You are on page 1of 23

Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan

yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki yang musyrik, dan yang demikian itu
diharamkan atas orang-orang yang mukmin.(QS. 24:3) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 3
ْ
)3( َ‫ؤ ِمنِين‬%%%%%%%%‫ك َعلَى ْال ُم‬ ٌ ‫ ِر‬%%%%%%%%‫ان أَوْ ُم ْش‬
َ %%%%%%%%ِ‫رِّ َم َذل‬%%%%%%%%ُ‫ك َوح‬ ٍ َ‫ز‬ ‫اَّل‬‫إ‬
ِ ‫ا‬%%%%%%%%َ ‫ه‬‫ح‬ُ ‫ك‬
ِ ْ
‫ن‬ َ ‫ي‬ ‫اَل‬ ُ ‫ة‬%%%%%%%%َ ‫ي‬ِ ‫ن‬‫ا‬‫ز‬َّ ‫ال‬ ‫و‬ ً
َ ِ ‫ة‬ َ
‫ك‬ ‫ر‬ ْ
%%%%%%%%‫ش‬ ‫م‬
ُ ْ‫و‬َ ‫أ‬ ً ‫ة‬%%%%%%%%َ ‫ي‬ِ ‫ن‬‫ا‬ َ‫ز‬ ‫اَّل‬‫إ‬
ِ ‫ح‬
ُ ‫ك‬
ِ ْ
‫ن‬ َ ‫ي‬ ‫اَل‬ ‫ي‬ِ ‫ن‬‫ا‬‫ز‬َّ %%%%%%%%‫ال‬
Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Ikrimah yang ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a.,
bahwasanya Hilal ibnu Umaiah telah menuduh istrinya berbuat zina di hadapan Nabi saw., lalu Nabi saw. berkata
kepadanya, "Datangkanlah buktimu atau hadd akan menimpa punggungmu". Hilal menjawab, "Wahai Rasulullah!
Jika seseorang di antara kita melihat ada seorang laki-laki bersama dengan istrinya, apakah ia harus pergi mencari
bukti juga?" Nabi saw. tetap mengatakan, "Datangkanlah bukti atau hukuman hadd akan menimpa punggungmu".
Hilal menjawab, "Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan sebenarnya, sesungguhnya aku benar dalam
perkataanku ini dan sungguh Allah pasti akan menurunkan wahyu yang membebaskan punggungku dari hukuman
Hadd". Kemudian turunlah malaikat Jibril membawa firman-Nya kepada Nabi saw., dan membacakannya kepada
dia yaitu firman-Nya, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). sampai dengan
firman-Nya, "Jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar..." (Q.S. An Nur, 9). Hadis di atas diketengahkan
pula oleh Imam Ahmad, hanya saja lafal hadis yang diriwayatkannya berbunyi seperti berikut ini, "Ketika turun
firman-Nya, 'Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kalian terima kesaksian mereka buat gelama-lamanya.' (Q.S. An Nur, 4). Maka Saad ibnu Ubadah pemimpin sahabat
Anshar mengatakan, 'Apakah memang demikian bunyi ayat tersebut, wahai Rasulullah?' Lalu Rasulullah saw.
bersabda, 'Hai orang-orang Anshar! Tidakkah kamu mendengar apa yang telah dikatakan oleh pemimpin kalian ini?'
Mereka menjawab, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia (Saad ibnu Ubadah) adalah lelaki yang amat cemburuan.
Demi Allah, tidak sekali-kali dia melamar seorang wanita, kemudian ada seorang lelaki dari kalangan kami yang
berani untuk mengawininya, karena sifat cemburunya yang sangat keras itu.' Lalu Saad berkata, 'Demi Allah, wahai
Rasulullah! Aku percaya ayat itu benar-benar dari sisi Allah, tetapi aku merasa heran, seandainya aku menemukan
paha wanita yang dinaiki oleh laki-laki, apakah aku tidak boleh melarang dan menjauhkannya dari perbuatannya itu
hingga terlebih dahulu aku harus mendatangkan empat orang saksi. Demi Allah, aku tidak akan mendatangkan
dahulu saksi-saksi itu, karena niscaya dia dapat memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu'". Selanjutnya Imam
Ahmad menceritakan bahwa tidak lama kemudian setelah peristiwa itu, terjadi pula peristiwa lain yang menyangkut
diri Hilal bin Umaiah; dia adalah salah seorang dari tiga orang yang telah diterima tobatnya. Dia baru datang dari
kampungnya pada waktu Isya, lalu ia menjumpai istrinya bersama dengan lelaki lain. Ia melihat dengan mata kepala
sendiri dan mendengar dengan telinga sendiri peristiwa tersebut, akan tetapi ia tidak bertindak apa-apa terhadap laki-
laki itu, hingga keesokan harinya. Lalu pagi-pagi ia pergi menghadap kepada Rasulullah saw. seraya berkata
kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepada istriku di waktu Isya, kemudian aku menemukan ada laki-laki lain
bersamanya, aku melihat dengan mata kepala sendiri apa yang ia perbuat terhadap istriku dan aku pun mendengar
dengan telingaku apa yang mereka katakan". Akan tetapi kelihatan Rasulullah saw. tidak menyukai apa yang dia
sampaikan itu, bahkan beliau tampak marah kepadanya. Orang-orang Anshar berkata, "Kami telah mendapat cobaan
dengan apa yang telah dikatakan oleh Saad bin Ubadah, sekarang Rasulullah saw. akan mendera Hilal bin Umaiah,
serta membatalkan kesaksiannya di kalangan orang-orang Mukmin lainnya". Hilal berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya aku berharap semoga Allah memberikan untukku jalan keluar dari perkara ini". Demi Allah,
sesungguhnya Rasulullah saw. telah bermaksud untuk memberikan perintah, supaya Hilal dihukum dera. Maka pada
saat itu juga turunlah wahyu kepadanya, lalu beliau menahan perintahnya hingga selesai wahyu yang diturunkan
kepadanya. Wahyu itu adalah, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). Abu Ya'la
mengetengahkan hadis yang serupa, hanya ia mengemukakannya melalui hadis yang bersumber dari sahabat Anas
r.a. Syaikhain dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Sahl ibnu Saad yang menceritakan bahwa
Uwaimir datang kepada Ashim ibnu Addiy, lalu Uwaimir berkata, "Tanyakanlah kepada Rasulullah saw. demi
untukku, bagaimana jika seorang lelaki menemukan istrinya sedang bersama dengan lelaki lain, lalu ia
membunuhnya, apakah ia akan dibunuh pula karenanya? Atau bagaimanakah seharusnya yang ia lakukan?"
Selanjutnya Ashim menanyakannya kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. mencela orang yang menanyakannya.
Lalu Ashim ditemui lagi oleh Uwaimir yang langsung bertanya, "Apakah yang telah kamu lakukan (bagaimana
hasilya)?" Ashim menjawab, "Tiada jawaban, sesungguhnya kamu datang kepadaku bukan dengan membawa
kebaikan, aku telah bertanya kepada Rasulullah saw. tetapi ternyata beliau mencela orang yang menanyakannya".
Uwaimir langsung berkata, "Demi Allah, aku akan datang sendiri kepada Rasulullah saw. untuk menanyakannya".
Lalu ia menanyakannya kepada Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ayat ini diturunkan
berkenaan dengan diri kamu dan istrimu", dan seterusnya. Hafiz ibnu Hajar mengatakan bahwa para Imam telah
berselisih pendapat sehubungan dengan masalah ini. Di antara mereka ada yang mentarjih atau menguatkan bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Uwaimir tadi. Di antara mereka juga ada yang mentarjih bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Hilal. Ada juga yang menghimpunkan kedua pendapat tersebut, bahwa
peristiwa ini pada mulanya bersumber dari Hilal, kemudian bertepatan pula dengan kedatangan Uwaimir. Lalu
turunlah ayat ini berkenaan dengan keduanya sekaligus. Berangkat dari pengertian yang terakhir tadi, Imam Nawawi
kemudian diikuti oleh Imam Al Khathib cenderung mengatakan bahwa, barangkali peristiwa tersebut bertepatan
dialami oleh keduanya secara berbarengan. Hafizh ibnu Hajar sendiri mengatakan, dapat disimpulkan bahwa
turunnya ayat ini lebih dahulu yaitu berkenaan dengan peristiwa Hilal, kemudian ketika Uwaimir datang dan ia
belum mengetahui apa yang telah terjadi dengan Hilal, maka Nabi saw. memberitahukan hal itu kepadanya, yakni
tentang hukumnya. Oleh sebab itu dalam hadis Hilal disebutkan, maka turunlah malaikat Jibril membawa wahyu. Di
dalam kisah mengenai Uwaimir disebutkan, bahwa Nabi saw. bersabda, "Sungguh Allah telah menurunkan wahyu-
Nya mengenaimu". Maka Sabda Nabi saw. tadi ditakwil, bahwa telah diturunkan penjelasan hukum oleh wahyu
sehubungan dengan peristiwa seseorang yang mirip kasusnya dengan kasusmu ini. Berdasarkan pengertian tadi lbnu
Shabbagh di dalam kitab Asy Syamil mengatakan pendapat tadi di dalam jawaban yang dikemukakannya. Tetapi
Qurthubi lebih cenderung mengatakan, bahwa ayat ini turun dua kali; dan hal ini boleh. Al Bazzar mengetengahkan
sebuah hadis melalui jalur Zaid ibnu Muthi' yang ia terima dari Huzaifah, yang menceritakan bahwa Rasulullah saw.
bertanya kepada Abu Bakar, "Seandainya kamu melihat lelaki lain bersama dengan Umu Rauman, apakah yang akan
kamu lakukan terhadap lelaki itu?" Abu Bakar menjawab, "Aku akan berbuat keburukan terhadapnya". Nabi saw.
bertanya, "Kamu bagaimanakan, hai 'Umar?" Umar menjawab, "Aku katakan, semoga Allah melaknat orang yang
tidak mampu berbuat apa-apa terhadap lelaki itu, sesungguhnya dia adalah orang yang kotor", maka turunlah ayat
ini.

4 Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat
orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian
mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik,(QS. 24:4) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun
Nuzul::
Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...

5 kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.(QS. 24:5) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...

6 Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka
sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk
orang-orang yang benar.(QS. 24:6) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 6
َّ
)6( َ‫ا ِدقِين‬%%%%%%%%‫الص‬ ‫هَّلل‬
َ‫ت بِا ِ إِنَّهُ لَ ِمن‬ َ َ ُ َ ‫اَّل‬
ٍ ‫هَادَا‬%%%%%%%%‫ ُع َش‬%%%%%%%%َ‫ ِد ِه ْم أرْ ب‬%%%%%%%%‫هَا َدةُ أ َح‬%%%%%%%%‫هُ ْم فَ َش‬%%%%%%%%‫هَدَا ُء إِ أ ْنف ُس‬%%%%%%%%‫اجهُ ْم َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ْم ُش‬ َ
َ ‫ونَ أ ْز َو‬%%%%%%%%‫َوالَّ ِذينَ يَرْ ُم‬
Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Ikrimah yang ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a.,
bahwasanya Hilal ibnu Umaiah telah menuduh istrinya berbuat zina di hadapan Nabi saw., lalu Nabi saw. berkata
kepadanya, "Datangkanlah buktimu atau hadd akan menimpa punggungmu". Hilal menjawab, "Wahai Rasulullah!
Jika seseorang di antara kita melihat ada seorang laki-laki bersama dengan istrinya, apakah ia harus pergi mencari
bukti juga?" Nabi saw. tetap mengatakan, "Datangkanlah bukti atau hukuman hadd akan menimpa punggungmu".
Hilal menjawab, "Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan sebenarnya, sesungguhnya aku benar dalam
perkataanku ini dan sungguh Allah pasti akan menurunkan wahyu yang membebaskan punggungku dari hukuman
Hadd". Kemudian turunlah malaikat Jibril membawa firman-Nya kepada Nabi saw., dan membacakannya kepada
dia yaitu firman-Nya, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). sampai dengan
firman-Nya, "Jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar..." (Q.S. An Nur, 9). Hadis di atas diketengahkan
pula oleh Imam Ahmad, hanya saja lafal hadis yang diriwayatkannya berbunyi seperti berikut ini, "Ketika turun
firman-Nya, 'Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kalian terima kesaksian mereka buat gelama-lamanya.' (Q.S. An Nur, 4). Maka Saad ibnu Ubadah pemimpin sahabat
Anshar mengatakan, 'Apakah memang demikian bunyi ayat tersebut, wahai Rasulullah?' Lalu Rasulullah saw.
bersabda, 'Hai orang-orang Anshar! Tidakkah kamu mendengar apa yang telah dikatakan oleh pemimpin kalian ini?'
Mereka menjawab, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia (Saad ibnu Ubadah) adalah lelaki yang amat cemburuan.
Demi Allah, tidak sekali-kali dia melamar seorang wanita, kemudian ada seorang lelaki dari kalangan kami yang
berani untuk mengawininya, karena sifat cemburunya yang sangat keras itu.' Lalu Saad berkata, 'Demi Allah, wahai
Rasulullah! Aku percaya ayat itu benar-benar dari sisi Allah, tetapi aku merasa heran, seandainya aku menemukan
paha wanita yang dinaiki oleh laki-laki, apakah aku tidak boleh melarang dan menjauhkannya dari perbuatannya itu
hingga terlebih dahulu aku harus mendatangkan empat orang saksi. Demi Allah, aku tidak akan mendatangkan
dahulu saksi-saksi itu, karena niscaya dia dapat memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu'". Selanjutnya Imam
Ahmad menceritakan bahwa tidak lama kemudian setelah peristiwa itu, terjadi pula peristiwa lain yang menyangkut
diri Hilal bin Umaiah; dia adalah salah seorang dari tiga orang yang telah diterima tobatnya. Dia baru datang dari
kampungnya pada waktu Isya, lalu ia menjumpai istrinya bersama dengan lelaki lain. Ia melihat dengan mata kepala
sendiri dan mendengar dengan telinga sendiri peristiwa tersebut, akan tetapi ia tidak bertindak apa-apa terhadap laki-
laki itu, hingga keesokan harinya. Lalu pagi-pagi ia pergi menghadap kepada Rasulullah saw. seraya berkata
kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepada istriku di waktu Isya, kemudian aku menemukan ada laki-laki lain
bersamanya, aku melihat dengan mata kepala sendiri apa yang ia perbuat terhadap istriku dan aku pun mendengar
dengan telingaku apa yang mereka katakan". Akan tetapi kelihatan Rasulullah saw. tidak menyukai apa yang dia
sampaikan itu, bahkan beliau tampak marah kepadanya. Orang-orang Anshar berkata, "Kami telah mendapat cobaan
dengan apa yang telah dikatakan oleh Saad bin Ubadah, sekarang Rasulullah saw. akan mendera Hilal bin Umaiah,
serta membatalkan kesaksiannya di kalangan orang-orang Mukmin lainnya". Hilal berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya aku berharap semoga Allah memberikan untukku jalan keluar dari perkara ini". Demi Allah,
sesungguhnya Rasulullah saw. telah bermaksud untuk memberikan perintah, supaya Hilal dihukum dera. Maka pada
saat itu juga turunlah wahyu kepadanya, lalu beliau menahan perintahnya hingga selesai wahyu yang diturunkan
kepadanya. Wahyu itu adalah, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). Abu Ya'la
mengetengahkan hadis yang serupa, hanya ia mengemukakannya melalui hadis yang bersumber dari sahabat Anas
r.a. Syaikhain dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Sahl ibnu Saad yang menceritakan bahwa
Uwaimir datang kepada Ashim ibnu Addiy, lalu Uwaimir berkata, "Tanyakanlah kepada Rasulullah saw. demi
untukku, bagaimana jika seorang lelaki menemukan istrinya sedang bersama dengan lelaki lain, lalu ia
membunuhnya, apakah ia akan dibunuh pula karenanya? Atau bagaimanakah seharusnya yang ia lakukan?"
Selanjutnya Ashim menanyakannya kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. mencela orang yang menanyakannya.
Lalu Ashim ditemui lagi oleh Uwaimir yang langsung bertanya, "Apakah yang telah kamu lakukan (bagaimana
hasilya)?" Ashim menjawab, "Tiada jawaban, sesungguhnya kamu datang kepadaku bukan dengan membawa
kebaikan, aku telah bertanya kepada Rasulullah saw. tetapi ternyata beliau mencela orang yang menanyakannya".
Uwaimir langsung berkata, "Demi Allah, aku akan datang sendiri kepada Rasulullah saw. untuk menanyakannya".
Lalu ia menanyakannya kepada Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ayat ini diturunkan
berkenaan dengan diri kamu dan istrimu", dan seterusnya. Hafiz ibnu Hajar mengatakan bahwa para Imam telah
berselisih pendapat sehubungan dengan masalah ini. Di antara mereka ada yang mentarjih atau menguatkan bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Uwaimir tadi. Di antara mereka juga ada yang mentarjih bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Hilal. Ada juga yang menghimpunkan kedua pendapat tersebut, bahwa
peristiwa ini pada mulanya bersumber dari Hilal, kemudian bertepatan pula dengan kedatangan Uwaimir. Lalu
turunlah ayat ini berkenaan dengan keduanya sekaligus. Berangkat dari pengertian yang terakhir tadi, Imam Nawawi
kemudian diikuti oleh Imam Al Khathib cenderung mengatakan bahwa, barangkali peristiwa tersebut bertepatan
dialami oleh keduanya secara berbarengan. Hafizh ibnu Hajar sendiri mengatakan, dapat disimpulkan bahwa
turunnya ayat ini lebih dahulu yaitu berkenaan dengan peristiwa Hilal, kemudian ketika Uwaimir datang dan ia
belum mengetahui apa yang telah terjadi dengan Hilal, maka Nabi saw. memberitahukan hal itu kepadanya, yakni
tentang hukumnya. Oleh sebab itu dalam hadis Hilal disebutkan, maka turunlah malaikat Jibril membawa wahyu. Di
dalam kisah mengenai Uwaimir disebutkan, bahwa Nabi saw. bersabda, "Sungguh Allah telah menurunkan wahyu-
Nya mengenaimu". Maka Sabda Nabi saw. tadi ditakwil, bahwa telah diturunkan penjelasan hukum oleh wahyu
sehubungan dengan peristiwa seseorang yang mirip kasusnya dengan kasusmu ini. Berdasarkan pengertian tadi lbnu
Shabbagh di dalam kitab Asy Syamil mengatakan pendapat tadi di dalam jawaban yang dikemukakannya. Tetapi
Qurthubi lebih cenderung mengatakan, bahwa ayat ini turun dua kali; dan hal ini boleh. Al Bazzar mengetengahkan
sebuah hadis melalui jalur Zaid ibnu Muthi' yang ia terima dari Huzaifah, yang menceritakan bahwa Rasulullah saw.
bertanya kepada Abu Bakar, "Seandainya kamu melihat lelaki lain bersama dengan Umu Rauman, apakah yang akan
kamu lakukan terhadap lelaki itu?" Abu Bakar menjawab, "Aku akan berbuat keburukan terhadapnya". Nabi saw.
bertanya, "Kamu bagaimanakan, hai 'Umar?" Umar menjawab, "Aku katakan, semoga Allah melaknat orang yang
tidak mampu berbuat apa-apa terhadap lelaki itu, sesungguhnya dia adalah orang yang kotor", maka turunlah ayat
ini.

7 Dan (sumpah) yang kelima: Bahwa laknat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta.(QS. 24:7)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 7
)7( َ‫ا ِذبِين‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫انَ ِمنَ ْال َك‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ ِه ِإ ْن َك‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%ْ‫ةَ هَّللا ِ َعلَي‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%َ‫ةُ أَ َّن لَ ْعن‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫َو ْال َخا ِم َس‬
Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Ikrimah yang ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a.,
bahwasanya Hilal ibnu Umaiah telah menuduh istrinya berbuat zina di hadapan Nabi saw., lalu Nabi saw. berkata
kepadanya, "Datangkanlah buktimu atau hadd akan menimpa punggungmu". Hilal menjawab, "Wahai Rasulullah!
Jika seseorang di antara kita melihat ada seorang laki-laki bersama dengan istrinya, apakah ia harus pergi mencari
bukti juga?" Nabi saw. tetap mengatakan, "Datangkanlah bukti atau hukuman hadd akan menimpa punggungmu".
Hilal menjawab, "Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan sebenarnya, sesungguhnya aku benar dalam
perkataanku ini dan sungguh Allah pasti akan menurunkan wahyu yang membebaskan punggungku dari hukuman
Hadd". Kemudian turunlah malaikat Jibril membawa firman-Nya kepada Nabi saw., dan membacakannya kepada
dia yaitu firman-Nya, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). sampai dengan
firman-Nya, "Jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar..." (Q.S. An Nur, 9). Hadis di atas diketengahkan
pula oleh Imam Ahmad, hanya saja lafal hadis yang diriwayatkannya berbunyi seperti berikut ini, "Ketika turun
firman-Nya, 'Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kalian terima kesaksian mereka buat gelama-lamanya.' (Q.S. An Nur, 4). Maka Saad ibnu Ubadah pemimpin sahabat
Anshar mengatakan, 'Apakah memang demikian bunyi ayat tersebut, wahai Rasulullah?' Lalu Rasulullah saw.
bersabda, 'Hai orang-orang Anshar! Tidakkah kamu mendengar apa yang telah dikatakan oleh pemimpin kalian ini?'
Mereka menjawab, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia (Saad ibnu Ubadah) adalah lelaki yang amat cemburuan.
Demi Allah, tidak sekali-kali dia melamar seorang wanita, kemudian ada seorang lelaki dari kalangan kami yang
berani untuk mengawininya, karena sifat cemburunya yang sangat keras itu.' Lalu Saad berkata, 'Demi Allah, wahai
Rasulullah! Aku percaya ayat itu benar-benar dari sisi Allah, tetapi aku merasa heran, seandainya aku menemukan
paha wanita yang dinaiki oleh laki-laki, apakah aku tidak boleh melarang dan menjauhkannya dari perbuatannya itu
hingga terlebih dahulu aku harus mendatangkan empat orang saksi. Demi Allah, aku tidak akan mendatangkan
dahulu saksi-saksi itu, karena niscaya dia dapat memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu'". Selanjutnya Imam
Ahmad menceritakan bahwa tidak lama kemudian setelah peristiwa itu, terjadi pula peristiwa lain yang menyangkut
diri Hilal bin Umaiah; dia adalah salah seorang dari tiga orang yang telah diterima tobatnya. Dia baru datang dari
kampungnya pada waktu Isya, lalu ia menjumpai istrinya bersama dengan lelaki lain. Ia melihat dengan mata kepala
sendiri dan mendengar dengan telinga sendiri peristiwa tersebut, akan tetapi ia tidak bertindak apa-apa terhadap laki-
laki itu, hingga keesokan harinya. Lalu pagi-pagi ia pergi menghadap kepada Rasulullah saw. seraya berkata
kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepada istriku di waktu Isya, kemudian aku menemukan ada laki-laki lain
bersamanya, aku melihat dengan mata kepala sendiri apa yang ia perbuat terhadap istriku dan aku pun mendengar
dengan telingaku apa yang mereka katakan". Akan tetapi kelihatan Rasulullah saw. tidak menyukai apa yang dia
sampaikan itu, bahkan beliau tampak marah kepadanya. Orang-orang Anshar berkata, "Kami telah mendapat cobaan
dengan apa yang telah dikatakan oleh Saad bin Ubadah, sekarang Rasulullah saw. akan mendera Hilal bin Umaiah,
serta membatalkan kesaksiannya di kalangan orang-orang Mukmin lainnya". Hilal berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya aku berharap semoga Allah memberikan untukku jalan keluar dari perkara ini". Demi Allah,
sesungguhnya Rasulullah saw. telah bermaksud untuk memberikan perintah, supaya Hilal dihukum dera. Maka pada
saat itu juga turunlah wahyu kepadanya, lalu beliau menahan perintahnya hingga selesai wahyu yang diturunkan
kepadanya. Wahyu itu adalah, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). Abu Ya'la
mengetengahkan hadis yang serupa, hanya ia mengemukakannya melalui hadis yang bersumber dari sahabat Anas
r.a. Syaikhain dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Sahl ibnu Saad yang menceritakan bahwa
Uwaimir datang kepada Ashim ibnu Addiy, lalu Uwaimir berkata, "Tanyakanlah kepada Rasulullah saw. demi
untukku, bagaimana jika seorang lelaki menemukan istrinya sedang bersama dengan lelaki lain, lalu ia
membunuhnya, apakah ia akan dibunuh pula karenanya? Atau bagaimanakah seharusnya yang ia lakukan?"
Selanjutnya Ashim menanyakannya kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. mencela orang yang menanyakannya.
Lalu Ashim ditemui lagi oleh Uwaimir yang langsung bertanya, "Apakah yang telah kamu lakukan (bagaimana
hasilya)?" Ashim menjawab, "Tiada jawaban, sesungguhnya kamu datang kepadaku bukan dengan membawa
kebaikan, aku telah bertanya kepada Rasulullah saw. tetapi ternyata beliau mencela orang yang menanyakannya".
Uwaimir langsung berkata, "Demi Allah, aku akan datang sendiri kepada Rasulullah saw. untuk menanyakannya".
Lalu ia menanyakannya kepada Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ayat ini diturunkan
berkenaan dengan diri kamu dan istrimu", dan seterusnya. Hafiz ibnu Hajar mengatakan bahwa para Imam telah
berselisih pendapat sehubungan dengan masalah ini. Di antara mereka ada yang mentarjih atau menguatkan bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Uwaimir tadi. Di antara mereka juga ada yang mentarjih bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Hilal. Ada juga yang menghimpunkan kedua pendapat tersebut, bahwa
peristiwa ini pada mulanya bersumber dari Hilal, kemudian bertepatan pula dengan kedatangan Uwaimir. Lalu
turunlah ayat ini berkenaan dengan keduanya sekaligus. Berangkat dari pengertian yang terakhir tadi, Imam Nawawi
kemudian diikuti oleh Imam Al Khathib cenderung mengatakan bahwa, barangkali peristiwa tersebut bertepatan
dialami oleh keduanya secara berbarengan. Hafizh ibnu Hajar sendiri mengatakan, dapat disimpulkan bahwa
turunnya ayat ini lebih dahulu yaitu berkenaan dengan peristiwa Hilal, kemudian ketika Uwaimir datang dan ia
belum mengetahui apa yang telah terjadi dengan Hilal, maka Nabi saw. memberitahukan hal itu kepadanya, yakni
tentang hukumnya. Oleh sebab itu dalam hadis Hilal disebutkan, maka turunlah malaikat Jibril membawa wahyu. Di
dalam kisah mengenai Uwaimir disebutkan, bahwa Nabi saw. bersabda, "Sungguh Allah telah menurunkan wahyu-
Nya mengenaimu". Maka Sabda Nabi saw. tadi ditakwil, bahwa telah diturunkan penjelasan hukum oleh wahyu
sehubungan dengan peristiwa seseorang yang mirip kasusnya dengan kasusmu ini. Berdasarkan pengertian tadi lbnu
Shabbagh di dalam kitab Asy Syamil mengatakan pendapat tadi di dalam jawaban yang dikemukakannya. Tetapi
Qurthubi lebih cenderung mengatakan, bahwa ayat ini turun dua kali; dan hal ini boleh. Al Bazzar mengetengahkan
sebuah hadis melalui jalur Zaid ibnu Muthi' yang ia terima dari Huzaifah, yang menceritakan bahwa Rasulullah saw.
bertanya kepada Abu Bakar, "Seandainya kamu melihat lelaki lain bersama dengan Umu Rauman, apakah yang akan
kamu lakukan terhadap lelaki itu?" Abu Bakar menjawab, "Aku akan berbuat keburukan terhadapnya". Nabi saw.
bertanya, "Kamu bagaimanakan, hai 'Umar?" Umar menjawab, "Aku katakan, semoga Allah melaknat orang yang
tidak mampu berbuat apa-apa terhadap lelaki itu, sesungguhnya dia adalah orang yang kotor", maka turunlah ayat
ini.

8 Isterinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah sesungguhnya suaminya itu benar-
benar termasuk orang-orang yang dusta,(QS. 24:8) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 8
)8( َ‫ا ِذبِين‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ت بِاهَّلل ِ إِنَّهُ لَ ِمنَ ْال َك‬ َ ‫ َذ‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ا ْال َع‬%%%%%%%%%%%%%%%%%َ‫ ْد َرأُ َع ْنه‬%%%%%%%%%%%%%%%%%َ‫َوي‬
ٍ ‫هَادَا‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ َع َش‬%%%%%%%%%%%%%%%%%َ‫هَ َد أَرْ ب‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫اب أَ ْن ت َْش‬
Imam Bukhari mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Ikrimah yang ia terima dari sahabat Ibnu Abbas r.a.,
bahwasanya Hilal ibnu Umaiah telah menuduh istrinya berbuat zina di hadapan Nabi saw., lalu Nabi saw. berkata
kepadanya, "Datangkanlah buktimu atau hadd akan menimpa punggungmu". Hilal menjawab, "Wahai Rasulullah!
Jika seseorang di antara kita melihat ada seorang laki-laki bersama dengan istrinya, apakah ia harus pergi mencari
bukti juga?" Nabi saw. tetap mengatakan, "Datangkanlah bukti atau hukuman hadd akan menimpa punggungmu".
Hilal menjawab, "Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan sebenarnya, sesungguhnya aku benar dalam
perkataanku ini dan sungguh Allah pasti akan menurunkan wahyu yang membebaskan punggungku dari hukuman
Hadd". Kemudian turunlah malaikat Jibril membawa firman-Nya kepada Nabi saw., dan membacakannya kepada
dia yaitu firman-Nya, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). sampai dengan
firman-Nya, "Jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar..." (Q.S. An Nur, 9). Hadis di atas diketengahkan
pula oleh Imam Ahmad, hanya saja lafal hadis yang diriwayatkannya berbunyi seperti berikut ini, "Ketika turun
firman-Nya, 'Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kalian terima kesaksian mereka buat gelama-lamanya.' (Q.S. An Nur, 4). Maka Saad ibnu Ubadah pemimpin sahabat
Anshar mengatakan, 'Apakah memang demikian bunyi ayat tersebut, wahai Rasulullah?' Lalu Rasulullah saw.
bersabda, 'Hai orang-orang Anshar! Tidakkah kamu mendengar apa yang telah dikatakan oleh pemimpin kalian ini?'
Mereka menjawab, 'Wahai Rasulullah, sesungguhnya dia (Saad ibnu Ubadah) adalah lelaki yang amat cemburuan.
Demi Allah, tidak sekali-kali dia melamar seorang wanita, kemudian ada seorang lelaki dari kalangan kami yang
berani untuk mengawininya, karena sifat cemburunya yang sangat keras itu.' Lalu Saad berkata, 'Demi Allah, wahai
Rasulullah! Aku percaya ayat itu benar-benar dari sisi Allah, tetapi aku merasa heran, seandainya aku menemukan
paha wanita yang dinaiki oleh laki-laki, apakah aku tidak boleh melarang dan menjauhkannya dari perbuatannya itu
hingga terlebih dahulu aku harus mendatangkan empat orang saksi. Demi Allah, aku tidak akan mendatangkan
dahulu saksi-saksi itu, karena niscaya dia dapat memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu'". Selanjutnya Imam
Ahmad menceritakan bahwa tidak lama kemudian setelah peristiwa itu, terjadi pula peristiwa lain yang menyangkut
diri Hilal bin Umaiah; dia adalah salah seorang dari tiga orang yang telah diterima tobatnya. Dia baru datang dari
kampungnya pada waktu Isya, lalu ia menjumpai istrinya bersama dengan lelaki lain. Ia melihat dengan mata kepala
sendiri dan mendengar dengan telinga sendiri peristiwa tersebut, akan tetapi ia tidak bertindak apa-apa terhadap laki-
laki itu, hingga keesokan harinya. Lalu pagi-pagi ia pergi menghadap kepada Rasulullah saw. seraya berkata
kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepada istriku di waktu Isya, kemudian aku menemukan ada laki-laki lain
bersamanya, aku melihat dengan mata kepala sendiri apa yang ia perbuat terhadap istriku dan aku pun mendengar
dengan telingaku apa yang mereka katakan". Akan tetapi kelihatan Rasulullah saw. tidak menyukai apa yang dia
sampaikan itu, bahkan beliau tampak marah kepadanya. Orang-orang Anshar berkata, "Kami telah mendapat cobaan
dengan apa yang telah dikatakan oleh Saad bin Ubadah, sekarang Rasulullah saw. akan mendera Hilal bin Umaiah,
serta membatalkan kesaksiannya di kalangan orang-orang Mukmin lainnya". Hilal berkata, "Demi Allah,
sesungguhnya aku berharap semoga Allah memberikan untukku jalan keluar dari perkara ini". Demi Allah,
sesungguhnya Rasulullah saw. telah bermaksud untuk memberikan perintah, supaya Hilal dihukum dera. Maka pada
saat itu juga turunlah wahyu kepadanya, lalu beliau menahan perintahnya hingga selesai wahyu yang diturunkan
kepadanya. Wahyu itu adalah, "Dan orang-orang yang menuduh istrinya (berzina)..." (Q.S. An Nur, 6). Abu Ya'la
mengetengahkan hadis yang serupa, hanya ia mengemukakannya melalui hadis yang bersumber dari sahabat Anas
r.a. Syaikhain dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Sahl ibnu Saad yang menceritakan bahwa
Uwaimir datang kepada Ashim ibnu Addiy, lalu Uwaimir berkata, "Tanyakanlah kepada Rasulullah saw. demi
untukku, bagaimana jika seorang lelaki menemukan istrinya sedang bersama dengan lelaki lain, lalu ia
membunuhnya, apakah ia akan dibunuh pula karenanya? Atau bagaimanakah seharusnya yang ia lakukan?"
Selanjutnya Ashim menanyakannya kepada Rasulullah saw., Rasulullah saw. mencela orang yang menanyakannya.
Lalu Ashim ditemui lagi oleh Uwaimir yang langsung bertanya, "Apakah yang telah kamu lakukan (bagaimana
hasilya)?" Ashim menjawab, "Tiada jawaban, sesungguhnya kamu datang kepadaku bukan dengan membawa
kebaikan, aku telah bertanya kepada Rasulullah saw. tetapi ternyata beliau mencela orang yang menanyakannya".
Uwaimir langsung berkata, "Demi Allah, aku akan datang sendiri kepada Rasulullah saw. untuk menanyakannya".
Lalu ia menanyakannya kepada Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya ayat ini diturunkan
berkenaan dengan diri kamu dan istrimu", dan seterusnya. Hafiz ibnu Hajar mengatakan bahwa para Imam telah
berselisih pendapat sehubungan dengan masalah ini. Di antara mereka ada yang mentarjih atau menguatkan bahwa
ayat ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Uwaimir tadi. Di antara mereka juga ada yang mentarjih bahwa ayat
ini diturunkan berkenaan dengan peristiwa Hilal. Ada juga yang menghimpunkan kedua pendapat tersebut, bahwa
peristiwa ini pada mulanya bersumber dari Hilal, kemudian bertepatan pula dengan kedatangan Uwaimir. Lalu
turunlah ayat ini berkenaan dengan keduanya sekaligus. Berangkat dari pengertian yang terakhir tadi, Imam Nawawi
kemudian diikuti oleh Imam Al Khathib cenderung mengatakan bahwa, barangkali peristiwa tersebut bertepatan
dialami oleh keduanya secara berbarengan. Hafizh ibnu Hajar sendiri mengatakan, dapat disimpulkan bahwa
turunnya ayat ini lebih dahulu yaitu berkenaan dengan peristiwa Hilal, kemudian ketika Uwaimir datang dan ia
belum mengetahui apa yang telah terjadi dengan Hilal, maka Nabi saw. memberitahukan hal itu kepadanya, yakni
tentang hukumnya. Oleh sebab itu dalam hadis Hilal disebutkan, maka turunlah malaikat Jibril membawa wahyu. Di
dalam kisah mengenai Uwaimir disebutkan, bahwa Nabi saw. bersabda, "Sungguh Allah telah menurunkan wahyu-
Nya mengenaimu". Maka Sabda Nabi saw. tadi ditakwil, bahwa telah diturunkan penjelasan hukum oleh wahyu
sehubungan dengan peristiwa seseorang yang mirip kasusnya dengan kasusmu ini. Berdasarkan pengertian tadi lbnu
Shabbagh di dalam kitab Asy Syamil mengatakan pendapat tadi di dalam jawaban yang dikemukakannya. Tetapi
Qurthubi lebih cenderung mengatakan, bahwa ayat ini turun dua kali; dan hal ini boleh. Al Bazzar mengetengahkan
sebuah hadis melalui jalur Zaid ibnu Muthi' yang ia terima dari Huzaifah, yang menceritakan bahwa Rasulullah saw.
bertanya kepada Abu Bakar, "Seandainya kamu melihat lelaki lain bersama dengan Umu Rauman, apakah yang akan
kamu lakukan terhadap lelaki itu?" Abu Bakar menjawab, "Aku akan berbuat keburukan terhadapnya". Nabi saw.
bertanya, "Kamu bagaimanakan, hai 'Umar?" Umar menjawab, "Aku katakan, semoga Allah melaknat orang yang
tidak mampu berbuat apa-apa terhadap lelaki itu, sesungguhnya dia adalah orang yang kotor", maka turunlah ayat
ini.

9 dan sumpahnya yang kelima: Bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar.(QS. 24:9)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 9
‫هَّللا‬
َّ ‫انَ ِمنَ ال‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ا إِ ْن َك‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%َ‫ب ِ َعلَ ْيه‬
)9( َ‫ا ِدقِين‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ص‬ َ ْ
َ ‫ةَ أ َّن غ‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫َوالخَا ِم َس‬
َ %%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫َض‬
Syaikhain dan lain-lainnya mengetengahkan sebuah hadis melalui Siti Aisyah r.a., yang menceritakan bahwa
Rasulullah saw. bila hendak melakukan perjalanan, beliau mengundi di antara istri-istrinya. Barang siapa yang
namanya keluar dalam undian, maka ia akan pergi bersamanya. Lalu Rasulullah saw. mengadakan undian di antara
kami dalam suatu peperangan yang akan dilakukannya, maka keluarlah bagianku, lalu aku pergi bersamanya.
Peristiwa ini terjadi sesudah ayat hijab diturunkan. Selanjutnya aku dinaikkan ke atas punggung unta kendaraanku
dan aku berada di dalam sekedupnya. Kami berangkat menuju medan perang yang dimaksud, ketika Rasulullah saw.
telah selesai dari tugasnya, kemudian beliau kembali lagi, kota Madinah sudah dekat. Pada suatu malam Rasulullah
saw. menyeru semua rombongan pasukannya untuk melanjutkan perjalanan. Ketika itu juga aku pergi meninggalkan
rombongan pasukan untuk menunaikan hajatku. Setelah aku menyelesaikan hajatku, aku kembali ke rombongan,
tetapi di tengah jalan ketika aku meraba dadaku tiba-tiba kalungku sudah tidak ada karena terputus. Aku kembali
lagi untuk mencari kalungku itu, sehingga aku tertahan selama beberapa waktu. Rombongan yang membawa aku,
telah berangkat; menaikkan sekedup tempat aku berada ke atas punggung unta kendaraanku, mereka menduga
bahwa aku telah berada di dalamnya. Siti Aisyah r.a. mengatakan, bahwa kaum wanita pada masa itu ringan
bobotnya, karena badannya kurus. Sebab mereka makan hanya sedikit sekali. Kaum yang mengangkat sekedupku
pun tidak menaruh rasa curiga terhadap ringannya berat sekedupku sewaktu mereka mengangkatnya. Oleh
karenanya mereka segera menghardik untaku untuk berangkat, tanpa menaruh rasa curiga sedikit pun. Aku
menemukan kembali kalungku, sewaktu rombongan pasukan telah berangkat; ketika aku datang ke tempatku
ternyata tidak ada seorang pun, semuanya telah berangkat. Terpaksa aku menunggu di tempatku itu, karena aku
mempunyai dugaan, bahwa kelak rombongan akan merasa kehilangan aku, kemudian mereka pasti akan kembali
mencariku. Sewaktu aku sedang duduk menunggu, rasa kantuk menyerangku dan membuatku tertidur nyenyak.
Shofwan ibnu Mu'aththal tertinggal jauh dari rombongan pasukan karena beristirahat, kemudian ia melanjutkan
perjalanannya di waktu malam hari. Pada waktu pagi harinya ia sampai ke tempatku; sesampainya di tempatku, ia
melihat seseorang yang sedang tidur, yaitu aku sendiri. Begitu ia melihatku, ia langsung mengenalku karena ia
pernah melihatku sebelum aku memakai hijab (kain penutup). Aku menjadi terbangun sewaktu mendengar
Istirja'nya, karena begitu ia melihat dan mengenalku ia langsung mengucapkan kalimat Istirja'. Segera aku
menutupkan hijab ke mukaku. Demi Allah, sepatah kata pun tidak keluar dari mulutnya untuk berbicara kepadaku
dan aku tidak mendengar sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya selain daripada kalimat Istirja'nya, yaitu
sewaktu ia merundukkan kendaraannya. Lalu ia merundukkan kaki untanya dan aku menaikinya, kemudian ia
berangkat seraya menuntun kendaraannya yang kunaiki, sedang ia sendiri berjalan kaki. Akhirnya kami dapat
menyusul rombongan pasukan, yaitu sewaktu mereka Sedang beristirahat di tengah teriknya matahari waktu lohor.
Sejak saat itu mulai tersiar berita bohong mengenai diriku, semoga Allah membinasakan para pelakunya. Orang
yang menjadi biang keladi dan sumber berita bohong ini adalah Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul. Ketika aku datang
ke Madinah langsung aku mengalami sakit selama satu bulan dan pada masa itu orang-orang ramai membicarakan
tentang berita bohong itu. Akan tetapi aku masih belum mengetahui dan belum merasakan adanya berita bohong
tersebut, hingga pada suatu hari ketika aku telah sembuh dari sakit dan sedang kemaruk (sedang banyak nafsu makan
karena habis sakit), aku keluar bersama Umu Misthah menuju ke Al Manashi' tempat biasa kami membuang hajat
besar. Karena terburu-buru Umu Misthah tersandung, kemudian keluarlah kata makian dari mulutnya, "Celakalah si
Misthah". Maka aku berkata kepadanya, "Alangkah buruknya apa yang telah kamu katakan itu. Apakah kamu berani
mencaci seorang lelaki yang pernah ikut dalam perang Badar?" Umu Misthah menjawab, "Wahai saudaraku!
Tidakkah kamu mendengar apa yang telah dikatakannya?" Aku bertanya, "Apakah yang telah dikatakannya itu?"
Kemudian Umu Misthah menceritakan kepadaku apa yang dipergunjingkan oleh para penyiar berita bohong itu; hal
ini menambah sakitku di samping sakit yang baru saja aku alami itu. Ketika Rasulullah saw. menggilirku, aku
berkata, "Apakah engkau memberi izin kepadaku jika aku pergi ke rumah kedua orang tuaku, karena aku mau
meyakinkan berita tersebut dari mereka berdua". Maka Rasulullah saw. memberikan izin kepadaku, lalu aku pergi ke
rumah kedua orang tuaku. Aku bertanya kepada ibuku, "Wahai ibuku! Apakah yang sedang dipergunjingkan oleh
orang-orang tentang diriku?" Ibuku menjawab: "Wahai anakku! Bersabarlah engkau, demi Allah, sesungguhnya
seorang wanita cantik yang menjadi istri seorang lelaki, yang sangat mencintainya, tetapi ia banyak mempunyai istri-
istri lain, tentu istri-istrinya yang lain itu banyak membicarakan tentang dia". Lalu aku berkata, "Maha Suci Allah,
apakah memang benar orang-orang membicarakan hal ini". Pada malam itu juga aku menangis tiada henti-hentinya,
sehingga air mataku serasa habis karenanya dan malam itu aku tidak tidur sama sekali, pagi harinya pun aku masih
menangis. Rasulullah saw. memanggil sahabat Ali ibnu Abu Thalib serta Usamah ibnu Zaid, yaitu sewaktu wahyu
lama tidak turun. Nabi memanggil mereka berdua untuk diajak bermusyawarah mengenai masalah menjatuhkan
talak kepada istrinya (yaitu aku sendiri). Usamah memberikan isyarat sesuai dengan apa yang ia telah ketahui
tentang istri Nabi, yaitu membersihkan nama istri Nabi saw. Untuk itu ia mengatakan, "Mereka adalah istri-istrimu,
kami tidak mengetahui tentang mereka melainkan hanya baik-baik saja". Lain halnya dengan Ali, ia mengatakan,
"Allah tidak akan membuatmu sempit, wanita-wanita selain dia cukup banyak. Jika kamu menanyakannya kepada
budak perempuan, niscaya dia akan berkata sebenarnya kepadamu". Lalu Rasulullah saw. memanggil Barirah, dan
bertanya kepadanya, "Hai Barirah! Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan pada diri Aisyah?" Barirah
menjawab, "Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan benar, saya tidak mempunyai gambaran lain terhadapnya
kecuali dia adalah seorang gadis yang masih berusia muda, ia tertidur dengan meninggalkan roti suaminya,
kemudian datanglah seorang lelaki yang kelaparan, lalu ia langsung memakannya." Rasulullah saw., berdiri di atas
mimbar, lalu meminta dukungan untuk menghadapi Abdullah ibnu Ubay, kemudian beliau bersabda, "Siapakah yang
akan membantuku dalam menghadapi lelaki yang telah melukai keluargaku. Demi Allah, sepengetahuanku bahwa
istriku adalah seorang yang baik." Siti Aisyah melanjutkan kisahnya, aku terus menangis sepanjang hari itu,
kemudian pada malam harinya aku pun terus menangis serta tidak tidur sama sekali. Sedangkan kedua orang tuaku
menyangka bahwa tangisanku itu seolah-olah memecahkan hatiku. Ketika keduanya sedang duduk bersamaku dan
aku masih tetap dalam keadaan menangis, tiba-tiba ada seorang wanita dari kalangan sahabat Anshar datang
meminta izin untuk menemuiku. Aku memberi izin masuk kepadanya, ia pun duduk dan menangis pula
menemaniku. Kemudian Rasulullah saw. masuk seraya mengucapkan salam, lalu duduk, sedangkan wahyu masih
belum turun kepadanya selama sebulan mengenai perihal diriku ini. Rasulullah saw. terlebih dahulu membaca
syahadat, lalu beliau bersabda, "Amma ba'du, wahai Aisyah! Sesungguhnya telah sampai suatu berita kepadaku
tentang dirimu, yaitu demikian dan demikian. Maka jika kamu bersih niscaya Allah akan membersihkan dirimu
(melalui wahyu-Nya), dan jika kamu telah melakukan perbuatan dosa, maka mintalah ampun kepada Allah,
kemudian bertobatlah, karena sesungguhnya seseorang hamba, apabila ia mengakui berbuat dosa, kemudian ia
bertobat, niscaya Allah akan mengampuninya". Setelah Rasulullah saw. selesai dari ucapannya itu, aku berkata
kepada ayahku, "Jawablah Rasulullah atas namaku". Tetapi ayahku berkata, "Demi Allah, aku tidak mengetahui apa
yang harus kukatakan kepadanya". Kemudian aku berkata kepada ibuku, "Jawablah Rasulullah, sebagai pengganti
diriku". Maka ibuku menjawab, "Aku tidak mengetahui apa yang harus kukatakan kepadanya". Lalu aku menjawab,
sedang keadaanku pada waktu itu adalah seorang gadis yang teramat muda usianya, "Demi Allah, aku telah
mengetahui bahwa engkau telah mendengar berita ini, hingga berita ini mantap di dalam hati engkau dan engkau
percaya kepadanya. Maka jika aku mengatakan kepada engkau, sesungguhnya aku bersih, sedangkan Allah Maha
Mengetahui bahwa aku bersih, niscaya engkau tidak akan mempercayaiku". Menurut riwayat yang lain dikatakan,
bahwa Siti Aisyah berkata, "Seandainya aku mengakui kepada kalian telah melakukan suatu perkara, sedangkan
Allah Maha Mengetahui, bahwa aku bersih dari hal tersebut, maka niscaya kamu percaya kepadaku. Sesungguhnya
aku ini, demi Allah, tidak menemukan suatu perumpamaan mengenai diriku dan kamu, melainkan hanya seperti apa
yang telah dikatakan oleh bapak Nabi Yusuf, 'Maka kesabaran yang baik itulah kesabaranku dan Allah sajalah yang
dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kalian ceritakan.' (Q.S. 12 Yusuf, 18)." Setelah aku mengatakan
demikian lalu aku pergi berpaling darinya, lalu aku langsung merebahkan diri ke tempat tidur. Demi Allah, setelah
peristiwa itu Rasulullah saw. tidak lagi pergi ke majelisnya dan tidak ada seorang pun dari kalangan Ahlul Bait yang
keluar, hingga Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Nabi-Nya. Setelah wahyu turun, maka tampak kembali
kegairahan beliau saw. sebagaimana biasanya. Dan setelah kedatangan berita gembira itu kalimat pertama yang
diucapkannya ialah, "Hai Aisyah! Bergembiralah, ingatlah bahwa Allah telah menyucikanmu". Lalu ibuku berkata
kepadaku: "Mendekatlah kepadanya". Maka aku berkata, "Demi Allah, aku tidak akan mendekat kepadanya dan aku
tiada memuji melainkan hanya kepada Allah; karena Dia-lah yang telah menurunkan kebersihanku". Allah swt. telah
menurunkan firman-Nya, "Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan
kalian..." (Q.S. An Nur, 11 sampai dengan sepuluh ayat kemudian).
21 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti
langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar.
Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih
(dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. 24:21) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 21
َ ُ ْ ُ ُ َ ‫هَّللا‬ َ َ ْ ْ َ ْ ْ َّ َ َ َّ
‫ ٍد‬%‫ا ِمنك ْم ِم ْن أ َح‬%%‫ت الش ْيطا ِن فإِنهُ يَأ ُم ُر بِالفحْ َشا ِء َوال ُمن َك ِر َولوْ اَل فضْ ُل ِ َعل ْيك ْم َو َرحْ َمتهُ َما زَ َك‬ ُ ُ َّ َ َّ ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنوا اَل تَتبِعُوا خط َوا‬
ِ ‫ت الش ْيطا ِن َو َم ْن يَتبِ ْع خط َوا‬ ُ ُ َّ ُ
)21( ‫ ِمي ٌع َعلِي ٌم‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ا ُء َوهَّللا ُ َس‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ َز ِّكي َم ْن يَ َش‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%ُ‫دًا َولَ ِك َّن هَّللا َ ي‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%َ‫أَب‬
Abu Bakar berkata, yang sebelumnya ia selalu memberi nafkah kepada Misthah, karena masih saudaranya, lagi
miskin, "Demi Allah, aku tidak akan memberi sesuatu lagi kepadanya, sesudah apa yang telah dikatakannya itu
terhadap diri Siti Aisyah". Maka Allah menurunkan pula firman-Nya, "Dan janganlah orang-orang yang mempunyai
kelebihan dan kelapangan di antara kalian bersumpah..." (Q.S. An Nur, 22). sampai dengan firman-Nya, "Apakah
kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian..." (Q.S. An Nur,22). Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku suka
jika Allah mengampuniku". Kemudian ia kembali memberi nafkah yang biasa ia berikan kepada Misthah dan
keadaannya kini kembali menjadi seperti semula. Hadis mengenai masalah ini yang bersumber dari Ibnu Abbas dan
Ibnu Umar telah disebutkan pula di dalam hadis Imam Thabrani. Kemudian yang bersumber dari Abu Hurairah r.a.
disebutkan di dalam hadis Al Bazzar. Dan yang bersumber dari Abul Yusr disebutkan di dalam hadis Ibnu
Murdawaih.

22 Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak)
akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat (nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan
Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. 24:22) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 22
ْ َ‫وا َو ْلي‬%%ُ‫بِي ِل هَّللا ِ َو ْليَ ْعف‬%‫ا ِج ِرينَ فِي َس‬%%َ‫َواَل يَأْت َِل أُولُو ْالفَضْ ِل ِم ْن ُك ْم َوال َّس َع ِة أَ ْن ي ُْؤتُوا أُولِي ْالقُرْ بَى َو ْال َم َسا ِكينَ َو ْال ُمه‬
‫و ٌر‬%%ُ‫ َر هَّللا ُ لَ ُك ْم َوهَّللا ُ َغف‬%ِ‫فَحُوا أَاَل تُ ِحبُّونَ أَ ْن يَ ْغف‬%‫ص‬
)22( ‫َر ِحي ٌم‬
Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Khushaif. Khushaif menceritakan, aku berkata kepada Said
ibnu Jubair: "Manakah yang dosanya lebih berat, zina atau qadzaf (menuduh berzina)?" Said ibnu Jubair menjawab,
"Zina lebih besar dosanya". Aku menjawab, "Sesungguhnya Allah telah berfirman, 'Sesungguhnya orang-orang yang
menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina)...'" (Q.S. An Nur, 23). Said ibnu
Jubair menjawab, "Sesungguhnya ayat itu hanya diturunkan berkenaan dengan perihal Siti Aisyah". Hanya saja
hadis ini dalam sanadnya terdapat Yahya Al Hammamy, ia dikenal seorang yang daif. Imam Thabrani
mengetengahkan pula hadis ini, hanya kali ini ia melalui Dhahhak ibnu Murahim yang menceritakan, bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan istri-istri Nabi saw. secara khusus, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya orang-orang
yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina)..." (Q.S. An Nur, 23).

23 Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina),
mereka kena laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,(QS. 24:23) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun
Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 23
َ َ ‫آْل‬ ْ ُ ُ
ِ ‫ ذابٌ ع‬%%%%%%%%%%َ‫ َر ِة َولهُ ْم ع‬%%%%%%%%%%‫ ُّدنيَا َوا ِخ‬%%%%%%%%%%‫وا فِي ال‬%%%%%%%%%%‫ت ل ِعن‬
)23 ( ‫َظي ٌم‬ ْ ْ
ِ ‫ا‬%%%%%%%%%%َ‫ت ال ُمؤ ِمن‬ ‫اَل‬ ْ
ِ ِ‫اف‬%%%%%%%%%%َ‫ت الغ‬
ِ ‫نَا‬%%%%%%%%%%‫ص‬ ْ
َ ْ‫ونَ ال ُمح‬%%%%%%%%%%‫إِ َّن الَّ ِذينَ يَرْ ُم‬
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Said ibnu Jubair yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a.
yang menceritakan, bahwa ayat ini khusus diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah. Ibnu Jarir mengetengahkan
sebuah hadis melalui Siti Aisyah yang menceritakan, "Aku dituduh (berbuat zina) sedangkan aku dalam keadaan
lalai. Kemudian berita mengenai hal ini sampai kepadaku. Ketika Rasulullah saw. sedang berada di rumahku, tiba-
tiba turunlah wahyu kepadanya. Setelah itu beliau mengusap mukanya dan duduk dengan tegak, seraya bersabda,
'Hai Aisyah bergembiralah'. Aku menjawab, 'Dengan memuji kepada Allah, bukan memujimu'. Rasulullah saw. pun
membacakan firman-Nya, 'Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah
lagi beriman (berbuat zina)...' sampai dengan firman-Nya, 'Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan
oleh mereka (yang menuduh itu)'..." (Q.s, 24 An Nur, 26). Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dengan
sanad yang para perawinya orang-orang yang dapat dipercaya, melalui Abdurrahman ibnu Zaid ibnu Aslam, yaitu
sehubungan dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk iaki-iaki yang keji..." (Q.S. An Nur, 26).
Abdurrahman ibnu Zaid menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah, yaitu sewaktu ia
dituduh berbuat zina oleh orang munafik, kemudian Allah swt. membersihkannya dari tuduhan itu. Imam Thabrani
mengetengahkan sebuah hadis melalui dua buah sanad yang kedua-duanya berpredikat Daif, bersumber dari Ibnu
Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yaug keji..."
(Q.S. An Nur,26). diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mengatakan tuduhan/berita bohong kepada istri
Nabi saw. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa
ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti
Aisyah r.a. Utusan itu mengatakan, "Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?" Siti
Aisyah r.a. menjawab, "Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit". Maka
Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a.
Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji..." (Q.S. An Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih.

24 pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.
(QS. 24:24) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 24
ُ ُ ُ َ َ ُ ْ َ َ ْ
)24( َ‫ون‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫انوا يَ ْع َمل‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ا َك‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ ِدي ِه ْم َوأرْ ُجلهُ ْم بِ َم‬%%%%%%%%%%%%%%%%%ْ‫نَتهُ ْم َوأي‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫هَ ُد َعل ْي ِه ْم أل ِس‬%%%%%%%%%%%%%%%%%‫وْ َم تَش‬%%%%%%%%%%%%%%%%%َ‫ي‬
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Said ibnu Jubair yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a.
yang menceritakan, bahwa ayat ini khusus diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah. Ibnu Jarir mengetengahkan
sebuah hadis melalui Siti Aisyah yang menceritakan, "Aku dituduh (berbuat zina) sedangkan aku dalam keadaan
lalai. Kemudian berita mengenai hal ini sampai kepadaku. Ketika Rasulullah saw. sedang berada di rumahku, tiba-
tiba turunlah wahyu kepadanya. Setelah itu beliau mengusap mukanya dan duduk dengan tegak, seraya bersabda,
'Hai Aisyah bergembiralah'. Aku menjawab, 'Dengan memuji kepada Allah, bukan memujimu'. Rasulullah saw. pun
membacakan firman-Nya, 'Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah
lagi beriman (berbuat zina)...' sampai dengan firman-Nya, 'Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan
oleh mereka (yang menuduh itu)'..." (Q.s, 24 An Nur, 26). Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dengan
sanad yang para perawinya orang-orang yang dapat dipercaya, melalui Abdurrahman ibnu Zaid ibnu Aslam, yaitu
sehubungan dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk iaki-iaki yang keji..." (Q.S. An Nur, 26).
Abdurrahman ibnu Zaid menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah, yaitu sewaktu ia
dituduh berbuat zina oleh orang munafik, kemudian Allah swt. membersihkannya dari tuduhan itu. Imam Thabrani
mengetengahkan sebuah hadis melalui dua buah sanad yang kedua-duanya berpredikat Daif, bersumber dari Ibnu
Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yaug keji..."
(Q.S. An Nur,26). diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mengatakan tuduhan/berita bohong kepada istri
Nabi saw. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa
ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti
Aisyah r.a. Utusan itu mengatakan, "Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?" Siti
Aisyah r.a. menjawab, "Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit". Maka
Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a.
Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji..." (Q.S. An Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih.

25 Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah
Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).(QS. 24:25) ::Terjemahan:: ::Tafsir::
::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 25
)25( ُ‫ق ْال ُمبِين‬
ُّ %%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫و ْال َح‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%ُ
َ ‫ه‬ َ ‫هَّللا‬ َّ
‫ن‬ َ ‫أ‬ َ‫ون‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫م‬َ ‫ل‬
ُ ََ ْ
‫ع‬ ‫ي‬‫و‬ َّ
‫ق‬ %%%%%%%%%%%%%%%%%%%
‫ح‬ ْ
‫ال‬ ‫م‬ُ ‫ه‬َ ‫ن‬‫ي‬
َ ُ ِ ُ ُِ َ‫د‬ ‫هَّللا‬ ‫م‬ ‫ه‬‫ي‬ِّ ‫ف‬‫و‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%ُ ‫ي‬ ‫ذ‬
%
ٍ %%%%%%%%%%%%%%%%%%%‫ئ‬‫م‬ ْ‫و‬
َِ َ ‫ي‬
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Said ibnu Jubair yang ia terima dari Ibnu Abbas r.a.
yang menceritakan, bahwa ayat ini khusus diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah. Ibnu Jarir mengetengahkan
sebuah hadis melalui Siti Aisyah yang menceritakan, "Aku dituduh (berbuat zina) sedangkan aku dalam keadaan
lalai. Kemudian berita mengenai hal ini sampai kepadaku. Ketika Rasulullah saw. sedang berada di rumahku, tiba-
tiba turunlah wahyu kepadanya. Setelah itu beliau mengusap mukanya dan duduk dengan tegak, seraya bersabda,
'Hai Aisyah bergembiralah'. Aku menjawab, 'Dengan memuji kepada Allah, bukan memujimu'. Rasulullah saw. pun
membacakan firman-Nya, 'Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah
lagi beriman (berbuat zina)...' sampai dengan firman-Nya, 'Mereka yang dituduh itu bersih dari apa yang dituduhkan
oleh mereka (yang menuduh itu)'..." (Q.s, 24 An Nur, 26). Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis dengan
sanad yang para perawinya orang-orang yang dapat dipercaya, melalui Abdurrahman ibnu Zaid ibnu Aslam, yaitu
sehubungan dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk iaki-iaki yang keji..." (Q.S. An Nur, 26).
Abdurrahman ibnu Zaid menceritakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah, yaitu sewaktu ia
dituduh berbuat zina oleh orang munafik, kemudian Allah swt. membersihkannya dari tuduhan itu. Imam Thabrani
mengetengahkan sebuah hadis melalui dua buah sanad yang kedua-duanya berpredikat Daif, bersumber dari Ibnu
Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yaug keji..."
(Q.S. An Nur,26). diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mengatakan tuduhan/berita bohong kepada istri
Nabi saw. Imam Thabrani mengetengahkan sebuah hadis melalui Hakam ibnu Utaibah yang menceritakan, bahwa
ketika orang-orang mempergunjingkan perihal Siti Aisyah r.a. Rasulullan saw. menyuruh seseorang mendatangi Siti
Aisyah r.a. Utusan itu mengatakan, "Hai Aisyah! Apakah yang sedang dibicarakan oleh orang-orang itu?" Siti
Aisyah r.a. menjawab, "Aku tidak akan mengemukakan suatu alasan pun hingga turun alasanku dari langit". Maka
Allah menurunkan firman-Nya sebanyak lima belas ayat di dalam surah An Nur mengenai diri Siti Aisyah r.a.
Selanjutnya Hakam ibnu Utaiban membacakannya hingga sampai dengan firman-Nya, "Wanita-wanita yang keji
adalah untuk laki-laki yang keji..." (Q.S. An Nur,26). Hadis ini berpredikat Mursal dan sanadnya sahih.

26 Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji
(pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita
yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka
ampunan dan rezki yang mulia (syurga).(QS. 24:26) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 26
)26 ( ‫ري ٌم‬%%%َ
‫ك‬ ٌ
‫ق‬ ْ
‫ز‬ ‫ر‬ ‫و‬ ٌ ‫ة‬ ‫ر‬%%% ‫ف‬ ْ
‫غ‬ ‫م‬ ‫م‬ُ ‫ه‬َ ‫ل‬ ُ ‫ل‬ ‫و‬ُ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬‫م‬ ‫ء‬‫ر‬َّ %%%‫ب‬‫م‬ ‫ك‬%%%‫ئ‬َ ‫ل‬ ‫و‬ُ ‫أ‬ ‫ت‬ ‫ا‬%%%‫ب‬‫ي‬َّ ‫لط‬ ‫ل‬ ‫ب‬‫ي‬َّ ‫الط‬‫و‬ ‫ب‬‫ي‬َّ ‫لط‬ ‫ل‬ ُ
‫ات‬%%% ‫ب‬ ‫ي‬َّ ‫الط‬‫و‬ ‫ت‬ ‫ا‬%%%َ ‫ث‬‫ي‬ ‫ب‬‫خ‬َ ْ
‫ل‬ ‫ل‬ ُ ‫ث‬‫ي‬‫ب‬ َ‫خ‬ ْ
‫ال‬ ‫و‬ ‫ث‬‫ي‬‫ب‬ َ‫خ‬ ْ
‫ل‬ ‫ل‬ ُ
‫ات‬%%%َ‫ْال َخبِيث‬
ِ ِ َ َ ِ َ ْ َ‫ون‬%%% َ َّ ِ َ‫ونَ ِ ِّ َ ِ ِ َ ُ َ ُون‬%%%ُ ِّ َ َ‫ِ ِّ ِين‬ َ ِّ َ ِ ِ ِ َ‫ون‬%%% ِ َ َ‫ِ ِ ِين‬
Faryabi dan Ibnu Jarir keduanya mengetengahkan sebuah hadis melalui Adiy ibnu Tsabit yang menceritakan bahwa
ada seorang wanita dari kalangan sahabat Anshar datang menghadap, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah!
Sesungguhnya aku tinggal di dalam rumahku, tetapi aku tidak suka jika ada seseorang melihatku. Sesungguhnya
sampai sekarang masih tetap ada seorang lelaki dari kalangan keluargaku yang masuk ke dalam rumahku, sedangkan
aku dalam keadaan demikian itu, maka apakah yang harus aku lakukan?" Lalu turunlah firman-Nya, "Hai orang-
orang yang beriman! Janganlah kalan memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin..." (Q.S. An
Nur, 27).

27 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.(QS. 24:27)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 27
َّ ِّ ْ
)27 ( َ‫ َذ َّكرُون‬%%%%%َ‫ ٌر لَ ُك ْم لَ َعل ُك ْم ت‬%%%%%ْ‫ا َذلِ ُك ْم َخي‬%%%%%َ‫ل ُموا َعلَى أ ْهلِه‬%%%%%‫وا َوتُ َس‬%%%%%‫وتِ ُك ْم َحتَّى تَ ْستَأنِ ُس‬%%%%%ُ‫ َر بُي‬%%%%%ْ‫ا َغي‬%%%%%ً‫ ْد ُخلوا بُيُوت‬%%%%%َ‫وا اَل ت‬%%%%%ُ‫ا ال ِذينَ آ َمن‬%%%%%َ‫ا أَيُّه‬%%%%%َ‫ي‬
َ ُ َّ
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Muqatil ibnu Hayyan yang menceritakan, bahwa ketika ayat
meminta izin untuk masuk ke rumah orang lain diturunkan, Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah! Bagaimana
nanti dengan para pedagang Quraisy, yaitu orang-orang yang sering bolak-balik antara Mekah, Madinah dan negeri
Syam, sedangkan mereka mempunyai rumah-rumah yang telah dikenal oleh mereka di tengah-tengah jalan, maka
bagaimanakah mereka meminta izin dan mengucapkan salam, sedangkan di dalam rumah-rumah mereka yang di
tengah jalan itu tidak ada penghuninya?" Maka turunlah firman-Nya, "Tidak ada dosa atas kalian memasuki rumah
yang tidak disediakan untuk didiami..." (Q.S. An Nur, 29).

28 Jika kamu tidak menemui seorangpun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika
dikatakan kepadamu:` Kembali (saja) lah `, maka hendaklah kamu kembali. Itu lebih bersih bagimu dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. 24:28) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...

29 Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak disediakan untuk didiami, yang di dalamnya ada keperluanmu, dan
Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan.(QS. 24:29) ::Terjemahan:: ::Tafsir::
::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 29
ْ ‫هَّللا‬
)29( َ‫ون‬%%%%%%%‫ا تَكتُ ُم‬%%%%%%%‫ ُدونَ َو َم‬%%%%%%%%ْ‫ا تُب‬%%%%%%%‫ع لَ ُك ْم َو ُ يَ ْعلَ ُم َم‬ ُ َ
ٌ ‫ا‬%%%%%%%%َ‫ا َمت‬%%%%%%%َ‫ ُكونَ ٍة فِيه‬%%%%%%%‫ َر َم ْس‬%%%%%%%%ْ‫ا َغي‬%%%%%%%%ً‫ ْد ُخلوا بُيُوت‬%%%%%%%%َ‫ا ٌح أ ْن ت‬%%%%%%%%َ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجن‬
َ ‫لَي‬
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah hadis melalui Muqatil yang menceritakan, "Kami telah menerima sebuah
hadis dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan, bahwa Asma binti Martsad berada dalam kebun kurma miliknya.
Banyak wanita-wanita yang mengunjunginya tanpa memakai kain sarung, sehingga kelihatan perhiasan yang ada
pada kaki-kaki mereka dan dada mereka nampak menyembul begitu juga ujung-ujung rambut mereka." Asma
berkata, "Alangkah buruknya pemandangan ini." Lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Katakanlah kepada wanita-
wanita yang beriman..." (Q.S. An Nur, 31). Ibnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui seorang Hadhrami
bahwa ada seorang wanita yang memakai gelang kaki terbuat dari perak yang kemudian diberi keroncongan. Pada
suatu hari ia lewat di hadapan suatu kumpulan kaum laki-laki, kemudian ia memukul-mukulkan kakinya ke tanah
sehingga terdengarlah dengan nyaring suara beradunya gelang kaki dengan keroncongannya. Setelah itu Allah
menurunkan firman-Nya, "Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka..." (Q.S. An Nur 31).

30 Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman:` Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat `.(QS. 24:30) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Maaf, Belum tersedia ...atau lihat pada ayat sebelumnya...

31 Katakanlah kepada wanita yang beriman:` Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya,
dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.(QS. 24:31)
::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 31
‫ ِدينَ ِزينَتَه َُّن إِاَّل‬%ْ‫وبِ ِه َّن َواَل يُب‬%ُ‫ر ِه َّن َعلَى ُجي‬% ِ ‫م‬ُ ُ
‫خ‬ ‫ب‬
ِ ِ َ‫ن‬ ْ
‫ب‬ ‫ر‬%‫ض‬ ْ َ ‫ي‬‫ل‬ْ ‫و‬
َ ‫ا‬%َ ‫ه‬‫ن‬ْ ‫م‬
ِ ‫ر‬
َ %َ ‫ه‬َ ‫ظ‬ ‫ا‬%‫م‬
َ ِ‫اَّل‬‫إ‬ َّ
‫ُن‬ ‫ه‬ َ ‫ت‬َ ‫ن‬‫ي‬‫ز‬ِ َ‫ين‬ ‫د‬
ِ %ْ
‫ب‬ ُ ‫ي‬ ‫اَل‬‫و‬َ َّ
‫ُن‬ ‫ه‬‫ج‬َ ‫ُو‬‫ر‬ % ُ ‫ف‬ َ‫ن‬ ْ
‫ظ‬ َ ‫ف‬ ْ‫ح‬َ ‫ي‬‫و‬َ ‫ن‬َّ ‫ه‬
ِ ‫ار‬
ِ %‫ْص‬َ ‫ب‬َ ‫أ‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
ِ َ‫ن‬ ْ‫ُض‬ ‫ض‬ ‫غ‬ ْ َ ‫ي‬ ‫ت‬
ِ ‫َوقُلْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
َ‫انُه َُّن أَ ِو التَّابِ ِعين‬%%‫ت أَ ْي َم‬
ْ ‫ا َملَ َك‬%%‫ائِ ِه َّن أَوْ َم‬%‫ َواتِ ِه َّن أَوْ نِ َس‬%‫ َوانِ ِه َّن أَوْ بَنِي أَ َخ‬%‫ َوانِ ِه َّن أَوْ بَنِي إِ ْخ‬%‫لِبُعُولَتِ ِه َّن أَوْ آبَائِ ِه َّن أَوْ آبَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن أَوْ أَ ْبنَائِ ِه َّن أَوْ أَ ْبنَا ِء بُعُولَتِ ِه َّن أَوْ إِ ْخ‬
‫ا‬%%َ‫ا أيُّه‬%%‫وا إِلَى ِ َج ِمي ًع‬%%ُ‫ا ي ُْخفِينَ ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن َوتُوب‬%%‫أَرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َم‬%%ِ‫ت النِّ َسا ِء َواَل يَضْ ِر ْبنَ ب‬
َ ‫هَّللا‬ ِ ‫ظهَرُوا َعلَى عَوْ َرا‬ ْ َ‫الرِّجا ِل أَ ِو الطِّ ْف ِل الَّ ِذينَ لَ ْم ي‬
َ َ‫َغي ِْر أُولِي اإْل ِ رْ بَ ِة ِمن‬
)31( َ‫ون‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%ُ‫ونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح‬%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%%ُ‫ْال ُم ْؤ ِمن‬
Ibnu Sakan di dalam kitab 'Fi Ma'rifatish Shahabah' mengetengahkan sebuah hadis melalui Abdullah ibnu Shubaih
yang ia terima dari ayahnya, yang menceritakan, "Aku pernah menjadi budak milik Huwathib ibnu Abdul Uzza.
Kemudian aku meminta perjanjian Kitabah untuk merdeka kepadanya, maka turunlah firman-Nya, 'Dan budak-
budak yang kalian miliki yang menginginkan perjanjian...'" (Q.S. An Nur, 33). Imam Muslim mengetengahkan
sebuah hadis melalui jalur Abu Sofyan yang ia terima dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan, bahwa
Abdullah ibnu Ubay pernah mengatakan kepada seorang budak wanitanya, "Pergilah kamu melacurkan diri untuk
mendapatkan sesuatu buat kami". Maka Allah menurunkan firman-Nya, "Dan janganlah kalian paksa budak-budak
wanita kalian untuk melakukan pelacuran..." (Q.S. An Nur, 33). Imam Muslim mengetengahkan pula dari jalur
sanad ini, bahwasanya seorang budak wanita milik Abdullah ibnu Ubay yang dikenal dengan nama panggilan
Masikah dan seorang budak lainnya yang bernama Umaimah, keduanya disuruh secara paksa untuk melakukan
pelacuran, kemudian kedua budak wanita itu melaporkan hal itu kepada Nabi saw., lalu Allah swt. menurunkan
firman-Nya, "Dan janganlah kalian paksa budak-budak wanita kalian untuk melakukan pelacuran..." (Q.S. An Nuur,
33). Imam Hakim mengetengahkan sebuah hadis melalui jalur Zubair yang ia terima dari Jabir, yang menceritakan,
bahwa Masikah menjadi budak wanita milik salah seorang dari kalangan Anshar. Lalu ia menceritakan,
"Sesungguhnya tuanku telah memaksa diriku supaya melacurkan diri, maka turunlah firman-Nya, 'Dan janganlah
kalian paksa budak-budak wanita kalian untuk melakukan pelacuran...'" (Q.S. An Nuur, 33). Al Bazzar dan Imam
Thabrani keduanya mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad yang sahih melalui Ibnu Abbas r.a. yang
menceritakan, bahwa Abdullah ibnu Ubay memiliki seorang budak wanita bekas pelacur di zaman jahiliyah. Ketika
perbuatan zina diharamkan budak wanita itu berkata, "Demi Allah! Aku tidak akan berzina lagi untuk selama-
lamanya". Maka turunlah firman-Nya, "Dan janganlah kalian paksa budak-budak wanita kalian untuk melakukan
pelacuran..." (Q.S. An Nuur, 33). Al Bazzar mengetengahkan hadis yang serupa dengan hadis ini melalui Anas r.a.
hanya sanadnya daif. Disebutkan di dalam hadisnya bahwa budak wanita itu bernama Muadzah. Said ibnu Manshur
mengetengahkan sebuah hadis melalui Syakban ibnu Amr ibnu Dinar yang ia terima dari Ikrimah, bahwa Abdullah
ibnu Ubay memiliki dua budak wanita; yang satu bernama Masikah dan yang kedua bernama Mu'adzah. Abdullah
ibnu Ubay memaksa keduanya untuk melacurkan diri. Salah seorang di antara keduanya menjawab, "Jika perbuatan
zina itu baik, maka sesungguhnya aku telah mendapatkan keuntungan yang banyak darinya dan jika perbuatan
buruk, maka aku harus meninggalkannya". Maka turunlah firman-Nya, "Dan janganlah kalian paksa budak-budak
wanita kalian untuk melakukan pelacuran..." (Q.S. An Nuur, 33).

33 Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian
dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta
Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran,
sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang
memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah
mereka dipaksa (itu).(QS. 24:33) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 33
َّ
‫ال ِ ال ِذي‬% ‫هَّللا‬ ْ ُ ُ ْ َ ُ ُ َ ْ
ِ %‫َاب ِم َّما َمل َكت أ ْي َمانك ْم ف َكاتِبُوهُ ْم إِن َعلِ ْمت ْم فِي ِه ْم َخ ْيرًا َوآتوهُ ْم ِمن َم‬ َ ْ ُ َّ َ ْ ‫هَّللا‬ ْ َّ
َ ‫ف ال ِذينَ يَ ِج ُدونَ نِ َكاحًا َحتى يُغنِيَهُ ُم ُ ِمن فضْ لِ ِه َوال ِذينَ يَ ْبتَغونَ ال ِكت‬ ‫اَل‬ َّ ِ ِ‫َو ْليَ ْستَ ْعف‬
)33 ( ‫و ٌر َر ِحي ٌم‬%%ُ‫ َرا ِه ِه َّن َغف‬%%‫ ِد إِ ْك‬%%ْ‫إ ِ َّن هَّللا َ ِم ْن بَع‬%%َ‫رهُّ َّن ف‬%% ْ
ِ ‫ ُّد ْنيَا َو َم ْن يُ ْك‬%%‫ا ِة ال‬%%َ‫ض ال َحي‬ َ ‫وا ع‬%%‫نًا لِتَ ْبتَ ُغ‬%%‫ص‬
َ ‫ر‬%%َ َ ْ
ُّ ‫ا ِء إِ ْن أ َر ْدنَ تَ َح‬%%َ‫اتِ ُك ْم َعلَى البِغ‬%%َ‫وا فَتَي‬%%ُ‫ا ُك ْم َواَل تُ ْك ِره‬%%َ‫آت‬
Firman Allah swt, "Dan apabila mereka dipanggil..." (Q.S. An Nuur, 48). Ibnu Abu Hatim mengetengahkan sebuah
hadis yang bersumber dari hadis Mursal Hasan, bahwa seorang lelaki bila mempunyai persengketaan dengan orang
lain, kemudian ia dipanggil menghadap kepada Nabi saw. sedangkan ia berada dalam pihak yang benar, maka ia
taat. Karena ia mengetahui bahwa Nabi saw. pasti akan memutuskan peradilan secara benar bagi pihaknya. Akan
tetapi apabila ia telah berbuat aniaya, kemudian ia dipanggil menghadap kepada Nabi saw. maka ia berpaling seraya
mengatakan, "Aku lebih suka dengan si Polan". Lalu Allah menurunkan firman-Nya, "Dan apabila mereka dipanggil
kepada Allah dan Rasul-Nya..." (Q.S.24 An Nur, 48).
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(QS. 24:55) ::Terjemahan:: ::Tafsir:: ::Asbabun Nuzul::
Tafsir / Indonesia / Sebab turun / Surah An Nuur 55
َّ
‫ ِد‬%‫ ِّدلَنهُ ْم ِم ْن بَ ْع‬%َ‫ى لَهُ ْم َولَيُب‬%‫َض‬ َّ َّ ْ
َ ‫تَخلَفَ ال ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم َولَيُ َم ِّكن ََّن لَهُ ْم ِدينَهُ ُم ال ِذي ارْ ت‬%‫اس‬ ْ ‫ا‬%%‫ض َك َم‬ َ ‫أْل‬ َّ ْ
ِ ْ‫تَخلِفَنهُ ْم فِي ا ر‬%‫ت لَيَ ْس‬ ِ ‫َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِمنك ْم َو َع ِملوا الصَّالِ َحا‬
ُ ُ ْ
)55( َ‫قُون‬%%%%%%%%%%‫اس‬ ُ
ِ َ‫كَ هُ ُم ْالف‬%%%%%%%%%%ِ‫كَ فَأولَئ‬%%%%%%%%%%ِ‫د َذل‬%َ %%%%%%%%%%ْ‫ َر بَع‬%%%%%%%%%%َ‫ ْيئًا َو َم ْن َكف‬%%%%%%%%%%‫ ِر ُكونَ بِي َش‬%%%%%%%%%%‫دُونَنِي اَل ي ُْش‬%%%%%%%%%%ُ‫ا يَ ْعب‬%%%%%%%%%%ً‫ وْ فِ ِه ْم أَ ْمن‬%%%%%%%%%%َ‫خ‬
Ibnu Abu Hatim mengetengahkan hadis mengenai hal ini melalui Barra yang menceritakan, bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan kami, sedangkan kami pada saat itu dalam keadaan ketakutan yang sangat. Firman
Allah swt., "Tidak ada dosa bagi orang buta..." (Q.S. An Nur, 61). Abdur Razzaq mengatakan bahwa kami menerima
hadis dari Muammar yang ia terima dari Ibnu Abu Nujaih, kemudian Abu Nujaih menerimanya dari Mujahid yang
menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang membawa serta orang buta, orang pincang dan orang yang sedang sakit
ke rumah ayahnya, atau rumah saudara lelakinya, atau rumah saudara perempuannya, atau rumah saudara
perempuan ayahnya, atau rumah saudara perempuan bibinya. Maka tersebutlah bahwa orang yang menderita sakit
yang menahun itu merasa berdosa akan hal tersebut, maka mereka mengatakan, "Sesungguhnya mereka membawa
kita pergi hanya ke rumah-rumah orang lain, bukan rumah mereka Sendiri". Maka turunlah ayat ini sebagai rukhshah
atau keringanan buat mereka, yaitu firman-Nya, "Tidak ada dosa bagi orang buta..." (Q.S. An Nuur, 61). Ibnu Jarir
mengetengahkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a. yang menceritakan, bahwa ketika Allah menurunkan firman-
Nya, "Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian dengan jalan yang
batil..." (Q.S. 4 An Nisa, 29). Maka orang-orang Muslim merasa berdosa, lalu mereka mengatakan: "Makanan
adalah harta yang paling utama, maka tidak dihalalkan bagi seorang pun di antara kita untuk makan di tempat orang
lain". Maka orang-orang pun menahan diri dari hal tersebut, kemudian turunlah firman-Nya, "Tidak ada halangan
bagi orang buta..." (Q.S. An Nuur, 61). sampai dengan firman-Nya, "... atau di rumah yang kalian miliki kuncinya..."
(Q.S. An Nuur, 61). Dhahhak mengetengahkan sebuah hadis, bahwa penduduk kota Madinah sebelum Nabi saw.
diutus, jika mereka makan tidak mau campur dengan orang buta, orang yang sedang sakit, dan orang yang pincang.
Karena orang yang buta tidak akan dapat melihat makanan yang baik, dan orang yang sedang sakit tidak dapat
makan sepenuhnya sebagaimana orang yang sehat sedangkan orang yang pincang tidak dapat bersaing untuk meraih
makanan. Kemudian turunlah ayat ini Sebagai rukhshah yang memperbolehkan mereka untuk makan bersamasama
dengan orang-orang yang sehat. Dhahhak mengetengahkan pula hadis lainnya melalui Miqsam yang menceritakan,
penduduk Madinah selalu menghindar dari makan bersama dengan orang yang buta dan orang yang pincang,
kemudian turunlah ayat ini. Tsaklabi di dalam kitab tafsirnya mengemukakan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas r.a.
yang menceritakan, bahwa Harits berangkat bersama dengan Rasulullah dalam suatu peperangan. Sebelum itu Harits
mempercayakan kepada Khalid ibnu Zaid untuk menjaga istrinya, tetapi Khalid, ibnu Zaid merasa berdosa untuk
makan dari makanan Harits, sedang ia sendiri orang yang mempunyai penyakit yang menahun, kemudian turunlah
ayat ini, "Tidak ada dosa bagi kalian..." (Q.S. An Nur, 61). Al Bazzar mengetengahkan sebuah hadis dengan sanad
yang sahih melalui Siti Aisysh r.a, bahwa kaum Muslimin ingin sekali berangkat berperang bersama dengan
Rasulullah saw. Oleh karena itu mereka menyerahkan kunci rumah-rumah mereka kepada orang-orang jompo,
seraya mengatakan kepadanya, "Kami telah menghalalkan bagi kalian untuk memakan dari apa yang kalian sukai di
dalam rumah kami". Akan tetapi orang-orang jompo itu mengatakan, "Sesungguhnya tidaklah mereka
memperbolehkan kami melainkan hanya karena terpaksa saja, tidak dengan sepenuh hati". Maka Allah menurunkan
firman-Nya, "Tidak ada dosa bagi kalian..." (Q.S. An Nur, 61). sampai dengan firman-Nya, "...atau di rumah-rumah
yang kalian miliki kuncinya..." (Q.S. An Nur, 61). lbnu Jarir mengetengahkan sebuah hadis melalui Zuhri,
bahwasanya Zuhri pada suatu hari ditanya mengenai firman-Nya, "Tidak ada dosa bagi orang buta..." (Q.S. An Nur,
61). Si penanya itu mengatakan, "Apakah artinya orang buta, orang pincang dan orang sakit yang disebutkan dalam
ayat ini?" Maka Zuhri menjawab: "Sesungguhnya kaum Muslimin dahulu, jika mereka berangkat ke medan perang,
mereka meninggalkan orang-orang jompo dari kalangan mereka, dan mereka memberikan kunci rumah-rumah
mereka kepada orang-orang jompo, seraya mengatakan, 'Kami telah menghalalkan bagi kalian untuk memakan apa
saja yang kalian inginkan dari rumah kami'. Akan tetapi orang-orang jompo tersebut merasa berdosa untuk
melakukan hal itu, yakni memakan makanan dari rumah mereka. Oleh karena itu orang-orang jompo mengatakan,
'Kami tidak akan memasuki rumah-rumah mereka selagi mereka dalam keadaan tidak di rumah'. Maka Allah swt.
menurunkan ayat ini sebagai rukhshah atau kemurahan dari-Nya bagi mereka". Ibnu Jarir mengetengshkan pula
hadis lainnya melalui Qatadah yang menceritakan, bahwa ayat, "Tidak ada dosa bagi kalian makan bersama-sama
mereka atau sendirian..." (Q.S. An Nur, 61). diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Arab Badui, di
mana seorang dari mereka tidak mau makan sendirian dan pernah di suatu hari ia memanggul makanannya selama
setengah hari untuk mencari seseorang yang menemaninya makan bersama. Ibnu Jarir mengetengahkan pula hadis
ini melalui Ikrimah dan Abu saleh, yang kedua-duanya menceritakan bahwa orang-orang Anshar apabila kedatangan
tamu, mereka tidak mau makan kecuali bila tamu itu makan bersama mereka. Maka turunlah ayat ini sebagai
rukhshah buat mereka.

You might also like