You are on page 1of 3

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisiologi ikan mencakup proses osmoregulasi, sistem sirkulasi, sistem respirasi, bioenergetik dan
metabolisme, pencernaan, organ-organ sensor, sistem saraf, sistem endokrin dan reproduksi (Fujaya,1999).
Insang dimiliki oleh jenis ikan (pisces). Insang berbentuk lembaran-lembaran tipis berwarna merah muda
dan selalu lembap. Bagian terluar dare insang berhubungan dengan air, sedangkan bagian dalam
berhubungan erat dengan kapiler-kapiler darah. Tiap lembaran insang terdiri dare sepasang filamen, dan
tiap filamen mengandung banyak lapisan tipis (lamela). Pada filamen terdapat pembuluh darah yang
memiliki banyak kapiler sehingga memungkinkan OZ berdifusi masuk dan CO2 berdifusi keluar. Insang
pada ikan bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang pada ikan
bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-
garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin
yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-
rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang
kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele.
Untuk menyimpan cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di
dekat punggung.

Stickney (1979) menyatakan salah satu penyesuaian ikan terhadap lingkungan ialah pengaturan
keseimbangan air dan garam dalam jaringan tubuhnya, karena sebagian hewan vertebrata air mengandung
garam dengan konsentrasi yang berbeda dari media lingkungannya. Ikan harus mengatur tekanan
osmotiknya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuhnya setiap waktu.

Insang tidak saja berfungsi sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-
garam, penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. Beberapa jenis ikan mempunyai labirin
yang merupakan perluasan ke atas dari insang dan membentuk lipatan-lipatan sehingga merupakan rongga-
rongga tidak teratur. Labirin ini berfungsi menyimpan cadangan 02 sehingga ikan tahan pada kondisi yang
kekurangan 02. Contoh ikan yang mempunyai labirin adalah: ikan gabus dan ikan lele. Untuk menyimpan
cadangan 02, selain dengan labirin, ikan mempunyai gelembung renang yang terletak di dekat punggung.
Mekanisme pernapasan pada ikan melalui 2 tahap, yakni inspirasi dan ekspirasi. Pada fase inspirasi, 02 dari
air masuk ke dalam insang kemudian 02 diikat oleh kapiler darah untuk dibawa ke jaringan-jaringan yang
membutuhkan. Sebaliknya pada fase ekspirasi, C02 yang dibawa oleh darah dari jaringan akan bermuara ke
insang dan dari insang diekskresikan keluartubuh.

Ikan mas Filum: Chordata Ordo: Spesies: C. carpio


Cypriniformes
Klasifikasi ilmiah Kelas: Nama binomial
Actinopterygii Famili: Cyprinidae
Kerajaan: Animalia Cyprinus carpio
Genus: Cyprinus (Linnaeus, 1758)

Sedangkan Djoko Suseno (2000) mengemukakan, berdasarkan fungsinya, ras-ras ikan mas yang ada di
Indonesia dapat digolongkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan ras-ras ikan konsumsi
dan kelompok kedua adalah ras-ras ikan hias.

Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak
di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran
pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang
tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik
sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai
dengan rasnya.
Secara morfologis, ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak
di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran
pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang
tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik
sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai
dengan rasnya.

BAB III 4 182 22 196 193.3


HASIL DAN PEMBAHASAN 5 203 198 188 196.3

3.1 Hasil Pengamatan  Dengan Pengurangan Suhu


 Dengan Penambahan Suhu Tabel 1 pengamatan membukanya operculum
Tabel 1 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu kamar 28° C
ikan pada suhu kamar T₁ = 28° C ± 0,5° C
T₁ = 28° C ± 0,5° C Ikan Menit Rata – rata
Ikan Menit Rata – rata 123
123 1 81 99 122 100.67
1 117 98 96 103.67 2 116 138 132 128.67
2 101 114 111 108.67 3 137 114 125 125.33
3 111 113 106 110 4 155 150 166 147
4 112 118 101 110.3 5 158 168 322 216
5 116 121 104 117
Tabel 2 pengamatan membukanya operculum
Tabel 2 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu 26° C dibawah suhu kamar (T₁)
ikan pada suhu 2° C diatas suhu kamar atau T₂ atau T₂ 26° C.
30° C. T₂ = (28° C – 2° C) ± 0,5° C = 26° C ± 0,5° C
T₂ = (28° C + 2° C) ± 0,5° C = 30° C ± 0,5° C Ikan Menit Rata – rata
Ikan Menit Rata – rata 123
123 1 141 135 142 139.33
1 128 127 10 118.3 2 136 138 144 139.33
2 169 141 148 152.67 3 157 168 151 158.67
3 146 138 126 136.67 4 132 131 136 134.33
4 158 137 141 145.3 5 156 160 168 161.33
5 170 179 166 171.67
Tabel 3 pengamatan membukanya operculum
Tabel 3 pengamatan membukanya operculum ikan pada suhu 24° C dibawah suhu (T₂) atau T₃
ikan pada suhu 2° C diatas suhu T₂ atau T₃ 32° 24° C.
C. T₃ = (26° C – 2° C) ± 0,5° C = 24° C ± 0,5° C
T₂ = (30° C + 2° C) ± 0,5° C = 32° C ± 0,5° C Ikan Menit Rata – rata
Ikan Menit Rata – rata 123
123 1 181 156 167 166
1 162 155 141 152.67 2 159 150 157 155.33
2 195 184 171 183.3 3 172 154 164 163.33
3 181 155 154 162 4 167 153 159 159.67
5 170 167 169 168.33

3.2 Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang telah kami lakukan didapat bahwa frekuensi membuka serta menutupnya
operculum pada ikan mas terjadi lebih sering pada setiap kenaikan suhu serta penurunan suhu dari suhu
awal kamar T₁ sampai dengan T₃ semakin sering ikan itu membuka serta menutup mulutnya hal ini dapat
kita simpulkan bahwa bila suhu meningkat, maka laju metabolisme ikan akan meningkat sehingga gerkan
membuka dan menutupnya operculum ikan akan lebih cepat daripada suhu awal kamar (T₁), serta
sebaliknya pula jika suhu menurun maka semakin jarang pula ikan itu membuka serta menutup mulutnya.

Hubungan antara peningkatan serta penurunan temperatur dengan laju metabolisme menurut ranking
biasanya 2 – 3 kali lebih cepat pada setiap peningkatan suhu 10°, sedangkan kelarutan O₂ di lingkungannya
menurun dengan meningkatnya temperature.

Pada peristiwa temperature dibawah suhu kamar maka tingkat frekuensi membuka dan menutupnya
operculum akan semakin lambat dari pada suhu kamar. Dengan adanya penurunan temperature, maka
terjadi penurunan metabolisme pada ikan yang mengakibatkan kebutuhan O₂ menurun, sehingga
gerakannya melambat. Penurun O₂ juga dapat menyebabkan kelarutan O₂ di lingkungannya meningkat.
Dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar ± 1° dibandingkan temperature linkungannya (Nikolsky, 1927).
Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari temperature lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan
itu sendiri.

Pada praktikum kali ini kita dapat memahami bahwa sebenarnya suhu air pada media beaker glass ini
dalam suhu 28° C lebih tinggi dari pada suhu kamar yng ada di ruangan yaitu 25° C, sehingga pada waktu
dipindahkan ke dalam beaker galss ikan tersebut akan mengalami stress. Sedangkan ukuran ikan yang
digunakan dalam praktikum ini yaitu ikan ukuran benih yang sangat rentan dan juga mudah stress sehingga
agak juga untuk melihat mekanisme membuka serta menutupnya overculum ikan tersebut.

Dalam hal ini juga tidak mutlak kesalahan dari bahan ataupun alat yang kita gunakan, praktikan juga dapat
menjadi kendala dalam kesalahan kekurang telitian dalam melihat mekanisme membuka serta menutup
overculum ikan tersebut karena hal ini juga dapat mempengaruhi ketepatan dalam pengamatan ini. Waktu
penghitungan frekuensi gerakan membuka serta menutupnya operculum juga sangat berpengaruh. Hal
tersebut yaitu daya adaptasi yang berbeda pada umur benih ikan mas dengan waktu dimulainya perhitungan
sangat berkaitan erat dalam mempenagruhi hasil pengamatan ini.

BAB IV
KESIMPULAN

Dari praktikum diatas tersebut dapat kami simpulkan bahwa perubahan suhu lingkungan pada ikan itu
sangat mempengaruhi laju konsumsi oksigen pada ikan tersebut, dalam suhu kamar kebutuhan oksigen
lebih optimal sehingga gerakan membuka serta menutupnya operculum stabil.
Kenaikan suhu pada suatu peraiaran menyebabkan kelarutan oksigen (DO) Dissolve Oksigen di peraiaran
tersebut akan menurun, sehingga akan kebutuhan organisme air terhadap oksigen semakin bertambah
dengan pergerakan operculum yang semakin cepat, penurunan suhu pada suatu perairan dapat
menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air
terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta
menutupnya overculum pada ikan tersebut.
Terdapat hubungan antara peningkatan temperature dengan laju metabolisme biasanya 2 – 3 kali lebih
cepat pada setiap peningkatan suhu 10° C, aklimasi pada ikan dilakukan agar ikan tidak mengalami stress
pada saat berlangsungnya pengamtan tersebut.

You might also like