You are on page 1of 88

RANCANGAN DAN LANGKAH-

LANGKAH PENELITIAN
Oleh :
Team sosiologi SMAN 3 Cimahi
Latar belakang masalah

• Fenomena sosial
• Gejala sosial
• Keterlibatan antar aspek atau variabel (didukung
data)
• Menarik peneliti (argumentasikan bahwa fakta
dibalik fenomena itu menarik u diteliti)
• Penting bagi orang lain (argumentatif)
• Masih tergolong langka
• Oleh karena itu, peneliti berminat untuk mencari
jawaban-jawabannya.
Pengertian masalah penelitian

• Adanya kesenjangan antara kenyataan


dan harapan
• Bandingkan dengan pengertian kebutuhan
(perorangan, kelompok, sosial) Masalah:
kebutuhan dalam prioritas tinggi,
memerlukan pemecahan segera
Perumusan dan pembatasan
masalah

• Perumusan masalah: pertanyaan generik


tentang fakta dibalik fenomena
Pembatasan masalah: fokuskan, tidak
boleh terlalu luas atau sempit
Syarat masalah yang baik:

• Observable
• Managable
• Berarti
• Relevansi
Identifikasi masalah

• Masalah yang sudah dirumuskan tadi,


pecah ke dalam masalah-masalah yang
lebih kecil. Banyaknya submasalah yang
akan dimunculkan, bergantung kepada
sifat dari masalah utamanya. Yang
penting tidak boleh keluar dari masalah
inti yang tampak dalam perumusan
masalah di atas.
Tujuan penelitian

• Bukan tujuan peneliti. Targetnya adalah hasil dari


penelitian setelah selesai. Orientasinya kepada produk,
hasil.
• Apa yang akan Anda cari Hasil, proses, teori, produk
• Harus jelas dan sejalan dengan masalah yang
dirumuskan
• Tujuan umum dan tujuan khusus. Yang umum
berkaitan dengan target pencapaian tema atau
masalah utama. Sedangkan tujuan khusus adalah
tujuan-tujuan yang lebih sempit, yaitu yang sejalan
dengan identikasi masalah yang dirumuskan.
Kegunaan atau manfaat penelitian

• Kegunaan teoretis
• Berkait dengan pengembangan ilmu
Kegunaan praktis
• Berkaitan dengan manfaat dan kontribusi
langsung kepada kepentingan lembaga,
profesi, atau perorangan dalam tataran
praktis
. Kerangka berpikir teoretis, dan
atau telaah pustaka

• Pengertian kerangka berfikir dan fungsinya


• Kerangka berpikir teoretis
• Kerangka pemikiran
• Kerangka konseptual
• Contoh model diagram
• Alur berfikir peneliti yang didukung oleh data
hasil penelitian terdahulu sehingga menghasilkan
rumusan paradigm atis tentang masalah-
masalah, konsep, dan variabel secara
terintegrasi
Pertanyaan Penelitian

• Terutama untuk pendekatan kualitatif, deskriptif,


naturalistik, grounded theory, pasca positivistik,
pragmatis.
• Pertanyakan apapun yang berada di balik fenomena
• Bisa menggunakan sebagian besar kata tanya: apa,
bagaimana, mengapa, sejauh mana, adakah, dsb.
• Peneliti terus bertanya, karena memang belum tahu.
Kalau sudah tahu, tidak perlu betanya lagi.
• Pertanyaan penelitian ini nantinya dikembangkan dalam
bentuk kuesioner atau pedoman wawancara.
Hipotesis

• Terutama untuk pendekatan kuantitaif,


positivistik, empirisme logis
• • Pengertian hipotesis dan fungsinya
• Secara generik, hipotesis adalah pernyataan tentang hubungan
antar sesuatu yang belum teruji kebenarannya. Ia baru bersifat
dugaan, namun dugaan yang mempolahubungkan antar konsep.
Setiap kita sering melakukan dugaan-dugaan tertentu terhadap
suatu kejadian atau fenomena, baik fenomena sosial maupun
alamiah. Ketika kasus kekerasan di lembaga pendidikan STPDN
(Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) Jatinangor Sumedang
Jawa Barat sempat muncul ke permukaan (baca: media massa)
hingga ke tingkat nasional sekitar pertengahan kedua bulan
September 2003 akibat adanya kasus kematian praja (mahasiswa
tingkat II) Wahyu Hidayat, reaksi masyarakat bermunculan. Hujatan
dan tanggapan pun bermunculan. Umumnya berupa tanggapan
yang emosional. Dari kasus itu, kita pun banyak yang berhipotesis:
Sistem pendidikan di STPDN tidak tepat dan perlu diubah dari pola
pendidikan ala militer ke pola pendidikan model pendidikan tinggi
umum; Ada yang salah dalam penerapan sistem pendidikan di
STPDN; ada lagi hipotesis yang emosional misalnya: lulusan STPDN
tidak tepat jika ditempatkan sebagai pamong praja di wilayah RI
yang sekarang sudah mulai menampak demokratisasinya, dsb.
Hipotesis memang bersifat dugaan atau lebih tepatnya berupa
semacam kesimpulan sementara, yang belum teruji kebenarannya.
• Kembali kepada konsep.
Konsep adalah blok bangunan proposisi,
sedangkan proposisi adalah blok
bangunan teori. Selanjutnya sub-sub dari
proposisi meliputi hipotesis, generalisasi
empiris, aksioma, postulat, dan teorema.
Hipotesis dan bentuk-bentuk
proposisi
• Sekali lagi, hipotesis adalah proposisi yang
ditetapkan dalam bentuk pernyataan yang bisa
diuji (testable) dan meramalkan adanya
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Dengan kata lain, jika kita menatapkan ada
hubungan tertentu antara dua variabel atau
lebih dan dinyatakan dalam kalimat pernyataan
(disebut kalimat hipotesis), maka langkah
selanjutnya adalah mengujinya di lapangan.
• Lahirnya sebuah hipotesis bisa
beragam, bergantung dari
pengalaman dan kemampuan
orang yang melahirkannya. Bisa
dilatarbelakangi dari hasil
membaca, menonton,
pengamatan lapangan langsung,
dsb.
Contoh menulis hipotesis yang sulit
diuji dan yang dapat diuji sebagai
berikut:
• Terdapat hubungan yang jelas antara tingkat
kecerdasan seseorang dengan kebahagiannya
di masa yang akan datang. Ini tidak testable,
sulit diuji. Konsep kebahagiaan sulit diuji.
Bagaimana mungkin mengukur kebahagiaan
seseorang dilihat dari aspek banyaknya
senyum dan tertawa setiap hari. Namun untuk
variabel tingkat kecerdasan, bisa diukur
dengan bantuan pengukuran model skor IQ.
• Banyaknya bahan bacaan yang
dimilki oleh suatu keluarga
berhubungan secara positif dengan
prestasi anak-anaknya di sekolah.
Banyaknya buku di suatu keluarga
bisa diukur, dan prestasi anak-anak
di sekolah juga bisa diukur melalui
laporan pendidikan di sekolah.
Hipotesis dalam contoh yang kedua
ini termasuk yang bisa diuji.
Generalisasi empiris.
• Adalah hubungan yang menggambarkan proses
induktif. Ia merupakan suatu pernyataan adanya
hubungan yang dibangun dari pengamatan
pertama adanya kasus hubungan-hubungan
tertentu di lapangan. Contoh kasus: Semakin
rapatnya penduduk akan semakin meningkat
tingkat kejahatan. Hasil dugaan ini dari
pengamatan, pengalaman masa lalu, dan dari
hasil membaca berbagai media.
Komponen-komponen aksiomatis.

• Tiga komponen aksiomatis yakni:


• postulat,
• aksioma,
• dan teorema.
• Contoh hubungan antar proposisi dalam teori eksiomatis
dalam bentuk silogisme berikut:
• Proposisi 1: Jika A maka B
• Proposisi 2: Jika B maka C
• Karena itu:
• Proposisi 3: Jika A maka C
• Dalam teori ini, ada ketentuan
bahwa jika proposisi 1 dan
proposisi 2 benar, maka akan
diikuti oleh deduksi bahwa
proposisi 3 juga benar. Anda juga
bisa memberi contoh model teori
ini sesuai dengan pengalaman
Anda sehari-hari.
Untuk penelitian-penelitian tertentu
tidak diperlukan hipotesis
• Terutama pada penelitian deskriptif,
kualitatif, naturalistik, grounded theory. Di
sini tidak diperlukan hipotesis formal sejak
awal. Nantinya, kalau sudah melakukan
penelitian di lapangan, hipotesis akan
muncul dengan sedirinya. Hipotesis seperti
ini bukan untuk diuji namun hanya untuk
kepentingan kerja dan analisis data.
Disebut juga dengan hipotesis kerja.
Syarat-syarat hipotesis
Menghubungkan
• dua variabel atau lebih
• Harus bisa diuji
• Terukur, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif
Variasi merumuskan hipotesis
• Banyak cara dalam merumuskan hipotesis. Di sini ada beberapa
strategi yang dapat membantu merumuskan dan memverifikasi
hipotesis, terutama dalam penelitian-penelitian sosial, komunikasi,
informasi dan perpustakaan.
• Banyak konsep demikian abstrak sehingga sangat sulit diukur
secara empiris kuantitatif, misalnya konsep tentang kemerdekaan,
kebahagiaan, kemarahan, dsb. Untuk itu ada tiga pendekatan untuk
membantu memecahkan masalah ini, yakni:
• pendekatan klasik
• pendekatan grounded theory, dan
• operasionalisasi secara cermat (strict).
Pendekatan klasik
• Terdiri atas tiga langkah tegas. Pertama, seluruhnya
terjadi pada tingkat konseptual, yang meliputi
pembatasan konsep dan menetapkan proposisi
hubungan antar variabel. Kedua, menjembatani
kesenjangan antara tingkat konseptual dan empiris,
yang meliputi menulis hipotesis yang testable, yang
menghubungkan pengukuran-pengukuran empiris dari
dua konsep. Sedangkan langkah ketiga adalah, tahap
mengumpulkan data di lapangan guna mencoba
menganalisis dan memverifikasi hipotesis. Berikut adalah
contoh hubungan antara tahap konseptual dan tahap
empiris. Lihat gambar berikut:
X (kecerdasan) r1 Y
(prestasi)
Tahap konseptual r2 r3

Tahap empiris X’ (skor) r’1 Y’ (skor)


Pendekatan grounded theory
Grounded theory adalah suatu pendekatan atau teori yang
diungkapkan atau diturunkan dari data (yang ada) dan bukannya
dari abstraksi dan dari tentatif. Ia dikembangkan dengan langkah
sebagai berikut:
• memulai dengan kegiatan lapangan tanpa membawa hipotesis,
atau tanpa dilengkapi dengan hipotesis formal
• menjelaskan apa-apa saja yang terjadi di lapangan, atau
kejadian-kejadian apa saja yang ada di lapangan, dan
• memformulasikan eksplanasi mengenai mengapa ia terjadi, dan
semua itu atas dasar observasi atau pengamatan langsung.

Dan memang sebagian besar peneliti yang menggunakan pendekatan


grounded ini mengandalkan ketelitian observasi sebagai dasar
pengumpulan datanya.
Pendekatan operasionalisasi
Istilah operasionalisasi merujuk kepada operasi yang bisa diukur
konsepnya. Ini banyak berkaitan dengan angka-angka (kuantitatif),
karena biasanya pengukuran lebih dekat dengan data kuantitatif,
meskipun bisa juga dengan menggunakan data kualitatif.
Peneliti kuantitatif biasa mengoperasionalkan variabel penelitiannya
sedetil dan serinci mungkin, hingga tampak jelas. Mulai dari konsep,
konstruk, dan variabel. Pengukuran terhadap variabel juga dirinci
secara tegas, seperti contoh berikut:
Variabel : kecerdasan
Indikator : prestasi lokal
Alat ukur : Skor IQ
Kritik terhadap operasionalisasi
Hal ukur mengukur ini memang banyak juga yang
memberikan kritik, dengan alasan tidak semua
konsep, terutama yang abstrak, bisa diukur
secara kuantitatif. Misalnya seberapa besar
tingkat kemarahan seseorang, bagaimana
bentuk kebahagiaan seseorang, berapa nilainya,
dsb. Konsep-konsep seperti itu sulit diukur
secara kuantitatif. Lagi contoh, apa maksud dari
fenomena seorang perempuan yang sedang
menangis, bisa sedih, benci, bahagia, atau
kesakitan?.
Perbandingan antar pendekatan
Keuntungan pendekatan klasik antara lain adalah: (1)
lengkap, meliputi semua tahap, dan mendapatkan
keunggulan maksimum dari teori dan analisis data; dan
(2) ia dapat menggunakan konsep-konsep abstrak yang
mempunyai generalibilitas serta dapat menggunakan
kemampuan deduksi untuk menurunkan konsep-konsep.
Sedangkan kelemahannya adala pengukuran yang sering
terjadi dalam mengukur konsep-konsep abstrak serta
mengukur konsep yang melibatkan aspek perasaan
manusia sebagai subjek penelitian. Sementara itu
kelemahan dari grounded theory antara lain adalah
lemah dalam verifikasi.
• Contoh-contoh hip otesis
• Lebih dari 40% pelajar SMU kelas tiga di Bandung pernah terlibat
dengan minuman keras
• Ada hubungan yang jelas antara sistem pengasuhan siswa junior
oleh siswa senior di lingkungan perguruan tinggi dengan tindak
kekerasan pada lembaga pendidikan tinggi yang bersangkutan
• Semakin tinggi pangkat dan jabatan seseorang, semakin jarang
membaca
• Kinerja seorang pustakawan banyak dipengaruhi oleh faktor
motivasinya dalam memilih profesinya sebagai pustakawan; atau
dibalik kalimatnya menjadi: Faktor motivasi besar pengaruhnya
terhadap kinerja pustakawan.
• Pandangan masyarakat terhadap profesi pustakawan banyak
ditentukan oleh performens pustakawan dalam
mengaktualisasikan dirinya di lingkungan masyarakat.
• Pertanyaan penelitian

• Lihat di bagian yang lalu. Bandingkan


dengan perumusan masalah, identikasi
masalah, tujuan penelitian, dan hipotesis.
Semua itu harus tampak sejalah, searah,
atau yang jelas tampak ‘benang merah’-
nya. Pertanyaan penelitian ini juga akan
dikembangkan pada instrumen penelitian
atau alat pengumpul data seperti
kuesioner atau pedoman wawancara.
8. Variabel penelitian

• Terutama jika dikaitkan dengan cara


membangun suatu teori, maka yang perlu
dipahami adalah langkah-langkah
konvensional sebagai berikut: memahami
hubungan konsep, konstruk, dan variabel,
lantas pembatasan proposisi, dan akhirnya
merancang hubungan antar variabel.
• Hubungan konsep, konstruk, dan
variabel
• Konsep adalah ide tentang suatu benda atau objek, baik
benda atau objek yang konkret ataupun yang abstrak.
Dalam hal ini pengertian konsep masih umum atau
general. Dikaitkan dengan teknik penelitian, terutama
untuk tujuan analisis data dan perhitungan statistik,
yang dimaksud dengan konsep adalah abstraksi yang
dibentuk dengan menggeneralisasikan hal-hal yang
khusus. Misalnya, cm3, dm3, m3, dst., digeralalisasikan
sebagai volume. Sedangkan satu kg, 2 kg, 2 kwintal, 3
ton, dst., digenalalisasikan sebagai berat.
• Sementara itu, konstruk adalah adalah konsep yang
dapat diamati dan dapat diukur. Mengukur konsep
yang abstrak menjadi konstruk yang dapat diukur
disebut operasionalisasi. Selanjutnya dalam
penelitian-penelitian awal terutama pada penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif, sering
muncul operasionalisasi variabel. Maksudnya adalah
menurunkan konsep menjadi konstruk dan akhirnya
menjadi variabel.
• Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya sudah
diberi nilai dalam bentuk bilangan, baik bilangan
kualitatif ataupun bilangan kuantitatif. Ada variabel
benas (independent variable), variabel terikat
(dependent variable), variabel aktif, dan variabel
atribut. Variabel aktif bisa berubah, sedangkan
variabel atribut tetap seperti umur, jenis kelamin,
tingkat kecerdasan, dll.
Pembatasan proposisi.
• Setelah konsep dasar diformulasikan, langkah
selanjutnya dalam membangun teori adalah menulis
satu atau lebih proposisi. Secara generik proposisi
adalah pernyataan tentang satu atau lebih variabel atau
konsep. Proposisi yang membahas variabel tunggal
disebut univariat. Sedangkan bivariat adalah proposisi
yang mengubungkan dua variabel. Dan terakhir adalah
multivariat, yakni proposisi yang menghubungkan lebih
dari dua variabel. Contoh proposisi yang multivariat
antara lain adalah: “Sedikitnya 40% dari mahasiswa di
kota Bandung pernah menggunakan obat­obatan
terlarang”; atau “Sedikit banyak tindak kekerasan yang
sering terjadi di masyarakat kita diakibatkan oleh
keterpurukan ekonomi pada kalangan berpenghasilan
rendah”.
• Hubungan antar variabel

• Dalam proposisi disebutkan ada hubungan


antara variabel X dengan variabel Y.
Maksudnya adalah bahwa perubahan yang
terjadi pada variabel X bisa mempengaruhi
atau menyebabkan terjadinya perubahan
pada kondisi variabel Y. Bagaimana pola
hubungan tersebut, dan sejauh mana
tingkat hubungannya, bisa diukur dengan
bantuan perhitungan statistik.
Hubungan-hubungan bivariat
Maksudnya adalah hubungan kebalikannya, yakni kuat-
lemah, besar-kecil, kaya-miskin, simetris-asimetris, dsb.
Berikut adalah beberapa contoh pola hubungan bivariat:
• Hubungan positif-negatif: Peningkatan pada variabel
yang satu akan diikuti oleh peningkatan pada variabel
lainnya, itu menunjukkan hubungan positif. Sebaliknya,
jika adanya peningkatan pada variabel satu malahan
menurunkan nilai pada variabel lainnya, itu disebut
hubungan negatif. Contoh yang pertama, semakin tinggi
tingkat kecerdasan seseorang, akan semakin tinggi pula
prestasi akademiknya di sekolah. Sedangkan contoh
untuk yang berpola hubungan negatifnya adalah,
semakin banyak guru menjelaskan kepada murid-
muridnya, semakin sulit murid memahaminya.
• Kekuatan atau tingkat hubungan: Dalam statistika,
tingkat hubungan antar variabel bisa diukur, dengan
patokan atau lambang –1 hingga +1. Minus satu
menunjukkan hubungan sempurna negatif, sedangkan
plus satu menunjukkan hubungan sempurna positif.
Sementara itu angka kosong (0) menunjukkan tidak
ada hubungan antara variabel.
• Hubungan simetri dan asimetri: Hubungan simetri
adalah hubungan yang terjadi pada perubahan kondisi
A kemudian diikuti oleh perubahan pada kondisi B, dan
juga berlaku sebaliknya. Kata orang disebut juga
hubungan timbal balik. Sedangkan hubungan asimetri
adalah hubungan searah. Artinya, perubahan yang
terjadi pada variabel A diikuti oleh perubahan pada
variabel B, namun tidak sebaliknya. Contoh yang
pertama, ada hubungan yang erat antara banyaknya
buku yang tersedia di rumah dengan prestasi anak di
sekolah. Sedangkan yang kedua contohnya, tingkat
pendidikan ibu berpengaruh terhadap prestasi anak di
sekolah.
• Variabel bebas dan variabel terikat: Variabel yang
mampu mempengaruhi perubahan kondisi pada
variabel lain disebut variabel bebas. Dalam contoh
hipotesis, ‘tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap
prestasi anak di sekolah’, yang termasuk kategori
variabel bebasnya adalah ‘tingkat pendidikan ibu’,
bukan sebaliknya. Sedangkan variabel yang
perubahannya dipengaruhi oleh variabel lain namun ia
sendiri tidak bisa mempengaruhi kondisi variabel lain,
disebut variabel terikat atau variabel tergantung, atau
disebut juga variabel tak bebas (independent variable).
• Pemisahan variabel bebas dan variabel terikat: Variabel
tergantung adalah variabel yang ingin kita jelaskan.
Sedangkan variabel bebas merupakan eksplanasi
hipotesis.
• Hubungan kausal: Mirip dengan pola hubungan
asimetri. Variabel yang satu menjadi penyebab
perubahan pada variabel yang lain, namun
tidak sebaliknya.
• Hubungan linear dan nonlinear: Hubungan
linear menggambarkan pola garis lurus,
sedangkan yang nonlinear tidak
menggambarkan pola hubungan model garis
lurus. Lihat gambar berikut:
• hubungan spurious (palsu): Hubungan antar
dua variabel atau lebih yang tampak erat dan
nyata adanya, sering bukan benar-benar
adanya, bahkan tidak ada hubungan sama
sekali. Misalnya, murid kelas A pandai karena
diajar oleh guru C. Kelas B pun ternyata pandai
karena diajar oleh guru yang sama. Di sini
tampak ada hubungan tertentu antara kelas A
dan kelas B, paling tidak dalam hal
kecerdasannya. Padahal mereka tidak ada
sangkut pautnya satu sama lain. Hanya
kebetulan gurunya orang yang sama. Di sini
tampak jelas bahwa adanya hubungan tertentu
itu karena keterlibatan guru C, bukan benar­
benar hubungan antara variabel pada kelas A
dan kelas B. Ini yang disebut dengan
hubungan palsu.
• Hubungan intervening (penyela): Adalah
hubungan yang terjadi karena adanya selaan
variabel lain. Misalnya variabel A dan B saling
berhubungan secara erat, namun keeratan ini
sebenarnya tidak langsung, yakni variabel A
menyebabkan perubahan pada variabel C, baru
kemudian menyebabkan perubahan pada
variabel B. Perhatikan gambar berikut:

A B A
B
Spurious intervening
9. Pengukuran (skala pengukuran)

• Proses pengukuran merupakan bagian integral dalam


penelitian sosial. Pengukuran sering melibatkan angka-
angka untuk suatu konsep atau variabel. Sebagian besar
unit analisis dalam penelitian sosial adalah orang, namun
unit lain pun sering terjadi dan digunakan, seperti
misalnya kelompok, daerah, desa, jajaran kartu katalog,
kutipan-kutipan dalam karya ilmiah, penggalan informasi
khas, dsb. Untuk mengukur unit analisis berupa orang,
kita harus membatasi unit analisisnya kemudian
mengkhususnkan karakteristik dari konsep yang akan
diukur.
Perbedaan kuantitatif dan kualitatif
dalam skala pengukuran
• Variabel kualitatif lebih merupakan label atau
nama dan bukannya nomor atau angka-angka.
Ini berkenaan dengan kategori atau
pengelompokan nama-nama variabel khusus.
Warna, besar, kecil, nama barang, dsb., itu
merupakan contoh variabel kualitatif. Sementara
itu variabel kuantitatif merupakan angka-angka
atau nomor untuk memberi nilai terhadap
variabel tersebut. Misalnya 3 cm, 3 km, 2 jam,
dsb.
Tingkat pengukuran
• Stevens (dalam Bailey, 1987:61) mengklasifikasikan skala
pengukuran sebagai berikut: nominal, ordinal, interval, dan ratio.
• (a) Nominal: Semua pengukuran kualitatif termasuk ke dalam skala
pengukuran nominal, tanpa memperhatikan apakah itu berupa
nama yang mengandung angka ataupun tingkatan, seperti
contohnya, kamar nomor 20; setengah keranjang. Ia bersifat
mutually exclusive, berdiri sendiri atau lepas.
• (b) Ordinal: Ketiga tingkat skala pengukuran yang lain yakni ordinal,
interval, dan ratio, membentuk urutan satu sama lain, yang dimulai
dari tingkat terendah, yakni ordinal, interval dan terakhir ratio.
Sebenarnya skala pengukuran ordinal hampir sama dengan skala
pengukuran nominal, yakni dua-duanya bersifat mutually exclusive,
namun pada skala ordinal, kategori variabelnya sudah diberi urutan
atau ranking. Perhatikan gambar berikut:
TIM Menang Kalah
A 4 6
B 6 2
C 8 2
D 10 0
E 0 10
F 5 5
G 8 2
H 4 6
I 9 1
J 4 6
TIM Ranking
D 1
I 2
C 3,5
G 3,5
B 5
F 6
H 8
J 8
A 8
E 10
• Dalam praktek biasanya sering terjadi
dalam ranking ada yang mempunyai
ranking sama (urutan yang sama), yang
dalam contoh di atas adalah yang memiliki
ranking 3,5 untuk peserta C dan G. Dalam
perhitungan statistik, hal ini ada rumusnya
tersendiri.
• Interval: Disamping diurutkan berdasarkan seperti ordinal tadi,
untuk penghitungan interval, terdapat jarak tertentu antar kategori
yang diurutkan.
Misalnya dalam mengurutkan kategori umur orang, bisa berjarak 4
tahunan. Contoh: 0-4, 5-9, 10-14, 15-19, 20-24, dst.

• Rasio (ratio): Skala pengukuran ini membolehkan kita


menambahkan, mengurangkan, membagi, atau mengalikan nilai-
nilainya. Contoh: Umur 10 tahun adalah dua lali lipat umur 5 tahun.
Sepuluh kg adalah dua kali lebih besar dari 5 kg.

• Diskrit dan kontinum: Pengukuran diskrit tidak ada pecahan di


dalamnya, misalnya jumlah anak di suatu keluarga; atau banyaknya
siswa perempuan di suatu kelas. Sedangkan kontinum
membolehkan adanya angka pecahan di dalamnya, misalnya umur
seseorang bisa 19,5 tahun, 21, 5 tahun, atau panjang tongkat itu
adalah 105,5 meter.
10. Pengukuran validitas dan
reliabilitas pengukuran
Dalam konteks penelitian ilmiah, suatu pengukuran
dianggap valid jika ia berhasil mengukur fenomena
yang memang ditentukan akan diukur. Ada dua hal
yang bisa menjelskan validitas, yakni:
• dalam pengukuran konsep, sebenarnya kita mengukur
konsep dalam pertanyaan, dan bukan mengukur
konsep yang lain, dan
• konsep yang diukur secara akurat. Orang hanya bisa
mengukur konsep secara akurat jika pada saat yang
sama tidak mengukur konsep yang lain.
Sementara itu yang dimaksud dengan reliabilitas
pengukuran berkaitan dengan kekonsistenan
alat pengukuran yang bersangkutan. Kalau
suatu alat pengukuran digunakan untuk
mengukur konsep, atau tepatnya mengukur
sifat-sifat dari konsep, mempunyai hasil yang
relatif sama, jika dilakukan berulang-ulang, baik
oleh diri sendiri maupun oleh orang lain, maka
itu namanya alat ukur yang reliabel (dapat
dipercaya).
Penetapan validitas
Banyak nama tentang validitas ini, misalnya
ada validitas permukaan, validitas isi,
validitas logika. Ada juga validitas kriteria
yang juga sering disebut sebagai validitas
fragmatis. Yang terakhir ini dibedakan
antara validitas concurrent dan validitas
prediktif. Ketiga bentuk utama validasi
tersebut dianggap sebagai konstruk
validasi.
• Validitas permukaan (face validity): Validitas ini biasanya mudah
dijelaskan namun sangat sulit dilaksanakan di lapangan. Validitas
permukaan menurut Selltiz at.al. (dalam Bailey 1987: 67) adalah
kira-kira tentang penaksiran (judgment) seperti dengan cara
menggunakan dua pertanyaan berikut: (1) apakah instrumen
benar-benar mengukur bentuk prilaku yang diasumsikan oleh
peneliti, dan (2) apakah ia menyediakan atau memberikan sampel
yang memadai untuk jenis perilaku tersebut.
• Validitas kriteria: Disebut juga dengan validitas pragmatik,
validitas concurrent (yang berbarengan dengan terjadinya), atau
validitas prediktif, meliputi pengukuran multipel dari konsep yang
sama. Disebut prediktif karena bisa meramalkan peristiwa yang
belum terjadi. Misalnya nilai indeks prestasi atau nilai ujian akhir
SMU bisa dijadikan alat prediksi untuk indeks prestasinya kelak
pada saat kuliah di pendidikan tinggi.
• Validitas konstruk: Validitas ini menggambarkan
sejauh mana suatu alat ukur dapat mengukur konstruk
teoretis tertentu yang diasumsikan atau dihipotesiskan
sebelumnya. Validitas ini sering diteliti terutama jika
peneliti tidak mempunyai ukuran kritweria yang pasti
tentang nilai variabel yang dihipotesiskan. Misalnya
konsep marah akan diukur dengan menggunakan
berbagai konsep dan alat ukur yang berbeda-beda,
sebab variabel marah sulit sekali diukur secara
operasional. Berikut adalah gambar yang
menunjukkan tiga bentuk prosedur validasi:
Penetapan reliabilitas
Telah disebutkan di muka bahwa reliabilitas berkaitan dengan
kekonsistenan alat pengukuran. Artinya hasil pengukurannya akan
tetap sama jika pengukuran diulang-ulang baik oleh sendiri maupun
oleh orang lain.
Ada dua bentuk alat untuk menguji reliabilitas, yakni:
• metode paralel, atau bentuk pengukuran yang sama namun
dilakukan secara serempak, dan
• metode aplikasi pengulangan.
Yang pertama misalnya, dua bentuk kuesioner dengan pertanyaan
yang berbeda namun untuk mengukur konsep yang sama. Ini sering
disebut dengan bentuk multipel atau alternatif. Sedangkan yang
kedua merupakan alat ukur yang sama digunakan untuk mengukur
konsep secara berulang-ulang.
11. Metode-metode penelitian
• Banyak ahli berbeda dalam mengklasifikasikan metode penelitian.
Bahkan ada juga yang memposisikan konsep metode menjadi
teknik. Metode dan teknik memang masih semakna. Bedanya
metode lebih luas cakupannya sedangkan teknik lebih sempit.
• Metode penelitian berguna untuk mengetahui fakta dibalik
fenomena. Karena terkadang apa yang tampak di permukaan tidak
selalu seperti itu jika diteliti dengan benar. Lebih tepatnya adalah
bahwa metode penelitian adalah cara atau teknik untuk mencari
tahu tentang fakta di balik fenomena.
• Banyak sekali jenis metode penelitian atau bahkan teknik penelitian.
Namun di sini kita akan membicarakannya sebagian saja yang
paling sering digunakan di dunia penelitian.
• Metode penelitian historis
• Bertujuan untuk menggambarkan kondisi dan situasi
masa lalu secara sistematis dan onjektif, dengan cara
menghimpun, mengevaluasi, memverifikasi data guna
menetapkan fakta, kemudian menyimpulkannya dalam
bentuk gambaran deskriptif. Seperti halnya masa
sekarang, yang apabila diamati lebih saksama demikian
rumit kondisi dan situasinya, karena melibatkan semua
unsur manusia dengan segala prilakunya, kondisi dan
situasi pada masa lalu pun seperti itu. Meskipun
demikian, metode ini bermaksud merekonstruksi situasi,
kondisi, dan aspek-aspek lain dari penggalan kehisupan
manusia dan kelompoknya, untuk tujuan-tujuan yang
lebih bermanfaat.
Langkah-langkah dalam metode historis secara umum akan sama
dengan langkah-langkah berpikir ilmiah yang diformalkan, misalnya
mulai dari perumusan masalah, tujuan, penelitian, sampai dengan
penulisan laporan akhir.
• Penetapan tema atau permasalahan dan atau judul penelitian
• Perumusan masalah penelitian
• Pertanyaan penelitian
• Observasi dan atau pengumpulan data
• Evaluasi data dan penelitian data
• Penetapan strategi analisa data
• Interpretasi data
• Rumusan kesimpulan
• Laporan hasil penelitian lengkap
• Metode penelitian deskriptif
• Berbeda antara ahli dalam mendefinisikan penelitian deskriptif.
Metode ini hanyalah berusaha memaparkan atau mendeskripsikan
atau menjelaskan situasi dan kondisi sosial tertentu pada suatu saat
di suatu tempat di masa sekarang atau pada saat berlangsungnya
penelitian.
• Penelitian ini tidak bermaksud menguji hipotesis, tidak bermaksud
memprediksi keadaan, dan juga tidak bermaksud mencari dan
menjelaskan hubungan-hubungan antar variabel. Namun demikian,
sesuai dengan makna ‘deskriptif’ yakni penjelasan, maka tentu
melibatkan hubungan-hubungan tertentu antar aspek yang diteliti.
Dalam hal ini beberapa ahli bahkan memperluas pengertian
deskriptif ini dengan menyebut kepada segala penelitian kecuali
penelitian historis dan eksperimental (lihat Rachmat, 1997).
Penelitian survey juga adalah jenis penelitian deskriptif, juga
penelitian observasional.
• Penelitian deskriptif hanya mampu menjawab
pertanyaan: apa yang sedang terjadi pasa saat ini (saat
berlangsungnya penelitian); bagaimana ia terjadi
(proses); hal-hal apa yang menonjol dari situasi seperti
ini; dll. Penelitian ini tidak mampu secara jelas
menjawab pertanyaan: mengapa hal itu bisa terjadi;
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan peristiwa
teserbut bisa terjadi; bagaimana pola hubungan antar
aspek dan sejauh mana tingkat hubungannya; dll. Jenis
pertanyaan yang terakhir ini hanya bisa dijawab melalui
penelitian verifikatif atau eksplanatori.
• Langkah-langkah dalam penelitian deskriptif pada
umumnya hampir sama dengan penelitian-penelitian
ilmiah lainnya. Hanya untuk jenis penelitian ini biasanya
tidak disertai dengan pembuatan hipotesis formal dalam
usulannya. Hipotesis akan muncul pada saat sedang
berlangsungnya penelitian, atau bahkan jika penelitian
sudah dalam tahap analisis data dan interpretasinya.
Metode penelitian lainnya

• Secara lengkap metode penelitian dan


langkah-langkah penelitian serta jenis­
jenisnya yang lain, dibicarakan pada bab-
bab terpisah.
sistematika penulisan laporan
penelitian
 Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran
Bab I. Pendahuluan
 A. Latar Belakang Penelitian/Pengamatan
(mengapa kita mengamati Pengolahan Manisan
Rumput Laut)
B. Tujuan Pengamatan
(untuk apa kita mengamati Pengolahan Manisan
Rumput Laut)
C. Kegunaan Pengamatan
(apa gunanya kita melakukan pengamatan, baik untuk
kita sendiri maupun untuk orang ain)
Bab II.
 Pengolahan Manisan Rumput Laut
(disini dibahas mengenai cara pengolahan
(termasuk bahan-bahan untuk pembuatan
manisan, alat-alat yang digunakan, berapa
biaya yang diperlukan dll), hasil dari
pengolahan, pemasaran, siapa yang
membelinya dan lain-lain yang menurut anda
berhubungan dengan pengolahan manisan
rumput laut.
Bab III.
 Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
(ringkasan dari pengamatan)
B. Saran
(ditujukan untuk pembuat manisan, dan untuk
penulis laporan)
 Daftar Pustaka (daftar sumber-sumber dari
buku,majalah,koran dll)
Lampiran-Lampiran (catatan-catatan yang kita
peroleh dari orang yang kita teliti seperti daftar
harga bahan-bahan pembuat manisan, dan lain-
lain yang dikeluarkan oleh pembuat manisan)
POPULASI DAN SAMPLING

 Populasi adalah jumlah keseluruhan subjek, objek,


atau sesuatu yang ada, bisa
 orang, benda hidup, benda mati, jajaran kartu katalog,
huruf-huruf di surat kabar, dsb.
 Yang berupa orang misalnya jumlah penduduk yang
ada di suatu tempat pada suatu
 saat, sedangkan untuk barang berupa jumlah koleksi
suatu perpustakaan, banyaknya
 kartu katalog di lemari katalog, jumlah kutipan ilmiah di
tulisan-tulisan ilmiah pada
 jurnal, dsb.
Pengertian sampling

 Idealnya kita meneliti semua unit analisis dalam populasi. Namun


itu sering
 tidak mungkin dilaksanakan, terutama jika populasinya sangat
besar, misalnya jumlah
 penduduk satu kabupaten, satu provinsi, atau bahkan satu
negara. Untuk itu dilakukan
 sampling, yaknik metode atau teknik pengambilan unit analisis
dari populasi untuk
 dijadikan bahan studi lebih lanjut. Meskipun hanya diambil
sebagian, diharapkan
 jumlah atau besarnya ukuran sampel yang ditetapkan, akan bisa
mewakili semua
 unsur dalam populasi.
Efisiensi sampling

 Hal ini banyak berkaitan dengan masalah keberhasilan, keunggulan, dan


bahkan
 kelemahan sampling sebagai dasar pelaksanaan penelitian survey.
 (a) Keuntungan sampling: Yang jelas bisa menghemat waktu, tenaga, dan
biaya.
 Bandingkan dengan jika tidak dilakukan sampling. Dengan teknik yang benar
 dan dengan pertimbangan berbagai aspek, termasuk perhitungan-perhitungan
 statistik yang semakin maju, pengambilan sampling sangat mudah dilakukan.
 (b) Keberhasilan sampling: Meskipun hanya dilakukan sampling sebanyak
2000
 orang guna meramalkan peristiwa pada pemilihan presiden di AS, hasilnya
 tidak meleset, atau setidaknya tidak terpaut jauh dengan dugaannya. Di
 Indonesia, teknik sampling juga banyak digunakan di berbagai jenis
 penelitian, termasuk dalam survey
Membuat kerangka sampling

 Akan lebih akurat lagi jika diadakan sampling dengan


membuat kerangka
 sampling lebih dahulu. Jika sampling element sama
dengan sampling unit, maka
 secara teori, kerangka samplingnya adalah daftar
semua objek dalam sampel
 (misalnya orang). Setiap orang dalam populasi harus
didaftar (hanya sekali). Dari
 daftar tersebut baru dipilih berdasarkan cara undian
atau random.
 •
Sampling nonprobabilitas
 Dikenal ada dua metode sampling, yakni sampling probabilitas dan sampling
 nonprobabilitas. Yang pertama merupakan teknik pengambilan sampel yang
 mendasarkan diri pada prinsip undian atau prinsip kerandoman, sedangkan yang
 kedua merupakan teknik sampling yang didasarkan atas pertimbangan tertentu yang
 1
 bukan berdasar prinsip kerandoman. Semua sampling yang tidak berdasarkan
prinsip
 kerandoman, tidak berlaku untuk semua jenis perhitungan-perhitungan statistik.
 Samping nonprobabilitas adalah sampling yang tidak didasarkan pada prinsip
 kerandoman (tidak acak). Unit analisis pada sampel dalam suatu populasi dipilih
 secara langsung oleh peneliti tanpa memperhatikan sistem undian atau peluang.
 Karena prinsip sampling seperti itu tidak mempertimbangkan prinsip kerandoman,
 maka secara teori hal ini tidak dimaksudkan untuk menggeneralisasikan kondisi
 populasi. Biasanya sampling seperti ini hanya untuk kepentingan studi lanjutan saja.
Berikut adalah jenis-jenis
sampling nonprobabilitas:
 (a) Convenience sampling (sampling seenaknya): Disebut juga sampling
 kebetukan (insidental sampling). Peneliti hanya memilih orang-orang terdekat
 saja yang dijadikan responden. Memang sangat efisien dalam waktu maupun
 biaya, namun tentu saja tidak akurat.
 (b) Sampling quota: Sampling kuota terjadi pada sampling strata. Bedanya di sini
 peneliti hanya menetapkan jumlah tertentu dalam pengambilan sampelnya
 untuk masing-masing strata, sehingga terpenuhi jumlah yang diinginkan.
 (c) Sampling purposif: Peneliti tidak perlu memiliki kuota, akan tetapi dengan
 memilih orang-orang tertentu saja, karena berdasarkan pertimbangan tertentu
 pula, bisa dianggap mewakili populasi. Misalnya mengambil sampel dengan
 menetapkan kepala sekolah saja untuk diwawancarai perihal kebijakankebijakan
 sekolah dan peraturan-peraturannya. Jadi jumlah dan sampelnya
 ditetapkan lebih awal.
Sampling probabilitas

 • Di muka sudah disebut bahwa sampling


probabilitas adalah sampling yang
 didasarkan atas prinsip kerandoman atau
undian. Semua unit analisis mempunyai
 peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
Sampling probabilitas ini bisa digunakan
 untuk mendukung perhitungan-perhitungan
statistik inferensial.
• Ukuran sampel (Contoh
perhitungan)
 Dalam ilmu sosial umumnya, sulit atau paling tidak, tidak ada
patokan yang
 tegas untuk menentukan besarnya ukuran sampel. Besarnya
ukuran sampel banyak
 bergantung kepada banyak faktor, antara lain pada sifat dari
populasi, termasuk
 homogenitas dan atau heterogenitasnya, juga pada tujuan dari
studi yang
 bersangkutan. Selain itu ukuran sampel juga bergantung pada
derajat keseragaman,
 presisi yang dikehendaki, rencana analisa data, dan fasilitas yang
tersedia
 (Singarimbun dan Effendi, 1982, dalam Rachmat, 1989:111).
 Jika peneliti ingin melakukan tabulasi silang maka ukuran sampel lebih
banyak
 lebih baik, sebab akan mengurangi kolom-kolom yang kosong. Selain itu
jika sifat
 dari populasi dalam konteks tertentu dianggap seragam (homogen) maka
ukuran
 sampel yang sedikit juga sudah memenuhi syarat). Namun jika sifat
populasi bersifat
 heterogen, ukuran sampel yang lebih besar akan lebih baik.
 Presisi bisa dipahami dengan cara memahami lebih dulu konsep estimasi
dalam
 statistik. Secara sederhana, estimasi adalah metode pendugaan atau
metode menduga
 nilai parameter dari statistik.
 Peneliti sangat sulit menduga nilai rata-rata dalam populasi, ia hanya bisa
 menghitungnya melalui sampel. Jadi nilai rata-rata dalam sampel
merupakan penduga
 nilai rata-rata dalam populasi.
 Dengan mengetahui konsep presisi, selang kepercayaan, dan tingkat
 kepercayaan, maka kita bisa menghitung besarnya ukuran sampel dengan cara
 berikut:
 (a) Ukuran sampel dengan menggunakan rumus di bawah ini. Keterangan untuk
 rumus berikut adalah: Z adalah koefisien reliabilitas pada distribusi normal
 (90% = 1,65; 95% = 1,96; 99% = 2,58); S adalah standar deviasi; dan d adalah
 presisi.
 (Z S)2
 n = -----------
 d2
 Standar deviasi populasi perlu dicari lebih dahulu, misalnya dari hasil
 penelitian terdahulu, atau standar deviasi dari sampel yang lalu, atau bisa juga
 dihitung dari sampel percobaan yang kita lakukan. Kalau standar deviasi telah
 diketahui, maka ukuran sampel bisa dihitung.
 (b) Ukuran sampel dengan cara yang lebih sederhana perhitungannya didasarkan
 pada pendugaan proporsi populasi. Rumus sederhana ini adalah (Yamane,
 1967, dalam Rachmat, 1989:113), sebagai berikut:
 N
 n = ---------
 Nd2 + 1
 Dengan rumus sederhana seperti itu maka kita bisa
menghitung besarnya
 ukuran sampel. Contoh: Populasi (N) = 1200 orang;
presisi (d) = 10%; maka
 hasil perhitungannya adalah:
 1200 1200 1200
 n = ------------------- = ---------------------- = -------- = 92,3
 1200(0,10)2 + 1 (1200 x 0,01) +1 13
 Ukuran sampel minimal yang diperlukan adalah 93
orang (dibulatkan ke atas).
OUTLINE TUGAS AKHIR

 Lembar Judul Tugas Akhir


 Lembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas Akhir
 Lembar Penguji Tugas Akhir
 Abstraksi (Indonesia)
 Abstract (in English)
 Kata Pengantar
 Halaman persembahan (jika ada)
 Daftar Isi
 Daftar Tabel
 Daftar Gambar
 Daftar Simbol (jika ada)
 Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN

 1.1.Latar Belakang
 1.2. Rumusan Masalah
 1.3. Tujuan
 1.4. Batasan Masalah
 1.5. Metodologi
BAB II LANDASAN TEORI
2
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PERANCANGAN
BAB IV IMPLEMENTASI DAN
PENGUJIAN
BAB V PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
Daftar Referensi (jika ada)
Daftar Pustaka
LAMPIRAN
TATA CARA PENULISAN

 Tugas Akhir dicetak pada kertas HVS berukuran A4 (210 mm x 297


mm) dan berat 80
 g/m2 (HVS 80 GSM). Naskah Tugas Akhir dicetak dengan batas 4
cm dari tepi kiri
 kertas, dan 3 cm dari tepi kanan, tepi atas dan tepi bawah kertas.
 Naskah asli Tugas Akhir dalam bentuk final dicetak sebanyak 4
eksemplar untuk
 diserahkan Perpustakaan POLITEKNIK UNAND dan dapat
diperbanyak dengan
 membuat fotocopi pada kertas HVS 80 GSM berukuran sama untuk
keperluan lain.
 Naskah tugas akhir diserahkan juga dalam bentuk soft copy berupa
CD dengan format
 PDF dan DOC.
Pencetakan dan Penjilidan

 Naskah Tugas Akhir dibuat dengan bantuan


komputer menggunakan pencetak (printer)
 dengan tinta berwarna hitam (bukan dot matrix)
dan dengan huruf jenis Times New
 Roman, dengan ukuran Font 12. Khusus untuk
pencetakan gambar-gambar berwarna,
 pada naskah asli harus dicetak berwarna.
 (1) Naskah dicetak pada satu muka halaman (tidak bolak-balik).
 (2) Baris-baris kalimat naskah Tugas Akhir berjarak dua spasi kecuali Abstraksi,
 judul (beserta isi) gambar, tabel, diagram, dan daftar pustaka berjarak satu spasi.
 (3) Huruf pertama paragraf baru dimulai dari batas tepi kiri naskah. Jangan memulai
 paragraf baru pada dasar halaman, kecuali apabila cukup tempat untuk sedikitnya
 dua baris. Baris terakhir sebuah paragraf jangan diletakkan pada halaman baru
 berikutnya, tinggalkan baris terakhir tersebut pada dasar halaman.
 (4) Huruf pertama sesudah tanda-baca koma (,), titik-koma (;), titik-ganda (:) dan titik
 (.) dicetak dengan menyisihkan suatu rongak (ruangan antara dua huruf) di
 belakang tanda-baca tersebut.
 (5) Bab baru diawali dengan nomor halaman baru.
 (6) Nomor halaman terletak pada kanan atas kecuali halaman pertama setiap bab
 terletak pada tengah bawah.
 (7) Bentuk penjilidan adalah jilid buku hard cover warna orange.
 (8) Antar bab dipisah dengan kertas HVS warna biru muda dengan objek logo TI
 posisi tengah (ukuran menyesuaikan).
Sampul

 Sampul Tugas Akhir dicetak dengan warna orange untuk tiap


program studi. Pada sampul
 tersebut dicetak judul Tugas Akhir, nama lengkap mahasiswa, baris
Program Studi,
 Jurusan Teknologi Informasi, POLITEKNIK UNIVERSTAS ANDALAS
dan tahun
 penyelesaian. Judul Tugas Akhir, nama lengkap mahasiswa dan
baris POLITEKNIK
 UNIVERSTAS ANDALAS ditulis dengan huruf kapital dan dicetak
dengan tinta hitam.
 Pada punggung sampul dituliskan nama penulis, judul, tahun Tugas
Akhir, dan program
 studi.
 Jenis dan ukuran huruf ditentukan sebagai berikut:
 Judul Tugas Akhir:
 Jenis huruf (font) : Times New Roman Capital (huruf besar)
 Ukuran huruf : ukuran (font) 14, cetak tebal (bold)
 Kata “TUGAS AKHIR” : sama dengan judul
 Kalimat di bawah Tugas Akhir jenis huruf sama, ukuran 12, cetak tebal
 Kata “oleh” : ukuran 12, cetak tebal
 Nama mahasiswa : ukuran 14, cetak tebal
 BP dan nomor BP : ukuran 14, cetak tebal
 Program Studi : ukuran 14, cetak tebal
 Jurusan : ukuran 14, cetak tebal
 Lambang POLITEKNIK UNAND : ukuran tinggi 3,5 cm
 POLITEKNIK UNIVERSITAS ANDALAS dan tahun penyelesaian : ukuran 14,
 cetak tebal.
Halaman Kata Pengantar

 Halaman kata pengantar dicetak pada halaman baru. Pada halaman ini
mahasiswa
 DIPLOMA III berkesempatan untuk menyatakan terima kasih secara tertulis
kepada
 pembimbing dan perorangan lain yang telah memberi bimbingan, nasihat,
saran dan
 kritik, kepada mereka yang telah membantu melakukan penelitian, kepada
perorangan
 atau badan yang telah memberi bantuan keuangan, dan sebagainya.
 Cara menulis kata pengantar beraneka ragam, tetapi semuanya hendaknya
menggunakan
 kalimat yang baku. Ucapan terima kasih agar dibuat tidak berlebihan dan
dibatasi hanya
 yang berhubungan secara keilmuan (“scientifically related”).
Halaman Daftar Isi, Lampiran,
Gambar dsb
 Halaman daftar isi dicetak pada halaman baru dan diberi judul DAFTAR ISI yang
ditulis
 dengan huruf kapital dan tidak diakhiri dengan titik.
 Halaman ini memuat nomor bab, nomor anak bab, judul bab dan judul anak-bab dan
 nomor halaman tempat judul bab dan judul anak bab dimuat. Ketiganya masing-
masing
 dituliskan pada tiga kolom yang berurutan.
 Judul bab, judul anak-bab dan anak pada anak-bab ditulis dengan huruf kecil kecuali
 huruf pertama dari setiap kata yang ditulis dengan huruf kapital. Judul bab dan judul
 anak-bab tidak diakhiri dengan titik, sebab judul bukanlah sebuah kalimat. Ini juga
 berlaku untuk daftar lampiran, gambar dst
 Daftar isi, daftar lampiran dst, sebaiknya bukan diketik, tetapi dibangkitkan dengan
 memakai fasilitas yang tersedia pada Word processor.

You might also like