Professional Documents
Culture Documents
Lipid merupakan sekumpulan senyawa biomolekul yang dapat larut dalam pelarut-
pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton, dan petroleum eter
(Lehninger 1982). Lipid dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan komponen
dasar pembentuk lipid, sumber penghasil lipid, kandungan asam lemak, dan sifat-sifat kimia
dari lipid seperti sifat dapat tidaknya dilakukan penyabunan. Berdasarkan komponen dasarnya,
lipid dikelompokkan menjadi lipid sederhana (simple lipid), lipid majemuk ( compound lipid),
Berdasarkan jumlah ikatan atom C, asam lemak dibedakan kedalam rantai asam lemak
dengan ikatan atom C tunggal yang disebut asam lemak jenuh (saturated) dan rantai asam
lemak dengan satu atau lebih ikatan rangkap yang disebut asam lemak tidak jenuh
(unsaturated). Ikatan rangkap mempunyai sifat struktur yang tidak stabil dan kaku ( rigit)
sehingga di dalam larutan dapat membuat dua isomer, yaitu cis dan trans. Pada umumnya lipid
yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak, sedangkan lipid
yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cair pada suhu kamar dan disebut minyak.
Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan enzim lipase.
Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya.
Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan campuran sabun K+ atau
Na+ dan gliserol. Proses hidrolisis ini disebut penyabunan atau saponifikasi. Hidrolisis oleh air
akan terjadi jika lemak/minyak dipanaskan dengan air pada suhu 180º C dan tekanan 10 atm,
kemudian akan terhidrolisis menjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol larut dalam air,
tidak jenuh dengan katalis serbuk Ni dapat mengadisi hidrogen sehingga berubah menjadi
atau margarin. Lipid dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia
menjadi lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara
bebas, lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami autooksidasi.
Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam lemak, sehingga memutuskan ikatan
gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
Kelas lipid yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan molekul kompleks
yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling
banyak adalah sterol yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada
jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang
berantai panjang adalah komponen penting dari plasma lipoprotein (Florkin 1962).
T UJUAN
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap
beberapa golongan lipid. Golongan tersebuat ialah lemak, minyak, dan kolesterol.
ALAT dan BAHAN
Alat yang dipakai yaitu tabung reaksi, pengaduk, bunsen, pipet tetes, pipet
mohr,kertassaring, erlenmeyer dan sumbat karet. Tidak lupa penangas air juga diperlukan.
Bahan yang dipakai pada percobaan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol, alkali,
asam encer, minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam
stearat, asam oleat, minyak kelapa tengik, kristal KHSO4, pereaksi iod Hubl, HCl pekat, serbuk
CaCO3, kolesterol, kloroform anhidrat, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat dan
floroglusinol.
PROSEDUR PERCOBAAN
Percobaan uji kelarutan, sebanyak 2 ml pereaksi atau pelarut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang bersih, kemudian dibubuhkan sedikit bahan percobaan lalu dikocok kuat-
kuat dan diamati kelarutannya. Pelarut yang digunakan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol
Percobaan uji akrolein, kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 3-4 tetes bahan percobaan. Selanjutnya dipanaskan diatas api kecil lalu api
diperbesar, diperhatikan bau akrolein yang terbentuk dibandingkan bau SO2 yang berasal dari
karbohidrat. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat
tabung bersih, lalu ditambahkan kloroform sama banyak, dikocok sampai semua bahan larut.
Kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi iod Hubl sambil dikocok dan diamati
perubahan yang terjadi. Lakukan uji ini terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak
CaCO3 dan segera ditutup dengan sumbat karet yang dijepitkan kertas floroglusinol sehingga
kertasnya tergantung dan dibiarkan selama 10-20 menit. Kemudian warna yang timbul diamati
pada kertas tersebut dan bila kertas berwarna merah muda berarti bahan tersebut tengik. Uji ini
dilakukan terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan dan mentega.
dalam tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml kloroform anhidrat. Kemudian ditambahkan asam
sulfat pekat dengan volume yang sama, tabung dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan lapisan
Salkowski ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat, kemudian
Berdasarkan uji kelarutan dapat diketahui bahwa minyak kelapa, lemak hewan,
margarin, dan asam stearat hanya larut dalam pelarut eter dan kloroform. Sementara itu,
mentega dapat larut dalam pelarut eter, kloroform, alkohol panas, dan asam encer, sedangkan
gliserol dapat larut dalam pelarut alkohol panas, alkohol dingin, alkali, dan asam encer. Hal ini
menunjukkan bahwa hampir semua lemak yang diujikan, kecuali gliserol, dapat larut dalam
eter dan kloroform. Adanya ekor hidrokarbon panjang yang bersifat nonpolar menyebabkan
lemak bersifat nonpolar. Oleh karena itu, lemak dapat larut dalam pelarut nonpolar seperti eter
dan kloroform
Secara umum, lipid tidak dapat larut dalam air yang bersifat polar, melainkan dapat terdispersi
membentuk misel. Selain itu, gliserol juga dapat larut dalam alkali dan asam encer. Hal ini
disebabkan adanya proses penyabunan. Alkali dan asam encer dapat mengubah asam lemak
menjadi sabun yang berupa garam asam lemak. Selain bergantung pada kepolaran pelarut,
kelarutan lipid juga bergantung pada panjang rantai hidrokarbon yang dikandungnya. Semakin
Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam
lemak/minyak akan mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa
pendehidrasi dalam uji ini adalah KHSO 4 yang menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji
akrolein menunjukkan bahwa semua bahan yang diuji kecuali pati memberikan bau yang tajam
yang diidentifikasi oleh praktikan sebagai bau akrolein. Hal ini ditandai dengan adanya asap
putih ketika lipid dipanaskan diatas pembakar gas. Saat pembakaran, timbul bau agak apek.
Bila mengalami dehidrasi, gliserol bebas atau gliserol yang terdapat dalam lipid dapat
membentuk aldehid akrilat atau akrolein yang menimbulkan bau ketika dipanaskan (Girindra
1988). Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa terdapat gliserol di dalam lipid yang diuji.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat
diadisi oleh golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi
asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal.
menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi pereaksi iod huble. Berdasarkan hasil dalam
tabel 3 diketahui minyak kelapa, mentega, dan margarin menghasilkan hasil positif ketika diuji dengan
uji ketidakjenuhan. Sementara itu, minyak kelapa tengik, dan lemak hewan menghasilkan hasil negatif.
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa minyak kelapa, mentega, dan margarin mengandung lemak tak
jenuh, sedangkan minyak kelapa tengik, dan lemak hewan mengandung lemak jenuh. Pada dasarnya
minyak kelapa merupakan lemak tak jenuh. Ketengikan disebabkan oleh adanya reaksi antara molekul
oksigen dengan asam lemak berikatan
ganda. Oleh karena itu, minyak kelapa tengik menghasilkan hasil negatif ketika diuji
dengan uji ketengikan.
golongan trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas. Pada uji
ketengikan, warna merah muda menunjukkan bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda
dihasilkan dari reaksi antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi
lemak/minyak tersebut. Berdasarkan tabel dapat diketahui minyak kelapa tengik, minyak
kelapa dan lemak hewan menghasilkan hasil yang positif ketika diuji dengan uji ketengikan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya perubahan warna kertas saring menjad ungu, kuning oranye
dan kemerahan. Sementara itu mentega menghasilkan hasil negatif yang ditunjukkan dengan
tidak adanya perubahan warna kertas saring. Perubahan warna dapat terjadi akibat penambahan
floroglusinol. Senyawa ini dapat menentukan jumlah karbonil. Karbonil dapat bereaksi dengan
floroglusinol dan menyebabkan kertas berwarna merah muda (Winarno 1973). Ketengikan
dapat terjadi bila triasilgliserol yang mengandung asam lemak tak jenuh mengalami proses
oksidasi. Bila terkena udara, asam lemak tak jenuh cenderung mengalami autooksidasi.
Molekul oksigen dapat bereaksi dengan asam lemak berikatan ganda dan menghasilkan produk
kompleks yang menyebabkan timbulnya rasa dan bau meyimpang pada lemak (Lehninger
1982). Hal-hal yang mempengaruhi ketengikan ini adalah proses penyimpanan bahan uji yang
cukup lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang
Berdasarkan uji kolesterol dengan uji Salkowski dan uji Lieberman-Buchard, diketahui
menghasilkan hasil yang positif. Hal ini dibuktikan dengan berubahnya warna lapisan atas
menjadi merah dan lapisan bawah menjadi kehijauan pada uji Salkowski. Sementara itu dengan
uji Lieberman-Buchard menghasilkan perubahan warna lapisan atas menjadi hijau dan lapisan
bawah menjadi merah. Uji Lieberman- Buchard seringkali digunakan bersamaan dengan uji
Salkowski untuk uji kuantitatif kadar kolesterol. Penambahan asam asetat anhidrat pada uji
asetat anhidrat dapat diganti dengan asam asetat, etil asetat, atau butanol. Dalam uji Salkowaki
dan Lieberman-Buchard, steroid diubah menjadi hidrokarbon polimer tak jenuh. Perlakuan
kolesterol dalam kloroform dengan penambahan asam sulfat dapat menambahkan substansi air
Sejak lama orang telah mengetahui bahwa batu empedu terdiri sebagian besar alkohol
yang berwujud kristal putih yang disebut kolesterol, berasal dari bahasa Yunani Chole
mempunyai rumus molekul C27H46O dan mengandung sebuah ikatan rangkap. Struktur
menghasilkan hidrokarbon Diels dan berdasarkan hasil analisis sinar X selanjutnya kolesterol
telah disintesis pada tahun 1952 sebagai hasil karya Woodward dari Amerika Serikat dan pada
Molekul kosleterol terdiri atas tiga lingkar enam tersusun seperti dalarn fenantren dan
terlebur dalam suatu lingkar lima, Hidrokarbon tetrasiklik jenuh, yang mempunyai sistem
lingkar lima, hidrokarbon tetrasiklik jenuh, yang mempunyai sistem lingkar demikian dan
terdiri atas 17 atom karbon, disebut 1,2 siklopentenoperhidrofenantren, kerangka ini sekalius
dengan senyawa
organik
bahan alam
lainnya.
membran tetapi juga karena merupakan pelopor biosintetik umum untuk steroid lain termasuk
dalam otak dan jaringan saraf lainnya, dengan mencerminkan pentingnya fungsi membran di
dalam janingan-jaringan ini. Sebagai lipida membran kolesterol terdapat di dalam membran sel organisme
tingkat tinggi, tetapi tidak terdapat di dalam membrane - membran bakteri dan mitokondria.
http://www.scribd.com/doc/38354246/Laporan-Lipid
Uji Lipid
Submitted by rismaka on June 20, 2009 at 2:00 pm
10 Comments
Lipid atau trigliserida merupakan bahan bakar utama hampir semua organisme disamping
karbohidrat. Trigliserida adalah triester yang terbentuk dari gliserol dan asam-asam lemak.
Gambar 1. Struktur Asam Lemak
Asam-asam lemak jenuh ataupun tidak jenuh yang dijumpai pada trigliserida, umumnya
merupakan rantai tidak bercabang dan jumlah atom karbonnya selalu genap.
Ada dua macam trigliserida, yaitu trigliserida sederhana dan trigliserida campuran. Trigliserida
sederhana mengandung asam-asam lemak yang sama sebagai penyusunnya, sedangkan
trigliserida campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang berbeda. Pada umumnya,
trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cairan pada suhu kamar, disebut
minyak, sedangkan trigliserida yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering
disebut lemak.
Trigliserida bersifat tidak larut dalam air, namun mudah larut dalam pelarut nonpolar seperti
kloroform, benzena, atau eter. Trigliserida akan terhidrolisis jika dididihkan dengan asam atau
basa. Hidrolisis trigliserida oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkan suatu
campuran sabun K+ atau Na+ dan gliserol. Hidrolisis trigliserida dengan asam akan
menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya.
Trigliserida dengan bagian utama asam lemak tidak jenuh dapat diubah secara kimia menjadi
lemak padat oleh proses hidrogenasi sebagian ikatan gandanya. Jika terkena udara bebas,
trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung mengalami autooksidasi.
Molekul oksigen dalam udara dapat bereaksi dengan asam lemak, sehingga memutuskan ikatan
gandanya menjadi ikatan tunggal. Hal ini menyebabkan minyak mengalami ketengikan.
Kelas lipida yang lain adalah steroid dan terpen. Steroid merupakan molekul kompleks yang
larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling banyak
adalah sterol yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan
hewan. Kolesterol dan senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang
adalah komponen penting dari plasma lipoprotein.
Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap golongan lipid, yaitu
lemak, minyak, dan kolesterol.
Alat yang dipakai yaitu tabung reaksi, pengaduk, bunsen, pipet tetes, pipet mohr, kertas saring,
erlenmeyer dan sumbat karet.
Bahan yang dipakai pada percobaan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol, alkali, asam encer,
minyak kelapa, lemak hewan, mentega, margarin, gliserol, asam palmitat, asam stearat, asam
oleat, minyak kelapa tengik, kristal KHSO4, pereaksi iod Hubl, HCl pekat, serbuk CaCO3,
kolesterol, kloroform anhidrat, asam sulfat pekat, asam asetat anhidrat dan floroglusinol.
Prosedur Percobaan
Percobaan uji kelarutan, sebanyak 2 ml pereaksi atau pelarut dimasukkan ke dalam tabung reaksi
yang bersih, kemudian dibubuhkan sedikit bahan percobaan lalu dikocok kuat-kuat dan diamati
kelarutannya. Pelarut yang digunakan yaitu akuades, eter, kloroform, alkohol panas, alkohol
dingin, alkali dan asam encer.
Percobaan uji akrolein, kristal KHSO4 dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 3-4 tetes bahan percobaan. Selanjutnya dipanaskan diatas api kecil lalu api
diperbesar, diperhatikan bau akrolein yang terbentuk dibandingkan bau SO2 yang berasal dari
karbohidrat. Uji ini dilakukan terhadap minyak kelapa, lemak hewan, gliserol, asam palmitat dan
asam stearat.
Percobaan uji ketidakjenuhan, sebanyak 1 ml bahan percobaan dimasukkan dalam tabung bersih,
lalu ditambahkan kloroform sama banyak, dikocok sampai semua bahan larut. Kemudian
ditambahkan beberapa tetes pereaksi iod Hubl sambil dikocok dan diamati perubahan yang
terjadi. Lakukan uji ini terhadap minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan, mentega,
margarin, asam palmitat, asam oleat.
Percobaan uji ketengikan, erlenmeyer 100 ml diisi dengan 5 ml bahan percobaan, ditambahkan 5
ml HCl pekat, dan dicampurkan hati-hati. Selanjutnya dimasukkan serbuk CaCO3 dan segera
ditutup dengan sumbat karet yang dijepitkan kertas floroglusinol sehingga kertasnya tergantung
dan dibiarkan selama 10-20 menit. Kemudian warna yang timbul diamati pada kertas tersebut
dan bila kertas berwarna merah muda berarti bahan tersebut tengik. Uji ini dilakukan terhadap
minyak kelapa tengik, minyak kelapa, lemak hewan dan mentega.
Percobaan uji Salkowski untuk kolesterol, beberapa miligram kolesterol dimasukkan ke dalam
tabung reaksi yang sudah berisi 3 ml kloroform anhidrat. Kemudian ditambahkan asam sulfat
pekat dengan volume yang sama, tabung dikocok perlahan-lahan dan dibiarkan lapisan cairan
terpisah, diamati warna pada lapisan tersebut.
Percobaan uji Lieberman Buchard, larutan kolesterol dan kloroform dari percobaan Salkowski
ditambahkan 10 tetes asam asetat anhidrat dan 2 tetes asam sulfat pekat, kemudian dikocok
perlahan-lahan dan dibiarkan beberapa menit.
Pembahasan
Pada uji kelarutan lipid, hampir semua jenis lipid, yaitu lemak dan minyak tidak larut dalam
pelarut polar seperti air, namun larut dalam pelarut non polar sepertio kloroform, eter, dan
benzena. Asam oleat dan gliserol larut dalam air maupun alkohol. Hal ini disebabkan karena
pada gliserol dan asam oleat mempunyai kepala polar berupa gugus -OH yang dapat berikatan
hidrogen dengan molekul air ataupun alkohol. Lemak hewan dan minyak kelapa tengik dapat
terdispersi menjadi misel yang megubah asam-asam lemak penyusunnya menjadi sabun.
Pada hasil uji akrolein, gliserol dalam bentuk bebas atau yang terdapat dalam lemak/minyak akan
mengalami dehidrasi membentuk aldehid akrilat atau akrolein. Senyawa pendehidrasi dalam uji
ini adalah KHSO4 yang menarik molekul air dari gliserol. Hasil uji akrolein menunjukkan bahwa
semua bahan yang diuji memberikan bau yang tajam yang diidentifikasi oleh praktikan sebagai
bau akrolein. Pada teorinya, hanya gliserol dalam bentuk bebas atau yang terikat berupa senyawa
yang akan membentuk akrolein, sedangkan asam-asam lemak tidak. Dalam percobaan ini asam
lemak seperti asam oleat dan stearat memberikan hasil uji positif untuk akrolein. Penyebab
kesalahan ini adalah kesalahan praktikan dalam mengidentifikasi bau akrolein.
Trigliserida yang mengandung asam lemak yang mempunyai ikatan rangkap dapat diadisi oleh
golongan halogen. Pada uji ketidakjenuhan, pereaksi iod huble akan mengoksidasi asam lemak
yang mempunyai ikatan rangkap pada molekulnya menjadi berikatan tunggal. Warna merah
muda yang hilang selama reaksi menunjukkan bahwa asam lemak tak jenuh telah mereduksi
pereaksi iod huble. Dari hasil uji ketidakjenuhan, asam oleat menunjukkan hasil negatif, yaitu
bahwa ia mempunya uikatan rangkap pada molekulnya, sedangkan bahan lain yang diujikan
menunjukkan hasil positif, yaitu tidak adanya ikatan rangkap pada molekulnya.
Ketengikan pada kebanyakan lemak atau minyak menunjukkan bahwa kebanyakan golongan
trigliserida tersebut telah teroksidasi oleh oksigen dalam udara bebas. Pada uji ketengikan, warna
merah muda menunjukkan bahwa bahan tersebut tengik. Warna merah muda dihasilkan dari
reaksi antara floroglusinol dengan molekul oksigen yang mengoksidasi lemak/minyak tersebut.
Hasil percobaan menunjukkan, dari semua bahan yang diuji, hanya minyak kelapa dan margarin
yang tidak tengik. Hal-hal yang mempengaruhi ketengikan ini adalah proses penyimpanan bahan
uji yang cukup lama dan kurang tertutup, sehingga berinteraksi dengan udara bebas yang
menyebabkannya menjadi tengik.
Uji salkowski dan lieberman-buchard digunakan untuk mengidentifikasi adanya kolesterol. Pada
uji salkowski, terbentuk cincin coklat yang menunjukkan terjadinya reaksi antara kolesterol
dengan asam sulfat pekat. Warna hijau pada uji lieberman-buchard menunjukkan reaksi antara
kolesterol dengan asam asetat anhidrat. Kedua uji tersebut diatas dapat digunakan untuk
mengukur kadar kolesterol secara kalorimetri.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, lipid larut dalam pelarut organik seperti kloroform, atau
eter tetapi tidak larut dalam air. Pada uji akrololein semua bahan mengandung gliserol yang
membedakannya hanya intensitas bau yang ditimbulkan. Pada uji ketidakjenuhan bahan yang
jenuh memberikan perubahan warna menjadi merah muda sedangkan yang tidak jenuh tetap pada
warna asalnya. Minyak atau lemak yang tengik dapat dideteksi denga perubahan warna kertas
menjadi merah muda. Kolesterol diuji secara kualitatif dengan uji Salkowski dan Lieberman
Buchard.
http://www.rismaka.net/2009/06/uji-lipid.html
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut
tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut).
Apabila suatu pelarut ditambah dengan sedikit zat terlarut (Gambar 6.2), maka akan didapat
suatu larutan yang mengalami:
Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam
larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit
terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion.
Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan
sifat koligatif larutan elektrolit.
Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan
uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau
fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapan berkurang.
Gambaran penurunan tekanan uap
Menurut Roult :
p = po . XB
keterangan:
P = Po (1 – XA)
P = Po – Po . XA
Po – P = Po . XA
Sehingga :
ΔP = po . XA
keterangan:
Contoh :
Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan dalam
90 gram air ! Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari titik
didih pelarut murni. Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:
ΔTb = m . Kb
keterangan:
(W menyatakan massa zat terlarut), maka kenaikan titik didih larutan dapat dinayatakan sebagai:
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan sebagai :
Tb = (100 + ΔTb) oC
Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan sebagai:
Tf = (O – ΔTf)oC
Tekanan Osmosis
Tekanan osmosis adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel (proses
osmosis) seperti ditunjukkan pada.
PV = nRT
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis lebih rendah dari yang lain disebut larutan Hipotonis.
Larutan yang mempunyai tekanan lebih tinggi dari yang lain disebut larutan Hipertonis.
Larutan yang mempunyai tekanan osmosis sama disebut Isotonis.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya
mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit mempunyai
jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.
Contoh :
Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) karena terurai menjadi 2 ion, maka
konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.
Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah derajat
ionisasi. Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai :
Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk elektrolit
lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 < α < 1). Atas dasar kemampuan ini, maka larutan
elektrolit mempunyai pengembangan di dalam perumusan sifat koligatifnya.
Contoh :
Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan5.85 gram garam dapur (Mr
= 58.5) dalam 250 gram air ! (untuk air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)
Jawab :
Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita mengetahui
bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasiny
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/sifat-koligatif-larutan/
Protein
Kata Kunci: asam amino, gugus karboksilat, senyawa organik, senyawa protein
Protein juga berfungsi sebagai pelindung, seperti antibodi yang terbentuk jika tubuh kemasukan
zat asing, serta sebagai sistem kendali dalam bentuk hormon,
Protein pembangun misalnya glikoprotein terdapat dalam dinding sel, keratin yang terdapat pada
kulit, kuku dan rambut. Sebagai komponen penyimpanan dalam biji-bijian. Protein juga
merupakan sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak
mampu membentuk asam amino.
Dalam tinjauan kimia protein adalah senyawa organik yang kompleks berbobot molekul tinggi
berupa polimer dengan monomer asam amino yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan sulfur serta Posfor. Untuk
pembahasan protein kita kaji terlebih dahulu monomer penyusun protein yaitu asam amino.
Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksilat (COOH) dan
amina (NH2) yang terikat pada satu atom karbon (Cɲ) yang sama, atom ini juga umumnya
merupakan C asimetris. Secara rinci struktur asam amino dibangun oleh sebuah atom C yang
mengikat empat gugus yaitu; gugus amina (NH2), gugus karboksilat (COOH), atom hidrogen
(H), dan satu gugus sisa R. Gugus ini yang membedakan satu asam amino dengan asam amino
lainnya, coba perhatikan Gambar 14.19.
Gambar 14.19. Molekul asam amino, gugus penyusun serta bentuk ionnya
Gugus karboksilat menyebabkan asam amino bersifat asam gugus amina bersifat basa. Dalam
larutan, asam amino bersifat amfoter, sebagai asam pada media basa dan menjadi basa pada
suasana asam. Hal ini dikarenakan protonasi, gugus amina menjadi –[NH3+] dan gugus
karboksilat menjadi ion –[COO-], sehingga asam amino memiliki dua muatan dan disebut
dengan zwitter-ion (Bagan 14.20).
Gambar 14.20. Molekul Asam amino sebagai asam dan sebagai basa
Keberadaan C asimetrik menjadi pusat kiral dan molekul asam amino memiliki isomer optik
yang umumnya diberi notasi dextro (D) dan levo (L), ingat pembahasan isomer optik pada
karbohidrat, struktur kedua isomer dapat ditunjukan oleh alanin, perhatikan Gambar 14.21.
Penggolongan Asam amino didasari pada sifat dan struktur gugus sisa (R), seperti gugus R yang
bersifat asam, basa, gugus R yang mengandung belerang atau hidroksil, R sebagai senyawa
aromatik, alifatik dan yang siklik. Namun penggolongan yang umum dipergunakan adalah sifat
polaritas dari gugus R.
1. Asam amino dengan R yang bersifat non polar. Gugus R dalam golongan asam amino merupakan
senyawa hidrokarbon, dengan karakteristik hidrofobik. Golongan ini terdiri dari lima senyawa
asam amino yang memilliki gugus R alifatik yaitu alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin,
sedangkan gugus R yang mempunyai struktur aromatik meliputi fenil alanin dan triptopan, serta
satu molekul yang mengandung belerang yaitu methionin. Golongan ini memiliki struktur seperti
pada Bagan 14.22.
2. Asam amino dengan R polar tapi tidak bermuatan, asam amino ini bersifat polar, dan hidrofilik
atau lebih mudah larut dalam air dibandingkan dengan asam amino jenis pertama. Golongan ini
memiliki gugus fungsional yang membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Beberapa asam
amino yang masuk dalam golongan ini adalah; glisin, serin, treonin, sistein, tirosin, asparagin dan
glutamin. Senyawa dalam kelompok ini ditampilkan oleh Bagan 14.23.
3. Asam amino dengan gugus R yang bermuatan negatif, kelompok ini hanya terdiri dari dua asam
amino yang memiliki gugus bermuatan total negatif, yaitu asam aspartat dan asam glutamat.
Kedua molekul ini memiliki gugus tambahan yang bermuatan negatif yaitu gugus karboksilat.
Asam amino ini disajakan pada Bagan 14.24, pada halaman berikut.
4. Asam amino dengan gugus R bermuatan positif. Lisin merupakan asam amino yang masuk dalam
golongan ini, akan memiliki muatan total positif pada pH 14. Sedangkan arginin mengandung
gugus guanidine yang bermuatan positif dan histidin mengandung gugus imidazol yang sedikit
mengion. Kelompok asam amino ini memiliki struktur seperti pada Gambar 14.25.
Bagan 14.24. Asam amino dengan gugus R yang bermuatan total negatif
Gambar 14.25. Asam amino dengan gugus R yang bermuatan total positif
Dalam tubuh manusia terdapat beberapa asam amino yang tidak disintesa dalam tubuh yaitu
asam amino esensial. Kebutuhan akan asam amino ini di dapat dari makanan. Ada sepuluh
macam amino esensial yaitu Arginin, (Arg), Histidin (His), Isoleusin (Ile), Leusin (Leu), Lisin
(Lys), Methionin (Met), Phenilalanin (Phe), Threonin (Thr), Triptofan (Trp) dan Valin (Val).
Asam amino esensial dapat diperoleh dari makanan seperti telur, daging, susu. Hampir seluruh
protein tersedia dalam susu, beberapa biji-bijian dan sayuran mengandung protein yang tidak
lengkap, mengkombinasikan makanan sangat baik, dalam Tabel 14.3, terdapat beberapa sumber
protein yang dapat dijadikan rujukan.
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-kesehatan/biomolekul/protein/
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan
dalam fungsi struktural atau mekanisme, seperti protein yang membentuk batang dan sendi
sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali
dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino
bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan biopolymer polipeptida yang tersusun dari sejumlah asam amino yang
dihubungkan oleh ikatan peptida. Protein merupakan biopolymer yang multifungsi, yaitu
sebagai struktural pada sel maupun jaringan dan organ, sebagai enzim suatu biokatalis, sebagai
pengemban atau pembawa senyawa atau zat ketika melalui biomembran sel, dan sebagai zat
pengatur.
Selain itu protein juga merupakan makromolekul yang paling berlimpah di dalam sel dan
menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme. Protein merupakan
instrumen yang mengekspresikan informasi genetik. Protein mempunyai fungsi unik bagi tubuh,
antara lain menyediakan bahan-bahan yang penting peranannya untuk pertumbuhan dan
memelihara jaringan tubuh, mengatur kelangsungan proses di dalam tubuh, dan memberi
tenaga jika keperluannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak.
3.1 Alat
¯ Tabung reaksi
¯ Gelas ukur
¯ Pipet tetes
¯ Batang pengaduk
¯ Kertas saring
¯ Termometer
¯ Stopwatch
¯ pH meter
3.2 Bahan
¯ Natrium hidroksida 2,5 N
¯ Larutan protein (gelatin dan albumin)
¯ Larutan tembaga sulfat (CuSO4)0,01 M
¯ Merkuri (II) klorida atau HgCl2 0,2 N
¯ Timbal asetat 0,2 M
¯ Larutan (NH4)2SO4
¯ Reagen millon
¯ Reagen uji biuret
¯ Larutan albumin
¯ Buffer asetat 1 M
¯ Asam klorida 0,1 M
¯ Natrium hidroksida 0,1 M
¯ Etil alkohol 95%
¯ Asam asetat 1 M
¯ Air
Albumin terendapkan logam berat Gelatin tidak terendapkan logam berat
o Pada uji biuret, gelatin dan albumin menunjukkan warna ungu ketika penambahan
tembaga sulfat dalam suasana basa. Hal ini menunjukkan adanya ikatan peptida dalam
gelatin dan albumin. Ada tidaknya ikatan peptida pada sampel uji, bisa menunjukkan
bahwa sampel uji tersebut termasuk ke dalam golongan protein atau bukan. Jika pada
sampel albumin dan gelatin menunjukkan hasil yang positif terhadap uji biuret, maka
dikatakan terdapat ikatan peptida dalam sampel yang juga berarti bahwa sampel
tersebut merupakan protein.
o Pengendapan sampel protein (albumin dan gelatin) oleh logam Hg berlangsung lebih
cepat dan menghasilkan produk dalam jumlah yang lebih banyak. Hal ini terjadi karena
tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar daripada Pb-Asetat. Pada saat ditambahkan ke
dalam larutan sampel uji, HgCl2 akan terionisasi dan lebih banyak dalam bentuk Hg2+
sehingga protein berlebih yang terdapat dalam sampel uji lebih cepat bereaksi dengan
Hg2+ tersebut dan menghasilkan endapan dalam jumlah yang lebih banyak ketimbang
pengendapan oleh logam Pb yang memiliki tetapan disosiasi lebih kecil dari Hg.
o Pada uji pengendapan dengan garam, sampel protein (albumin dan gelatin) mampu
terendapkan setelah penambahan ammonium sulfat hingga larutan jenuh. Hal ini terjadi
karena ammonium sulfat memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi daripada protein.
Sehingga pada saat penambahan ammonium sulfat, ammounium sulfat akan melarut
dalam air/pelarutnya dan mendesak protein keluar, kembali dalam bentuk solidnya
sehingga terbentuklah protein yang terendapkan. Filtrat yang tersisa pada pengujian ini,
kemudian diuji kembali dengan cara uji biuret dan kembali menghasilkan warna ungu.
Warna ungu yang terbentuk menunjukkan bahwa masih ada ikatan peptida dalam
larutan, ini berarti juga masih ada protein dalam larutan yang belum terendapkan
sempurna dengan penambahan garam ammonium sulfat tersebut.
o Penambahan alkohol pada uji pengendapan dengan alkohol berfungsi untuk
menurunkan konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik-menarik antar
molekul jadi semakin kuat. Kemudian alkohol akan menkondisikan gugus positif pada
asam amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan, sehingga
pada suasana tertentu mampu membentuk endapan. Albumin yang ditambah larutan
penyangga (buffer) pH 4,7 paling banyak menghasilkan endapan, hal ini terjadi karena
pH tersebut merupakan titik isoelektrik protein sehingga endapan yang terbentuk
merupakan jumlah yang paling maksimal. Albumin yang ditambahkan HCl juga
menghasilkan endapan, namun dengan kuantitas yang lebih sedikit, ini terjadi karena
gugus positif pada protein berikatan dengan gugus Cl - dan gugus negatif yang ada pada
larutan sehingga terbentuk endapan pada suasana asam. Sebaliknya, protein tidak
terendapkan oleh alkohol pada suasana basa karena pH nya terlampau jauh dari titik
isoelektrik protein.
o Albumin terkoagulasi setelah pemanasan sedang albumin tidak. Namun seharusnya,
semua jenis protein terkoagulasi oleh suhu yang tinggi. Gelatin yang tidak terkoagulasi
oleh panas ini kemungkinan terjadi karena sampel gelatin yang ada terlalu rendah
konsentrasinya sehingga koagulan dari gelatin tidak tampak secara kasat mata.
o Semua jenis protein akan terkoagulasi oleh asam dan panas. Albumin dengan buffer pH
4,7 menghasilkan endapan yang paling banyak setelah pemanasan. Hal ini juga
berkaitan dengan titik isoelektrik protein. Albumin dengan NaOH menhasilkan endapan
yang paling sedikit, kendati albumin tidak terdenaturasi pada suasana basa namun
endapan tetap terbentuk walaupun dalam jumlah yang sedikit, hal ini terjadi karena
pemanasan yang dilakukan mampu membuat protein terdenaturasi.
7. KESIMPULAN
o Gelatin dan albumin menunjukkan hasil yang positif terhadap uji biuret, terlihat dari
perubahan warna larutan menjadi bening berwarna ungu. Uji biuret digunakan sebagai
pengujian umum terhadap kandungan protein dalam sampel dengan melihat ada
tidaknya ikatan peptida dalam sampel tersebut.
o Protein terendapkan oleh logam logam berat seperti Pd dan Hg. Laju pembentukan dan
jumlah endapan ditentukan oleh tetapan disosiasi senya logam pengendapnya.
o Protein terendapkan oleh alkohol pada titik isoelektriknya (pH 4,7) dan pada pH tertentu
yang mendekati titik isoelektriknya.
o Gelatin dan albumin terendapkan oleh penambahan garam. Kedua endapan tidak bisa
larut kembali dalam air, hanya terpecah menjadi partikel yang lebih kecil saat
pengadukan dan terdispersi di semua bagian air sehingga tampak larut pada percobaan
ini. Endapan yang terbentuk menunjukan hasil positif terhadap reagen milon dengan
berubahnya warna endapan menjadi oranye kecoklatan, hal ini menunjukan bahwa
endapan yang terbentuk benar-benar merupakan endapan protein.
o Protein akan terkoagulasi oleh pemanasan.
o Protein terdenaturasi oleh suasana asam dan panas, terlihat dari pembentukan jumlah
endapan yang lebih banyak pada tabung yang dikondisikan dalam suasana asam dan
ditahan pada pH sesuai titik isoelektriknya.
http://andiscientist.blogspot.com/2010/08/uji-identifikasi-protein.html
“Sejumlah asam amino bergabung menjadi satu rantaiasam amino, itu namanya
atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil
memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk
larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa
dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu
menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak
dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu
Asam amino adalah unsur2 yang membentuk protein. Kumpulan asam amino di
bisa diartikan sebagai protein, sedangkan semen, batu-bata, atap, jendela, pintu,
kayu dan bahan2 yang membentuk bangunan tersebut bisa diibaratkan sebagai
asam amino.
Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus karboksil di
sebelah kanan.
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus:
gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa
(R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan
senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus
karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut
merupakan asam α-amino.
gugus amino,
gugus karboksil,
• Gugus R à rantai samping yang berbeda-beda pada setiap jenis asam amino
-. Struktur
-. Ukuran
-. Muatan elektrik
-. Sifat kelarutan di dalam air
gugus terionisasi
• Bersifat hidrofobik. Semakin hidrofobik suatu a.a spt Ile (I) à biasa terdapat di
• Prolin berbeda dgn a.a à siklis. Tapi mempunyai byk kesamaan sifat dgn kelompok
alifatis ini.
• Sistein berbeda dgn yg lain, karena ggs R terionisasi pada pH tinggi (pH = 8.3)
• (-S-S-) à sistin (tdk tmsk dlm a.a. standar karena selalu tjd dari 2 buah molekul
struktur ensim
• Asam amino aromatik mampu menyerap sinar UV λ 280 nm à sering digunakan utk
• Krn histidin dpt terionisasi pada pH mendekati pH fisioligis à sering berperan dlm
• Mempunyai gugus karboksil pada rantai sampingnya à bermuatan (-) / acid pada
pH 7
manusia karena sel – sel tubuh tidak dapat mensintesisnya. Sebagian besar asam
amino ini hanya dapat disintesis oleh sel tumbuhan, sebab untuk sintesisnya
Asam amino esensial adalah asam amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh
tubuh, sehingga harus didapat dari konsumsi makanan. Asam amino non-esensial
adalah asam amino yang bisa diprosuksi sendiri oleh tubuh, sehingga memiliki
prioritas konsumsi yang lebih rendah dibandingkan dengan asam amino esensial.
Asam amino esensial bersyarat adalah kelompok asam amino non-esensial, namun
pada saat tertentu, seperti setelah latihan beban yang keras, produksi dalam tubuh
tidak secepat dan tidak sebanyak yang diperlukan sehingga harus didapat dari
Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein atau sebagai
kebutuhan ini, spesies itu harus memasoknya dari luar (lewat makanan). Istilah
Bagi manusia, ada delapan (ada yang menyebut sembilan) asam amino esensial yang
harus dipenuhi dari diet sehari-hari, yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin,
fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Histidin dan arginin disebut sebagai
kebutuhannya. Asam amino karnitin juga bersifat "setengah esensial" dan sering
diberikan untuk kepentingan pengobatan.
bercabang)
bercabang)
bercabang)
- Tidak diproses di organ hati, dan lebih langsung diserap oleh otot
tyrosine) ke otak
4. Lycine
- Kekurangan lycine akan mempengaruhi pembuatan protein pada otot dan jaringan
penghubugn lainnya
5. Tyyptophan
- Membantu membuang zat racun pada organ hati dan membantuk regenerasi
7. Threonine
8. Phenylalanine
Asam amino nonessensial adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh
Contoh : Alanin, Asparagin, Asam Aspartat, Asam Glutamat, Glutamin dan Prolin
1. Aspartic Acid
- Merupakan bagian dari sel darah merah dan cytochrome (enzim yang terlibat
3. Alanine
- Merupakan salah satu kunci dari siklus glukosa alanine yang memungkinkan otot
4. Serine
pembuluhdarah untuk aliran darah dan pengantaran nutrisi yang lebih baik) dan
GABA
- Diperlukan untuk pembentukan sel darah merah dan sel darah putih
- Merangsang aktivitas sel darah putih dalam peranannya meningkatkan daya tahan
tubuh
- Salah satu komponen yang membentuk otot jantung dan jaringan penyambung
- Salah satu elemen besar dari kolagen4. Glutamic Acid (Asam Glutamic
- Pemicu dasar untuk glutamine, proline, ornithine, arginine, glutathine, dan GABA
5. Tyrosine
hormon thyroid
- Meningkatkan mood dan fokus mental
6. Glutamine
- Sumber energi penting pada organ tubuh pada saat kekurangan kalori
7. Taurine
8. Ornithine
- Dalam dosis besar bisa membantu produksi hormon pertumbuhan
• Asam amino yang menyusun protein organisme ada 20 macam disebut sebagai
• Selenenosistein mempy kode genetik: UGA à biasa utk stop kodon à tjd pd mRNA
• Terjadi karena modifikasi yang terjadi setelah suatu asam amino standar menjadi
protein.
• Kurang lebih 300 asam amino non standar dijumpai pada sel
hidroksilase
• Modifikasi lisin. Terdapat di kolagen dan miosin (protein kontraksi pd otot) dan
Amino merupakan senyawa organik yang merupakan satuan penyusun protein yang
mempunyai gugus amino dan karboksilat. Oleh karena itu asam amino mempunyai
sifat asam maupun basa. Struktur sederhana dari asam amino adalah:
NH2
R-CH-COOH
Suatu asam amino mengandung gugus amina yang bersifat basa dan gugus karboksil
yang bersifat asam dalam molekul yang sama. Suatu asam amino yang mengalami
reaksi asam basa internal, yang menghasilkan suatu ion dipolar yang disebut sebagai
switter ion. Karena terjadinya muatan ion, suatu asam amino mempunyai banyak
sifat garam. Pxa suatu asam amino bukanlah Pxa dari gugus -COOH melainkan dari
Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawa-senyawa organik, misalnya titik
molekul sekitar itu berupa cairan pada temperatur kamar. Asam amino larut dalam
air dan pelarut polar lain, tetapi tidak larut dalam pelarut non-polar, seperti dietil
eter atau benzena. Asam amino mempunyai momendipol yang besar dan juga
mereka kurang bersifat asam dibandingkan sebagian besar asam karboksilat, dan
Asam amino bersifat antara asam lemah dan basa lemah, ia akan terionisasi
diantara asam dan basa dalam larutan berair yang disebut amfoterik, sebagai
Dua asam amino berikatan melalui suatu ikatan peptida dengan melepas sebuah
daripada sintesis. Gugus karboksil suatu asam amino berikatan dengan gugus amino
dari asam amino lain yang menghasilkan peptida dengan melepas molekul
air(Winarno, 1992).
Suatu ikatan peptida mempunyai ikatan rangkaian yang disebabkan oleh tumpang
tindih orbital p dari gugus karbonil dengan pasangan elektron yang terdiri dari
nitrogen. Suatu peptida adalah suatu amida yang dibentuk dari dua asam amino
atau lebih. Ikatan amida antara gugus alfa amino dari suatu asam amino dan gugus
Asam amino dapat berperan sebagai asam atau basa, jika suatu kristal asam amino,
misalnya alanin dilarutkan dalam air, molekul ini menjadi dipolar yang dapat
Asam amino tidak hanya berperan sebagai bahan bangunan dari protein, tapi juga
merupakan pelopor kimia bagi banyak senyawa, misalnya glisin diperlukan untuk
biosintesis gugus dari hemoglobin. Triptofan merupakan pelopor dan suatu famili
zat-zat penting dalam biokimia sistem syaraf. Tirosin merupakan materi
Kelarutan asam amino adalah larut dalam pelarut polar seperti air dan etanol, tetapi
tidak larut dalam pelarut non-polar, seperti benzena, heksana dan eter. Titik
leburnya yang relatif tinggi (diatas 200*C) menyatakan adanya gugus-gugus yang
bermuatan yaitu energi tingi yang diperlukan untuk memecahkan ionik yang
Asam amino yang sederhana, glisin dapat digunakan sebagai contoh asam amino
atau protein sebagai buffer. Ketika glisin didalam larutan dititrasi dengan asam atau
basa terjadi pertukaran molekul dari bentuk zwitter ke bentuk dissosiasi pada gugus
H2O
Dalam titrasi asam amino, asam amino bertindak sebagai buffer dalam daerah dan
cairan tubuh lain yang mempunyai ion dipolar memberikan dua disosiasi ketika
bereaksi dengan asam atau basa. Persamaan Hendersen Hassel Bakk, untuk buffer
konsentrasi sama dari gambar dan bentuk buffer asam adalah dituliskan sebagai
berkut(Routh, 1969):
= Pk
Sifat-sifat khusus asam amino antara lain, asam amino tidak menyerap cahaya
alanin dan histidin, tidak menyerap sinar UV yang mempunyai panjang gelombang
Karena atom C pusat mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino—
ini adalah tipe D. Jika urutan ini terjadi dengan arah putaran berlawanan jarum jam,
maka itu adalah tipe L. (Aturan ini dikenal dalam bahasa Inggris dengan nama CORN,
Pada umumnya, asam amino alami yang dihasilkan eukariota merupakan tipe L
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai monomernya.
karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik monomer di sebelahnya.
Pada polimerisasi asam amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil
satu asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian gugus amina asam amino
lainnya akan terlepas dan membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam
reaksi dehidrasi. Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan
hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau
asam amino baku atau asam amino penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam
Berikut adalah ke-20 asam amino penyusun protein (singkatan dalam kurung
menunjukkan singkatan tiga huruf dan satu huruf yang sering digunakan dalam
kajian protein), dikelompokkan menurut sifat atau struktur kimiawinya:
Karena asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil sekaligus, zat ini dapat
dipengaruhi oleh gugus-R yang dimiliki). Pada pH tertentu yang disebut titik
isolistrik, gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, –
COO-). Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam aminonya. Dalam
ion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal putih yang
bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino bebas berada
dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH fisiologis yang dekat netral.
Asam amino dalam bentuk tidak terion (kiri) dan dalam bentuk zwitter-ion.
(kofaktor).
Asam amino ini ternyata juga memiliki fungsi biokimiawi dalam metabolisme
tubuh. Misalnya saja asam amino taurin yang dipercaya mampu memicu
penggunaan energi dalam tubuh kita. Demikian juga dengan asam amino
meningkatkan pembakaran energi tubuh. Asam amino glisin dan glutamin juga
itulah yang dimanfaatkan oleh para produsen untuk menciptakan minuman yang
mampu membangkitkan energi ekstra. Asam amino yang sering digunakan adalah
taurin, glisin, glutamat, karnitin dan beberapa asam amino yang memiliki
Secara alami asam-asam amino tersebut terdapat pada berbagai organ hewan,
seperti taurin yang banyak terdapat pada empedu sapi dan asam amino
komersial, asam amnino tersebut saat ini jarang yang diekstrak dari organ
hewan. Di samping harganya yang lebih mahal, proses ekstraksi ini juga
Para produsen asam amino saat ini lebih melirik pada proses fermentasi dan
Asam amino glutamat merupakan salah satu yang diproduksi melalui proses
fermentasi. Bahan media utama yang digunakan adalah molases dan bahan-bahan
lain yang mengandung gula. Proses pembuatan glutamat ini sama dengan proses
pembuatan MSG (mono sodium glutamat) yang banyak dikenal sebagai bumbu
Asam amino lain yang juga dihasilkan dari proses fermentasi adalah arginin.
Namun di Cina dilaporkan ada juga produsen yang memproduksi arginin dari
biji jagung yang dihidrolisa dan dipisahkan asam amino argininnya melalui
perbedaan titik iso elektrik. Namun para produsen dari Jepang lebih
tersebut.
reaksi amino etanol dan asam sulfat. Bahan-bahan yang banyak digunakan
dalam pembuatan asam amino secara sintetis ini adalah urotropin, urea,
Sedangkan asam amino sistin dan sistein bisa dihasilkan dari proses
fermentasi maupun ekstraksi dari bahan alami. Jepang merupakan salah satu
amino tersebut dari ekstraksi bulu unggas dan juga rambut manusia.
PROTEIN
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama")
adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer
dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan
dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain
berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang
membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan
polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein
merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa
DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang
dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari
STRUKTUR
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat
satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat).
Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang
protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada
protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder
tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan
Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur tiga
gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan
kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer)
dan membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis
protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino
ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N
dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin
dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri
massa.
dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari puntiran-
alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta
menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi
struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum
FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari
lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-
350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada
protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya.
fungsi baru berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada
dan alpha-helix yang sangat pendek. Model dibuat dengan menggunakan koordinat
Kekurangan Protein
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein
menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang
atlet.atlet.
Yang paling buruk ada yang disebut dengan [[Kwasiorkor], penyakit kekurangan
protein. Biasanya pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari yang
namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh darah
hipotonus
gangguan pertumbuhan
hati lemak
Sintese protein
diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam
amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9
asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh
tubuh esensiil, sedangkan sebagian asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak
usus maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel
tubuh. Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut
Sumber Protein
Daging
Ikan
Telur
Tumbuhan berbji
Suku polong-polongan
Kentang
Studi dari Biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel, Profesor untuk
biokimia di Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan
kepada kelinci. Satu grup kelinci-kelinci tersebut diberikan makanan protein hewani,
sedangkan grup yang lain diberikan protein nabati. Dari eksperimennya didapati
bahwa kelinci yang memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah beratnya
dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi selanjutnya, oleh
protein nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama.
Tes UV-Absorbsi
Reaksi Xanthoprotein
Reaksi Millon
[[Reaksi Ninhydrin]
Reaksi Biuret
Reaksi Bradford
BCA-]
DALAM beberapa seri tulisan berikut diuraikan komponen molekuler atau bahan
kimia sel. Bahan itu dibedakan atas bahan anorganik dan organik. Bahan anorganik
ialah bahan yang terdapat di alam, yaitu oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), dan
mineral. O2 dan CO2 berasal dari udara, dan masuk-keluar sel lewat pernapasan.
O2 masuk tubuh lewat paru, berguna untuk oksidasi atau membakar molekul
organik untuk menghasilkan energi. CO2 ampas oksidasi, sebagian besar dibuang
Bahan organik ialah bahan yang dihasilkan oleh organisme atau makhluk hidup:
O2 dan CO2 tidak diulas dalam seri ini. Bahan lain diulas satu per satu. Dimulai
dalam sel serta peranan hormon di dalamnya. Semua bahan organik dibina atas
empat macam unsur yaitu C, H, O, dan N. Karbohidrat dan lemak mengandung tiga
besar ini singkatan nama atom unsur kimia: O = oksigen (zat asam), H = hidrogen
(zat air), C = carbon (karbon, zat arang), N = nitrogen (zat lemas), S = sulfur (zat
belerang), dan P = phosphorus (fosfor).
perjabatan atau perikanan lengan, diberi tanda dengan garis pendek -. Jumlah
adalah polimer asam amino. Berasal dari kata poli = banyak, dan mer= bulatan atau
satuan. Jadi asam amino adalah monomer protein (mono- = satu). Asam amino
mengandung dua macam gugus: 1) asam –COOH; 2) amine –NH2. R = gugus metil (-
menentukan besar atau berat molekul (BM) suatu protein. Asam amino, yang
tersederhana dan terkecil ialah glisin. Disini R = H atau hidrogen. Lebih besar dari
glisin ialah alanin, di sini n = 1. Asam amino yang umum dihasilkan oleh makhluk
hidup, hewan atau tumbuhan ada 20 macam: glisin, alanin, serin, sistein, valin,
triptofan, prolin, asparagin, asam aspartat, glutamin, dan asam glutamat. Yang ke20
macam itu membina suatu molekul protein, ibarat bata yang menjadi bahan dasar
Ada protein yang tidak lengkap mengandung segala macam asam amino, ada pula
yang lengkap. Dari yang 20 macam itu ada 10 macam yang bisa dibikin dalam sel,
berbahankan asam amino yang 10 macam. Yang 10 macam lain tidak bisa dibikin sel
hewan, disebut asam amino penting atau esensil : valin, leusin, isoleusin, lisin,
ratusan sampai ribuan. Ada protein yang asam amino beruntai ke samping, sehingga
membentuk cabang. BM suatu protein belasan sampai ratusan ribu. Protein yang
tergolong paling besar ialah globulin, dengan BM = 920.000. Jika protein dipecah
atau dicernakan, terbentuk suatu hasil antara yang disebut peptida. Peptida dibina
atas beberapa asam amino. Dua asam amino beruntai disebut dipeptida, tiga
beruntai disebut tripeptida. Jika beruntaian banyak disebut polipeptida. Ada bagian
Telah diajarkan kepada orang awam bahwa protein adalah zat pembangun.
Sebetulnya selain protein, karbohdirat dan lemak juga penyerta atau pelengkap zat
pembangun. Hampir sebagian besar organel dan produk sel berbahan pokok
protein. Kulit dibina atas serat keratin, klagen, dan elastin, yang semua adalah
protein. Darah adalah gabungan banyak macam protein. Eristrosit, lekosit, dan
Dalam plasma darah terdapat berpuluh macam protein, seperti albumin untuk
pembekuan darah jika terjadi luka atau darah berkontak dengan bagian pembuluh
rangka yang membuat anggota dapat digerakkan, mengandung serat yang dapat
berkerut yang disebut miofibril. Miofibril ini juga protein. Rambut dan bulu juga
dibina atas keratin, seperti halnya yang membina kulit ari. Tulang memiliki bahan
Tulang rawan memiliki bahan dasar khondrin, juga protein. Hormon banyak yang
protein, peptida, atau ubahan salah satu asam amino. Enzim adalah biokatalisator
dan itu adalah protein juga. Protein dibagi atas dua golongan: 1) sederhana; 2)
gabungan. Yang sederhana jika diuraikan oleh suatu enzim akan pecah jadi asam
amino saja. Yang gabungan terdiri dari gabungan protein dengan bahan organik lain.
Yang sederhana seperti: albumin, globulin, glutein, histon, kasein, dan vitelin.
Albumin pengangkut zat dalam plasma darah, dan globulin pembina bahan
kekebalan atau antibodi. Glutein adalah protein yang terkandung dalam biji sereal
(padi, jagung, gandum, jelai, sorgum), histon adalah poros lilitan DNA dalam
kromosom, kasein terkandung dalam susu, dan vitelin adalah protein yang membina
kuning telur.
Dalam sel tubuh kita protein dibikin dari monomer asam amino. Asam amino yang
membentuk untaian jika dari inti datang perintah untuk menyintesa sejenis protein.
Asam amino dalam sitoplasma itu dibawa darah dari usus, sebagai hasil pencernaan
protein dalam bahan makanan. Asalnya protein makanan itu diproduksi oleh
tumbuhan.
Oleh karena punya kloroplas maka tumbuhan dapat berfotosintesa. Dari sini
dihasilkan glukosa. Glukosa dapat diubah jadi asam amino setelah dari tanah oleh
akar diisap ion nitrat (NO3), lalu gabung dengan glukosa itu. Dari sini tumbuhan pun
memproduksi protein. Karnivora mendapat protein dari tubuh mangsa, yang asalnya
juga karena mangsa itu mendapat protein dari tumbuhan. Protein dapat disintesa
Meski asam amino berasal dari tumbuhan, tetapi protein yang disentesa hewan
beda dengan tumbuhan. Waktu embrio awal, yaitu sampai tingkat morula, semua
sel membikin semua macam protein dan bahan organik lain. Ketika embrio telah
mengalami diferensiasi, lalu terbentuk berbagai jaringan, maka tiap sel dari setiap
usus, paru, dan kelamin, menghasilkan musin sebagai bahan dasar lendir yang
perambat rangsang).
SETIAP macam protein disintesa menurut cetak biru. Cetak biru iitu ada pada gen.
Sedangkan gen berada dalam kromosom. Sel tubuh orang mengandung hampir
100.000 gen, disebar pada 23 macam kromosom. Tiap macam ada sepasang. Sel
Sekitar 60 persen gen itu menyintesa protein. Ada satu protein dihasilkan oleh satu
gen saja, ada pula oleh beberapa gen. Hemoglobin disintesa oleh dua gen,
sedangkan gen antibodi disintesa empat gen. Beda protein beda pula gennya. Dari
hampir 100.000 gen dalam tiap sel tubuh seseorang terbentuk ribuan macam
protein. Karena sintesa zat organik lain, terutama karbohidrat dan lemak, diatur
oleh enzim dan itu adalah protein, maka terbentuk ribuan macam kedua zat organik
itu.
Meski macam protein sama pada semua individu suatu species, namun antara
ultrastruktur setiap macam protein. Itu terjadi karena kalau beda individu bervariasi
pula susunan nukleotida DNA gen-gennya. Karena itu beda individu beda pula
struktur halus proteinnya. Sudah pernah dibicarakan bahwa membran sel, yaitu
yang menjadi selaput setiap sel dan juga menyelaputi banyak organel dalam sel,
dibina atas dua lapis lemak, dan ditunjang oleh banyak molekul protein. Banyak di
antara protein membran itu yang bertindak sebagai penerima atau reseptor bagi
berbagai zat untuk bisa dibawa masuk ke dalam sel. Ada juga sebagai pengenal sel
tetangga atau bahan yang datang dari luar tubuh, disebut protein pengenal.
Protein pengenal akan mengenal sel atau bahan yang berasal dari tubuh sendiri
(self), dan yang bukan dari tubuh sendiri (nonself). Protein pengenal kecocokan
jaringan disebut HLA (human leukocyte antigen). Jika bahan itu nonself berarti
protein pengenal atau HLA-nya tidak cocok atau tidak sama dengan protein
pengenal pada membran sel tuan rumah. Protein pengenal bahan asing itu dianggap
menghasilkan antibodi dan lekosit yang terangsang untuk meracun dan merusak
bahan asing.
SEL-sel peronda, yaitu makrofaga, membantu lekosit melawan bahan asing itu.
Antibodi menggumpalkan antigen, sedangkan lekosit perusak menghancurkan
jaringan. Makrofoga memakan bersihkan ampas hancuran. Jika bahan asing itu
besar seperti organ cangkokan, lekosit, makrofoga, dan antibodi tak mampu
menghancurkan, tubuh akan kalah lalu meninggal. Bisa juga terjadi HLA antara dua
individu cocok, berarti dapat terjadi cangkok organ antara mereka. Misalnya antara
saudara kandung. Terlebih antara saudara kembar identik, karena gen-gen mereka
sama susunan rinci DNA-nya. Secara umum jika tidak ada hubungan darah peluang
keccocokan HLA hanya sekitar satu dalam sekian sejuta penduduk. Tetapi, khusus
Untuk keperluan tranfusi berlaku dua sistem: ABO dan faktor Rhesus. Menurut
sistem ABO ada empat golongan penduduk: A, B, AB, dan O, sedangkan menurut
sistem Rhesus dua golongan pula: Rh+ dan Rh-, dan penduduk yang bergol. Rh-
hanya sekitar 10-15 persen dari suatu penduduk. Golongan darah kedua sistem
ditentukan oleh hadirnya antigen dengan tanda sama pada membran eritrosit.
Golongan darah yang sama akan cocok jika tranfusi, tidak digumpalkan.
tetapi tak berantibodi; Golongan O tak berantigen tetapi ada kedua antibodi. Orang
Rh+ berantigen Rhesus tapi tak ada antibodi Rh- pada plasma. Orang Rh- tak
utama dari nitrogen yang merupakan elemen yang sangat penting dari setiap
Protein berperan sebagai struktural yang membangun tubuh kita. Enzim protein
memecah makanan menjadi zat gizi yang dapat digunakan sel. Sebagai anti bodi,
mereka melindugi kita dari penyakit. Hormon peptida membawa pesan-pesan yang
tubuh kita selama masa dewasa. Mereka telah membuat kita menjadi individu unik
1. Digestibilitas protein (untuk dapat digunakan oleh tubuh, asam amino harus
dilepaskan dari komponen lain makanan dan dibuat agar dapat diabsorpsi. Jika
komponen yang tidak dapat dicerna mencegah proses ini asam amino yang penting
Komposisi asam amino seluruh asam amino yang digunakan dalam sintesis protein
tubuh harus tersedia pada saat yang sama agar jaringan yang baru dapat
1. Perkembang jaringan
Periode dimana perkembangn terjadi dengan cepat seperti pada masa janin dan
2. Kualitas protein
hewani bersama protein nabati. Bagi mereka yang tidak mengosumsi protein
kebutuhan as.amin.
3.Digestibilitas protein
ikatan kimia antara gula dan as.amino yang membentuk ikatan yang tidak dapat
dicerna. Digestibitas dan absorpsi dipengaruhi oleh jarak antara waktu makan,
dengan interval yang lebih panjang akan menurunkan persaingan dari enzim yang
pelepasan insulin.
5. Status kesehatan
Karbohidrat
Karbohidrat ('hidrat dari karbon', hidrat arang) atau sakarida (dari bahasa Yunani
yang paling melimpah di bumi. Karbohidrat memiliki berbagai fungsi dalam tubuh
makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi
pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan, kitin pada hewan dan jamur).[1]
karbohidrat.
Karbohidrat mengandung gugus fungsi karbonil (sebagai aldehida atau keton) dan
banyak gugus hidroksil. Pada awalnya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan
karbohidrat yang tidak memiliki rumus demikian dan ada pula yang mengandung
Bentuk molekul karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
Banyak karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang
terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang-cabang, disebut
Butir-butir pati, salah satu jenis karbohidrat cadangan makanan pada tumbuhan,
Peran biologis
secara langsung atau tidak langsung. Organisme autotrof seperti tumbuhan hijau,
yang dihasilkan oleh fotosintesis ialah gula berkarbon tiga yang dinamai
yang digunakan langsung oleh organisme autotrof, misalnya glukosa, selulosa, dan
pati.
vertebrata, glukosa mengalir dalam aliran darah sehingga tersedia bagi seluruh sel
tubuh. Sel-sel tubuh tersebut menyerap glukosa dan mengambil tenaga yang
menjalankan sel-sel tubuh. Selain itu, kerangka karbon monosakarida juga berfungsi
sebagai bahan baku untuk sintesis jenis molekul organik kecil lainnya, termasuk
Sebagai nutrisi untuk manusia, 1 gram karbohidrat memiliki nilai energi 4 Kalori.[5]
kandungan karbohidrat cukup tinggi, yaitu antara 70–80%. Bahan makanan sumber
melalui saluran pencernaan dan keluar bersama feses. Serat-serat selulosa mengikis
disebut sebagai bagian penting dalam menu makanan yang sehat. Contoh makanan
yang sangat kaya akan serat selulosa ialah buah-buahan segar, sayur-sayuran, dan
biji-bijian.[8]
metabolisme dalam tubuh, dan pembentuk struktur sel dengan mengikat protein
dan lemak.
karbohidrat.
Beberapa jenis polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan, yang
nantinya akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel ketika diperlukan. Pati
pati sebagai granul atau butiran di dalam organel plastid, termasuk kloroplas.
merupakan bahan bakar sel yang utama, sehingga pati merupakan energi cadangan.
[9]
Sementara itu, hewan menyimpan polisakarida yang disebut glikogen. Manusia dan
vertebrata lainnya menyimpan glikogen terutama dalam sel hati dan otot.
Penguraian glikogen pada sel-sel ini akan melepaskan glukosa ketika kebutuhan gula
energi hewan untuk jangka waktu lama. Glikogen simpanan akan terkuras habis
hanya dalam waktu sehari kecuali kalau dipulihkan kembali dengan mengonsumsi
makanan.[9
selulosa ialah komponen utama dinding sel tumbuhan. Selulosa bersifat seperti
serabut, liat, tidak larut di dalam air, dan ditemukan terutama pada tangkai, batang,
dahan, dan semua bagian berkayu dari jaringan tumbuhan.[10] Kayu terutama
hewan-hewan lain sejenis). Kitin murni mirip seperti kulit, tetapi akan mengeras
ketika dilapisi kalsium karbonat. Kitin juga ditemukan pada dinding sel berbagai jenis
fungi.[8]
Sementara itu, dinding sel bakteri terbuat dari struktur gabungan karbohidrat
suatu kulit kaku dan berpori membungkus sel yang memberi perlindungan fisik bagi
tulang rawan, dan cairan sinovial yang melicinkan sendi otot. Sementara itu,
glikoprotein dan glikolipid (gabungan karbohidrat dan lipid) banyak ditemukan pada
oligosakarida dan dapat berfungsi sebagai penanda sel. Misalnya, empat golongan
darah manusia pada sistem ABO (A, B, AB, dan O) mencerminkan keragaman
Klasifikasi karbohidrat
Monosakarida
terdiri atas beberapa atom C dan tidak dapat diuraikan dengan cara hidrolisis
Contoh dari aldosa yaitu glukosa dan galaktosa. Contoh ketosa yaitu fruktosa.
yang berikatan melalui gugus -OH dengan melepaskan molekul air. Contoh dari
karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi utama dan
sumber
3 unsur utama, yaitu karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O). Jenis-jenis
karbohidrat sangat beragam dan mereka dibedakan satu dengan yang lain
strukturnya dikenal
karbohidrat
dicerna dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Karbohidrat dari kelompok yang
dapat dicerna, bisa dipecah oleh enzim a- amilase untuk menghasilkan energi.
dapat dicerna. Karbohidrat yang tidak dapat dicerna (juga dikelompokkan sebagai
pengikat air, pembentuk flavor dan aroma, pembentuk tekstur dan berperan dalam
reaksi pencoklatan. Komponen ini juga digunakan sebagai bahan baku
proses fermentasi.
Pengertian
Karbohidrat adalah senyawa organik terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan
Karena komposisi yang demikian, senyawa ini pernah disangka sebagai hidrat
karbon, tetapi sejak 1880, senyawa tersebut bukan hidrat dari karbon. Nama lain
dari karbohidrat adalah sakarida, berasal dari bahasa Arab "sakkar" artinya gula.
Klasifikasi
1. monosakarida, yi terdiri atas 3-6 atom C dan zat ini tidak dapat lagi dihidrolisis
tidak. Disakarida dpt dihidrolisis oleh larutan asam dalam air sehingga terurai
monosakarida.
Fungsi
Bagi manusia; sbg sumber energi. Bagi tumbuhan; amilum sebagai cadangan
Tumbuhan mendapat amilum dan selulosa dari glukosa. Glukosa dihasilkan pada
fotosintesis
Glukosa
Glukosa disebut juga gula anggur karena terdapat dalam buah anggur, gula darah
karena terdapat dalam darah atau dekstrosa karena memutarkan bidang polarisasi
Fruktosa
Fruktosa terdapat dalam buah2an, merupakan gula yang paling manis. Bersama2
Sifat2 monosakarida
disebut mutarrotasi.
4. contoh larutan alfaglukosa yang baru dibuat mempunyai putaran jenis + 113`
Identifikasi monosakarida
1. uji umum utk karbohidrat adalah uji Molisch. bila larutan karbohidrat diberi
terbentuk 2 lapisan cairan, pada bidang batas kedua lapisan itu terbentuk cincin
ungu.
2. gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat
Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain Pereaksi
Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dg pereaksi Tollens.
terdiri dari serbuk resorsinol + HCl encer. Bila fruktosa diberi pereaksi seliwanoff dan
dipanaskan dlm air mendidih selama 10 menit akan terjadi perubahan warna
http://mutiarissa.blogspot.com/2009/12/asam-amino-protein-dan-
karbohidrat.html
LANDASAN TEORI
Katalisator mempercepat reaksi kimia, mengalami perubahan selama reaksi, tetapi berubah
kembali kepada keadaan semula setelah reaksi-reaksi selesai. Enzim merupakan biokatalisator
yang bekerja spesifik. Aktivitas katalis yang dimiliki enzim merupakan alat ukur yang selektif
dan sensitif terhadap aktivitas enzim. Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat, pH, suhu,
dan indikator. Aktivitas enzim dapat diamati dari sisa substrat atau produk yang terbentuk.
Faktor yang mempengaruhi pengukuran aktivitas enzim antara lain konsentrasi enzim dan
substrat, suhu, pH, dan indikator. Aktivitas enzim meningkat bersamaan dengan peningkatan
suhu, laju berbagai proses metabolisme akan naik sampai batasan suhu maksimal. Prinsip
biologis utama adalah homeostatis, yaitu keadaan dalam tubuh yang selalu mempertahankan
keadaan normalnya. Perubahan relatif kecil saja dapat mempengaruhi aktivitas banyak enzim.
Adanya inhibitor non kompetitif irreversibel dan antiseptik dapat menurunkan aktivitas enzim.
Kecepatan reaksi mula-mula meningkat dengan menaiknya suhu, hal ini disebabkan oleh
peningkatan energi kinetik pada molekul-molekul yang bereaksi. Akan tetapi pada akhirnya
energi kinetik enzim melampaui rintangan energi untuk memutuskan ikatan hidrogen dan
hidrofobik yang lemah, yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya. Pada suhu ini terjadi
denaturasi enzim menunjukkan suhu optimal. Sebagian besar enzim suhu optimalnya berada
diatas suhu dimana enzim itu berada.
Aktivitas enzim maksimal diperoleh pada pH optimal, untuk saliva (enzim amilase) pHnya 7.
Bentuk kurva aktivitas pH ditentukan oleh denaturasi enzim (pada pH tinggi atau rendah) dan
penambahan status bermuatan pada enzim dan atau substrat. Enzim dapat pula mengalami
perubahan bentuk bila pH bervariasi. Gugus yang bermuatan yang jauh dari daerah terikat
substrat diperlukan untuk mempertahankan struktur tersier-kuartener yang aktif. Dengan
perubahan muatan pada gugus ini maka protein dapat terbuka sehingga aktivitasnya berubah.
Kecepatan awal suatu reaksi merupakan kecepatan yang diukur sebelum terbentuk produk yang
cukup untuk memungkinkan suatu reaksi, kecepatan awal suatu reaksi yang dikatalisis enzim
harus sebanding dengan konsentrasi enzim. Untuk menentukan kecepatan reaksi, sebenarnya
pengaruh konsentrasi substratlah yang sangat berarti. Namun, konsentrasi substrat yang
menunjukkan kecepatan maksimal aktivitas enzim akan mencerminkan jumlah enzim aktif yang
ada.
Inhibitor non kompetitif irreversibel adalah suatu zat yang menghambat kerja enzim dengan cara
berikatan dengan enzim tetapi bukan pada active sidenya, karena inhibitor tidak memiliki
kesamaan dengan struktur substrat, maka peningkatan konsentrasi substrat umumnya tidak
menghilangkan inhibitor tersebut. Banyak racun yang bekerja sebagai inhibitor non kompetitif
irreversibel terhadap aktivitas enzim, antara lain ion logam berat, iodosetamida, dan zat-zat
pengoksidatif.
1. Spektrofotometer
2. Tabung reaksi dan rak
3. Beaker glass
4. Erlenmeyer
5. Pipet volume
6. Termometer
7. Penangas air
8. Pipet tetes
9. Air es
Bahan:
1. Saliva
2. Larutan pati
3. Larutan Iodium
4. Air Suling
5. Larutan dengan pH 1, 3, 5, 7, 9 dan 11
6. Larutan Sublimat
7. Larutan Timbal Asetat
1 ml
8 ml 1 ml
20 µl
1 ml
8 ml
Segera baca densitas optik (DO) pada 680 nm. Hitung DO antara tabung B (dianggap DO = DO
reaksi enzimatik pada t = 0) dengan tabung U dari tiap suhu.
Hasil Pengamatan:
Suhu (oC) DO B DO U Δ DO
0 0.144 0.117 0,027
25 0.136 0.037 0,099
Suhu ruang 0.111 0.017 0,094
37 0.130 0.015 0,115
60 0,137 0,029 0,108
100 0,141 0,118 0,023
Pembahasan:
Pada perubahan suhu, kecepatan reaksi yang dikatalisis oleh enzim mula-mula meningkat karena
adanya peningkatan suhu. Energi kinetik akan meningkat pada kompleks enzim dan substrat
yang bereaksi. Namun, peningkatan energi kinetik oleh peningkatan suhu mempunyai batas yang
optimum. Jika batas tersebut terlewati, maka energi tersebut dapat memutuskan ikatan hidrogen
dan hidrofobik yang lemah yang mempertahankan struktur sekunder-tersiernya. Pada suhu ini,
denaturasi yang disertai dengan penurunan aktivitas enzim sebagai katalis akan terjadi.
Suhu optimal enzim bergantung pada lamanya pengukuran kadar yang dipakai untuk
menentukannya. Semakin lama suatu enzim dipertahankan pada suhu dimana strukturnya sedikit
labil, maka semakin besar kemungkinan enzim tersebut mengalami denaturasi.
Dari hasil percobaan, pada suhu 0 oC, besarnya aktivitas enzim cukup signifikan besarnya.
Seharusnya, pada suhu ini enzim dalam keadaan inaktif. Namun, ada sedikit kesalahan yang
mungkin disebabkan karena kurang cepatnya praktikan mengisolasi enzim sehingga enzim telah
bereaksi pada suhu kamar dan akibatnya ada sedikit aktivitas enzim yang terjadi. Belum lagi
suhu kulkas yang tidak stabil karena sering dibuka dan ditutup oleh praktikan lain selama
pengeraman. Sehingga kemungkinan besar temperatur yang diinginkan 0 oC tidak dapat tercapai.
Seharusnya pada suhu 37 oC merupakan suhu dimana aktivitas enzim maksimal. Pada suhu ini
seharusnya reaksi berlangsung paling cepat. Hal ini terjadi karena temperatur ini merupakan
temperatur normal tubuh manusia (suhu optimal enzim amilase salivarius adalah 37 oC). Tetapi
pada percobaan didapat kecepatan reaksi enzimatik tertinggi adalah pada suhu ruang. Hal ini
mungkin disebabkan karena suhu di dalam ruangan lab lebih tinggi daripada suhu ruangan yang
normal (28 oC) atau mungkin karena inkubasi pada suhu 37 oC kurang tepat atau tidak akurat.
Pada interval suhu 0 oC-37 oC, kecepatan reaksi enzimatik mengalami kenaikan. Setelah
melewati suhu optimum (37 oC), maka kecepatan reaksi enzimatik kembali menurun.
Cara:
a. Encerkan liur 10 kali dengan tiap larutan berbagai pH tadi
b. Siapkan 6 pasang tabung reaksi yang bersih. Tandai tiap tabung dengan B (blanko) dan U (uji)
c. Ke dalam tiap tabung, lakukan prosedur berikut:
Larutan Tabung B Tabung U
• Larutan pati, keram pada tiap suhu 370C, paling sedikit 5 menit.
• Liur diencerkan 10x. Campur baik-baik, keram tepat 1menit
• Larutan iodium
• Air suling 1 ml
1 ml
8 ml 1 ml
20 µl
1 ml
8 ml
Segera baca DO pada 680 nm. Hitung ∆ DO antara tabung B (dianggap DO = DO reaksi
enzimatik pada t = 0) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim.
Hasil Pengamatan:
pH DO B DO U Δ DO
1 0.064 0.127 -0,063
3 0.072 0.081 -0,009
5 0.093 0.112 -0,019
7 0.053 0.077 -0,024
9 0.036 0.122 -0,086
11 0,048 0,113 -0.065
Pembahasan:
Kondisi pH dapat mempengaruhi aktivitas enzim melalui pengubahan stuktur atau pengubahan
muatan pada residu yang berfungsi dalam pengikatan substrat atau katalis. Sebagai contoh,
enzim bermuatan negatif (Enz-) bereaksi dengan substrat bermuatan positif (SH+) :
Enz- + SH+ EnzSH
Pada pH yang rendah, Enz- mengalami protonasi dan kehilangan muatan negatifnya (enzim
dinetralisir) :
Enz- + H+ EnzH
Sedangkan, pada pH yang tinggi, SH+ mengalami ionisasi dan kehilangan muatan positifnya
(substrat dinetralisir) :
SH+ S + H+
Karena (berdasarkan definisi) satu-satunya bentuk yang mengadakan interaksi adalah SH+ dan
Enz-, nilai pH yang ekstrim (tinggi ataupun rendah) akan menurunkan kecepatan reaksi.
Pada kurva yang diperoleh melalui percobaan, dapat dilihat bahwa enzim amilase saliva
memiliki pH optimal pada pH 7, karena pada pH ini diperoleh aktivitas enzim yang tinggi
(kecepatan reaksi enzimatik tinggi). Umumnya, kecepatan reaksi enzimatik meningkat hingga
mencapai pH optimal dan menurun setelah pH lebih besar dari pH optimal. Pada pH 1, 3 dan 5,
aktivitas enzim masih ada, tetapi kecil (ditunjukkan oleh kecepatan reaksi enzimatik yang kecil
pula). Hal ini disebabkan pada pH kurang dari 4, enzim amilase saliva menjadi tidak aktif. Pada
pH 9 dan 11, aktivitas enzim menurun karena telah terlewati pH optimal dari enzim tersebut.
1 ml
8 ml 1 ml
20 μl
1 ml
8 ml
e. Perhatikan warna larutan, lakukan terus pengenceran jika warna belum menyerupai blanko.
f. Segera baca DO pada 680 nm. Hitung ▲DO antara tabung B (dianggap DO = DO reaksi
enzimatik pada t = 0) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim.
Hasil Pengamatan:
Pengenceran DO tb B DO tb U ▲DO / menit (v)
Tidak Diencerkan 0,559 - 0,346
10 x 0,097 0,116
20 x 0,036 0,177
30 x 0,017 0,196
40 x 0,026 0,187
50 x 0,014 0,199
80 x 0.017 0,196
100 x 0,020 0,193
Pembahasan:
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh kadar enzim. Aktivitas enzim dan kadar enzim memiliki
hubungan perbandingan yang lurus. Hal ini berarti semakin besar kadar enzim, semakin besar
aktivitas enzim dan semakin cepat reaksi yang dikatalisis enzim. Apabila kadar substrat tetap dan
kadar enzim turun, maka kecepatan rekasi yang dikatalisis enzim akan menurun karena enzim
yang tersedia tidak cukup banyak untuk bereaksi dengan substrat. Reaksi enzimatik yaitu:
k1 k2
Enz + S Enz-S Enz + P
Semakin banyak enzim yang berikatan dengan substrat, kecepatan reaksi semakin meningkat dan
semakin banyak kompleks enzim-substrat yang terbentuk. Maka produk yang terbentuk pun
semakin banyak.
Pada percobaan kali ini dibuat larutan enzim dengan berbagai macam konsentrasi untuk dapat
membandingkan kerja enzim pada berbagai konsentrasi. Kadar enzim yang bervariasi dibuat
dengan pengenceran dengan aquadest.
Pada hasil percobaan, aktivitas enzim tertinggi (kecepatan reaksi enzimatik tertinggi) seharusnya
diperoleh pada kadar enzim terbesar, yaitu saat saliva tidak diencerkan. Hal ini disebabkan
banyak enzim yang bereaksi dengan substrat sehingga kecepatan reaksi tinggi dan produk
banyak yang dihasilkan. Semakin menurun kadar enzim, aktivitas enzim seharusnya semakin
menurun.
Selanjutnya pada pengenceran 10x seharusnya diperoleh kecepatan reaksi enzimatik yang lebih
kecil daripada tanpa pengenceran. Hal ini disebabkan jumlah enzim yang bereaksi dengan
substrat berkurang sehingga aktivitas enzim pun menurun. Begitupun pada pengenceran
seterusnya, seharusnya diperoleh bahwa semakin tinggi pengenceran (semakin encer), semakin
menurun pula aktivitas enzim (kecepatan reaksi menurun)
Akan tetapi, percobaan yang dilakukan praktikan tidak sesuai dengan hasil yang seharusnya
didapat. Terjadi penyimpangan-penyimpangan sehingga kecepatan reaksi enzimatik tidak
berbanding lurus dengan kadar enzim melainkan kecepatan enzim bervariasi naik turun terhadap
kadar enzim.
Penyimpangan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal:
- Kurang teliti dalam melakukan pengenceran
- Kesalahan waktu atau suhu saat pengeraman
- Saliva sebagai sumber enzim telah dipengaruhi oleh zat warna atau kandungan dari permen
karet yang digunakan untuk memicu pengeluaran saliva
2.
3.
4. Larutan pati, keram pada
Suhu 37˚c paling sedikit 5 menit
Liur diencerkan 10X dengan aquadest dan
dengan berbagai inhibitor atau antiseptik
Campur baik-baik, keram tepat 1 menit
Larutan iodium
Air suling 1 ml
1 ml
8 ml 1 ml
0,2 ml
1 ml
8 ml
Segera baca DO ( Densitas Optik ) pada 680 nm. Hitung ∆ DO antara tabung B ( dianggap DO =
DO reaksi enzimatik pada t = 0 ) dengan tabung U dari tiap pengenceran enzim.
Hasil Pengamatan:
Pengenceran DO tb. B DO tb. U DO/menit (v)
Air suling
Sublimat Timbal asetat 0,009
0,014
0,011 0,001
0,011
0,033 0,008
0,003
-0,022
Pembahasan:
Inhibitor adalah zat yang dapat menghambat kerja enzim. Penghambatan kerja enzim dibedakan
menjadi penghambatan reversibel dan penghambatan ireversibel. Selain itu, ada pula inhibitor
kompetitif dan inhibitor non-kompetitif.
Inhibitor kompetitif memiliki struktur kimia yang mirip dengan substrat dan mengikat enzim
pada active site yang sama dengan substrat (tempat katalitik). Maka, inhibitor dan substrat akan
bersaing untuk memperebutkan tempat-tempat pengikatan yang sama pada permukaan enzim.
Struktur inhibitor non-kompetitif berikatan dengan enzim pada domain yang berbeda dari tempat
pengikatan enzim-substrat. Inhibitor ini dapat bereaksi dengan kompleks enzim-substrat (karena
tempat pengikatan enzim yang berbeda) untuk menghasilkan produk. Dalam kata lain inhibisi
nonkompetitif tidak terdapat persaingan antara substrat dan inhibitor
Inhibitor nonkompetitif yang reversible menurunkan percapatan reaksi maksimal yang diperoleh
pada pemberiaan sejumlah tertentu enzim ( Vmaks yang lebih rendah ) tetapi biasanya tidak
mempengaruhi Km., karena I dan S berikatan pada tempat yang berlainan. Pembentukan
kompleks EnzInhibitor maupun EnzSubstrat dapat terjadi, karena EnzIS dapat terurai dan
membentuk produk dengan kecepatan yang lebih lambat daripada penguraian EnzS, reaksi dapat
diperlambat tetapi tidak akan berhenti.
Inhibitor non-kompetitif ireversibel yaitu inhibitor yang berikatan dengan enzim tidak pada
active site-nya dan pengikatan inhibitor-enzim tidak dapat lepas lagi. Pada umumnya, terjadi
pengikatan secara kovalen dengan gugusf ungsional dari enzim. Ion-ion logam berat, seperti Ag+
dan Hg2+, dapat mengurangi aktivitas enzim. Jika ion logam berat ini berikatan dengan enzim,
enzim akan mengalami denaturasi.
Pada percobaan saliva diencerkan 80X dikarenakan saliva menunjukan aktifitas enzim substrat
berlebih ( test dengan larutan iodium ) pada pengenceran 80X dengan aquadest. Aktivitas enzim
tertinggi dicapai pada pengenceran dengan air suling. Sedangkan, pada pengenceran dengan
larutan sublimat dan larutan timbal asetat, aktivitas enzim menurun karena sublimat dan timbal
asetat menghambat enzim dengan berikatan pada substrat dan dapat mendenaturasi enzim.
Inhibisi yang ditimbulkan oleh timbal asetat (Pb2+) lebih besar daripada yang ditimbulkan oleh
sublima (Hg2+). Hal ini terlihat dari kecepatan reaksi enzimatik pada pengenceran dengan
larutan timbal asetat paling kecil (aktivitas enzim sangat kecil).
E. KESIMPULAN
Dari beberapa percobaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu sampai batas
optimum. Setelah melewati suhu optimum, maka kecepatan reaksi enzimatik akan kembali
menurun. Suhu optimum enzim amilase salivarius adalah 37 oC, sama dengan suhu normal
tubuh.
2. Kecepatan reaksi enzimatik akan meningkat seiring dengan peningkatan suhu sampai batas
optimum. Setelah melewati suhu optimum, maka kecepatan reaksi enzimatik akan kembali
menurun. Suhu optimum enzim amilase yang terdapat pada saliva adalah 37 oC, sama dengan
suhu normal tubuh.
3. Enzim memiliki aktivitas maksimal pada pH optimumnya (pH optimum enzim amilase saliva
adalah 9. Penurunan atau kenaikan pH akan mempengaruhi aktivitas enzim.
4. Inhibitor logam berat dapat menyebabkan denaturasi enzim sehingga aktivitas enzim kecil
sekali.
http://filzahazny.wordpress.com/2009/07/10/enzim-2/
TUJUAN
Aktivitas enzim dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pH, tempratur, konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim, kosentrasi produk reaksi, konsentrasi garam anorganik, aktivitor
dan inhibitor. Masing-masing faktor tersebut harus dikendalikan dengan sebaik-baiknya untuk
menghasilkan hasilyang optimal.
3. ALAT DAN BAHAN
NO. Alat Bahan
1. Stop watch Larutan buffer pH 8, 7.4, 6.8, 6, 5.2
2. Water bath 380 C Larutan amilum 1%
3. Tabung reaksi Larutan Natrium Klorida 0.1 M
4. Pipet ukur 1 ml, 5ml, 10 ml Larutan saliva (1:9)
5. Pipet tetes Aquadest
6. Pengaduk Larutan iodine
7. Larutan toluen
8. Kloroform
9. Larutan merkuri klorat 1%
10. Larutan phenol 2%
11. Natrium florida
12. Pereaksi Benedict
6. PEMBAHASAN
7. KESIMPULAN
http://andiscientist.blogspot.com/2010/08/percobaan-pengaruh-ph-dan-
inhibitor.html
Tim International menemukan metode baru untuk mengisolasi Para ilmuwan 'teknik gen radikal
dapat memperpendek berburu genetik
Sebuah untai tunggal DNA tumbuhan atau hewan mungkin berisi puluhan ribu gen, masing-
masing diprogram untuk menghasilkan protein spesifik penting untuk pertumbuhan atau
kelangsungan hidup organisme. Tantangan bagi ahli genetika adalah untuk mengisolasi gen
individu dan menentukan fungsi mereka - sebuah proses melelahkan sering membutuhkan tahun
trial laboratorium dan kesalahan.
Postdoctoral sesama Raka Mitra, kiri, dan Sharon Long, William C. Steere Jr-Pfizer Inc Profesor
di Biological Sciences, adalah bagian dari tim peneliti yang telah menemukan cara baru untuk
merampingkan proses mengisolasi gen individu untuk menentukan mereka fungsi. Tim
menggunakan teknik ini untuk mengidentifikasi gen dalam DNA tanaman medis barel:. Foto LA
Cicero
Sekarang tim peneliti internasional telah menemukan sebuah teknik yang secara dramatis arus
proses ini bagi beberapa jenis gen. Dikembangkan oleh para ilmuwan di Stanford University dan
Inggris John Innes Centre, prosedur baru dapat memungkinkan para ilmuwan untuk
mengidentifikasi gen tertentu dalam hitungan bulan, bukan tahun. Teknik, yang dikenal sebagai
kloning berbasis transkrip, dijelaskan di edisi 30 Maret Risalah National Academy of Sciences
(PNAS).
"Kami percaya bahwa metode ini merupakan terobosan signifikan dalam kloning gen," tulis
penulis studi PNAS.
"Dampak terbesar dari teknologi ini adalah mungkin pada tanaman dengan genom yang besar
dan kompleks, termasuk spesies tanaman yang paling," tambah Sharon R. Long, William C.
Steere, Jr - Pfizer Inc Profesor di Biological Sciences di Stanford dan co-penulis penelitian.
Long, yang juga menjabat sebagai dekan dari Stanford School of Humaniora dan Ilmu
Pengetahuan, adalah kewenangan pada biologi molekuler bakteri dan tanaman. Dia dan rekan-
rekannya menggunakan teknik kloning baru untuk mengisolasi dan mengidentifikasi gen di
dalam DNA truncatula Medicago, atau medis barel - anggota dari keluarga Fabaceae yang terkait
erat dengan alfalfa, buncis dan kacang polong.
"Selama enam bulan, kami telah menyelesaikan apa yang kelompok lain mengambil beberapa
tahun untuk menyelesaikan, dan kami mengidentifikasi gen cukup keren untuk boot," kata
Stanford postdoctoral sesama Raka M. Mitra, memimpin penulis studi PNAS. "Kami pikir
teknologi ini akan berlaku untuk spesies lain dan berharap bahwa hal itu meningkatkan laju
penelitian biologi secara keseluruhan."
Reverse genetika
Medicago DNA berisi ribuan gen, dan menggunakan metode tradisional untuk mencari tahu apa
yang masing-masing melakukan adalah suatu proses yang memakan waktu. "Pendekatan standar
yang digunakan oleh ahli genetika tanaman - yang dikenal sebagai kloning gen - melibatkan
mendobrak sistem dalam cara yang sangat terkontrol, dan kemudian memburu apa yang rusak,"
jelas Mitra.
Proses ini dimulai dengan kejutan listrik secara acak ribuan bibit tanaman dengan radiasi,
kemudian semaian terbuka di laboratorium. Tujuannya adalah untuk meningkatkan tanaman
mutan dengan mutasi fisik yang jelas, maka pencarian melalui DNA tanaman sampai mutasi gen
kepentingan adalah diidentifikasi. Misalnya, jika peneliti ingin menemukan gen yang
bertanggung jawab untuk pertumbuhan akar normal, mereka akan mencari tanaman mutan
dengan akar yang cacat dan kemudian melakukan analisis lengkap dari DNA tanaman sampai
mereka terletak gen cacat yang menyebabkan kerusakan.
"Kloning Gene di truncatula M. dapat mengambil tiga sampai lima tahun, sebagian karena
memerlukan pembuahan-silang dua generasi tumbuhan," kata Mitra. "Saya bertanya-tanya
apakah kita bisa menghindari ini berburu sulit untuk gen saya mulai dari premis bahwa bermutasi
gen memproduksi protein bermutasi -.. Dan bahkan dapat mencegah produksi protein
sepenuhnya"
Dalam sel tanaman yang sehat dan hewan, produksi protein dimulai dengan gen - bentangan
pendek DNA terdiri dari bahan kimia disusun dalam urutan tertentu yang berisi instruksi untuk
membangun protein. Instruksi akan disalin dari sebuah molekul DNA ke RNA dalam proses
yang disebut transkripsi. Salinan RNA, atau transkrip, kemudian pindah ke bagian lain dari sel,
di mana ia digunakan sebagai template untuk memproduksi protein.
gen bermutasi, bagaimanapun, membawa petunjuk kesalahan yang menghasilkan salinan cacat
RNA, yang sel mencoba untuk menghilangkan secepat mungkin - suatu fakta yang mengarah
Mitra dan rekan-rekannya untuk memprediksi bahwa RNA yang cacat saja akan muncul dalam
konsentrasi yang sangat rendah dalam bermutasi sel.
Tapi apakah sebaliknya juga benar? Jika sel menghasilkan jumlah yang rendah dari sebuah
transkrip RNA, apakah ini berarti bahwa RNA adalah produk cacat gen rusak? Jika demikian,
peneliti bisa merampingkan proses identifikasi gen-seluruh dengan menggunakan reverse
genetics. Pertama, mereka akan mencari RNA yang terjadi dalam konsentrasi rendah dan
menentukan urutan kimia dari molekul-molekul RNA, kemudian menggunakan informasi
tersebut untuk mencari gen yang sesuai pada DNA tanaman.
Fiksasi nitrogen
Pada percobaan PNAS, Mitra dan rekan kerjanya menggunakan teknik kloning baru mereka
transkrip berbasis mengidentifikasi gen tanaman yang memainkan peran penting dalam produksi
nitrogen dapat digunakan untuk tanaman dan hewan. Semua makhluk hidup membutuhkan
nitrogen untuk membuat protein. Sayangnya, gas nitrogen, yang membuat naik hampir 80 persen
dari atmosfer, tidak dapat digunakan oleh tanaman dan hewan.
Namun, ada tanah-tinggal bakteri yang mengubah nitrogen atmosfer menjadi senyawa bahwa
tanaman dapat menyerap di akar mereka dan kemudian dikonversi menjadi protein - suatu proses
yang disebut fiksasi nitrogen. Hewan, pada gilirannya, mendapatkan sumber utama mereka
nitrogen dari tanaman, yang membuat bakteri fiksasi nitrogen penting untuk hewan semua - dan
manusia - hidup.
"Laboratorium kami memiliki tujuan tertentu - untuk mengidentifikasi gen yang memungkinkan
tanaman untuk membentuk simbiosis bermanfaat untuk fiksasi nitrogen, yang juga merupakan
kunci untuk pertanian berkelanjutan," kata Long. Sebagai bagian dari upaya itu, ia dan rekan-
rekannya telah mempelajari kimia yang kompleks sinyal yang terjadi antara bakteri pengikat
nitrogen dan tanaman. Para peneliti telah menemukan bahwa Medicago dan kacang lainnya
memungkinkan bakteri untuk menyerang akar mereka dan mengambil tinggal di organ tumor-
seperti yang disebut nodul.
"Hubungan ini saling menguntungkan," jelas Mitra. "Bakteri manfaat karena mereka tertutup di
lingkungan pelindung - yang bintil - di mana mereka makan gula dari pabrik Manfaat tanaman
karena bakteri mengubah nitrogen dari udara menjadi amonia, yang tanaman digunakan untuk
membuat protein.. "
Persis bagaimana legum dan bakteri berkomunikasi tetap sesuatu yang misteri. "Untuk alasan
yang tidak diketahui, dalam beberapa menit mengenali sinyal kimia bakteri, kalsium tingkatan
dalam sel akar tanaman mulai berosilasi," kata Mitra. "Tingkat meningkat dengan cepat, lalu
perlahan-lahan drop down Proses - spiking kalsium yang disebut - mengulangi berkali-kali,
dengan laju sekitar satu osilasi per menit, dan berlanjut selama berjam-jam.."
Dalam upaya untuk lebih memahami fenomena ini, tim peneliti dibandingkan tanaman biasa
Medicago dengan versi mutan dibesarkan di laboratorium. "Ini mutan tertentu yang menarik bagi
kami karena memperlihatkan perilaku kalsium spiking tetapi tidak mampu untuk membangun
hubungan simbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen," kata Mitra.
Menggunakan teknologi microarray gen-chip, para peneliti memantau tingkat RNA yang
dihasilkan oleh 10.000 gen di kedua tanaman normal dan mutan. "Dalam tanaman mutan, kami
menemukan satu gen, disebut DMI3, yang menghasilkan tingkat yang sangat rendah RNA," kata
Mitra. "Versi normal gen DMI3 menghasilkan protein yang sangat mirip dengan protein tanaman
tembakau yang diketahui untuk memodulasi perilaku mereka dalam menanggapi kalsium."
Temuan ini memimpin tim peneliti untuk menyimpulkan bahwa gen DMI3 mungkin memainkan
peran penting dalam respon tanaman untuk osilasi kalsium. Bulan lalu, sebuah tim peneliti
Belanda dan Perancis hasil yang sama diterbitkan di jurnal Science. Namun, kelompok yang
digunakan gen tradisional kloning metode untuk mengidentifikasi DMI3 - sebuah proses yang
membawa setidaknya empat tahun untuk menyelesaikan, dibandingkan dengan enam bulan
menggunakan transkrip kloning berbasis.
"Intinya adalah ini," kata Long. "Dalam proses bekerja pada fiksasi nitrogen, kami telah
menemukan metode umum untuk mengidentifikasi dan kloning gen tanaman penting yang cepat
dan mungkin berlaku untuk hampir semua jenis tanaman."
Panjang, Mitra dan rekan-rekan mereka di John Innes Centre sangat yakin bahwa transkrip
kloning berbasis akan memiliki aplikasi luas bahwa mereka telah mengajukan permohonan untuk
hak paten.
http://www.news-medical.net/news/2004/03/31/5/Indonesian.aspx