Professional Documents
Culture Documents
Sektor Publik
Disusun Oleh:
Tim Penyusun Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor Sektor Publik
Selaku pimpinan STAN saya sangat bangga dengan kegiatan ini dan
peningkatan yang telah dicapai khususnya dalam hal pengembangan Sumber
Daya Manusia (SDM) aparatur negara, namun tidak cukup sampai di sini, kita
harus dapat mencapai kinerja yang lebih baik di masa mendatang.
Daftar
Isi
Daftar Isi .............................................................................................. i
Kata Pengantar..................................................................................... iii
Daftar Pustaka......................................................................................... 65
Kata
Pengantar
Penulisan modul Dasar-dasar Audit Internal Sektor Publik ini dimaksud-
kan sebagai bahan ajar bagi para auditor pemula (junior) di lingkungan
Inspektorat Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota). Pengetahuan
mengenai Dasar-dasar Audit ini diperlukan, terutama auditor pemula (junior)
untuk memberikan pemahaman kepada mereka mengenai berbagai konsep
dasar di bidang audit, sehingga dapat melaksanakan tugasnya sehari-hari
dengan cara yang lebih efisien dan efektif.
Bab 3 menjelaskan proses audit dalam garis besar, yang pada modul
ini dibagi dalam; persiapan penugasan, audit pendahuluan, pelaksanaan
pengujian, penyelesaian penugasan, pelaporan dan tindak lanjut.
Bab 1
Gambaran Umum
Audit Internal
Sektor Publik
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian audit, jenis auditor, audit internal sektor
publik, peran dan kontribusi audit internal, dan persyaratan menjadi
auditor.
A. Pengertian Audit
Istilah audit berasal dari kata “audere” yang berarti mendengar, diambil
dari praktek Raja-raja pada zaman dahulu, yang melakukan pemeriksaan
terhadap keuangan negaranya dengan cara mendengarkan laporan yang
dibacakan oleh Bendahara/Menteri Keuangannya. Lama kelamaan kata audere
yang semula berarti mendengar itu berubah menjadi audit dan diartikan
sebagai pemeriksaan.
Sejalan dengan:
• Berkembangnya dunia perekonomian, dimana ukuran kinerja keuangan
tidak lagi didasarkan pada basis kas (cash basis), melainkan menggunakan
basis akrual (acrual basis),
• Perkembangan metode pencatatan (akuntansi) dari single entry menjadi
double entry, serta
• Pertumbuhan organisasi yang semakin besar sejalan dengan bertambah
rumitnya urusan pemerintahan,
sudah diserap secara utuh dalam Bahasa Indonesia, namun kata audit sering
diterjemahkan sebagai pemeriksaan, kata auditor diterjemahkan sebagai
pemeriksa, sedangkan kata auditee diserap menjadi auditi.
B. Jenis Auditor
Hal yang sama juga terjadi pada lembaga swasta, terutama karena
adanya pelimpahan kewenangan pengelolaan kekayaan perusahaan oleh
pemilik (contoh: Pemegang Saham) kepada pengurus (Direksi). Auditor di-
perlukan oleh pemilik/pemegang saham untuk meyakini layak dipercaya atau
tidaknya laporan pertanggung jawaban Direksi, yang biasanya disampaikan
dalam bentuk Laporan Keuangan, terdiri dari Neraca, Perhitungan Laba/(Rugi),
Laporan Arus Kas (Penerimaan dan Pengeluaran Kas).
Sesuai definisi dari the Institute of Internal Auditors (IIA), jasa assurance
dan konsultasi tersebut dimaksudkan untuk membantu organisasi mencapai
tujuannya, dilakukan melalui pendekatan sistematis dan teratur terhadap
efektivitas “pengelolaan risiko”, “pengendalian” dan “proses tata kelola”.
1. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya;
2. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna
laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari
pengaruh subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan dan
hasil auditnya dapat diselenggarakan secara obyektif.
Independensi tidak hanya dari sisi kelembagaan. Tetapi juga dari sisi
pekerjaan. Misalnya suatu Kantor Akuntan Publik menjadi konsultan pada
suatu perusahaan atau membantu perusahaan menyusunkan laporan
keuangannya. Terhadap perusahaan tersebut, Kantor Akuntan Publik yang
bersangkutan tidak boleh memberikan jasa audit.
pada sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audit
yang dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan
bahwa suatu saat dia harus mempertanggung jawabkan hasil auditnya,
termasuk apabila dia tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya
telah terjadi dalam laporan yang diauditnya, namun tidak berhasil meng-
ungkapkannya.
Rangkuman
Audit internal sektor publik adalah audit yang dilakukan auditor internal
organisasi/lembaga yang bergerak di bidang penyediaan barang dan jasa
publik (public goods and services). Sebenarnya peran auditor internal tidak
hanya semata-mata sebagai auditor, untuk meningkatkan nilai tambah
keberadaannya, auditor internal dapat pula berperan sebagai konsultan bagi
auditinya. Namun peran tersebut tidak boleh mengurangi independensinya
terhadap auditinya tersebut.
Untuk mendapat hasil audit yang baik maka orang yang menjadi auditor
internal harus memenuhi berbagai persyaratan, yaitu memiliki kompetensi
(memiliki keahlian di bidang auditing dan mempunyai pengetahuan yang cukup
mengenai bidang yang diauditnya), independen terhadap auditi, baik dalam
kenyataan (in fact) dan dalam penampilan (in appearance), serta cermat dalam
melaksanakan tugasnya.
Bab 2
Jenis
Audit
dan Tujuannya
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang berbagai jenis audit dan tujuannya, meliputi audit
keuangan, audit kepatuhan dan audit operasional, serta berbagai jenis
audit lainnya
A. Audit Keuangan
Hasil audit kedua insititusi ini disajikan dalam bentuk laporan yang
memuat pernyataan (opini) atas laporan keuangan yang diperiksanya. Opini
tersebut dapat berupa pernyataan bahwa laporan keuangan yang diuji;
• layak dipercaya (unqualified opinion),
• dapat dipercaya dengan beberapa catatan yang perlu mendapat perhatian
(qualified opinion),
• tidak dapat dipercaya (adverse opinion), atau
• karena sesuatu hal, menolak memberikan pendapat (disclaimer).
B. Audit Operasional
C. Audit Kepatuhan
Rangkuman
Selain audit keuangan, jenis audit yang juga berkembang adalah audit
operasional dan audit kepatuhan:
• Audit kepatuhan, yaitu audit yang bertujuan untuk menilai ketaatan suatu
entitas atau pelaksanaan program/kegiatan tertentu terhadap ketentuan
yang berlaku, meliputi peraturan perundang-undangan, kebijakan manajemen,
rencana kerja dan anggaran, prosedur yang telah ditetapkan, perjanjian,
dsb
Bab 3
Proses
Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang proses audit, meliputi gambaran umum, penyusunan
rencana kerja audit, pelaksanaan audit termasuk pelaporan hasil audit,
serta pemantauan dan tindak lanjut hasil audit.
populasi yang terkait dengan kegiatan yang diaudit, seperti banyaknya sumber
daya yang digunakan dan hasil yang diperoleh. Setelah itu barulah dilakukan
evaluasi lebih lanjut sesuai tujuan audit, misalnya:
• Pada pemeriksaan ketaatan atas ketentuan pengadaan barang dan jasa,
kegiatan audit dimulai dengan pengumpulan data mengenai frekuensi,
volume dan nilai pengadaan yang akan diuji. Setelah itu barulah dilakukan
pengujian mengenai ketaatan prosedur pengadaan tersebut terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Pada pemeriksaan operasional pemberian salah satu jenis perizinan,
auditor terlebih dahulu mengumpulkan informasi mengenai volume dan
nilai pendapatan retribusi dari pemberian izin tersebut. Setelah itu baru
melakukan pengujian mengenai keekonomisan, efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan kegiatan operasional pemberian izin tersebut.
C. Audit Pendahuluan
D. Pelaksanaan Pengujian
1. Pelaporan
Penyusunan laporan hasil audit, yaitu aktivitas menuangkan rangkuman
hasil audit kedalam laporan, biasanya dilakukan oleh Ketua Tim Audit,
direviu oleh Supervisor dan disetujui/ditanda tangani oleh Penanggung
Jawab Audit. Laporan yang telah disetujui kemudian digandakan sesuai
kebutuhan dan didistribusikan kepada pihak-pihak yang berhak me-
nerimanya.
Rangkuman
Bab 4
Bukti Audit, Pembuktian
dan Pegujian Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang bukti audit, pembuktian, macam-macam pengujian audit
(audit test), dan penggunaan metode sampling dalam pengujian audit
A. Bukti Audit
a. Bukti fisik yaitu benda yang secara fisik dapat dilihat, diraba, atau dirasakan,
seperti tanah, bangunan, mesin dan peralatan, persediaan, dan sebagainya.
d. Pernyataan dari manajemen atau stafnya yang dibuat secara tertulis, baik
yang diperoleh melalui wawancara maupun dari jawaban tertulis terhadap
daftar pertanyaan (questionnaire) yang disampaikan auditor.
e. Bukti analisis, yaitu hasil analisis yang dibuat oleh auditor terkait dengan
data yang dikumpulkannya melalui proses audit yang dilakukan.
C. Pengujian Audit
c. Pengujian dengan tujuan ganda, yaitu satu jenis pengujian yang dimaksudkan
sekaligus untuk menilai pengendalian intern dan substansi dari informasi
yang disajikan dalam laporan yang diaudit.
catatan:
definisi di atas cenderung untuk badan usaha komersial. Pada pemerintahan
daerah, fungsi dewan komisaris diselenggarakan oleh DPRD, manajemen
2. Pengujian Substantif
Istilah pengujian substantif (substantive test) lebih dikenal pada lingkup
audit keuangan yang tujuannya adalah untuk menguji kebenaran informasi
kuantitatif (angka-angka) yang disajikan dalam laporan, disebut juga dengan
pengujian transaksi dan saldo. Contoh dari pengujian transaksi adalah
pengujian terhadap realisasi anggaran dan arus kas (penerimaan dan pe-
ngeluaran). Sedangkan contoh untuk pengujian atas saldo adalah pengujian
untuk informasi kuantitatif yang disajikan dalam neraca, meliputi aktiva
lancar, aktiva tetap, kewajiban, dan ekuitas.
• Bila pada sampel tidak ditemukan kesalahan, berarti populasi bebas dari
kesalahan. Dalam hal pengujian dimaksudkan untuk meneliti pengendalian
intern, dengan kondisi seperti ini dapat disimpulkan bahwa pengendalian
intern kuat. Dalam hal pengujian dimaksudkan untuk menilai laporan,
dengan kondisi seperti ini dapat disimpulkan bahwa informasi yang dimaksud
dapat dipercaya.
• Bila pada sampel ditemukan kesalahan yang cukup banyak, berarti populasi
juga mengandung kesalahan yang signifikan. Kondisi ini pada pengujian
pengendalian menunjukkan bahwa pengendalian intern yang terkait lemah.
Dalam hal pengujian substantif, kondisi seperti ini menunjukkan informasi
yang dimaksud tidak dapat dipercaya. Banyak/tidaknya kesalahan yang
dapat mempengaruhi kesimpulan hasil audit diukur berdasarkan batas
toleransi atau batas maksimum kesalahan yang diizinkan oleh auditor.
Batasan tersebut didasarkan pada judgment/pertimbangan profesional
auditor.
Rangkuman
Bab 5
Program
Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian dan jenis program audit, hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan program audit, makna dan sifat program
audit tujuan dan manfaat serta kriteria dan kerangka program audit.
Ada beberapa hal yang perlu dipahami dalam penyusunan program audit:
a. Program audit berisikan seperangkat prosedur analitis atau langkah-langkah
audit dalam rangka pengumpulan dan pengujian bukti-bukti audit, merupakan
semacam instruksi kepada auditor untuk melakukan hal tersebut dengan
tujuan untuk:
1) pengumpulan bukti,
2) penilaian kecukupan dan efektivitas pengendalian, dan
3) penilaian efisiensi, ekonomis, dan efektivitas dari kegiatan yang direview.
f. Program audit bersifat dinamis dalam arti akan selalu disesuaikan dengan
kondisi yang ditemui selama proses audit. Kenyataan yang ada mungkin
berbeda dengan hasil analisis sebelumnya. Perbedaan ini dapat berpengaruh
pada penilaian terhadap urutan risiko yang perlu diutamakan pengendalian-
nya. Perbedaan ini juga akan memerlukan penyesuaian langkah-langkah
audit, dan isi program audit perlu direvisi atau disesuaikan dengan kondisi
terkini yang ditemui oleh auditor.
b. Sebagai dasar untuk pembagian tugas bagi seluruh auditor dalam suatu
organisasi tim audit.
d. Menjadi alat bagi pengendali teknis dan ketua tim audit untuk membandingkan
apa yang telah dilaksanakan dengan apa yang direncanakan.
e. Membantu melatih para anggota tim audit yang belum berpengalaman dalam
melakukan langkah-langkah pekerjaan audit.
f. Merupakan ikhtisar atau catatan atas apa yang telah dikerjakan dalam
penugasan audit.
a. Program audit harus dibuat khusus atau spesifik sesuai dengan penugasan
audit atas kegiatan atau aktivitas yang direview.
b. Setiap langkah kerja atau prosedur audit harus menunjukkan alasan yang
mendasari.
f. Program audit harus bersih dari informasi yang tidak perlu atau tidak
bermanfaat bagi proses audit. Demikian pula, harus dihindari pemuatan
informasi yang terlalu rinci dan berlebihan karena akan membuang waktu
auditor, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap masalah efisiensi audit.
Rangkuman
sebagai alat bagi supervisor dan ketua tim audit untuk mereviu pekerjaan oleh
bawahannya.
Bab 6
Kertas
Kerja Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian dan fungsi, isi, persyaratan, jenis dan kepemilikan
kertas kerja audit.
Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari
perencanaan sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiri
dari: program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis,
memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan salinan/copy
dari dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat atau
diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak
hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau media
yang lain. Kertas kerja berupa salinan/copy dokumen auditi diberi cap “COPY
SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN UNTUK AUDITOR” dan ditanda tangani/paraf
oleh petugas/counterpart yang ditugaskan manajemen.
Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi
aspek-aspek berikut:
a. Perencanaan.
b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem
pengendalian internal.
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yang
dibuat dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor.
d. Review atas KKA.
e. Pelaporan hasil audit.
f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit.
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan
relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat
data yang tidak perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
dari kode etik pejabat pengawas pemerintah dengan organisasi intern, yang
diatur dalam Peraturan Menteri Dalan Negeri No. 28/2007 disebutkan; “Pejabat
Pengawas Pemerintah wajib menyimpan rahasia jabatan, rahasia negara,
rahasia pihak yang diawasi serta hanya mengemukakan kepada dan atas
perintah pejabat yang berwenang atas kuasa peraturan perundang-undangan”.
F. Penyimpanan KKA
1. Berkas Permanen.
Berkas permanen berisikan data/informasi yang diperlukan oleh auditor
untuk memahami gambaran umum auditi. Dilihat dari dimensi waktu,
informasi yang dimasukkan dalam berkas permanen adalah informasi yang
relatif tidak sering berubah. Dengan adanya berkas permanen, auditor
tidak perlu meminta informasi tersebut kepada auditi setiap tahun atau
setiap kali akan melakukan audit.
Data organisasi meliputi; Struktur organisasi dan uraian tugas, Sejarah dan
uraian pokok dan fungsi auditi, Daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi
auditi, Kontrak dan perjanjian penting (jika ada), Daftar personil kunci, Daftar
pihak yang mempunyai hubungan istimewa, serta Ketentuan hukum dan
perundang-undangan terkait.
Berkas umum terdiri atas: Surat penugasaan audit, Informasi umum, Hasil
pertemuan awal, Program audit, Manajemen waktu audit, Ikhtisar temuan
audit, Draft laporan audit, Tanggapan auditi, Pertemuan akhir dan tindak
lanjut hasil audit.
3. Berkas Lampiran
Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi
data mentah bagi proses pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses
dan hasil pengujiannya sendiri dimasukkan dalam berkas audit analisis.
4. Berkas Khusus
Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan indikasi kecurangan yang
perlu ditindak lanjuti dengan pemeriksaan khusus.
Rangkuman
Kertas kerja yang baik harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi,
disimpan dan dijaga kerahasiannya. Agar mudah diakses, lazimnya kertas
kerja audit dikelompokkan dalam berkas permanen (permanent file), berkas
berjalan (current file), berkas lampiran dan berkas khusus.
Sebagai rekaman dari kegiatan audit, kertas kerja audit adalah milik
institusi auditor, namun penggunaannya untuk pihak luar harus mendapat izin
dari klien/auditi yang bersangkutan.
Bab 7
Laporan
Hasil Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang gambaran umum laporan hasil audit, laporan hasil audit
internal pemerintah, manfaat dibuatnya laporan tertulis, arti penting
ketepatan waktu laporan, dan isi laporan hasil audit.
Dalam hal tertentu yang bersifat rahasia atau sangat rahasia, perlu
dilakukan dengan membuat laporan khusus bersifat rahasia/sangat rahasia
dan hanya disampaikan secara terbatas kepada pejabat berwenang dan
pejabat yang harus melakukan tindak lanjutnya. Diantara pejabat dimaksud
adalah pejabat yang mempunyai kepentingan langsung dengan hasil
pengawasan berdasarkan peraturan perundang-undangan, wajib menerima
laporan hasil pengawasan.
Rangkuman
Bab 8
Norma
Pengawasan
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian, fungsi dan pokok-pokok Norma Pengawasan
Pejabat Pengawasan Pemerintah.
3) Bukti pengawasan.
Norma ini menjelaskan pengertian bukti pengawasan yang dianggap
cukup, kompeten, dan relevan. Norma ini juga menjelaskan jenis
bukti pengawasan meliputi; bukti fisik, bukti dokumen, bukti kesaksian,
bukti pengakuan, bukti ketangkap tangan, bukti analisis, dan catatan
lain.
Rangkuman
Bab 9
Kode Etik
Pejabat Pengawas
Pemerintah
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menjelaskan
kembali tentang pengertian, fungsi dan pokok-pokok kode etik Pejabat
Pengawasan Pemerintah.
Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah meliputi tata pikir, tata sikap,
tata wicara dan tata laku pejabat pengawas dalam berinteraksi dengan lembaga
pengawasan, sesama pejabat pengawas pemerintah, para pihak yang diawasi
dan pihak lain yang terkait serta masyarakat.
Kode etik auditor memuat aturan prilaku yang harus ditaati oleh
setiap auditor. Berfungsi untuk menjaga hubungan antar sesama auditor,
auditor dengan auditi, dan auditor dengan masyarakat. Ketentuan mengenai
kompetensi, independensi, serta kecermatan dalam melaksanakan audit adalah
contoh prilaku yang harus dijaga oleh auditor. Di samping itu, aturan perilaku
dalam pergaulan pada umumnya, seperti; kejujuran, kesopanan, loyalitas
terhadap profesi, tidak mendiskreditkan antar sesama, dan sebagainya, juga
berlaku bagi auditor.
Rangkuman
Bab 10
Lembaga
Audit
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca dapat menyebutkan
lembaga-lembaga profesi yang bergerak di bidang audit.
Pada awal modul ini telah dijelaskan bahwa ada banyak pihak yang
membutuhkan auditor, sehingga mendorong perkembangan aktivitas menjadi
suatu profesi. Auditor yang bekerja untuk kepentingan pemilik, yang ditugaskan
melakukan pemeriksaan atas laporan pertanggung jawaban pengurus
organisasi, biasanya ditunjuk dari lembaga independen, disebut auditor
eksternal. Sedangkan auditor yang dipekerjakan oleh dan untuk kepentingan
manajemen, karena posisinya berada di bawah kendali manajemen yang
memberi penugasan, disebut auditor internal.
• Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki izin yang masih berlaku dari
Departemen Keuangan, yang anggotanya tergabung dalam Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI). Lembaga ini biasanya melakukan audit terhadap laporan
keuangan perusahaan komersial dan institusi/lembaga non pemerintah
berdasarkan perintah stakeholder, biasanya oleh Komisaris selaku wakil
dari pemegang saham, yang dituangkan dalam satu perikatan (SPK/Kontrak).
• Auditor internal pada Badan-badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan swasta
yang disebut dengan berbagai istilah, seperti Satuan Pemeriksa Intern
(SPI), Kantor Audit Internal (KAI), Satuan Kerja Audit Internal (SKAI), dsb.
Daftar
Pustaka
Arens, Alvin A dan James K. Loebbecke, Auditing, An Integrated Approach,
Prentice Hall International, Englewood Cliffs, New Yersey, 5th Edition, 1991.
Peny, Kurt dan O Ray Whittington, Auditing, Richard D. Irwin, a Times Mirror
Higher Education Corp, Inc. Company, 2nd Edition 1997.