Professional Documents
Culture Documents
Definisi Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama
menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang
sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah salah satu atau seluruh
faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan, pengolahan tanah, pengairan dan
sebagainya, maka selalu akan berhadapan dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan
yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut.
Berbagai batasan (definisi) gulma bersifat temporer (sementara) bergantung pada
tempat dan waktu (objektif-subjektif). Beberapa definisi untuk gulma antara lain :
1) gulma adalah tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya;
2) gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki;
3) gulma adalah tumbuhan yang bernilai negatif;
4) gulma adalah tumbuhan yang bersaing dengan manusia dalam memanfaatkan lahan;
5) gulma adalah tumbuhan yang tumbuh secara spontan;
6) gulma adalah tumbuhan yang tidak berguna (belum diketahui kegunaannya);
7) gulma adalah tumbuhan yang tumbuh di tempat yang tidak dikehendaki pada waktu
tertentu sehingga kita berusaha memberantas atau mengendalikannya.
Sebagai contoh, eceng gondok (Eichornia crassipes) pada awalnya merupakan tanaman hias,
namun dengan berjalannya waktu eceng gondok ini menjadi gulma perairan. Di Rawa Pening
gulma eceng gondok hampir menutupi seluruh permukaan perairan. Mikania cordata pada
awalnya juga merupakan tanaman penutup tanah, namun dengan berjalannya waktu menjadi
gulma di perkebunan karet. Rumput Guatemala yang merupakan makanan ternak/penutup
tanah di Indonesia, namun di Malaysia menjadi gulma.
Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)
Sub divisi : Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)
Kelas : Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Guttiferales (Clusiales)
Familia : Camelliaceae (Theaceae)
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Camellia sinensis berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun sekarang telah
dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis maupun subtropis. Tumbuhan ini
merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya dipangkas bila dibudidayakan untuk
dipanen daunnya. Ia memiliki akar tunggang yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter
2,5–4 cm dengan 7 hingga 8 petal.
Indonesia merupakan negara produsen teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze) ke enam di
dunia. Guna meningkatkan kompetisi di pasar dunia, banyak perkebunan berusaha
menurunkan biaya produksi di lapangan, salah satunya dengan menekan biaya pengelolaan
gulma. Tjitrosoedirjo et al. (1984) dan Suryami (2000) menyatakan bahwa biaya pengelolaan
gulma mencakup 22% dari biaya pemeliharaan tanaman menghasilkan (TM) dan merupakan
komponen tertinggi dalam pemeliharaan teh. Penelitian Sanusi dan Suhargyanto (1978)
menunjukkan kehadiran gulma dapat mengurangi keuntungan hingga 50%, dan Gunawan
(1997) menunjukkan penurunan produksi hingga 9% karena kesulitan memupuk dan
memetik.
Kehadiran gulma dapat mengubah komposisi mikroba dan jamur simbiosis
mutualisme bagi perakaran (Kremer dan Li, 2003; Hart dan Trevors, 2005), menurunkan
kesesuaian lahan (Vatovec et al., 2005) dan menurunkan mutu teh jika ikut terolah. Suprianto
(1997) mengindentifikasi gulma Commelina nudiflora L. dan Clidemia hirta (L.) D. Don
sering terangkut pemetik karena memiliki morfologi daun mirip daun teh.
Persoalan gulma pada perkebunan teh meningkat pada areal tanaman belum
menghasilkan (TBM) dan areal tanaman yang baru dipangkas. Pada areal TBM,
kehadiran gulma dapat memperpanjang masa non produktif teh menjadi lebih dari 2 tahun
(Sanusi, 1986). Hingga saat ini, pengelolaan gulma ditentukan berdasarkan referensi umum
dan jarang didasarkan pada data pengamatan spesifik. Gulma yang lebih kompleks ditemui
pada areal pangkasan karena selain dipengaruhi oleh faktor pergeseran dominansi, juga ada
penambahan gulma dari simpanan biji gulma dalam tanah (seed bank).
Pengendalian gulna di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin yang
sangat penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Populasi gulma yang tumbuh tidak
terkendali, akan merugikan tanaman teh karena terjadinya persaingan di dalam memperoleh
unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang tumbuh. Jenis – jeis gulma tertentu diduga pula
mengeluarkan senyawa racun allelopati (suatu keadaan di mana tanaman/bahan tanaman
mengeluarkan eksudat kimia yang dapat menekan pertumbuhan tanam-an lainnya.) yang
membahayakan tanaman teh.
Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada areal tanaman teh muda atau
pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini disebabkan sebagian besar
permukaan tanah terbuka dan secara langsung mendapatkan sinar matahari, sehingga
perkecambahan maupun laju pertumbuhan berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat.
Diperkebunan teh dikenal gulma yang berbeda – beda jenisnya untuk setiap
perkebunan. Jenis – jenis gulma yang banyak dijumpai adalah : Ageratum conyzoides
(wedusan, babadotan), Borreria latifolia, Cyperus rotundus (teki), Eleusin indica, Emilia
sonchifolia (jonge, jawirowo), Polygonum nepalense (jukut haseum), Oxalis sp. (calingsing,
semangi gunung), Euphatorium riparium (teklan), Panicum repens (jajahean, lempuyangan,
balungan), Imperata cylindrica (eurih, alang – alang) dan sebagainya.
1. Ageratum conyzoides
Klasifikasi
2. Borreria latifolia
Deskripsi
Akar : memiliki akar tunggang.
Batang : batangnyaa berbentuk batang basah/herba, tegak, tanaman tahunan, biasanya
bercabang pada bagian bawah saja. Tinggi tanaman antara 15-50 cm.
Daun : daun pada tanaman ini lebar, berbentuk bulat panjang (folium oblongatum),
dengan tulang daun menyirip (penninervis).
Bunga : bunganya biseksual, aktinomorfik, terdapat pada ketiak daun, setiap ketiak
daun terdiri dari banyak bunga.
Buah : buah tanamn ini berambut ditengah-tengah bagian atas mahkota dengan 4
sepala.
Habitat : tempat hidup tanaman ini berada daerah yang cukup sinar. matahari
sepanjang pinggir jalan, pada tanah-tanah keras.
Perbanyakan : perbanyakan yang dilakukan secara generatif dengan biji.
Pengendalian : pengendalian yang dilakukan adalah diuron, pada spesies lain digunakan
piclorom.
Diuron adalah herbisida pratumbuh yaitu herbisida yang digunakan pada saat gulma
belum tumbuh. Herbisida jenis ini bekerja dengan cara mematikan biji – biji gulma yang akan
berkecambah. Agar dapat merata keseluruh gulma sasaran, herbisida pratumbuh memerlukan
proses pengolahan tanah yang baik dan tekstur tanah yang gembur.
3. Cyperus rotundus
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Sub classis : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Familia : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Species : Cyperus rotundus
Deskripsi :
Akar : memiliki akar serabut.
Batang : batangnya berbentuk segitiga, padat dan licin.
Daun : daunnya berjejal pada pangkal batang membentuk roset akar dengan
pelepah daun tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita, bertulang sejajar,
tepi rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60
cm dan lebar 2-6 mm.
Bunga : bunganya berbentuk bulir dengan 3-10 bulir kecil yang mempunyai 8-25
bunga.
Buah : buah batu, kecil dan memanjang.
Habitat : tempat tumbuh tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka dan pada
ketinggian 1-1000 m dpl pada bermacam-macam tanah.
Perbanyakan : perbanyaka yang terjadi secara generatif, dengan biji dan vegetatif,
dengan rimpang (stolon).
Pengendalian : secara kimiawi dengan menggunakan herbisida 2 lb MSMA ditambah
1 lb 2,4 D ditambah 1 Pt Surfactant dalam 40 galon air dan diberikan
dalam interval 1 minggu.
C. Cara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan kimia
berupa racun gulma atau herbisida. Karena sifatnya yang langsung ditujukan pada
gulmanya, cara ini mempunyai beberapa keuntungan jika dilaksanakan sesuai anjuran,
memperhatian sifat gulmanya, dan juga sifat herbisidanya.
Pengendalian secara kimia dapat dilaksanakan dengan menggunakan :
- Herbisda pra-tumbuh untuk mematikan biji – biji berbagai jenis gulma di dalam tanah
yang berpengaruh terhadap tanaman teh muda. Contoh herbisida pra-tumbuh adalah :
Goal 2E dengan dosis 1 liter – 2 liter per ha, Sencor 70 WP dengan dosis 0,5 kg – 1 kg
per ha.
- Herbisida purna tumbuh, terutama untuk pemberantasan jenis – jenis gulma tahunan
yang sulit dikendalikan dan tidak dapat diberantas dengan cara manual / mekanis,
seperti ilalang (Imperata cylindrica) dan lempuyangan (Panicum repens).
Herbisida purna tumbuh yang relatif aman terhadap tanamn teh muda adalah glifosat
yang diformulasikan dalam beberapa nama dagang herbisida deperti Roundup,
Kleenup 480 AS, Eagle 480 AS, dan Sunup 480 AS dengan dosis 1,5 – 6,0 liter per ha.
Khusus untuk memberantas jenis – jenis gulma berdaun sempit, baik gulma semusim
maupun tahunan, dapat digunakan herbisida Fusilade 25 EC dengan dosis 0,5 liter –
1,0 liter per ha.
Untuk memperoleh hasil pengendalian yang baik diperlukan 2-3 kali penyemprotan
dengan selang waktu 3-4 minggu pada dosis yang sama.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jurnalagronomi/article/viewFile/1394/492
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40418/1/BAB1_Pengertian_Gulma.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Camellia_sinensis
http://www.plantamor.com/index.php?plant=44
http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=79:babadotan-ageratum-conyzoides-tanaman-multi-
fungsi&catid=19:artikel&Itemid=9
http://books.google.co.id/books?
id=KGXjfmDxo28C&pg=PA69&lpg=PA69&dq=gulma+pada+tanaman+teh&source=bl&ots
=q7S-_uwuUb&sig=n5XXPkPLqS8NQDkVQMTTpmAtinE&hl=id&ei=QbjGTYOsN4-
GrAfah9zJBA&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CBgQ6AEwAA#v=one
page&q=gulma%20pada%20tanaman%20teh&f=false