You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batuan hasil pelapukan secara berangsur diangkut ke tempat lain oleh
tenaga air, angin, dan gletser. Air mengalir di permukaan tanah atau sungai
membawa batuan halus baik terapung, melayang atau digeser di dasar sungai
menuju tempat yang lebih rendah. Hembusan angin juga bisa mengangkat debu,
pasir, bahkan bahan material yang lebih besar. Makin kuat hembusan itu, makin
besar pula daya angkutnya. Di padang pasir misalnya, timbunan pasir yang luas
dapat dihembuskan angin dan berpindah ke tempat lain. Sedangkan gletser,
walaupun lambat gerakannya, tetapi memiliki daya angkut besar.
Lalu, apa yang dimaksud dengan sedimentasi? Sedimentasi adalah suatu
proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau
gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil
dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai,
sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai
adalah pengendapan dari material-material yang diangkut oleh angin.
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan
perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di
lokasi-lokasi yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan
yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan
kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau
padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu,
sedimentasi memberikan keuntungan, karena sedimentasi menghasilkan
pertambahan lahan pesisir ke arah laut.
Sedimentasi di suatu lingkungan pantai terjadi karena terdapat suplai
muatan sedimen yang tinggi di lingkungan pantai tersebut. Suplai muatan sedimen
yang sangat tinggi yang menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari

1
daratan yang dibawa ke laut melalui aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah
aliran sungai yang meningkatkan erosi permukaan merupakan faktor utama yang
meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skala
yang lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang pantai.

B. Tujuan
Adapun tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mengetahui bagaimana proses-proses sedimentologi berlangsung.
2. Mengetahui tahapan-tahapan sedimentasi.
3. Mengetahui jenis-jenis sedimentasi.
4. Mengetahui dampak positif dan negatif dari sedimantasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEDIMENTOLOGI
1. Pengertian Sedimentologi
Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan
(Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan
sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang kemudian
mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada akhirnya terendapkan
atau tersedimentasikan.
Sedangkan sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang
ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan
batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi,
baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik.

2. Pelapukan
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses
pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari
mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai
batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh
dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan
klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya.
Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga
dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis
pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995).

3
Di alam pada umumnya ke tiga jenis pelapukan (fisik, kimiawi dan
biologis) itu bekerja bersama-sama, namun salah satu di antaranya mungkin lebih
dominan dibandingkan dengan lainnya. Walaupun di alam proses kimia
memegang peran yang terpenting dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis
lain tidakpenting. Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka pelapukan
batuan dapat dibagi menjadi pelapukan fisik, kimia dan biologis.
a. Pelapukan fisik
Pelapukan fisik adalah proses dimana batuan pecah menjadi kepingan
yang lebih kecil, tetapi tanpa mengalami perubahan komposisi kimia dan
mineral yang berarti. Pelapukan fisik ini dapat menghasilkan fragment/kristal
kecil sampai blok kekar (joint block) yang berukuran besar.
Jenis pelapukan fisik
1. Stress release: batuan yang muncul ke permukaan bumi
melepaskan stress menghasilkan kekar atau retakan yang sejajar
permukaan topografi. Retakan-retakan itu membagi batuan menjadi
lapisan-lapisan atau lembaran (sheet) yang sejajar dengan
permukaan topografi. Proses ini sering disebut sheeting. Proses
pelapukan jenis ini sering terjadi pada batuan beku terobosan yang
dekat permukaan bumi.
2. Frost action and hydro-fracturing: pembekuan air dalam batuan.
Air atau larutan lainnya yang tersimpan di dalam pori dan/atau
retakan batuan akan meningkat volumenya sekitar 9% apabila
membeku, sehingga ini akan menimbulkan tekanan yang cukup
kuat memecahkan batuan yang ditempatinya. Proses ini tergantung:
• keberadaan pori dan retakan dalam batuan
• keberadaan air/cairan dalam pori
• temperatur yang turun naik dalam jangka waktu tertentu.
3. Salt weathering: pertumbuhan kristal pada batuan. Pertumbuhan
kristal pada pori batuan sehingga menimbulkan tekanan tinggi yang
dapat merusak/memecahkan batuan itu sendiri.

4
4. Insolation weathering: akibat pemanasan dan pendinginan
permukaan karena pengaruh matahari. Tentu saja pelapukan jenis
ini akan besar pengaruhnya di daerah yang mengalami perbedaan
suhu cukup besar, misalnya siang (panas) dan malam (dingin).
5. Alternate wetting and drying: pengaruh penyerapan dan
pengeringan dengan cepat.
b. Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan
dapat berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian
bereaksi dengan udara (O2 atau CO2), menyebabkan sebagaian dari
mineral itu menjadi larutan. Selain itu, bagian unsur mineral yang lain
dapat bergabung dengan unsur setempat membentuk kristal mineral baru.
Pada pelapukan kimia air dan gas terlarut memegang peran yang
sangat penting. Hal ini disebabkan karena air ada pada hampir semua batuan
walaupun di daerah kering sekalipun. Kecepatan pelapukan kimia tergantung
dari iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami
pelapukan. Pada batuan sedimen, kecepatan pelapukan tergantung dari
komposisi mineral dan bahan semennya. Jenis pelapukan kimia :
1. Hidrolisis adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan
mengandung ion H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan
membebaskan kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin,
ilit dan smektit besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia
jenis ini (Boggs, 1995). Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting
dalam pelapukan kimia.
2. Hidrasi adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga
membentuk mineral baru. Contoh yang umum dari proses ini adalah
penambahan air pada mineral hematit sehingga membentuk gutit.
3. Oksidasi berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya
terbentuk pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain
yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya
pada pirit (Fe2S).

5
4. Reduksi terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup)
lebih banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini
membuat besi menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih
mudah larut sehingga lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada
sistem pelapukan dalam pelarutan.
5. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum
oleh air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi
yang baru.
6. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan
seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.

c. Pelapukan Biologi
Tanah (soil) adalah suatu hasil pelapukan biologi (Selley, 1988), dimana
komposisinya terdiri atas komponen batuan dan humus yang umumnya berasal
dari tetumbuhan. Bagi geologiawan studi tanah ini (umumnya disebut pedologi)
lebih dipusatkan pada tanah purba (paleosoil),dimana akan membantu untuk
mengetahui perkembangan sejarah geologi pada daerah yang bersangkutan.
Akan tetapi perlu kiranya diketahui bahwa ciri dan ketebalan tanah hasil
pelapukan sangat erat hubungannya dengan batuan induk (bedrock), iklim (curah
hujan dan temperatur), kemiringan lereng dari batuan induk itu sendiri.

3. Transportasi Sedimen
Hasil pelapukan batuan dibawa oleh suatu media ke tempat lain dimana
kemudian diendapkan. Pada umumnya pembawa hasil pelapukan ini dilakukan
oleh suatu media yang berupa cairan, angin dan es. Akan tetapi beberapa
transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan suatu media,
tapi hanya dengan tenaga gravitasi saja.
Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri
yaitu mempengaruhi pembentukan struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini
penting untuk diketahui karena sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu
catatan (record) tentang proses yang terjadi sewaktu sedimen tersebut diendapkan.

6
Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan media pengangkut.
Namun demikian sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan berat jenis) butiran
sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai dari erosi,
transportasi sampai ke pengendapan.
Dua sifat yang mempengaruhi media untuk mengangkut partikel sedimen
adalah berat jenis (density) dan kekentalan (viscosity) media. Berat jenis media
akan mempengaruhi gerakan media, terutama cairan. Sebagai contoh air sungai
yang bergerak turun karena berat jenis yang langsung berhubungan dengan
gravitasi. Sedangkan kekentalan akan berpengaruh pada kemampuan media untuk
mengalir.
a. Cairan
Ada 2 persamaan penting yang mempengaruhi aliran suatu cairan, yakni:
bilangan Reynold dan bilangan Froud. Rumus bilangan Reynolds umumnya
diberikan sebagai berikut:

dengan:

 vs - kecepatan fluida,
 L - panjang karakteristik,
 μ - viskositas absolut fluida dinamis,
 ν - viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
 ρ - kerapatan (densitas) fluida.

Apabila angka Reynold ini kecil akan terjadi aliran yang laminer, dimana
garis aliran sejajar dengan batas permukaan. Sebaliknya bila angka Reynold
besar aliran akan berubah menjadi turbulen. Angka Reynold, pada aliran
dalam tabung batas antara aliran laminer dan turbulen ini adalah 2000.
Sedangkan angka itu untuk suatu partikel dalam cairan adalah satu.
Angka Froud: pada hakekatnya perbandingan antara kekuatan untuk
menghentikan gerakan partikel dan gaya gravitasi
dimana:

7
 V=kecepatan partikel
 g=percepatan gravitasi
 L=kedalaman channel

b. Hubungan arus searah dengan silang siur


Ada hubungan yang sangat signifikan antara mekanisme aliran cairan dan
struktur sedimen yang dibentuknya, terutama silang siur (ripple). Dalam beberapa
percobaan di dalam tabung aliran searah (unidirectional flow) silang siur sudah
mulai terbentuk pada sedimen pasir setelah kecepatan kritis dilewatinya. Pasir
yang berukuran butir 0,25 – 0,7 mm dalam Gambar III.1 mulai terbentuknya
silang siur kemudian apabila kecepatan terus bertambah akan berubah menjadi
dune. Kalau kecepatan aliran terus bertambah dune akan tererosi kembali dan
berubah menjadi mendatar dan selanjutnya berubah menjadi antidune.
Pengaruh hidrodinamika dapat membentuk dua jenis silang siur dan dune
yang berbeda. Pada kondisi hidrodinamika dimana mulai terbentuk silang siur,
kemudian dune sampai dengan sebagian dari dune dirusak tererosi kembali
disebut rejim alir bawah (lower flow regim). Sedangkan mulai dari sini bila
kecepatan aliran terus bertambah disebut rejim alir atas (upper flow regim).

Flow regim
Lower flow regim (F<1):
Menghasilkan struktur sedimen
 cross-lamination
 cross-bed

Upper flow regim (F>1):


Akan menghasilkan silang siur, planar-antidune

8
c. Mekanisme Transportasi Sedimen
Ada dua kelompok cara mengangkut sedimen dari batuan induknya ke
tempat pengendapannya, yakni supensi (suspendedload) dan bedload tranport. Di
bawah ini diterangkan secara garis besar ke duanya.
Suspensi
Dalam teori segala ukuran butir sedimen dapat dibawa dalam suspensi, jika arus
cukup kuat. Akan tetapi di alam, kenyataannya hanya material halus saja yang
dapat diangkut suspensi. Sifat sedimen hasil pengendapan suspensi ini adalah
mengandung prosentase masa dasar yang tinggi sehingga butiran tampak
mengambang dalam masa dasar dan umumnya disertai memilahan butir yang
buruk. Cirilain dari jenis ini adalah butir sedimen yang diangkut tidak pernah
menyentuh dasar aliran.
Bedload transport
Berdasarkan tipe gerakan media pembawanya, sedimen dapat dibagi menjadi:

 endapan arus traksi


 endapan arus pekat (density current) dan
 endapan suspensi.

Arus traksi adalah arus suatu media yang membawa sedimen didasarnya. Pada
umumnya gravitasi lebih berpengaruh dari pada yang lainya seperti angin atau
pasang-surut air laut. Sedimen yang dihasilkan oleh arus traksi ini umumnya
berupa pasir yang berstruktur silang siur, dengan sifat-sifat:

9
 pemilahan baik
 tidak mengandung masa dasar
 ada perubahan besar butir mengecil ke atas (fining upward) atau ke bawah
(coarsening upward) tetapi bukan perlapisan bersusun (graded bedding).

Di lain fihak, sistem arus pekat dihasilkan dari kombinasi antara arus traksi dan
suspensi. Sistem arus ini biasanya menghasilkan suatu endapan campuran antara
pasir, lanau, dan lempung dengan jarang-jarang berstruktur silang-siur dan
perlapisan bersusun. Arus pekat (density) disebabkan karena perbedaan kepekatan
(density) media. Ini bisa disebabkan karena perlapisan panas, turbiditi dan
perbedaan kadar garam. Karena gravitasi, media yang lebih pekat akan bergerak
mengalir di bawah media yang lebih encer. Dalam geologi, aliran arus pekat di
dalam cairan dikenal dengan nama turbiditi. Sedangkan arus yang sama di dalam
udara dikenal dengan nuees ardentes atau wedus gembel, suatu endapan gas yang
keluar dari gunungapi. Endapan dari suspensi pada umumnya berbutir halus
seperti lanau dan lempung yang dihembuskan angin atau endapan lempung
pelagik pada laut dalam. Selley (1988) membuat hubungan antara proses
sedimentasi dan jenis endapan yang dihasilkan, sebagai berikut (Tabel IV.1).

Kenyataan di alam, transport dan pengendapan sedimen tidak hanya dikuasai oleh
mekanisme tertentu saja, misalnya arus traksi saja atau arus pekat saja, tetapi lebih

10
sering merupakan gabungan berbagai mekanisme. Malahan dalam berbagai hal,
merupakan gabungan antara mekanik dan kimiawi. Beberapa sistem seperti itu
adalah:

 sistem arus traksi dan suspensi


 sistem arus turbit dan pekat
 sistem suspensi dan kimiawi.

d. Mekanisme Gerakan Sedimen


Pada dasarnya butir-butir sedimen bergerak di dalam media pembawa,
baik berupa cairan maupun udara, dalam 3 cara yang berbeda: menggelundung
(rolling), menggeser (bouncing) dan larutan (suspension) seperti Gambar III.2.

e. Gravity
Sedimen yang bergerak karena hanya pengaruh gaya gravitasi ini, ada 3
macam sedimen :

 Debris flows (umumnya mud flows)


 Grain flows
 Fluidized flows

Mud flows (interparticle interaction)


Ada 2 : di bawah air dan di darat
Ciri sedimen hasil mud flows:

11
 dikuasai matrik (matrix-dominated sediment)
 sortasi jelek
 pejal (tak berlapis)

Grain flows (grain interaction)


Ciri sedimen hasil grain flows:

 dikuasai kepingan (fragment dominated-sediment)


 terpilah baik dan bebas lempung

Fluidized flows
Ciri sedimennya:

 tebal, non-graded clean sand


 batas atas dan bawahnya kabur
 umumnya terdapat struktur piring (dish structures).

4. Strukrur Sedimen

Struktur sedimen merupakan pengertian yang sangat luas, meliputi


penampakan dari perlapisan normal termasuk kenampakan kofigurasi perlapisan
dan/atau juga modifikasi dari perlapisan yang disebabkan proses baik selama
pengendapan berlangsung maupun setelah pengendapan berhenti. Oleh sebab itu
perlu kiranya dijelaskan dulu apakah sebenarnya yang dimaksud dengan
perlapisan (bedding) itu, sehingga selanjutnya akan memperjelas batasan struktur
sedimen.

Sebenarnya belum ada difinisi perlapisan yang memuaskan semua fihak,


walaupun sebenarnya istilah perlapisan sudah luas sekali digunakan dalam
pemerian runtunan sedimen. Difinisi yang paling luas digunakan adalah yang
diusulkan Otto (1938), suatu perlapisan tunggal adalah satuan sedimentasi yang
diendapkan pada kondisi fisik yang tetap konstan. Sejalan dengan itu mengartikan
perlapisan sendiri sebagai bidang-bidang permukaan pengendapan yang

12
disebabkan oleh suatu perubahan rezim sedimentasi dari waktu ke waktu.
Perubahan ini meliputi:

A. Perubahan fisik:

1. perubahan butir, termasuk bentuk, ukuran, orientasi, kemasan dan


komposisinya.
2. perubahan ragam batuan, misalnya dari batugamping kemudian napal.
3. Perubahan warna walaupun masih mempunyai komposisi yang sama.

B. Perubahan kimia.
Pada cairan yang membawa larutan sedimen perubahan temperatur,
tekanan, dan konsentrasi ion akan menyebabkan perlapisan juga.
C. Proses biologi.
Perbedaan populasi organisme dari waktu ke waktu akan menyebabkan
perlapisan. Walaupun organisme yang mati tidak tersisa sebagai fosil
(cacing misalnya) tetapi jejaknya kemungkinan akan ditemukan.

Perlapisan yang tebalnya >1 cm disebut lapisan (layer, bed atau strata),
sedangkan yang <1 disebut laminasi (lamination)

B. SEDIMENTASI
1. Pengertian Sedimentasi

13
Sedimentasi adalah peristiwa pengendapan material batuan yang telah
diangkut oleh tenaga air atau angin tadi. Pada saat pengikisan terjadi, air
membawa batuan mengalir ke sungai, danau, dan akhirnya sampai di laut. Pada
saat kekuatan pengangkutannya berkurang atau habis, batuan diendapkan di
daerah aliran air tadi. Karena itu pengendapan ini bisa terjadi di sungai, danau,
dan di laut.
Proses sedimentasi berlangsung perlahan dan terus menerus selama suplai
muatan sedimen yang banyak dari daratan masih terus terjadi. Proses sedimentasi
berhenti atau berubah menjadi erosi bila suplai muatan sedimen berkurang karena
pembangunan dam atau pengalihan alur sungai.
Sedimen dapat diangkut dengan tiga cara:
 Suspension: ini umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil
ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau
angin yang ada.
 Bed load: ini terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir,
kerikil, kerakal, bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak
dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar.
Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran
melebihi kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-
gerakan sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan
bisa mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.
 Saltation yang dalam bahasa latin artinya meloncat umumnya terjadi pada
sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap
dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang
ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar. 

2. Jenis-Jenis Sedimentasi
Jenis-jenis Sedimentasi adalah sebagai berikut :
 Lithougenus Sedimen
Sedimen yang berasal dari erosi pantai dan material hasil erosi daerah up
land. Material ini dapat sampai ke dasar laut melalui proses mekanik, yaitu

14
tertransport oleh arus sungai dan atau arus laut dan akan terendapkan jika
energi tertrransforkan telah melemah.
 Biogeneuos Sedimen
Sedimen yang bersumber dari sisa-sisa organisme yang hidup seperti
cangkang dan rangka biota laut serta bahan-bahan organik yang
mengalami dekomposisi. 
 Hidreogenous Sedimen
Sedimen yang terbentuk karena adanya reaksi kimia di dalam air laut dan
membentuk partikel yang tidak larut dalam air laut sehingga akan
tenggelam ke dasar laut, sebagai contoh dan sedimen jenis ini adalah
magnetit, phosphorit dan glaukonit
 Cosmogerous Sedimen
Sedimen yang berasal dari berbagai sumber dan masuk ke laut melalui
jalur media udara atau angin. Sedimen jenis ini dapat bersumber dari luar
angkasa , aktifitas gunung api atau berbagai partikel darat yang terbawa
angin.

15
Berdasarkan tempat dan tenaga yang mengendapkannya, proses sedimentasi
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :

 Sedimentasi fluvial
Sedimentasi fluvial adalah proses
pengendapan materi yang diangkut oleh
air sungai dan diendapkan di sepanjang
sungai atau muara sungai. Bentang alam
hasil sedimentasi fluvial antara
lain pulau sungai dan delta. Pulau
sungai merupakan dataran yang terdapat
ditengah-tengah badan sungai. Sedangkan delta adalah bentuk hasil
endapan lumpur, tanah, pasir da dan batuan yang terdapat di muara sungai.
Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil
pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan
lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat
baik dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan. Oleh
karena itu tidak sedikit orang yang bermata pencaharian mencari pasir,
kerikil, atau batu hasil endapan itu untuk dijual.
 Sedimentasi aeris

Sedimen Aeolis atau Aeris, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga
angin. contohnya : tanah loss, sand dunes.

 Sedimentasi pantai

Sedimen pantai adalah material sedimen yang diendapkan di pantai.


Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen
berukuran butir lempung sampai gravel. Sedimentasi di suatu lingkungan pantai
terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi di lingkungan pantai
tersebut. Suplai muatan sedimen yang sangat tinggi yang menyebabkan
sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan yang dibawa ke laut melalui
aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah aliran sungai yang meningkatkan erosi

16
permukaan merupakan faktor utama yang meningkatkan suplai muatan sedimen
ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skala yang lebih kecil dapat terjadi karena
transportasi sedimen sepanjang pantai.

Kemudian, berdasarkan pada tipe sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan


menjadi:

1. Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel
(diameter butir > 2 mm).
2. Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir
(0,5 – 2 mm).
3. Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material
berukuran lempung sampai lanau, diameter < 0,5 mm).

Klasifikasi tipe-tipe pantai berdasarkan pada sedimen penyusunnya itu juga


mencerminkan tingkat energi (gelombang dan atau arus) yang ada di
lingkungan pantai tersebut. Pantai gravel mencerminkan pantai dengan energi
tinggi, sedang pantai lumpur mencerminkan lingkungan berenergi rendah atau
sangat rendah. Pantai pasir menggambarkan kondisi energi menengah. Di
Pulau Jawa, pantai berenergi tinggi umumnya diojumpai di kawasan pantai
selatan yang menghadap ke Samudera Hindia, sedang pantai bernergi rendah
umumnya di kawasan pantai utara yang menghadap ke Laut Jawa.

Bentuk - Bentuk Sedimentasi berdasarkan tempat terjadinya :

 Sedimentasi sungai
Pengendapan yang terjadi di sungai disebut sedimen fluvial. Hasil
pengendapan ini biasanya berupa batu giling, batu geser, pasir, kerikil, dan
lumpur yang menutupi dasar sungai. Bahkan endapan sungai ini sangat baik
dimanfaatkan untuk bahan bangunan atau pengaspalan jalan. Oleh karena itu
tidak sedikit orang yang bermata pencaharian mencari pasir, kerikil, atau batu
hasil endapan itu untuk dijual.
 Sedimentasi Danau

17
Di danau juga bisa terjadi endapan batuan. Hasil endapan ini biasanya dalam
bentuk delta, lapisan batu kerikil, pasir, dan lumpur. Proses pengendapan di
danau ini disebut sedimen limnis. 
 Sedimentasi Darat
guguk pasir di pantai berasal dari pasir yang terangkat ke udara pada waktu
ombak memecah di pantai landai, lalu ditiup angin laut ke arah darat,
sehingga membentuk timbunan pasir yang tinggi. Contohnya, guguk pasir
sepanjang pantai Barat Belanda yang menjadi tanggul laut negara itu. Di
Indonesia guguk pasir yang menyerupai di Belanda bisa ditemukan di pantai
Parang Tritis Yogyakarta. 

 Sedimentasi Laut
Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya
bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang
paling besar. Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marin. Jenis
Sedimen Laut adalah :
 Sedimen Terigen Pelagis
Hampir semua sedimen Terigen di lingkungan pelagis terdiri atas materi-
materi yang berukuran sangat kecil. Ada dua cara materi tersebut sampai
ke lingkungan pelagis. Pertama dengan bantuan arus turbiditas dan aliran
grafitasi. Kedua melalui gerakan es yaitu materi glasial yang dibawa oleh
bongkahan es ke laut lepas dan mencair. 
 Sedimen Biogenik Pelagis 
Dengan menggunakan mikroskop terlihat bahwa sedimen biogenik terdiri
atas berbagai struktur halus dan kompleks. Kebanyakan sedimen itu
berupa sisa-sisa fitoplankton dan zooplankton laut. 

Sungai yang mengalir dengan membawa berbagai jenis batuan akhirnya


bermuara di laut, sehingga di laut terjadi proses pengendapan batuan yang paling
besar. Hasil pengendapan di laut ini disebut sedimen marin. Pengendapan di laut
dapat menghasilkan:

18
1. Delta. Delta terjadi di muara sungai yang lautnya dangkal dan sungainya
membawa banyak bahan endapan. Bentuk delta dapat dikelompokkan dalam
4 macam, yaitu:
- Delta lobben, bentuknya menyerupai kaki burung. Biasanya tumbuh
cepat besar, karena sungai membawa banyak bahan endapan. Contohnya
delta Missisippi.

19
G

Gambar 1. Delta Lobben

- Delta tumpul, bentuknya seperti busur. Keadaannya cenderung tetap


(tidak bertambah besar), misalnya delta Tiger dan Nil.

Gambar 2. Delta tumpul

- Delta runcing, bentuknya runcing ke atas menyerupai kerucut. Delta ini


makin lama makin sempit.

Gambar 3. Delta Runcing

20
- Estuaria, yaitu bagian yang rendah dan luas dari mulut sungai
Gambar 4. Estuaria

2. Endapan kapur, yang terdiri dari sisa binatang karang, lokan, atau rangka
ikan. Endapan kapur ini biasanya terjadi di laut dangkal.
3. Endapan pasir silikon, dihasilkan dari bangkai plankton yang berangka
silikon. Endapan ini terjadi di dasar laut yang dalam.
Batuan endapan yang berasal dari hasil penghancuran itu adakalanya
mengalami penyatuan kembali menjadi gumpalan besar karena terikat oleh zat
kapur atau oksida silikon. Jika yang diikatnya terdiri dari kerikil runcing, tajam
dan menghasilkan bongkahan, maka pengendapan ini disebut breksi. Namun
apabila bongkahan itu terdiri dari batubatu bulat akan menghasilkan konglomerat.
Sedimentasi atau pengendapan yang dilakukan secara terus menerus
dalam jangka waktu lama dapat mengubah permukaan bumi menjadi dataran yang
lebih tinggi. Pengikisan oleh tenaga air atau mungkin angin di daerah pegunungan
mengakibatkan adanya pengendapan di daerah yang agak rendah, sehingga lama
kelamaan berubah menjadi dataran tinggi. Misalnya Dataran Tinggi Dieng,
Dataran Tinggi Gayo.
Di daerah sekitar pantai yang lautnya dangkal sedimentasi dapat
menghasilkan dataran rendah. Sungai yang secara terus menerus membawa bahan
endapan akan mengendap di laut sehingga menjadikan sebuah daratan. Misalnya
dataran rendah Pulau Jawa, atau pantai Timur Sumatera merupakan daratan hasil
sedimentasi.

21
Sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus
selama suplai muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung. Perubahan laju
sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik di daerah
aliran sungai terkait. Pembukaan lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapat
meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya, pembangunan dam atau pengalihan
aliran sungai dapat merubah kondisi sedimentasi menjadi kondisi erosional.
Bila sedimentasi semata-mata karena tranportasi muatan sedimen
sepanjang pantai, laju sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat bila
dibandingkan dengan sedimentasi yang mendapat suplai muatan sedimen dari
daratan.

Prediktabilitas
Berkaitan dengan aktifitas manusia, persoalan yang muncul karena
sedimentasi dapat diperhitungkan sejak awal ketika aktifitas tersebut dimulai
melalui studi geomorfologi pesisir dan transportasi sedimen. Demikian pula
dengan kemungkinan perubahannya, dapat diprediksi dengan studi tersebut.
Durasi
Proses sedimentasi berlangsung perlahan dan terus menerus selama
suplai muatan sedimen yang banyak dari daratan masih terus terjadi. Proses
sedimentasi berhenti atau berubah menjadi erosi bila suplai muatan sedimen
berkurang karena pembangunan dam atau pengalihan alur sungai.
Areal terganggu
Areal yang terganggu oleh proses sedimentasi terbatas pada lokasi-lokasi
yang terdapat aktifitas manusia yang membutuhkan perairan yang cukup dalam,
seperti pelabuhan dan alur-alur pelayaran.
Aktifitas mitigasi
Untuk melindungi pelabuhan dan alur pelabuhan, upaya mitigasi dapat
dilakukan dengan membangun jetty. Sementara itu, tindakan upaya menghentikan
atau mengurangi sedimentasi di suatu kawasan teluk misalnya, dapat dilakukan
dengan pengalihan alur sungai yang diketahui suplai muatan sedimen dari sungai
itu mengerah ke teluk tersebut. Dalam skala yang lebih luas, mitigasi bencana

22
karena sedimentasi dapat dilakukan dengan pengelolaan DAS (Daerah Aliran
Sungai) yang merupakan sumber utama muatan sedimen yang masuk ke perairan.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik berdasarkan bab-bab terdahulu


yaitu :

1. Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari sedimen atau endapan


(Wadell, 1932). Sedangkan sedimen atau endapan pada umumnya diartikan
sebagai hasil dari proses pelapukan terhadap suatu tubuh batuan, yang
kemudian mengalami erosi, tertansportasi oleh air, angin, dll, dan pada
akhirnya terendapkan atau tersedimentasikan. Dan sedimentasi adalah suatu
proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau
gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan
yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun
secara kimia dan organik.
2. Proses sedimentologi yaitu
a. Pelapukan, yang terdiri atas pelapukan fisik, pelapukan kimiawi, dan
pelapukan biologis.
b. Transportasi sedimen dipengaruhi oleh :
 Cairan
 Mekanisme transportasi
 Mekanisme gerakan
 Gravity

c. Struktur sedimen yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

 Perubahan fisik
 Perubahan kimia
 Proses biologi

24
3. Jenis-jenis sedimentasi terdiri atas :
a. Lithougenus Sedimen
b. Biogeneuos Sedimen
c. Hidreogenous Sedimen
d. Cosmogerous Sedimen

4. Sedimentasi yang terus menerus dapat menyebabkan pendangkalan


daerah sungai maupun danau tetapi dengan adanay proses sedimentasi
khususnya bila membentuk batuan,maka batuan sedimen hasil
sedimentasi ini akan mengandung reservoar.

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan pada mata kuliah pengantar
geofisika ini yaitu sebaiknya presentasi kelompok lebih diefisienkan lagi.

25
DAFTAR PUSTAKA

http://exonn.blogspot.com/2009/11/penendapan.html (diakses pada tanggal 9 Mei


2011 pukul 21.00)

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100323002832AAc3hU8
(diakses pada tanggal 9 Mei 2011 pukul 21.25)

http://earlfhamfa.wordpress.com/2009/04/26/batuan-sedimen-sedimentory-rocks/
(diakses pada tanggal 9 Mei 2011 pukul 22.00)

http://id.wordpress.com/tag/sedimentasi/ (diakses pada tanggal 9 Mei 2011 pukul


22.06)

http://jurnal-geologi.blogspot.com/2010/02/daftar-isi-sedimentologi.html (diakses
pada tanggal 9 Mei 2011 pukul 22.17)

26
27

You might also like