You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bali sebagai salah satu daerah tujuan utama di Indonesia, dimana jutaan
wisatawan baik asing maupun domestik dating berkunjung setiap tahunnya. Hal
itu merupakan salah satu yang mendorong investor baik asing maupun lokal untuk
melakukan penanaman modal di Bali, baik itu dalam bidang usaha kepariwisataan
maupun non kepariwisataan.
Bidang usaha kepariwisataan yang banyak bermunculan adalah jasa
penginapan. Saat ini, lebih dari 1000 hotel, baik hotel melati maupun hotel
berbintang dengan berbagai tipe, yaitu : hotel, resort, villa, Inn, motel, dan
sebagainya.
Hotel adalah suatu bangunan yang menyediakan aneka fasilitas antara lain
pelayanan penginapan, pelayanan makan dan minum, serta pelayanan lainnya
untuk umum dengan tujuan memperoleh keuntungan dan memberikan kepuasan
kepada tamu.
Jasa akomodasi memegang peranan yang sangat penting dalam hal
penerimaan pendapatan hotel, karena pendapatan utama dari hotel berasal dari
jasa penjualan kamar, namun tidak dapat dipungkiri bahwa pendapatan dari
sektor lain juga sangat memberikan masukan bagi pendapatan hotel.
Salah satu hotel yang memberikan fasilitas penginapan kepada wisatawan
adalah Royal Jimbaran Bay, dimana merupakan perpaduan antara Beach dan Hill
hotel, karena berada diantara daerah yang unik yaitu di teluk Jimbaran dan dekat
perbukitan. Dalam hal jasa akomodasi, Royal Jimbaran Bay berusaha memberikan
pelayanan terbaik kepada tamunya, karena kepuasan dari tamu merupakan faktor
utama dalam menunjang pendapatan yang berasal dari penjualan kamar. Apabila
terjadi kekeliruan dari tamu terhadap pelayanan hotel, manajemen harus segera
tanggap dan mencari solusinya, sebab bisnis di bidang ini sangat rawan dengan
persaingan.

1
Persaingan seperti itu akan berpengaruh pada reputasi hotel dan spread
harga yang diberikan kepada tamu. Beberapa hal yang dipertimbangkan oleh
manajemen dalam menetapkan pemberian harga kamar kepada tamu antara lain :
1. Lamanya tamu menginap
Room rate yang diberikan kepada tamu kadang-kadang tidak sesuai dengan
harga standar yang ditetapkan manajemen. Semakin lama tamu menginap,
rate yang diberikan lebih rendah dari harga standar, demikian sebaliknya.
Room rate yang diberikan dapat lebih tinggi apabila tamu hanya menginap
beberapa malam saja. Hal tersebut dikarenakan dari penjualan kamar harus
dapat menutup biaya operasional yang tinggi.
2. Jenis Villa yang dipilih
Rate yang ditetapkan untuk setiap jenis villa adalah berbeda disesuaikan
dengan jumlah kamar dan fasilitas yang diberikan kepada tamu.
Royal Jimbaran Bay memiliki 2 jenis tamu, yaitu :
1. Rent Back
Villa yang diserahkan kepada owner-nya untuk dikelola manajemen.
Segala fasilitas yang mereka gunakan akan mereka bayar pada saat check
out baik itu dengan cash maupun dengan credit card.
2. Non Rent Back (Compliment)
Tamu yang tidak membayar atas fasilitas pelayanan kamar yang mereka
gunakan, karena sebagian besar dari mereka merupakan tamu yang
direkomendasikan oleh Holding Company, tetapi tidak semua fasilitas yang
mereka gunakan free.

Berdasarkan penjelasan di atas, pendapatan yang berasal dari penjualan


kamar sering tidak dapat menutupi biaya operasional yang tinggi. Sebagian besar
dari tamu yang menginap merupakan tamu compliment atau non rent back
sehingga tidak ada penagihan atas jasa penjualan kamar dan segala biaya
operasional perusahaan masih ditanggung oleh PT Asia Vakansi. Berikut ini
disajikan pendapatan yang berasal dari penjualan kamar ari bulan Agustus –
Desember 2004 yaitu :

2
Tabel 1
Pendapatan Kamar
Royal Jimbaran Bay
Periode Bulan Agustus-Desember 2004

Bulan Jenis Villa Jumlah


Agustus Courtyard 3 Bedroom Rp 50,920,000
September Courtyard 3 Bedroom Rp 29,238,000
Oktober Courtyard 3 Bedroom Rp 17,662,314
November Courtyard 3 Bedroom Rp 21,624,546
Desember Courtyard 3 Bedroom Rp 129,517,679
Sumber : Royal Jimbaran Bay Resort

Dari tabel di atas dapat dilihat perbandingan pendapatan dari penjualan


kamar yaitu terjadi penurunan. Dari bulan Agustus-September terjadi penurunan
pendapatan sebesar Rp 21.682.000,00. Penurunan pendapatan hotel berlanjut pada
bulan September-Oktober sebesar Rp 11.575.686,00. Pada bulan Oktober-
November terjadi peningkatan untuk pendapatan kamar sebesar Rp 3.962.232,00.
Untuk bulan November-Desember terjadi peningkatan yang cukut dramatic
sebesar Rp 107.893.133,00.
Penurunan pendapatan dari penjualan kamar disebabkan karena sebagian
besar dari tamu non rent back dan perusahaan masih dalam rangka promosi,
sedangkan peningkatan yang terjadi pada bulan-bulan terakhirdikarenakan banyak
tamu yang menyambut dan merayakan Natal dan Tahun Baru di Royal Jimbaran
Bay.
Meskipun terjadi peningkatan pendapatan yang cukup besar, tetapi dalam
laporan laba-rugi yang tersaji, dimana selama lima bulan, yakni dari bulan
Agustus-Desember, hotel mengalami kerugian sebesar Rp 3.187.224.657,00
sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap saldo pendapatan kamar dan agar
diketahui bahwa pendapatan dari penjualan kamar tersebut apakah telah sesuai
dengan ketentuan yang ditetapkan oleh manajemen sehingga nilai yang tersaji
dalam laporan laba-rugi telah menunjukkan nilai yang wajar.

3
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan di atas, maka yang menjadi
pokok permasalahan adalah :
1. Apakah terdapat pengendalian intern yang baik atas penjualan kamar pada
Royal jimbaran Bay?
2. Apakah saldo pendapatan kamar yang tersaji dalam laporan laba-rugi
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2004 telah mencerminkan
keadaan yang wajar?
3. Bagaimana popularitas pendekatan utilitarianisme tersebut?
4. Bagaimana penggunaan utilitarianisme dalam dunia bisnis?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian dari etika utilitarianisme?
6. Kritik dan dukungan apa saja yang ditimbulkan oleh pendekatan
utilitarian?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1.3.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui penerapan struktur pengendalian intern atas
penjualan kamar pada Royal Jimbaran Bay.
b. Untuk mengetahui dan membuktikan kewajaran nilai pendapatan
kamar yang tercantum dalam laporan laba-rugi untuk periode yang
berakhir 31 desember 2004.

1.3.2 Kegunaan Penelitian


a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan, sehingga mampu membandingkan dan mengaplikasikan
ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dengan penerapannya di
lapangan.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan akan dapat digunakan sebagai sumbangan
pemikiran dalam mengambil kebijakan-kebijakan oleh manajemen di
masa mendatang.

4
1.4 Metodologi Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Royal Jimbaran Bay, yang bergerak dalam
bidang perhotelan. Hotel ini memiliki lokasi yang sangat strategis di Jalan
Karang Mas Sejahtera Jimbaran.

2. Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah laporan laba-rugi, khususnya rekening
pendapatan kamar untuk periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2004.

3. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu
organisasi langsung melalui objeknya, atau data yang diperoleh langsung
dari sumbernya, diamati, dan dicatat untuk pertama kalinya, seperti
Registration Card.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi
atau data yang tidak diusahakan sendiri oleh peneliti tetapi dikumpulkan
oleh instansi bersangkutan, seperti neraca dan laba-rugi.

4. Teknik Pengumpulan Data


a. Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap objek
yang diteliti.
b. Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung
maupun secara terstruktur dengan pihak perusahaan.
c. Studi Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mencari dokumen-dokumen yang
memuat tentang pendapatan kamar pada Royal Jimbaran Bay.

5
5. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Yaitu data yang pada umumnya berbentuk angka dan dapat dihitung serta
memiliki satuan ukur tertentu.
b. Data Kualitatif
Yaitu data yang tidak berbentuk angka dan tidak mempunyai satuan ukur
tertentu, seperti struktur organisasi perusahaan dan sejarah berdirinya
perusahaan.

1.5 Teknik Analisis


Teknik menganalisis permasalahan yang telah diuraikan dalam menyusun
tugas ini adalah :
1. Analisis Kuantitatif
Yaitu teknik analisis dengan menggunakan data-data yang berupa angka-
angka atau perhitungan-perhitungan yang diperlukan untuk menentukan
tingkat kewajaran nilai pendapatan kamar dengan melakukan pengujian
substantif, meliputi :
a. Melakukan Prosedur Analitik (Analitical Review)
Yaitu melakukan deteksi awal terhadap pendapatan kamar, dengan
menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1) Dengan membandingkan Villa Sale dengan Total Revenue.
 Ratio Villa Sale dengan Total Revenue yang sesungguhnya
𝑉𝑖𝑙𝑙𝑎 𝑆𝑎𝑙𝑒
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
 Ratio Villa Sale dengan Total Revenue menurut budget
𝑅𝑜𝑜𝑚 𝑆𝑎𝑙𝑒 𝐵𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡
= 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 𝐵𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡

2) Membandingkan antara target penjualan kamar dengan realisasi


pendapatan kamar selama 5 bulan.

6
b. Melakukan Prosedur Audit Awal
Yaitu pengujian terhadap keandalan catatan akuntansi atas pendapatan
kamar, melalui prosedur tracing yakni penelusuran nilai pendapatan kamar
yang tersaji dalam laporan laba-rugi ke dalam catatan akuntansi penjualan.
c. Melakukan pengujian kewajaran nilai pendapatan kamar yang tersaji dalam
laporan laba-rugi.

2. Analisis Kualitatif
Yaitu analisis berupa keterangan-keterangan tertulis atau penjelasan-
penjelasan yang mendukung analisis kuantitatif. Analisis ini dilakukan dengan
mengadakan tes kepatuhan dengan menggunakan tabel kuisioner pengujian
dan analisis kualitatif lainnya berupa penjelasan yang akan mendukung
analisis kuantitatif.

7
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Hotel dan Resort


Menurut SK. Menparpostel No. KM 34/HK. 103/ MPPT/1987mengenai
pengertian hotel, Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan
sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan,
makan dan minum, serta lainnya bagi umum, yang dikelola secara komersial serta
memenuhi ketentuan persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan
pemerintah”.
Menurut the American Hotel and Motel Association (AHMA)
sebagaimana dikutif oleh Steadmon dan Kasavana: A hotel may be defined as an
establishment whose primary business is providing lodging facilities for the
general public and which furnishes one or more of the following services: food
and beverage service, room attendant service, uniformed service, Laundering of
linens and use of furniture and fixtures.
Yang dapat diartikan sebagai berikut : Hotel dapat didefinisikan sebagai
sebuah bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas
penginapan untuk umum dengan fasilitas pelayanan sebagai berikut: pelayanan
makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanaan barang bawaan, pencucian
pakaian dan dapat menggunakan fasilitas/perabotan dan menikmati hiasan-hiasan
yang ada didalamnya.
Dari dua definisi hotel di atas, ada persamaan yaitu hotel pada dasarnya
merupakan suatu tempat yang memberikan fasilitas penginapan, fasilitas makan
dan minum serta fasilitas lainnya kepada umum dengan tujuan yang bersifat
komersial.
Resort Hotel adalah hotel yang terletak di kawasan wisata dimana
sebagian besar dari tamu yang menginap tidak melakukan kegiatan usaha, mereka
dating hanya untuk menikmati liburan.
Macam-macam Resort hotel :
 Mountain Hotel yaitu hotel yang berlokasi di daerah pegunungan.
 Beach Hotel yaitu hotel yang berada di daerah pinggiran pantai.

8
 Lake Hotel yaitu hotel yang berada di tepi danau.
 Hill Hotel yaitu hotel yang berlokasi di puncak perbukitan.
 Forest Hotel yaitu hotel yang berada dalam kawasan hutan lindung.

2.2 Definisi Pendapatan


Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan pendapatan, berikut ini
akan dikemukakan beberapa pengertian pendapatan :
Menurut Zaki Baridwan dalam Buku Intermediate Accounting merumuskan
pengertian pendapatan adalah “Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain
aktiva suatu badn usaha atau pelunasan utang (atau kombinasi dari keduanya)
selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang,
penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan lain yang
merupakan kegiatan utama badan usaha”.
Sedangkan menurut Kieso & Weygandt (1995:595), “Pendapatan adalah
arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban dari penyerahan atau produksi
barang, pemberian atau aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi
yang utama atau besar yang berkesinambungan selama suatu periode”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2000:PSAK No. 23 paragraf 06)
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal”.
Dari beberapa pengertian mengenai pendapatan dapat dikatakan bahwa
pendapatan merupakan arus masuk aktiva yang timbul dari aktivitas normal
perusahaan selama suatu periode, dimana arus masuk ini tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal.

2.3 Pengertian Auditing


Saat ini pengertian auditing dapat berarti suatu penyelidikan yang
sistematis atau penilaian prosedur atau operasi untuk menentukan kesesuaian
dengan kriteria yang ditentukan atau inspeksi oleh pihak ketiga mengenai catatan
akuntansi termasuk analisis, pengujian, konfirmasi, atau pembuktian lainnya.

9
Apabila dikaitkan dengan akuntan publik maka auditing merupakan penyelidikan
secara kritis oleh akuntan yang mendasarkan diri pada sistem pengendalian intern
dan catatan akuntansi dari suatu kesatuan usaha, sebelum memberikan
pendapatnya mengenai laporan keuangan dari kesatuan usaha tersebut.
Definisi umum auditing menurut American Accounting Association
Committee on Basic Auditing Concepts (1971) yang dikutip oleh Drs. Bambang
Hartadi, Akt. (1987:23) adalah sebagai berikut :
“Auditing adalah suatu proses yang sistematis guna mendapatkan dan
mengevaluasi bukti yang berkenaan dengan kegiatan dan kejadian ekonomi untuk
membuktikan atau memperhatikan tingkat atau sejauh mana hubungan antara
kejadian tersebut dengan kriteria-kriteria yang dikatakan dan menyampaikan hasil
tersebut kepada pihak yang berkepentingan”.

Definisi auditing di atas memiliki beberapa unsur yang diuraikan sebagai berikut :
a. Sistematis proses
Yaitu semua pengertian auditing menunjukkan suatu proses. Proses merupakan
suatu kejadian yang dinamis. Sistematis proses berarti bertujuan, logis, dan
didasarkan pada disiplin yang terencana dan pendekatan ilmiah untuk
pengambilan keputusan.
b. Secara objektif untuk mendapatkan dan evaluais bukti
Maksudnya bukti terdiri dari seluruh pengaruh terhadap pikiran auditor yang
pada akhirnya memberikan petunjuk berbagai pilihan keputusan.
Pencarian bukti didasarkan pada metode sistematis demikian juga cara
mengevaluasinya.
c. Berhubungan dengan kegiatan ekonomis
Aspek pemeriksaan akuntan adalah kegiatan dan kejadian ekonomi yang
dinyatakan dalam informasi akuntansi dari suatu lembaga untuk periode
tertentu.
d. Memastikan atau membuktikan tingkat pendapatan dalam departemen
keuangan dengan kriteria yang telah ditentukan.
Akuntan pemeriksa dalam dalam mengkordinasikan atau komunikasi laporan
kepada yang berkepentingan secara efisien dan dapat dimengerti harus ada
bahasa atau kriteria yang telah disepakati. Bahasa komunikasi antara akuntan
dan pihak yang berkepentingan adalah prinsip akuntansi yang berterima umum.

10
e. Mengkomunikasikan kepada pihak berkepentingan
Hasil akhir auditing adalah laporan akuntan. Laporan tersebut diserahkan
kepada pihak yang berkepentingan.

Menurut Sukrisno Agoes (1999:1) “Auditing adalah suatu pemeriksaan


yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikan pedapat mengenai laporan kewajaran laporan keuangan tersebut”.
Menurut Mulyadi (2002:08) “Auditing adalah suatu proses sistematik
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti scara obyektif nmengenai pernyataan-
pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan menetapkan
tingkat kesesuain antara pernyataan-pernyataan dengan criteria yang telah
ditetapkan, serta penampaian hasil- hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan”.
Dari beberapa pengertian auditing di atas, dapat dijelaskan bahwa audit
dilaksanakan oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan perusahaan
untuk menilai kewajaran atas laporan keuangan perusahaan.

2.4 Standar Auditing


Dalam melaksanakan tugas-tugas profesionalnya, seorang auditor harus
berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam hal ini standar auditing.
2.4.1 Pengertian Standar Auditing
Menurut Mulyadi (2002:14) “Standar auditing adalah suatu ukuran
pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman umum bagi auditor dalam
melaksanakan audit”.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (2000:18) menyatakan
pengertian standar auditing sebagai berikut :
“Standar auditing adalah sebagai suatu yang berkenaan dengan
kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan yang
hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang bersangkutan, jadi
dalam hal ini standar auditing mencakup mutu profesionalisme (Profesional
Qualities) auditor independen dan pertimbangan (judgement) yang
digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan auditor”.

11
2.4.2 Pembagian Standar Auditing
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah menetapkan dan
mengesahkan standar audit dalam standar profesional akuntan publik
(2001:150.1) yang terdiri dari sepuluh standar yang dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
1) Standar Umum
 Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
 Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
 Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
2) Standar Pekerjaan Lapangan
 Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi dengan semestinya.
 Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus
dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
 Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan, pertanyaan, dan konfirmasi sebagai
dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan yang diaudit.
3) Standar Pelaporan
 Laporan auditor harus menyatakan apakah laporang keuangan telah
disusun sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di
Indonesia.
 Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidak
konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan
keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.
 Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.

12
 Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat diberikan.

Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan maka alasannya


harus dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan auditor jika ada dan tingkat tanggung jawab yang
dipikulnya.
Pada bab ini, lebih ditekankan pada Standar Pekerjaan Lapangan,
dimana standar yang pertama dimaksudkan bahwa dalam perencanaan
auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup, dan saat
pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program
audit secara tertulis untuk setiap audit.
Program audit harus menggariskan secara rinci prosedur audit yang
menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Bentuk program audit dan tingkat kerincian sangat bervariasi sesuai
dengan keadaan. Dalam mengembangkan program audit, auditor harus
diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya.
Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat
menyebabkan diperlukannya perubahan prosedur audit yang telah
direncanakan tersebut (Standar Profesional Akuntan Publik, 2001:311.2).
Dalam standar yang kedua dimaksudkan bahwa auditor harus
memperoleh pengetahuan yang memadai tentang lingkungan pengendalian
untuk memahami sikap, kesadaran, dan tindakan manajemen terhadap
lingkungan pengendalian intern, sehingga pertimbangan baik substansi
pengendalian maupun dampaknya secara kolektif. Auditor harus
memusatkan pada substansi pengendalian daripada bentuk luarnya, karena
pengendalian mungkin dibangun namun tidak dilaksanakan (Standar
Profesional Akuntan Publik, 2001:319.8).
Sesuai dengan standar pekerjaan lapangan yang ketiga, dimana
sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan klien terdiri dari usaha untuk

13
mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity)
bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor
independen; dalam hal ini bukti audit (audit evidence) berbeda dengan
bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peraturan
perundangan. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka
memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi,
objektivitas, ketepatan waktu, keberadaan bukti audit lain yang
menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi
bukti (Standar Profesional Akuntan Publik, 2001:326.1).
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001:319.8)
dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan “asersi adalah pernyataan
manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan”.
Pernyataan tersebut dapat berupa implisit atau eksplisit serta dapat
diklasifikasikan berdasarkan penggolongan sebagai berikut :
a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence)
b. Kelengkapan (Completenness)
c. Hak dan kewajiban (right and obligation)
d. Penilaian dan pengalokasian (evaluation and allocation)
e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Asersi tantang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan


apakah aktiva atau utang satuan usaha pada tanggal tertentu dan apakah
transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua
transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan
telah dicantumkan di dalamnya.
Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah
aktiva merupakan hak perusahaan dan hutang merupakan kewajiban
perusahaan pada tanggal tertentu.
Asersi tentang penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan
apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya

14
sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang
seharusnya.
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan
apakah komponen-komponen tertentu dalam laporan keuangan telah
diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan dengan semestinya.

2.5 Pengujian dalam Audit


Dalam pelaksanaan pemeriksaan, pengujian terhadap suatu prosedur tidak
dapat dihindari. Penggunaan suatu prosedur itu terjadi karena faktor pertimbangan
waktu, biaya dan tenaga dalam pemeriksaan sehingga di dalam audit, auditor akan
melakukan berbagai macam pengujian, dimana secara umum pengujian tersebut
dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Prosedur Analitik (Analitical Review Procedure)
b. Pengujian Kepatuhan (Compliance Test)
c. Pengujian Substantif (Substantive Test)

Tujuan pengujian analitik adalah untuk membantu auditor dalam


menentukan luasnya pengujian audit yang lain yang diperlukan dalam situasi
tertentu. Dengan didapatkan indikasi-indikasi yang diperoleh dalam pengujian ini
pada tahap awal proses pemeriksaan. Menurut Mulyadi (2000 : 234) pengujian ini
dilakukan oleh akuntan dengan cara mempelajari perbandingan antara data yang
satu dengan data yang lain.
Prosedur analitik menurut Abdul Halim (2003 : 93) adalah pengevaluasian
informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan-hubungan yang
masuk akan antara data keuangan dengan data no keuangan. Prosedur analitik
dilakukan dalam 3 tahap audit yaitu : tahap perencanaan, tahap pengujian dan
tahap penyimpulan hasil audit.
Pengujian kepatuhan dilakukan oleh auditor untuk mengetahui efektivitas
suatu sistem pengendalian intern yang diterapkan oleh perusahaan klien. Menurut
Drs. Bambang Hartadi, Akt. (1987 : 221-222) menjelaskan bahwa pengujian
kepatuhan untuk mengetahui apakah sistem akuntansi klien berfungsi secara
efektif. Apabila sistem pengendalian internnya ada dan berfungsi dengan baik
maka auditor dapat menyimpulkan laporan keuangan kemungkinannya salah saji

15
secara material dibandingkan dengan tidak adanya sistem pengendalian atau tidak
efektifnya pengendalian intern sehingga akan mempengaruhi sampel yang
digunakan untuk memverifikasi kewajaran laporan keuangan.
Pengujian substantif dilakukan oleh auditor untuk membuktikan kewajaran
saldo-saldo perkiraan yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan klien.
Menurut Sukrisno Agoes (1999 : 80) “Substantive test adalah tes terhadap
kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan. Dalam melakukan substantif
test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk working sheet”.
Menurut Mulyadi (2002 : 143) “Substantif test adalah prosedur audit yang
dirancang untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara
langsung mempengaruhi kewajaran keuangan”.
Untuk memudahkan melakukan audit terhadap laporan keuangan, auditor
bekerja berdasarkan program audit. Program audit untuk pengujian substantif
dilaksanakan dalam 5 tahap sebagai berikut :
a. Prosedur audit awal
Peda tahap awal, auditor menempuh prosedur untuk memperoleh keyakinan
bahwa informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan didukung
dengan catatan akuntansi.
b. Prosedur analitik
Auditor menghitung berbagai ratio dan perbandingan untuk memfokuskan
kemana pengujian terhadap transaksi dan saldo akun rinci diarahkan.
c. Pengujian transaksi rinci
Auditor akan melakukan pemeriksaan terhadap transaksi. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan sampel yang diambil dari transaksi dan membuktikan
bahwa transaksi tersebut benar-benar ada (exist).
d. Pengujian akun rinci
Auditor harus melakukan penelusuran terhadap akun rinci yang terdapat
dalam buku besar. Kemudian auditor harus menghitung kembali saldo akun
tersebut dalam buku besar.
e. Verifikasi terhadap penyajian dan pengungkapan
Auditor membuktikan kewajaran laporan keuangan yang dibuat klien dengan
hasil perhitungan yang dilakukan oleh auditor.

16
Dalam melakukan pengujian auditor harusmemperhitungkan waktu dan
biaya, sehingga auditor melakukan sampel terhadap populasi. Oleh karena itu,
transaksi-transaksi dan bukti-bukti diperiksa secara sampling.
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001 : 350.1) menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan “Sampling audit adalah penerapan prosedur audit
terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok
transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau
kelompok transaksi tersebut”.
Pada umumnya terdapat 2 pendekatan sampling audit yaitu statistik dan
non statistik. Di dalam pengujian ini, audit sampling yang digunakan adalah audit
sampling non statistik yaitu dengan menggunakan metode judgment sampling
(Random sampling).
Oleh Sukrisno Agoes (1999 : 81) disebutkan bahwa “Judgment sampling
adalah pemilihan sampel yang dilakukan secara random dengan menggunakan
pertimbangan (judgment) auditor”.
Pendekatan statistik maupun non statistik dengan metode sampling, jika
diterapkan secara memadai akan menghasilkan bukti audit yang cukup relevan,
maka auditor dapat memutuskan untuk memilih salah satu dari dua metode
sampling tersebut, setelah mempertimbangkan biaya dan efektivitas secara relatif
dalam situasi tertentu (Standar Profesional Akuntan Publik, 2001 :350.2)

2.6 Prosedur Audit dan Materialitas


a. Prosedur Audit
Dalam standar pekerjaan lapangan yang ketiga menyebutkan beberapa
prosedur audit yang harus dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan
berbagai tipe bukti audit. Menurut Mulyadi (2002 : 82) “Prosedur audit adalah
instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat audit tertentu”.
Sedangkan menurut Sukrisno Agoes (1999 : 105) “Prosedur audit adalah
langkah-langkah yang dijalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya
dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan penyimpangan dan
dapat bekerja secara efisien dan efektif”.

17
Kedua pendapat tersebut memiliki kesamaan yaitu prosedur pemeriksaan
merupakan langkah-langkah yang diambil dalam melaksanakan suatu
pemeriksaan. Prosedur pemeriksan yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi :
1) Inspeksi
Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen atau kondisi fisik
tertentu.
2) Pengamatan (observation)
Merupakan prosedur audit yang digunakan oleh auditor untuk melihat atau
menyaksikan pelaksanaan kegiatan tertentu.
3) Konfirmasi
Merupakan penyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh
informasi secara langsung yang pihak ketiga yang bebas.
4) Wawancara
Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan
secara lisan. Bukti pemeriksaan yang dihasilkan dari prosedur ini adalah
bukti lisan dan bukti dokumenter.
5) Penelusuran (tracing)
Auditor melakukan pemeriksaan informasi sejak mula-mula data tersebut
direkam pertama kali dalam dokumen, dilanjutkan dalam pelacakan
pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi.
6) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching)
Pemeriksaan ini meliputi inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang
mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menentukan
kewajaran dan kebenarannya serta perbandingan dokumen tersebut dengan
catatan akuntansi yang berkaitan.
7) Perhitungan
Prosedur ini meliputi perhitungan dan rekonsiliasi yang dilakukan oleh
auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang dilakukan oleh
klien.

18
8) Scanning
Merupakan penelaah secara cepat terhadap dokumen, catatan dan daftar
untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
penyelikan lebih lanjut.

b. Materialitas
Dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang dikutip oleh Sukrisno
Agoes (1999 : 106) “Materialitas ialah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, dilihat dari keadaan yang melingkupinya, yang
mungkin dapat mengakibatkan perubahan atas atau suatu pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut
karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut”.
Konsep materialitas mengakui adanya beberapa hal, baik secara
individu maupun secara keseluruhan, adalah penting bagi kewajaran penyajian
laporan keuangan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di
Indonesia. Frase “menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia” menunjukkan
keyakinan auditor bahwa laporan keuangan secara keseluruhan tidak
mengandung salah saji material.
Menurut Mulyadi (2002 : 152) dalam perencanaan suatu audit, auditor
harus menetapkan materialitas pada 2 tingkat berikut :
1) Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran
mencakup laporan secara keseluruhan.
2) Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam
mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Karena pengujian ini hanya terbatas pada akun pendapatan kamar maka
tingkat materialitas ditentukan hanya pada saldo akun tersebut.
Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan ornga yang
memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan tersebut. Pertimbangan mengenai materialitas
digunakan oleh auditor dihubungkan dengan keadaan di sekitarnya dan

19
mencakup pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kualitatif
berhubungan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara
kuantitatif tidak secara material dapat secara kualitatif material.
Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan
keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya secara individual
maupun keseluruhan cukup signifikan, sehingga dapat mengakibatkan laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Salah saji dapat
terjadi sebagai akibat dari kekeliruan dan kecurangan.
Disebutkan pula sampai saat ini, belum terdapat panduan yang resmi
mengenai ukuran kuantitatif materialitas dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).
Berikut beberapa contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktek :
1) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji 5% sampai 10% dari laba sebelum pajak.
2) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji 1/2% sampai 1% dari total aktiva.
3) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji 1% dari total aktiva.
4) Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat
salah saji 1/2% sampai 1% dari pendapatn bruto.

Tetapi menurut Sugiarto dan bambang Hartadi (1987 : 19)


menuliskan dalam bukunya bahwa besaran material yang digunakan secara
kuantitatif, diperhitungkan sebesar <2%.

2.7 Penyajian dalam Laporan Keuangan


Menurut pedoman Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia
penyajian pendapatan kamar dalam laporan keuamgan yaitu :
a. Pendapatan kamar disajikan dalam laporan laba-rugi secara terpisah sesuai
dengan jenis villa yang dimiliki agar para pengguna laporan keuangan dapat
menilai kinerja perusahaan dalam hal penjualan kamar.
b. Penjualan kamar diakui sebagai pendapatan pada saat terjadi transaksi
penjualan kamar kepada tamu oleh perusahaan.

20
2.8 Kertas Kerja Pemeriksaan
a. Definisi Kertas Kerja
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik (2001 : 3392) “Kertas kerja
adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor tentang prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang
diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya”.

b. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja


Mulyadi (2002 : 99) menyebutkan bahwa tujuan pembuatan kertas kerja
adalah sebagai berikut :
1) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
2) Menguatkan kesimpulan-kesimpulan auditor dan kompetensi auditnya.
3) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
4) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

c. Tipe Kertas Kerja


Menurut Mulyadi (2002 : 99) menyebutkan bahwa kertas kerja terdiri dari
berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan dalam 5 tipe
kertas kerja yaitu :
1) Program audit (audit program)
2) Working trial balance
3) Ringkasan jurnal adjustment
4) Skedule utama (lead schedule atau top schedule)
5) Skedule pendukung (supporting schedule)

d. Kriteria Pembuatan Kertas Kerja


Menurut Sukrisno Agoes (1999 : 88) ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi dalam pembuatan kertas kerja agar kertas kerja pemeriksaan
mempunyai manfaat yang optimal. Kriteria-kriteria yang harus dipenuhi
adalah sebagai berikut :
1) Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan.

21
2) Harus dicegah menulis kembali kertas kerja pemeriksaan sebab banyak
kerugiannya antara lain membuang waktu dan dapat salah saji menyalin.
3) Dalam kertas kerja pemeriksaan harus dijelaskan prosedur audit apa yang
dilakukan dengan menggunakan tick mark.
4) Kertas kerja pemeriksaan harus diindex atau cross index.
5) Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview kertas
kerja sehingga diketahui siapa yang bertanggung jawab.
6) Setiap pertanyaan yang timbul dalam review notes harus dijawab tidak
boleh ada open question (pertanyaan yang belum terjawab).
7) Pada kertas kerja pemeriksaan harus dicantumkan sifat dari perkiraan
yang diperiksa, prosedur pemeriksaan yang dilakukan, dan kesimpulan
mengenai kelayakan perkiraan yang diperiksa.
8) Kertas kerja pemeriksaan harus rapi dan bersih, harus mudah dibaca
(jelas), bahasa yang digunakan (Indonesia atau Ingris) harus baik, jangan
hanya meng-copy data klien tanpa diberi penjelasan.

e. Metode Pemberian Index


Mulyadi (2002 : 108) menyebutkan bahwa terdapat 3 metode pemberian
kertas kerja yaitu :
1) Index angka
Kertas kerja utama (program audit, working trial balance, ringkasan
jurnal (adjustment), skedul utama, skedul pendukung diberi kode angka.
Kertas kerja utama dan skedul utama diberi index dengan angka,
sedangkan skedul pendukung diberi subindex dengan mencantumkan
nomor kode skedul utama yang berkaitan.
2) Index kombinasi angka dan huruf
Kertas kerja pemeriksaan diberi kode yang merupakan kombinasi huruf
dan angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode hurd,
sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3) Index angka berurutan
Kertas kerja pemeriksaan diberi kode dengan angka yang berurutan.

22
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Berdirinya Royal Jimbaran Bay


Royal Jimbaran Bay dibangun pada awal tahun 2002, dimana
pembangunan ini merupakan gagasan dari John Spence yang merupakan
Chairman dari Royal Development International dan rencana tersebut disetujui
oleh Holding Company yaitu PT Asia Vakansi. Royal Jimbaran Bay dirancang
oleh arsitek dari Jerman yaitu Ground Kent, dimana dirancang dengan gaya Bali
yang unik dan eksklusif dan menggunakan bahan-bahan lokal sehingga
memberikan kenyamanan bagi tamu. Hotel yang berlokasi di Jalan Karang Mas
Sejahtera Jimbaran adalah hotel yang memiliki letak sangat strategis, karena
berada di pinggir pantai dan bedekatan dengan perbukitan yang kokoh.
Royal Jimbaran Bay dibuka pada bulan Agustus 2004 oleh John Spence
selaku Chairman. Pendirian villa ini dimaksudkan sebagai tempat peristirahatan
bagi wisatawan yang ingin menikmati liburan di Bali dengan suasana Bali yang
unik. Didirikan di atas tanah seluas 3,5 hektar yang terdiri dari 37 private
residence, dimana beberapa tipe kamar yang dimiliki yaitu :
1. Courtyard villa 3 Bedroom
Villa yang memiliki 3 kamar tidur dengan luas 350 M2 yang dilengkapi
dengan ruang tamu eksklusif berukuran 225 M2. Villa jenis ini memberikan
kenyamanan sampai dengan 6 orang tamu, total villa jenis ini yang dimiliki
ada 15 buah.
2. Courtyard villa 4 Bedroom
Villa yang memiliki 4 kamar tidur yang berukuran 500 M2 dilengkapi pula
dengan ruang tamu yang besar dan eksklusif berukuran 275 M2, dimana
memberikan kenyamanan bagi tamu hingga 8 orang. Royal jimbaran Bay
memiliki 9 buah villa untuk jenis ini.
3. The Grand Residence
Villa yang memiliki ukuran 650 M2 dengan ruang tamu yang mewah dan
besar berukuran 470 M2, dimana dapat memberikan kenyamanan bagi 8

23
orang tamu serta dilengkapi pula dengan fasilitas gym pribadi. Total villa
jenis ini yang dimiliki adalah 3 buah.

Royal Jimbaran Bay merupakan bagian dari Royal Development


International sehingga segala izin yang berhubungan dengan perusahaan diurus
oleh Holding Company.
Dengan izin Perda no. 7/1999 tentang izin pendirian usaha penginapan,
Royal Jimbaran Bay mulai beroperasi dan memberikan pelayanan kepada tamu
dengan fasilitas pelayanan hotel bintang lima.
Pada awal pembukaan, jumlah karyawan Royal Jimbaran Bay adalah 50
orang. Seiring dengan bertambahnya jumlah tamu dan pendapatan yang diterima,
jumlah karyawan pun makin bertambah hingga sekarang jumlah karyawan yang
dimiliki adalah 110 orang yang berstatus tetap dan 15 orang dalam masa
percobaan termasuk daily worker.
Untuk memotivasi agar karyawan mau bekerja keras dan disiplin terhadap
waktu kepada mereka diberikan tunjangan berupa : tunjangan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, bonus bagi yang berprestasi.

3.2 Fasilitas-fasilitas pada Royal Jimbaran Bay


Selain fasilitas akomodasi, Royal Jimbaran Bay juga memiliki beberapa
fasilitas pendukung antara lain :
1. Dimare Restaurant dan Mini Bar
Restaurant yang dibuka bersamaan dengan pembukaan hotel yaitu pada bulan
Agustus 2004 dengan izin No. 556 .5 atau 23 atau Diperda atau 2005 atas
nama I Gusti Agung Sumardika, memberikan pelayanan makan dan minum
baik itu Indonesian Food, Western Food, Seafood, Chinese Food. Dengan
Executive Chef dari Amerika yaitu Raymond Francis Saja, Royal Jimbaran
Bay selalu berusaha menjaga kualitas makanan dan minuman yang disajikan
sehingga memberikan kepuasan bagi para tamu. Selain itu, Executive chef
juga dibantu oleh Chef lokal yang berpengalaman sehingga kualitas makanan
dan minuman dapat terjaga.
2. Chakra Holistik Spa

24
Spa dan Therapy yang dibuka pada bulan Oktober 2004 dimaksudkan untuk
melengkapi fasilitas hotel yang sudah ada sehingga para tamu mendapatkan
kepuasan dan mereka tidak perlu mencarinya di luar hotel, sehingga
pendapatan dari Spa bisa bertambah.
3. Personal Chef Service
Juru masak pribadi dapat diatur untuk menyediakan makanan setiap hari
seperti buah-buahan segar, Barbeque, Canapes, atau Hors’D overs dengan
pemesanan terlebih dahulu.
4. Pool and Beach Service
Royal Jimbaran Bay memberikan pelayanan bagi tamu yang ingin berenang
dan berjemur dengan menyediakan makanan dan minuman untuk penyegar
dan tropical cocktail.
5. Afternoon Tea
Fasilitas ini disediakan di perpustakaan setiap hari. Rasa eksotik dari tea
tersebut dipadukan dengan kue-kue Bali yang manis dan dihias dalam
keranjang-keranjang bambu.
6. Cooking Classes
Demonstrasi dan kelas memasak tersedia baik di restaurant atau secara pribadi
di dalam villa. Tamu akan diperkenalkan dengan bahan-bahan yang
diperlukan dan diajarkan teknik memasaknya. Kemudian, mereka diberi
kesempatan untuk menyiapkan menu untuk mereka sendiri.
7. Gymnasium
Fasilitas olahraga ini dibuka bersamaan dengan pembukaan Spa. Dalam Gym
tersebut terdapat berbagai macam alat-alat olahraga, baik yang import & lokal
dan studio olahraga yang lengkap.

3.3 Struktur Organisasi pada Royal Jimbaran Bay


Penerapan struktur organisasi beserta tugas dan wewenang dari suatu
perusahaan sangat penting, karena dengan adanya susunan organisasi dan uraian
tugas-tugas yang jelas, pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab dapat
berjalan dengan baik.

25
Struktur organisasi merupakan komponen sistem pengendalian intern yang
menyangkut fungsi, tugas, tanggung jawab, antara orang-orang dalam organisasi
untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Dari struktur organisasi dapat diketahui informasi-informasi tentang
kepada siapa seseorang harus bertanggung jawab, kepada siapa seorang pimpinan
dapat memerintah dan melakukan otorisasinya dan dengan siapa seorang
karyawan dapat bekerjasama, sehingga nantinya struktur organisasi dapat
dijadikan pegangan untuk tercapainya tujuan dari perusahaan sehingga tercipta
suatu hubungan kerjasama yang baik antara bawahan dengan atasan menyangkut
pelimpahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab.
Adapun struktur organisasi yang diterapkan oleh Royal Jimbaran Bay
adalah struktur organisasi garis dan staff. Dalam struktur organisasi garis dan staff
perintah dan wewenang mengalir dari pimpinan kepada masing-masing bagian
sedangkan tanggung jawab mengalir dari bawahan kepada atasan atau masing-
masing kepada departement, dimana kepala departement akan langsung
bertanggung jawab kepada General Manager.
Untuk lebih jelasnya, struktur organisasi dari Royal Jimbaran Bay dapat
dilihat dalam Gambar 1 berikut :

26
27
28
3.4 Tugas, Wewenang, Tanggung Jawab Masing-masing Bagian
Adapun uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing
bagian dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. All Department
a. General Manager
Tugas-tugas :
 Mengecek tugas yang dibebankan kepada kelapa departemen.
 Menerima laporan dari kepala departemen dan melakukan evaluasi serta
memberikan penilaian atas kinerja kepala departemen berdasarkan
laporan tersebut.
Tanggung jawab :
 Merencanakan dan melaksanakan setiap usaha yang menyebabkan
bertambahnya volume bisnis dan keuntungan bagi hotel.
 Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada holding company atas
kinerja operasional yang dilakukan.

b. Executive Assistence Manager


Tugas-tugas :
 Mengawasi sistem kerja dari kepala depertemen dalam melaksanakan
kegiatan operasional sehari-hari.
 Menyediakan sarana operasional yang dibutuhkan oleh hotel.
Tanggung jawab :
 Bertanggung jawab atas kelancaran operasional perusahaan secara
keseluruhan.

c. Director of Sales
Tugas-tugas :
 Merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi secara keseluruhan
mengenai penjualan hotel.
 Melakukan promosi, baik di dalam maupun di luar negeri sehingga omset
penjualan dapat meningkat.

29
Tanggung jawab :
 Bertanggung jawab secara langsung kepada General Manager dalam hal
peningkatan volume penjualan produk hotel.

d. Executive Chef
Tugas-tugas :
 Merencanakan dan menyusun menu untuk tamu.
 Menentukan cost price dari suatu menu.
 Mengkoordinasikan seluruh staff yang berada di dapur.
Tanggung jawab :
 Bertanggung jawab atas penyediaan makanan dan minuman yang dipesan
oleh tamu berdasarkan standard food yang telah ditetapkan.

e. Sous Chef
Tugas-tugas :
 Mengkoordinasikan dan menyiapkan makanan yang dipesan oleh tamu.
 Membuat rincian barang-barang yang diperlukan oleh kitchen.
Tanggung jawab :
 Bertanggung jawab kepada Executive Chef dalam hal penyediaan
makanan yang dipesan oleh tamu.

f. F&B Manager
Tugas-tugas :
 Memberikan penjelasan mengenai cara penyajian makanan dan minuman
kepada staffnya.
 Mengkoordinasikan staffnya untuk melakukan stock opname terhadap
inventory yang ada di restaurant dan melaporkan hasilnya kepada Chief
Accountant.
Tanggung jawab :
 Mengawasi dan mengkoordinir tindakan dan sopan santun karyawan serta
mnilai efektifitas serta pelayanan kepada tamu.

30
g. Front Office Manager
Tugas-tugas :
 Meneliti jumlah kamar yang dipesan sesuai dengan room reservation dan
mengecek jumlah kamar yang terisi pada hari bersangkutan.
 Mengecek setiap pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh FO
Cashier.
Tanggung jawab :
 Menerima an melayani tamu yang membutuhkan jasa akomodasi dan
mengusahakan kepuasan tamu serta menawarkan aneka fasilitas yang
dimiliki oleh hotel.

h. Chief Accountant
Tugas-tugas :
 Mengurus dan mengawasi keuangan peruahaan baik dalam bentuk uang
maupun bentuk lainnya.
 Melaksanakan administrasi keuangan perusahaan secara periodic.

i. House Keeping Manager


Tugas-tugas :
 Merencanakan mengenai pengadaan alat-alat untuk house keeping
department sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan.
 Mengontrol staff dalam menyelesaikan tugas sehari-hari yakni dalam hal
kebersihan hotel secara keseluruhan.
Tanggung jawab :
 Mempersiapkan fasilitas kamar dan fasilitas lainnya yang diperlukan oleh
tamu sehingga sesuai dengan standar yang ditetapkan manajemen.

j. Executive Secretary
Tugas-tugas :
 Menyiapkan segala dokumen-dokumen yang diperlukan untuk morning
breafing oleh General Manager.

31
 Mengatur segala skedul yang berhubungan dengan kegiatan General
Manager.
Tanggung jawab :
 Mengecek skedul yang dilakukan oleh General Manager sehingga tidak
terjadi benturan.

k. Chief Engineering
Tugas-tugas :
 Melakukan perbaikan dan pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas hotel
yang mengalami kerusakan.
 Mengecek penggunaan listrik, air dan TV cable yang digunakan oleh
tamu dan melaporkan hasilnya pada chief accountant.
Tanggung jawab :
 Mengawasi semua oprasi teknis yang berhubungan dengan pemeliharaan
dan perbaikan hotel secara keseluruhan.

l. Human Resources Manager


Tugas-tugas :
 Merekrut karyawan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh hotel.
 Membuat dan menetapkan peraturan dan tata tertib untuk karyawan hotel.
Tanggung jawab :
 mengawasi dan mengkoordinir karyawan sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan oleh manajemen.

m. Spa Manager
Tugas-tugas :
 Menyiapkan dan mengawasi massage yang dilakukan oleh therapist.
 Memberikan latihan massage kepada therapist.
Tanggung jawab :
 Memberikan laporan pendapatan yang berasal dari Spa dan
menyerahkannya ke accounting department.

32
2. Accounting Department
a. Chief Accountant
 Bertanggung jawab dan mengkoordinir seluruh staff yang berada di
bawahnya
 Bertanggung jawab untuk membuat peraturan dan prosedur dalam
accounting department
 Mengecek seluruh Sistem Internal Control yang diterapkan manajemen
untuk seluruh operasi hotel
 Mempersiapkan laporan keuangan secara periodik
 Mempersiapkan proyeksi aliran kas setiap bulannya
 Mempersiapkan pajak-pajak yang harus dibayar perusahaan dengan
mendapat kordinasi dengan kantor pusat
 Meyakinkan bahwa peraturan yang dtetapkan telah dijalankan oleh staff
di bawahnya
 Mentraining staff mengenai sistem yang digunakan hotel secara teratur

b. Account Supervisor
 Mengawasi dan mengkoordinasikan tugas-tugas bawahannya (di setiap
seksi)
 Memeriksa cash advance atau petty cash, voucher pable
 Mewakili atasan jika berhalangan hadir

c. Income Auditor
 Memeriksa laporan pendapatan harian dari folio tamu atau voucher yang
diberikan oleh night audit supervisor
 Menyeimbangkan antara total cek dengan voucher
 Memeriksa dan melengkapi laporan pengeluaran uang tunai yang
disiapkan oleh General Cashier
 Menyiapkan laporan pendapatan harian
 Mengoreksi voucher keuangan dan mengirimkan kepada Chief
Accountant untuk mendapatkan persetujuan dari general manager

33
 Memasukkan semua catatan atau laporan hotel yang berhubungan dengan
pendapatan

d. Account Receivable
 Memastikan atau menentukan agent yang berhak mendapat fasilitas
kredit
 Menyiapkan dan mengirimkan semua tagihan untuk city ledger tepat pada
waktunya dan menangani penerimaan pembayaran
 Menyiapkan laporan penerimaan bulanan
 Menyimpan semua data penerimaan keuangan dan memberikan laporan-
laporan terbaru
 Memastikan semua informasi penting mengenai penerimaan
dikomunikasikan dengan atasan
e. General Cashier
 Memerima uang tunai dan cek harian, menyiapkan uang kecil untuk
kembalian, mencatat penyetoran uang ke bank
 Menyiapkan dana untuk pengantian petty cash yang telah digunakan dan
menyiapkan laporan kas harian
 Menyiapkan laporan rekonsiliasi bank
 Menyimpan semua data mengenai keluar masuknya uang dan
memberikan laporan terbaru

f. Account Payable
 Memeriksa semua data dalam Purchase Order yaitu : harga, kuantitas,
jumlah dan menerima salinan faktur dari supplier
 Bertanggung jawab untuk mengontrol, meneruskan dan melakukan
pembayaran secara teratur atas utang yang dimiliki hotel
 Menyiapkan check untuk semua pembayaran termasuk pembayaran
dengan voucher dan semua data pendukungnya

34
g. Receiving & Strokeeper
 Memeriksa barang yang diterima dari supplier sesuai dengan purchase
order
 Menyiapkan dan menyetujui pengambilan barang
 Memasukkan data barang-barang yang diterima ke dalam kartu
persediaan
 Mengatur stock untuk keperluan hotel, memberikan pengenal untuk
barang yang diterima dan menata barang dengan rapi
 Melakukan pemesanan barang harian yang diperlukan oleh FB Kitchen
kepada supplier

h. Cost Control
 Bertanggung jawab untuk melakukan pencatatan terhadap persediaan
 Mendapatkan informasi pemakaian makanan dan minuman dari income
auditor
 Menyiapkan laporan cost control secara periodik

i. Purchasing
 Memproses semua permintaan pembelian barang untuk semua
departemen
 Selalu mencari harga yang terbaik untuk dipertimbangkan
 Mengecek persediaan barang-barang untuk gudang dan mengontrol biaya
 Mencari supplier yang bagus dan terbaik untuk menjadi supplier hotel

j. IT atau EDP
 Memelihara semua fasilitas perangkat lunak dan keras yang ada di hotel.

35
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Definisi Operational Variable


4.1.1 Pendapatan Kamar
a. Pendapatan kamar pada Royal Jimbaran Bay adalah jumlah yang
diterima atas jasa penginapan yang diberikan kepada tamu, baik dalam
bentuk rupiah maupun valuta asing.
Penerimaan pendapatan pada Royal Jimbaran Bay berasal dari :
 Villa Revenue (Jasa Penginapan)
 Food & Beverage (Jasa Makan dan Minum)
 Telephone (Jasa Penggunaan Telepon oleh Tamu)
 Laundry (Jasa Pencucian Baju)
 Spa & Health Club (Jasa Treatment dan Yoga)
 Maintenance Fee (Jasa Penyewaan Alat)
 Other Revenue (Jasa Lain-lain dari Penyewaan Villa)
b. Pendapatan kamar pada Royal Jimbaran Bay untuk tahun 2004 berasal
dari penjualan kamar 3 Bedroom yang tercantum dalam laporan laba-
rugi sebagai Villa Revenue.

4.1.2 Wajar
Wajar berarti bebas dari keragu-raguan dan ketidakjujuran serta informasi
yang disajikan lengkap. Adapun yang dimaksud dengan kata wajar yaitu
sebagai berikut :
a. Bebas dari keragu-raguan artinya saldo pendapatan kamar memang
benar-benar berasal dari penjualan kamar oleh Royal Jimbaran Bay yang
berasal dari penjualan kamar 3 Bedroom dan jumlah pendapatan kamar
tersebut memang benar-benar ada serta sdidukung oleh bukti-bukti
transaksi seperti night audit summary dan guest folio & settlement.
b. Bebas dari ketidakjujuran artinya tidak terdapat unsur penggelapan serta
pendapatan kamar atas jasa penginapan yang diberikan kepada tamu

36
telah sesuai dengan prosedur-prosedur dan ketetapan-ketetapan oleh
manajemen.
c. Informasi yang disajikan lengkap artinya seluruh transaksi-transaksi
finansial yang telah dilakukan oleh pihak hotel atau dalam hal ini
menyangkut pendapatan kamar telah didukung oleh bukti-bukti atau
catatan akuntansi.

4.2 Iktisar Kebijakan Akuntansi, Penyajian dalam Laporan Keuangan, dan


Asersi Manajemen Royal Jimbaran Bay
4.2.1 Iktisar Kebijakan Akuntansi Penetapan Harga Kamar
Menurut keputusan manajemen mengenai penetapan harga kamar standar
yang diberikan kepada tamu adalah disesuaikan dengan jenis villa yang
dipilih.
Untuk Regular Season penetapan harga kamar standar adalah sebagai
berikut :
 3 Bedroom Villa = USD 910/night
 4 Bedroom Villa = USD 1215/night
 Grand Residance = USD 2430/night
Untuk Peak Season antara 20 Desember 2004 – 10 Januari 2005 penetapan
harga kamar standar oleh manajemen adalah :
 3 Bedroom Villa = USD 1000/night
 4 Bedroom Villa = USD 1340/night
 Grand Residance = USD 2670/night
Namun besarnya harga kamar standar yang ditetapkan oleh manajemen
untuk tamu dapat berubah, hal ini dikarenakan spread harga dari pesaing
dan negoisasi yang dilakukan oleh tamu dan ketentuan perubahan harga
tersebut disetujui oleh Front Office Manager yang akan bertanggung jawab
kepada manajemen.

4.2.2 Penyajian dalam Laporan Keuangan


a. Pendapatan kamar yang tersaji dalam laporan laba-rugi terpisah sesuai
dengan jenis pendapatan yang diterima oleh hotel. Hal ini dilakukan agar

37
manajemen sebagai pihak intern dapat menilai kinerja perusahaan dan
Villa Owner sebagai pihak ekstern mengetahui keuntungan yang
diperoleh dari penanaman saham pada Royal Jimbaran Bay.
b. Pengakuan pendapatan kamar diakui secara accrual basis, dimana
pendapatan kamar yang tersaji dalam laporan laba-rugi dicatat pada saat
terjadinya penjualan kamar/penempatan kamar oleh tamu. Hal ini
dilakukan karena tidak semua tamu yang menginap di hotel melakukan
pembayaran secara tunai. Mereka lebih sering menggunakan kartu
kredeit, karena lebih efisien dan tamu melakukan pembayaran pada saat
mereka check out.

4.2.3 Asersi Manajemen


Jumlah pendapatan kamar pada tanggal yang berakhir 31 Desember
2004 adalah terlihat dalam Tabel 2, dimana asersi manajemen dapat
bersifat eksplisit dan implisit.
Asersi manajemen yang bersifat eksplisit dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pendapatan kamar memang benar-benar ada pada tanggal yang berakhir
31 Desember 2004.
b. Jumlah pendapatan kamar adalah benar sebesar Rp 248.962.539,00 yang
dirinci pada Tabel 2.
Asersi manajemen yang bersifat implisit dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Semua pendapatan kamar 3 Bedroom tersebut yang seharusnya telah
dimasukkan dalam jumlah tersebut.
b. Semua pendapatan kamar yang tersaji dalam laporan laba-rugi yang
dimiliki oleh Royal Jimbaran Bay pada tanggal yang berakhir 31
Desember 2004 terlihat dalam Tabel 2 seperti berikut ini :

38
Tabel 2
JUMLAH PENDAPATAN KAMAR
ROYAL JIMBARAN BAY
PERIODE AGUSTUS-DESEMBER 2004

Bulan Jenis Villa Jumlah


Agustus Courtyard 3 Bedroom Rp 50,920,000
September Courtyard 3 Bedroom Rp 29,238,000
Oktober Courtyard 3 Bedroom Rp 17,662,314
November Courtyard 3 Bedroom Rp 21,624,546
Desember Courtyard 3 Bedroom Rp 129,517,679
Total Rp 248,962,539
Sumber : Lampiran 1.1

4.3 Pemahaman terhadap Pengendalian Intern (SPI) Penjualan Kamar pada


Royal Jimbaran Bay
Kontribusi pendapatan kamar pada Royal Jimbaran Bay pada tahun 2004 tidak
mampu menutupi biaya operasional perusahaan yang tinggi. Tahun 2004 income
dari food & beverage lebih mendominasi total pendapatan, dimana seharusnya
pendapatan kamar memberikan income utama bagi hotel. Oleh sebab itu, hal ini
perlu diuji dalam dalam pengujian kepatuhan.
Berikut ini akan diuraikan mengenai Pengendalian Intern Penjualan kamar pada
Royal Jimbaran Bay yaitu sebagai berikut :
1. Diawali dengan tamu melakukan reservation ke hotel baik secara langsung
maupun melalui telepon, dimana tamu akan meminta informasi mengenai
fasilitas hotel dan melakukan negoisasi mengenai room rate. Reservation
berisi data mengenai tamu yang akan menginap dan dicatat oleh guest
assistant kemudian dilaporkan kepada front office supervisor.
2. Registration dilakukan oleh tamu pada saat tiba di hotel, dimana pengisian
data dalam registration card ini dapat dilakukan di dalam villa maupun di
kantor depan, dimana form ini berisikan data-data lengkap mengenai tamu
yang menginap. Setelah tamu mengisi registration card, front office assistant
akan menyerahkan kunci kepada tamu kemudian mengganti room rack status
dan mengecek key rack untuk kamar yang sudah terisi.

39
3. Berdasarkan registration card, front office assistant membuat guest folio &
settlement dan melaporkannya pada front office supervisor untuk meminta
persetujuan dari front office manager. Guest folio & settlement akan
digunakan oleh night audit assistant untuk membuat night audit summary dan
invoice, yaitu rincian dari jumlah yang harus dibayar oleh tamu pada saat
check out.
4. Front office manager akan melakukan cross check atas fasilitas yang
digunakan tamu selama menginap dengan laporan dari Executive
Housekeeper, sehingga tidak terjadi kesalahan dalam hal penggunaan fasilitas
oleh tamu dan sesuai dengan yang tercantum dalam invoice.
5. Pada saat tamu check out, Income Auditor akan mengecek barang-barang
milik tamu, dimana pembayaran yang dilakukan oleh tamu akan ditangani
oleh front office cashier dengan mengecek bill-bill tamu berdasarkan fasilitas
yang mereka gunakan selama menginap. Front office assistant akan membuat
rekonsiliasi atas guest folio & settlement, mengubah room rack status dan key
rack, serta meminta pengembalian kunci dari tamu.
6. Selanjutnya front office assistant akan mengirimkan night audit summary,
invoice, bill-bill, bukti pembayaran, remittance of fund, kepada Income
Auditor sebagai pertanggungjawaban kepada bagian Accounting Department
bahwa telah terjadi transaksi pembayaran kamar oleh tamu. Income Auditor
akan menginput data yang diberikan oleh front office assistant, sehingga
apabila terjadi kekeliruan atas jumlah rupiah pendapatan yang seharusnya
diterima oleh hotel, maka dapat dilakukan cross check antar departemen.

4.4 Pengujian Pendapatan Kamar pada Royal Jimbaran Bay


Untuk mengetahui kewajaran saldo pendapatan kamar pada Royal Jimbaran Bay
yang tersaji dalam laporan laba-rugi untuk periode yang berakhir tanggal 31
Desember 2004, maka perlu dilakukan berbagai pengujian antara lain :
1. Pengujian Kepatuhan (Compliance Test)
Pengujian kepatuhan atau compliance test merupakan suatu ketentuan yang
terdapat pada standar auditing yaitu standar yang mengharuskan auditor
melakukan pengujian terhadap efektivitas pengendalian intern perusahaan

40
klien yang akan mempengaruhi auditor di dalam menentukan luasnya ruang
lingkup pengujian.
Luasnya ruang lingkup pengujian biasanya didasarkan atas hasil review
terhadap sistem pengendalian intern (internal control) yang berfungsi sebagai
alat untuk mencegah terjadinya indikasi-indikasi kecurangan dan
penyimpangan yang terjadi.
Lingkup audit akan dipengaruhi oleh kuat lemahnya pengendalian intern klien.
Semakin kuat pengendalian intern klien, maka bukti audit yang harus
dikumpulkan lebih sedikit dibandingkan dengan pengendalian intern yang
lemah.
a. Program dan hasil pengujian terhadap pengendalian intern penjualan
kamar.
Berdasarkan ketentuan yang telah diatur dalam standar auditing (standar
pekerjaan lapanag yang pertama) dimana setiap proses pengujian harus
direncanakan secara formal dan tertulis berupa program audit. Program
audit adalah daftar prosedur audit untuk audit unsure tertentu. Setiap tahap
dalam audit dilakukan sesuai dengan program audit yang telah dibuat,
sehingga tidak terjadi pemborosan atas waktu dan biaya yang dikeluarkan.
b. Program audit kepatuhan terhadap penjualan kamar pada Royal Jimbaran
Bay terlihat pada Tabel 3.
Hal ini dilakukan dengan meminta keterangan, pengamatan terhadap
kegiatan prosedur penjualan kamar dan observasi kepada karyawan yang
memiliki hubungan dengan penjualan kamar (front office). Hasil pengujian
terhadap efektivitas pengendalian intern penjualan kamar pada Royal
Jimbaran Bay terlihat sebagai berikut :

41
Tabel 3
PROGRAM AUDIT DAN HASIL PENGUJIAN SPI PENJUALAN KAMAR
ROYAL JIMBARAN BAY
PER 31 DESEMBER 2004

ROYAL JIMBARAN BAY


EVALUASI INTERNAL KONTROL
PENJUALAN KAMAR (Front Office Department)
PERIODE PEMERIKSAAN : 31 Desember 2004
NO. Y = YA, T= TIDAK, TDD =
TIDAK DAPAT
DITERAPKAN
PERTANYAAN Y T TDD
1
Apakah staf kantor depan (FO) mempunyai
pengetahuan dan kecakapan yang sesuai dengan 
tugas dan tanggung jawabnya?
2 Apakah telah terdapat pembagian tugas dan
wewenang dalam hal penjualan kamar kepada 
tamu?
3 Apakah di antara staf kantor depan (FO) terdapat 
pemisahan tugas yang tegas dan jelas?
4 Apakah dalam hotel mengadakan hubungan 
kerjasama dengan Travel Agent?
5 Apakah staf kantor depan (FO) memeriksa 
kelengkapan tamu?
6 Apakah terdapat cross check antara satu
departemen dengan departemen lain dalam hotel
mengenai fasilitas yang digunakan tamu selama 
menginap?
7 Apakah pelayanan dari guest assistant telah 
memberikan informasi mengenai fasilitas kamar?
8 Apakah tamu mengisi registration card dengan
lengkap dan benar, sesuai dengan petunjuk yang 
ada?
9
Apakah ada tempat khusus untuk barang-barang
tamu dan penyimpanan barang-barang berharga 
milik tamu?
10 Apakah dalam penjualan kamar, pihak hotel 
memberikan fasilitas istimewa pada tamu tertentu?
11
Apakah room rate yang telah diberikan kepada
tamu sesuai dengan harga standar yang ditetapkan 
oleh manajemen?
12 Apakah tamu melakukan negoisasi atas harga 
standar yang ditetapkan manajemen?

42
13 Apakah kantor depan memiliki catatan mengenai 
tamu yang menginap?
14 Apakah kantor depan membuat laporan mengenai 
tamu yang menginap?
15 Apakah staf kantor depan memberikan laporan
kepada accounting department mengenai jumlah 
pendapatan yang diperoleh secara periodik?

Jumlah jawaban Y = 13
Jumlah jawaban T = 2
Jumlah jawaban TDD = 0

Kesimpulan : Memadai / Tidak

Auditor

Dari pengujian pengendalian intern atas penjualan kamar di atas terdapat 2


jawaban tidak, hal tersebut dikarenakan :
a. Terhadap pertanyaan No.3 dijawab T (tidak), karena di antara staf kantor
depan yaitu front office assistant dan operator biasanya tidak terjadi
pemisahan tugas yang tegas, antara membuat guest folio & settlement,
memposting jumlah yang harus dibayar oleh tamu per harinya dan
menerima telepon dari luar. Disini terjadi penumpukan tugas oleh seorang
karyawan. Namun, hal tersebut tidak mempengaruhi prosedur penjualan
kamar, karena setiap penjualan kamar yang terjadi harus mendapatkan
persetujuan dari front office supervisor.
b. Terhadap pertanyaan No. 11 dijawab T (tidak), karena room rate yang
diberikan kepada tamu sebagian besar tidak sesuai dengan room rate
standard yang ditetapkan oleh manajemen. Hal tersebut dikarenakan tamu
melakukan negoisasi dengan pihak hotel.
Dari hasil pengujian kepatuhan maka dapat diketahui pengendalian intern
penjualan kamar, dalam hal ini dilakukan oleh Front Office Department,
adalah memadai. Ini berarti bahwa pengendalian intern atas penjualan kamar
pada Royal Jimbaran Bay efektif.

43
2. Pengujian Substantif (Substantive Test)
Pengujian substantif adalah prosedur audit yang dirancang untuk menemukan
kemungkinan kesalahan-kesalahan moneter yang secara langsung
mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan. Pengujian ini
mengharuskan auditor untuk melakukan pengujian terhadap keberadaan
(existence) pendapatan kamar, yang dilaporkan pada laporan laba-rugi melalui
proses pengumpulan bukti dengan melakukan pemeriksaan catatan-catatan
akuntansi dan pemeriksaan bukti transaksi. Hal ini sesuai dengan standar
pekerjaan lapangan, sehingga perlu dibuat program auditpengujian substantif
seperti yang terlihat dalam Tabel 4 sebagai berikut :

Tabel 4
PROGRAM AUDIT SUBSTANTIF PENDAPATAN KAMAR
ROYAL JIMBARAN BAY
PER 31 DESMBER 2004
KERTAS TANGGAL
PROGRAM AUDIT PELAKSANA
KERJA PELAKSANAAN
Prosedur Audit Awal
1. Lakukan prosedur audit awal atas
saldo akun pendapatan kamar :
a. 08/04/05 sampai
Usut saldo pendapatan kamar 11/04/05
yang tercantum dalam laporan
laba-rugi ke saldo akun
pendapatan kamar yang
bersangkutan di General
Ledger.
b. Hitung kembali saldo akun 15/04/05 sampai
pendapatan kamar dalam 16/04/06
General Ledger.

Prosedur Analitik
2. Lakukan prosedur analitik
a. Hitung ratio room sale dengan 18/04/05
villa revenue
b. Hitung ratio room sale budget 19/04/05
dengan total revenue budget

44
Pengujian terhadap Transaksi Rinci
dan Akun Rinci
3. Lakukan pengujian transaksi rinci
22/04/05 sampai
dan akun rinci terhadap penjualan 27/04/05
kamar
4. Telusuri data tamu menginap yang
dijadikan sampel dari invoice ke 30/04/05 sampai
Y/2
guest folio & settlement 05/05/05

5. Periksa guest folio & settlement ke Y/1-1


registration card. 07/05/05 sampai
Y/1-2 09/05/05
Y/1-3

Pengujian Kewajaran Nilai


Pendapatan Kamar
6. Lakukan pengujian kewajaran atas
Room Rate yang diberikan kepada
tamu :
a. Hitung Average Room Rate
10/05/05 sampai
per test sampel dari bulan Y/2
11/05/05
Agustus - Desember
7. Lakukan pengujian kewajaran atas 12/05/05 sampai
Y
total pendapatan kamar. 13/05/05

Pengujian Kewajaran Penyajian


Pendapatan Kamar dalam Laporan
Laba-Rugi
8. Bandingkan penyajian pendapatan
kamar dalam laporan laba rugi
dengan Prinsip Akuntansi 14/05/05 sampai
Berterima Umum (PABU) yang 16/05/05
ditetapkan oleh IAI

Prosedur audit substantif atas pendapatan kamar dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Prosedur Audit Awal
Sebelum membuktikan bahwa saldo pendapatan kamar pada laporan laba-
rugi benar-benar ada (exist) terlebih dahulu dilakukan prosedur audit awal
dengan melakukan rekonsiliasi antara saldo pendapatan kamar laporan laba-
rugi dengan catatan-catatan akuntansi pendukungnya. hal ini sangat penting
dilakukan agar dapat diperoleh keyakinan bahwa saldo pendapatan kamar yang

45
tercantum dalam laporan laba-rugi didukung oleh catatan akuntansi yang andal
dan dapat dipercaya. Untuk itu, prosedur audit yang dilakukan sebagai berikut :
1. Mengusut saldo pendapatan kamar yang tercantum dalam laporan laba-
rugi ke perkiraan pendapatan kamar yang bersngkutan dalam General
Ledger (Buku Besar)
Sesuai dengan data yang telah tersaji dalam laporan laba rugi untuk
periode yang berakhir tanggal 31 Desember 2004 bahwa besarnya jumlah
pendapatan kamar adalah Rp 248.962.539,00 dimana jumlah tersebut telah
ditelusur ke dalam General Ledger (Buku Besar) bulanan dari bulan
Agustus sampai dengan Desember 2004 dan telah menunjukkan jumlah
sebesar Rp 248.962.539,00 dan jumlah tersebut telah sesuai dengan jumlah
pendapatan kamar yang tersaji dalam laporan laba-rugi pada periode yang
berakhir 31 Desember 2004.
2. Menghitung kembali saldo rekening pendapatan kamar dalam buku besar
(General Ledger)
Untuk memperoleh keyakinan tentang ketelitian perhitungan saldo
pendapatan kamar yang dilakukan oleh klien, maka dapat dilihat pada
tabel 5 seperti di bawah ini :
Tabel 5
PERHITUNGAN PENDAPATAN VILLA
ROYAL JIMBARAN BAY
UNTUK PERIODE BULAN AGUSTUS-DESEMBER 2004
Bulan Jumlah
Agustus Rp 50,920,000.00
September Rp 29,238,000.00
Oktober Rp 17,662,314.00
November Rp 21,624,546.00
Desember Rp 129,517,679.00
Total Rp 248,962,539.00
Sumber : Lampiran 1.1 dan 1.2

3. Telusuri jumlah pendapatan kamar di General Ledger ke Night Audit


Summary

46
4. Sesuai dengan tabel 5, terlihat bahwa setiap bulan dari bulan Agustus –
Desember 2004 terdapat jumlah pendapatan kamar sebesar Rp
248.962.539,00 dan jumlah tersebut merupakan total dari rincian Night
Audit Summary bulanan yang di-posting secara harian oleh income auditor
ke dalam general ledger.

b. Pengujian Analitik (Analitical Review)


Pengujian analitik dimaksudkan untuk membantu auditor untuk
menemukan lebih awal bidang-bidang yang memerlukan audit intensif,
sehingga auditor dapat memberikan perhatian lebih dan menekankan pada pos
yang terdeteksi tersebut.
1. Menghitung Ratio Room Sale dengan Total Revenue
Ratio ini memperlihatkan besarnya pendapatan yang berasal dari penjualan
kamar dengan total pendapatan yang diterima selama periode tersebut. Cara
menghitung ratio ini yaitu dengan membandingkan antara villa yang terjual
dengan total pendapatan hotel. Pada tabel 6 disajikan perhitungan dan
besarnya ratio room sale dengan total revenue.
2. Menghitung Ratio Room Sale Budget dengan Total Revenue Budget
Ratio ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara room sale
budget dengan total revenue budget. Perhitungan dan besarnya ratio ini
dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 6
RATIO VILLA SALE DENGAN TOTAL REVENUE
ROYAL JIMBARAN BAY
PER 31 DESEMBER 2004

Keterangan Tahun 2004


Rp
Room Sale
248,962,539.00
Rp
Total Revenue
1,181,546,998.00
Ratio 21.07089599%
Sumber : Lampiran 1.2

47
Hal ini menunjukkan bahwa income yang berasal dari pendapatan kamar
hanya sebesar 21,071% dari total pendapatan yang diterima oleh hotel
selama 5 bulan yakni dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2004.

Tabel 7
RATIO ROOM SALE BUDGET DENGAN TOTAL REVENUE
BUDGET
ROYAL JIMBARAN BAY
PER 31 DESEMBER 2004

Keterangan Tahun 2004


Room Sale Budget Rp 1,260,799,050.00
Total Revenue Budget Rp 3,067,180,120.00
Ratio 41.10613008%
Sumber : Lampiran 1.2
Sesuai dengan data yang tersaji dalam tabel 7 dapat dijelaskan bahwa
manajemen menetapkan budget penjualan kamar untuk tahun 2004 terlalu
tinggi yaitu sebesar 41,11%.
Dari dua perhitungan ratio di atas antara pendapatan actual dengan
pendapatan budget tanhu 2004 terdapat selisih 20,04%. Ini berarti
manajemen tidak mampu memenuhi target penjualan kamar dan perlu
dilakukan revisi atas target yang telah ditetapkan, hal ini terjadi karena
sebagian besar dari tamu yang menginap masih menjadi guest compliment
dan tinggal di Royal Jimbaran Bay.

c. Pengujian terhadap transaksi rinci dan akun rinci atas pendapatan kamar
Untuk membuktikan keberadaan (existence) pendapatan kamar yang
tersaji dalam laporan laba-rugi maka dilakukan pemeriksaan terhadap night
audit summary.
Night audit summary merupakan ringkasan dari pendapatan yang berasal
dari penjualan kamar, penjualan makan dan minum, pelayanan spa, pelayanan
housekeeping dan dan penjualan lainnya yang menambah pendapatan bagi
hotel, dimana dilengkapi dengan invoice dan bill sebagai bukti pendukung.
Untuk melakukan pengujian terhadap existence besarnya pendapatan
kamar yang tersaji dalam laporan laba-rugi, maka akan dipilih sejumlah tamu

48
yang menginap sebagai sampel. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan
waktu dan biaya serta banyaknya jumlah tamu yang menginap di hotel dalam
melakukan pengujian.
Untuk sampel yang digunakan dalam pengujian dapat dilihat dalam tabel 8
seperti berikut ini :
Tabel 8
PERHITUNGAN AVERAGE ROOM RATE PER-TEST
ROYAL JIMBARAN BAY
PER 31 DESEMBER 2004
Index : Y/2
Guest Name Villa Sale Villa Night Villa Rate
Month (1) (2) (3) (4)=(2/3)
@ @ @
August Mr. Richard Rp 37,260,000 9 Rp 4,140,000
Mr. Xaferius Rp 11,592,000 2 Rp 5,796,000
Mr. Tim Jepson Rp 6,300,225 9 Rp 700,025
September Mr. Eichler Rp 31,020,000 30 Rp 1,034,000
Mr. Hagen Rp 9,966,040 14 Rp 711,860
Mr.Hurst Rp 3,920,000 1 Rp 3,920,000
October Mr. Chiu Rp 8,570,000 2 Rp 4,285,000
Mr. Skibenes Rp 2,406,471 3 Rp 802,157
Mr. Ramon Rp 13,004,628 4 Rp 3,251,157
November Mr. Wong Su Yen Rp 4,080,245 5 Rp 816,049
Mr. Henry Rp 9,753,471 3 Rp 3,251,157
Mr. Beurnier Rp 8,672,342 14 Rp 619,453
December Mr. Alan Rp 5,380,166 2 Rp 2,690,083
Mr. Kay Rp 16,440,250 5 Rp 3,288,050
Mr. Yulie Lee Rp 4,205,110 7 Rp 600,730
Average Room Rate Rp 172,570,948 110 Rp 1,568,827

Sumber : Lampiran 4,5,6 ^ ^ to Y

Keterangan :
@ = diperiksa ke register card
^ = test penjumlahan vertical
£ = test hasil pembagian

49
Dari hasil pengujian nama sampel dan lamanya tamu menginap ternyata
sebagian besar tamu diberikan harga di bawah harga standar oleh pihak hotel.
Hal tersebut nantinya akan diuji dalam pengujian kewajaran atas pendapatan
kamar.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan pengujian antara lain :
1. Menelusuri data tamu menginap yang dijadikan sampel dari invoice.
Untuk membuktikan kebenaran terjadinya transaksi penjualan kamar pada
Royal Jimbaran Bay, maka akan diuji kebenaran angka-angka yang
tercantum dalam invoice tersebut, dimana invoice merupakan suatu daftar
yang berisikan tentang besarnya jumlah yang harus ditagih kepada tamu atas
penggunaan fasilitas hotel selama menginap. Biasanya invoice disiapkan
oleh night audit assistant dan diserahkan kepada front office cashier untuk
melakukan penagihan kepada tamu pada saat check out. Untuk
membuktikan bahwa transaksi tersebut benar-benar terjadi pada periode
yang bersangkutan, maka dapat dilihat pada tabel 9.
2. Pengujian selanjutnya dilakukan penelusuran transaksi yang tercatat pada
invoice ke guest folio & settlement
Transaksi penjualan kamar yang tercatat pada invoice untuk setiap tamu
yang menginap akan dipilih sebagai sampel untuk ditelusur ke guest folio &
settlement. Guest folio & settlement merupakan ringkasan yang berisikan
nama tamu yang menginap, dan nilai rupiah atas fasilitas hotel yang mereka
gunakan serta besarnya pajak dan service yang dikenakan kepada tamu.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 10.

50
Tabel 9
RINCIAN INVOICE
ROYAL JIMBARAB BAY
PERIODE AGUSTUS - DESEMBER 2004
Index : Y/1-1
No. of
Inv. Guest Name Villa No. Arrival Departure Total Amount (Rp)
408044 Mr. Richard 17 19-Aug-04 28-Aug-04 37,260,000.00 (∞)
408035 Mr. Xaferius 25 13-Aug-04 15-Aug-04 11,529,000.00 (∞)
408040 Mr. Tim Jepson 17 18-Aug-04 25-Aug-04 6,300,225.00 (∞)
408054 Mr. Eichler 25 1-Sep-04 29-Sep-04 31,020,000.00 (∞)
409019 Mr. Hagen 26 12-Sep-04 26-Sep-04 9,966,040.00 (∞)
409021 Mr.Hurst 17 17-Sep-04 18-Sep-04 3,290,000.00 (∞)
409015 Mr. Chiu 26 11-Sep-04 13-Sep-04 8,570,000.00 (∞)
410047 Mr. Skibenes 25 14-Oct-04 17-Oct-04 2,406,471.00 (∞)
410030 Mr. Ramon 26 16-Oct-04 20-Oct-04 13,004,628.00 (∞)
411042 Mr. Wong Su Yen 11 2-Nov-04 7-Nov-04 4,080,245.00 (∞)
411005 Mr. Henry 26 11-Nov-04 14-Nov-04 9,753,471.00 (∞)
411046 Mr. Beurnier 24 10-Nov-04 24-Nov-04 8,672,342.00 (∞)
412021 Mr. Alan 01 14-Dec-04 16-Dec-04 5,380,166.00 (∞)
412020 Mr. Yulie Lee 11 11-Dec-04 18-Dec-04 16,440,244.00 (∞)
412019 Mr. Kay 17 11-Dec-04 18-Dec-04 16,440,250.00 (∞)
172,570,948.00
Sumber : Lampiran 4

Keterangan :
(∞) = Terdapat kesesuaian data yang tercantum dalam invoice dengan guest folio
& settlement

51
Tabel 10
RINCIAN GUEST FOLIO & SETTLEMENT
ROYAL JIMBARAB BAY
PERIODE AGUSTUS - DESEMBER 2004
Index : Y/1-2
Guest Folio
Invoice
Date Bill Description Amount & Remark (©)
No.
Settlement

408044 19-Aug-04 02585 Villa Charge 4,140,000.00 4,381,936.00 Including tax & serv

408035 13-Aug-04 02578 Villa Charge 5,796,000.00 7,013,160.00 Including tax & serv

408040 16-Aug-04 02489 Villa Charge 700,025.00 847,030.25 Including tax & serv

408054 30-Aug-04 02594 Villa Charge 1,034,000.00 1,251,140.00 Including tax & serv

409019 16-Sep-04 02568 Villa Charge 711,860.00 861,350.00 Including tax & serv

409021 17-Sep-04 02625 Villa Charge 3,290,000.00 3,980,900.00 Including tax & serv

409015 11-Sep-04 02602 Villa Charge 4,285,000.00 5,219,000.00 Including tax & serv

410047 14-Oct-04 02687 Villa Charge 802,157.00 970,610.00 Including tax & serv

410030 16-Oct-04 02920 Villa Charge 3,251,157.00 3,501,157.00 Including tax & serv

411042 2-Nov-04 02982 Villa Charge 816,049.00 987,419.00 Including tax & serv

411005 11-Nov-04 02908 Villa Charge 3,251,157.00 3,933,900.00 Including tax & serv

411046 10-Nov-04 02985 Villa Charge 619,453.00 749,538.00 Including tax & serv

412021 14-Dec-04 03027 Villa Charge 2,690,083.00 3,255,000.00 Including tax & serv

412020 11-Dec-04 03051 Villa Charge 600,730.00 726,833.00 Including tax & serv

412019 11-Dec-04 03028 Villa Charge 3,288,050.00 3,978,500.00 Including tax & serv
Sumber : Lampiran 5

Keterangan :
© = Terdapat kesesuaian data yang tercantum dalam Guest Folio & Settlement
dengan Bill

52
3. Memeriksa guest folio & settlement ke registration card (Registration File)
Registration Card merupakan form pertama yang harus diisi oleh tamu pada
saat check in. Form ini berisi data lengkap mengenai tamu yang menginap di
hotel. Form-form yang telah diisi oleh tamu akan di-file oleh front office
assistant berdasarkan tanggal terjadinya transaksi.
Registration File merupakan kumpulan dari registration card, dimana
mencerminkan terjadinya transaksi penjualan kamar antara tamu dan pihak
hotel, sehingga untuk membuktikan bahwa benar-benar terjadi transaksi
penjualan kamar, maka dalam pengujian ini dilakukan penelusuran (tracing)
dan pemeriksaan ke file registration card.
Pemeriksaan dan penelusuran registration file dilakukan terhadap masing-
masing tamu yang dijadikan sampel. Pengujian ini berhubungan dengan
asersi keberadaan dan keterjadian. Berikut ini disajikan kelengkapan
mengenai registration card pada tabel 11.
Tabel 11
PENGUJIAN REGISTRATION FILE
ROYAL JIMBARAB BAY
PER 31 DESEMBER 2004
Index : Y/1-3
Registration Card
Month Guest Name Villa No. Room Rate Data
1 2 3 4 5 6
Agustus Mr. Richard 17 USD 450      
Mr. Xaferius 25 USD 650      
Mr. Tim Jepson 17 USD 81      
September Mr. Eichler 25 USD 110      
Mr. Hagen 26 USD 85      
Mr.Hurst 17 USD 350      
Oktober Mr. Chiu 26 USD 450      
Mr. Skibenes 25 USD 91      
Mr. Ramon 26 USD 350      
November Mr. Wong Su Yen 11 USD 97      
Mr. Henry 26 USD 1,365      
Mr. Beurnier 24 USD 69      
Desember Mr. Alan 01 USD 350      
Mr. Kay 11 USD 2,139      
Mr. Yulie Lee 17 USD 67      
Sumber : Lampiran 6

53
Keterangan :
1. Alamat
2. Arrival date
3. Departure date
4. Method of payment
5. Signatur
Ada dan telah diperiksa ke register card
Dari 15 tamu yang dijadikan sampel, ternyata semua dilengkapi dengan
bukti pendukung dan semua transaksi penjualan kamar diurut berdasarkan
tanggal transaksi, dan setelah dilakukan pengujian tidak ditemukan adanya
penyimpangan terhadap prosedur penjualan kamar oleh manajemen.

d. Verifikasi Kewajaran Pendapatan Kamar


Besarnya pendapatan kamar yang tersaji dalam laporan laba rugi
tergantung pada room rate yang diberikan kepada tamu dan room occupancy,
sehingga pengujian difokuskan pada room rate yang diberikan kepada tamu
yang menginap dan total pendapatan kamar tahun 2004, dimana besarnya
pendapatan kamar untuk periode yang berakhir 31 Desember 2004 adalah
sebesar Rp 248.962.539,00 dan seluruhnya merupakan pendapatan dari
penjualan kamar 3 bedroom (courtyard 3 bed).
1. Verifikasi kewajaran room rate yang diberikan kepada tamu
Untuk melakukan pengujian atas kewajaran room rate yang diberikan
kepada tamu yang menginap diambil 3 tamu yang menginap setiap bulan
mulai dari bulan Agustus sampai dengan Desember 2004, seperti terlihat
pada tabel 7 sebelumnya. Dari data pada tabel tersebut, terlihat besarnya
average room rate adalah sebesar Rp 1.568.827,00. Setelah dibandingkan
ternyata room rate per guest sample ternyata terdapat 7 0rang tamu yang
diberikan rate di bawah room rate per guest sample, yaitu :
 Mr. Tim Jepson pada bulan Agustus sebesar Rp 700.025,00
 Mr. Hagen sebesar Rp 711.860,00 dan Mr. Eichler sebesar Rp
1.034.000,00 pada bulan September
 Mr. Skibenes pada bulan Oktober sebesar Rp 802.157,00

54
 Mr. Wong Su Yen sebesar Rp 816.049,00 dan Mr Beurnier Rp
619.453.,00 pada bulan November
 Mr. Yulie Lee pada bulan Desember Rp 600.730,00
Hal ini dikarenakan tamu-tamu tersebut merupakan tamu yang
direkomendasikan oleh holding company, dimana merupakan tamu yang
berasal dari RDI (Royal Development International) Package dan IVO
(International Vacancy Organization) Guest.

2. Verifikasi kewajaran total pendapatan kamar


Total pendapatan kamar hotel ditentukan oleh :
Room occupied X Room Rate.
Untuk membuktikan kewajaran total pendapatan kamar dilakukan pengujian
sebagai berikut :
Tabel 12
PENGUJIAN KEWAJARAN PENDAPATAN KAMAR
ROYAL JIMBARAN BAY
PER 31 DESMBER 2004
Index : Y
No. Keterangan Jumlah
1 Average Room Rate per test Rp 1,568,627.00 (a)
2 Villa Sold 165 (b)
3 Pendapatan Kamar per test Rp 258,823,455.00 (c)
4 Pendapatan Kamar per book Rp 248,962,539.00 (d)
5 Selisih Rp 9,860,916.00
6 % Selisih 3.81%
Sumber : Lampiran 1.1, 1.2 & Tabel 8
Keterangan :
a : Sesuai dengan data pada kertas kerja yand ber-index Y/2
b : Telah ditelusur ke Statistic Villa Operation
c : Test perhitungan telah dilakukan
d : Telah ditelusur ke jurnal dan buku besar

Berdasarkan atas data yang terdapat dalam tabel 10, terdapat selisih antar
saldo per-test dengan per-book sebesar Rp 9.860.916,00 atau 3,81% dimana
selisih tersebut wajar atau tidak, nantinya akan diuji lebih lanjut dalam

55
pengujian materialitas untuk mengetahui material atau tidaknya selisih
tersebut. Pengujian ini bertujuan untuk menentukan besaran material baik
yang bersifat absolute maupun relatif. Selisih tersebut terjadi kemungkinan
disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
 Kebanyakan dari tamu yang menginap dalam hotel melakukan negoisasi
atas harga kamar standar yang ditetapkan manajemen.
 Sebagian besar tamu-tamu yang menginap merupakan tamu yang
direkomendasikan oleh kantor pusat.
 Pendapatan yang tersaji dalam laporan laba-rugi merupakan Net Villa
Revenue dan kemungkinan pihak hotel memberikan Room Discount
tambahan kepada tamu yang menginap, dimana hal ini dilakukan dalam
rangka promosi.
Untuk setiap jenis villa yang dimiliki oleh Royal Jimbaran Bay mempunyai
harga standar yang berbeda-beda yaitu :
a. Courtyard 3 Bedroom = USD 910/night
b. Courtyard 4 Bedroom = USD 1215/night
c. Grand Residence = USD 2430/night
Harga kamar yang diberikan setelah tamu melakukan negisasi dengan pihak
hotel harus mendapatkan persetujuan dari Fron Office Manager yang akan
bertanggunga jawab atas perubahan harga standar yang diberikan kepada
tamu.
Besaran materialitas secara absolut ditentukan melalui 2 tahap. Mula-mula
ditentukan materialitas gabungan pada tingkat laporan keuangan dan tahap
berikutnya menentukan besaran materialitas pada tingkat saldo akun seperti
di bawah ini :
1. Menentukan materialitas pada tingkat laporan keuangan
Berdasarkan tujuan perencanaan audit, uji materialitas pada tingkat
laporan keuangan adalah untuk menetukan tingkat salah saji gabungan
yang terkecil yang dianggap material terhadap salah satu laporan
kauangan.

56
Penetapan dan penghitungan tingkat materialitas dilakukan dengan
membandingkan tingkat materialitas pada laba-rugi budget tahun 2004
yaitu : (5% X Laba Sebelum Pajak) dan ( 1/2% X Pendapatan Bruto).
Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut :
1) Alternatif 1 = 5% X Rp 205.478.104,00
= Rp 10.273.905,20
2) Alternatif 2 = 1/2% X Rp 3.067.180.120,00
= Rp 15.335.900,60
Jadi, diantara kedua alternative tersebut yang dipilih sebagai batas
materialitas adalah alternatif terkecil yaitu alternatif 1 yaitu sebesar Rp
10.273.905,20 karena memberikan salah saji terkecil.

2. Uji materialitas pada aldo akun


Pengujian ini menggunakan data materialitas data gabungan sebesar
Rp 10.273.905,00 maka besarnya materialitas pada tingkat saldo akan
terlihat sebagai berikut :
Tabel 13
PENETAPAN BATAS MATERIALITAS SALDO AKUN
ROYAL JIMBARAN BAY
BUDGET TAHUN 2004

% ALOKASI
KETERANGAN JUMLAH (Rp)
PROPORSI MATERIALITAS

Revenue :
- Villa Revenue Rp 1,260,799,050 41.106 Rp 4,223,191
- Food & Beverage Rp 1,596,852,245 52.063 Rp 5,348,903
- Telephone Rp 21,856,985 0.713 Rp 73,253
- Laundry Rp 33,404,732 1.089 Rp 111,883
- Spa & Health Club Rp 66,684,467 2.173 Rp 223,252
Other Villa
- Revenue Rp 17,468,350 0.57 Rp 58,561
- Maintenance Fee Rp 70,114,290 2.286 Rp 234,861
TOTAL REVENUE Rp 3,067,180,120 100% Rp 10,273,905
Sumber : Lampiran 1.2
Dari hasil pengujian materialitas pada tabel 11 maka besarnya
materialitas untuk akun pendapatan kamar adalah sebesar Rp

57
10.273.905,00 yang artinya apabila terdapat selisih ≥ Rp 4.223.191,00
maka selisih tersebut dinyatakan material atau secar signifikan
berpengaruh terhadap akun tersebut.
Sesuai dengan hasil pengujian maka nilai pendapatan kamar yang
tersaji dalam laporan laba-rugi secara kuantitatif adalah tidak wajar
karena selisih antara budget penjualan kamar dengan penjualan kamar
actual > Rp 4.223.191,00. Tetapi untuk menentukan kewajaran tidaklah
cukup hanya melihat analisis secara kuantitatif saja, namun harus dilihat
pula analisis secara kualitatif yaitu faktor penyebab terjaninya selisih
tersebut, karena sebagian tamu yang menginap pada Royal Jimbaran Bay
merupakan tamu compliment (Non Rent Back) normal yang
direkomendasikan oleh kantor pusat yaitu Royal Development
International.
Uji materialitas tidak hanya ditentukan secara absolut tetapi juga
secara relatif. Menurut Bambang Sugiarto, selisih dianggap tidak material
apabila selisih tersebut ≤ 2 %. Seperti data yang tersaji dalam tabel 10,
besarnya selisih antara saldo per-book dengan saldo per-test adalah
sebesar 3,81% dan jika dibandingkan dengan ketentuan tersebut maka
selisih sebesar itu adalah material sehingga pendapatan kamar pada Royal
Jimbaran Bay adalah tidak wajar, dimana hal ini terjadi karena selama
bulan Agustus sampai dengan bulan Desember 2004 Royal Jimbaran Bay
mengalami kerugian yang cukup besar yaitu sebesar Rp
3.187.224.657,00. Hal ini jauh menyimpang dari target yang telah
dianggarkan oleh manajemen. Kerugian ini disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
1. Room rate yang diberikan kepada tamu di bawah harga standar,
sehingga pendapatan kamar menjadi lebih kecil dari yang seharusnya
diterima.
2. Selain memberikan harga kamar di bawah standar, manajemen juga
memberikan room discount tambahan kepada tamu yang menginap
dalam rangka promosi.

58
3. Banyaknya tamu compliement yang direkomendasiakn oleh kantor
pusat akan mengurangi jumlah pendapatan yang berasal dari
penjualan kamar, sehingga total pendapatan tidak mampu menutup
biaya operasional hotel yang tinggi.

e. Pengujian Kewajaran Penyajian dalam Laporan Laba Rugi


Pengujian Kewajaran Penyajian dalam Laporan Laba Rugi dilakukan
dengan membandingkan jenis-jenis pendapatan yang diterima oleh hotel,
dimana seluruh pendapatan kamar tahun 2004 berasal dri penjualan courtyard 3
bedroom.
Dari uraian di atas, dapat dinyatakan bahwa penyajian pendapatan kamar
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). Adapun penyajian
pendapatan kamar adalah :
Pendapatan kamar yang disajikan dalam laporan laba-rugi untuk periode yang
berakhir 31 Desember 2004 adalah pendapatan kamar yang seluruhnya berasal
dari penjualan villa jenis courtyard 3 bedroom.

59
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
saldo pendapatan kamar yang disajikan dalam laporan laba-rugi untuk periode
yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 menunjukkan posisi yang tidak
wajar, dimana semua pendapatan kamar yang disajikan adalah pendapatan kamar
yang berasal dari Courtyard 3 Bedroom. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pengujian :
a. Pengujian Kepatuhan
SPI penjualan kamar adalah memadai yang dibuktikan dengan pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan dalam program pengujian. Walaupun terdapat 2
pertanyaan yang dijawab T (Tidak), namun hal tersebut tidak berpengaruh pada
pekerjaan yang diambil oleh front office assistant. Tetapi untuk ke depan
diharapkan agar pemisahan tugas yang jelas harus dilakukan.
b. Dari hasil pengujian substantif yang telah dilakukan menunjukkan hasil sebagai
berikut :
 Saldo pendapatan kamar yang tercantum dalam laporan laba-rugi yang
berakhir tanggal 31 Desember 2004, didukung oleh catatan akuntansi yang
memadai.
 Dengan menggunakan random sampling diambil sebanyak 15 sampel secara
acak dan menunjukkan bahwa saldo pendapatan kamar yang tersaji dalam
laporan laba-rugi kamar untuk periode yang berakhir 31 Desember 2004
adalah benar-benar ada dan didukung dengan terjadinya transaksi.
 Tes kewajaran nilai pendapatan kamar yang tersaji dalam laporan laba rugi
untuk periode yang berakhir 31 Desember 2004 adalah tidak wajar karena
terdapat selisih yang cukup besar yaitu Rp 9.893.916 antara saldo per-test
dengan saldo per-book, tetapi setelah diadakan uji materialitas ternyata
selisih tersebut material, baik diuji secara absolute maupun relative. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal yaitu :

60
1) Room rate yang diberikan kepada tamu jauh berada di bawah harga
standar yang ditetapkan manajemen.
2) Pendapatan yang tersaji dalam laporan laba rugi adalah Net Villa
Revenue dan kemungkinan pihak hotel memberikan Room discount
tambahan kepada tamu yang menginap dalam rangka promosi guna
meningkatkan volume penjualan kamar.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengujian yang telah diuraikan di atas, maka dapat disarankan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Besarnya room rate yang diberikan kepada tamu diharapkan jangan terlalu jauh
dari room rate standard yang ditetapkan manajemen, karena hal tersebut akan
berpengaruh pada pendapatan hotel secara keseluruhan.
2. Manajemen sebaiknya tidak memberikan room discount tambahan kepada tamu
yang menginap, apabila manajemen telah memberikan harga kamar di bawah
harga standar yang ditetapkan.
3. Untuk dapat menutupi biaya operasional yang tinggi dan mengurangi rugi yang
diderita oleh hotel, sebaiknya manajemen secara berangsur-angsur mengurangi
jumlah tamu compliment yang menginap pada Royal Jimbaran Bay.

61

You might also like