You are on page 1of 14

Keberagaman komposisi kelas merupakan warna yang biasa,

Bab VII seperti halnya dalam masyarakat karena institusi pendidikan


KELAS DAN SEKOLAH berlaku universal yang memberi kebebasan bagi siapa saja yang
memenuhi syarat untuk bergabung.
SEBAGAI SISTEM SOSIAL
b. Struktur Birokratis Berupa Peran dan Status
Di dalam kelas yang majemuk itu, terdapat suatu tata aturan
A. Kelas sebagai Sistem Sosial kelas yang diikat oleh sekolah dan diperankan oleh wakil-wakil
siswa yang disebut pengurus kelas. Lahirlah berbagai “jabatan”
di sana terdapat Dalam perspektif sosiologi, kelas merupakan
yang terbentuk secara hierarkis sesuai dengan tugas dan kewe-
bagian dari mikrososiologi yang menelaah kehidupan kelompok
nangan mereka di dalam kelas, baik itu oleh guru yang berperan
sosial di sekolah dengan keseluruhan dinamika yang terjadi di
sebagai wali kelas maupun siswa-siswanya yang terakumulasi
dalamnya. Di sana terdapat gabungan dari individu-individu
dalam jabatan ketua kelas, sekretaris, bendahara, dan seterusnya.
yang membentuk suatu kelompok sosial yang teratur dan memi-
liki fungsi dan peran yang kompleks dalam kacamata pendidikan. Pola imitatif yang dibawa dari lingkup luar masyarakat ini
Ruang kelas memenuhi standar definisi kelompok sosial karena tersusun karena diperlukannya sistem penegakan tata aturan
sekumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan institusi serta pola pengendalian sosial yang ketat mengingat
keanggotaan dan saling berinteraksi (Horton dan Hunt, 1984). fungsi dunia pendidikan yang sedemikian nyata sehingga memer-
Hakikat keberadaan kelompok sosial bukan tergantung dari lukan tindakan konkret untuk pelestarian fungsi institusi dan
dekatnya jarak fisik, melainkan pada kesadaran untuk ber- segenap norma-norma kelas dan sekolah tersebut. Salah satu
interaksi, sehingga kelas bersifat permanen dan tidak hanya suatu bentuknya adalah penetapan status birokratis dari unsur-unsur
agregasi atau kolektivitas semata. Pada akhirnya, peran dan fungsi kelas yang merepresentasikan anggota-anggotanya sebagai wujud
yang diembannya dalam struktur pendidikan lebih terjamin. dari masyarakat kecil.

1. Struktur Sosial Kelas 2. Pola Komunikasi dalam Kelas


Ruang kelas merupakan miniatur dari kelompok yang lebih Komunikasi menjadi elemen penting dalam segala kegiatan di
besar, yaitu masyarakat karena di sana berkumpul person-person kelas karena memungkinkan adanya pertukaran interaksi timbal
dari latar belakang status sosial dan ekonomi yang berbeda-beda, balik antara warga kelas (murid-murid ataupun murid-guru).
meskipun dengan struktur profesi dan peran yang sama. Beberapa Selain itu, arti penting komunikasi dalam pencapaian tujuan
ciri khas struktur kelas yang memiliki kesamaan dengan belajar di kelas adalah untuk mengkomunikasikan dan menya-
masyarakat adalah sebagai berikut. lurkan informasi dan keterampilan. Konsekuensi logisnya, setiap
kelas memerlukan adanya pola alur komunikasi yang berjalan
secara lancar dan efektif dari masing-masing pihak.
a. Komposisi Anggota
Aktivitas penyampaian informasi dari guru dijelaskan dalam
Heterogenitas adalah aspek umum yang hampir selalu ada di
berbagai paparan tentang materi pelajaran beserta penjelasannya
kelas manapun. Di sana, selain latar belakang kehidupan yang
yang kadang disertai dengan berbagai tugas dan pertanyaan yang
berbeda-beda, juga terdapat perbedaan jenis kelamin (seksualitas)
disampaikan kepada murid sebagai bentuk komunikasi dari guru.
kecuali di sekolah khusus, keberagaman agama, sampai pada
Sebaliknya siswa bisa merespon dengan bertanya, menjawab,
karakteristik individu yang saling berlainan secara fisik maupun
berdiskusi dengan teman sekelas dan sebagainya, manapun
psikis yang ditandai dengan perbedaan antarpersonalnya.
dengan aktivitas di luar pelajaran. Namun, aspek ini tidak sese-

44
derhana itu, melainkan dititikberatkan pada peran komunikasi berita. Dalam hal ini, secara faktor kesemuanya terwujud dalam
dalam keberlangsungan kelas, sesuai dengan beberapa ekspe- bentuk kegiatan belajar kelas yang selama ini diterapkan yaitu
rimen tentang komunikasi kelas oleh beberapa ahli, antara lain sentralisasi peran guru yang sangat besar. Selama ini, guru
oleh Bavelas dan Leavit (dalam Horton dan Hunt, 1999), yang memang menjadi pusat komunikasi kelas dan mendominasi setiap
menghasilkan beberapa pola komunikasi yang telah diuji dalam kegiatan penyaluran informasi ini melalui penyampaian materi
eksperimennya tahun 1958. Hasil eksperimen tersebut mendes- pelajaran, memberikan pertanyaan, mendeskripsikan penjelasan
kripsikan 4 bentuk komunikasi yang terskema dalam tabel dan lain sebagainya.
berikut. Model komunikasi secara terpusat ini mengandung beberapa
implikasi yaitu, pertama, struktur komunikasi kelas dimaksud
Variabel paling tidak memuaskan seluruh anggota kelompok, kecuali
Komuni- Respon Kepemim Organisasi Sifat Efek bagi anggota yang paling sentral (dalam hal ini adalah guru). Kedua,
kasi Anggota pinan Anggota tipe kelompok ini dianggap paling produktif dalam menye-
Model lesaikan secara tepat tugas-tugas yang jelas strukturnya, akan
Melingkar Aktif Tidak ada Tidak Tidak Tidak tetapi hal ini sebenarnya merupakan hasil tindakan orang yang
Teratur Menentu disegani memegang peranan sentral. Pola komunikasi kelompok ini sangat
Rantai Aktif Sejajar Tidak Tidak Puas terpusat (highly centralized group) tampak sangat teratur dan efisien
Teratur Menentu dikarenakan tindakan anggotanya yang pasif. Dengan kata lain,
Bentuk Y Kurang Tidak Terorganisir Menentu Kurang komunikasi yang terbentuk hanyalah komunikasi dengan pemim-
Aktif Terpusat pas pinnya saja. Dalam sistem ini, pemegang peranan sentral akan
Terpusat Kurang Terpusat Terorganisir Menentu Tidak banyak bisa belajar dan merasa puas dengan posisi dan kelom-
(Setir) Aktif dan baik Puas poknya akan tetapi efeknya, individu lain tidak banyak mem-
Berbobot
peroleh kesempatan untuk belajar.

Tabel 1 : Empat Model Komunikasi dalam Kelas (Horton dan Hunt, 1999)
3. Iklim Sosial di Kelas
Kelas merupakan perwujudan masyarakat heterogen kecil di
Hasil kesimpulan dari eksperimen tersebut adalah bahwa-
mana di dalamnya terdapat variasi komposisi dan hubungan
sanya pola komunikasi mempengaruhi kegiatan, kepuasan, kece-
antarpersonal yang melahirkan mekanisme interaksi sosial yang
patan dan kecermatan dalam menemukan permasalahan baik
kontinu. Mekanisme ini terus berlanjut dala lingkup sosialnya (di
pada tingkat individu maupun kelompok. Dua pola keempat
kelas) dan secara faktual terakumulasi ke dalam bentuk-bentuk
(terpusat/setir) di mana dalam pola melingkar terjadi pemerataan
hubungan antara individu-individu di dalam suatu kelas ataupun
peran dan status serta kepemimpinan masing-masing anggotanya,
hubungan kelompok.
terdapat keaktifan anggota dan seluruh anggotanya puas terhadap
Hal terpenting adalah interelasi yang terjadi antara guru
kinerja meskipun kelompok masih sedikit melakukan kesalahan
dengan murid yang melambangkan bentuk konkret dari suasana
dalam memecahkan masalah. Sebaliknya pada tipe yang terpusat,
kelas dan membentuk suatu iklim sosial. Pembentukan iklim
mereka cenderung terorganisasi secara cepat dalam memecahkan
sosial kelas sangat bergantung pada variasi hubungan guru-murid
masalah dengan kesalahan yang relatif sedikit, kelompok tersebut
serta alur penerimaan informasi dan komunikasi yang kese-
sangat kuat dan stabil walaupun seluruh kegiatan kelompok itu
muanya dinaungi dalam sebuah koridor gaya kepemimpinan dari
belum tentu memuaskan semua anggotanya. Leavit mengatakan
seorang guru, baik yang mengikuti kepemimpinan terpusat (sen-
bahwasanya pemusatan ini dianggap karena posisi pemimpinnya
tralistik), demokratis maupun gaya kepemimpinan yang memberi
yang fungsi utamanya menerima, mengorganisasi dan mengirim

45
kebebasan penuh (laissez faire) kepada para muridnya. Dari kelonggaran sehingga kontrol yang ketat tidak diperlukan karena
perpaduan itulah terbentuk berbagai macam iklim sosial di kelas para murid dipercaya memiliki moral yang cukup tinggi.
yang merefleksikan bentuk hubungan vertikal kelas antara guru-
murid dalam kegiatan belajar di dalam kelas yang sangat mem- c. Iklim Terkontrol
pengaruhi keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar ataupun
Dalam iklim terkontrol ini, titik sentral kebijakan seorang
bersosialisasi didalamnya. guru adalah menekankan pada pencapaian prestasi siswa di kelas,
Menurut Faisal dan Yasik (1985) terdapat enam iklim sosial tetapi di sisi lain justru mengorbankan kepuasan kebutuhan sosial
yang timbul di kelas yaitu sebagai berikut. siswa. Oleh karena tuntutan ini, para guru menjalankan komando
mengajar secara kaku dan keras serta siswa diharuskan menja-
a. Iklim Terbuka lankan kegiatan belajar dengan keras. Mereka akhirnya sibuk
Dalam iklim terbuka ini, tingkah laku guru menggambarkan dengan kesibukannya sendiri-sendiri sehingga tidak bisa men-
integrasi antara kepribadian seorang guru sebagai individu dan dapat kesempatan untuk membentuk hubungan kerja yang lebih
peranannya sebagai pimpinan di dalam kelas. Dia selain akrab dan sosialitas tinggi. Hubungan pribadi sesama siswa jarang
memberikan kritik, juga mau menerima kritikan dari para siswa. dilaksanakan karena mereka sibuk dengan pekerjaan atau tugas
Hubungan guru dengan siswa bersifat fleksibel sehingga suasana mereka sendiri-sendiri yang dituntut prestasi dan keberhasilan
ini dapat mempertinggi kreativitas siswa karena mereka dapat nyata.
bekerja sama dan berkreasi tanpa adanya beban mental. Fungsi pimpinan sangat dominan karena tidak adanya fleksi-
Kebijaksanaan yang diambil seorang guru biasanya memberi- bilitas dalam organisasi kelas tersebut. Setiap pembelajaran yang
kan kemudahan bagi setiap siswa untuk melaksanakan tugasnya telah terjadwal dijalankan secara ketat dan full dan untuk menjaga
dengan baik. Efeknya, setiap murid biasanya dapat memperoleh keberlangsungan belajarnya guru menerangkan aturan yang keras
kepuasan dalam melaksanakan tugas hubungan ini serta dapat dan disertai sanksi fisik atau nonfisik yang berlaku mulai saat itu
memperlancar jalannya organisasi di kelas maupun organisasi di juga.
sekolah yang lebih luas.
d. Iklim Persaudaraan
b. Iklim Mandiri Pada jenis ini, hubungan yang terjadi antara guru dan siswa
Dalam bentuk ini, masing-masing mendasarkan pada sangat erat, baik dalam kegiatan belajar maupun kegiatan di luar
kemampuan dan tanggung jawab yang mereka miliki. Para siswa itu. Kepuasan terhadap pemenuhan kebutuhan sosial sangat
mendapatkan kebebasan dari guru untuk mendapatkan kebebasan menonjol, tetapi umumnya guru kurang mempunyai kegiatan
kebutuhan belajar dan kebutuhan sosial mereka. Mereka tidak yang berorientasi pada fase oriented.
terlalu dibebani dengan tugas-tugas yang berat dan menyulitkan Para siswa tidak dibebani dengan tugas-tugas yang menyu-
mereka. litkan, sebab guru berusaha agar para siswa dapat bekerja semu-
Untuk memperlancar tugas siswa, seorang guru membuat dah mungkin dan merasa bahagia. Kelas merupakan satu ikatan
prosedur dan peraturan yang jelas, yang dikomunikasikan di keluarga sehingga di antara mereka banyak terjalin komunikasi
dalam kelas. Yang lebih esensial dalam iklim mandiri ini, antara dan saling menasihati. Pendekatan guru terhadap anak didiknya
guru dan siswa bekerja sama dengan baik, penuh tenggang rasa, sangat personal walaupun masih memerankan diri mereka
dan penuh kesungguhan hati. Kepercayaan dan tanggung jawab sebagai pimpinan. Dalam kelas seperti ini tidak banyak aturan
masing-masing membuat guru memberikan kelongggaran- yang digunakan sebagai pedoman sehingga akibatnya tugas bela-
jar kurang diperhatikan. Pengaruh lainnya, prestasi belajar kurang
optimal karena tidak pernah mendapatkan kritik.

46
macam-macam dan terkoordinasi berupa pemanfaatan, perubahan
e. Iklim Tertutup dan penyatuan segenap sumber-sumber manusia, materi dan
Dalam model ini, seorang guru tidak memberikan kepemim- modal, gagasan dan sumber alam untuk memenuhi suatu kebu-
pinan yang memadai kepada para siswa. Ia mengharapkan agar tuhan manusia tertentu dalam interaksinya dengan sistem-sistem
setiap siswa mengembangkan inisiatif masing-masing. Namun ia kegiatan manusia dan sumber-sumbernya yang lain, dalam suatu
tidak memberi kebebasan kepada para siswa untuk merealisasikan lingkungan tertentu.
inisiatif tersebut secara nyata karena tidak adanya keterbukaan Masing-masing pendapat di atas berbeda-beda pendekatan
dan komunikasi yang efektif. definitifnya, sebab hal itu disesuaikan dengan konteks dan
Antara siswa yang satu dengan yang lain kurang dapat perspektif orang yang “mendefinisikannya”. Meskipun begitu dari
bekerja sama dengan baik. Akibatnya, prestasi yang dicapai pun perspektif yang berbeda-beda dapat kita tarik kesamaan teoritis
rendah karena seringkali timbul perbedaan persepsi dan pan- mengenai organisasi, yaitu sebagai berikut.
dangan tentang prestasi yang harus ditargetkan. Para guru mene- 1) Mempunyai tujuan tertentu dan merupakan kumpulan ber-
rapkan aturan-aturan yang semuanya bersifat sepihak dan kurang bagai macam manusia;
memperhatikan kepentingan siswa. 2) Mempunyai hubungan sekunder (impersonal);
3) Mempunyai tujuan khusus dan terbatas;
B. Sekolah sebagai Sistem Sosial 4) Mempunyai kegiatan kerja sama pendukung;
1. Sekolah sebagai Organisasi Pendidikan Formal 5) Terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas;
a. Pengertian Organisasi Formal 6) Menghasilkan barang atau jasa untuk lingkungan, dan
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur 7) Sangat terpengaruh dengan setiap perubahan lingkungan.
atau susunan yakni dalam penyusunan atau penempatan orang-
orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menem- b. Sekolah sebagai Organisasi
patkan hubungan antara orang dalam kewajiban-kewajiban, hak- Pada masyarakat modern kehidupan manusia tidak pernah
hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur lepas dari pergulatan aktivitasnya dengan organisasi. Secara histo-
hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar ter- ris, keberadaan organisasi merupakan cerminan tingkat kemajuan
susun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya masyarakat yang sudah tinggi. Masyarakat tersebut telah
tujuan bersama. mengembangkan satu bentuk perekat hubungan yang dinamakan
Dengan kata lain organisasi adalah aktivitas dalam membagi- solidaritas organik. Jenis solidaritas ini merupakan bentuk solida-
bagi kerja, menggolong-golongkan jenis pekerjaan, memberi ritas yang mengikat masyarakat kompleks, masyarakat yang telah
wewenang, menetapkan saluran perintah dan tanggung jawab. mengenal pembagian kerja secara rinci dan dipersatukan oleh rasa
Sebagaimana terangkum dalam Liweri (1997) beberapa ahli ketergantungan antarbagian. Tiap anggota menjalankan peran
mengemukakan pengertian tentang organisasi. Victor A. berbeda dan di antara berbagai peran tersebut menumbuhkan rasa
Thompson, 1969 menyatakan bahwa sebuah organisasi adalah saling tergantung seperti layaknya sistem hubungan antarbagian
integrasi impersonal dan sangat rasional atas sejumlah spesialis dalam organisme biologis.
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Masyarakat modern memanfaatkan fungsi lembaga-lembaga
Chester I. Barnard,1970 mendefinisikan organisasi sebagai sebuah sosialnya dengan pola hubungan dan orientasi sistem jaringan
sistem yang memaksakan koordinasi kerja antara dua orang atau kerja yang sistematis, termekanisasi dalam pola-pola kegiatan
lebih. E. Wright Bakke,1967 mengatakan suatu organisasi adalah yang formal, impersonal, terstruktur dan rasional. Oleh karena itu
suatu sistem yang berkelanjutan atas kegiatan manusia yang ber- dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari organisasi.

47
Dalam hal pendidikan masyarakat membutuhkan sekolah, univer- dengan para siswanya di kelas. Supervisor berfungsi mengadakan
sitas maupun institusi departemen yang mengelola sistem pendi- pembinaan kepada para guru, agar kinerja mereka berlangsung
dikan negara. Pelayanan kebutuhan konsumsi manusia telah secara efektif dan efisien, sementara tugas administratur sekolah
diambil alih oleh produk-produk industri barang dan jasa, distri- untuk mengkoordinasikan dan memadukan berbagai ragam
busi dengan sarana transportasi berteknologi tinggi serta meleng- aktivitas dalam lingkungan sekolah.
kapinya dengan lapangan profesi pekerjaan yang spesifik. Masya- Sebagai organisasi, sekolahpun memanfaatkan prinsip-prin-
rakat membutuhkan rumah sakit untuk melayani penderita, sip birokrasi dalam melayani kerja dan agenda-agenda aktivitas-
“plaza” untuk perbelanjaan, bank untuk menyimpan dan nya. Organisasi formal (termasuk sekolah) menggunakan sebuah
mengambil uang, hotel untuk menginap, kantor pemerintah untuk pola hubungan yang bersifat legal rasional untuk menggerakkan
melayani urusan pemerintah atau pembangunan dan kemasya- roda organisasi. Sistem jabatan ini dinamakan birokrasi
rakatan. Tidak mengherankan apabila seluruh masyarakat memu- (bureaucracy) yang berarti pengaturan atau pemerintahan oleh
satkan perhatiannya terhadap organisasi, terutama melalui tam- pejabat. Menurut Reinhard Bendix,1960 (dalam Robinson,1981)
pilan peran, tugas dan fungsi organisasi. organisasi birokrasi mengandung sejumlah prinsip yaitu sebagai
Untuk dunia pendidikan, kerangka sosiologi sebagai ilmu berikut.
kemasyarakatan menunjukkan bahwa masyarakat sangat memer- 1) Urusan kedinasan dilaksanakan secara berkesinambungan;
lukan kehadiran organisasi pendidikan beserta institusi sosialnya 2) Urusan kedinasan didasarkan pada aturan dalam suatu badan
guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Oleh karena itu, administratif;
keberadaan sekolah sebagai salah satu institusi pendidikan formal
3) Tanggung jawab dan wewenang tiap pejabat merupakan
merupakan keniscayaan historis dari tingkat perkembangan pra-
bagian dari suatu hierarki wewenang;
nata sosial lembaga pendidikan di zaman modern. Sekolah seba-
4) Pejabat dan pegawai administratif tidak memiliki sarana dan
gai inti pranata pendidikan manusia modern sudah seharusnya
prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas;
menggunakan perangkat-perangkat yang dimiliki organisasi
modern. 5) Para pemangku jabatan tidak dapat memperjualbelikan
jabatan; dan
Dari wujudnya, sekolah merupakan organisasi yang memiliki
komponen-komponennya dan memenuhi persyaratan sebagai 6) Urusan kedinasan dilaksanakan dengan menggunakan doku-
sebuah organisasi formal. Beberapa kriteria organisasi yang mentasi tertulis.
diuraikan di bagian atas dapat kita lihat manifestasi spesifik dalam Beberapa prinsip birokrasi tersebut diterapkan dalam kompo-
lembaga sekolah. Pertama, seperti halnya organisasi bisnis atau sisi peran dan tugas pada masing-masing warga di sekolah.
sebuah rumah sakit sekolah memiliki tujuan kelembagaan yang Semuanya disusun menjadi satu susunan struktur kepemimpinan
jelas. Kedua, dalam organisasi sekolah juga terdapat pola jaringan birokratis di mana kepala sekolah menempati pucuk pimpinan
kerja dari sejumlah posisi yang saling berkaitan (seperti guru, formal. Apabila kita amati bersama pusat pelayanan administrasi
supervisor dan adminsitrator) dalam rangka mencapai tujuan telah dilimpahkan pada para staf administrasi, para guru dan
organisasi. pejabat struktural lain melaksanakan fungsi tugasnya sesuai status
Analisis organisasional mengetengahkan bahwa sekolah dan wewenangnya. Murid-murid melakukan tertib kegiatan seba-
mengemban fungsi sebagai lembaga yang memberi pengetahuan gai pelajar dan bahkan sampai petugas kebersihan sekolah seka-
dan keterampilan kepada anak didik, dengan mengkoordinasikan lipun juga menjadi salah satu bagian penting dari komposisi peran
individu-individu yang memiliki tugas dan peran yang berbeda- fungsional yang dilembagakan oleh sekolah. Sehingga di ling-
beda dalam satuan jaringan kerja yang bersifat fungsional. Guru kungan sekolah tidak ada seorang individupun yang tercecer
secara formal bertugas mengajar dan mengelola pembelajaran statusnya dari jangkauan kekuasaan organisasi.

48
Selain itu posisi kelembagaan sekolah juga tidak bisa lepas 1) Pertama, sasaran formal. Ruang lingkup sasaran ini meliputi
dari konstruksi kekuatan sistem pendidikan makro yang menau- tujuan formal dari sebuah organisasi. Wujud dari sasaran ini
ngi keberadaan sekolah. Baik sekolah negeri maupun swasta tercantum dalam aturan-aturan tertulis, konstitusi dan segala
selalu menjadi wilayah koordinasi lembaga dinas pendidikan di ketentuan formal yang melandasi orientasi organisasi. Sekolah
tingkat kota, provinsi bahkan sampai kepada departemen terkait sebagai lembaga pendidikan sudah semestinya mempunyai
di lingkup nasional. Meskipun pengaruh susunan kekuatan organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini ter-
lembaga tersebut bersifat gradual di mana semakin memuncak capai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam
maka koordinasi teknis terhadap sekolah semakin menipis namun lingkungan sekolah adalah kepala sekolah, guru, karyawan
dari pengertian tersebut dapat ditarik suatu wilayah luas yang dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendi-
memperlihatkan jaringan koordinasi kelembagaan dalam sebuah dikan formal ada dibawah instansi atasan baik itu kantor dinas
mekanisme organisasi besar berkapasitas makro dan sekolah atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di
merupakan bagian-bagian kecil dari lembaga tersebut. negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah
Terminologi sosiologi juga mengungkapkan bahwa organisasi itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam
tidak sekadar dipandang suatu kesatuan yang bersifat statis struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling
belaka melainkan merupakan sebuah bentuk kesatuan yang selalu atas. Tuntutan formal organisatoris menghendaki agar tugas-
dinamis dan sifatnya tergantung pada makna yang diberikan tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyeleng-
anggota, masyarakat luar serta para klien yang memanfaatkan jasa garaan sekolah untuk mencapai tujuan dibagi secara merata
organisasi (Miflen, 1985). Sebagaimana penuturan August Comte, dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan wewe-
1844 ( dalam Sunarto, 2000) mengungkap bahwa lingkup kajian nang yang telah ditentukan. Melalui struktur organisasi yang
sosiologi mencakup dua bagian besar yakni statika sosial, yaitu ada tersebut, orang akan mengetahui apa tugas dan wewe-
suatu kajian terhadap tatanan sosialnya dan dinamika sosial, yaitu nang kepala sekolah, tugas guru dan karyawan sekolah.
suatu kajian terhadap perubahan dan perkembangan sosialnya. 2) Kedua, sasaran informal. Organisasi pada umumnya tidak
Menurut Comte tersebut, kacamata sosiologi melihat organisasi sepenuhnya bekerja sesuai ketentuan-ketentuan formal. Dalam
melalui dua aspek pandangan tersebut. Pertama, organisasi dalam banyak hal, mereka dimodifikasi oleh masing-masing anggo-
koridor statika sosial akan melandasi pembahasan pada aspek tanya sesuai dengan kapasitas pemaknaan kesadaran mereka
struktur, tatanan peran dan fungsi-fungsi formal yang melekat di tentang organisasi. Di sekolah, seorang kepala sekolah mung-
dalam organisasi. Sedangkan yang kedua yakni segi dinamika kin mendapat tanggung jawab sebagai pemimpin dan
sosialnya mengamati dan mempelajari segala bentuk hubungan penguasa formal tertinggi. Akan tetapi penerimaan, pola pikir
dinamika para anggota, perubahan-perubahan kontruksi, berma- dan tingkah laku kepala sekolah tersebut adalah konstruksi
cam interpretasi dan persepsi para anggotanya, ataupun konflik- pemahaman subjektifnya dalam melangsungkan hubungan
konflik yang muncul. Sehingga selain memiliki struktur peranan dengan berbagai pihak di lingkungan sekolahnya. Sehingga
formal, sebuah organisasi akan merangkul pula aneka ragam sasaran informal merupakan interpretasi dan modifikasi
makna yang ditangkap berbagai macam orang. sasaran-sasaran formal dari seluruh anggota yang terlibat
Secara sederhana sekurang-kurangnya ada 4 jenis sasaran langsung pada wadah organisasi. Sasaran ini mencakup pula
organisasi sekolah, di mana masing-masing sasaran akan menca- persepsi masing-masing individu dan menjadi tujuan kegiatan
kup titik tolak pandangan terhadap organisasi sekolah. Dari pribadi di dalam organisasi. Masing-masing siswa tentunya
empat sasaran tersebut akan kita dapatkan pengertian yang cukup memiliki tujuan yang bervariasi dalam melangsungkan status-
lengkap tentang kompleksitas organisasi sekolah. nya sebagai pelajar. Mungkin ada yang berharap mendapat
prestasi akademik tinggi atau mengidamkan ijasah dan tidak
sedikit pula yang sekadar menjalankan tradisi masyarakat.

49
Seorang guru dapat saja mengajar hanya untuk mencari gaji mengemban peran dan status yang berbeda-beda di dalam orga-
namun banyak pula yang masih berpegang teguh pada loya- nisasi sekolah.
litas pekerjaan sebagai seorang pendidik.
3) Ketiga, sasaran ideologis. Sebagaimana tersirat di dalam istilah 2. Sekolah Sebagai Sistem Sosial
tersebut, sasaran ini menyangkut seperangkat sistem eksternal a. Pengertian Sistem
atau sistem nilai yang diyakini bersama. Dalam hal ini, nuansa
Banyak pendapat tentang pegertian sistim. Namun secara
budaya pada pengertian sebagai suatu sistem pengetahuan,
umum pengertian sistem adalah sekelompok bagian-bagian yang
gagasan dan ide yang dimiliki oleh suatu kelompok masya-
bekerja sama secara keseluruhan berdasarkan suatu tujuan ber-
rakat yang berfungsi sebagai landasan pijak dan pedoman bagi
sama. Di dalam sistem masing-masing unsur saling berkaitan,
masyarakat itu dalam bersikap dan berperilaku dalam ling-
saling bergantung dan saling berinteraksi atau suatu kesatuan
kungan alam dan sosial tempat mereka bernaung
usaha yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu dengan
(Goodenough, 1971; Spradley, 1972; Geertz, 1973) dalam Sairin
yang lainnya, dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam ling-
(2002) merupakan penjabaran dari dari pengaruh ideologis ter- kungan yang kompleks. Pengertian tersebut selaras dengan
hadap organisasi. Sasaran ini menyoroti pengaruh interaktif pendapat Johnson, Kast dan Rosenwig,1973 sebagaimana dikutip
kultur-ideologis yang dianut oleh sebagian besar manusia oleh Soenarya (2000) menyatakan bahwa sistem adalah suatu
dalam menangkap, menyikapi dan merespon eksistensi orga- tatanan yang kompleks dan menyeluruh. Dengan kata lain, satu
nisasi. Masyarakat kita memiliki semangat yang tinggi untuk kesatuan dari sesuatu sehingga merupakan kesatuan yang menye-
meraih prestasi vertikal, sementara sekolah merupakan wadah
luruh. Sedangkan Middleton dan Wedemeyer,1985 memandang
yang cukup strategis bagi manusia untuk menopang ambisi
sistem sebagai kumpulan dari berbagai bagian (unsur) yang saling
mobilitas vertikalnya. Maka bisa diasumsikan hampir sebagian
tergantung yang bekerja sama sebagai suatu keseluruhan untuk
besar warga sekolah maupun masyarakat akan mengarahkan
mencapai suatu tujuan, di mana hasil keseluruhan lebih berarti
keyakinan kultural tersebut dalam memaknai keberadaan
dari pada hasil sejumlah bagian (Soenarya, 2000: 12).
sekolah
Bachtiar (1985) mengemukakan bahwa sistem adalah seju-
4) Keempat, sasaran-sasaran lain yang kurang begitu kuat. Pene- mlah satuan yang berhubungan satu dengan lainnya sedemikian
kanan sasaran ini akan menonjol pada suatu proses aktivitas
rupa sehingga membentuk satu kesatuan yang biasanya berusaha
organisasi yang tengah mempertahankan eksistensinya dalam
mencapai tujuan tertentu. Pada bagian yang sama, Bachtiar
situasi di luar kondisi biasa. Berkurangnya pendaftaran di
menambahkan bawa sistem adalah seperangkat ide atau gagasan,
sekolah-sekolah dan universitas dapat merubah secara luas
asas, metode dan prosedur yang disajikan sebagai suatu tatanan
peran para guru atau organisasi ruang sekolah, termasuk rasio
yang teratur. Cleland dan King (1988) menyatakan bahwa sistem
guru terhadap siswa beserta kelas-kelas yang terspesialisasi.
adalah sekelompok sesuatu yang secara tetap saling berkaitan dan
Jika tidak, maka sejumlah besar guru akan terancam mengang-
saling bergantungan sehingga membentuk suatu keseluruhan
gur. yang terpadu. Adapun menurut Poerwodarminto dalam Kamus
Keempat sasaran atau pandangan organisasi tersebut mengi- Besar Bahasa Indonesia (1988: 849) menyebutkan bahwa sistem
syaratkan suatu pola pandangan yang berbeda dari pandangan adalah (1) seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan
umum tentang sekolah. Sebagai organisasi, sekolah bukan sekadar sehingga membentuk suatu totalitas, (2) susunan yang teratur dari
tumpukan peran-peran struktural yang kaku, statis serta jalur- pandangan, teori, asas dan sebagainya, dan (3) metode.
jalur kerja yang serba mekanistis belaka. Mekanisme tersebut
Mendasarkan pendapat diatas, sesuatu dapat dinamakan
mengalami dinamika aktualisasi melalui aneka ragam penafsiran
sistem bila terjadi hubungan atau interelasi dan interdependensi
para anggota yang melatarbelakangi perilaku manusia dalam
baik internal maupun eksternal antarsubsistem. Interaksi, intere-

50
lasi, dan interdependensi itu disebut hubungan internal. Bila inte- kutnya, dapat dikaji melalui sejumlah asumsi dasar sebagai
raksi, interelasi, dan interdependensi itu terjadi antarsistem, berikut.
hubungan itu disebut hubungan eksternal. 1) Masyarakat harus dilihat sebagai suatu sistem di mana di
Bila hubungan antarsubsistem atau antarkomponen di mana dalamnya terdapat bagian-bagian yang saling berhubungan
hubungan itu terjadi dengan sendirinya dan tergantung dari antara satu sama lain;
subsistem atau komponen lain, hubungan itu disebut hubungan 2) Dengan demikian hubungan pengaruh mempengaruhi antar-
determenistik. Sebaliknya, bila hubungan itu tidak pasti bahwa bagian tersebut bersifat ganda dan interaktif;
sesuatu itu dapat berfungsi, maka suatu komponen tidak perlu 3) Meskipun integrasi sosial sulit mencapai kesempurnaan,
bergantung pada suatu komponen yang lain. Bola lampu mem- namun secara mendasar sistem sosial cenderung bergerak ke
punyai akibat deterministik terhadap penerangan karena tanpa arah equilibrium yang bersifat dinamis; menanggapi peruba-
bola lampu dengan berbagai jenis dan bentuknya akan mengaki- han-perubahan yang datang dari luar dengan kecenderungan
batkan kegelapan. Namun terang dan gelap lampu tidak ada memelihara agar perubahan yang terjadi di dalam sistem
hubungannnya dengan kipas angin. Hubungan yang demikian itu beserta akibatnya dapat diminimalisasi;
disebut nondeterministik.
4) Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan dan penyim-
Apabila terdapat pengaruh yang menunjang, memperkuat, pangan-penyimpangan senantiasa terjadi, namun dalam
mempercepat fungsi perubahan atau pertumbuhan suatu sistem jangka panjang keadaan tersebut akan berakhir pula melalui
atau subsistem, maka hubungan itu menimbulkan pengaruh yang penyesuaian-penyesuaian dan proses institusionalisasi.
menghambat atau mencegah, maka hubungan itu disebut dis- Dengan kata lain, sekalipun integrasi sosial secara sempurna
fungsional. tidak pernah tercapai, akan tetapi setiap sistem sosial akan
Lingkungan merupakan batas antara suatu sistem dengan senantiasa berproses ke arah tersebut;
sistem lainnya. Makin terbuka suatu sistem, makin perilakunya 5) Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial timbul melalui
terpengaruh oleh lingkungan. Lingkungan suatu sistem meru- tiga macam kemungkinan yaitu (1) penyesuaian-penyesuaian
pakan pembeda antara suatu sistem dengan sistem yang lain. yang dilakukan oleh sistem sosial itu terhadap perubahan-
Lingkungan dapat merupakan sumber yang memberikan kesem- perubahan yang datang dari luar (extra system change), (2)
patan kepada suatu sistem untuk berkembang dalam mencapai pertumbuhan melalui proses diferensiasi struktural dan
fungsi dan tujuannya, atau sebaliknya dapat pula merupakan fungsional, dan (3) serta penemuan-penemuan baru oleh
penghambat. anggota-anggota masyarakat; dan
6) Faktor penting yang memiliki kekuatan mengintegrasikan
b. Sistem Sosial sistem sosial adalah konsensus antaranggota masyarakat ten-
Salah satu pendekatan di dalam sosiologi yang menggali tang nilai-nilai tertentu. Setiap masyarakat, menurut pan-
konsep sistem sosial adalah pendekatan fungsional struktural. dangan fungsional struktural selalu memiliki tujuan-tujuan
Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat, dan prinsip-prinsip dasar tertentu yang mendapat keyakinan
sebagai suatu sistem fungsional yang terintegrasi ke dalam suatu kuat dari sebagian besar anggota masyarakat dan dipercaya
bentuk equilibrium. Fungsional struktural memandang masyarakat memiliki kebenaran mutlak. Sistem nilai tersebut bukan
seperti layaknya organisme biologis yang terdiri dari komponen- sekadar sumber kekuatan yang menyebabkan integrasi sosial,
komponen atomistis dan memelihara hubungan integratif- namun sekaligus merupakan unsur yang menstabilkan sistem
sistemik agar metabolisme kehidupan masyarakat tetap terjaga. sosial budaya tersebut.
Menurut Nasikun (1984) pendekatan fungsional struktural
sebagaimana telah dikembangkan oleh Parson dan para pengi-

51
Dari beberapa asumsi di atas dapat disimpulkan bahwa 3) Sebuah sistem sosial dalam kurun waktu tertentu dapat juga
sebuah sistem sosial merupakan sistem dari tindakan-tindakan mengalami konflik-konflik sosial yang bersifat visious circle;
manusia. Ia terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi antar- dan
berbagai individu, yang tumbuh dan berkembang dalam standar 4) Perubahan sosial tidak selalu terjadi secara gradual melalui
penilaian umum serta mendapat kesepakatan bersama dari para penyesuaian-penyesuaian lunak, akan tetapi juga terjadi secara
anggota masyarakat. Yang paling penting dari berbagai standar revolusioner (Nasikun, 1984: 15).
penilaian umum adalah apa yang disebut sebagai norma-norma
Dari beberapa asumsi tersebut telah jelas bahwa pendekatan
sosial. Norma-norma sosial itulah yang sesungguhnya mem-
fungsional struktural terlalu menekankan asumsi dasarnya pada
bentuk struktur sosial.
peranan unsur-unsur normatif dalam menelaah tingkah laku
Pengaturan interaksi sosial antaranggota masyarakat tersebut sosial, khususnya proses-proses yang paling mikro di tingkat
dapat terjadi karena komitmen mereka terhadap norma-norma individu. Pandangan tersebut menegaskan bahwa setiap individu
sosial menghasilkan daya untuk mengatasi perbedaan pendapat merupakan kontributor teknis yang melembagakan tegaknya
dan kepentingan-kepentingan pribadi mereka, proses ini norma-norma sosial demi menjamin stabilitas sosial.
memungkinkan bagi mereka untuk menemukan keselarasan
Pendekatan tersebut telah melupakan hakikat dualistis yang
antarsatu sama lain sehingga pada proses selanjutnya mengha-
selalu terkandung dalam realitas hidup. Salah satunya realitas
silkan suatu tingkat integrasi sosial. Dalam posisi tersebut, equili-
sosial bahwa selain kemapanan empiris yang mencerminkan
brium terpelihara oleh berbagai proses dan mekanisme sosial. Dua
tertibnya tatanan hidup ada sisi gelap yang terselubung dan perla-
macam mekanisme sosial yang mengendalikan hasrat-hasrat para
han-lahan menjadi potensi konflik yang bersifat laten. Dalam
anggota demi terpeliharanya kontinuitas sistem sosial, adalah
konteks sosialnya, istilah tersebut dinamakan sub-stratum, yakni
mekanisme sosioalisasi dan pengawasan sosial (social control).
disposisi-disposisi yang mengakibatkan timbulnya perbedaan-
Dari anggapan-anggapan di atas itulah para penganut fung- perbedaan life chances dan kepentingan-kepentingan tertentu.
sional struktural menganggap bahwa disfungsi, ketegangan-kete-
Oleh karena itulah, maka pendekatan fungsional struktural
gangan, dan penyimpangan-penyimpangan sosial yang mengaki-
dipandang kurang lengkap dalam menelaah hakikat sistem sosial.
batkan terjadinya perubahan-perubahan masyarakat sehingga
memunculkan terjadinya diferensiasi sosial yang semakin kom- Beberapa ahli yang lalu mengkritisi teori fungsional struk-
plek, adalah akibat dari pengaruh-pengaruh yang datang dari tural menambahkan analisisnya untuk memperlengkap kajian
luar. sosiologi tentang sistem sosial. Oleh masyarakat pendekatan mere-
ka dinamakan pendekatan konflik. Pendekatan tersebut memper-
Namun anggapan-anggapan tersebut memiliki beberapa
hatikan kekurangan-kekurangan yang melekat di dalam fung-
kelemahan yang melekat. Kelemahan tersebut terletak pada bah-
sional struktural lalu mencoba menemukan formulasi teoretis
wa pendekatan fungsional struktural mengabaikan beberapa
yang lebih representatif. Beberapa asumsi yang dimiliki oleh
kenyataan, antara lain:
pendekatan konflik tersebut antara lain yaitu,
1) Setiap struktur sosial selalu mengandung konflik dan kontra-
1) Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan
diksi-kontradiksi yang bersifat internal, lalu pada gilirannya
yang tidak pernah berakhir atau dengan kata lain, perubahan
justru menjadi sumber terjadinya perubahan sosial;
sosial merupakan gejolak yang melekat dalam setiap masya-
2) Reaksi dari suatu sistem sosial terhadap perubahan-perubahan rakat;
yang datang dari luar (extra systeme change) tidak selalu bersifat
2) Setiap masyarakat selalu mengandung konflik-konflik yang
adjustive;
terselubung, atau dengan kata lain konflik adalah gejala yang
niscaya ada di masyarakat manapun;

52
3) Setiap unsur dalam suatu masyarakat selalu memberikan sistem kendali sosial berwujud organisasi formal. Pedoman formal
sumbangan terjadinya disintegrasi dan perubahan-perubahan merupakan rujukan fundamental dari seluruh latar belakang sikap
sosial; dan dan perilaku para pengemban status dan peran di sekolah.
4) Setiap masyarakat terintegrasi di bawah kekuatan atau Pendekatan fungsional struktural melihat lingkungan sekolah
dominasi golongan tertentu yang memiliki kekuasaan terha- pada hakikatnya merupakan susunan dari peran dan status yang
dap sebagian besar masyarakat (Nasikun, 1984: 16-17). berbeda-beda, dimana masing-masing bagian tersebut terkon-
Perubahan sosial oleh para penganut pendekatan konflik sentrasi pada satu kekuatan legal struktural yang menggerakkan
tidak saja dipandang sebagai gejala yang melekat pada kehidupan daya orientasi demi mencapai tujuan tertentu. Tentu saja sistem
masyarakat, namun lebih dari itu merupakan sumber yang berasal sosial tersebut bermuara pada status sekolah sebagai lembaga
dari faktor-faktor internal di dalam sebuah masyarakat. Peru- formal.
bahan sosial muncul disebabkan oleh pertentangan unsur-unsur Keberadaan guru, siswa, kepala sekolah, psikolog atau konse-
sosial. Kontradiksi internal tersebut bersumber pada tegaknya lor sekolah, orang tua, siswa, pengawas, administratur merupakan
sistem struktur yang tidak merata dalam level kekuasaan. Kenya- komponen-komponen fungsional yang berinteraksi secara aktif
taan ini menjadi faktor munculnya dua entitas kepentingan yang dan menentukan segala macam perkembangan dinamika kehi-
senantiasa bertentangan yakni, pengemban otoritas dan mereka- dupan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal. Sehingga di
mereka yang dikuasai. sini fungsional strukural melandasi pandangan kita untuk melihat
Dari pendekatan konflik dapat disadari satu substansi kodrat berbagai peran dan status formal di sekolah sebagai satu-satunya
sosial yang tidak bisa dilupakan, yaitu dengan perbedaan serta pedoman mendasar atas segala aktivitas yang dilakukan oleh
diferensiasi sosial bukanlah sekadar menjadi sarana penyokong warganya. Seluruh warga pengemban kedudukan telah terso-
integrasi maupun fungsionalisasi peran. Perbedaan juga memiliki sialisasi norma-norma sekolah sesuai dengan porsi statusnya
peran kontroversial yang memicu merebaknya disintegrasi sosial. sehingga menyokong terbinanya stabilitas sosial dalam sekolah.
Kenyataan ini mendorong terciptanya akomodasi kepentingan Manifestasi peran mendasar norma-norma sekolah telah mengikat
yang mampu merombak tatanan sosial untuk menjadi lebih warganya dalam nuansa integritas kesadaran yang tinggi.
representatif dan berdaya guna bagi masyarakat. Sementara itu, pendekatan konflik lebih menekankan porsi
penilaian subjektif para pelaku peran di sekolah dan konsekuensi
objektif atas wujud sekolah sebagai lembaga yang memelihara
c. Sistem Sosial di dalam Sekolah
sistem kekuasaan. Pendekatan konflik melihat sisi lain dari tertib-
Sebagai sistem sosial, sekolah merupakan akumulasi kompo- nya perilaku masyarakat sekolah dalam mengamalkan hasrat-
nen-komponen sosial integral yang saling berinteraksi dan memi- hasrat individunya yang senantiasa patuh pada kekuatan norma-
liki kiprah yang bergantung antara satu sama lain. Zamroni (2001) tif. Lockwood melihat bahwa setiap situasi sosial selalu mengan-
menyatakan bahwa pendekatan microcosmis melihat sekolah dung dua hal yakni tata tertib sosial yang bersifat normatif serta
sebagai suatu dunia sendiri, yang di dalamnya memiliki unsur- sub-stratum yang melahirkan konflik. Tumbuhnya sistem nilai
unsur untuk bisa disebut suatu masyarakat, seperti pemimpin, normatif sebagai acuan utama para pelaku peran di sekolah bukan
pemerintahan, warga masyarakat atau aturan dan norma-norma berarti melenyapkan potensi-potensi konflik. Oleh sebab itu,
serta kelompok-kelompok sosialnya. stabilitas sosial yang dicerminkan oleh pengaturan peran dan sta-
Sesuai dengan pendekatan fungsional struktural, lembaga tus seperti guru, kepala sekolah, pejabat struktural sekolah,
sekolah diibaratkan masyarakat kecil yang memiliki kekuatan pengawas sekolah, murid, administratur sekolah, orang tua siswa,
organis untuk mengatur dan mengelola komponen-komponennya. petugas kebersihan pada dasarnya mencerminkan bentuk penga-
Bagian-bagian tersebut diatur dan terintegrasi dalam naungan

53
turan manifes atas masing-masing kepentingan yang sebenarnya peranan internal adalah konflik harapan antarpihak dari
saling bertentangan. pemegang posisi peran di sekolah. Para guru dihadapkan
Secara lebih radikal beberapa penganut pendekatan konflik dengan harapan yang saling bertentangan dengan kepala
menegaskan bahwa tatanan sosial yang ada (termasuk di sekolah) sekolahnya, penilik, petugas konseling, administratur pendi-
merupakan hasil kekuasaan dominan baik itu bersumber dari dikan, orang tua murid dan bahkan dari muridnya sendiri.
paksaan secara fisik maupun kekerasan simbolik (symbolic Dari dua pendekatan utama di atas (fungsional struktural dan
violence). Artinya kelas sosial dominan memiliki simbol-simbol konflik) dapat diambil kesimpulan bahwa sekolah bukanlah
sosial yang menghegomoni kesadaran seluruh anggota agar seja- sekadar kumpulan yang terdiri dari para pelaksana administrasi,
lur dengan sistem nilai objektif yang pada hakikatnya banyak guru dan murid dengan segala sifat dan pembawaan mereka
berpihak pada golongan atau kelas yang berkuasa. masing-masing (Horton dan Hunt, 1999: 333). Lebih dari itu,
Di dalam sekolah, seorang kepala sekolah selain memiliki sekolah merupakan suatu sistem sosial yang di dalamnya terdapat
kedudukan formal sebagai pemimpin sekolah ternyata juga seperangkat hubungan mapan, interaksi, konfrontasi, konflik,
mengindikasikan pertentangan kepentingan dan otonomi status akomodasi, maupun integrasi yang menentukan dinamika para
lain yang lebih rendah, misalnya para guru, staf-staf administrasi warganya di sekolah. Oleh sebab itu, di dalam sekolah akan selalu
dan sebagainya. Terhadap guru, ketika seorang kepala sekolah mengandung unsur-unsur dan proses-proses sosial yang kom-
menjalankan fungsi formalnya, maka ada titik pertentangan yang pleks seperti halnya dinamika sosial masyarakat umum .
menggoyahkan otonomi peran guru dalam mengelola belajar
Beberapa unsur tersebut memproduk konsep-konsep sosial di
mengajar. Di satu sisi kepala sekolah breharap agar siswa berhasil
dalam sekolah yakni sebagai berikut.
dalam belajar dengan proses pengajaran yang efektif, efisien serta
1) Kedudukan dalam Sekolah
mampu mencapai target penguasaan materi yang banyak. Di sisi
lain, harapan yang melambangkan kepentingan status kepala Sekolah, seperti sistem sosial lainnya dapat dipelajari berda-
sekolah tersebut tentunya membebani peran sekaligus otonomi sarkan kedudukan anggota dalam lingkungannya. Setiap orang di
kedudukan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. dalam sekolah memiliki persepsi dan ekspektasi sosial terhadap
kedudukan atau status yang melekat pada diri warga sekolah. Di
Faisal dan Yasik (1985) menyatakan bahwa dari pendekatan
sana kita memiliki pandangan tentang kedudukan kepala sekolah,
konflik bisa ditarik dua asumsi dasar yang muncul pada lembaga
guru-guru, staf administrasi, pesuruh, murid-murid serta asumsi-
sekolah. Sebuah lembaga yang memiliki tujuan tertentu dan
asumsi hubungan ideal antarbermacam kedudukan tersebut. Hal
memelihara banyak status yang berbeda serta memiliki peran
ini selaras dengan pendapat Weber (dalam Robinson, 1981)
fungsional. Aneka ragam status tersebut dikelola melalui fungsi-
tentang konsep tindakan sosial, dimana setiap orang memiliki ideal
fungsi otoritas legal formal dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
type untuk mengukur dan menentukan parameter mendasar ten-
birokrasi. Dua asumsi tersebut yakni:
tang sebuah realitas. Realitas sosial yang tersebar dalam status
1) Potensi konflik dalam mengintegrasikan pemahaman satu
sosial menjadi titik tolak kesadaran seorang individu untuk
tujuan sekolah kepada para pemegang status yang berbeda-
menentukan sikap, pandangan dan tindakan dalam lingkup sosial
beda. Untuk satu tujuan pendidikan, masing-masing pengem-
tertentu. Harapan ideal “kepala sekolah” merupakan kesadaran
ban posisi akan memiliki daya tangkap sektoral yang berbeda-
awal yang mempengaruhi sikap individu seorang pejabat kepala
beda dalam mengartikan hasil maupun proses pencapaian
sekolah. Meskipun pada proses selanjutnya harus terkombinasi
tujuan.
dengan pembawaan individu, prasangka terhadap status lain,
2) Sulitnya meraih kesamaan persepsi mengenai batas peran dan hubungan-hubungan antarstatus serta kaitannya dengan kon-
posisi pendidikan. Sebagai dampaknya, keadaan tersebut struksi total dari susunan status di sekolah.
memicu konflik internal lintas posisi. Yang dimaksud konflik

54
Dalam mempelajari struktur sosial sekolah kita analisis sarkan usia sangat kental sekali melekat dalam orientasi warga
berbagai anggota menurut kedudukannya dalam sistem perseko- sekolah.
lahan. Beberapa kedudukan di bentuk dan dibangun berdasarkan d) Kedudukan berdasarkan lahan garap di sekolah. Pada dasar-
sistem klasifikasi sosial di antaranya adalah, nya tiap-tiap status di sekolah akan membentuk wilayah-
a) Kedudukan berdasarkan jenis kelamin, akan mengidentifikasi wilayah sektoral sesuai dengan ruang lingkup pekerjaan. Di
pelakunya pada perbedaan seks atau kelamin bu guru, pak kelas jenis status yang paling dominan berperan adalah status
guru, murid putri, siswa lelaki, pak kepala sekolah dan lain guru dan murid. Sementara di wilayah birokrasi akan mem-
sebagainya. Secara sosial kedudukan berdasarkan seks meru- perlihatkan kontak sosial antara pengurus administrasi baik
pakan pembedaan ruang orientasi atas dasar perbedaan fisik. itu kepala bagian, sekretaris, bendahara sekolah serta staf-
Pembedaan tersebut merupakan dampak kultural dari stafnya. Di tingkat pelayanan administrasi akan melibatkan
masyarakat yang lebih luas, dimana perbedaan kelamin masih pegawai administrasi dengan para siswa, guru-guru dan lain
mengkisahkan pembagian kerja, hak, serta ruang gerak yang sebagainya.
berbeda pula. Namun secara struktural pembedaan jenis kela-
min tidak begitu mempengaruhi kualitas penerapan ketentuan 2) Interaksi di Sekolah
formal sebuah lembaga. Seorang kepala sekolah wanita tetap
Menurut Horton dan Hunt (1999) sistem interaksi di sekolah
saja memiliki otoritas atau kewenangan kekuasaan terhadap
dapat ditinjau dengan menggunakan tiga perspektif yang berbeda,
para guru lelaki maupun wakasek laki-laki.
yakni:
b) Kedudukan berdasarkan struktur formal di lembaga, misalnya
a) Hubungan antara warga sekolah dengan masyarakat luar
kepala sekolah, guru, staf administrasi, pesuruh, siswa dan
b) Hubungan di internal sekolah lintas kedudukan dan pera-
lain sebagainya. Kategori kedudukan ini dilandasi oleh keten-
nannya.
tuan-ketentuan formal yang melembagakan serangkaian peran
dan pemetaan kewenangan struktural berdasarkan pembagian c) Hubungan antarindividu pengemban status atau kedudukan
wilayah kekuasaan yang bersifat hierarkis. Sesuai dengan yang sama.
formasi struktur lembaga sekolah maka masing-masing posisi Dalam kategori pertama, hubungan interaktif antara orang
menggambarkan tingkat kekuasaan yang bertingkat-tingkat. dalam dengan orang luar mencerminkan keberadaan sekolah
Posisi teratas menggambarkan puncak pengakuan otoritas sebagai bagian masyarakat. Para guru, murid dan seluruh warga
tertinggi lalu secara gradual makin berkurang pada posisi- di sekolah juga pengemban status-status lain di masyarakat.
posisi di bawahnya. Sehingga interaksi di sekolah merupakan kombinasi berbagai nilai
c) Kedudukan berdasarkan usia. Pengakuan terhadap kategori dari masyarakat yang dibawa oleh para warga sekolah. Para guru,
sosial ini didasarkan konstruksi sosial sekolah sebagai lembaga kepala sekolah, murid-murid juga bagian dari masyarakat mereka.
pendidikan. Berangkat dari pengertian tentang pengajaran Mereka membawa sikap dan perilaku ke sekolah, sebagai hasil
sebagai sumber dari keberadaan sekolah dan segala aktivitas dari hubungan dengan tetangga, teman, gereja, partai politik dan
kelembagaannya. Sementara proses pengajaran tidak lepas berbagai ragam kelompok kepentingan.
dari hubungan antara pengajar dengan yang belajar. Maka bisa Sementara secara formal, sekolah memiliki pihak-pihak yang
ditangkap indikasi kecenderungan dalam lembaga sekolah bertanggung jawab mengadakan hubungan antara masyarakat
untuk mengutamakan sistem nilai berdasarkan usia. Mereka dengan pihak sekolah. Dalam hal ini, pihak yang paling berkepen-
yang tua dikontruksikan sebagai pengajar, teladan, sumber tingan mengadakan hubungan dengan masyarakat adalah penga-
nilai kebaikan, pengontrol moral, berkemampuan tinggi dan was sekolah. Pengawas sekolah bertanggung jawab menjamin
lain sebagainya. Oleh sebab itu, pengakuan kedudukan berda- kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah sesuai dengan kebu-

55
tuhan masyarakat. Sementara di tingkat internal pengawas seko-
lah juga berkewajiban memberikan perlindungan atas orientasi 3) Klik Antar Siswa
masyarakat sekolah dari tuntutan-tuntutan luar yang kurang Pengelompokan atau pembentukan klik mudah terjadi di
masuk akal. Sebagai pengamat atau evaluator pengawas sekolah sekolah. Suatu klik terbentuk bila dua orang atau lebih menjalin
juga memiliki tugas memelihara keharmonisan hubungan antara persahabatan sehingga dalam keseharian telah terikat pada kehi-
kelompok-kelompok yang berbeda di sekolah. dupan bersama baik di dalam maupun di luar sekolah. Mereka
Hubungan antarstatus juga seringkali menimbulkan konflik saling merasakan apa yang dialami salah satu anggota kelom-
antarperan. Di dalam sekolah, tanggung jawab penjaga sekolah poknya dan mampu mengungkap perasaan yang selama ini
menyangkut kebersihan bertentangan dengan keinginan warga tersembunyi, seperti hubungan mereka dengan orang tua atau
sekolah untuk menggunakan fasilitas sekolah semaksimal mung- dengan jenis kelamin lain serta kesulitan pribadi-pribadi lainnya.
kin. Kebebasan profesional guru juga bertentangan dengan kepen- Keanggotaan klik bersifat sukarela dan tak formal. Seorang
tingan pengawas sekolah dalam menciptakan kelancaran penga- diterima atau ditolak atas persetujuan bersama. Walaupun klik
jaran di tiap-tiap kelas. Keinginan kepala sekolah untuk mene- tidak mempunyai peraturan yang jelas, namun ada nilai-nilai yang
rapkan inovasi baru harus berhadapan dengan keengganan guru dijadikan dasar untuk menerima anggota baru.
dan murid untuk menerima perubahan. Salah satu konflik yang Anggota klik merasa diri bersatu dan merasa diri kuat, penuh
cukup krusial saat ini adalah konflik keinginan pengawas sekolah dengan kepercayaan berkat rasa persatuan dan kekompakan.
untuk mencapai hasil pengajaran yang terbaik sesuai dengan Mereka mengutamakan kepentingan kelompok di atas kepen-
anggaran biaya yang tersedia berhadapan dengan tuntutan orga- tingan individual dan sikap ini dapat menimbulkan konflik
nisasi persatuan guru untuk memperoleh jaminan pekerjaan dan dengan orang tua, sekolah, dan klik-klik lainnya. Bila klik ini
gaji yang memadai. mempunyai sikap anti sosial maka klik itu dapat menjadi “geng”.
Namun selain menimbulkan konflik, hubungan antarstatus Orang luar, khususnya orang tua dan guru sering tidak dapat
merupakan bagian dari orientasi lembaga sekolah. Secara fung- memahami makna klik bagi anggota-anggotanya. Akibatnya
sional untuk mencapai tujuan yang diharapkan sekolah membu- mereka justru makin kompak dengan kelompoknya sehingga
tuhkan peran dan kiprah dari berbagai status dan kedudukan. memicu kesadaran bersama untuk sama-sama membebaskan diri
Sehingga kerja timbal balik antarstatus diprioritaskan untuk dari kekuasaan dan pengawasan orang tua, sekolah dan lembaga-
melancarkan proses pencapaian tujuan organisasi. Sekolah lembaga lainnya. Dari kelompoknya seorang anggota yakin
membutuhkan hubungan yang harmonis antarguru dan murid mendapat bantuan penuh namun sebaliknya harus mampu
agar tujuan pengajaran di kelas dapat tercapai secara maksimal. menunjukkan loyalitas yang tinggi pada kelompok. Mereka yang
Sekolah membutuhkan kerja sama antarberbagai pihak agar roda tidak patuh akan mendapat klaim sebagai pengkhianat.
organisasi dapat berjalan dengan lancar. Faktor yang paling penting dalam pembentukan klik adalah
Hubungan antarindividu atau kelompok dalam jenis status usia atau tingkat kelas. Suatu klik jarang beranggotakan anak yang
yang sama juga tidak lepas dari bagian interaksi di sekolah. Para berusia dua tahun lebih. Selain itu klik biasanya beranggotakan
guru selain memiliki persamaan peran sesuai statusnya juga murid dari jenis kelamin yang sama. Tidak ada bukti yang menun-
menggambarkan berbagai perilaku guru yang berbeda-beda. Hal jukkan pembentukan klik berdasarkan prestasi akademis atau
ini sesuai dengan perbedaan karakter, sikap dan pengalaman intelegensi. Menurut pengamatan suatu klik merupakan kelom-
individu dalam melancarkan aktivitas di sekolah. Kita ketahui pok minat atau kegemaran yang serupa, misalnya musik, olah
bersama untuk status siswa pun juga telah terbentuk aneka ragam raga dan sebagainya.
karakter dan perilaku individu maupun kelompok yang berbeda- Klik juga menggambarkan struktur sosial masyarakatnya.
beda. Klik menunjukkan stratifikasi sosial yang terdapat dalam masya-

56
rakat tempat sekolah itu berada. Murid-murid pada umumnya
memilih teman dari golongan anak yang secara sosial ekonomi
memiliki kedudukan sama.
Klik-klik yang muncul di sekolah beragam wujudnya, tergan-
tung pada perbedaan murid. Ada kemungkinan terbentuknya
kelompok berdasarkan kesukuan dari kalangan siswa satu daerah
atau karena mereka merupakan mioritas. Ada kelompok “elite”
yang terdiri atas anak-anak orang kaya atau menunjukkan prestasi
akademis tinggi dan kepribadian tinggi. Adapula kelompok
rendahan, yang berasal dari keluarga tidak berpendidikan.

57

You might also like