You are on page 1of 16

Daftar isi

JUDUL
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan

Bab II Pembahasan

2.1 Puisi Lama


2.2 Puisi Baru
2.3 Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Bab III Penutup

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sekarang ini, kita sering membaca facebooker menuliskan puisi.Puisi apakah itu?
Apakah puisi-puisi yang kita baca itu termasuk puisi? Bila termasuk puisi, jenis apakah puisi yang kita
baca itu? Dalam makalah ini, saya mencoba untuk sedikit membeda apa itu puisi. Adapun judul yang
saya ambil mengenai puisi adalah Puisi Lama dan Puisi Baru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Puisi Lama?
2. Bagaimana Ciri-Ciri Puisi Lama?
3. Jenis-Jenis Puisi Lama.
4. Contoh Puisi Lama.
5. Apa itu Puisi Baru?
6. Bagaimana Ciri-Ciri Puisi Baru?
7. Jenis-Jenis Puisi Baru.
8. Contoh Puisi Baru.

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk mengetahui apa itu puisi.
2. Untuk kembali mengingat kembali jenis-jenis puisi.
3. Untuk mengetahui apakah puisi-puisi yang kita baca itu termasuk dalam jenis puisi lama atau puisi
baru.

Bab II Pembahasan

2.1 Puisi Lama


Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.
Adapun aturan-aturan yang mengikat puisi lama adalah
1. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. persajakan ( rima )
4. Banyaknya suku kata tiap baris
5. Irama
Ciri-ciri puisi lama :
a. Merupakan puisi rakyat yang tidak dikenal nama pengarangnya.
b. Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c. Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima

Macam-macam puisi lama


1. Mantra
Mantra merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat melayu pada mulanya bukanlah
sebuah karya sastra, melainkan lebih berkaitan dengan adat dan kepercayaan.
2. Pantun
Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku
kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya
terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasehat, teka-teki, dan jenaka
3. karmina adalah pantun kilat seperti pantun tapi pendek
4. Seloka adalah pantun berikat
5. Gurindam merupakan puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
6. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri-ciri bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasehat atau cerita.
7. Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh-Contoh Puisi lama akan saya ambil dari sebuah pantun yang cukup terkenal yaitu :

Kalau ada jarum patah


Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

2.2 Puisi Baru


Puisi baru tidak sama dengan puisi lama. Isi, bentuk, irama, dan bentuk persajakan dalam puisi lama
sudah berubah dalam puisi baru.
Berdasarkan jumlah baris dalam kalimat pada setiap baitnya, puisi baru dibagi dalam beberapa
bentuk puisi, yaitu:
o Distikon, sajak yang berisi dua baris kalimat dalam setiap baitnya, bersajak a-a.
o Tarzina, Sajak tiga seuntai, artinya setiap baitnya terdiri atas tiga buah kalimat.Tarzina bersajak a-a-
a; a-b-c; a-b-b;
o Kuatrin, sajak empat seuntai yang setiap baitnya terdiri atas empat buah kalimat. Kuatrin bersajak
ab\ab, aa-aa, ab\ab atau aa\bb.
o Kuint, Sajak atau puisi yang terdiri atas lima baris kalimat dalam setiap baitnya. Kuint bersajak a-a-
a-a-a.
o Sektet, Sajak atau puisi enam seuntai, artinya terdiri atas enam buah kalimat dalam setiap baitnya.
Sektet mempunyai persajakan yang tidak beraturan. Dalam sektet, pengarangnya bebas menyatakan
perasaannya tanpa menghiraukan persajakan atau rima bunyi.
o Septina, Sajak tujuh seuntai yang setiap baitnya terdiri atas tujuh buah kalimat. Sama halnya
dengan sektet, persajakan septina tidak berurutan.
o Stanza, Sajak delapan seuntai yang setiap baitnya terdiri atas delapan buah kalimat. Stanza disebut
juga oktava. Persajakan stanza tidak beraturan.
Bentuk-bentuk puisi baru berdasarkan isi yang terkandung di dalamnya adalah:
• Ode, Sajak atau puisi yang isinya mengandung pujian kepada seseorang, bangsa dan Negara, atau
pun sesuatu yang dianggap mulia. Karena isinya itulah, ode disebut juga sebagai puji-pujian.
Persajakan ode tidak beraturan atau bebas.
• Himne, Sajak pujaan, yaitu puji-pujian kepada Tuhan Yang Mahakuasa. Himne disebut juga sajak
atau puisi ketuhanan.
• Elegi, Elegi merupakan sajak duka nestapa. Isi sajak ini selalu mengungkapkan sesuatu yang
menyayat hati, mendayu-dayu dan mengharu-biru.
• Epigram, Sajak atau puisi yang berisi tentang ajaran-ajaran moral, nilai-nilai hidup yang baik dan
benar, yang dilukiskan dengan ringkas. Terkadang ditulis dengan kata-kata atau kalimat-kalimat
sindiran atau kecaman pahit.
• Satire, Sajak atau puisi yang isinya mengecam, mengejek dengan kasar (sarkasme) dan tajam (sinis)
suatu kepincangan atau ketidakadilan yang ada dalam masyarakat.
• Romance, Romance adalah sajak atau puisi yang berisi tentang cinta kasih. Cinta kasih ini tidak
hanya cinta kasih antara dua orang kekasih, tetapi juga cinta kasih dalam bentuk lainnya. Misalnya
cinta terhadap suasana damai dan tentram, cinta keadilan, cinta terhadap bangsa dan Negara juga
cinta kepada Tuhan.
• Balada, Sajak atau puisi yang berisikan cerita atau kisah yang mungkin terjadi atau hanya khayalan
penyairnya saja.
• Soneta, adalah salah satu bentuk puisi baru yang berasal dari Italia dan masuk ke Indonesia melalui
pemuda terpelajar Indonesia yang belajar di Eropa, terutama Belanda.Tokoh sonata terkenal dan
dianggap sebagai bapak sonata Indonesia adalah Mohammad Yamin dan Rustam Effendi. Soneta
yang asli terdiri atas empat belas kalimat seluruhnya. Namun sonata yang ada di Indonesia jumlah
barisnya lebih dari empat belas kalimat. Tambahan baris kalimat dalam sonata tersebut dinamakan
koda atau ekor.

Karena begitu beragamnya puisi baru, dan tidak mungkin saya paparkan di makalah ini, maka saya
akan memilih 1 puisi baru dari jenis puisi baru soneta, yang judulnya Aku karya Chairil Anwar
Aku

Kalau sampai waktuku


'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalang


Dari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitku


Aku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari


Berlari
Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

(oleh Chairil Anwar, Maret 1943)

2.3 Perbedaan Puisi Lama dan Puisi Baru

Bila kita berbicara mengenal perbedaan antara puisi lama dan puisi baru. Kita perlu melihat puisi di
Indonesia yang digolongkan ke dalam dua kategori besar, yaitu puisi lama dan puisi baru. Puisi baru
mempunyai bentuk-bentuk yang berbeda dari puisi lama. Bentuk puisi-puisi baru mengambil bentuk
dari Barat karena keadaan di barat lebih maju daripada di Timur, termasuk Indonesia. (Nursisto.
Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicitra Karya Nusa. 2000. Hal.28) Sedangkan bentuk
puisi lama terikat pada tradisi (aturan-aturan).
Sedangkan puisi bentuk puisi lama lebih terikat pada aturan-aturan yang ada. Adapun kesusasteraan
hasil karya bangsa Indonesia (Melayu) sendiri sendiri adalah pantun.Dari hal ini kita dapat melihat
perbedaan antara puisi baru dan puisi lama, yaitu adanya keterikatan pada aturan dalam puisi lama
dan kebebasan dalam puisi baru.

III. Penutup

Demikian pembahasan dalam makalah ini semoga dapat memberikan pemahaman mengenai apa itu
puisi lama dan puisi baru, serta dapat melihat perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.
Semoga pula dengan makalah ini dapat memotivasi pembaca untuk lebih mencintai puisi.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Struktural merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat
berdiri sendiri di luar struktural itu. Pendekatan struktural yaitu suatu metode atau cara pencarian
terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai
individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar
unsurnya.
Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra
mempunyai kebulatan makna intiristik yang dapat digali dari karya itu sendiri.
Pendekatan struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi,
citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi,
dan ide yang digunakan dalam menulis puisinya.
Untuk menunjang menganalisis puisi. Pendekatan struktural dalam analisis puisi dab kritik sastra
berguna untuk pengembangan dan pembinaan ilmu sastra (teori sastra). Kritik sastra merupakan
wadah analisis karya sastra, analisis struktur ceruta, gaya bahasa, gaya bahasa teknik penceritaan
dan sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, makalah yang berjudul “ Aalisis Puisi Berdasarkan Pendekatan
Struktural, secara lebih terinci rumusan masalah tersebut di fokuskan pada pokok masalah dan
dijabarkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Apa pengertian pendekatan struktural?
2. Apa arti dari analisis puisi?
3. Apa hasil dari menganalisis puisi berdasarkan pendekatan struktural?
1. 3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mengenal secara
mendetail serta universal dalam Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural.

1.4 Manfaat Pembahasan


Tidak dipungkiri lagi bahwa dalam setiap pembahasan pasti mempunyai tujuan tertentu. Tujuan
dalam pembahasan ini adalah untuk mendiskripsikan secara objektif tentang;
“ Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural “

1. 5 Batasan Istilah Dalam Judul


Batasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul makalah ini
sedangkan yang perlu di batasi dalam istilah tersebut meliputi:
1) Pendekatan Struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang
sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri diluar
kesatuannya, melaikan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
2) Arti istilah dan pengertian analisis puisi; Dalam linguistik, analisis puisi adalah kajian yang
dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam.

1. 6 Sistematika Dalam Judul


Dalam pembahasan pada makalah ini, penulis membagi penulisan makalah ini menjadi 4 Bab.
Termasuk didalamnya Bab Pendahuluan, Bab Kajian teori, Bab Analisis, dan Bab Penutup secara
berturut-turut penulis uraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN berisi mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat pembahasan, batasan istilah dalam judul, dan sistematika dalam judul.
BAB II : KAJIAN TEORI menguraikan tentang pengertian pendekatan struktural dan analisis puisi.
BAB III : ANALISIS PUISI BERDASARKAN PENDEKATAN STRUKTURAL menganalasis puisi berdasarkan
pendekatan struktural.

BAB IV : PENUTUP berisi tentang kesimpulan dan saran.


BAB II
KAJIAN TEORI

2. 1 Pengertian Pendekatan Struktural


Pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang
sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di
luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.
Struktural merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat
berdiri sendiri di luar struktural itu.

2. 2 Pengertian Analisis Puisi


Arti istilah analisis (analysis) dianggap berkaitan erat dengan pengertian evaluasi terhadap situasi
dari sebuah permasalahan yang dibahas, termasuk di dalamnya peninjauan dari berbagai aspek dan
sudut pandang.
Evaluasi merupakan tahap pertama dimana system engineering menganalisis hal-hal yang diperlukan
dalam pelaksanaan proyek pembuatan atau pengembangan system dalam bidang komunikasi dan
komputerisasi.
Dalam komputasi, analisis ini biasanya mencakup segi kontrol arus, kontrol kesalahan dan penelitian
efisiensi. Tidak jarang ditemui permasalahan besar dapat dibagi menjadi komponen yang lebih kecil
sehingga dapat diteliti dan ditangani lebih mudah. Lihat juga flow analysis, numerical analysis,
system analysis.
Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna
meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata
analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa
kandungan suatu zat dalam cuplikan.
Karya sastra, termasuk puisi, adalah sebuah struktur. Sebuah struktur menyiratkan adanya unsur-
unsur pembentuk. Puisi adalah sebuah struktur yang kompleks, yang terdiri atas unsur-unsur yang
saling berjalinan dengan erat. Unsur-unsur itu tidak berdiri sendiri-sendiri. Sebuah unsur hanya
mempunyai arti dalam kaitannya dengan unsur-unsur lainnya di dalam struktur itu dan kaitannya
dengan keseluruhannya. Unsur dalam struktur adalah unsur fungsional, yaitu mempunyai tugas
(fungsi) tertentu dalam menyusun struktur.
Puisi adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah
dianalisis. Akan tetapi, tidak semua analisis sama baiknya. Analisis yang tidak benar akan
menghasilkan kumpulan fragmen atau koleksi fragmen. Unsur koleksi bukanlah bagian struktur yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, dalam analisis haruslah dilihat hubungan antarbagiannya, mengingat
unsur dalam struktur adalah unsur yang fungsional.
Sampai sekarang dikenal analisis dikotomis bentuk dan isi karya sastra. Analisis bentuk dan isi itu
tidak menggambarkan wujud puisi yang sebenarnya karena bentuk dan isi puisi itu tidak dapat
dipisahkan secara mutlak. Bentuk dan isi itu bercampur hingga mana yang bentuk dan mana yang isi
itu tidak jelas. Untuk mengatasi masalah analisis bentuk dan isi itu ada usaha lain, yaitu analisis
fenomenologis. Analisis fenomenologis itu dibuat oleh Roman Ingarden, seorang filsuf dan ahli seni
Polandia. Karya sastra itu sesungguhnya merupakan struktur lapis norma karya sastra. Norma karya
sastra itu adalah implisit dalam karya sastra sendiri, tidak berasal dari luar. Analisis Ingarden itu
dikemukakan oleh Renne Wellek dan Austin Warren sebagai berikut.
Karya sastra itu terdiri atas lapis-lapis norma. Lapis norma yang di atas menimbulkan lapis norma
yang di bawahnya. Begitu seterusnya. Lapis norma yang pertama adalah lapis bunyi. Lapis bunyi
menimbulkan lapis kedua, yaitu lapis arti. Lapis norma ketiga adalah lapis dunia pengarang. Ingarden
masih menambahkan dua lapis norma lagi, yaitu lapis dunia implisit dan lapis metafika yang menurut
Wellek dapat disatukan dengan lapis ketiga, lapis dunia pengarang.
Analisis Ingarden ini adalah analisis yang sangat maju, tetapi ada kekurangannya karena tidak
menghubungkan dengan penilaian. Unsur-unsur karya sastra tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai
mengingat karya seni sastra adalah karya seni yang fungsi estesisnya dominan. Oleh karena itu,
dalam menganalisis karya sastra termasuk puisi, ditunjukkan satuan-satuan estesis dari tiap-tiap
lapis norma dan fungsinya dalam struktur tersebut.
Analisis lapis bunyi dan lapis arti itu sarana yang terpenting untuk memahami puisi. Hal ini
disebabkan oleh puisi itu bersifat liris. Oleh karena itu, sarana ekspresinya yang utama berupa
satuan bunyi dan satuan arti.
Satuan-satuan estetik bunyi adalah persajakan, kiasan bunyi, dan orkestrasi. Dalam puisi, satuan-
satuan bunyi itu saling berjalinan untuk mendapatkan ekspresivitas yang intensif. Bahkan juga
satuan estetik bunyi itu berjalinan erat dengan satuan-satuan estetik lapis arti untuk mendapatkan
nilai seni sebanyak-banyaknya.
Di antara satuan estetik bunyi adalah sajak. Sajak adalah ulangan bunyi, baik berupa asonansi,
aliterasi, sajak awal, sajak dalam, sajak akhir maupun sajak tengah. Dalam puisi lama ada pola sajak
(sajak akhir) yang mengikat. Dalam puisi Pujangga Baru masih dipergunakan pola sajak akhir, tetapi
tidak mengikat. Dalam arti, boleh dibuat variasi pola-polanya. Dalam puisi periode berikutnya
persajakan sebagai sarana kepuitisan, tetapi disesuaikan dengan fungsi ekspresivitasnya, tidak usah
harus terpola. Bahkan, ada kecenderungan untuk tidak mempergunakan 1990 karena sajak
persajakan pada periode 1970 formal prosa. Diditulis seperti bentuk samping persajakan sarana
kepuitisan bunyi berupa orkestrasi. Orkestrasi adalah bunyi musik pada puisi. Orkestrasi ini berupa
penggabungan unsur-unsur kepuitisan bunyi yang menyebabkan merdu dan berirama. Orkestrasi
bunyi yang merdu disebut efoni, sedangkan orkestrasi bunyi parau disebut kakafoni.
Satuan-satuan estetik lapis arti di antaranya berupa diksi, bahasa kiasan, dan sarana retorika. Diksi
adalah pemilihan kata setepat-tepatnya. Pemilihan kata itu disesuaikan dengan ekspresi bunyi,
ketepatan arti yang sesuai dengan gagasan sajak, konsep estetik, dan warna setempat (local colour
Puisi dapat diartikan sebagai hasil karya tulis yang mengandung unsur seni. Mengapa dikatakan
demikian ? Karena puisi adalah hasil buah fikir manusia (karya) dalam bentuk tertulis (tidak dalam
bentuk lain, misal patung atau lukisan) yang penuh dengan unsur keindahan (rasa-emosi). Jika salah
satu saja dari karakteristik tersebut hilang, misalkan unsur seni, tidak lagi disebut puisi, melainkan
karya tulis biasa seperti halnya pengumuman, laporan, atau berita.
Dalam berpuisi, baik waktu menulis, mambaca, maupun mendengarkannya, ada nuansa khusus
sehingga emosional penulis, pembaca, ataupun pendengarnya terbawa hanyut oleh jiwa dari puisi
itu. Lain halnya dengan sajian bahasa yang sifatnya informasi (mungkin) tidak akan menyentuh unsur
afektif individu. Dengan demikian, melalui berpuisi sekaligus dapat membangkitkan dan
mengembangkan (Bloom, BS dalam Erman, 2003) potensi emosional (affektive, rasa-budi) sekaligus
kemampuan berfikir (cognitive, akal-fikir), dan ketrampilan psikis (psychomotoric). Dengan berpuisi,
lengkaplah pengembangan potensi individu tersebut di atas, karena ketiganya selalu terbawa serta.

*) Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural


Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas pendahuluan. Sebab karya sastra
mempunyai kebulatan makna intiristik yang dapat digali dari karya itu sendiri.
Pendekatan struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi,
citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi, persajakan, narasi, emosi,
dan ide yang digunakan dalam menulis puisinya.
Untuk menunjang menganalisis puisi. Pendekatan struktural dalam analisis puisi dab kritik sastra
berguna untuk pengembangan dan pembinaan ilmu sastra (teori sastra). Kritik sastra merupakan
wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya bahasa, gaya bahasa teknik penceritaan dan
sebagainya.
Pendekatan struktural yang dipergunakan, akan menghasilkan gambaran yang jelas terhadap diksi,
citraan, bahasa kias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai dan bunyi, persajakan, narasi, emosi,
dan ide yang digunakan pengarang dalam menulis puisinya.

BAB III
ANALISIS PUISI
BERDASARKAN PENDEKATAN STRUKTURAL

Di bawah ini akan disajikan sebuah puisi yang dianalisis berdasarkan pendekatan struktural;

PUISI

TOBAT

Aku tobat, ya Tuhanku


Tobat atas segala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di Iadang

Jantungku adalah biji kentang


Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah

Aku tobat, ya Tuhanku


Tobat atas segala dosaku
Burung-burung kecil di belukar
Batang pimping menggeiiat

Mulutmu daisi di hutan


Sederhana dan naif sekali
Mulutmu daisi di hutan
Diinjak kaki petani
Aku tobat, ya Tuhanku
Telah kuinjak mulutmu
Dan juga jantungku.
(Rendra, Masmur Mawar)
a. Diksi (pilihan kata)
Diksi merupakan pemilihan kata yang tepat, padat dan kaya akan nuansa makna dan suasana
sehingga mampu rnengembangkan dan mempengaruhi daya irnajinasi pembaca (Fajahono. 1990:
59).
Dalam puisi “TOBAT” disamping, terdapat beberapa pilihan kata yang digunakan oleh pengarang
yang sangat sederhana seperti yang dapat dilihat dalam puisi tersebut. Kata-kata yang digunakan
oleh penyair mudah dipahami.

Seperti pada BAIT I pada baris I dan 2

“Aku tobat, ya Tuhanku


Tobat atas segala dosaku”

Dalam menggunakan kata-kata aku tobat, ya. Tuhanku, pembaca akan lebih mudah mengetahui
makna sebenarnya dan puisi tersebut, begitu pula pada kata-kata dalam kalimat tobat atas segala
dosaku, kata yang digunakan adalah kata dengan makna sebenamya.

BAIT II

“Jantungku adalah biji kentang


Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah”

Kata-kata yang digunakan dalam kalimat puisi di atas menggunakan kata-kata yang mengandung
unsur perumpamaan,ini bisa dilihat jelas pada kata “jantungku adalah biji kacang”.

BAIT III dan BAIT IV juga menggunakan kata-kata dengan makna sebenanya.

b. Pengimajian (citraan)
Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensonis
seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Pada puisi “T0BAT’ pengimajian yang digunakan
oleh pengarang terdapat pada:
*) Citraan Penglihatan terdapat pada bait:
I : “Kacang-kacang berkembang”
Daun habis segar di ladang
II : “Jantungku adalah biji kentang”
IV : “Telah kuinjak mulutmu” Dan juga jantungku.
*) Citraan Pendengaran terdapat pada bait I dan III
II : “digigit oleb tanab”
Subur dan meaderita
Digigit oleh tanah
IV : “Mulutmu daisi di hutan”
Sederhana dan naif sekali
Mulutmu daisi di hutan.

c. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Pengonkretan
kata berhubungan erat dengan pengimajinasian, peagembangan dan pengiasan. Pada puisi “TOBAT”
kata konkret terdapat pada bait:
II : “Jantwigku adalah biji kentang”
Di mana penyair di sini menghiaskan bahwa jantungnya disamakan dengan biji kentang.
II : “digigit oleh tanah”
Di mana penyair menghiaskan atau mempersarnakan tanah dengan rnatiusia atau hewan yang bisa
meuggigit sedangkan tanah merupakan benda mati.

d. Bahasa Figuratif (Majas)


Bahasa ftguratif atau majas adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu
dengan cara yang biasa, yakni suara yang langsung mengungkapkan makna.
Pada puisi “TOBAT” majas yang digunakan:
a) Perbandingan. Puisi “TOBAT” tidak mempunyai bahasa figuratif perbandingan
b) Metafora adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tetapi tidak
menggunakan kata-kata pembanding.
Pada puisi “TOBAT” metafora terdapat pada:
Bait II : “Jantungku adalah biji kentang”
Di mana dalam puisi üü penyair menyatakan bahwa jantungnya adalah biji dipersamakan dengan biji
kentang.
c) Perumpamaan epos, perbandingan yang dilanjutkan atan diperpanjang yaitu dibentuk dengan
cara rnelanjutkan sifat-sifat pembandingnya lebih lanjut dalam kalimat atau frase berturut-turut
“Jantungku adalah kentang”
Digigit oleh tanah
Subur dan menderita
Digigit oleh tanah
d) Personifikasi, kiasan mi mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat
berbuat, berpikir dan sebagainya seperti manusia.
Pada puisi “TOBAT” personifikasi terdapat pada bait II “digigit oleh tanah”
Di mana penyair mempersamakan tanah dengan manusia yang dapat rnenggigit padahal tanah itti
merupakan benda mati,
e) Venfikasi (rima, ritme dan metrum)
Rima, pengulangan bunyi dalam puisi
Pada puisi “TOBAT’ rima terdapat pada bait I yaitu pengulangan bunyi ku dan ang.
Aku tobat ya Tuhanku
Tobat atas segala dosaku
Kacang-kacang berkembang
Daun kobis segar di Iadang
 Ritma, pengulangan bunyi, kata, frase dan kalimat pada puisi “TOBAT” ritma terciapat pada bait II
dan IV yaitu pengulangan kalimat:
II : “digigitoleh tanah”
IV: “Mulutmu daisi di hutan”
Metrum, pengulangan tekanan kata yang tetap path puisi “TOBAT” metrum tidak terdapat pada
puisi tersebut.
f) Tata wajah (Tipografi), berituk yang khas dan puisi
Pada puisi yang beRjudul “ TOBAT “ mempunyai, tipografi wig zag.

*) Analisis Berdasarkan Struktur Batin


1. Tema, mempakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pada puisi “TOBAT “ penyair
menggunakan tema ketuhanan, karena terdapat pada beberapa bait sang penyair mengatakan tobat
atau sang penyair ingin tobat dan segala apa yang telah dia lakukan.
2. Perasaan (Feeling), suasana perasaan sang penyair yang diekspresikan dan harus dihayati oleh
pembaca.
Pada puisi “TOBAT” sang penyair merasa sedih karena dalam puisi tersebut penyair nengungkapkan
semua kesalahan yang dia lakukaii dan akan bertobat
3. Nada dan Suasana
- Nada, sikap penyair terhadap pembaca
Puisi “TOBAT” sikap penyair terhadap pembaca yaitu : lembut dan halus karena dia memohon agar
tobat yang dilakukan dapat diterima
- Suasana, keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi yaitu : pembaca merasa sedih dan terharu,
serta merenungkan semua apa yang dia lakukan sama dengan penyair lakukan.
- Amanat (pesan)
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.
Pada puisi “TOBAT” arnanat yang terkandung yaitu : segala sesuatu yang kita lakukan baik itu yang
bermanfaat atau tidak, pastinya kita akan minta ampun kepada Tuhan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Struktural merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat
berdiri sendiri di luar struktural itu. Analisis struktural merupakan tugas prioritas atau tugas
pendahuluan. Sebab karya sastra mempunyai kebulatan makna intiristik yang dapat digali dari karya
itu sendiri.
Evaluasi merupakan tahap pertama dimana system engineering menganalisis hal-hal yang diperlukan
dalam pelaksanaan proyek pembuatan atau pengembangan system dalam bidang komunikasi dan
komputerisasi.
Dalam komputasi, analisis ini biasanya mencakup segi kontrol arus, kontrol kesalahan dan penelitian
efisiensi. Tidak jarang ditemui permasalahan besar dapat dibagi menjadi komponen yang lebih kecil
sehingga dapat diteliti dan ditangani lebih mudah. Lihat juga flow analysis, numerical analysis,
system analysis.
Perumusan masalah dari Analisis Puisi Berdasarkan Pendekatan Struktural adalah:

1. Apa pengertian pendekatan struktural?


- Pendekatan struktural adalah suatu metode atau cara pencarian terhadap suatu fakta yang
sasarannya tidak hanya ditujukan kepada salah satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di
luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya.

2. Apa arti dari analisis puisi?


- Arti istilah analisis (analysis) dianggap berkaitan erat dengan pengertian evaluasi terhadap situasi
dari sebuah permasalahan yang dibahas, termasuk di dalamnya peninjauan dari berbagai aspek dan
sudut pandang.
Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna
meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata
analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa
kandungan suatu zat dalam cuplikan.

3. Apa hasil dari menganalisis puisi menggunakan pendekatan struktural?


- Hasil dari analisis puisi menggunakan pendekatan struktural adalah akan menghasilkan gambaran
yang jelas terhadap diksi, citraan, bahasa khias, majas, sarana retorika, bait dan baris, nilai bunyi,
persajakan, narasi, emosi, dan ide yang digunakan dalam menulis puisinya.

4.2 Saran
Kritik sastra memiliki peran sebagai jembatan penghubung antara karya sastra dengan masyarakat
penikmat sastra. Sumbangan pikiran dan analisis kritikus yang baik bisa menimbulkan minat yang
menyala-nyala bagi pembaca-pembaca lain untuk membaca karya sastra tersebut. Kritikus dalam hal
mi dapat menjadi pemandu pembaca dalam menikmati karya sastra. Di samping itu, kritik sastra
dapat pula dijadikan alat pemandu bakat para penulis muda dan dapat mematangkan penuhs yang
telah berkarya. Bahkan bagi pengarang. Kritikus dapat menjadi. propaganda yang balk untuk karya-
karya mereka. Dalam mengembang misinya , para kritikus dituntut memiliki rasa tanggung jawab
dan kejujuran dalain rnengembangkan profesi dan kejujuran terhadap hati nurani sendiri.
Seorang kritikus tidak akan terbawa hanyut oleh keterpakuannya terhadap apa yang dinikmati dan
dihayati atau terbius dan terbuai oleh kesan-kesan belaka sehingga apa yang ditulisnya bukanlah
sebuah kritik melainkan rekaman kesan-kesan, atau laporan perjalanan batin di dalam
keterbuaiannya dengan kesan-kesan itu. Ia harus memiliki kemampuan nasional berkat pengetahuan
dan pengalaman batinnya yang telah diperkaya oieh banyaknya jenis karya yang telah dibacanya dan
ditelaahnya. Semakin banyak ia membaca, semakin kaya pula Ia dengan pengetahuan dan
pengalaman batin, serta semakin tajam pula pengamatan dan kemampuannya merasionalkan
kesimpulan-kesimpulan yang ditariknya dan apa yang dibacanya itu. Dengan demikian ia dapat
menerangkan hakikat karya sastra yang bersangkutan sebagaimana Ia dapat menangkap dan
merasakannya.
Untuk menunjang ilmu sastra. Kritik sastra berguna pula untuk pengembangan dan pembinaan ilmu
sastra (teori sastra) Kritik sastra merupakan wadah analisis karya sastra, analisis struktur cerita, gaya
bahasa teknik penceritaan dan sebagainya. Dengan demikian ia memberi sumbangan besar kepada
para ahIi sastra dalam mengernbangkan sastra memberi sumbangan pula kepada kritikus yang
belurn dijelajahi oleh pengarang. Demikian, saran dari penulis makalah ini secara nyata memberi
sumbangan pula dalam meningkatkan mutu karya sastrawan.

You might also like