Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2010/2011
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Tugas Pendidikan Agama Islam Hukum Keluarga Berencana (KB)
Menurut Islam”
Penulis
i
DAFTAR ISI
1. JUDUL.................................................................................................i
2. KATA PENGANTAR........................................................................ii
3. DAFTAR ISI.......................................................................................iii
4. BAB I PENDAHULUAN...................................................................1
5. BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian KB...............................................................................2
B. Hukum KB Menurut Islam..........................................................2
C. Alasan-alasan Penentuan Hukum KB Dalam Islam..................5
6. BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................8
B. Saran..............................................................................................8
C. DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................iv
i
BAB I
PENDAHULUAN
i
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KB
Dalam syari’at islam KB sudah sangat jelas hukumnya haram. Hal ini bisa
dilihat dalam berbagai hadist dan ayat alquran. Contoh ayat-ayat dan hadist
yang menyatakan secara langsung maupun tidak langsung bahwa KB itu
diharamkan antara lain sebagai berikut:
Dari Ma’qil bin Yasar al-Muzani radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Seorang
lelaki pernah datang (menemui) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
berkata: Sesungguhnya aku mendapatkan seorang perempuan yang memiliki
kecantikan dan (berasal dari) keturunan yang terhormat, akan tetapi dia tidak
bisa punya anak (mandul), apakah aku (boleh) menikahinya? Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak (boleh)”, kemudian lelaki itu
datang (dan bertanya lagi) untuk kedua kalinya, maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam kembali melarangnya, kemudian lelaki itu datang (dan
bertanya lagi) untuk ketiga kalinya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
i
sallam bersabda: “Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur (banyak
anak), karena sesungguhnya aku akan membanggakan (banyaknya jumlah
kalian) dihadapan umat-umat lain (pada hari kiamat nanti).” Bagi seorang
perempuan yang masih gadis. kesuburan ini diketahui dengan melihat keadaan
keluarga (ibu dan saudara perempuan) atau kerabatnya, lihat kitab ‘Aunul
Ma’buud, 6/33-34). (HR Abu Dawud (no. 2050), an-Nasa-i (6/65) dan al-
Hakim (2/176), dishahihkan oleh Ibnu Hibban (no. 4056- al-Ihsan), juga oleh
al-Hakim dan disepakati oleh adz-Dzahabi).
Dan dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Ibuku (Ummu
Sulaim radhiyallahu ‘anha) pernah berkata: (Wahai Rasulullah), berdoalah
kepada Allah untuk (kebaikan) pelayan kecilmu ini (Anas bin Malik
radhiyallahu ‘anhu). Anas berkata: Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun berdoa (meminta kepada Allah) segala kebaikan untukku, dan doa
kebaikan untukku yang terakhir beliau ucapkan: “Ya Allah, perbanyaklah
harta dan keturunannya, serta berkahilah apa yang Engkau berikan
kepadanya.” Anas berkata: Demi Allah, sungguh aku memiliki harta yang
sangat banyak, dan sungguh anak dan cucuku saat ini (berjumlah) lebih dari
seratus orang. (HSR. al-Bukhari (no. 6018) dan Muslim (no. 2481), lafazh ini
yang terdapat dalam Shahih Muslim)
i
Demikian pula keumuman hadits-hadits yang menunjukkan keutamaan
memiliki anak yang saleh, seperti sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam: “Jika seorang manusia mati, maka terputuslah (pahala) amal
(kebaikan)nya kecuali dari tiga perkara: sedekah yang terus mengalir
(pahalanya dengan diwakafkan), atau ilmu yang diambil manfaatnya (terus
diamalkan), atau anak shaleh yang terus mendoakan kebaikan baginya.” (HR
Ibnu Majah (no. 3660), Ahmad (2/509) dan lain-lain, dishahihkan oleh al-
Buushiri dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaaditsish
Shahiihah, no. 1598)
i
Sementara Islam justru berkonsep sebaliknya, semakin banyak anak semakin
banyak aset pahala bagi orang tuanya, semakin banyak generasi Islam, dan
semakin banyak kesempatan menyebarkan ajaran Islam.
Kita sebagai umat yang beriman kepada Allah ta’ala, Dzat Yang Maha
Memberi rezeki, hendaknya juga percaya bahwa ketika Alloh menciptakan
manusia, Allah Ta’ala juga telah mempersiapkan untuknya segala yang akan
ia dapatkan selama hidup di dunia, sehingga tidaklah ada sesuap makanan
yang masuk ke dalam mulutnya, melainkan sebagian dari rezeki yang telah
Allah tuliskan untuknya. Allah ta’ala tidak pernah menciptakan satu manusia
pun tanpa jatah rezeki, bahkan semenjak kita masih di dalam perut ibu kita
masing-masing, Allah telah mengutus seorang malaikat untuk menuliskan
jatah rezeki kita:
i
Sehingga alasan program KB bertentangan atau bertujuan mengikis habis dan
tuntas keimanan kepada Alloh, dan takdir bahwa rezeki telah diatur dan
ditentukan oleh Allah ta’ala.
Jumlah kaum muslimin yang besar merupakan salah satu sumber kekuatan
dalam menghadapi musuh-musuh agama Islam, oleh karena itu kita
berkewajiban menumbuhkan generasi penerus dan pejuang yang
memperjuangkan agama, baik melalui pendidikan aqidah, atau melalui
memperbanyak jumlah generasi penerus umat islam.
“ Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan rahmat-
Ku untuk orang-orang yang bertakwa dan menunaikan zakat dan orang-
orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami. “ (QS. Al A’raf: 156)
i
Hakikat KB adalah seperti yang telah diuraikan dengan ringkas di atas,
yaitu membatasi jumlah anak. Dan telah dijelaskan bahwa ini tidak boleh dan
bertentangan dengan syariat Islam. Akan tetapi walau demikian, para ulama
membedakan antara membatasi dengan mengatur jarak kelahiran, dengan
tujuan agar lebih ringan dalam mengatur dan merawat mereka, atau karena
alasan medis, misalnya karena ada gangguan dalam rahim atau yang serupa,
(ingat sekali lagi: bukan untuk membatasi jumlah anak). Bila yang dilakukan
adalah semacam ini, yaitu mengatur jarak kelahiran anak, dan dengan tujuan
seperti disebutkan, maka para ulama membolehkannya, dan tidak haram.
Karena tidak bertujuan untuk memutus keturunan, atau membatasi jumlahnya.
i
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
♥ Macam KB :
♥ Hukum KB : Haram
3.2 SARAN
i
DAFTAR PUSTAKA
http://andreasviklund.com/
http://assunnah-qatar.com
http://indonesia-indonesia.com
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/dalam-islam-kb-keluarga-
berencana-dilarang-t28895/
http://muslim.or.id/
http://www3.clustrmaps.com/counter/maps.php?
url=http://jacksite.wordpress.com
http://www.web-stat.com/
i
LAMPIRAN
1. Jelaskan pengertian KB !
2. Sebutkan dan jelaskan secara singkat macam-macam KB !
3. Jelaskan alasan islam mengharamkan KB !
4. Bagaimana pendapat anda jika KB itu haram. Jelaskan !
Jawaban
i
i