You are on page 1of 12

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM FISIOLOGIS

disusun oleh :

Muhamad Ilham N
P17420209027

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2011
TINJAUAN TEORI

POST PARTUM FISIOLOGIS

A. Pengertian Post Partum

Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan

kembali sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama

masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu (Mochtar, 1998). Akan tetapi seluruh

alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa, 2002). Selain itu

masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah

kira-kira 6 minggu (Mansjoer et.All. 1993).

Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode (Mochtar, 1998) :

1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan

berdiri dan berjalan-jalan.

2. Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia

yang lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.

3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai

komplikasi.

B.PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS

Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti

sedia kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-

perubahan yang terjadi, diantaranya :


1. Perubahan dalam system reproduksi

a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)

b. Involusi tempat plasenta

c. Pengeluaran lochea

d. Perubahan pada perineum, vulva, dan vagina

2. Laktasi / pengeluaran Air Susu Ibu

Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone menginduksi

perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan juga

merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone

esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar hormone

prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.

3. Perubahan system Pencernaan

Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau

2 jam setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal

dikarenakan kekurangan bahan makanan selama persalinan dan

pengendalian pada fase defekasi.

4. Perubahan system perkemihan

Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami

kesukaran dalam buang air kecil, karena :

o Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh

o Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh

kepala bayi

o Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring


5. Penebalan Sistem Muskuloskeletal

Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan

sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena

meregang setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada

multipara.

6. Perubahan Sistem Endokrin

Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan

chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl

sudah tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum

turun dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita

menyusui, kadar prolaktin meningkat setelah bayi disusui.

7. Perubahan Tanda-tanda Vital

Suhu badan wanita in partu tidak lebih dari 37,20C. Setelah partus dapat

naik 0,50C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38,00C sesudah 12

jam pertama melahirkan. Bila >38,00C mungkin ada infeksi. Nadi dapat

terjadi bradikardi, bila takikardi dan badan tidak panas dicurigai ada

perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada perdarahan. Pada beberapa

kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang dengan sendirinya

apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2 bulan tanpa

pengobatan.

8. Perubahan system kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo

2 minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah melahirkan


peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih

menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.

9. Perubahan Sistem Hematologik

Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000 selama

persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa menjadi

patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang.

Hb, HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.

10. Perubahan Psikologis Postpartum

Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan

gejala-gejala depresi ringan sampai berat.

C. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM

o Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak

o Pengeluaran vagina yang baunya menusuk

o Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung

o Sakit kepala terus-menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan

o Pembengkakan di wajah/tangan

o Demam, muntah, rasa sakit waktu BAK, merasa tidak enak badan

o Payudara yang berubah menjadi merah, panas, dan atau terasa sakit

o Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang sama

o Rasa sakit, merah, lunak, dan pembengkakan di kaki

o Merasa sedih, merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri

o Merasa sangat letih/nafas terengah-engah


D. Perawatan Post Partum

Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan

menghindarkan adanya kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi.

Bila ada laserasi jalan lahir atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan

perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang-

kurangnya 1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya

perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang

untuk mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh

miring ke kanan atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi

dapat ditempatkan dalam satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk

dan berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta

banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat

dilakukan sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya

dilakukan kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila

ada obstipasi dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum,

mungkin akan terjadi febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma

atau diberi laksan per os. Bila pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi

analgetika atau sedatif agar dapat istirahat. Perawatan mamae harus sudah

dirawat selama kehamilan, areola dicuci secara teratur agar tetap bersih

dan lemas, setelah bersih barulah bayi disusui.


E. Pathways

PATHWAYS post partum Letting go phase

Estrogen & Progesteron


menurun
Kehadiran anggota
Involusi uterus baru
Oksitosin meningkat Prolaktin
meningkat
Kontraksi
uterus lambat Kontraksi uterus cemas
Isapan bayi Isapan bayi
Laserasi jalan lahir adekuat tidak adekuat
Atonia uteri Pelepasan jaringan
endometrium perubahan
Oksitosin meningkat Pembendungan ASI pola peran
Servik & vagina
perdarahan Vol. darah turun
Lokhea
keluar Port of the entri Duktus & alveoli Payudara bengkak
Vol. Cairan turun Anemia akut kontraksi

Kurang perawatan Resiko infeksi


Perub. Perfusi Hb O2 turun
efektif Tidak efektif Gang. Rasa
jaringan nyaman nyeri
hipoksia Invasi bakteri
ASI keluar ASI tidak keluar
Kuman
Daya tahan mudah masuk
Resiko syok
tubuh turun
hipovolemik

Kelemahan umum Intoleransi Defisit


aktivitas perawatan diri
F. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut b/d trauma perineum, proses kelahiran,

payudara bengkak, dan involusi uterus

2. Kurang pengetahuan tentang manejemen laktasi dan perawatan bayi b/d

kurangnya informasi

3. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum b/d kurangnya

informasi

G. Intervensi

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien

perdarahan post partum menurut prioritas dan rencana keperawatannya adalah :

a. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan trauma

perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus

(Carpenito, 1997).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri

berkurang atau hialng, dengan kriteria hasil pasien tidak

mengeluh nyeri, ekspresi wajah tenang, skala nyeri dalam

batas normal (2-3).

Intervensi keperawatan :

1. Berikan individu kesempatan untuk beristirahat.

Rasional: meningkatkan relaksasi

2. Ajarkan tindakan non infasif, seperti relaksasi.


Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral

3. Kaji skala nyeri.

Rasional: mengidentifikasi tingkat nyeri

4. Ajarkan metode distraksi selama muncul nyeri akut.

Rasional: menurunkan tekanan vaskuler serebral

5. Beri posisi yang nyaman pada pasien.

Rasional: meningkatkan relaksasi/meminimalkan stimulus

6. Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional: menurunkan/mengotrol nyeri dan menurukan sitem

saraf simpatis

b. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan

bayi berhubungan dengan kurangnya informasi (Carpenito, 1997).

Tujuan : Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan

mengenai manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah

dilakukan tindakan perawatan dengan kriteria hasil pasien

mampu menjelaskan kembali mengenai informasi yang

telah diberikan.

Intervensi keperawatan :

1. Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan

kesalahan informasi.

2. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu

perawatan tali pusat dan perawatan payudara.

3. Jelaskan mengenai gizi waktu menyusui.


4. Kaji respon klien dalam menerima pendidikan kesehatan.

5. Minta klien untuk menjelaskan kembali informasi yang telah

diberikan.

c. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum berhubungan

dengan kurangnya informasi (Tucker, 1993).

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien dapat

mengungkapkan pemahaman tentang perawatan diri post

partum.

Intervensi keperawatan :

1. Anjurkan klien untuk menghindari coitus selama 4 – 6 minggu /

sesuai anjuran dokter.

2. Demonstrasikan perawatan payudara dan ekspresi manual bila

ibu menyusui.

3. Tekankan pentingnya diet nutrisi.

4. Anjurkan pasien untuk menghindari mengangkat apapun yang

lebih berat dan bayi selama 2 -3 minggu.

5. Jelaskan perlunya dengan cermat pada bagian perineal.

6. Wapadakan klien untuk menghindari konstipasi.

7. Diskusikan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.

8. Jelaskan bahwa lokhea dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu

perubahan dari merah menjadi coklat sampai putih.

9. Beritahu menstruasi akan kembali 6 – 8 minggu setelah

perawatan.
10. Tekankan pentingnya rawat jalan terus menerus termasuk

pemeriksaan post pasca partum.

11. Perawatan vagina/vulva hygiene

Rasional: Membersihkan perineum


DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.1991. Pelatihan Gawat Darurat

Prenatal. Semarang : CV. Grafika Karya.

Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995. Pencegahan dan

Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI

Doenges, M. E. 1999. Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and

Documentating Patient Care. Edisi III. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran, EGC.

Long, Barbara. C. 1996. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I.

Penerbit CV. Mosby Company, St. Louis, USA

You might also like