You are on page 1of 12

MAKALAH FISIKA

TEROPONG BIAS
SMAN 61 jakarta

Di susun oleh:
Fachri Abdilah
Lulu hasna
Ilham kurniawan
Kelas X-2

Kata Pengantar
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan kepada guru
pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga sengan selesainya
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...

Penulis

Daftar isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1. 2 Tujuan
1.3 Metode Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teropong atau Teleskop
2.2 Konsep dasar pembiasan
2.3 Pengertian Teropong Bias
2.4 Jenis – Jenis Teropong Bias
 Teropong bintang atau teropong astronomi
 Teropong bumi
 Teropong panggung
 Teropong prisma atau binokuler

2.5 Soal dan pembahasan

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.2 Daftar pustaka

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak berabad – abad yang lalu manusia telah menggunakan teropong untuk melihat benda
yang sangat jauh agar dapat terlihat lebih dekat serta jelas. Teropong atau teleskop juga
mempermudah manusia dalam mengamati benda yang jauh jaraknya akan tetapi kita belum
mengenal lebih dalam cara kerja serta bagian – bagian yang membuat alat ini membantu
kehidupan kita

1.2 TUJUAN

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan diharapkan
bermanfaat bagi kita semua.

1.3 METODE PENULISAN

Penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan.


Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah :
Studi Pustaka
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga penulisan makalah ini
dan mencari berbagai refrensi dari berbagai sumber di internet

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teropong atau Teleskop

Teropong atau Teleskop adalah alat optik yang digunakan untuk melihat
benda-benda yang sangat jauh seperti gunung dan bintang agar tampak lebih dekat
dan jelas. Meskipun teropong sudah digunakan sejak abad ke - 17 namun sampai
sekarang tidak seorang pun yakin siapa yang pertama kali menemukan teropong.
Memang pada tanggal 2 oktober 1608 Hans Lippershey pernah mecoba
mempatenkan teleskop yang dibuatnya, tetapi ditolak oleh dewan penilai. Kemudian
pada tahun 1609 Galileo membuat sebuah teleskop yang sekarang dikenal dengan
sebutan teropong panggung. Setelah itu ia membuat banyak macam teleskop dan
mendapatkan banyak penemuan dalam bidang astronomis yang membuatnya
terkenal.

Teropong dibagi menjadi dua kelompok yaitu :


1. Teropong Bias, yang terdiri dari beberapa lensa
2. Teropong pantul, yang terdiri dari beberapa cermin dan lensa

2.2 Konsep dasar pembiasan

Pembiasan cahaya mengenal hukum yang pertama kali dikemukakan oleh


Willebrord Snellius pada tahun 1621 dengan latar belakang seorang matematikawan
berkebangsaan belanda. Oleh karena itu hukum tentang pembiasan cahaya lebih dikenal
dengan hukum snellius. Snellius mengemukakan 2 hukum:

 Hukum 1 Snellius:

Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang
datar

 Hukum 2 Snellius:

Sinar yang datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat
dibiaskan mendekati garis normal dan sebaliknya jika sinar yang
datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat dibiaskan
menjauhi garis normal

2.3 Pengertian Teropong Bias

Teropong ini disebut Teropong bias dikarenakan teropong inin menggunakan lensa
objektif yang berfungsi sebagai pembias cahaya . Dalam hal ini teropong bias memiliki berbagai jenis
yang akan kita bahas, yaitu sebagai berikut:

 Teropong bintang atau teropong astronomi


 Teropong bumi
 Teropong panggung
 Teropong prisma atau binokuler

2.4 Jenis – Jenis Teropong Bias


 Teropong bintang atau teropong astronomi.

Teropong bintang disebut juga teropong astronomi.


Teropong bintang memiliki ciri:
- Dua buah lensa cembung berjarak fokus panjang.
- Jarak fokus lensa objektif lebih besar dari jarak fokus lensa okulernya.

Cttn:

Diagram sinar pembentukan bayangan pada teropong bintang

Teropong bintang adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati benda-
benda di luar angkasa seperti bulan, bintang, komet, dan lain sebagainya. Sifat
bayangannya adalah maya, terbalik dan diperbesar.
Benda-benda yang diamati letaknya sangat jauh sehingga sinar-sinar sejajar menuju
ke lensa objektif. Kumpulan sinar sejajar yang berasal dari bagian atas bintang dan
bagian bawah bintang membentuk bayangan nyata dan terbalik di bidang fokus
lensa objektif. Selanjutnya bayangan bintang dilihat lensa okuler sebagai benda.

Karena pengamatan bintang-bintang di langit berlangsung berjam-jam, maka mata


akan lelah. Agar mata tidak lelah, maka pengamatan dilakukan dengan mata tidak
berakomodasi. Agar ini tercapai, maka bayangan lensa objektif harus diletakan di
titik fokus lensa okuler.
Ini berarti titik fokus lensa objektif berimpit dengan titik fokus lensa okuler. Dengan
demikian, panjang teropong atau jarak antara kedua lensa adalah:
Cttn:
Pengamatan menggunakan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi.

Panjang teropong untuk penggunaan normal/tidak berakomodasi:


d = fob + fok
ket:
d = jarak antara kedua lensa
fob = fokus lensa objektif
fok = fokus lensa okuler

Perbesaran teropong untuk penggunaan normal/tidak berakomodasi:


Ma= fob/fok
ket:
Ma = perbesaran teropong
fob = fokus lensa objektif
fok = fokus lensa okuler
Jika teropong digunakan untuk mata berakomodasi maksimum, tentu saja
kedua rumus di atas tidak berlaku.

Cttn:
Pengamatan menggunakan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum.

Untuk kasus mata berakomodasi maksimum, berlaku rumus berikut:


Panjang teropong akomodasi maksimum:

d = fob + sok

ket:
d = jarak antara kedua lensa/panjang teropong
fob = fokus lensa objektif
sok = jarak bayangan okuler

Perbesaran teropong akomodasi maksimum:

Ma= fob/sok

ket:
Ma = perbesaran teropong
fob = fokus lensa objektif
sok = jarak bayangan okuler
 Teropong bumi

Teropong bumi adalah alat yang digunakan untuk melihat atau mengamati
benda-benda jauh yang ada di permukaan bumi. Bayangan yang terbentuk sifatnya
maya, diperbesar dan tegak.
Untuk menghasilkan bayangan yang tegak, dapat dengan menggunakan dua cara,
yaitu:
1) Menggunakan lensa cembung ketiga yang disisipkan di antara lensa obkektif dan
lensa okuler.
2) Menggunakan pasangan lensa cembung sebagai lensa objektif dan lensa cekung
sebagai lensa okuler.

Cttn:

Diagram sinar pembentukan bayangan pada teropong bumi

Teropong bumi menggunakan cara 1 untuk menghasilkan bayangan akhir yang tegak
terhadap arah benda semula. Di sini lensa cembung ketiga hanya berfungsi
membalik bayangan dan tidak memperbesar bayangan. Karena itu lensa cembung
ketiga disebut lensa pembalik.
Dengan disisipkannya lensa pembalik yang memiliki jarak fokus, maka teropong
bertambah panjang, panjang bertambah 4 kali fokus lensa pembalik (4fp).
Jadi rumus panjang teropong bumi adalah:

d = fob + 4fp + fok

ket:
d = jarak antara kedua lensa
fob = fokus lensa objektif
fp = fokus lensa pembalik
fok = fokus lensa okuler

Lensa pembalik berfungsi untuk membalikan arah cahaya sebelum melewati lensa
okuler
Lensa okuler berfungsi seperti lup untuk membentuk bayangan bersifat maya, tegak
dan diperbesar.
Adanya lensa pembalik tidak mempengaruhi perbesaran akhir, bayangan akir
bersifat maya, tegak dan diperbesar sesuai dengan perbesarannya.

 Teropong prisma atau binokuler.

Teropong prisma atau binokuler adalah tropong yang berfungsi untuk


melihat benda yang jauh agar tampak lebih dekat dan terlihat jelas.
Teropong prisma terdiri atas dua pasang lensa cembung (sebagai lensa objektif dan
lensa okuler) dan dua pasang prisma kaca siku-siku sama kaki. Sepasang prisma yang
diletakan berfungsi untuk membelokkan arah cahaya dan membalikkan bayangan.
Bayangan yang dibentuk lensa objektif bersifat nyata, diperkecil, dan terbalik.
Bayangan nyata dari lensa objektif menjadi benda bagi lensa okuler. Sebelum dilihat
lensa okuler, bayangan ini dibalik oleh sepasang prisma siku-siku sehingga bayangan
akhir dilihat maya, tegak dan diperbesar. Perbesaran bayangan yang diperoleh
dengan memakai rumus teropong prisma atau dengan teropong bumi.
Perbesaran teropong:

Ma= fob/fok

ket:
Ma = perbesaran teropong
fob = fokus lensa objektif
fok = fokus lensa okuler

Beberapa keuntungan praktis dari teropong prisma dibandingkan dengan teropong


yang lain:
1. Menghasilkan bayangan yang terang, karena berkas cahaya dipantulkan sempurna
oleh bidang bidang prisma.
2. Dapat dibuat pendek sekali, karena sinarnya bolak-balik tiga kali melalui jarak
yang sama (dipantulkan empat kali oleh prisma).
3. Daya stereoskopsis diperbesar, sehingg dua mata dapat melihat secara
bersamaan.
4. Dengan adanya prisma, arah cahaya telah dibalikkan sehingga terlihat bayangan
akhir bersifat maya, diperbesar dan tegak.
 Teropong panggung atau teropong Galileo.

Teropong panggung (teropong Galileo) terdiri dari dua lensa, yaitu:


- Lensa objektif berupa lensa cembung.
- Lensa okuler berupa lensa cekung.

Dasar kerja dari teropong ini adalah:


Sinar-sinar sejajarke lensa objektif membentuk bayangan tepat di titik fokus lensa
objektif. Bayangan ini akan berfungsi sebagai benda maya bagi lensa okuler. Oleh
lensa okuler dibentuk bayangan yang dapat dilihat oleh mata. Perlu diketahui bahwa
bayangan yang dibentuk lensa okuler adalah ”tegak”.
Pajang teropong atau jarak kedua lensa diperoleh dengan memakai rumus teropong
bintang atau teropong astronomi.

Panjang teropong:
d = fob + fok
ket:
d = jarak antara kedua lensa
fob = fokus lensa objektif
fok = fokus lensa okuler

You might also like