaan pembangunan
perkotaan di Indonesia, unsur iklim masih dianggap sebagai elemen statis, dimana
diasumsikan tidak ada interaksi timbal balik antara iklim dengan perubahan guna lahan.
Data-data iklim lebih sering dipergunakan sebagai data yang mendukung pernyataan
kesesuian lahan dan lokasi bagi pengembangan fungsi sebuah kawasan, terutama untuk
pengembangan kawasan pertanian. Namun dalam perancangan dan perencanaan kawasan
perkotaan di Indonesia, hampir tidak pernah dipertimbangkan bahwa perubahan guna lahan
yang direncanakan akan memberikan implikasi yang sangat besar terhadap sistem iklim.

2. Dampak Positif Kawasan Industri


Kawasan industri adalah suatu zona / wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai
kegiatan industri. Di dalam zona perindustrian tersebut, terdapat industri yang sifatnya
individual (yang berdiri sendiri) dan industri – industri yang sifatnya mengelompok dalam
kawasan industri (Industrial Estate). Di Indonesia sendiri, pada tahun 2005 sudah terdapat
203 kawasan industry yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia dengan luas + 67.000 Ha.
Dari jumlah tersebut baru beroperasi 64 kawasan dengan total area + 20.000 Ha, dan rata-
rata tingkat pemanfaatan + 44% yang di dalamnya terdapat + 60.000 industri. Pemerintah

4
sendiri telah banyak mengeluarkan kebijakan – kebijakan untuk mendorong terciptanya
Kawasan Industri di berbagai daerah – daerah untuk menarik para investor asing untuk
menanamkan modalnya di kawasanperindustrian yang sudah ada. Salah satu kebijakan
pemerintah adalah dengan strategi pengembagan FTZ (Free Trade Zone) atau SEZ (Special
Economic Zone). Dimana kebijakan ini diberlakukan di suatu kawasan Industri berupa
pemberian fasilitas dan insentif fiskal yang amat menarik dan bersifat khusus sehingga
investor dapat tertarik untuk membuka pabriknya pada kawasan industri tersebut. Selain itu
usaha pemerintah yang lain untuk pengembangan kawasan Industri adalah dengan
pembangunan kelengkapan infrastruktur yang menunjang usaha – usaha produksi dikawasan
industri ini.
Setiap perkembangan yang terjadi mempunyai dampak atau pengaruh terhadap
lingkungan disekitarnya maka dalam hal ini perkembangan kawasan mempunyai dampak
terhadap perkembangan kota disekitarnya.

Keseriusan pemerintah dalam pengembangan Kawasan Industri bukanlah suatu hal


yang mengherankan melihat dampak positif / keuntungan yang dapat diperoleh dari
pengembangan Kawasan Industri bagi perkembangan lingkungan di sekitarnya.
Keuntungan pertama yang dapat diperoleh dari pengembangan Kawasa Industri adalah
untuk memacu pertumbuhan Ekonomi yang lebih tinggi. Contohnya dapat kita lihat di
Propinsi Banten, dimana Pencapaian pertumbuhan ekonomi Propinsi Banten pada akhir
2006 mencapai 6,24%, atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi rata – rata nasional.3
Sedangkan PDRB (Produk Domestik Nasional Bruto) daerah pada tahun 2006 mencapai
94trilliun. Besarnya PDRB ini berasal dari sektor industri yang memberikan kontribusi
hingga 49,75%. Pertumbuhan ekonomi Propinsi Banten hamper setengahnya dipengaruhi
oleh sektor industri, bahkan pertumbuhan ekonomi daerahnya dapat melebihi perumbuhan
ekonomi rata – rata nasional, yang tentu saja tidak dapat terlepas dari peranan sektor
industri. Keuntungan kedua dari pembentukan kawasan Industri adalah kemudahan dalam

5
hal penyediaan sarana infrastruktur yang diperlukan oleh pabrik – pabrik dalam
melakukan produksinya. Dengan menggabungkan beberapa industri dalam satu kawasan,
maka pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan diperlukan untuk
proses industri dapat dipenuhi lebih mudah karena dikumpulkan dalam satu kawasan.
Berbeda halnya apabila tidak terdapat kawasan Industri, dimana lokasi industri yang satu
dengan yang lain terletak berjauhan, maka sarana yang diperlukan untuk proses produksi
cenderung susah dilakukan dan lebih mahal karena penggunaannya yang cenderung untuk
keperluan sendiri. Namun dengan adanya kawasan industry yang merupakan aglomerasi /
pengumpulan dari beberapa Industri, maka pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana
industri dapat lebih mudah, karena dikelompokkan pada satu kawasan, dan lebih murah
sifatnya, karena dapat digunakan secara bersama – sama. Keuntungan ketiga yang dapat
diperoleh dari pengembangan kawasan
Industri adalah membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan bertumbuhnya
Kawasan Perindustrian, maka akan membuka lapangan pekerjaan baru di pabrik yang dapat
menyerap ribuan buruh / tenaga kerja. Dengan tambahnya lapangan kerja tersebut, maka
pendapatan masyarakat dapat menjadi meningkat yang disertai juga dengan peningkatan
SDM-nya. Masyarakat akan memperoleh pekerjaan dan memperoleh pelatihan dan
peningkatan pengetahuan dengan bekerja di pabrik – pabrik perindustrian. Untuk bekerja di
suatu Pabrik, pekerja tentu saja harus memiliki keahlian dan keterampilan. Untuk memenuhi
hal ini, maka salah satu usaha yang dilakukan pemerintah berupa Program Magang di
Kawasan Industri yang dikhususkan kepada para masyarakat di sekitar lingkungan Kawasan
Industri. Dengan program tersebut, SDM dan ketrampilan masyarakat diharapkan dapat
meningkat yang nantinya dapat menghasilkan tenaga – tenaga kerja yang terampil dan siap
bekerja. Sebagai contoh program pemagangan itu adalah di Kawasan Industri MM2100 (PT
Megapolis Manunggal Industrial Development MM 2100) dengan lokasi di pabrik PT Astra
Honda Motor dan PT Argo Pantes. Penambahan lapangan pekerjaan, tidak saja hanya
berasal dari kebutuhan pabrik – pabrik akan tenaga keja, tetapi juga berasal dari pembukaan
lapangan kerja baru dari sektor – sektor ekonomi informal. Misalnya semakin bertumbuhnya
warung – warung makan untuk tempat makan buruh – buruh, munculnya kebutuhan akan
transportasi yang menghidupkan usaha ojek, rumah kontrakan, kost – kostan, toko - toko
kelontong, bengkel, jasa transportasi dan lain sebagainya.6 Yang merupakan sektor – sektor
ekonomi informal yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan para buruh – buruh yang
bekerja di Kawasan Industri tersebut. Peningkatan sektor – sektor ekonomi informal ini
tentu saja akan meningkatkan penghasilan masyarakat yang tinggal di kawasan Industri
tersebut. Keuntungan keempat yang dapat diperoleh dari pengembangan Kawasan Industri
adalah peningkatan pendapatan daerah melalui pajak daerah. Meningkatnya
pertumbuhan ekonomi suatu daerah maka juga akan meningkatkan pendapatan pajak
daerahnya. Dengan bertambahnya pajakdaerah, maka pemerintah dapat lebih

6
mengembangkan pembangunan di sekitar kawasan. Selain hal – hal diatas yang berkaitan
dengan ekonomi, keuntungan pengembangan Kawasan Industri juga dapat diperoleh dari
aspek lingkungan. Keuntungan pengembangan Kawasan Industri adalah pemudahan
pengelolaan lingkungannya. Pengelolaan limbah secara terintegrasi dengan mudah bisa
dilakukan. Dengan dikelompokkannya industri dalam satu kawasan, maka AMDAL-nya
berupa AMDAL kawasan, sehingga lebih mempermudah dalam pengecekan dan
pengontrolan lingkungannya. Pengeloaan limbah secara terintegrasi (integrated waste
management) dapat dengan mudah dilakukan sehingga pengontrolannya juga dapat lebih
mudah dilakukan. Dari aspek kependudukan, pengembangan Kawasan Industri juga
memiliki nilai penting.
Letak Kawasan Industri yang biasanya berada di pinggiran kota atau terletak di luar
kota dapat mengurangi arus urbanisasi. Masyarakat dari desa tidak lagi hanya
menargetkan kota sebagai tempat mencari pekerjaan, tetapi cukup ke Kawasan Industri yang
menyediakan lapangan kerja cukup banyak. Para warga kota yang bekerja di Kawasan
Industri juga cenderung akan memilih tinggal di daerah Kawasan Industri apabila Kawasan
Industri telah menyediakan fasilitas hunian yang memadai. Sehingga peluang arus
transmigrasi dari Kota ke daerah pinggiran kota menjadi semakin besar yang tentu saja dapat
mengurangi kepadatan penduduk kota sebagai nilai positifnya.

3. Dampak Negatif Kawasan Industri


Selain memberikan dampak – dampak positif, pengembangan Kawasan Industri juga
memiliki dampak – dampak yang negatif. Dampak yang negatif / kerugian ini kebanyakan
berkaitan dengan aspek lingkungan. Misalnya saja terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan akibat polusi dan limbah yang dihasilkan dari pabrik – pabrik di Kawasan
Industri. Polusi dari pabrik – pabrik di Kawasan Industri ini biasanya berupa polusi udara,
air, kebisingan, ataupun tanah; yang umumnya yang menerima dampak negative dari polusi
ini adalah warga yang tinggal di Kawasan Industri dan di Sekitar Kawasan Industri.
Contohnya adalah yang terjadi di Semarang pada tahun 1992. Dimana salah satu Pabrik
yang bernama Semarang Diamond Chemical (SDC) yang terletak di Kawasan Industri
Semarang mengeluarkan limbah yang merusak Tambak penduduk di Desa Tapak.8 Contoh
lainnya adalah yang terjadi di daerah Demak. Dimana enam industri yang berlokasi di
Kawasan Industri Genuk membuang limbahnya ke Kali Babon sehingga menimbulkan
pencemaran tambak sampai ke Desa Sriwulan dan Bedono. Kemudian kasus pencemaran
udara yang disebabkan pabrik baja di sekitar Jrakah yang telah banyak dikeluhkan
penduduk. Penduduk Tambakaji juga mengeluhkan keringnya sendang Abu Bakar yang
diduga karena banyaknya pengambilan air tanah oleh industri-industri yang berada di
atasnya.

7
Penulis juga memperhatikan kawasan industri yang ada di Desa Peusar Kecamatan
Panongan – Tangerang, yaitu Kawasan Industri yang baru beberapa tahun berdiri. Setiap
hari kawasan tersebut tidak henti-hentinya menjalankan aktifitas industrinya. Setiap hari
juga asap tebal dari kegiatan industri di kawasan tersebut mengotori udara di sekitar
kawasan tersebut.
Memang perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dari dampak kawasan
industry tersebut, namun melihat aktivitas yang dilakukan dan banyaknya limbah yang
dihasilkan baik itu limbah cair maupun limbah padat tentu sedikit banyaknya ada pengaruh
bagi lingkungan di sekitar kawasan tersebut.

8
BAB III
KESIMPULAN

Apabila dilihat dari penyebab kerugian – kerugian lainnya yang muncul dari
pengembangan Kawasan Industri sebenarnya hanyalah merupakan masalah ketidak konsekuenan
pemerintah didalam menetapkan dan memberlakukan undang – undang yang sudah ada. Aturan
– aturan berupa penempatan lokasi Kawasan Industri yang jauh dari pusat Kota dan juga
penerapan Aturan AMDAL khususnya bagi Kawasan Industri sebenarnya sudah dapat mencegah
dan menghilangkan kerugian – kerugian yang dapat dihasilkan dari Kawasan Industri, tetapi
pada pelaksanaannya hal tersebut sering terjadi penyimpangan– penyimpangan. Lemahnya
pengawasan pemerintah sering menjadi faktor utama di dalam terjadinya pencemaran –
pencemaran yang terjadi. Pola atur dan awasi (command and control) dalam manajemen
lingkungan di Indonesia memang lemah dalam tiga hal. Pertama dalam mendeteksi terjadinya
pelanggaran, kedua dalam memberikan respon yang cepat dan pasti atas pelanggaran dimaksud
dan ketiga dalam memberikan sanksi yang memadai agar terjadi efek jera.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://fariable.blogspot.com
http://blog.unila.ac.id
http://sttmultimedia.multiply.com

10

You might also like